Anda di halaman 1dari 73

ANALISIS EVALUASI DAYA TERPASANG PADA GEDUNG

KEUANGAN NEGARA SEMARANG 2

LAPORAN TUGAS AKHIR

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Disusun Oleh :

ABDUL SHOBHI NUGROHO


NIM. 30601601819

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
FINAL PROJECT

INSTALLED POWER EVALUATION ANALYSIS OF


ELECTRICITY INSTALLATION AT THE SEMARANG STATE
FINANCIAL BUILDING 2

Proposed To Complete The Requirement To Obtain A Bachelor’s Degree (S1) At


Departement Of Elektrical Engineering
Faculty Of Industrial Technology, Sultan Agung Islamic University

Arranged By :

ABDUL SHOBHI NUGROHO


NIM. 30601601819

DEPARTEMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING


FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ANALISIS EVALUASI DAYA


DAYA TERPASANG PADA GEDUNG KEUANGAN NEGARA
SEMARANG 2“ yang telah disusun oleh :
Nama : Abdul Shobhi Nugroho
NIM : 30601601819
Program Studi : Teknik Elektro
Telah disahkan oleh dosen pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Muhamad Haddin,,MT. Dedi Nugroho, ST,MT


NIDN.0618066301 NIDN.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektro

Jenny Putri Hapsari, ST., MT.


NIDN.

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Abdul Shobhi Nugroho
NIM : 30601601819
Judul Tugas Akhir : ANALISIS EVALUASI DAYA DAYA TERPASANG
PADA GEDUNG KEUANGAN NEGARA
SEMARANG 2

Dengan surat pernyataan ini saya menyatakan judul dan isi Tugas Akhir
yang telah saya buat dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Srata Satu (S1)
jurusan Teknik Elektro tersebut adalah asli dan belum pernah diangkat, ditulis
maupun dipublikasikan sebelumnya , kecuali yang menjadi acuan dari Tugas
Akhir ini dan telah disebutkan dalam daftar pustaka. Dan apabila Tugas Akhir ini
terbukti pernah diangkat maupun pernah dipublikasikan, maka saya bersedia
menerima sanksi akademis yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya buat
dengan sadar dan penuh tanggung jawab.

Semarang, Mei2022
Yang menyatakan,

Abdul Shobhi Nugroho

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Abdul Shobhi Nugroho
NIM : 30601601819
Program Studi : Teknik Elektro
Fakultas : Teknologi Industri
Alamat Asal :

Dengan ini menyatakan Karya Ilmiah berupa Tugas Akhir dengan Judul :
ANALISIS KUALITAS DAYA INSTALASI LISTRIK TENAGA PADA
GEDUNG KEUANGAN NEGARA SEMARANG 2

Menyetujui menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta menjadikan
Hak bebas Royalti Non-Eksklusif untuk mdisimpan, Dialihmediakan, dikelola dan
pangkalan data dan dipublikasikan di internet dan media lain untuk kepentingan
akademis selama tetap menyantumkan nama penulis sebagai pemilik hak cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh–sungguh. Apabila dikemudian hari
terbukti ada pelanggaran Hak Cipta/Plagiatisme dalam karya ilmiah ini, maka
segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi
tanpa melibatkan Universitas Islam Sultan Agung.
Semarang, Mei 2022
Yang menyatakan,

Abdul Shobhi Nugroho

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan karunia serta berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ANALISIS
EVALUASI DAYA TERPASANG PADA GEDUNG KEUANGAN
NEGARA SEMARANG 2” untuk menyelesaikan persyaratan guna menempuh
gelar sarjana (S1).
Banyak hambatan yang terjadi dalam penulisan tugas akhir ini tetapi
dengan adanya pihak lain yang membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Gunarto S.H. M.Hum. selaku Rektor Universitas Islam
Sultan Agung Semarang.
2. Dr. Ir. Hj.Novi Marlyana, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
3. Jenny Putri Hapsari, ST., M.T. selaku Ketua Program Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang.
4. Dr. Ir. Muhamad Haddin, M.T. dan Dedi Nugroho, ST., MT. selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu memberikan
arahan serta dorongan untuk Penulis dalam penyusunan laporan tugas
akhir.
5. Semua Dosen dan KaryawanFakultas Teknologi Industri atas semua
ilmu, bimbingan dan bantuannya hingga penulis menyusun tugas akhir
ini.
6. Kedua Orang tua saya Bapak Djudjukdan Ibu Faizah yang sangat saya
cintai, yang senantiasa memberikan doa, semangat, perhatian,
dukungan, dan kasih sayang kepada penulis yang tiada henti.

iv
7. Kepada teman-teman seperjuangan Teknik Elektro UNISSULA
Angkatan 2016 yang selalu menghadapi halang dan rintangan dalam
mencari ilmu di Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
8. Rekan – rekan Program Studi Teknik Elektro, Serta pihak–pihak lain
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan yang ada pada Tugas Akhir
ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukannya agar kedepannya
penulis dapat melakukan penelitian dengan lebih baik lagi. Semoga Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.
Walaikumsalam wr. wb.
Semarang, Mei 2022

Abdul Shobhi Nugroho

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING............................................................i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR.......................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
ABSTRAK...............................................................................................................x
ABSTRACT............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Batasan Masalah..................................................................................3
1.4 Tujuan..................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan..........................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................5
2.1 Tinjauan Pustaka..................................................................................5
2.2 Landasan Teori....................................................................................6
2.2.1 Konsep Rangkaian Listrik.........................................................6
2.2.2 Suplai Daya Listrik..................................................................16
2.2.3 Demand Side Management (DSM).........................................16
2.2.4 Sistem Tenaga Listrik..............................................................19
2.2.5 Beban Listrik...........................................................................23
2.2.6 Sistem Instalasi Listrik............................................................23
2.2.7 Karakteristik Beban.................................................................24
2.2.8 Memilih Daya Langganan PLN...............................................27
2.2.9 Menentukan Kapasitas Transformator.....................................29
2.2.10 Sistem Langganan Listrik PLN.............................................31

vi
2.2.11 Daya Tersambung PLN.........................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................36
3.1 Model Penelitian................................................................................36
3.2 Objek Penelitian.................................................................................36
3.3 Peralatan Yang Digunakan................................................................36
3.4 Sistem Kelistrikan..............................................................................36
3.5 Karakteristik Beban Harian...............................................................38
3.6 Metode dan Alur Penelitian...............................................................38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................41
4.1 Data Hasil Penelitian.........................................................................41
4.1.1 Analisa Kebutuhan Daya Listrik.............................................41
4.1.2 Hasil Pengukuran Karakteristik Beban Harian........................42
4.2 Pembahasan.......................................................................................44
4.2.1 Beban Rata-Rata......................................................................45
4.2.2 Beban Rata-Rata Pada Jam Operasional..................................46
4.2.3 Faktor Kebutuhan (Demand Factor)........................................46
4.2.4 Beban Maksimum....................................................................47
4.2.5 Analisis Beban Terpasang.......................................................48
4.2.6 Kapasitas Daya Langganan PLN.............................................48
4.2.7 Pembatas Arus.........................................................................49
4.2.8 Perhitungan Kapasitas Daya Generator Set.............................49
4.3 Hasil Evaluasi....................................................................................50
BAB V PENUTUP.................................................................................................51
5.1 Kesimpulan........................................................................................51
5.2 Saran..................................................................................................51

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Arus searah (Direct Current/DC).........................................................8


Gambar 2.2. Arus Bolak-balik (Alternating Current/AC)......................................8
Gambar 2.3. Rangkaian percobaan hukum Ohm..................................................10
Gambar 2.4.Phasor arus dan tegangan...................................................................12
Gambar 2.5. Segitiga daya faktor daya satu..........................................................12
Gambar 2.6. Phasor arus dan tegangan faktor daya lagging................................14
Gambar 2.7. Phasor arus dan tegangan faktor daya leading................................14
Gambar 2.8. Wiring Diagram Sistem Distribusi Tenaga Listrik.........................20
Gambar 2.9. Kurva beban harian dan faktor beban.............................................26
Gambar 2.10. Kwh meter tiga fasa dan KVARh.................................................35
Gambar 3.1. Alur penelitian.................................................................................41
Gambar 2.5. Segitiga daya faktor daya satu.........................................................12
Gambar 2.5. Segitiga daya faktor daya satu.........................................................12
Gambar 2.5. Segitiga daya faktor daya satu.........................................................12

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Faktor kebutuhan berdasar jenis bangunan............................................30


Tabel 2.2.Golongan Tarif Dasar Listrik.................................................................31
Tabel 2.3.Daya Tersambung PLN..........................................................................35
Tabel 4.1.Total Beban Terpasang..........................................................................42
Tabel 4.2.Karakteristik beban harian Gedung.......................................................43
Tabel 4.3.Karakteristik beban puncak harian Gedung...........................................44
Tabel 4.4. Karakteristik beban puncak harian Gedung..........................................45

ix
ABSTRAK

Kebutuhan energi listrik kian berkembang, baik dalam kawasan pendidikan,


industri, maupun untuk keperluan rumah tangg. Salah satunya dapat dilihat dari
pembangunan sarana dan prasarana yang terus dibangun sehingga penambahan
kebutuhan daya listrik mutlak diperlukan. Penentuan kebutuhan daya terpasang
hendaknya disesuaikan dengan pemakaian beban. Hal ini terkait dengan biaya rekening
listrik yang dikeluarkan pada tiap bulannya. Evaluasi kebutuhan daya listrik dilakukan
untuk mendapatkan daya terpasang efektif dan ideal.
Metode yang digunakan untuk evaluasi yaitu mengubah langganan daya litrik
terpasang. Jika faktor kebutuhan rendah berarti kapasitas daya terpasang bisa
diturunkan dan bila faktor kebutuhan tinggi maka kapasitas daya terpasang tidak bisa
diturunkan. Apabila kapasitas daya terpasang jauh lebih kecil dari langganan daya,
maka dapat menjadi peluang penghematan biaya listrik dengan perubahan sistem
langganan PLN ( penurunan daya), sebaliknya jika kapasitas daya terpasang jauh lebih
besar dengan sistem langganan perlu adanya perubahan sistem langgan (menaikan
daya).
Hasil menunjukan bahwa Besarnya rata-rata daya listrik yang terpakai pada
Gedung Keuangan Negara Semarang 2 berdasarkan hasil perhitungan yaitu 28,11 kW.
Besarnya daya terpasang pada Gedung Keuangan Negara Semarang 2 sebesar 2 x 105
kVA, sedangkan berdasarkan hasil evaluasi yaitu sebesar 164 kVA didapat selisih daya
terpasang sebesar 46 kVA. Sehingga dapat dilakuan penurunan daya langganan
PLN.Besarnya kapasitas daya listrik generator set yang ada untuk memenuhi kebutuhan
beban listrik di Gedung Keuangan Negara Semarang 2 yang ada saat ini yaitu 2 x 135
kVA, sedangkan berdasarkan hasil evaluasi kebutuhan kapasitas generator set yaitu
sebesar 200 kVA selisih kapasitas generator set terpasang sebesar 70 kVA. Sehingga
dapat dilakuan penurunan kapasitas generator set.

Kata Kunci : kebutuhan daya kistrik, faktor kebutuhan, penghematan biaya beban listrik

Review Abstrak :
Alinea 1 : Belum menceritakan permasalahan yang ada sehingga tidak terlihat
kaitannya antara alinea 1 , 2 dan 3. seharusnya permasalahan yang dipaparkan adalah
masalah yang dihadapi oleh gedung keuangan Negara tersebut
Alinea 2 : Metode penelitian belum terlihat, seharusnya pada alinea ke 2 menceritakan
metode yang anda lakukan dalam mengolah data penelitian sehingga diperoleh hasil
seperti yang anda jelaskan di alinea ke 3.
Alinea ke 3 : Berisi hasil penelitian
Saran : Gantilah alinea pertama dengan menceritakan secara singkat
permasalahan yang dihadapi dalam gedung keuangan Negara tersebut
sehubungan dengan kosumsi daya listrik. Pada aline kedua anda ceritakan
metode risetnya seperti teknik pengambilan data , dan cara pengolahan data
tersebut. Di alinea ketiga barulah anda ceritakan hasil risetnya.

x
ABSTRACT

The need for electrical energy is growing, both in the area of education, industry,
and for household purposes. One of them can be seen from the construction of facilities
and infrastructure that are continuously being built so that additional electricity needs
are absolutely necessary. The determination of the installed power requirement should be
adjusted to the load usage. This is related to the cost of electricity bills that are issued
each month. Evaluation of electrical power requirements is carried out to obtain effective
and ideal installed power.
The method used for evaluation is changing the installed electricity subscription. If
the demand factor is low, it means that the installed power capacity can be reduced and if
the demand factor is high, then the installed power capacity cannot be reduced. If the
installed power capacity is much smaller than the power subscription, it can be an
opportunity to save electricity costs by changing the PLN subscription system (decreasing
power), on the contrary if the installed power capacity is much larger with the
subscription system, it is necessary to change the subscription system (increase power).
The results show that the average amount of electrical power used in the Semarang
State Finance Building 2 based on the calculation results is 28.11 kW. The amount of
power installed in the Semarang State Finance Building 2 is 2 x 105 kVA, while based on
the evaluation results, which is 164 kVA, the difference in installed power is 46 kVA. So
that it can be done to reduce the power of PLN subscriptions. The amount of electrical
power capacity of the existing generator set to meet the needs of the electricity load in the
Semarang State Finance Building 2 currently is 2 x 135 kVA, while based on the results
of the evaluation of the generator set capacity requirement, which is 200 kVA, the
difference in the installed generator set capacity is 70 kVA. So that it can be done to
reduce the capacity of the generator set.

