Abstrak
Abstract
The study aims to determine whether there is a change in the interpersonal communication
skills of four students who experience obstacles in interpersonal communication after following the
group counseling process with a transactional analysis approach using role-play techniques. Research
conducted using the experimental method of one group pretest-posttest pre-experimental design. The
process of collecting data is done by interviewing, observing and distributing assessment scale
instruments. The implementation of group counseling with a transactional analysis approach with
role-playing techniques carried out for seven sessions was able to improve interpersonal
communication skills of four students of the Children's Activity Center, the Sahabat Anak Jakarta
Foundation.
Key words: interpersonal communication, transactional analysis group counseling, role play
_________________________________________________
149
150 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)
keputusan ulang. Pendekatan ini menekankan seperangkat transaksi kompleks yang dapat
pada interaksi antara individu sebagai suatu berlangsung lama.
penyebab masalah psikologis dan pemahaman Correy (dalam Rusmana, 2009)
yang diperoleh oleh individu tentang menjelaskan bahwa individu membuat
kesalahan berinteraksi dengan orang lain. putusan dini yang memberikan andil pada
Gladding (dalam Rusmana 2009) menjelaskan pembentukan perasaan sebagai pemenang
bahwa terdapat tiga bentuk kelompok dalam (Saya OK) dan perasaan sebagai seorang yang
konseling analisis transaksional, yaitu kalah (Saya tidak OK). Dalam analisis
kelompok redecision, classic, dan cathexis. transaksional dikenal empat posisi dasar
Rusmana (2009) menjelaskan bahwa dalam hidup, yaitu: Saya OK – kamu OK,
kepribadian terdiri atas tiga ego state (status saya OK – kamu tidak OK, saya tidak OK –
ego) yaitu: ego orang tua (parent ego state) kamu OK, dan saya tidak OK – kamu tidak
adalah bagian kepribadian yang merupakan OK. Posisi yang sehat adalah Saya OK –
introjeksi dari orang tua. Memiliki fungsi kamu OK, sedangkan ada tiga posisi yang
dualitisik merawat dan memperhatikan serta tidak sehat yaitu: saya OK – kamu tidak OK,
mengkritik dan mengendalikan kehidupan. Saya tidak OK – kamu OK dan Saya tidak
Ego dewasa (adult egostate) merupakan OK – kamu tidak OK. Komalasari dan
bagian objektif dari kepribadian, juga Wahyuni (2011) menjelaskan bahwa patologi
merupakan bagian dari kepribadian yang atau masalah yang muncul dalam hidup
mengetahui apa yang sedang terjadi. Tugas individu pada pendekatan analisis
ego dewasa adalah membuat keputusan yang transaksional disebabkan oleh dua hal yakni
paling baik untuk memecahkan masalah Individu tidak dapat mempercayai, berpikir,
tertentu karena tidak emosional dan memutuskan untuk dirinya sendiri serta
menghakimi melainkan bersikap tenang. Ego mengungkapkan perasaan dan individu tidak
anak (child egostate) adalah bagian mampu untuk menampilkan hal-hal lain dari
kepribadian yang dapat menyesuaikan diri, pola-pola kebiasaan, menyeleksi tujuan dan
mampu menyesuaikan diri dengan keinginan tigkah laku baru. Berner (dalam Rusmana,
ego orang tua di dalam diri sendiri dan orang 2009) menjelaskan bahwa pendekatan analisis
lain, ia patuh dan mudah untuk menjalin transaksional memiliki tujuan membantu
hubungan, ego anak alamiah memperlihatkan anggota kelompok mengobati keadaan masa
reaksi lebih spontan. Skenario (script) adalah lalunya, pada masa kini untuk memperoleh
masa depan yang lebih baik. Strategi dan
154 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)
teknik konseling yang dilakukan adalah mengatasi frustasi, selain itu teknik bermain
sebagai berikut (1) Konselor membantu peran (role play) dianggap sebagai media bagi
konseli mengatur diri dengan tepat agar ego terapis untuk menganalisis berbagai konflik
state berfungsi di saat yang tepat. (2) yang terjadi dan cara mengatasinya.
Membantu menganalisisi transaksinya diri Empat tahap pelaksanaan teknik bermain
konseli. (3) Membantu konseli bebas untuk peran (role play) yaitu: (1) memerankan peran
bertindak dan berbuat secara mandiri. (4) dengan tepat sesuai situasi yang ditetapkan.
