EKONOMI INFORMAL
Dosen Pengajar
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas anugrah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Ekonomi Informal”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya kami.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekonomi Informal
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya terserap disektor industri
modern dikota ,Karena keterbatasan sektor industri modern dan tidak semua migran
memiliki skill atau kemampuan untuk masuk kesektor industri modern tersebut. Hal ini
mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk kesektor industri modern lebuh
memilih sektor informal yang relatif mudah untuk dimasuki. Agar tetap dapat bertahan
hidup (SURVIVE),para migran yang tinggal dikota melakukan aktifitas-aktifitas informal
(baik yang sah dan tidak sah ).
Sektor informal memberikan kemungkinan kepada tenaga kerja yang berlebih di pedesaan untuk
migrasi dari kemiskinan dan pengangguran. Sektor informal sangat berkaitan dengan sektor formal
di perkotaan. Sektor formal tergantung pada sektor informal terutama dalam hal input murah dan
penyediaan barang-barang bagi pekerja di sektor formal. Sebaliknya, sektor informal tergantung
dari pertumbuhan di sektor formal. Sektor informal kadang-kadang justru mensubsidi sektor
formal dengan menyediakan barangbarang dan kebutuhan dasar yang murah bagi pekerja di
sektor formal.
Suatu transaksi terdiri dan suatu pedagang nilai-nilai antara dua pihak. Suatu transaksi melibatkan
beberapa kesatuan yang dapat diukur: (1) minimal ada dua dua tanda hal yang bernilai, (2) syarat
yang disepakati, (3) waktu berlakunya perjanjian, dan (4) tempat perjanjian. Syarat-syarat tersebut
juga berlaku pada para pedagang kaki lima, bahkan lebih fleksibel lagi, sebagai contoh apabila kita
membeli pakaian pada pedagang kaki lima akan tetapi ukurannya kurang pas, maka kita akan
dapat menukarnya lagi, dengan syarat kita harus membuat perjanjian sebelumnya dengan
pedagang yang bersangkutan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Ekonomi Informal
2. Perbedaan karakteristik Sektor Informal Dan Sektor Formal
3. Jenis – Jenis Dan Indikator Usaha Sektor Informal
4. Ciri –Ciri Sektor Informal
5. Penyebab Munculnya Sektor Informal
6. Peran Sektor Informal
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekonomi informal itu sendiri
2. untuk mengetahui dan menganalisis pebedaan karakteristik pada sektor informal dan
sector formal
3. untuk mengetahui dan menganalisis jenis jenis serta indikator usaha sector informal
Konsep ekonomi informal muncul pertama kali di dunia ketiga, ketika dilakukan serangkaian
penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di Afrika. Konsep informalitas ditetapkan kepada
bekerja sendiri (self employed). Hart menekankan dinamisme dan perbedaan aktivitas ini yang
dalam pandangannya melebihi anak-anak penyemir sepatu dan penjual geretan. Namun ciri-ciri
dinamis dari konsep yang diajukkan oleh Hart tersebut hilanh ketika telah dilambangkan dalam
birokasi ILO, informalitas didefinisikan ulang sebagai sesuatu sinonim dengan kemiskinan.
Ekonomi informal menunjuk kepada cara perkotaan melakukan sesuatu yang dicirikan dengan:
Ciri-ciri tambahan yang muncul dari definisi seperti ini adalah tingkat produktivitas rendah dan
kemampuan akumulasi rendah. Penelitian-penelitian yang dilakukan di bawah permintaan ILO
dan Bank Dunia memperlihatkan bahwa pekerjaan dalam sector informal diartikan kekurangan
pekerjaan dan diasumsikan sebagai dampak dari pekerja yang tidak bias masuk ke dalam
ekonomi modern.
Karakteristik negatif dari sektor informal tersebut telah banyak mendapat tantangan dari
berbagi ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang ini. Dari sisi alternatif, aktivitas informal
dipandang sebagai suatu tanda dari dinamika kewiraswastaan masyarakat. Menurut Hernando
de Soto dalam The Other Path informalitas merupakan respon masyarakat terhadap Negara
merkantalis yang kaku. Oleh karena itu, tidak seperti gambaran ILO yang melihatnya sebagai
mekanisme kelangsungan hidup dalam merespon ketidakcukupan lapangan pekerjaan modern,
melainkan sebagai serbuan kekuatan pasar nyata dalam sauatu ekonomi yang dikekang oleh
regulasi (peraturan) Negara.
Ekonomi informal, menurut Catells dan Portes, dapat dibagi secara fungsional berdasarkan
tujuan mereka.
Pertama, bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup oleh individu dan rumah
tangga melalui produk substensi langsung atau melalui penjualan ke pasar dari barang-barang
dan jasa-jasa yang mereka hasilkan sendiri.
Kedua, bertujuan untuk peningkatan fleksibilitas managerial dan pengurangan biaya tenaga kerja
dari perusahaan sektor informal melalui subkontraktor kepada wiraswasta informal atau
penggajian yang dicatat di dalam pembukuan tidak resmi.