Keywords : electrical power requirements, demand factors, electricity load cost savings

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan beban-beban listrik saat ini memang dirasakan jauh lebih banyak
dan dengan permasalahan yang juga banyak jika dibandingkan dengan
penggunaan beban listrik pada waktudahulu. Jenis beban listrik yang digunakan
pada saat sekarang dapat berupa beban linier dan bebantidak linier yang banyak
digunakan baik dalam rumah tangga, perkantoran, dan industri.
Akibatpenggunaan berbagai macam beban berpengaruh terhadap jaringan sistem
tenaga listrik terutama masalah kualitas daya listrik.
Monitoring kualitas daya listrik pada suatu gedung adalah memantau kualitas
daya listrik melalui suatu proses pengambilan data tentang variabel atau besaran
listrik yaitu tegangan, arus,faktor daya, daya nyata, daya semu, daya reaktif, dan
harmonisa listrik. Dari data tersebutkemudian dilakukan proses analisa data dan
mengambil kesimpulan hasil pengolahan data untukmemberikan informasi
tentang semua variabel tersebut. Setelah kesimpulan telah diperoleh makadapat
diambil tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas daya tersebut.
Tujuan darimonitoring kualitas daya listrik adalah
a. Untuk mengetahui kinerja sistem tenaga listrik.
b. Predictive maintenance.
c. Memberikan pelayanan kualitas daya listrik yang optimal.
d. Memberikan informasi khusus.
Beberapa masalah kualitas daya listrik yang berhubungan dengan peralatan
yang terpasang pada jaringan tenaga listrik yaitu
a. Permasalahan yang bersifat umum, misalnya kegagalan peralatan,
kesalahan fungsi dari sistem pengaturan dan peralatan yang digunakan.
b. Karakteristik dari peralatan yang digunakan peka terhadap peubahan
variabel sumber tenaga listrik.
c. Munculnya masalah kegagalan operasi peralatan dalam waktu yang
sama.

1
2

d. Kondisi peralatan yang terpasang dalam jaringan tenaga listrik.


e. Peralatan yang memberikan perubahan variabel kualitas daya listrik,
misalnya starting motor listrik, switching kapasitor, inverter, soft starter,
rectifier, dan peralatan yang menghasilkan busur api.
Hasil monitoring kualitas daya dapat memberikan informasi atau
menggambarkan secara keseluruhan karakteristik sumber tenaga listrik yang
diberikan kepada konsumen. Sebagai contoh monitoring yang dilakukan pada
semua lokasi diperlihatkan pada gambar 1.1. Untuk mengambil data dapat
dilakukan pada beberapa titik lokasi tertentu yang dianggap dapat mewakili semua
sistem tenaga listrik [11].
Jika faktor kebutuhan rendah maka kapasitas beban terpasang bisa diturunkan
dan tetapi bila faktor kebutuhan tinggi maka kapasitas beban terpasang tidak bisa
diturunkan. Dengan demikian peninjauan kembali sistem langganan listrik PLN
dapat dilakukan dengan mengevaluasi kembali kapasitas daya terpasang. Apabila
kapasitas daya terpasang jauh lebih kecil dari langganan daya, maka dapat
menjadi peluang penghematan energi dan biaya listrik dengan perubahan sistem
langganan PLN (Penurunan daya), sebaliknya jika kapasitasdaya terpasang jauh
lebih besar dengan sistem langganan perlu adanya perubahan sistem langganan
(menaikan daya). Penentuan langganan daya hendaknya disesuaikan dengan
pemakaian beban. Hal ini terkait dengan biaya rekening listrik yang dikeluarkan
pada setiap bulannya. Pengubahan daya langganan dapat menaikkan dan
menurunkan daya langganan. Perubahan daya langganan yang memberikan
peluang penghematan biaya listrik adalah penurunan daya langganan. Penurunan
daya langganan ini dilakukan konsumen mempunyai langganan lebih besar dan
penggunaan lebih kecil dari daya langganan. Dengan menurunkan daya langganan
dan ganti tarif dapat menghemat biaya listrik dalam setiap bulan.

Review latar Belakang :


Latar belakang belum menceritakan permasalahan yang dihadapi oleh obyek
penelitian ( dalam kasus ini gedung keuangan Negara ), padahal judulnya dengan
jelas menganalisi daya terpasang pada gedung tersebut. Latar belakang yang benar
3

seharusnya anda ceritakan permasalahan mengenai pemakaian energy listrik di


gedung tersebut berdasarkan hasil pengamatan atau identifikasi awal, nah
berdasarkan temuan tersebut baru anda ceritakan alasan yang melatarbelakangi
perlunya dilakukan riset dilokasi tersebut, kemudian jelaskan metode riset yang
anda lakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Saran : Ceritakan terlebih dahulu secara singkat mengenai gambaran gedung
tersebut biar pembaca tahu, seperti fungsinya, luas gedungnya, bertingkatkah ?
dan sebagian besar jenis beban – beban listrik disana, kemudian jam
operasionalnya, kapasitas daya terpasang, dsb. Berdasarkan hasil – hasil
pengamatan tersebut bisa diprediksi permasalahan apa saja yang muncul, dengan
demikian anda mempunyai alasan mengapa anda mengambil judul penelitian
tersebut, kemudian uraikan metode yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian
ini.

1.2 Perumusan Masalah


Sesuai dengan alasan pemilihan judul yang tertuangkan dalam latar belakang
diatas, maka permasalahan yang akan menjadi obyek penelitian yaitu:
1. Berapa besar rata-rata daya listrik yang terpakai untuk memenuhi
kebutuhan beban listrik pada Gedung Keuangan Negara Semarang 2?
2. Berapa besar daya listrik yang terpakai saat beban puncak, beban rata – rata
dan kebutuhan daya maksimum pada jam operasional pada Gedung
Keuangan Negara Semarang 2?
3. Berapa besar daya listrik efektif terpasang untuk memenuhi kebutuhan
beban listrik pada Gedung Keuangan Negara Semarang 2?
4. Berapa besar kapasitas daya listrik generator set untuk memenuhi
kebutuhan beban listrik pada Gedung Keuangan Negara Semarang 2 saat
terjadi pemadaman daya listrik dari PLN?
1.3 Batasan Masalah
Dalam menyusun Tugas Akhir ini untuk menghindari adanya penyimpangan
uraian dan bahasan, maka perlu adanya batasan masalah yaitu:
1. Pembahasan mengenai perhitungan daya listrik yang terpasang.
4

2. Perhitungan besarnya daya listrik yang terpakai saat beban puncak, beban
rata – rata dan beban terendah pada jam operasional.
3. Jam operasional di asumsikan 9 jam per hari berdasarkan rata-rata jam
buka kantor.
4. Penelitian dilakukan di perpusda di Gedung Keuangan 2
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah:
1. Mengetahui besar rata-rata daya listrik yang terpakai untuk memenuhi
kebutuhan beban listrik pada Gedung Keuangan Negara Semarang 2.
2. Mengetahui besar daya listrik yang terpakai saat beban puncak, beban rata
–rata dan kebutuhan daya maksimum pada jam operasional pada Gedung
Keuangan Negara Semarang 2.
3. Mengetahui total daya efektif KVA dari PLN terpasang pada Gedung
Keuangan Negara Semarang 2.
4. Mengetahui total kapasitas daya listrik KVA dari Generator Set untuk
memenuhi kebutuhan beban listrik pada Gedung Keuangan Negara
Semarang 2 saat terjadi pemadaman daya listrik dari PLN.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat bagi penulis,
dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperluas
ilmu pengetahuan mengenai sistem suplai daya isntalasi listrik serta dapat
mengetahui biaya perawatan.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan dalam penelitian ini meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang dan
permasalahan, pokok permasalahan, batasan-batasan masalah yang
digunakan, tujuan yang akan dicapai, manfaat yang di dapat dan
sistematika yang digunakan dalam proyek Tugas Akhir.
BAB II LANDASAN TEORI
5

Membahas tentang Konsep rangkaian listrik, suplai daya listrik,


Demand Side Management (DSM), sistem tenaga listrik,
BAB III METODE PENELITIAN
Membahas tentang model penelitian, obyek penelitian, peralatan
yang dipergunakan, sistem kelistrikan, karakteristik beban harian,
metode dan alur penelitian.
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA DATA
Membahas tentang analisa kebutuhan daya listrik, beban terpasang,
karakteristik beban, grafik karakteristik beban harian, karakteristik
beban puncak harian, grafik beban puncak harian, beban rata-rata,
faktor kebutuhan (Demand Factor), beban maksimum, analisis
beban terpasang, kapasitas daya langganan PLN, pembatas arus,
kapasitas generator set dan peluang penghematan biaya terhadap
daya terpasang.
BAB V PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Energi merupakan kebutuhan dasar untuk menggerakkan hampir seluruh
aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Penggunaan energi secara boros dan
berlebihan akan berdampak pada kerusakan lingkungan, penurunan daya saing
produk dan permasalahan sosial ekonomi jangka panjang. Seiring dengan
permasalahan energi yang semakin komplek, manajemen penggunaan energi pada
sisi beban khususnya pada gedung perkantoran dan industri, sudah saatnya
menjadi bagian penting dalam struktur manajemen perusahaan. Salah satu aspek
dari permasalahn energi listrik pada gedung perkantoran dan industri yaitu
penurunan kualitas daya listriknya. Penurunan kualitas daya listrik dapat
menyebabkan berkurangnya efisiensi energi. Oleh karena itu, salah satu parameter
yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan energi listrik pada suatu gedung
adalah kualitas dayanya:
a. Penelitian“Kajian Harmonisa Arus Dan Tegangan Listrik di Gedung
Administrasi Politeknik Negeri Pontianak” [14].Pengamatan kualitas daya listrik
pada pengukuran arus, tegangan, daya, faktor daya, THDi%, THDv%, dan
frekuensi pada masing-masing fasa R, S dan T. Di dalam analisinya, perhitungan
rugi-rugi daya untuk ketidakseimbangan 2 beban dan pemakaian standar IEEE
untuk membandingkan nilai THD arus dan THD tegangannya
b. Penelitian “Identifikasi Kualitas Daya Listrik Gedung Universitas PGRI
Semarang” [6]. Untuk mengidentifikasi besaran listrik yang meliputi arus,
tegangan, faktor daya, daya listrik dan distorsi harmonisa (THD). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Berdasarkan hasil
penelitian terdapat beberapa masalah yaitu faktor daya yang masih rendah,
ketidakseimbangan tegangan (unbalanced voltage) dan tegangan naik (over
voltage), pembagian beban yang tidak seimbang dan harmonisa dalam jaringan
listrik cukup besar. Persentase total distorsi harmonisa (%THD) gedung pusat

6
7

adalah 67,9 dan gedung utama 76,3. Dalam penelitian ini penyelesaian masalah
ditekankan dalam masalah faktor.

Review Tinjauan Pustaka :


Tinjauan pustaka bertujuan untuk meninjau beberapa peneliti lain yang
pernah melakukan riset dengan tema yang sejenis, sehingga dapat diketahui
perbedaannya dengan peneliti lain, dengan demikian tidak akan di cap sebagai
plagiat. Nah judul anda mengenai evaluasi kapasitas daya terpasang, tetapi
tinjauan pustaka yang anda gunakan sebagai rujukan adalah masalah harmonic,
jadi jelas jauh sekali perbedaan temanyanya, sehingga tampak jelas tidak ada
hubungannya dengan judul penelitian anda.
Saran : Tinjauan pustaka seharusnya memaparkan beberapa riset peneliti lain
yang berhubungan dengan evaluasi daya terpasang pada suatu bangunan.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Konsep Rangkaian Listrik
Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu
lintasan tertutup. Pembatasan elemen atau komponen listrik pada rangkaian listrik
dapat dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif dan pasif. Elemen
aktif adalah elemen yang menghasilkan energi dalam hal ini adalah sumber
tegangan dan sumber arus. Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini
tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang
hanya dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen
resistor atau banyak juga yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan
simbol R, dan komponen pasif yang dapat menyimpan energi juga
diklasifikasikan menjadi dua yaitu komponen atau lemen yang menyerap energi
dalam bentuk medan magnet dalam hal ini induktor atau sering juga disebut
sebagai lilitan, belitan atau kumparan dengan simbol L, dan komponen pasif yang
8

menyerap energi dalam bentuk medan magnet dalam hal ini adalah kapasitor atau
sering juga dikatakan dengan kondensator dengan simbol C [10].
Elemen atau komponen listrik yang dibicarakan disini adalah:
1. Elemen listrik dua terminal
a. Sumber tegangan
b. Sumber arus
c. Resistor (R)
d. Induktor (L)
e. Kapasitor (C)
2. Elemen listrik lebih dari dua terminal
a. Transistor
b. Op-amp
Rangkaian adalah interkoneksi dari sekumpulan elemen atau komponen
penyusunnya ditambah dengan rangkaian penghubungnya dimana disusun dengan
cara-cara tertentu dan minimal memiliki satu lintasan tertutup. Dengan kata lain
hanya dengan satu lintasan tertutup saja kita dapat menganalisis suatu rangkaian.
Satu lintasan tertutup adalah satu lintasan saat kita mulai dari titik yang dimaksud
akan kembali lagi ke titik tersebut tanpa terputus dan tidak memandang seberapa
jauh atau dekat lintasan yang kita tempuh.