Menentukan keputusan salah konseli yang (2) konselor dan anggota kelompok saling
telah dibuat dan membuat keputusan baru atas menentukan serta menetapkan berbagai peran,
dasar kesadaran. Teknik yang digunakan kedudukan, dan masing-masing tugas. (3)
yaitu: metode didaktik (didactic methods), konselor menyiapkan waktu, tempat, dan alat
kursi kosong (empty chair), bermain peran yang akan digunakan oleh anggota kelompok.
(role playing), penokohan keluarga (family (4) konselor menjelaskan tujuan dan langkah-
modeling), dan analisis ritual dan waktu luang langkah sebelum bermain peran, serta
(analysis of rituals and pastime). membantu anggota kelompok melaksanakan
peran. Metode bermain peran (role play)
Teknik Bermain Peran (Role Play)
berguna untuk membantu peserta didik yang
Sudjana (2001) menjelaskan bahwa
mengalami kesulitan berkomunikasi dalam
bermain peran merupakan teknik yang
proses pembelajar dengan cara yang tidak
menekankan kemampuan penampilan peserta
menimbulkan kecemasan Jakson (dalam
didik dalam memainkan status dan fungsi
Dharmayanti, 2013). Najlatun dan Galih
pihak-pihak lain yang ada di kehidupan nyata.
(dalam Dharmayanti, 2013) menjelaskan
Secara harafiah teknik bermain peran (role
bahwa bermain peran (role play) mampu
play) diartikan sebagai berpura-pura menjadi
meningkatkan kemampuna komunikasi
orang lain. Santrock (dalam Subagiyo, 2013)
menjelaskan bahwa kegiatan bermain peran interpersonal siswa secara efektif. Hal ini
ditunjukkan berdasarkan hasil analisis data,
(role play) adalah kegiatan yang
menyenangkan dilakukan secara individual observasi dan wawancara yang dilakukan
kepada para siswa. Hasil wawancara yang
maupun secara berkelompok untuk
mendapatkan kesenangan. Pada bimbingan dilakukan kepada para siswa, menyatakan
bahwa mereka dapat memahami dan
dan konseling kelompok bermain peran (role
play) dilakukan secara sadar. Teknik bermain mengubah perilaku sehingga kemampuan
Tabel Kenaikan skor hasil instrumen penelitian komunikasi interpersonal pre test dan post test.
Subjek Awal (pre test) Kategori Akhir (post test) Kategori Perbedaan
MA 135 Rendah 167 Cukup Naik 32
PU 154 Cukup 186 Cukup Naik 32
RE 192 Cukup 191 Cukup Naik 1
SU 183 Cukup 189 Cukup Naik 6
Subjek MA
Tabel Uraian kondisi MA sebelum dan sesudah mengikuti konseling kelompok ditinjau dari komponen
komunikasi interpersonal
No. Komponen Kondisi Keterangan
1. Membuka diri Sebelum Jarang memulai cerita dengan teman-teman dan kakak pendamping kecuali saat
diminta. Takut untuk membuka diri karena pernah diabaikan oleh teman ketika
mencoba terbuka.
Setelah Mulai menceritakan tentang kegiatan sehari-hari kepada peneliti yaitu tentang
perjalanannya dari rumah menuju sekolah. Perlahan mulai membuka diri
dengan menyapa, mencoba untuk bercerita bersama teman-teman dalam
kelompok.
2. Membangun Sebelum Kurang percaya dengan kemampuan yang dimiliki. Muncul rasa minder ketika
kepercayaan berkomunikasi dengan teman yang berpenampilan lebih rapih darinya.
Setelah Sadar bahwa dirinya memiliki kemampuan yang hebat, tidak lagi malu ketika
bertemu teman.
