Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI

EKONOMI INFORMAL

Dosen Pengajar

Drs. Muhammad Mansur, Ec.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

1. Risa aldinatur rofiah 22001081046

2. Ike ratna listi 22001081044

3. Ika saputri 22001081198

4. Ulfia vita setiawati 22001081377

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas anugrah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Ekonomi Informal”.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya kami.

Kami telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan


baik,namun kami menyadari bahwa kami memiliki keterbatasan sebagai manusia
biasaoleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi
teknikpenulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran
yangdapat membangun agar dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalampengetahuan kita bersama.

Malang, 18 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekonomi Informal

2.2 Perbedaan karakteristik Sektor Informal Dan Sektor Formal

2.3 Jenis – Jenis Dan Indikator Usaha Sektor Informal

2.4 Ciri –Ciri Sektor Informal

2.5 Penyebab Munculnya Sektor Informal

2.6 Peran Sektor Informal

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan

3.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu problema penting yang dihadapi negara-negara Dunia ketiga adalah
merebaknya kontradiksi ekonomi politik evolusi pertumbuhan perkotaaan di negara-
negara tersebut. Pertumbuhan konsentrasi penduduk di kota-kota besar negara-negara
Dunia ketiga terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi .Tetapi,pertumbuhan kota-kota
tersebut ternyata tidak diikuti dengan kecepatan yang sangat sebanding oleh
pertumbuhan industrialisasi.Fenomena ini oleh para ahli disebut sebagai “urbanisasi
berlebih atau over urbanization”.Istilah ini menggambarkan bahwa tingkat urbanisasi
yang terjadi terlalu tinggi melebihi tingkat industrialisasi yg dicapai oleh evolusi suatu
masyarakat .

Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya terserap disektor industri
modern dikota ,Karena keterbatasan sektor industri modern dan tidak semua migran
memiliki skill atau kemampuan untuk masuk kesektor industri modern tersebut. Hal ini
mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk kesektor industri modern lebuh
memilih sektor informal yang relatif mudah untuk dimasuki. Agar tetap dapat bertahan
hidup (SURVIVE),para migran yang tinggal dikota melakukan aktifitas-aktifitas informal
(baik yang sah dan tidak sah ).

Sektor informal memberikan kemungkinan kepada tenaga kerja yang berlebih di pedesaan untuk
migrasi dari kemiskinan dan pengangguran. Sektor informal sangat berkaitan dengan sektor formal
di perkotaan. Sektor formal tergantung pada sektor informal terutama dalam hal input murah dan
penyediaan barang-barang bagi pekerja di sektor formal. Sebaliknya, sektor informal tergantung
dari pertumbuhan di sektor formal. Sektor informal kadang-kadang justru mensubsidi sektor
formal dengan menyediakan barangbarang dan kebutuhan dasar yang murah bagi pekerja di
sektor formal.

Suatu transaksi terdiri dan suatu pedagang nilai-nilai antara dua pihak. Suatu transaksi melibatkan
beberapa kesatuan yang dapat diukur: (1) minimal ada dua dua tanda hal yang bernilai, (2) syarat
yang disepakati, (3) waktu berlakunya perjanjian, dan (4) tempat perjanjian. Syarat-syarat tersebut
juga berlaku pada para pedagang kaki lima, bahkan lebih fleksibel lagi, sebagai contoh apabila kita
membeli pakaian pada pedagang kaki lima akan tetapi ukurannya kurang pas, maka kita akan
dapat menukarnya lagi, dengan syarat kita harus membuat perjanjian sebelumnya dengan
pedagang yang bersangkutan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Ekonomi Informal
2. Perbedaan karakteristik Sektor Informal Dan Sektor Formal
3. Jenis – Jenis Dan Indikator Usaha Sektor Informal
4. Ciri –Ciri Sektor Informal
5. Penyebab Munculnya Sektor Informal
6. Peran Sektor Informal

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekonomi informal itu sendiri

2. untuk mengetahui dan menganalisis pebedaan karakteristik pada sektor informal dan
sector formal

3. untuk mengetahui dan menganalisis jenis jenis serta indikator usaha sector informal