A. Arus Listrik
Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan
yang mengalir dalam satuan waktu dengan simbol (I), dengan kata lain arus
adalah muatan yang bergerak. Selama muatan tersebut bergerak maka akan
muncul arus tetapi ketika muatan tersebut diam maka arus pun akan hilang.
Muatan akan bergerak jika ada energi luar yang memepengaruhinya.
Muatan adalah satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari atom. Dimana
dalam teori atom modern menyatakan atom terdiri dari partikel inti (proton
bermuatan (+) dan neutron bersifat netral) yang dikelilingi oleh muatan elektron
(-), normalnya atom bermuatan netral. Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan
positif dan muatan negatif Arah arus searah dengan arah muatan positif (arah arus
9

listrik) atau berlawanan dengan arah aliran elektron. Suatu partikel dapat menjadi
muatan positif apabila kehilangan elektron dan menjadi muatan negatif apabila
menerima elektron dari partikel lain. Coulomb adalah unit dasar dari International
System of Units (SI) yang digunakan untuk mengukur muatan listrik (q ≈ 1,6 × 10
-19
coulomb). Persamaan arus listrik dengan menggunakan rumus 2.1 yaitu:
Q
I= (2.1)
t
dengan:
I : Kuat arus (Ampere)
t : Waktu (detik)
Q : Muatan listrik (Coulomb)
Dalam teori rangkaian arus merupakan pergerakan muatan positif. Ketika
terjadi beda potensial disuatu elemen atau komponen maka akan muncul
arusdimana arah arus positif mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah
dan arah arus negatif mengalir sebaliknya.
Macam-macam arus:
1. Arus searah (Direct Current/DC)
Arus DC adalah arus yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap
satuan waktu, artinya dimana pun kita meninjau arus tersebut pada wakttu berbeda
akan mendapatkan nilai yang sama, seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1.
V

t
Gambar 2.1 Arus searah (Direct Current/DC)
2. Arus bolak-balik (Alternating Current/AC)
Arus AC adalah arus yang mempunyai nilai yang berubah terhadap satuan
waktu dengan karakteristik akan selalu berulang untuk periode waktu tertentu
(mempunyai periode waktu: t), seperti yang ditunjukan pada gambar 2.2.
10

Gambar 2.2 Arus Bolak-balik (Alternating Current/AC)

B. Tegangan
Tegangan atau seringkali orang menyebut dengan beda potensial. Voltage
adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu muatan (sebesar satu
coulomb) pada elemen atau komponen dari satu terminal/kutub ke terminal/kutub
lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan mempunyai beda potensial jika
kitamenggerakkan/memindahkan muatan sebesar satu coulomb dari satu terminal
ke terminal lainnya.
Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah energi yang
dikeluarkan, sehingga pengertian diatas dapat dipersingkat bahwa tegangan adalah
energi per satuan muatan, persamaan tegangan dihitung dengan menggunakan
rumus 2.2 yaitu:
W
V= (2.2)
Q
dengan:
V : Tegangan (Volt)
W : Usaha (Joule)
Q : Muatan (Coulomb)
a. Tegangan Satu Fasa
Tegangan 1 phasa adalah instalasi listrik yang menggunakan dua kawat
penghantar yaitu 1 kawat phasa dan 1 kawat 0 (netral). Pengertian sederhananya
adalah listrik 1 phasa terdiri dari dua kabel yaitu 1 bertegangan dan 1 netral.
Umumnya listrik 1 phasa bertegangan 220volt yang digunakan banyak orang.
11

Biasanya listrik 1 phasa digunakan untuk listrik perumahan, namun listrik PLN di
jalanan itu memiliki 3 phasa, tetapi yang masuk ke rumah kita hanya 1 phasa
karena kita tidak memerlukan daya besar. Misalnya yang ke rumah kita adalah
Phase R, tetangga kita mungkin Phase S, dan tetangga yang lain Phase T.
b. Tegangan Tiga Fasa
Listrik 3 phasa adalah instalasi listrik yang menggunakan tiga kawat phasa
dan satu kawat 0 (netral) atau kawat ground. Menurut istilah Listrik 3 Phasa
terdiri dari 3 kabel bertegangan listrik dan 1 kabel Netral. Umumnya listrik 3
phasa bertegangan 380V yang banyak digunakan Industri atau pabrik.
Listrik 3 phasa adalah listrik AC (alternating current) yang menggunakan 3
penghantar yang mempunyai tegangan sama tetapi berbeda dalam sudut phase
sebesar 1200.
C.Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum
Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas
beda potensial yang dikenakan kepadanya. Seperti yang ditunjukan pada gambar
2.3.

Gambar 2.3 Rangkaian percobaan hukum Ohm


Pada sebagian besar konduktor logam, hubungan arus yang mengalir dengan
potensial diatur oleh Hukum Ohm. Ohm menggunakan rangkaian percobaan
sederhana seperti pada gambar 1.2. Dia menggunakan rangkaian sumber potensial
secara seri, mengukur besarnya arus yang mengalir dan menemukan hubungan
12

linier sederhana, persamaan hukum ohm dihitung dengan menggunakan rumus 2.3
yaitu:
V = I. R (2.3)
dengan:
V : Tegangan (Volt)
I : Arus listrik (Ampere)
R : Hambatan (Ohm)
dimana R = V/I disebut hambatan dari beban. Nama ini sangat cocok karena
R menjadi ukuran seberapa besar konduktor tersebut menahan laju aliran elektron.
Berlakunya hukum ohm sangat terbatas pada kondisi-kondisi tertentu, bahkan
hukum ini tidak berlaku jika suhu konduktor tersebut berubah. Untuk material-
material atau piranti elektronika tertentu seperti diode dan transistor, hubungan I
dan V tidak linier.

D.Daya Listrik
Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem
tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan
kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan perkalian dari
Tegangan (volt) dan arus (ampere). Daya dinyatakan dalam P, Tegangan
dinyatakan dalam V dan Arus dinyatakan dalam I, persamaan daya listrik dihitung
dengan menggunakan rumus 2.4 yaitu:
P = V. I (2.4)
dengan:
P : Daya listrik(Watt)
V : Tegangan (Volt)
I : Arus (Ampere)
a. Daya Aktif
Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi
sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Adapun persamaan dalam daya aktif
ditunjukan pada rumus 2.5 dan 2.6 yaitu:
Untuk satu phasa P = V ∙ I ∙ Cos φ (2.5)
13

Untuk tiga phasa P = √3 ∙ V ∙ I ∙ Cos φ (2.6)

dengan:
P : Daya Aktif (Watt)
V : Tegangan (Volt) ?
Tegangannya line to line (fasa-fasa) atau line to netral (fasa-netral) ? karena
ada perbedaan rumus jika anda menggunakan tegangan line to line dengan line to
netral
Catatan :
P = √3 ∙ VLL ∙ I ∙ Cos φ , rumus untuk tegangan line to line
P = 3 ∙ VLN ∙ I ∙ Cos φ, rumus untuk tegangan line to netral

Cos φ : Faktor Daya


Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam
bentuk kerja.
b. Daya Reaktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan
magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk
fluksmedanmagnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah
transformator, motor dan lain – lain. Satuan daya reaktif adalah VAr. Persamaan
daya reaktif dihitung dengan menggunakan rumus 2.7 dan 2.8 yaitu:
Untuk satu phasa Q = V ∙ I ∙ Sin φ (2.7)
Untuk Tiga phasa Q = 3 ∙ V ∙ I ∙ Sin φ (2.8)
dengan:
P : Daya Reaktif (VAr)
V : Tegangan (Volt) ?
Tegangannya line to line atau line to netral ? karena ada perbedaan rumus jika
anda menggunakan tegangan line to line dengan line to netral (cek referensi yang
benar)
Cos φ : Faktor Daya
Catatan :
14

Q = √3 ∙ VLL ∙ I ∙ Sin φ , rumus untuk tegangan line to line


Q = 3 ∙ VLN ∙ I ∙ Sin φ, rumus untuk tegangan line to netral

c. Daya Semu
Daya Semu (Apparent Power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian
antara tegangan dan arus dalam suatu jaringan. Satuan daya semu adalah VA.
Untuk daya semu belum ada rumusnya ?

E.Faktor Daya Beban


Beban listrik secara garis beban terdapat beban resistif mempunyai faktor
daya satu, beban induktif mempunyai faktor daya lagging dan beban kapasitif
mempunyai faktor daya leading. Faktor daya yang dinotasikan sebagai cos φ
didefinisikan sebagai perbandingan antara arus yang dapat menghasilkan kerja
didalam suatu rangkaian terhadap arus total yang masuk kedalam rangkaian atau
dapat dikatakan sebagai perbandingan daya aktif (kW) dan daya semu (kVA).
Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor
daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan
satu.
Dalam sistem tenaga listrik dikenal tiga jenis faktor daya yaitu faktor daya
unity, faktor daya terbelakang (lagging) dan faktor daya mendahului (leading)
yang ditentukan oleh jenis beban yang ada pada sistem.
a. Faktor Daya satu
Faktor daya satu adalah keadaan saat nilai cos φ adalah satu dan tegangan
sephasa dengan arus. Faktor daya satu akan terjadi bila jenis beban adalah resistif
murni. Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.4 dan gambar 2.5.

I<0o V<0o
Gambar 2.4 Phasor arus dan tegangan

NilaiS =P
Gambar 2.5 Segitiga daya faktor daya satu
15

Dalam setiap rangkaian listrik, resistansi didefinisikan sebagai komponen


yang bersifat menahan aliran arus listrik. Dari hukum Ohm, resistansi dirumuskan
oleh persamaan 2.9 berikut:
V
R= (2.9)
I
dengan:
R = Resistansi (Ohm)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)

Namun, dalam suatu rangkaian listrik arus bolak-balik resistansi hanya


merupakan salah satu dari bagian dari komponen yang bersifat menahan aliran
arus listrik. Induktansi dan kapasitansi dalam suatu rangkaian listrik arus bolak-
balik merupakan komponen –komponen yang bersifat menahan aliran arus listrik,
yang dikenal dengan reaktansi.
Reaktansi Induktif (XL) komponen yang bersifat melawan arus listrik bolak-
balik dalam suatu rangkaian induktif. Reaktansi induktif ini menyebabkan arus
rangkaian yang terbelakang terhadap terhadap tegangannya. Reaktansi induktif ini
dirumuskan oleh persamaan 2.10, seperti berikut:
XL = 2πfL (2.10)
dengan:
XL = Reaktansi Induktif (Ohm)
f = Frekuensi suplai (Hz)
L = Induktansi rangkaian (Henry)
Reaktansi Kapasitif (XC) merupakan komponen yang menahan arus listrik
bolak-balik dalam rangkaian kapasitif. Rangkaian kapasitif ini mengakibatkan
arus rangkaian yang mendahului tegangannya. Reaktansi kapasitif ini di rumuskan
oleh persamaan 2.11, seperti berikut:
1
Xc = (2.11)
2 πfC
dengan:
16

Xc= Reaktansi Kapasitif (Ohm)


f = Frekuensi suplai (Hz)
C = Capasitansi rangkaian (Coulomb)

b. Faktor Daya Terbelakang (Lagging)


Faktor daya terbelakang (lagging) adalah keadaan faktor daya saat memiliki
kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Beban peralatan listrik memerlukan daya reaktif dari sistem atau beban
bersifat induktif.
2. Arus (I) terbelakang dari tegangan (V), V mendahului I dengan sudut φ
V<0o

I<=0o
Gambar 2.6 Phasor arus dan tegangan faktor daya lagging

Dari gambar terlihat bahwa arus tertinggal dari tegangan maka daya reaktif
mendahului daya semu, berarti beban membutuhkan atau menerima daya reaktif
dari sistem.
3. Faktor Daya Mendahului (Leading)
Faktor daya mendahului (leading) adalah keadaan faktor daya saat memiliki
kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Beban peralatan listrik memberikan daya reaktif dari sistem atau beban
bersifat kapasitif.
2. Arus mendahului tegangan, V terbelakang dari I dengan sudut φ
I<0o

V<0o
Gambar 2.7 Phasor arus dan tegangan faktor daya leading
17

Dari Gambar terlihat bahwa arus mendahului tegangan maka daya reaktif
tertinggal dari daya semu, berarti beban memberikan daya reaktif kepada sistem.
Daya listrik dalam bentuk kompleks dapat dinyatakan oleh persamaan:
S = P ± jQ (2.12)
dengan:
S = Daya kompleks (VA)
P = Daya aktif/nyata (Watt)
Q = Daya reaktif (VAR)
Besar kecilnya daya reaktif yang diserap oleh beban mengakibatkan faktor
daya sistem berbeda. Faktor daya minimal yang harus dipenuhi oleh beban yang
tersambung ke jaringan PLN di Indonesia adalah minimal 0.85 lagging. Bagi
beban memiliki fakor daya kurang dari 0.85 lagging akan dikenakan denda pinalti.
Oleh karena itu denda pinalti dapat diturunkan atau dihilangkan perlu dipasang
kompensasi daya reakif di sisi beban. Keuntungan lain dari pemasangan
kompensasi daya reaktif adalah menurunkan jatuh tegangan
(menaikkantegangan), mengurangi rugi-rugi saluran, manambah penyediaan
kapasitas daya (VA). Kapasitor dapat dipasang diterminal beban dan dipusat
pengendalian beban. Faktor daya dapat didefinisikan sebagai perbandingan daya
yang menghasilkan kerja (active power) dalam satuan watts atau kilowatts (kW)
dengan daya nyata (apparent power) dalam satuan volt-ampere atau kilovolt
ampere(kVA).
p p
pf =
s
= √ P+Q

(2.13)
P
pf = (2.14)
VI
dengan:
pf = Power faktor
P = Daya nyata (watt)
Q = Daya reaktif (VAR)
18

Bila pengukuran daya dilakukan dalam periode waktu (jam) maka akan
didapatkan nilai Wh atau kWh untuk pengukuran daya aktif dan didapatkan nilai
VARh atau kVARh untuk pengukuran daya reaktif. Dari sini dapat dihitung faktor
daya rata – rata dalam kurun waktu tersebut dengan persamaan.
kW h
𝑝𝑓 =
√ kW h 2+ KVar h 2
(2.15)

2.2.2Suplai Daya Listrik


Sistem tenaga listrik yang handal dan energi listrik dengan kualitas yang baik
atau memenuhi standar, mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakat modern karena peranannya yang dominan dibidang
industri, telekomunikasi, teknologi informasi, pertambangan, transportasi umum,
dan lain-lain yang semuanya itu dapat beroperasi karena tersedianya energi listrik.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak diberbagai bidang sebagaimana disebutkan
diatas, akan mengalami kerugian cukup besar jika terjadi pemadaman listrik tiba-
tiba atau tegangan listrik yang tidak stabil, dimana aktifitasnya akan terhenti atau
produk yang dihasilkannya menjadi rusak atau cacat.Mengingat bahwa tenaga
listrik sangat penting dalam proses aktifitas dan produksi, maka sumber tenaga
listrik ini harus dijaga dari adanya berbagai macam gangguan [4]. Tenaga listrik
yang digunakan berasal dari:
1. Suplai jaringan dari PLN.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) atau Generator Set.