Ketiga, bertujuan untuk akumulasi modal oleh perusahaan kecil melalui hubungan
kesetiakawanan, fleksibilitas, dan pembiayaan yang rendah
Sektor Usaha Informal yaitu bidang usaha yang tidak memiliki keresmian usaha dan usaha tsb tidak
memiliki izin dari pemerintah dan tidak terdaftar di lembaga pemerintahan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Keith Hart, terdapat dua macam sektor informal jika dilihat dari
kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:
(a) Kegiatan-kegiatan primer dan skunder, misalnya; usaha pertanian, perkebunan yang
berorientasi pada pasar, kontraktor bangunan, dan lain sebagainya
(b) Usaha tersier dengan modal yang relatif besar, misalnya; perumahan, transportasi, usaha-
usaha untuk kepentingan umum, dan lain sebagainya
(c) Distribusi kecil-kecilan, meliputi; pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong,
pedagang asongan, dan sebagainya
(e) Jasa yang lain, misalnya; pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, dan
sebagainya.
(a) Jasa kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya; penadah barang-barang curian, lintah
darat, perdagangan obat bius/terlarang, penyelundupan, pelacuran, dan sebagainya
(b) Transaksi pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan bersenjata), pemalsuan
uang, perjudian, dan sebagainya.
Sementara itu indikator sektor informal sebagaimana diuraikan oleh Sukesi (2002) dalam Safaria
(2003:5) meliputi 11 hal, yaitu:
(9) Pengelolaan usaha bisa dilakukan oleh pekerja atau keluarga sendiri,
(10) Produk atau jasa dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah, dan
a. Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, karena unit usaha timbul tanpa menggunakan
fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor informal.
c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.
d. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak
sampai ke sektor ini.
e. Unit usaha berganti-ganti dari suatu sub sektor ke sub sektor lain.
g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga kecil.
h. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formula, sebagian besar hanya
diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.
i. Pada umumnya unit usaha terasuk “one man enterprise” dan kalaupun pekerja biasanya dari
keluarga sendiri.
j. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri, atau dari lembaga
keuangan tidak resmi.
Jika memakai patokan di atas, maka bentuk unit usaha sektor informal yang banyak di jumpai
di Indonesia meliputi: usaha-usaha di bidang pertanian, misalnmya buruh tani, peternak kecil,
pedagang eceran (pemilik warung), pedagang kaki lima, pemilik bengkel sepeda, pemulung dan
penarik becak di perkotaan. Sehingga dari beberapa ciriciri seperti itu, sektor informal kurang
lebih dapat dimengerti sebagai suatu unit usaha yang dari skala ekonomis tidak
memperhitungkan adanya kelayakan usaha, seperti permodalan, pembukuan, ketrampilan,
pemasaran, perencanaan usaha, dan lain sebagainya. Serta lebih dari itu, selama ini
keberadaannya sering dianggap ilegal oleh pemerintah dan karenanya tidak ada perlindungan
dalam wujud produk hukum.
Tampak dari paparan pendefinisian tentang ciri-ciri sektor informal terdapat suatu
pemahaman bahwa tidak semua fenomena sektor informal sebagai realitas tunggal, melainkan
sebagai kenyataan yang bisa dikarekteristikan sesuai dengan latar belakang budaya, ekonomi,
dan politik di mana pelaku sektor informal tersebut melakukan aktivitas ekonominya.
kerja sambilan, yaitu pekerjaan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang karena
sedang tidak melakukan pekerjaan tetap.
Permintaan pasar dapat muncul pada para pelaku sektor informal ketika semakin
banyak golongan masyarakat menengah ke bawah tidak mampu menjangkau produk-
produk yang ditawarkan di pasar.
Dari berbagai alasan tersebut, maka muncullah usaha sektor informal, terutama di
daerah perkotaan. Laju pertumbuhan penduduk kota yang sangat padat semakin
menambah jumlah pengangguran, sementara sektor formal tidak mampu menampung
mereka. Dengan demikian keberadaan sektor informal sebenarnya dapat mengatasi
masalah ketenagakerjaan di Indonesia, karena dapat menampung golongan masyarakat
yang tidak terserap bekerja di sektor formal. Agar pelaku ekonomi pada sektor informal
mampu memberikan kontribusi terhadap perbaikan perekonomian di Indonesia, maka
perlu dilakukan upaya pembinaan secara kontinyu sehingga pemberdayaan sektor
informal dapat meningkatkan kesejahteraan para pelakunya, yang bermuara pada
tercapainya kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Di negara berkembang sebagian besar angkatan kerja terlibat di sektor informal. Sektor
ini hampir tidak tercatat dalam statistik ekonomi resmi suatu negara. Padahal aktivitas
informal seringkali memainkan peran penting sebagai basis sumber kehidupan sebagian
besar penduduk di wilayah-wilayah yang sedang berkembang. Kegiatan sektor informal
sering juga disebut sebagai underground economy (Gerxhani 2000). Kata underground di
sini mau menunjukkan bahwa sektor informal tidak hanya kegiatan legal saja tapi bisa
mencakup kegiatan ilegal.