4. untuk mengetahui dan menganalisis Ciri –Ciri Sektor Informal

5. untuk mengetahui dan menganalisis Penyebab Munculnya Sektor Informal

6. untuk mengetahui dan menganalisis Peran Sektor Informal


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN EKONOMI INFORMAL


Aktivitas-aktivitas ekonomi meliputi semua kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi suatu
barang dan jasa. Pedagang bakso yang mengitari suatu area perumahan dengan jadwal tetap
maupun tidak tetap, pengatur lalu lintas sukarela pada persimpangan padat, anak-anak penjaja
Koran atau majalah di persimpangangan jalan utama, pedagang baju atau tas kaki lima di depan
pusat perbelanjaan, tukang semir sepatu di tempat pemberhentian bus, pedagang makanan di
sekitar proyek pembangunan suatu gedung, buruh harian dari suatu perusahaan “kontraktor”
bangunan, perusahaan konveksi yang mempekerjakan beberapa orang tenaga pekerja, tukang
ojek, pembantu rumah tangga adalah semua orang yang memiliki aktivitas ekonomi. Karena
mereka memproduksi atau mendistribusikan barang dan jasa yang ditawarkan pada suatu
jaringan yang berakhir pada pengkonsumsiannya. Kesemua aktivitas ekonomi yang tersebut
dinamakan ekonomi informal.

Konsep ekonomi informal muncul pertama kali di dunia ketiga, ketika dilakukan serangkaian
penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di Afrika. Konsep informalitas ditetapkan kepada
bekerja sendiri (self employed). Hart menekankan dinamisme dan perbedaan aktivitas ini yang
dalam pandangannya melebihi anak-anak penyemir sepatu dan penjual geretan. Namun ciri-ciri
dinamis dari konsep yang diajukkan oleh Hart tersebut hilanh ketika telah dilambangkan dalam
birokasi ILO, informalitas didefinisikan ulang sebagai sesuatu sinonim dengan kemiskinan.
Ekonomi informal menunjuk kepada cara perkotaan melakukan sesuatu yang dicirikan dengan:

a. Mudah memasukiunya dalam arti keahlian, modal, dan organisasi.

b. Perusahaaan milik keluarga

c. Beroperasi pada skala kecil

d. Intensif tenaga kerja dalam produksi dan menggunakan teknologi sederhana

e. Pasar yang tidak diatur dan kompetitif.

Ciri-ciri tambahan yang muncul dari definisi seperti ini adalah tingkat produktivitas rendah dan
kemampuan akumulasi rendah. Penelitian-penelitian yang dilakukan di bawah permintaan ILO
dan Bank Dunia memperlihatkan bahwa pekerjaan dalam sector informal diartikan kekurangan
pekerjaan dan diasumsikan sebagai dampak dari pekerja yang tidak bias masuk ke dalam
ekonomi modern.
Karakteristik negatif dari sektor informal tersebut telah banyak mendapat tantangan dari
berbagi ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang ini. Dari sisi alternatif, aktivitas informal
dipandang sebagai suatu tanda dari dinamika kewiraswastaan masyarakat. Menurut Hernando
de Soto dalam The Other Path informalitas merupakan respon masyarakat terhadap Negara
merkantalis yang kaku. Oleh karena itu, tidak seperti gambaran ILO yang melihatnya sebagai
mekanisme kelangsungan hidup dalam merespon ketidakcukupan lapangan pekerjaan modern,
melainkan sebagai serbuan kekuatan pasar nyata dalam sauatu ekonomi yang dikekang oleh
regulasi (peraturan) Negara.

Ekonomi informal, menurut Catells dan Portes, dapat dibagi secara fungsional berdasarkan
tujuan mereka.

Pertama, bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup oleh individu dan rumah
tangga melalui produk substensi langsung atau melalui penjualan ke pasar dari barang-barang
dan jasa-jasa yang mereka hasilkan sendiri.

Kedua, bertujuan untuk peningkatan fleksibilitas managerial dan pengurangan biaya tenaga kerja
dari perusahaan sektor informal melalui subkontraktor kepada wiraswasta informal atau
penggajian yang dicatat di dalam pembukuan tidak resmi.