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 157
kelompok, MA sedikit gugup ketika mencoba sekitarnya dan melalui pembukaan diri
untuk menyampaikan pendapatnya saat tersebut MA mampu menerima perbedaan
belajar kelompok. MA terkadang sedikit sehingga dapat menyelesaikan konflik dengan
terbata-bata karena tidak yakin tentang mencari solusi yang tepat. Hal ini sesuai
perkataannya. MA terlihat sebagai pribadi dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
yang mampu terbuka terhadap individu yang oleh Dharmayanti (2013) yang menyatakan
sudah di kenalnya. MA mampu mencari melalui keterbukaan diri (openess) menjadi
solusi yang paling tepat ketika mengalami salah satu hal penting dalam proses
konflik perbedaan pendapat dengan teman- komunikasi interpersonal karena dengan
temannya. pembukaan diri individu berani untuk
Kondisi MA setelah mengikuti konseling menerima perbedaan yang ada dan memahami
kelompok sesuai dengan salah satu komponen berbagai alternatif solusi untuk memecahkan
kemampuan komunikasi interpersonal yakni masalah. MA memperoleh skor pretest
mampu membuka diri. Individu yang mampu sebesar 135 skor post test sebesar 167. MA
berkomunikasi interpersonal dengan tepat mendapatkan kenaikan skor sebanyak 32
mampu membuka diri terhadap individu di poin.
Subjek PU
Tabel Uraian kondisi PU sebelum dan sesudah mengikuti konseling kelompok ditinjau dari komponen
komunikasi interpersonal.
No. Komponen Kondisi Keterangan
1. Membuka diri Sebelum Menutup diri, jarang bercerita kecuali diminta.
Setelah Bercerita kepada teman-teman di sekolah dan kakak pendamping jika diajak
bicara
2. Membangun Sebelum Sulit untuk menceritakan hal-hal yang menurutnya sebagai aib, sehingga ketika
kepercayaan ditanya suka mengelak
Setelah Percaya kepada teman-teman di sekolah dan mau mengakui hal-hal yang
dilakukannya.
3. Mampu Sebelum Sering meminta lawan bicaranya untuk terus mengulangi pesan yang
berkomunikasi disampaikan
secara verbal Setelah Mengurangi kebiasaannya untuk meminta lawan bicara mengulangi kembali
informasi yang disampaikan
4. Mengungkapkan Sebelum Terbiasa untuk memendam perasaannya ketika merasa marah, kesal, sedih, dan
perasaan kecewa.
Setelah Perlahan-lahan mau mengungkapkan perasaan kepada orang yang bersangkutan
dan berani menegur teman yang salah dengan sopan
5. Saling menerima Sebelum Tidak berani untuk mendukung teman di sekolah
dan mendukung Setelah Mendukung teman-teman yang mengalami kesulitandalam belajar
6. Mampu Sebelum Memilih untuk diam ketika berkonflik, memukul untuk menyelesaikan masalah
memecahkan saat berkonflik
konflik dalam Setelah Mencari solusi bersama individu yang bersangkutan ketika sedang ada
bentuk hubungan masalah. Paham bahwa konflik tidak perlu diselesaikan dengan kekerasan
antarpribadi
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 159
Subjek RE
Tabel Uraian kondisi RE sebelum dan sesudah mengikuti konseling kelompok ditinjau dari komponen
komunikasi interpersonal.
No. Komponen Kondisi Keterangan
1. Membuka diri Sebelum Merasa takut untuk bicara dengan terbuka. Takut bila diabaikan ketika mencoba
terbuka. Takut bila tidak diterima karena keterbukaannya.
Setelah Mau terbuka kepada teman-teman dengan bercerita tentang kegiatan sehari-hari.
Paham bahwa dirinya akan diterima jika berkata jujur dengan sopan dan tidak
menyakiti hati individu lain.
2. Membangun Sebelum Sulit percaya kepada teman-teman yang kurang dekat dengannya.
kepercayaan Setelah Memiliki keyakinan bila teman-temannya akan menjaga cerita
yang disampaikan. Mulai berani untuk bercerita kepada teman-teman yang lain
bukan hanya teman dekatnya saja.
3. Mampu Sebelum Ragu-ragu saat memberi tanggapan di depan kelas ketika ramai.
berkomunikasi Setelah Berani untuk mengangkat tangan menyampaikan pesan tanggapan di depan
secara verbal kelas.