Mengapa sektor informal sangat pesat tumbuh di negara sedang berkembang? Pendapat
yang berkembang selama ini cukup beragam. Ada yang membangun argumen bahwa
sektor moderen tidak mampu menyerap kelebihan tenaga kerja karena pertumbuhan
penduduk yang lebih pesat dari pertumbuhan ekonomi. Banyak orang masuk ke sektor
informal karena mereka tidak tertampung di sektor moderen. Usaha kecil di sektor
informal bukanlah pilihan usaha yang terbaik tapi bisa dianggap pilihan kedua yang terbaik
(second best). Sektor informal adalah bagian dari suatu model usaha yang berada di luar
jangkauan aturan pemerintah. Tentu ini berbeda dengan sektor formal yang selalu
memperhatikan aturan pemerintah seperti mendapat ijin usaha dan aturan kepegawaian
(Marcouiller 1995).
Kelembagaan juga dilihat sebagai faktor determinan yang dapat mendorong atau
mengurangi tumbuhnya kegiatan ekonomi sektor informal. Kadang suatu negara
berkembang mulai menapak dalam arus modernisasi menganggap sektor informal sebagai
lambang keterbelakangan dan lambang tradisional sehingga perlu dihilangkan. Baik kaum
liberal maupun penganut aliran kendali negara (state control) kurang mendukung
kehadiran sektor informal yang luas. Memang ada pandangan bahwa negara tidak dapat
berbuat banyak ketika berhadapan dengan sektor informal. Mereka yang menganut
perspektif kendali negara (state control) mengusulkan agar pembangunan sektor moderen
perlu dipercepat melalui intervensi negara bahkan bila perlu negara harus mempunyai
kendali atas semua sektor. Bagi mereka sektor informal adalah sektor marginal atau
sektor sisa yang akan terkikis dengan sendirinya jika sektor moderen berkembang
sehingga terbuka lapangan kerja yang luas (Morrisson 1995).
Sektor moderen ternyata tidak mampu menyiapkan pekerjaan seperti yang diharapkan.
Pertumbuhan angkatan kerja di negara berkembang sangat cepat. Selain itu krisis
ekonomi yang sering melanda negara negara berkembang menyebabkan terhambatnya
mereka mengembangkan sektor moderen. Investasi di negara berkembang lebih banyak
mengandalkan pinjaman luar negeri dan sangat terbatas. Pemerintah sangat
terbataskemampuannya dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Setelah menghadapi
berbagai masalah di atas pemerintah mulai membangun pandangan yang berbeda
tentang sektor informal. Sektor ini tidak lagi dianggap sebagai sektor marjinal tapi
merupakan sektor ekonomi yang membantu pemerintah memecahkan masalah
pengangguran di dalam negeri.
Pendapat lain lagi mengatakan bahwa beban ekonomi seperti, pajak yang tinggi,
penyogokan, dan birokratisasi yang berlebihan mendorong berkembangnya sektor
informal di negara berkembang (De Soto 1989). Para pengusaha sektor informal mencoba
menghindari berbagai macam beban keuangan karena praktek korupsi yang meluas.
Dengan masuk ke sektor informal mereka bisa menghindari pungutan yang membebani
keuangan mereka. Namun karena bergerak di sektor informal maka otomatis mereka
tidak mendapat pelayanan publik yang memadai dibanding dengan mereka yang bergerak
di sektor formal. Biasanya mereka yang bergerak di sektor publik mendapat perlindungan
jaminan hak milik dari negara.
3.1 KESIMPULAN
https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/6394/5527#:~:text=Alasan
%2Dalasan%20yang%20mendorong%20munculnya,pasar%20(Manning%2C
%201985).&text=Motivasi%20lain%20yang%20memunculkan%20sektor,dengan
%20golongan%20menengah%20ke%20bawah.
https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/17/peran-sektor-informal-dalam-
perekonomian-masyarakat/
http://eprints.stainkudus.ac.id/933/5/05.%20BAB%20II.pdf
https://atihayati69.wordpress.com/2016/04/18/perbedaan-sektor-usaha-formal-dan-
usaha-informal/#:~:text=Sektor%20Usaha%20Formal%20adalah%20lapangan,dan
%20terdaftar%20di%20kantor%20pemerintahan.&text=Sektor%20Usaha%20Informal
%20yaitu%20bidang,tidak%20terdaftar%20di%20lembaga%20pemerintahan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39476/Chapter?sequence=4
http://lemlit.uhamka.ac.id/index.php/berita/artikel-penelitian/66-20072011153600/
analisis-usaha-sektor-informal-di-perkotaan#:~:text=Sementara%20itu%20indikator
%20sektor%20informal,Para%20pekerja%20mudah%20keluar%20masuk
http://electrarobhy4.blogspot.com/2014/04/ekonomi-formal-dan-informal.html?m=1