Ketiga, bertujuan untuk akumulasi modal oleh perusahaan kecil melalui hubungan
kesetiakawanan, fleksibilitas, dan pembiayaan yang rendah

2.2 PERBEDAAN KARAKTERISTIK SEKTOR INFORMAL DAN SEKTOR FORMAL


Sektor Usaha Formal adalah lapangan atau bidang usaha yang mendapat izin dari pejabat
berwenang dan terdaftar di kantor pemerintahan. Badan usaha tersebut apabila dilihat di kantor
pajak maupun kantor perdagangan dan perindustrian terdaftar nama dan bidang usahanya.

Sektor Usaha Informal yaitu bidang usaha yang tidak memiliki keresmian usaha dan usaha tsb tidak
memiliki izin dari pemerintah dan tidak terdaftar di lembaga pemerintahan.

Karakteristik Informal Formal


Modal Sukar diperoleh Relative mudah diperolah
Teknologi Padat karya Padat modal
Organisasi Menyerupai organisasi keluarga Birokrasi
Pernodalan Dari lembaga keuangan tidak Dari lembaga keuangan resmi
resmi
Serikat buruh bantuan Negara Tidak berperan Sanagat berperan
Hubungan dengan desa Saling menguntungkan Untuk kepentingan sektor formal
Sifat wiraswata Berdikari Sangat tergantung pada
perlindungan pemerintah atau
impor
Persediaan barang Jumlah kecil ,kualitas rendah Jumlah besar,kualitas baik
Hubungan kerja dengan majikan Berdasarkan asas saling percaya Berdasarkan kontrak kerja

2.3 JENIS – JENIS DAN INDIKATOR USAHA SEKTOR INFORMAL


 Jenis-jenis dan Indikator Usaha Sektor Informal

Sebagaimana dikemukakan oleh Keith Hart, terdapat dua macam sektor informal jika dilihat dari
kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:

1.   Syah terdiri atas:

(a) Kegiatan-kegiatan primer dan skunder, misalnya; usaha pertanian, perkebunan yang
berorientasi pada pasar, kontraktor bangunan, dan lain sebagainya

(b) Usaha tersier dengan modal yang relatif besar, misalnya; perumahan, transportasi, usaha-
usaha untuk kepentingan umum, dan lain sebagainya

(c) Distribusi kecil-kecilan, meliputi; pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong,
pedagang asongan, dan sebagainya

(d) Transaksi pribadi, misalnya pinjam-meminjam, pengemis atau pemulung

(e) Jasa yang lain, misalnya; pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, dan
sebagainya.

2. Tidak syah, terdiri dari:

(a) Jasa kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya; penadah barang-barang curian, lintah
darat, perdagangan obat bius/terlarang, penyelundupan, pelacuran, dan sebagainya

(b) Transaksi pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan bersenjata), pemalsuan
uang, perjudian, dan sebagainya.

Sementara itu indikator sektor informal sebagaimana diuraikan oleh Sukesi (2002) dalam Safaria
(2003:5) meliputi 11 hal, yaitu:

(1) Kegiatan usaha tidak terorganisasi,

(2) Usaha tidak punya ijin,

(3) Pola kegiatan usaha tidak teratur,

(4) Tidak ada kebijakan bantuan dari pemerintah,


(5) Para pekerja mudah keluar masuk tanpa ikatan atau kontrak tertentu,

(6) Penggunaan teknologi yang sangat sederhana,

(7) Modal usaha tergolong kecil,

(8) Tidak mesti memerlukan pendidikan formal,

(9) Pengelolaan usaha bisa dilakukan oleh pekerja atau keluarga sendiri,

(10) Produk atau jasa dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah, dan

(11) Usaha dengan modal sendiri 

2.4 CIRI – CIRI SEKTOR INFORMAL


Sektor informal di daerah perkotaan Indonesia selalu menunjukkan pertumbuhan yang pesat.
Membengkaknya sektor informal tersebut berkaitan dengan menurunnya kemampuan sektor
formal dalam menyerap pertambahan angkatan kerja di kota sebagai akibat migrasi desa-kota
lebih pesat dari pada pertumbuhan kesempatan kerja. Akibatnya, terjadi pengangguran terutama
di kalangan penduduk usia muda yang diikuti dengan membengkaknya sektor informal di kota.