160 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)
Pada saat mengikuti konseling kelompok, Hal ini sesuai dengan penelitian
RE menujukkan sikap terbuka ketika diminta sebelumnya yang dilakukan oleh
bercerita. RE percaya terhadap teman-teman Dharmayanti (2013) yang menyatakan
dalam kelompoknya sehingga ketika bercerita melalui keterbukaan diri (openess) individu
tidak lagi ada rasa takut. RE belajar mampu untuk menyampaikan segala yang
mengungkapkan perasaannya yang masih dirasakannya dengan tepat, individu yang
mengganjal sehingga merasa lebih lega. terbuka akan berusaha untuk mengungkapkan
Sebelum mengikuti proses konseling RE perasaan secara jelas, jujur, dan terbuka.
terbiasa untuk memendam perasaannya tetapi Selain dengan teknik bermain peran (role
bingung bagaimana cara untuk play), RE diberikan teknik kursi kosong pada
mengungkapkan perasaannya karena takut sesi keempat, teknik ini berikan karena RE
menyakiti hati orang lain. Kondisi RE setelah sedang mengalami situasi memendam
mengikuti konseling kelompok sesuai dengan perasaan kepada teman mainnya, RE ingin
salah satu komponen kemampuan komunikasi mengungkapkan maka peneliti menggunakan
interpersonal yaitu mengungkapkan perasaan teknik kursi kosong sehingga dapat
individu yang mampu berkomunikasi membantu RE dalam mengungkapkan
interpersonal dengan tepat mampu perasaannya secara tidak langsung, sehingga
mengkomunikasikan pikiran serta perasaan merasa lebih baik. RE memperoleh skor
dengan tepat dan jelas. RE memahami lawan pretest sebesar 191 skor post test sebesar 192.
bicaranya agar tidak sakit hati ketika RE RE mendapatkan kenaikan skor sebanyak 1
sedang menyampaikan apa yang dirasakan poin.
serta dipikirkan.
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 161
Subjek SU
Tabel Uraian kondisi SU sebelum dan sesudah mengikuti konseling kelompok ditinjau dari komponen
komunikasi interpersonal.
No. Komponen Kondisi Keterangan
1. Membuka diri Sebelum Malu-malu ketika bercerita dan takut untuk membuka diri
Setelah Mulai sering bercerita dengan peneliti, perlahan-lahan berani membuka diri dan
tidak lagi malu-malu saat berbicara.
2. Membangun Sebelum Sulit untuk percaya kepada teman maupun individu lain.
kepercayaan Setelah Yakin bahwa teman-teman bisa menjaga rahasianya, mulai berani bercerita
kepada teman-teman
3. Mampu Sebelum Takut untuk menyampaikan kembali pesan yang diterimanya, karena khawatir
berkomunikasi bila salah akan dimarahi
secara verbal Setelah Mau menyampaikan kembali pesan yang diterima secara perlahan untuk
meminimalisir kesalahan
4. Mengungkapkan Sebelum Memiliki sikap pemalu, kebiasan malu-malu ini menyebabkannya sulit untuk
perasaan berbicara mengungkapkan perasaannya.
Setelah Berusaha langsung mengungkapkan perasaan kepada orang yang dituju dengan
sopan
5. Saling menerima Sebelum Memberikan dukungan terbatas kepada keluarga dan teman dekatnya saja
dan mendukung Setelah Mendukung teman-teman di sekolah melalui ucapan verbal saat temannya
mempersiapkan diri untuk ujian
6. Mampu Sebelum Memilih diam ketika menghadapi konflik
memecahkan Setelah Menghadapi konflik dengan berani berbicara untuk mencari solusi yang tepat
konflik dalam
bentuk hubungan
antarpribadi
melalui keterbukaan diri (openess) menjadi tingkah laku yang ditampilkan secara
kunci utama bagi individu dalam melakukan berulang akan menjadi suatu kebiasaan
komunikasi interpersonal, individu yang sehingga keterampilan yang dipelajari
mampu membuka diri secara perlahan-lahan menginternalisasi dalam pribadi orang
akan berusaha untuk mengungkapkan tersebut. Keterampilan komunikasi
perasaannya dengan jujur dan terbuka. Selain interpersonal bila dipelajari secara berulang
dengan teknik bermain peran (role play) SU akan menjadi kebiasaan yang melekat para
diberikan teknik kursi kosong pada sesi diri siswa yang menjadi subjek penelitian.