2.2.3 Demand Side Management (DSM)


DSM merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan yang digunakan oleh perusahaan listrik untuk
mempengaruhi pelanggan tentang waktu dan intensitas penggunaan energi listrik
sedemikian rupa sehingga dapat merubah kurva beban sesuai dengan dari sisi
pasokan perusahaan sehingga saling menguntungkan antara pelanggan dan
perusahaan listrik (Gellings, 2003).
19

Upaya mencapai sasaran dari kegiatan DSM ada beberapa alternatif program
yang dapat dilaksanakan. Akan tetapi pelaksanaan kegiatan DSM tidak dapat
disamaratakan untuk semua konsumen. Pemilihan masing- masing kegiatan
tergantung dari pelanggan, baik sektor industri, komersil, publik, maupun rumah
tangga. Banyak faktor yang mempengaruhi agar program DSM ini dapat diterima
oleh konsumen. Untuk itu perusahaan listrik harus mempunyai pengetahuan
akan sejumlah karakteristik- karakteristik pelanggan yang meliputi; demografi,
pendapatan, pengetahuan, motivasi dan sikap, pengalaman terdahulu dan lain
sebagainya.
Manajemen sisi kebutuhan adalah rangkaian kegiatan institusi yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan yang dilakukan oleh pengusaha untuk
mempengaruhi pola konsumsi pelanggan tenaga listrik yang menangkut dan
waktu penggunaanya tanpa merugikan pengusaha atau konsumen. Dengan
manajemen sisi kebutuhan pengusaha dapat mengupaya pengurangan
pertumbuhan beban puncak sistem, menciptakan iklim yang kompetitif dalam
meningkatkan efisiensi pemakaian dan produktifitas, memberikan
penghematanbiaya konsumsi energi listrik, dan melestarikan sumber daya alam
serta mengurangi dampak lingkungan.
Strategi manajemen sisi kebutuhan terdiri dari peak cliping (pemangkasan
beban puncak), Valley Filling, load shifting, konservasi energi, startegi load
growth, dan flexible load shape. Peak Cliping adalah program untuk mengurangi
beban pada saat Waktu Beban Puncak (WBP). Valley Filling adalah program
untuk menambah beban pada saat luar waktu beban puncak (LWBP). Load
shifting adalah penggeseran beban dari beban puncak ke beban luar beban puncak.
Konservasi energi adalah program untuk menghemat pemakaian energi listrik.
Load growth adalah program untuk menaikan pemakaian energi listrik. Flexible
load shape adalah program untuk memperbaiki dan menjaga sistem dengan
mengurangi pemadaman.
Faktor yang mempengaruhi menajemen sisi kebutuhan adalah
1. Kepercayaan pelanggan
a) Kondisi dan karakteristik sektor pelanggan
20

b) Citra perusahaan dimata pelanggan


2. Tanggapan pelanggan
a) Pola konsumsi sistem peralatan
b) Perubahan karakteristik dan teknologi peralatan
3. Strategi pemasaran kepada pelanggan
a) Tingkat pengetahuan pelanggan
b) Hubungan langsung dengan pelanggan
c) Iklan
d) Pemberian insentif kepada pelanggan
e) Pemberian insentif melalui tarif khusus
f) Kerjasama dengan asosiasi dan produsen alat

Upaya yang harus dilakukan untuk melihat pemakaian energi dan pemilihan
sumber energy bagi beban listrik dapat dilakukan juga melalui program audit
energi. Hal ini disebabkan audit energi akan memberikan gambaran yangjelas
mengenai kondisi kelistrikan suatu konsumen energi listrik baik dari pembangkit
sendiri maupun dari PLN. Audit energi adalah teknik untuk menghitung besarnya
konsumsi energi dan mengenali cara-cara untuk penghematanya. Proses audit
energi secara bertahap adalah sebagai berikut:
1. Audit awal
Menghitung dan menganalisis konsumsi energi listrik berdasar data dari
rekening listrik dan pengamatan visual kondisi dari data gedung beserta
peralatannya. Data yang dibutuhkan data rekening listrik, data beban dan
instalasinya, dan single diagram sistem kelistrikan. Dengan data tersebut dapat
diketahui luas bangunan, konsumsi energi listrik pertahun, Intensitas Konsumsi
Energi (IKE).

2. Audit rinci
Audit energi rinci dilakukan bila nilai IKE lebih besar dari nilai target yang
ditentukan. Jika dari hasil perhitungan IKE ternyata sama atau lebih kecil dari
pada IKE yang ditargetkan, audit energi rinci masih dapat dilakukan untuk
21

memperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Kegiatan yang dilakukan dalam audit
energi rinci adalah:
a. Penelitian Konsumsi Energi
b. Pengukuran energi
c. Identifikasi Peluang Hemat Energi
d. Analisis Peluang Hemat Energi

3. Identifikasi dan analisa peluang hemat energi


Dari Hasil audit awal dan audit rinci dapat diketahui peluang peluang
penghematan energi yang dikaitan dengan biaya energi listrik.

2.2.4 Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari
beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan lainnya oleh
jaringan transmisi dengan pusat beban atau jaringan distribusi. Pada sistem
pembangkit merupakan pusat yang menghasilkan energi listrik yang
seperti:PLTA, PLTU, PLTGU, PLTG, PLTP, dan PLTD. Untuk menyalurkan
energi listrik memerlukan banyak persyaratan, terutama masalah lokasi yang tidak
selalu bisa dekat dengan pusat beban seperti kota, perdesaan, kawasan industri dan
lainnya (Arismunandar, 2002). Akibatnya tenaga listrik tersebut harus disalurkan
melalui sistem transmisi yaitu:
a. Sistem Saluran Transmisi
b. Gardu Induk
c. Sistem Saluran Distribusi
Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan maka akan
berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga Saluran transmisi,
Gardu induk dan Saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang harus dikelola
dengan baik. Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan
maka akan berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga saluran
transmisi, gardu induk dan saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang harus
dikelola dengan baik.
22

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) adalah sarana di udara untuk menyalurkan tenaga listrik berskala
besar dari Pembangkit ke pusat-pusat beban dengan menggunakan tegangan tinggi
maupun tegangan ekstra tinggi. SUTT/SUTET merupakan jenis Saluran
Transmisi Tenaga Listrik yang banyak digunakan di PLN daerah Jawa dan Bali
karena harganya yang lebih murah dibanding jenis lainnya serta pemeliharaannya
mudah. Pembangunan SUTT/SUTET sudah melalui proses rancang bangun yang
aman bagi lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan internasional,
diantaranya; Ketinggian kawat penghantar, penampang kawat penghantar, daya
isolasi, medan listrik, medan magnet dan desis corona.

Gambar 2.8 Wiring Diagram Sistem Distribusi Tenaga Listrik

2.4.1 Peranan Tenaga Listrik


Energi listrik dari pusat pembangkitnya disalurkan melalui jaringan transmisi
yang jaraknya relatif jauh ke pemakai listrik/konsumen. Konsumen listrik di
Indonesia dengan sumber dari PLN atau Perusahaan swasta lainnya dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Konsumen Rumah Tangga
Kebutuhan daya listrik untuk rumah tangga antara 450VA s.d. 4400VA,
secara umum menggunakan sistem 1 fasa dengan tegangan rendah 220V / 380V.
2. Penerangan Jalan Umum (PJU)
23

Pada kota-kota besar penerangan jalan umum sangat diperlukan oleh karena
bebannya berupa lampu dengan masing-masing daya tiap lampu/tiang antara
50VA s.d. 250VA bergantung pada jenis jalan yang diterangi, maka sistem yang
digunakan 1 fasa dengan tegangan rendah 220V / 380V.
3. Konsumen Pabrik
Jumlahnya tidak sebanyak konsumen rumah tangga, tetapi masing-masing
pabrik dayanya dalam orde kVA. Penggunaannya untuk pabrik yang kecil masih
menggunakan sistem 1 fasa tegangan rendah (220V / 380V), namun untuk pabrik-
pabrik yang besar menggunakan sistem 3 fasa dan saluran masuknya dengan
jaringan tegangan menengah 20 kV.
4. Konsumen Komersial
Yang dimaksud konsumen komersial antara lain stasiun, terminal, KRL
(Kereta Rel Listrik), hotel-hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion
olahraga, mall, hypermarket, apartemen. Rata-rata menggunakan sistem 3 fasa,
untuk yang kapasitasnya kecil dengan tegangan rendah, sedangkan yang
berkapasitas besar dengan tegangan menengah.
2.4.2 Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan
Transmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya penyaluran energi listrik
dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (overhead line),
namun transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke
tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV),
Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah
(MHV), dan Tegangan Rendah (LV). Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi
adalah berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu substation (gardu) induk ke
gardu induk lainnya. Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang
(tower) melalui isolator, dengan sistem tegangan tinggi. Standar tegangan tinggi
yang berlaku di Indonesia adalah 30kV, 70kV dan 150kV.
Ditinjau dari klasifikasi tegangannya, transmisi listrik dibagi menjadi:
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200 kV-500 kV
Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit
dengan kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari
24

penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh


operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi terdapat permasalahan mendasar
dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi,
memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga
memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET
adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 kV-150 kV
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai
150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1
sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila
kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing
phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas
konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif dari
saluran transmisi ini ialah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka
tegangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi
menjadi rendah.
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30 kV-150 kV
Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan
beberapa pertimbangan:
a. Ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat
sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari
masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
c. Pertimbangan keamanan dan estetika.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

2.4.3 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik


Distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat-pusat Gardu
Induk (GI) sampai ke konsumen. Ditinjau dari konfigurasi, jaringan distribusi
dapat dibedakan atas tiga system yaitu:
25

1. Sistem Jaringan Radial


Struktur dengan system ini merupakan jaringan yang paling sederhana,
metode pengoperasiannya mudah, hubungan langsung dari titik pengisian ke
pemakai. Ciri-ciri system jaringan ini:
a. Bentuk sederhana, mudah pelaksanaannya, system paling murah
b. Pengoperasian dan perawatan mudah
c. Karena feeder sekunder pendek, pengaturan tegangan lebih mudah
dilakukan
d. Aliran pada jaringan berasal hanya dari satu arah sumber pengisian
e. Bila feeder utama terganggu, feeder cabang pun terganggu, maka
keandalan rendah.
2 Sistem Gelang dan Jala
Pada sistem ini terdapat dua sumber dan arah pengisian yang satu dapat
sebagai cadangan, sehingga keandalan cukup tinggi, banyak dipakai pada jaringan
umum dan industri. Jika terjadi gangguan atau pekerjaan pada salah satu jaringan,
penyaluran tidak terputus karena mempergunakan sumber pengisian cadangan
atau arah yang lain.
3 Sistem Jaringan Spindel
Pada dasarnya struktur spindle merupakan struktur radial dimana spindle
adalah kelompok kumparan yang pola jaringannya ditandai dengan ciri adanya
sejumlah kabel yang keluar dari gardu induk (feeder), kearah suatu titik temu yang
disebut gardu hubung. Kumpulan kabel dalam satu spindle dimaksudkan untuk
menyalurkan energi ke suatu daerah konsumen, yang terdiri dari maksimum
enambuah kabel kerja. Di sepanjang kabel inilah gardu distribusi ditempatkan
dengan satu buah kabel cadangan.
2.2.5 Beban Listrik
Beban listrik pada prinsipnya berupa penerangan dan tenaga. Beban
penerangan yaitu lampu-lampu penerangan dan beban tenaga adalah semua beban
listrik yang tidak termasuk beban penerangan yaitu peralatan yang menggunakan
daya listrik (Suhardi,2008).
26