Adapun ciri-ciri sektor informal di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, karena unit usaha timbul tanpa menggunakan
fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor informal.

b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki ijin usaha.

c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.

d. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak
sampai ke sektor ini.

e. Unit usaha berganti-ganti dari suatu sub sektor ke sub sektor lain.

f. Teknologi yang dipergunakan tradisional.

g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga kecil.

h. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formula, sebagian besar hanya
diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.

i. Pada umumnya unit usaha terasuk “one man enterprise” dan kalaupun pekerja biasanya dari
keluarga sendiri.
j. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri, atau dari lembaga
keuangan tidak resmi.

k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi berpenghasilan menengah ke bawah.

Jika memakai patokan di atas, maka bentuk unit usaha sektor informal yang banyak di jumpai
di Indonesia meliputi: usaha-usaha di bidang pertanian, misalnmya buruh tani, peternak kecil,
pedagang eceran (pemilik warung), pedagang kaki lima, pemilik bengkel sepeda, pemulung dan
penarik becak di perkotaan. Sehingga dari beberapa ciriciri seperti itu, sektor informal kurang
lebih dapat dimengerti sebagai suatu unit usaha yang dari skala ekonomis tidak
memperhitungkan adanya kelayakan usaha, seperti permodalan, pembukuan, ketrampilan,
pemasaran, perencanaan usaha, dan lain sebagainya. Serta lebih dari itu, selama ini
keberadaannya sering dianggap ilegal oleh pemerintah dan karenanya tidak ada perlindungan
dalam wujud produk hukum.

Tampak dari paparan pendefinisian tentang ciri-ciri sektor informal terdapat suatu
pemahaman bahwa tidak semua fenomena sektor informal sebagai realitas tunggal, melainkan
sebagai kenyataan yang bisa dikarekteristikan sesuai dengan latar belakang budaya, ekonomi,
dan politik di mana pelaku sektor informal tersebut melakukan aktivitas ekonominya.

2.5 PENYEBAB MUNCULNYA SEKTOR INFORMAL


Sektor informal sebagai salah satu bentuk alternatif usaha di luar sektor formal,
telah lama berkembang di Indonesia. Munculnya sektor ini tentu saja tidak dapat
dilepaskan dari beberapa alasan dan motivasi dari masing-masing pelakunya. Alasan-
alasan yang mendorong munculnya usaha sektor informal antara lain: (a) urbanisasi, (b)
pengangguran, (c) kerja sambilan, dan (d) permintaan pasar (Manning, 1985).

Urbanisasi diartikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Tingginya


tingkat urbanisasi mengakibatkan populasi penduduk perkotaan semakin luas, suasana
kota menjadi semakin ramai, kumuh, hiruk pikuk dan social effect lainnya. Pada umumnya
mereka pindah ke kota dengan tujuan untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Ketika berada di kota ternyata kehidupan mereka tidak menjadi lebih baik, maka pada
umumnya mereka membuka usaha di sektor informal, karena sektor informal dipandang
lebih gampang dan tidak rumit.

Pengangguran adalah suatu kondisi ketika seseorang tidak mendapatkan pekerjaan


yang layak. Untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, mereka akan menempuh cara
beragam, antara lain memasuki sektor informal. Selain itu para urban yang memiliki
penghasilan yang kurang memadai umumnya mereka melakukan

kerja sambilan, yaitu pekerjaan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang karena
sedang tidak melakukan pekerjaan tetap.

Motivasi lain yang memunculkan sektor informal adalah semakin tajamnya


kesenjangan antara masyarakat golongan atas dengan golongan menengah ke bawah.

Permintaan pasar dapat muncul pada para pelaku sektor informal ketika semakin
banyak golongan masyarakat menengah ke bawah tidak mampu menjangkau produk-
produk yang ditawarkan di pasar.

