Individual Assignment
Design Thinking and Entrepreneurship (OL)
Oleh :
Permadi Setiawan (NIM : 2301985973)
Individual Assignment
“Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”
BAB I
PENDAHULUAN
Smart Home Care Telepharmacy adalah salah satu aplikasi yang melayani dari segi
kesehatan dengan adanya kombinasi antara : teknologi informasi dan komunikasi serta bidang
kesehatan. Dengan adanya Smart Home Care Telepharmacy ini masyarakat dapat lebih mudah
untuk mengakses layanan kesehatan dan juga dapat menghemat sejumlah biaya untuk
mendapatkan layanan kesehatan. Dan memberikan pelayanan yang akurat dalam konteks “Online”
dengan cara pertama, seperti membuat janji konsultasi kepada dokter, pemeriksaan dan pelayanan
pembelian obat yang baik, cepat, mudah, aman, akurat, dan praktis dalam pencarian produk obat
dan juga dapat memberikan sebuah edukasi meliputi kesehatan.
Berdasarkan pada pemaparan masalah yang dideskripsikan pada latar belakang, maka
rumusan masalah dari proposal ini adalah bagaimana melakukan perancangan aplikasi yang
melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara : teknologi informasi dan
komunikasi serta bidang kesehatan menggunakan pendekatan design thinking.
Dalam pengajuan proposal ini terdapat beberapa batasan masalah agar pengerjaan
lebih terarah, sebagai berikut :
a. Perancangan aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara :
teknologi informasi dan komunikasi serta bidang kesehatan menggunakan pendekatan design
thinking.
b. Rancangan aplikasi berupa prototype.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengajuan proposal ini adalah :
a. Untuk merancang aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara
: teknologi informasi dan komunikasi serta bidang kesehatan dengan pendekatan design
thinking.
BAB II
METODE PROPOSAL
Dalam proposal ini, metode yang ditekankan dalam perancangan dan pengumpulan
data adalah metode design thinking dan future thinking, yang dikenal sebagai metode berpikir
komprehensif yang berkonsentrasi agar terwujud solusi, diawali dengan proses empathize yang
berpusat terhadap kebutuhan pengguna untuk menuju suatu inovasi terbaru. Dalam proposal ini
juga melakukan tinjauan literatur dengan mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan.
Metode design thinking merupakan salah satu pendekatan untuk mendapatkan solusi
dari sebuah masalah yang ada. Masalah yang akan diselesaikan disini adalah bagaimana sebuah
rancangan aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara :
teknologi informasi dan komunikasi serta bidang kesehatan. Lima tahap dalam design thinking
adalah empathize, define, ideate, prototype, dan test. Setiap tahapan tersebut dibuat berdasarkan
kepada kebutuhan pengguna.
Gambar 2.1 merupakan paparan kerangka alur metode yang didapatkan pada saat melakukan
perancangan untuk mengatasi masalah pada proposal ini.
2.1.1 Empathize
Empathize merupakan tahapan awal dalam metode design thinking dan merupakan inti dari
keseluruhan tahapan. Pada tahapan ini terdapat proses wawancara, observasi, tanya jawab dengan
scenario yang sudah ditentukan. Tujuan dari tahapan empathize adalah untuk menggali
permasalahan dari pengguna dan yang diinginkan oleh pengguna untuk pengembangan sistem
kedepannya. Berdasarkan pada tahapan ini, akan ada masalah dan solusi yang didapatkan. Dengan
melalui tahapan empathize, desain dari rancangan aplikasi akan relevan dengan kebutuhan
pengguna. Maka, solusi dari permasalahan dan kebutuhan pengguna akan terpenuhi. Akan didapat
sebuah tilikan dari hasil interaksi antara pembuat keputusan dan pengguna.
Gambar 2.2 merupakan paparan 9 dari 10 Persona yang merasa cemas dan takut untuk datang ke
pelayanan kesehatan, sehingga memilih tidak memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan selama
pandemi covid19.