2.2.6 Sistem Instalasi Listrik


Sistem instalasi tenaga listrik adalah proses penyaluran daya listrik yang
dibangkitkan dari sumber tenaga listrik ke alat-alat listrik Kemampuan Hantar
Arus (KHA) pengaman dan luas penampang yang diperlukan tergantung pada
beban yang dihubungkan. Untuk menentukan hantar arus pengaman dan luas
penampang penghantar yang diperlukan, pertama-tama harus ditentukan arus yang
dipakai berdasarkan daya beban yang dihubungkan. Rumus yang digunakan
adalah: (P. Van Harten, 2012)
Untuk arus searah:
P
I= (2.16)
V
Untuk arus bolak-balik satu arah
P
I=
V cos φ
(2.17)
Untuk arus bolak-balik satu arah
P
I=
√ 3 VL−L . cos φ
(2.18)
dengan:
I = Arus (Ampere)
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)

2.2.7 Karakteristik Beban


Agar penggunaan karakteristik beban tersebut dapat efisien, diperoyeksikan
dalam perencanaan selanjutnya yaitu harus memahami pengertian dan pemakaian
praktis dari karakteristik beban tersebut (Suswanto, 2009).
1. Faktor Kebutuhan (Demand Factor)
Faktor kebutuhan adalah perbandingan antara kebutuhan maksimum (beban
puncak tertinggi) terhadap total daya tersambung. Jumlah daya tersambung adalah
jumlah dari daya tersebut dari seluruh beban dari setiap konsumen.
27

Kebutuhan daya maksimum


Fdm =
Total bebanterpasang
(2.19)
2. Beban Rata –Rata
Beban rata-rata (Br) didefinisikan sebagai perbandingan antara energi yang
terpakai dengan waktu pada periode. Atau dituliskan menurut persamaan satu
periode tahunan:
kWH yang terpakai selama 1tahun
Br =
24 Jam x 365 Hari
(2.20)
3. Faktor Beban (Load faktor)
Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata-rata dan beban puncak
dalam periode tertentu. Beban rata-rata dan beban puncak dapat dinyatakan dalam
kilowatt, kilovolt-amper, amper, dan sebagainya tetapi satuan harus sama. Faktor
beban dapat dihitung untuk periode tertentu biasanya periode harian, bulanan,
tahunan.
Beban rata−rata priode tertentu
Faktor Beban=
Beban puncak priode tertentu
(2.21)
menurut definisi faktor beban;
P rata−rata P rata−rata T
P puncak
= Pp
xT (2.22)

dengan:
T = Priode waktu tertentu
P rata-rata= beban tertentu dalam priode T
Pp = Beban puncak dalam priode T pada selang waktu tertentu (15
menit atau 30 menit)
28

Gambar 2.9 Kurva beban harian dan faktor beban

4. Faktor Kapasitas
Beban rata−rata
Faktor Kapasitas =
Total BebanTerpasang
(2.23)
Sedangkan untuk mengetahui beban rata-rata dalam suatu kelompok beban
listrik dapat ditentukan berdasarkan definisi sebagai berikut:
kWh yang digunakan dalam satu priode
Beban rata-rata=
Jumlah jam dalam satu priode
(2.24)
5. Faktor Diversitas
Faktor diversitas adalah perbandingan antara jumlah beban puncak dari
masing-masing pelanggan dengan beban puncak dari kelompok pelanggan
tersebut, factor diversitas dapat ditulis:
D1+ D 2+ D 3+. .. Dn
Fd=
Dk
(2.25)
Atau;
∑ n i=1 Di
Fd= (2.26)
Dk
29

dengan:
Di = Beban puncak (kebutuhan maksimum) dari masing-masing beban, yang
terjadi tidak pada waktu yang bersamaan.
Dk= D 1+2+3+…………n beban pucak dari n kelompok beban.
Fd = Factor diversitas, nilainya lebih besar dari satu.

6. Faktor Kebersamaan
Faktor kebersamaan (waktu) dalam perbandingan beban puncak (kebutuhan
maksimum) dari suatu kelompok pelanggan (beban) dan beban puncak dari
masing- masing pelanggan dari kelompok tersebut. Jadi faktor kebersamaan Fc
adalah:
Dk
Fc=
D1+ D 2+ D 3+. .. Dn
(2.27)
Dari definisi diatas dapat diketahui:
1
Fc = (2.28)
Fd
Dari persamaan (2.10) Faktor Kebutuhan (Fk) adalah:
Kebutuhan Maksimum
Fk=
Total beban terpasang
(2.29)
Atau;
Kebutuhan maksimum = Total beban terpasang x Fk (2.30)
Subtitusikan persamaan (2.30) ke dalam persamaan (2.16), maka faktor
diversitas dapat juga dinyatakan sebagai;
∑n TDT i x Fdd i
i=1
n

Fk =
∑ TDT I x Fdd i (2.31)
i=1
Dk
dengan:

TDT i = Jumlah daya tersambung dari suatu kelompok atau beban i,


30

Fdd i = Kebutuhan dari suatu kelompok atau beban I,


Dk = Kebutuhan maksimum (puncak) tiap kelompok beban.

2.2.8 Memilih Daya Langganan PLN


Langganan PLN dapat langganan tegangan tinggi, tenggangan menengah dan
tegangan rendah. Langganan tegangan tinggi bisanya untuk beban industri,
sehingga pada lokasi industri tersebut didirikan Gardu Induk. Langganan tegangan
menengah (TM) biasanya untuk industri, bisnis, dan sosial. Pelanggan TM
membutuhkan sebuah transfomator distribusi. Transformator tersebut dapat sewa
dengan PLN atau dari transformator milik pelanggan. Langganan tegangan rendah
untuk rumah tangga, bisnis, sosial, dan publik. Transformatornya menggunakan
milik PLN. Macam jenis penyambungan pelanggan dengan transformator
bermacam – macam. Dilihat dari siapa yang menyediakan transformator, serta
pada sisi mana pengukuran dan pembatasan dilakukan (apakah pada sisi tegangan
menengah atau tegangan rendah), maka ada 3 (tiga) jenis sambungan untuk daya
di atas 200 kVA ini (Permen ESDM, 2014). Yaitu: (1) Sambungan TM/TM/TM,
(2) Sambungan TM/TM/TR, (3) Sambungan TM/TR/TR.
1. Sambungan TM/TM/TM
Inilah sambungan, di mana pelanggan sendiri yang menyediakan
transformator. Sedangkan pengukuran dan pembatasan dilakukan pada sisi TM.
Pada sambungan jenis ini, pembatas dan kWh Meter ditempatkan di gardu PT.
PLN (PERSERO), yang tanahnya disediakan oleh calon pelanggan. Sambungan
jenis ini sering juga disebut sambungan TM Murni. Murni, karena pelanggan
adalah pelanggan tegangan menengah (daya di atas 200 kVA), denganpengukuran
dan pembatasan juga dilakukan pada sisi tegangan menengah, serta tegangan
listrik yang diberikan kepada pelanggan adalah juga tegangan menengah. Karena
itu, sambungan jenis ini diberi simbol: Sambungan TM / TM / TM
2. Sambungan TM/TM/TR
Pada sambungan ini, pengukuran dan pembatasan dilakukan pada sisi
tegangan menengah (TM). Tapi transformator disediakan oleh PT. PLN
(PERSERO), ini berarti PT. PLN (PERSERO) yang menurunkan tegangan dari
31

tegangan menengah (TM) menjadi tegangan rendah (TR). Ringkasnya, tegangan


listrik yang diberikan kepada pelanggan adalah tegangan rendah (TR) yang bisa
langsung dimanfaatkan. Untuk itu kepada pelanggan dikenakan sewa
transformator yang besarnya dihitung berdasarkan daya kontraknya. Jadi,
pelanggan adalah pelanggan tegangan menengah (daya di atas 200 kVA),
pengukuran dan pembatasan dilakukan pada sisi tegangan menengah, tapi
tegangan listrik yang diberikan kepada pelanggan adalah tegangan rendah. Karena
itu, sambungan jenis ini diberi simbol TM/TM/TR. Seperti pada jenis Sambungan
TM/TM/TM, pada sambungan TM/TM/TR ini pelanggan juga harus menyediakan
lokasi tanah untuk gardu PT. PLN (PERSERO). Sementara pembatas daya dan
kWh Meter ditempatkan di gardu PT. PLN (PERSERO).
3. Sambungan TM/TR/TR
Inilah jenis sambungan di mana pelanggan adalah pelanggan tegangan
menengah (TM), tapi pembatasan dan pengukuran dilakukan di sisi tegangan
rendah (TR), serta mendapat pelayanan tegangan rendah (TR). Jadi transformator
disediakan oleh PT. PLN (PERSERO). Karena itu, pelanggan dikenakan biaya
sewa transformator.

2.2.9 Menentukan Kapasitas Transformator


Beban listrik pada prinsipnya berupa penerangan dan tenaga. Beban
penerangan yaitu lampu-lampu penerangan dan beban tenaga adalah semua beban
listrik yang tidak termasuk beban penerangan yaitu peralatan yang menggunakan
daya listrik, seperti contoh: motor listrik, Air Condition, komputer, kipas angin,
dan lain-lain. Adanya kenyataan bahwa semua beban yang terpasang (baik
penerangan maupun tenaga) tidak mungkin seluruhnya bekerja bersamaan
(simultan) maka daya maksimumnya lebih kecil daripada seluruh beban yang
terpasang. Pada siang hari hanya sebagian kecil lampu dinyalakan, sedangkan
mesin atau peralatan-peralatan yang bekerja terdapat pula yang harus berurutan
dan dalam waktu yang berbeda. Untuk menentukan kebutuhan kapasitas daya
listrik yang maksimum yang diperlukan dapat dilakukan dengan cara perhitungan
atau pengukuran (Sulasno, 2001)
32

Transformator adalah piranti listrik yang dapat memindahkan dan mengubah


energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain
melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik
dan untai ekivalen dari suatu transformator (Faulkenberry, et.all, 2006).
Penentuan kapasitas dari sebuah transformator harus berdasarkan beban
yang dilayani. Dalam hal ini persentasi pembebanan transformator harus
mendekati 80% kapasitas transformator. Transformator umumnya mencapai
efisiensi maksimum (rugi – rugi trafo minimum) dan persamaan 3 merupakan
formula yang dapat digunakan untuk perhitungan rating transformator yang
dipilih, (Warman, 2004):
Menentukan besarnya kapasitas transformator yang dipilih hendaknya
mengetahui kebutuhan daya maksimum. Besarnya daya maksimum dipengaruhi
oleh faktor kebutuhan. Faktor kebutuhan (Fdm) didefinisikan sebagai
perbandingan antara kebutuhan maksimum dalam sebuah sistem dengan total
beban yang terpasang atau terhubung pada sistem tersebut, Faktor kebutuhan
(Fdm) berdasarkan jenis bangunan dapat diperlihatkan pada Tabel 2.1 dan daya
langganan PLN sangat tergantung pada besarnya daya yang akan dipasang. Untuk
menentukan Golongan Tarif Dasar Listrik dikelompokan menjadi beberapa
kelompok seperti Tabel 2.2.
Tabel 2 .1 Faktor kebutuhan berdasar jenis bangunan (Haryono, Tiyono,
2010)
No JenisBangunan FaktorKebutuhan
(Fdm)
1 RumahTinggal 0,4
2 KomplekFlat
Kenutuhanumum (tidak termasuk pemanas 0,6
listrik)
Pemanas listrikataupengkondisianuadra 0,8 -1,0
3 Bangunanumum
Hoteldll 0,6 -0,8
Kantorkecil 0,5 -0,7
33

Kantor besar (bank, asuransi, administrasi 0,7 -0,8


umum)
Toko 0,5 -0,7
Departemanstore 0,7 -0,9
Sekolahdll 0,6 -0,7
Rumahsakit 0,5 -0,75
Stadionrestauran,teater 0,6 -0,8
4 Industri
Pekerjaanlogam 0,25
Industrilogam 0,25
Industripulpdankertas 0,5 -0,7
Industrispining 0,75
Industrikaret 0,6 -0,7
Industrikimia &perminyakan 0,5 -0,7
Industrisemen 0,8 -0,9
Industrimakanan 0,7 -0,9
5 Pertambangan
Pekerjaanbawahtanah 1,0
Pemrosesan 0,8 -1,0
Crane 0,7
Lift 0,5

Tabel 2.2 Golongan Tarif Dasar Listrik [Permen ESDM, 2014]


Golongan
No BatasDaya Keterangan
Tarif
1 B-1/TR 250VAs/d 2200 GolonganTarif UntukKeperluan
VA BisnisKecil
2 B-2/TR Diatas2200VA s/d GolonganTarif UntukKeperluan
200kVA BisnisMenengah
3 B-3/TM Diatas200kVA GolonganTarif UntukKeperluan
BisnisBesar
4 I-1/TR 450VAs/d 14 kVA GolonganTarif UntukKeperluan
Industrikecil/RumahTangga
34

5 I-2/TR Diatas14kVAs/ GolonganTarifUntukKeperluanI


d200 ndustriSedang
kVA
6 I-3/TM Diatas200kVA GolonganTarif UntukKeperluan
IndustriMenengah
7 I-4/TT Diatas30000kVA GolonganTarif UntukKeperluan
IndustriBesar
8 P-1/TR 250VAs/d 200 GolonganTarif UntukKeperluan
kVA Kantor Pemerintah Kecil
danSedang
9 P-2/TM Diatas200kVA GolonganTarif UntukKeperluan
KantorPemerintahBesar
10 P-3/TR GolonganTarif UntukKeperluan
PeneranganJalan