Dari berbagai alasan tersebut, maka muncullah usaha sektor informal, terutama di
daerah perkotaan. Laju pertumbuhan penduduk kota yang sangat padat semakin
menambah jumlah pengangguran, sementara sektor formal tidak mampu menampung
mereka. Dengan demikian keberadaan sektor informal sebenarnya dapat mengatasi
masalah ketenagakerjaan di Indonesia, karena dapat menampung golongan masyarakat
yang tidak terserap bekerja di sektor formal. Agar pelaku ekonomi pada sektor informal
mampu memberikan kontribusi terhadap perbaikan perekonomian di Indonesia, maka
perlu dilakukan upaya pembinaan secara kontinyu sehingga pemberdayaan sektor
informal dapat meningkatkan kesejahteraan para pelakunya, yang bermuara pada
tercapainya kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

2.6 Peran Sektor Informal

Di negara berkembang sebagian besar angkatan kerja terlibat di sektor informal. Sektor
ini hampir tidak tercatat dalam statistik ekonomi resmi suatu negara. Padahal aktivitas
informal seringkali memainkan peran penting sebagai basis sumber kehidupan sebagian
besar penduduk di wilayah-wilayah yang sedang berkembang. Kegiatan sektor informal
sering juga disebut sebagai underground economy (Gerxhani 2000). Kata underground di
sini mau menunjukkan bahwa sektor informal tidak hanya kegiatan legal saja tapi bisa
mencakup kegiatan ilegal.
Mengapa sektor informal sangat pesat tumbuh di negara sedang berkembang? Pendapat
yang berkembang selama ini cukup beragam. Ada yang membangun argumen bahwa
sektor moderen tidak mampu menyerap kelebihan tenaga kerja karena pertumbuhan
penduduk yang lebih pesat dari pertumbuhan ekonomi. Banyak orang masuk ke sektor
informal karena mereka tidak tertampung di sektor moderen. Usaha kecil di sektor
informal bukanlah pilihan usaha yang terbaik tapi bisa dianggap pilihan kedua yang terbaik
(second best). Sektor informal adalah bagian dari suatu model usaha yang berada di luar
jangkauan aturan pemerintah. Tentu ini berbeda dengan sektor formal yang selalu
memperhatikan aturan pemerintah seperti mendapat ijin usaha dan aturan kepegawaian
(Marcouiller 1995).
Kelembagaan juga dilihat sebagai faktor determinan yang dapat mendorong atau
mengurangi tumbuhnya kegiatan ekonomi sektor informal. Kadang suatu negara
berkembang mulai menapak dalam arus modernisasi menganggap sektor informal sebagai
lambang keterbelakangan dan lambang tradisional sehingga perlu dihilangkan. Baik kaum
liberal maupun penganut aliran kendali negara (state control) kurang mendukung
kehadiran sektor informal yang luas. Memang ada pandangan bahwa negara tidak dapat
berbuat banyak ketika berhadapan dengan sektor informal. Mereka yang menganut
perspektif kendali negara (state control) mengusulkan agar pembangunan sektor moderen
perlu dipercepat melalui intervensi negara bahkan bila perlu negara harus mempunyai
kendali atas semua sektor. Bagi mereka sektor informal adalah sektor marginal atau
sektor sisa yang akan terkikis dengan sendirinya jika sektor moderen berkembang
sehingga terbuka lapangan kerja yang luas (Morrisson 1995).
Sektor moderen ternyata tidak mampu menyiapkan pekerjaan seperti yang diharapkan.
Pertumbuhan angkatan kerja di negara berkembang sangat cepat. Selain itu krisis
ekonomi yang sering melanda negara negara berkembang menyebabkan terhambatnya
mereka mengembangkan sektor moderen. Investasi di negara berkembang lebih banyak
mengandalkan pinjaman luar negeri dan sangat terbatas. Pemerintah sangat
terbataskemampuannya dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Setelah menghadapi
berbagai masalah di atas pemerintah mulai membangun pandangan yang berbeda
tentang sektor informal. Sektor ini tidak lagi dianggap sebagai sektor marjinal tapi
merupakan sektor ekonomi yang membantu pemerintah memecahkan masalah
pengangguran di dalam negeri.
Pendapat lain lagi mengatakan bahwa beban ekonomi seperti, pajak yang tinggi,
penyogokan, dan birokratisasi yang berlebihan mendorong berkembangnya sektor
informal di negara berkembang (De Soto 1989). Para pengusaha sektor informal mencoba
menghindari berbagai macam beban keuangan karena praktek korupsi yang meluas.
Dengan masuk ke sektor informal mereka bisa menghindari pungutan yang membebani
keuangan mereka. Namun karena bergerak di sektor informal maka otomatis mereka
tidak mendapat pelayanan publik yang memadai dibanding dengan mereka yang bergerak
di sektor formal. Biasanya mereka yang bergerak di sektor publik mendapat perlindungan
jaminan hak milik dari negara.

