Rasulullah dalam haditsnya mengaitkan keimanan umat Islam dan akhlak mulia. Rasulullah
saw seakan tidak memisahkan keimanan dan kebaikan akhlak, yaitu sebuah sikap atau
keberpihakan pada kebaikan dan kepantasan.
Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin-nya menyebutkan bahwa inti dari sifat
orang yang beriman adalah akhlak terpuji. Hal ini ditandai dengan banyaknya hadits yang
menghubungkan keimanan dan akhlak terpuji.
وقد وصف رسول الله صلى الله عليه و سلم المؤمن بصفات كثيرة وأشار بجميعها إلى محاسن الأخلاق
Artinya, “Rasulullah menyifatkan orang yang beriman dengan banyak sifat. Rasulullah
memberi isyarat sifat orang beriman secara keseluruhan pada akhlak yang terpuji atau
akhlak mulia atau husnul khuluq atau mahasinul akhlak,” (Imam Al-Ghazali, Ihya
Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz III, halaman 74).
Baca Juga:
Imam Al-Ghazali kemudian menyebutkan beberapa hadits yang mengaitkan hubungan erat
keimanan dan akhlak terpuji. Berikut ini hadits yang disebutkan oleh Imam Al-Ghazali:
Baca Juga:
Artinya, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan
tamunya,” (HR Muttafaq alaihi).
3. Sikap bertetangga.
Artinya, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan
tetangganya.”
Artinya, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik
akhlaknya.”
إذا رأيتم المؤمن صموتا وقورا فادنوا منه فإنه يلقن الحكمة
Artinya, “Kalau kalian melihat orang beriman yang lebih memilih diam (proporsional) dan
berpembawaan tenang, dekatilah ia karena ia telah dianugerahkan kebijaksanaan,” (HR
Ibnu Majah).
Artinya, “Siapa saja yang perbuatan baiknya membuat dirinya senang dan perbuatan
jahatnya membuat dirinya sedih dan sakit, maka ia adalah orang beriman,” (HR Ahmad,
At-Thabarani, dan Al-Hakim).
Artinya, “Seorang mukmin tidak halal menunjuk isyarat kepada saudaranya dengan
pandangan yang menyakitkan,” (HR Ibnul Mubarak).
إنما يتجالس المتجالسان بأمانة الله عز وجل فلا يحل لأحدهما أن يفشي على أخيه ما يكرهه
Artinya, “Dua orang dapat duduk berkumpul dengan menanggung amanat dari Allah, salah
seorang di antara keduanya tidak halal untuk menyebarkan rahasia saudaranya yang ia
tidak sukai (untuk diketahui publik).”
Dari beberapa hadits tersebut, Imam Al-Ghazali menyimpulkan bahwa keimanan itu
berkaitan erat dengan akhlak terpuji. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Keimanan kepada
Allah dan rasul-Nya bertumpu kebanyakan pada akhlak terpuji. Wallahu a’lam. (Alhafiz
Kurniawan)
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan
informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
TAGS:
Akhlak Mulia
Akhlak Terpuji