keempat, teknik ini berikan karena SU sedang Teknik bermain peran (role play) membantu
mengalami situasi memendam perasaan para siswa untuk saling mengamati tingkah
kepada orang tua yang menelantarkannya, SU laku yang diperankan dan kemudian
ingin mengungkapkan namun tidak berani dipraktekkan oleh dirinya sendiri.
jika secara langsung kepada orang tuanya
Bandura (dalam Dharmayanti, 2013)
maka peneliti menggunakan teknik kursi
menjelaskan juga bahwa siswa dapat belajar
kosong sehingga dapat membantu SU
dengan mengamati dan meniru tingkah laku
mengungkapkan perasaan sehingga merasa
melalui model yaitu guru, teman-teman, dan
lebih baik.
orang lain. Teknik bermain peran (role play)
SU memperoleh skor pre test sebesar 183
yang digunakan dalam penelitian untuk
skor post test sebesar 189. SU mendapatkan
menangani masalah kemampuan komunikasi
kenaikan skor sebanyak 6 poin. Berdasarkan
interpersonal memiliki berbagai kekuatan
perubahan yang telah dipaparkan maka dapat
yakni mampu meningkatkan kemampuan
disimpulkan bahwa teknik bermain peran
interpersonal (interpersonal skill) kemampuan
(role play) merupakan teknik yang tepat
ini diperoleh karena melalui kegiatan bermain
digunakan untuk meningkatkan kemampuan
peran (role play) membantu individu untuk
komunikasi interpersonal. penelitian
mengolah kemampuan bekerja sama dalam
sebelumnya yang dilakukan oleh
kelompok dengan berbagai individu. Melalui
Dharmayanti (2013) yang menyatakan
teknik bermain peran (role play) individu juga
melalui teknik teknik bermain peran role play
dapat memahami individu lain dengan tepat,
memberi peluang siswa untuk melakukan
karena melihat situasi dan kondisi yang
pengulangan keterampilan hingga mereka
diperankan secara langsung. Berdasarkan
benar-benar paham. Sugiharto (dalam
penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan
Dharmayanti, 2013) juga menjelaskan bahwa
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 163
Peneliti memberi rekomendasi bagi (1) Dharmayanti, P.A. (2013). Teknik role
Koordinator Pendidikan Pusat Kegiatan playing dalam meningkatkan
Anak, Yayasan Sahabat Anak Jakarta agar keterampilan komunikasi
memerhatikan kemampuan komunikasi interpersonal siswa SMK. Jurnal
interpersonal para siswa, khususnya keempat pendidikan dan pengajaran. Vo.46,
subjek penelitian dan dapat mengadakan No.3.
kegiatan bimbingan dan konseling dengan
Dwitagama & Kusumah. (2009). Mengenal
berbagai tema yang menarik tentang
penelitian tindakan kelas. Jakarta:
kemampuan komunikasi interpersonal. (2)
PT Indeks.
subjek penelitian dapat saling menguatkan
Gladding. (2015). Konseling profesi yang
dan berbagi cerita ketika berada dalam
menyeluruh. Jakarta: PT Indeks.
lingkungan sekolah. (3) mahasiswa dapat
Komalasari, G. & Wahyuni, E.
memberi referensi untuk menambah
(2011). Teori dan teknik konseling.
pengetahuan dalam pelaksanaan konseling
Jakarta: PT Indeks.
kelompok pendekatan analisis transaksional
menggunakan teknik bermain peran untuk Gunawan, Marzuki, & Nurgiyantoro, B,
meningkatkan kemampuan komunikasi (2002). statistik terapan untuk
interpersonal. penelitian ilmu-ilmu sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, Wahyuni, & Karsih. (2016).
Bara, M.M.F. (2018). Hubungan antara Asesmen teknik nontes dalam
kemampuan komunikasi perspektif BK komperhensif. Jakarta:
interpersonal dan penyesuaian diri PT Indeks.
siswa kelas VII SMP Santo Yoseph
Munawaroh, S., & Lubis, M. (2015).
Cakung–Jakarta Timur. Skripsi
Meningkatkan keterampilan
Sarjana Tidak Diterbitkan. Jakarta:
komunikasi interpersonal siswa
Universitas Katolik Indonesia Atma
melalui layanan bimbingan
Jaya.
kelompok teknik sosiodrama kelas
VIII MTSN 2 Medan. Jurnal
Diversita. Vol.1, No.2.
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 165