Sering pemerintah membuat kebijakan ekonomi yang keliru sehingga perekonomian


negara terpuruk. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia adalah contoh kegagalan
kebijakan ekonomi pemerintah pada masa yang lalu. Dalam situasi ini sektor informal
menjadi harapan pemerintah sebagai penyelamat ekonomi nasional (Morrisson 1995).

Setelah sektor informal mendapat pengakuan maka timbul pertanyaan bagaimana


menumbuhkan sektor ini? Selama ini kebijakan ekonomi neo-klasik lebih berpihak kepada
usaha besar. Oleh karena itu kebijakan mekanisme pasar seolah olah lebih
menguntungkan usaha besar daripada usaha kecil. Hernando de Soto adalah ahli ekonomi
yang secara konsisten melihat bahwa kebijakan mekanisme pasar juga cocok untuk sektor
usaha informal atau usaha mikro (De Soto 2000). Campur tangan pemerintah yang tidak
terlalu banyak akan memberi kesempatan sektor informal tumbuh secara mandiri
dan kuat.Oleh karena itu de Soto menginginkan pemerintah harus menghapus atau
mengurangi aturan yang terlalu membelenggu sektor informal berkembang.
Perkembangan sektor informal yang pesat akan membantu pemerintah dalam penciptaan
lapangan kerja.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sector formal merupakan sector yang pekerjaan di dalamnya menuntut tingkat


keterampilan yang tinggi, yang biasanya hal ini sulit dipenuhi oleh para pendatang dari
daerah pedesaan. Hubungan ekonomi formal dan informal merupakan salah satu kajian
penting dalam study ekonomi informal. Hubungan tersebut dapat dilihat dari dua perspektif
yaitu pendekatan konflik dan pendekatan fungsional. Pada pendekatan konflik melihat
bahwa kehadiran sector informal diperlukan untuk mendukung perkembangan sector
formal. Dengan demikian, seperti istilah yang sering dilontarkan adalah, sector informal
mensubsidikan sector formal. Kata subsidi tersebut merupakan penghalusan dari kata
eksploitasi.
3.2     Kritik dan Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari kelemahan-kelemahan yang kami
miliki. Untuk itu kami selaku penulis makalah memohon kritik dan saran untuk perbaikan
makalah kami yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/15693/2/BAB_I.pdf

https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/6394/5527#:~:text=Alasan
%2Dalasan%20yang%20mendorong%20munculnya,pasar%20(Manning%2C
%201985).&text=Motivasi%20lain%20yang%20memunculkan%20sektor,dengan
%20golongan%20menengah%20ke%20bawah.

https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/17/peran-sektor-informal-dalam-
perekonomian-masyarakat/

http://eprints.stainkudus.ac.id/933/5/05.%20BAB%20II.pdf

https://atihayati69.wordpress.com/2016/04/18/perbedaan-sektor-usaha-formal-dan-
usaha-informal/#:~:text=Sektor%20Usaha%20Formal%20adalah%20lapangan,dan
%20terdaftar%20di%20kantor%20pemerintahan.&text=Sektor%20Usaha%20Informal
%20yaitu%20bidang,tidak%20terdaftar%20di%20lembaga%20pemerintahan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39476/Chapter?sequence=4

http://lemlit.uhamka.ac.id/index.php/berita/artikel-penelitian/66-20072011153600/
analisis-usaha-sektor-informal-di-perkotaan#:~:text=Sementara%20itu%20indikator
%20sektor%20informal,Para%20pekerja%20mudah%20keluar%20masuk

http://electrarobhy4.blogspot.com/2014/04/ekonomi-formal-dan-informal.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai