Anda di halaman 1dari 6

NASKAH DRAMA BAHASA INDONESIA

“Akhir Bullying”

Guru Pembimbing :
Rista Mardianti, S. Pd., Gr.

Anggota kelompok :

1. Arik Suprayitno (03)


2. Elsa Putri Fajarwati (08)
3. Hanunissa Hunadiar (16)
4. M. Putro Agung P. (20)
5. Niken Dwi Galuh P. (25)
6. Rizki Bima Julianto (31)
7. Tutut Septia Wati (36)

Tahun ajaran 2021/2022


Adegan 1
Ada seorang siswi SMA yang bernama Niken. Ia adalah gadis yang
periang, namun seketika ia berubah menjadi gadis yang rendah diri karena
wajah dan penampilannya. Ia terus-menerus mendapat diskriminasi oleh
keluarganya bahkan di bully oleh teman-temannya karena dianggap buruk
rupa.
Di suatu pagi, saat Niken akan berangkat ke sekolah....
Niken: “Pagi Ma, Pa”
Elsa dan Arik : “Pagi” (menjawab serentak dengan nada malas)
Niken : “Sarapan ku, kubawa ke sekolah saja, ya ma? Aku takut terlambat
ke sekolah” (sambil mengambil kotak bekal di kitchen set)
Elsa : “Ya, terserah mu saja”
Niken : “Oke selesai! Ma, pa, aku berangkat dulu ya!” (hendak menyalimi
kedua orang tuanya)
Arik : “Hati-hati!”

Adegan 2
Setelah sampai di sekolah, Niken selalu berusaha agar wajah aslinya
tidak diketahui oleh orang lain di sekitarnya. Ia pun tidak langsung menuju
ke kelasnya, namun ia pergi ke kamar mandi sekolah terlebih dahulu,
berniat mengubah penampilannya dengan menggunakan make-up.
Niken : “Hm, sepertinya segini sudah cukup.” (bermonolog sambil berkaca)
Sebenarnya Niken adalah gadis cerdas, optimis, dan selalu
bersemangat. Hanya saja, make-up menjadi satu-satunya cara untuk bisa
mengembalikan kepercayaan dirinya.

Adegan 3
Di sisi lain....
Hanun : “Eh, Tut. Gue dengar, hari ini kita bakal dapet anak pindahan di
kelas kita!”
Tutut : “Trus apa masalahnya sama gua?”
Hanun : “Ya engga, gua kan cuma ngasih tau lo! Kali aja lo kudet gitu”
Tutut : “Iya gua juga denger, katanya sih namanya Niken”
Saat perjalanan menuju ke kelas, Niken berpapasan dengan seorang
siswa bersama dengan temannya.
Hanun : “Eh, Tut! Itu bukan sih anak barunya? Soalnya kita kayaknya ga
pernah liat dia di sekolah ini” (Berbisik ke arah Tutut)
Tutut : “Masa’ sih? Bisa jadi itu anak kelas lain yang ga pernah keluar
kelas.”
Hanun : “Coba kita tanya aja.”
Akhirnya, kedua siswi tersebut menghampiri Niken.
Tutut : “Heh! lo anak baru yang masuk sini ya?”
Niken : “I-iya”
Hanun : “Oohh, gini ternyata penampilannya.” (sambil menatap sinis ke arah
Niken dari ujung kaki hingga ujung kepala)
Tutut : “Nih aku kasih tahu ya! Kamu itu anak baru. Jadi, ngga usah sok-
sokan disini!” (berbicara dengan penekanan pada setiap kalimatnya)

Adegan 4
Keesokan harinya, Niken bergegas menuju ke kelasnya. Setibanya ia
di kelas, ia pun langsung melaksanakan tugasnya, yaitu piket kelas.
Niken: "Duh kotor banget sih, pasti kemarin ga ada yang piket" (ia
menggerutu kesal)
Tetapi Niken tetap menjalankan kewajibannya, beberapa menit
kemudian teman sekelasnya sampai di kelas.
Tutut : "Heh lo, sini cepet!"
Niken tetap diam di tempat dan menunduk sambil merampalkan doa
dalam hatinya agar yang dipanggil temannya tadi bukanlah dirinya.
Tutut : "Hehh! daritadi dipanggil diem aja" (ujarnya dengan penuh amarah)
Hanun : "Siapa sih yang kamu maksud?" (menghampiri meja Tutut)
Tutut : "Tuhh, yang duduk di kursi depan" (menunjuk Niken)
Hanun : "Oalah, itu Niken yang kemaren kita ketemu di lobby"
Tutut : "Ya ya ya, gapenting namanya siapa. Suruh saja dia kesini" (ujarnya
malas)
Hanun : "Niken! Dipanggil sama Tutut tuh daritadi"
Dalam hati Niken, ia sudah meruntuki dirinya.
Tutut : "Woii! Cepetan sini! Orang dipanggil juga"
Niken : "I-iyya Tut" (sambil berjalan menghampiri mereka)
Sebelum Niken sampai ke meja Tutut, mereka dikejutkan oleh
seseorang yang baru sampai di kelas karena ia berteriak.
Agung : "Assalamualaikum, ya ahli kubur!" (ujarnya dengan berteriak)
Tutut : "Bisa gak sih, kalau dateng gausah teriak–teriak? Berisik tau gak
si?!" (sahut Tutut dengan nada kesal dan marah)
Agung : "Iya-iya santuyy. Masih pagi marah-marah mulu."
Hanun : “Lagian, sembarangan banget tu mulut ngomongnya” (sambil melirik
kearah Agung)
Yang dilirik pun hanya memperlihatkan cengiran tak berdosanya
kepada Hanun. Sedangkan Tutut memutar bola matanya dengan malas.
Niken : "Ada apa kamu manggil aku Tutut?" (tanya Niken dengan menunduk)
Tutut : “Oh iya. Ini.” (sambil menyerahkan beberapa sampah kepada Niken)
Niken yang kebingungan dengan apa yang diberikan oleh temannya
itu, kemuadian memasang raut bertanya-tanya kepada Tutut untuk meminta
penjelasan.
Tutut : “Buangin ya? Kan kamu piket sekarang” (sambil tersenyum kearah
Niken)
Namun, saat Niken baru ingin beranjak keluar kelas untuk membuang
sampah, tiba – tiba Agung menghalangi jalan Niken.
Agung : “Heh Tut! Punya tangan sama punya kaki sendiri kan? Buang sendiri
lah!”
Hanun : “Ya kan dia piket. Sekalian dong!” (berniat membela Tutut)
Tutut : “Kenapa? Suka sama dia?”
Agung : “Hah? Apaan dah”
Hanun : “Ya udah sih. Orang tinggal buangin aja, lagian Nikennya juga mau
tuh. Ya kan Niken?” (sambil melihat kearah Niken)
Niken : “Eh, iya kok gapapa”
Adegan 5
Kedua siswi tersebut terus menggangu Niken, sampai pada akhirnya
mereka mengetahui kebenaran bahwa, Niken menggunakan make up untuk
menutupi wajahnya.
Niken : “Aduh, aku nggak bawa make-up lagi” (dengan raut wajah sedih)
Tutut : “Oohh... Ternyata selama ini pake make-up? Ini wajah asli kamu?”
(sambil menunjuk wajah Niken)
Hanun : “Ya ampun, aslinya kamu jelek banget ya ternyata. Hahahaha”
(tertawa terbahak-bahak)
Tutut : “Eh, jangan gitu dong Nun! Nanti dia makin malu punya wajah kayak
gitu. Hahahaha” (tertawa terbahak-bahak)
Tak lama kemudian, Agung dan Bima yang baru datang dari kantin pun
menghampiri meja Niken karena mendengar sekilas percakapan mereka.
Bima : “Iya deh, si paling cantik” (melirik sinis ke arah Tutut dan Hanun)
Agung : “Bilang aja kalian iri sama Niken. Kalian ga bisa beli make-up kan?
Hahaha”
Tutut : “Apaan sih! Lagian kan kita masih SMA, nggak boleh dong pakai
make-up?”
Bima : “Tapi kan kalian selama ini ngebully Niken terus. Apa coba alasan
kalian ngebully dia, kalau bukan karena iri sama kecantikan dia?”
Hanun : “Karena dia sok-sok an” (menatap sinis kearah Niken)
Bima : “Halah, tinggal bilang iri aja susah banget.”
Niken : “Eh udah-udah. Iya aku minta maaf ya karena pakai make-up ke
sekolah.”
Agung : “Ih kok malah yang minta maaf sih! Kamu udah di bully loh sama
mereka” (raut wajah kesal)
Bima : “Tau tuh. Belum aja nih aku laporin ke guru BK kalau kalian suka
ngebully”
Tutut : “Eh jangan dong!” (kaget mendengar perkataan Bima)
Agung : “Makanya, gausah ngebully orang lagi!”
Bima : “Ya udah, kalian minta maaf sana sama Niken. Karena kalian udah
bully dia selama ini. Padahal dia nggak punya salah sama kalian, malah kalian
bully”
Agung : “Apalagi dia anak baru. Harusnya tuh disambut dengan baik.
Bukannya malah di bully” (dengan ekpresi wajah kesal)
Hanun : “Iya-iya, aku minta maaf ya Niken, udah bully kamu selama ini”
(sambil menundukkan kepala)
Tutut : “Aku juga ya Niken. Kita ga akan kayak gitu lagi. Kamu masih mau
berteman kan sama kita?” (menatap kearah Niken)
Niken : “Iya, kita tetap berteman kok” (tersenyum kearah Tutut)
Hanun : “Kamu mau maafin kita?” (menatap Niken, berharap untuk
dimaafkan)
Niken : “Iya lah! Kita kan diajarin buat saling memaafkan”
Tutut dan Hanun : “Makasih ya niken”
Bima : “Nah gitu dong! Sesama teman tu harusnya akur, bukan saling
membully”
Tutut : “Iya-iya. Lagian kan kita udah minta maaf sekarang”
Agung : “Ya udah, besok-besok jangan diulangi lagi”
Setelah kejadian tersebut, Tutut dan Hanun pun tidak pernah lagi
membully siswa – siswi lain. Mereka yang tadinya ditakuti oleh para siswi
karena takut menjadi korban bully pun akhirnya tidak lagi takut kepada
mereka.

Anda mungkin juga menyukai