2.2.10 Sistem Langganan Listrik PLN


Sistem langganan listrik PLN di Indonesia terbagi atas beberapa golongan
tarif seperti Sosial (S), Rumah Tangga (R), Bisnis (B), Industri (I), Publik (P),
Curah (C) dan Transportasi (T). Golongan Sosial (S) menurut surat edaran Direksi
PLN No.081.E/012/DIR/2003 dan keputusan presiden no. 89 tahun 1992
tentangpenetapan harga Tarif Dasar Listrik (TDL) yang diberlakukan sejak tahun
2003. Setiap pelanggan dilengkapi dengan APP dan pembatas arus. Penentuan
besarnya langganan tergantung pada kebutuhan masing- masing konsumen yang
berupa kapasitas daya maksimum dengan memperhitungkan cadangan. Berawal
dari perhitungan jumlah daya beban yang dibutuhkan oleh gedung atau bangunan.
Penentuan faktor kebutuhan yang disesuaikan dengan jenis beban. Kebutuhan
daya maksimum adalah faktor kebutuhan dikalikan dengan jumlah daya beban
terpasang. Faktor kebutuhan yang ideal adalah antara 60 – 80% (Maulana Agus.
2003).
Dalam kenyataanya yang terjadi dalam perencanaan tidak sama dengan
kenyataan yang ada akibat faktor ekonomis dan aspek pengembangan masa
35

datang. Dengan demikian penentuan kebutuhan daya dapat ditentukan dengan


pemeriksaan kurva beban harian, mingguan, bulanan atau tahunan dengan interval
15 menit, 30 menit atau satu jam. Dari kurva beban dapat diperoleh bebutuhan
daya pada waktu beban puncak sebagai kebutuhan beban maksimal aktual.
Dengan menambahkan cadangan akan menjadi kapasitas kebutuhan daya.
Jika faktor kebutuhan rendah berarti kapasitas beban terpasang bisa
diturunkan dan tetapi bila faktor kebutuhan tinggi maka kapasitas beban terpasang
tidak bisa diturunkan. Dengan demikian peninjauan kembali sistem langganan
listrik PLN dapat dilakukan dengan mengevaluasi kembali kepasitas daya
terpasang. Apabila kapasitas daya terpasang jauh lebih kecil dari langganan daya,
maka dapat menjadi peluang penghematan energi dan biaya listrik dengan
perubahan sistem langganan PLN (Penurunan daya), sebaliknya jika kapasitas
daya terpasang jauh lebih besar dengan sistem langganan perlu adanya perubahan
sistem langgan (menaikan langganan). Dalam perhitungan daya terpasang dan
kurva beban harian dapat digunakan utntuk mengevaluasi jenis langganan listrik
PLN. Pengubahan daya langganan dapat menaikkan dan menurunkan daya
langganan. Perubahan daya langganan yang memberikan peluang penghematan
biaya listrik adalah penurunan daya langganan. Penurunan daya langganan ini
dilakukan konsumen mempunyai langganan telalu besar dan penggunaan
lebihkecil dari daya langganan. Dengan menurunkan daya langganan dan ganti
tarif dapat menghemat biaya listrik dalam setiap bulan (Maulana Agus. 2003).
2.2.11 Daya Tersambung PLN
Daya tersambung adalah besarnya daya yang disepakati oleh PLN dan
pelanggan dalam perjanjian jual beli tenaga listrik yang menjadi dasar perhitungan
biaya beban.
Dalam setiap penyaluran pasokan listrik ke pelanggan, dibutuhkan sejumlah
peralatan listrik yang dipasang di rumah atau bangunan milik pelanggan. Peralatan
listrik itu (Susanta, 2007), diantaranya:
1. Kabel Sambungan Rumah (SR) yang dipasang dari tiang Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) atau dari satu rumah ke rumah yang lain, lalu
36

dihubungkan ke Alat Pembatas dan Pengukur (APP) yang terpasang di setiap


dirumah/bangunan pelanggan.
2. APP adalah singkatan dari Alat Pembatas dan Pengukur yang terdiri dari:
a. kWH Meter, gunanya untuk mengukur, mencatat dan merekam setiap
pemakaian listrik pelanggan
b. Mini Circuit Breaker (MCB)/ Molded Case Circuit Breakers (MCCB)
yang berfungsi sebagai alat untuk membatasi daya tersambung pelanggan.
Jika pelanggan menggunakan listrik melebihi daya tersambung, maka
MCB/MCCB (oleh pelanggan lebih dikenal dengan nama termis) akan
langsung memutus arus listrik.
3. Besarnya APP daya tersambung tegangan rendah untuk sistem tegangan
220 Volt (1 fasa) dan 380 Volt (3 fasa) dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Seperti telah dijelaskan di muka bahwa pengukuran yang dimaksud adalah
untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan energi listrik. Adapun alat
ukur/instrumen yang digunakan adalah alat pengukur: Kwh, KVARh, KVA
maksimum, arus listrik dan tegangan listrik. Sistem pengukurannya ada dua
macam, yaitu:
a) Pengukuran primer atau juga disebut pengukuran langsung, terdiri dari
pengukuran primer satu fasa untuk pelanggan dengan daya di bawah 6.600
VA pada tegangan 220 V/380 V, dan pengukuran primer tiga fasa untuk
pelanggan dengan daya diatas 6.600 V sampai dengan 33.000 VA pada
tegangan 220 V/380 V.
b) Pengukuran sekunder tiga fasa atau disebut juga pengukuran tak langsung
(menggunakan trafo arus) digunakan pada pelanggan dengan daya 53 kVA
sampai dengan 197 kVA.
Sedangkan yang dimaksud dengan pembatasan adalah pembatasan untuk
menentukan batas pemakaian daya sesuai dengan daya tersambung. Alat pembatas
yang digunakan adalah:
a. Pada sistem tegangan rendah sampai dengan 100 A digunakan MCB dan
di atas100 A digunakan MCCB; pelebur tegangan rendah; NFB yang bisa
disetel.
37

b. Pada sistem tegangan menengah biasanya digunakan pelebur tegangan


menengah atau rele.
Berikut ini adalah contoh gambar alat ukur Kwh dan KVARh.

Gambar 2.10 Kwh meter tiga fasa dan KVARh [Susanta, 2007]

Tabel 2.3 Daya Tersambung PLN [Data PLN]


DayaTersambung PembatasArus Pengukuran
(VA) (A)
220 1x1
450 1x1 KwhMetersatufasa220vo
900 1x1 lt
1.300 1x1 duakawat
2.200 1x1

3.500 1x1
4.400 1x1 KwhMetersatufasa220vo
5.500 1x1 lt
7.700 1x1 duakawat
11.000 1x1

13.900 1x1 kWh Meter satu fasa


17.600 1x1 220voltduakawat,bilaperl
22.000 1x1 u
dengantrafoarusdeganga
nrendah
38

3.900 3x1
6.600 3x1
10.600 3x1 kWhMetertigafasa380vo
13.200 3x1 ltempat kawat
16.500 3x1
23.000 3x1
33.000 3x1

41.500 3x1 kWhMetertigafasa380vo


53.000 3x1 lt empat kawat,
66.000 3x1 bilaperludengantrafoarus
teganganrendah
82.500 3x1
105.000 3x1 kWhMetertigafasa380vo
131.000 3x1 lt empat kawat, bilaperlu
147.000 3x1 dengan trafo
164.000 3x1 arusteganganrendah
197.000 3x1

233.000 3x1
279.000 3x1 PMTdilengkapitrafoarusd
329.000 3x1 an relay pembatasthermis
414.000 3x1 overload dengansetelan
526.000 3x1 disesuaikan dayakontrak.
630.000 3x1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Model Penelitian
Beban terpasang adalah keseluruhan beban listrik yang terdapat pada panel
distribusi tegangan rendah yang disalurkan ke tiap lantai serta tiap ruangan yang
ada di Gedung Keuangan Negara Semarang 2. Suplai daya listrik yang ada di
Gedung Keuangan Negara Semarang 2 terdiri dari beberapa panel yang disalurkan
ke tiap lantai dan tiap ruangan. Dari tabel 4.3 dapat dilihat data beban yang
terpasang seluruh ruangan yang ada di Gedung Keuangan Negara Semarang 2
sebesar 168.807 Watt, dengan disuplai sistem back-upgenset secara keseluruhan,
yang berfungsi untuk menyuplai daya listrik apabila daya utama mengalami
gangguan.
3.2 Objek Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam tahap penyusunan laporan tugas akhir ini,
dilaksanakan mulai tanggal 18September 2021 dan berakhir pada tanggal 20
Septemer 2021 lokasi di Gedung Keuangan Negara Semarang 2 yang beralamat di
Jalan Imam Bonjol No. 1D, Dadapsari, Kec. Semarang Utara, Kota Semarang
50142.
3.3 Peralatan Yang Digunakan
Adapun peralatan dan bahan penelitian yang ada di Gedung Keuangan
Negara Semarang 2. Memenuhi kebutuhan daya listrik memerlukan suatu
peralatan. Ada beberapa jenis sistem sumber utama daya listrik, yaitu:
1. Sumber daya listrik dari gardu distribusi PLN.
2. Sumber daya listrik dari pembangkit sendiri berupa genset.
3.4 Sistem Kelistrikan
1. Sistem Daya Listrik (PLN)
Sistem daya listrik dari PLN sebagai sumber daya listrik utama dengan
kapasitas daya transformator 3 phasa 400 kVA pada jaringan 20kV/400V. Gedung
Keuangan Negara Semarang 2 mempunyai dua gedung utama dengan suplai daya
yang berbeda ID pelanggan yaitu gedung lama atau gedung A denga ID pelanggan

39
40

52-301-155364-3 dan gedung baru atau gedung B dengan ID pelanggan 52-301-


321029-4. Masing masing kapasitas daya terpasang 105 kVA.
Penyaluran daya listrik dari PLN ini dilakukan melalui panel distribusi
tegangan menengah (EXISTING) 20 kV. Kemudian dari Panel Distribusi
Tegangan Menengah disambungkan ke panel distribusi tegangan menengah
tegangan 20 kV selanjutnya diturunkan menjadi 380/220 V dengan menggunakan
satu buah transformator tiga phasa yang memiliki kapasitas 400 KVA setelah
disalurkan kembali melalui panel disribusi teganggan rendah (PDTR) yang
diparalelkan dengan panel kontrol genset (PKG) dengan kapasitas 2 x 135 kVA
lalu disalurkan ke panel-panel distribusi.

2. Sistem Daya Listrik Genset


Disamping mendapatkan suplai daya listrik dari PLN, Gedung Keuangan
Negara Semarang 2 juga mendapatkan sumber daya listrik dari dua buah genset
dengan kapasitas masing- masing 135 kVA yang mempunyai spesifikasi sebagai
berikut:
Genset Gedung Lama / Gedung A
Merk : HARTECH
Model : HT-135 P
Output : 135 kVA
Current : 205,2 A
Rant. Cont : 80%
Voltage : 220/380
Pf/ Phase : 0,8/3
Speed : 1500 RPM
Frekuensi : 50 Hz
S/N : 051215-0-008
Engine : PERKINS
Type : 1006TAG
Engine S/N : U843269M
Generator : MARATHON
41

Generator Type : MP-104-4


Generator S/N : 3631-1167
Reference : WL/372/AKT

Genset berfungsi sebagai sistem suplai back-up daya apabila daya listrik dari
PLN padam. Suplay daya listrik dari genset di Gedung Keuangan Negara
Semarang 2digunakan untuk mensuplay seluruh beban yang dibutuhkan pada
Gedung Keuangan Negara Semarang 2 pada saat suplai dari PLN padam. Sistem
suplai daya listrik dari genset ini dilengkapi dengan peralatan Automatic Main
Failure (AMF) dan Automatis Start (ATS) yang disetting untuk maksimal delay
15 detik, setelah daya listrik dari PLN padam. Dengan demikian dalam
pengoperasiannya genset tersebut dipasang pararel dengan tegangan kerja 380 V
line to line pada frekuensi 50 Hz. Pemanfaatan genset ini diperlukan hanya dalam
keadaan darurat yaitu pada saat listrik PLN padam. Prinsip pengoperasian antara
genset dengan suplai listrik dari PLN dilakukan secara otomatis (automatical
switcher) yaitu jika arus listrik dari PLN yang masuk ke Panel Distribusi
Tegangan rendah (PDTR) lebih kecil atau tidak ada, maka dengan segera genset
akan beroperasi dan sebaliknya jika ada aliran arus listrik dari PLN, maka genset
akan mati. Namun untuk tujuan dan pada kondisi tertentu pengoperasiannya dapat
dilakukan secara manual.
3.5 Karakteristik Beban Harian
Gedung Keuangan Negara Semarang 2 beroperasi Senin sampai dengan
Kamis pukul 07.00-18.00, hari Sabtu dan Minggu 07.00-15.00 dan hari Senin
09.00 – 15.00. Pada waktu jam operasional beban mengalami perubahan secara
fluktuatif dengan perubahan nilai beban yang lebih signifikan. Sedangkan pada
waktu larut malam dalam pemakaian energi listrik tidak begitu banyak
dikarenakan aktifitas yang ada di Gedung Keuangan Negara Semarang 2 mulai
berkurang.
3.6 Metode dan Alur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode anilisis deskriptif. Analisis
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
42