2.1.2 Define
Define merupakan tahapan yang berselaras dengan hasil dari tahapan awal. Pada tahapan
ini, permasalahan yang dihadapi sudah ditentukan berdasarkan wawasan yang didapat pada
tahapan empathize. Pada tahapan ini, desainer akan mendapatkan informasi untuk melakukan
perancangan terhadap sistem terkait dengan fitur, fungsi, dan elemen-elemen yang dapat
menyelesaikan permasalahan yang ada. Aktifitas terkait yang akan dilakukan adalah membuat list
kebutuhan pengguna.
Gambar 2.3 merupakan paparan define “Bagaimana Kita Bisa” mengurangi resiko kontak erat /
tertular covid 19 pada pasien saat berobat ke kliinik, Rumah sakit dan membeli obat di Apotek
selama pandemic Covid 19.
2.1.3 Ideate
Ideate merupakan tahapan penentuan solusi terhadap permasalahan yang didapat pada tahap
sebelumnya. Solusi ini nanti akan dijadikan pegangan dalam pengembangan sistem yang akan
dibuat. Tahapan ini merupakan tahapan untuk brainstorming, mencatat seluruh ide-ide yang
dianggap bahwa keseluruhan ide tersebut dianggap bernilai. Adapun ide-ide sistem yang akan
dikembangkan merupakan sistem yang menggunakan sarana digital menggunakan aplikasi web.
Untuk alur kerja dari permasalahan yang diangkat merujuk kepada framework yang sudah ada.
Gambar 2.4 merupakan paparan ide terpilih yang dilakukan melalui brainstorming untuk
mendapatkan ide sebanyak mungkin dan mengelompokkanya kedalam Feasibility, Viability, dan
Desirability sehingga hasil pemilihan ide yang terpilih selanjutnya akan menjadi ide bisnis.
Gambar 2.5 merupakan paparan untuk membantu dalam pemilihan ide, kami menggunakan tools
Value Proposition Canvas yang bertujuan untuk membantu mengenal lebih dalam mengenai ide
bisnis dan apa yang menjadi kebutuhan pengguna. Value Proposition Canvas terdiri dari Customer
Profile dan Value Map. Kemudian dilanjutkan dengan membahas model bisnis yang disajikan
dalam tools Business Model Canvas yang terdiri dari Customer Segmen, Value Proposition,
Channels, Customer Relationship, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key
Partners, Cost Structure yang ditunjukkan Gambar 2.6.
2.1.4 Prototype
Setelah melewati ketiga tahap sebelumnya, maka pada tahapan ini mulai dilakukan
perancangan prototype terhadap sistem yang akan dibuat. Pada tahapan ini akan dibuat sebuah
purwarupa dari sistem yang akan dibuat. Beberapa hal yang akan dibahas pada tahapan ini adalah
context diagram atau use case diagram. Sehingga, purwarupa dapat disebut sebagai rupa awal yang
dibuat untuk mewakili skala sebenarnya sebelum dikembalikan atau justru dibuat khusus untuk
pengembangan sebelum dibuat dalam skala sebenarnya. Dalam proses pengembangan prototype,
terdapat prinsip untuk melihat kegagalan secepat mungkin (fall quickly). Prinsip ini sangat penting
karena dapat menentukan langkah selanjutnya dan memperbaiki kesalahan yang ada tanpa harus
terlalu lama terlarut dalam pengerjaan hal dengan kompleksitas yang dianggap tidak penting.
Gambar 2.7 merupakan paparan untuk Aplikasi Smart Home Care Telepharmacy (Aplikasi
berbasis web dan aplikasi). Aplikasi ini memiliki Fitur : Integrated with Health Application,
Integrasi dengan Data pasien, Fitur Konsultasi dan Chat dengan Dokter, Fitur Informasi Konseling
Dan Fitur Customer Service, Fitur Reminder Penggunaan Obat, Fitur Monitoring Kesehatan
Pasien, Fitur Menu Pembelian Obat, Fitur system Pencarian Obat & ketersediannya), Fitur system
Pencarian dengan Ragam Dokter Umum dan Dokter Specialis untuk Pasien serta Integrated with
Iot (Wearable) – Jam Tangan Pintar.