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana


adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Statistika deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan
atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan
(Sugiyono,2010;207).
Dalam pelaksanaan penelitian ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mempermudah dan mempersingkat penelitian antara lain:
1. Mengidentifikasi pemakaian beban listrik
2. Memperhitungkan biaya operasional dengan rekening listrik
3. Melakukan pengukuran pemakaian daya listrik di lapangan.
Adapun alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 mulai dari
pengumpulan data pada bulan tertentu, pengukuran daya listrik, membandingkan
data pengukuran dengan daya terpasang, penghitungan pemakaian, analisa, hasil
dari penelitian dan pemberikan solusi terhadap hasil evaluasi.
Alur penelitian:
43

Gambar 3.1 Alur peneliti


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian


4.1.1 Analisa Kebutuhan Daya Listrik
Menghitung dan menganalisa kapasitas dari suatu peralatan listrik, terlebih
dahulu harus mengetahui perkiraan keadaan beban yang ada di Gedung Keuangan
Negara 2 Semarang. Keadaan beban listrik di Gedung Keuangan Negara 2
Semarang antara lain beban terpasang. Adapun beban yang terpasang secara
keseluruhan yang ada di Gedung Keuangan Negara 2 Semarang sebesar 199.946
Watt diperlihatkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Total Beban Terpasang
No Lokasi BebanTerpasang(W)
1 Gedung
Lantai1 41.135
Lantai2 30.226
Lantai3 40.676
Lantai4 15.744
Lantai5 13.928
Lantai6 22.437
Lantai7 31.978
LantaiAtap 3.822
Jumlah 199.946

Beban terpasang adalah jumlah kapasitas dari semua beban dengan kapasitas
yang tertera pada papan nama (name plate) danperalatan-peralatan listrik.
Perbandingan beban puncak terhadap beban terpasang merupakan derajat
pelayanan serentak pada seluruh bebanterpasang. Hal ini dapat dijelaskan
besarnya jumlah beban terpasang sangat mempengaruhi pola pelayanan beban,
sebagai contoh, konsumen komersil dan industri memiliki derajat pelayanan yang
tinggi jika dibandingkan dengan konsumen rumah tangga (residentil). Beban
terpasang ini dapat diketahui dengan melakukan survei ke lapangan ataupun data
sekunder dari perusahaan penyedia daya listrik.

44
45

Catatan : Data – data pada tabel 4.1 apakah digunakan dalam proses
perhitungan ?
4.1.2 Hasil Pengukuran Karakteristik Beban Harian
Tabel 4.2 Karakteristik beban harian Gedung 18 september 2021

Sumber: Hasil pengolahan data


Hasil pengolahan data atau hasil pengukuran ? jika hasil pengukuran tulis hasil
pengukuran. Pada kolom keterangan arus, tegangan m daya semu , daya aktif
46

dan daya reaktif harus ditambahkan keterangan satuannya, missal untuk arus
(Ampere), tegangan (volt), dst.

Tabel 4.3 Karakteristik beban puncak harian Gedung 19 septermber 2021


Revisi : bukan beban puncak tapi beban harian

Sumber: Hasil pengolahan data

Penulisan daya yang diberi tanda lingkaran merah diatas masih salah.
47

Pada kolom keterangan arus, tegangan m daya semu , daya aktif dan daya reaktif
harus ditambahkan keterangan satuannya, missal untuk arus (Ampere), tegangan
(volt), dst.

Tabel 4.4 Karakteristik beban puncak harian Gedung20 september 2021


Revisi : bukan beban puncak tapi beban harian

Sumber: Hasil pengolahan data

Penulisan daya yang diberi tanda lingkaran merah diatas masih salah. Selama 3 ha
48

Pada kolom keterangan arus, tegangan m daya semu , daya aktif dan daya reaktif
harus ditambahkan keterangan satuannya, missal untuk arus (Ampere), tegangan
(volt), dst.

Catatan : Data – data diatas merupakan beban harian yang diambil selama 3 hari
tapi belum dilakukan pengolahan datanya, seharusnya dari pemakaian 3 hari
tersebut diambil pemakaian daya rata-ratanya berapa ?
Apakah data – data tersebut dipakai dalam perhitungan selanjutnya ?
Data-data daya pada tabel 4.1 , 4.2 dan 4.3 lebih baik diubah kedalam satuan kilo
karena sudah lebih dari 1000. Contoh daya semu 59940 VA diubah menjadi 59, 94
kVA , daya aktif 59932watt menjadi 59.83 kVA dan daya reaktif 993 VAR
menjadi 0,993 kVAR

4.2 Pembahasan
Hasil observasi Gedung Keuangan Negara 2 Semarang dari Gedung
berlangganan daya sebesar 105 kVA dengan kapasitas transformator terpasang
400 kVA; 20kV/380V dan daya back up berupa genset dengan kapasitas daya 270
kVA sebanyak dua buah dengan masing-masing kapasitas daya 135 kVA.
Pengukuran daya listrik dilakukan pada jam operasional yaitu Sabtu hingga Senin
pukul 08.00-17.00, pada masing- masing MDP (Main Distribution Panel) gedung,
dimana hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran hasil pengukuran (lampiran
yang mana ?) Apakah data tersebut sama dengan data tabel 4.2 s/d 4.4 ??

Sedangkan untuk mengetahui penggunaan daya rata-rata dalam 24 jam dapat


diketahui dengan data tagihan kWH dari PLN, sehingga dari data tersebut dapat
diketahui rata-rata penggunaan daya listrik. (lampirkan bukti data
rekeningnya…?)
Total beban terpasang pada Gedung Keuangan Negara 2 Semarang diketahui
sebesar 168.807 Watt (data dari mana ? jelaskan !) dengan masing-masing beban
terpasang Gedung sebesar 112.037 Watt sebesar 56.770 Watt. (kenapa dibagi dua,
49

kalimatnya diperjelas lagi ) . Kenapa total beban terpasang tersebut berbeda


dengan hasil pada tabel 4.1 yaitu 199,9 kW ?
Mengetahui seberapa besar pemakaian daya listrik pada Gedung Keuangan
Negara 2 Semarang perlu ditampilkan dalam hasil pengamatan pengukuran daya
listrik dalam beberapa hari untuk mendapatkan data penggunaan beban yang
paling optimum, dengan maksud pada hari tersebut sebagian besar beban yang
terdapat pada pada Gedung Keuangan Negara 2 Semarang digunakan secara
maksimal.
Penggunaan beberapa beban yang ada dengan kapasitas yang besar dapat
mempengaruhi penggunaan daya listrik pada umunya. Pada Gedung Keuangan
Negara 2 Semarang pemakaian peralatan listrik selama 24 jam tidak berhenti
secara total, dimana dari Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 dapat dilihat hasil pengukuran
daya pada jam operasional mengalami perubahan secara fluktuatif. Grafiknya
mana…?
Dari hasil pengukuran dapat diamati bahwa Gedung penggunaan daya paling
optimal sebesar 63,69 kW penggunaan daya paling optimal sebesar 29,97 kW.
( kenapa data daya optimal ada dua data ? Apa alasan anda bahwa daya tersebut
dianggap optimal dan dari tabel mana anda mengambil data tersebut ?. Perlu
diberikan penjelasan terperinci lagi
4.2.1 Beban Rata-Rata
Beban rata-rata yang dihitung berdasarkan penggunaan kWH meter periode
18 September 2021 sampai dengan 20 September 2021, dengan asumsi
penggunaan daya listrrik harian selama 24 Jam dan rata-rata 30 hari kerja dalam
satu bulan. Lihat Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
- Beban rata-rata di Gedung
Konsumsi daya listrik (bukan daya listrik tapi energy listrik karena satuannya
kWh) periode 18 September 2021 sampai dengan 20 September 2021 sebesar
146917 kWH, didapat rata-rata penggunaan daya listrik perbulan 14692 kWH.
(data dari mana ? sebutkan sumbernya, jika dari rekening maka diperlihatkan
bukti rekeningnya karena penguji biasanya akan lihat bukti rekeningnya dan
melihat hasil pembacaan kwh nya sudah benar atau tidak )
50

Catatan : Jika diambil dari data rekening pemakaian listrik, perlihatkan


rekeningnya, nanti biar saya cek lagi cara pengambilan data dan perhitungan
kebutuhan daya rata – raeanya.

Sehingga penggunaa daya listrik dapat di cari dengan persamaan (2.20):


kWH PeriodeTertentu ❑
P (Watt) =
24 Jam X 30 Hari ❑
14692 X 1000
=
720
= 20405,6 Watt
Beban rata-rata penggunaan daya di Gedung sebesar 20,41 kW
Catatan : Jika dibandingkan data daya terpasang ada perbedaan jauh sekali,
dimana daya terpasang mencapai 168,8 kW . Kenapa ?, berapakan pemakaian
beban puncaknya ?

4.2.2 Beban Rata-Rata Pada Jam Operasional


Jam operasional yaitu Senin sampai dengan Kamis pukul 07.00-18.00, hari
Sabtu dan Minggu 07.00-15.00 dan hari Senin 09.00 – 15.00 dengan penggunaan
rata-rata pada jam operasional yaitu 9 jam perhari dengan mengabaikan
penggunan daya listrik pada malam hari.
Beban rata-rata pada jam operasional yang dihitung berdasarkan penggunaan
kWH meter periode 18 September 2021 sampai dengan 20 September 2021,
dengan asumsi penggunana daya listrik harian selama 9 Jam dan rata-rata 30 hari
kerja dalam satu bulan. Lihat Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
- Beban rata-rata pada jam operasional di Gedung
Konsumsi daya listrik periode 18 September 2021 sampai dengan 20
September 2021 sebesar 146917 kWH, didapat rata-rata penggunaan daya listrik
perbulan 14692 kWH. Sehingga penggunaa daya listrik dapat di cari dengan
persamaan 2.20:
kWH PeriodeTertentu
P (Watt) =
9 Jam X 30 Hari
51

14692 X 1000
=
270
= 54414,81 Watt

Beban rata-rata penggunaan daya listrik pada jam operasional di Gedung sebesar
54,41 kW.

Kenapa daya rata rata pemakaian 24 jam sebesar 20,41 kW lebih sedikit
dibandingkan daya rata – rata pemakaian yang relative pendek waktunya 9 jam
yang mencapai lebih dari 2 x lipat yaitu 54,41 kW ??
Catatan :
Data yang tertera pada rekening merupakan data pemakaian energy listrik
yang diambil dalam rentang waktu 1 bulan atau 24 x 30 hari, jadi tidak
dapat dipakai untuk perhitungan daya listrik selama jam operasional 9 jam
/ hari. Untuk mengetahui daya rata-rata selama 9 jam operasional , anda
cukup gunakan daya rata-rata beban harian selama 9 jam operasional yang
diambil dari data hasil pengukuran beban harian 9 jam seperti yang anda
cantumkan pada tabel 4.2 sd 4.4 diatas.

4.2.3 Faktor Kebutuhan (Demand Factor)


Perbandingan antara kebutuhan beban maksimum aktual terhadap beban
terpasang. Ini digunakan untuk menghitung beban terpasang total yang harus
ditanggung oleh sumber pada waktu yang sama. Nilai faktor kebutuhan lebih kecil
dari satu.
1. Faktor Kebutuhan (Demand Factor) Gedung
Diketahui kebutuhan daya maksimum Gedung sebesar 63,69 kW ?, diperoleh
dari hasil pengukuran karakteristik beban puncak harian bisa dilihat pada grafik
4.1 ??? (dimana ?) sedangkan beban terpasang terdapat 112,04 kW Tabel 4.3.
(pada tabel 4.3 tidak ada penjelasan daya terpsang diatas ? )Sehingga faktor
kebutuhan dapat dicari dengan persamaan 2.19.
52

Kebutuhan maksimum
Faktor Kebutuhan =
Total beban terpasang
63,69
=
112,04
= 0,57

2. Faktor Kebutuhan (Demand Factor) Gedung


Diketahui kebutuhan daya maksimum Gedung sebesar 25,97 kW, diperoleh
dari hasil pengukuran karakteristik beban puncak harian bisa dilihat
pada grafik 4.2 sedangkan beban terpasang terdapat 56,8 kW Tabe 4.3. ???
Sehingga faktor kebutuhan dapat dicari dengan persamaan 2.19.
Kebutuhan maksimum
Faktor Kebutuhan =
Total beban terpasang
25,97
=
26,8
= 0,46
4.2.4 Beban Maksimum
Hasil perhitungan berdasarkan persamaan 2.30 yaitu rumus untuk mencari
beberapa besar kebutuhan daya maksimum pada beban yang terpasang di Gedung
Keuangan Negara 2 Semarang maka didapat hasil total kebutuhan daya
maksimum sebagai berikut:
Diketahui jumlah beban terpasang Gedung sebesar 168807 Watt Tebel 4.3
dan Faktor Kebutuhan sebesar 0,8 Tabel 2.3 Maka dapat dicari kebutuhan beban
maksimum dengan persamaan 2.30.
Beban maksimum = Jumlah beban terpasang x Faktor kebutuhan (Fk)
= 168807 x 0,8
= 135045 Watt atau 135 kW

4.2.5 Analisis Beban Terpasang


168807W
Beban Terpasang = = 177,69 kVA
0.95
63,69 kW
Daya Maksimum Gedung = =67 kVA
0.95
53