2.1.5 Test
Tahapan ini melakukan test atau pengujian terhadap prototype yang sudah dibuat melalui 3
parameter pengukuran performance, meliputi : Net Promotor Score, Customer Effort Index,
Customer Satisfaction Index. Pengujian menggunakan metode usability dengan menyebarkan
kuesioner penilaian kepada beberapa narasumber. Metode penilaian dari usability menggunakan
system usability scale (SUS). System Usability Scale (SUS) merupakan kuesioner yang dapat
digunakan untuk mengukur usability sistem komputer menurut sudut pandang subyektif pengguna.
Hingga saat ini, SUS banyak digunakan untuk mengukur usability dan menunjukkan beberapa
keunggulan, antara lain :
(1) SUS dapat digunakan dengan mudah, karena hasilnya berupa skor 0–10
(2) SUS sangat mudah digunakan, tidak membutuhkan perhitungan yang rumit
(3) SUS terbukti valid dan reliable.
SUS berupa kuesioner yang terdiri dari 5 item pertanyaan, seperti ditunjukkan pada tabel 2.1.
Kuesioner SUS menggunakan skor 0 – 10. Responden diminta untuk memberikan penilaian
“Sangat tidak setuju” , “Tidak setuju”, “Netral”, “Setuju”, dan “Sangat setuju” atas 5 item
pernyataan SUS sesuai dengan penilaian subyektifnya.
Gambar 2.8 merupakan paparan tahapan yang akan dilakukan uji coba pada prototype yang sudah
dibuat pada sebelumnya dengan menggunakan usability testing dengan memberikan kuesioner dan
link pengujian prototype kepada 10 orang calon pengguna.
Pemikiran masa depan dengan menanam pola pikir dalam bentuk praktik desain. Praktik
desain menjadi semakin berfokus pada masa depan, mencerminkan kompleksitas tantangan desain
yang kita hadapi. Pemikiran masa depan dapat menawarkan alat dan metode untuk membantu kita
dalam hal ini, tetapi lebih dari itu, mungkin menawarkan cara baru untuk melihat dunia yang kita
rancang.
Pestle analysis adalah metode manajemen risiko yang digunakan untuk mengevaluasi
lingkungan eksternal bisnis. Analisis ini dilakukan dengan memecah peluang dan risiko menjadi
faktor-faktor berikut :
1. Faktor politik
Faktor ini mengevaluasi sejauh mana kebijakan pemerintah dalam penerapan karantina dan
PPKM yang dapat berdampak pada perusahaan dan brand.
2. Faktor ekonomi
Lingkungan ekonomi yang cocok dengan brand dapat dinilai melalui demografis tertentu
hingga pada tingkat nasional. Faktor - faktor ini mungkin memiliki dampak jangka panjang
langsung atau tidak langsung pada brand. Faktor ini akan mempengaruhi tingkat inflasi ekonomi
dan pertumbuhan industri kesehatan dan farmasi.
4. Faktor teknologi
Faktor ini berkaitan dengan era revoluasi industri 4.0 yang mendorong untuk terus berinovasi
dalam teknologi yang dapat mempengaruhi operasi industry dan pasar secara menguntungkan
atau tidak menguntungkan. Ini mengacu pada ranah perekonomian digital, platform digital
yang berkembang pesat.
5. Faktor hukum
Faktor ini adalah undang-undang yang lebih spesifik. Misalnya undang – undang ITE tentang
informasi dan transaksi elektronik, serta undang – undang kesehatan. Perlu mengetahui apa
yang legal dan apa yang tidak legal agar promosi dan penjualan produk dapat berjalan
sukses dan sesuai etika. Selain itu, perlu mengetahui potensi perubahan dalam undang-undang
dan dampaknya terhadap bisnis di masa mendatang.
6. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan menjadi penting karena meningkatnya pandemi covid19. Ini termasuk aspek
kesehatan dan lingkungan yang dapat mempengaruhi tumbuhnya kesadaran akan potensi
dampak perubahan kesehatan masyarakat yang mempengaruhi produk yang ditawarkan.
Dari hasil PESTLE Analysis selanjutnya melakukan Clustering Driving Force yang
bertujuan untuk mengelompokkan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi implementasi ide
bisnis :
Skenario keberlangsungan bisnis melalui proses framing the scenario dan scoping the
scenario dengan memperhatikan storylines yang dapat divisualisasikan dalam time chart dan
memfokuskan pada pengaruh – pengaruh eksternal, sebagai berikut :
Gambar 3.2 merupakan paparan skenario keberlangsungan bisnis yang dilihat dari framing
scenario bisnis Smart Home Care Telepharmacy adalah :
1. Penggunaan teknologi dalam proses bisnis dengan Integrasi Data Layanan Kesehatan di
Indonesia
2. Penetapan strategi brand dan harga jual produk melalui Platform Digital Layanan
Kesehatan (Customized Dashboard Pasien)
Dan dilihat dari scoping the scenario bisnis Smart Home Care Telepharmacy adalah :
1. Penggunaan teknologi yang massive, Penetapan harga jual konservatif :
2. Adanya digitalisasi dan penggunaan Artificial Intelligence dalam berbagai sektor
kehidupan masyarakat.
3. Memanfaatkan big data untuk memahami pasar, karakteristik masyarakat sehingga mampu
memahami calon konsumen dan konsumen existing.
4. Pertumbuhan cashless society sehingga membantu pemerintah dalam mengontrol
peredaran uang di masyarakat.
5. Munculnya berbagai perusahaan start up yang dapat dijadikan sebagai partner kerja untuk
Bisnis Smart Home Care Telepharmacy .
6. Penggunaan teknologi saturated, Penetapan harga jual konservatif:
7. Tidak meratanya pembangunan infrastruktur teknologi di daerah tertentu menyebabkan
terhambatnya perluasan cakupan wilayah bisnis.
8. Adanya regulasi pemerintah yang mempengaruhi minat masyarakat terhadap Smart Home
Care Telepharmacy, misalnya kebijakan adanya UU ITE yaitu UU no. 19 Tahun 2016
tentang informasi dan transaksi elektronik.
BAB III
Kesimpulan & Saran
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Rancangan prototype aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya
kombinasi antara teknologi informasi dan komunikasi di bidang kesehatan dapat
dikembangkan melalui metode design thinking yang telah diuji menggunakan metode
usability dan metode future thinking agar menghasilkan business model innovation yang
unggul melalui framing the scenarios dan scoping the scenario.
2. Dalam perancangan menggunakan metode design thinking, diperlukan tiga tahap iterasi
hingga prototype sesuai dengan kebutuhan pengguna.
3. Potensi bisnis Smart Home Care Telepharmacy yang dapat di kembangkan ke depannya
seperti : 3D Visual. Dengan adanya 3D Visual digunakan untuk memproduksi peralatan
medis, seperti ventilator dan masker. Teknologi ini juga dapat membantu untuk lebih siap
menghadapi ancaman-ancaman virus, seperti pandemic covid 19, bahkan pandemic virus
masa depan lainnya yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander Osterwalder & Yves Pigneur. (2010). Business Model Canvas. (T. Clark, Ed.). New
Jersey: john wiley & sons, inc.
Brown, T (2009). Change By Design: how design thinking transforms organisations and inspires
innovation. New York: Harper Collins.
Davidsson, P. (2015). Entrepreneurial opportunities and the entrepreneurship nexus :
A re-conceptualization. Journal of Business Venturing, 30 (5), 674 – 695
:10.1016/j.jbusvent.2015.01.002 2
Freddy Rangkuti. 20014. ANALISIS SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Osterwalder, A. et.al., 2010. Business Model Generation, John Wiley & Sons, Inc., Terjemahan
Sihandrini, N.R, PT. Elex Media Komputindo, 2012