25,97 kW
Daya Maksimum Gedung = =27,3 kVA
0.95
135 kW
Daya Maksimum Gedung dan B = = 142,10 kVA
0.95
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat dicari faktor kapasitas dari
transformator dan generator serta faktor kebutuhan untuk panel utama pada
gedung Keuangan Negara 2 Semarang.
142,10 kVA
Faktor Kapasitas Transformator = = 0.35 = 35%
400 kVA
67 kVA
Faktor Kapasitas Generator Set Gedung = = 0.49 = 49%
135 kVA
27,3 kVA
Faktor Kapasitas Generator Set Gedung = = 0.20 = 20%
135 kVA

Catatan : Sepertinya beberapa data yang anda gunakan masih belum jelas ,
misalnya penggunaan tabel 4.1 s/d 4.3 , itu baru data pengukuran, tapi belum jelas
data tersebut belum diolah dengan benar. Data rata-rata penggunaan energy listrik
belum dijelaskan asal sumbernya dari mana ? apakah dari rekening ? perlu ada
buktinya, jika diperoleh dari perhitungan jelaskan cara perhitungan.
Kesimpulan :
- Latar belakang penelitian belum sinkron dengan judul
- tema yang dirujuk dalam tinjauan pustaka tidak sejenis dengan tema penelitian
- Sumber – sumber data tidak dijelaskan secara terperinci
- data daya terpasang masih ada perbedaan
- Perhitungan – perhitungan masih ada kekeliruan

4.2.6 Kapasitas Daya Langganan PLN


Untuk mendapatkan daya listrik terpasang yang efisien, perlu dicari dan
hitung daya terpasang yang akan digunakan. Total beban yang terpasang pada
sistem dapat dihitung dengan cara melakukan perbandingan antara kebutuhan
54

maksimum dalam sebuah sistem tersebut dengan faktor kebutuhan (Factor


Demand). Dengan tujuan untuk mendapatkan kapasitas daya terpasang sesuai
dengan kebutuhan daya untuk mencatu segala macam beban terpasang.
Besarnya daya langganan dapat di tentukan dengan melihat tabel golongan
tarif listrik Tabel 2.2. Kebutuhan daya keseluruhan 142,10 kVA bila kebutuhan
cadangan daya diasumsikan sebesar 20% maka didapat 170,53 kVA.Berdasarkan
Tabel 2.2 masuk golongan P-1/TR dengan batas daya 250 VA s/d 200 kVA
(golongan tarif untuk keperluan kantor pemerintah kecil dan sedang).
4.2.7 Pembatas Arus
APP merupakan singkatan dari Alat Pengukur dan Pembatas adalah alat yang
digunakan untuk keperluan transaksi energi listrik. Yang dimaksud dengan
pengukuran ialah untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan energi listrik
Alat pengukur: meter kwh, meter kvarh, meter kva maksimum, meter arus, meter
tegangan. Sedangkan yang dimaksud dengan pembatasan ialah untuk menentukan
batas pemakaian daya sesuai daya tersambung. Yang termasuk alat pembatas:
MCB, MCCB, NFB, Fuse, OCR + PMT. Pembatasan didasarkan pada arus yang
besarnya adalah:
Arus nominal:IL = S / √3 VL
= 170,53 kVA / √3. 380
= 259,17 Ampere
Besarnya pemasangan pembatas arus (Tabel 2.3) sehingga diasumsikan
pemilihan pembatas arus yang mendekati daya tersambung dari PLN yaitu sebesar
164 kVA.
4.2.8 Perhitungan Kapasitas Daya Generator Set
Dalam suatu gedung untuk mengkover sumber daya dari PLN jika mati, maka
disediakan sumber daya lain dari Generator set. Untuk memasuki didtribusi
tegangan rendah ke gedung, maka daya dari genset kemudian dialirkan melalui
panel Generator set, yang secara otomatis akan menghidupan genset jika PLN
mati.
Panel Genset dilengkapi dengan A.M.F - A.T.S, singkatan dari Automatic
Main Failure - Automatic start and stop Genset. Fungsi Dari A.M.F(Automatic
55

Main Failure)adalah secara automatic menghidupkan (start) Generator ketika


suplai listrik dari PLN gagal ataupadam. Sedangkan Fungsi dari A.T.S (Automatic
Transfer Switch) adalah secara automatic membuka suplay listrik dari genset dan
menutup suplay listrik dari PLN dan sebaliknya membuka suplai listrik dari PLN
dan menutup suplai listrik dari genset secara automatic ketika suplay listrik dari
PLN kembali.
Diketahui jumlah Generator set yang terpasangdi Gedung Keuangan Negara 2
Semarangsebanyak dua buah dengan kapasitas 2 x 135 kVA. Sedangkan
kebutuhan daya listrik sebesar 142,10 kVA untuk mensuplai Gedung.
Untuk menghitung kapasitas daya generator set yaitu jumlah penggunaan
daya listrik sebesar 142,10 kVA maka generator yang harus dipasang adalah
142,10 / 0,8 = 177,64 KVA atau setara 200 kVA, 0,8 adalah koefisien pemakai
daya genset sebesar 80% dari kemampuan maksimal genset.
Dari perhitungan diatas dapat diketahui kapasitas daya generator set yang
terpasang terlalu besar dibandingkan kebutuhan daya listrik. Selisih daya
terpasang Generator set yaitu 70 kVA, sehingga kapasitas generator set dapat di
turunkan.
4.3 Hasil Evaluasi
Dari hasil pembahasan yang sudah dijabarkan sebelumnya, dapat
diketahuisebagai berikut:
a. Hasil evaluasi daya terpasang Gedung
Gedung mempunyai total beban terpasang sebesar 112 kW, penggunaan daya
tertinggi dalam pengukuran terdapat sebesar 63,69 kW dengan rata-rata
penggunaan daya sebesar 20,41 kW dan faktor kebutuhan (Demand
Faktor)sebesar 0.57.
Dilihat dari faktor kebutuhan daya terpasang di Gedung relatif kecil, sehingga
penulis dalam penelitian ini berusaha untuk mendapatkan faktor kebutuhan daya
langganan yang mendekati 0,8 dari faktor kebutuhan daya listrik, dengan cara
penggabungan daya langganan Gedung.
Total daya terpasang Gedung yaitu 168,807 kW, dengan perhitungan beban
maksimum 135 kW dan faktor kebutuhan (Demand Faktor) sebesar 0,80.
56

Kapasitas daya langganan PLN sebesar 170,53 kVA didapat dari kebutuhan daya
keseluruhan 142,10 kVA ditambah daya cadangan dengan asumsi 20%.
Berdasarkan Tabel 2.6 masuk golongan P-1/TR dengan batas daya 250 VA
sampai dengan 200 kVA (golongan tarif untuk keperlua kantor pemerintah kecil
dan sedang) dengan pembatas daya 164 kVA. Sedangkan kapasitas back up daya
generator set yaitu jumlah daya terpasang 177,69 kVA dan pemakaian daya listrik
sebesar 142,10 kVA maka generator set yang dapat dipasang adalah 142,10/0,8 =
177,64 kVA atau setara 200 kVA.
57

Kesimpulan Review :

- Latar belakang tidak sinkron dengan judul

- Tema pada tinjauan pustaka tidak sejenis dengan tema judul penelitian
- Data – data penelitian sekunder seperti jumlah pemakaian energy listrik perbulan
yang diambil dari rekening listrik, data daya terpasang pada gedung, dan data-data lain
yang diambil selain dari hasil pengukuran seharusnya disajikan terlebih dahulu pada
bab 3, jangan langsung tiba-tiba muncul di bab 4, membuat pembaca jadi
kebingungan.
- Data – data hasil pengukuran di bab 4 ( tabel 4.2 s/d 4.4) belum jelas pemakaiannya,
seharusnya data-data tersebut diolah sehingga menghasilkan : Daya rata – rata
pemakaian harian selama jam operasional, daya beban puncak selama jam
operasional, dan ditampilkan dalam sebuah grafik beban harian .
- Perhitungan perlu di cek lagi kebenarannya.

Saran :
- perbaiki latar belakang, dan ambil tinjauan pustaka dari artikel-artikel yang berkaitan
dengan evaluasi daya terpasang pada sebuah gedung / bangunan
- Pada bab 3 dilengkapi dengan semua data-data sekunder yang digunakan untuk proses
perhitungan di bab 4.
- Pada bab 4, carilah hasil perhitungan beban rata-rata harian yang telah anda peroleh
berdasarkan hasil pengukuran selama 3 hari ( tabel 4.2 / 4.4 ). Buatlah tabel beban
hariannya dan gambarlah grafiknya. Berdasarkan grafik tersebut diperoleh pemakaian
daya listrik rata-rata harian, dan daya puncak (beban puncak) yang dapat digunakan
untuk perhitungan selanjutnya.
- Jelaskan cara anda mendapatkan pemakian energy listrik rata-rata bulanan
berdasarkan data dari rekening tersebut. Gunakan data tersebut untuk menghitung
pemakaian daya rata – ratanya.
- Untuk perhitungan selanjutnya kita diskusikan lagi saja nanti dikampus, karena masih
banyak yang harus diklarifikasi ke saya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada bab sebelumya dapat disimpulkan bahwa:
1. Besarnya rata-rata daya listrik yang terpakai pada Gedung Keuangan
Negara Semarang 2 berdasarkan hasil perhitungan yaitu 28,11 kW.
2. Besarnya daya terpasang pada Gedung Keuangan Negara Semarang 2
sebesar 2 x 105 kVA, sedangkan berdasarkan hasil evaluasi yaitu sebesar
164 kVA didapat selisih daya terpasang sebesar 46 kVA. Sehingga dapat
dilakuan penurunan daya langganan PLN.
3. Besarnya kapasitas daya listrik generator set yang ada untuk memenuhi
kebutuhan beban listrik di Gedung Keuangan Negara Semarang 2yang ada
saat ini yaitu 2 x 135 kVA, sedangkan berdasarkan hasil evaluasi
kebutuhan kapasitas generator set yaitu sebesar 200 kVA selisih kapasitas
generator set terpasang sebesar 70 kVA. Sehingga dapat dilakuan
penurunan kapasitas generator set.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa
saran-saran sebagai berikut:
1. Dengan mengganti langanan PLN dua buah gedung menjadi satu akan
didapat penghematan biaya RM sebesar Rp 2.777.260- / bulan pada
penggunaan daya minimum (RM).
2. Dengan menurunkan kapasitas penggunan Generator set maka dapat di
hemat daya tidak terpakai sebesar 70 kVA.
3. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penyusun menyadari bahwa
laporan yang disajikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
dengan senang hati penulis selalu terbuka untuk menerima kritik maupun
saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kemajuan dan
kesempurnaan laporan ini.

58
DAFTARPUSTAKA

[1] Arismunandar,1982,Teknik tegangan tinggi, PT. Pradnya Paramita;


JakartaDaman
[2] Faulkenberry,1996,L.M., Coffer W, Electrical Power
DistributionandTransmission,Prentice-HallInc., New Jersey
[3]
Gellings,P.E.,andJ.HChamberlin.1993.DemandSideManagementConcept
s&Methods. Oklahoma :Pennwell PublishingCompany
[4] Haryono, Tiyono. Manajemen Energi AC,Diktat mata kuliah Manajemen
Energi(ME)Elektrikdi MSEE UGMTeknikElektroFTUGM. Yogyakarta.
[5] HasanBasri,1997,SistemDistribusi Daya Listrik,Bandung
[6] Kusmantoro, A., & Nuwolo, A. (2015). Identifikasi Kualitas Daya Listrik
Gedung Universitas PGRI Semarang. Vol 1, No 1 .
[7] MaulanaAgus,2003,
TeknikPenghematanEnergiPadaSystemAC,Jakarta:BagianProyekPelaksa
naan Efisiensi Energi DEPDIKNAS.
[8] P.Van Harten,1981, InstalasiListrikArusKuat I,Bandung;Binacipta
[9]
PermenESDMNo.09,2014,TarifTenagaListrikYangDisediakanPLN,Jaka
rta;Kementrian ESDM.
[10] Ramdhani Muhamad,2005,Rangkaian Listrik,Bandung: Sekolah Tinggi
TeknologiTelkom.
[11] RikiZulfikar,
evaluasikebutuhandayalistrikdankemungkinanuntukpenghematanenergili
strikdihotelsantikabogor,TeknikElektroUniversitasPakuan Bogor: Bogor
[12] Sariadi,1999,Jaringandistribusilistrik,Angkasa;Bandung
[13] SNI04-0225-
2000.2000.PersyaratanUmumInstalasiListrik2000(PUIL2000).YayasanP
UIL.Jakarta.
[14] SUGIARTO, H. (2012). Kajian Harmonisa Arus Dan Tegangan Listrik di

59
60

Gedung Administrasi Politeknik Negeri Pontianak. Jurusan Teknik


Elektro Politeknik Negeri Pontianak, Volume 8, Nomor 2.
[15] Sugiyono,2010,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
RND,Bandung:Alfabeta.
[16]
Suhadi,dkk,2008,TeknikDistribusiTenagaListrik,JilidII,Jakarta;Direktora
tPembinaanSekolah Menengah Kejuruan.
[17]
Sulasno,2001,TeknikdanSistemDistribusiTenagaListrik,Semarang:Badan
PenerbitUNDIP Semarang.
[18]
Suswanto,2009,SistemDistribusiTenagaListrik,Padang,UniversitasNeger
iPadang.
[19] Warman,Eddy,PenentuanRatingTransformator, USU,Medan:15-20.2004.
[20]
WarsitoAgung,Karnoto,TarsiahSHardiono,SosialisasidanEvaluasiDiriKo
nservasi Energi Universitas Diponegoro tahun 2003, Semarang:
BadanPenerbitUniversitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai