Anda di halaman 1dari 18

JURNAL PSIKO-EDUKASI Jurnal Pendidikan, Psikologi, dan Konseling

Vol. 18 Issue 2, 2020, hlm.149-166


ISSN: 1412-9310; e-ISSN: 2716-2184

Diterima 23/09/2019; Direvisi 14/10/2020; Dipublikasi 31/10/2020

KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL


DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN (ROLE PLAY) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

IMELDA SUSANTI LEPA1 dan CAROLINE LISA SETIA WATI2


PT Lippo Insurance General,Tbk.1; Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Pendidikan dan Bahasa,
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta2
(Email: imeldasusantilepaisl@gmail.com 1; caroline.lisa@atmajaya.ac.id 2)

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal empat


siswa yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara interpersonal setelah mengikuti proses
konseling kelompok pendekatan analisis transaksional menggunakan teknik bermain peran (role play).
Penelitian menggunakan metode ekperimental desain pra eksperimen one group pretest-posttest.
Pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan instrumen skala penilaian. Konseling kelompok
dilakukan selama tujuh sesi mampu meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal empat siswa Pusat
Kegiatan Anak, Yayasan Sahabat Anak Jakarta.
Kata-kata kunci: komunikasi interpersonal, konseling kelompok, analisis transaksional, teknik bermain
peran (role play)

Abstract

The study aims to determine whether there is a change in the interpersonal communication
skills of four students who experience obstacles in interpersonal communication after following the
group counseling process with a transactional analysis approach using role-play techniques. Research
conducted using the experimental method of one group pretest-posttest pre-experimental design. The
process of collecting data is done by interviewing, observing and distributing assessment scale
instruments. The implementation of group counseling with a transactional analysis approach with
role-playing techniques carried out for seven sessions was able to improve interpersonal
communication skills of four students of the Children's Activity Center, the Sahabat Anak Jakarta
Foundation.
Key words: interpersonal communication, transactional analysis group counseling, role play

_________________________________________________

149
150 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)

PENDAHULUAN remaja memiliki kemampuan komunikasi


interpersonal yang baik.
Berkomunikasi merupakan kebutuhan Nyatanya banyak remaja yang
bagi setiap individu. Individu berusaha mengalami hambatan dalam melakukan
membuka diri dengan menjalin komunikasi proses komunikasi interpersonal. Contohnya
untuk menciptakan hubungan yang baik ketika berada di lingkungan sekolah terdapat
antarsesama. Proses komunikasi tidak beberapa siswa yang mengalami kesulitan
memandang usia, status sosial dan jabatan, untuk membuka diri, membangun
semua individu dapat melakukan proses kepercayaan kepada individu lain, tidak
komunikasi sebagai sarana berinteraksi sosial memahami pesan yang diterima dengan tepat,
seperti halnya empat remaja yang berada di sulit mengekspresikan berbagai perasaan
Pusat Kegiatan Anak, Yayasan Sahabat Anak kepada teman-teman dan guru secara asertif,
Jakarta Pusat. Santrock (2006) menjelaskan sulit untuk menerima orang lain dan
pada masa remaja terdapat berbagai memberikan dukungan serta menghindari
perubahan yang terjadi, yaitu perkembangan konflik dalam hubungan interpersonal.
kognitif, perkembangan bahasa dan Individu yang mampu melakukan komunikasi
kemampuan berpikir secara logis. interpersonal dengan tepat ditandai dengan
Perkembangan kognitif membawa remaja ciri-ciri: mampu terbuka kepada individu lain,
berada pada tahap operasional formal memiliki kepercayaan terhadap individu lain,
sehingga dapat berpikir logis, mampu melakukan komunikasi verbal secara efektif,
menyimpulkan informasi yang ada. mampu mengungkapkan perasaan dengan
Perkembangan bahasa remaja sudah mencapai tepat, saling menerima dan mendukung serta
80.000 kata. Pada umumnya, remaja mampu menyelesaikan konflik interpersonal
menggunakan bahasa pergaulan dalam secara konstruktif.
berkomunikasi. Komunikasi merupakan salah
Komunikasi Interpersonal
satu upaya mengembangkan jati diri atau
Mulyana (dalam Suryanto, 2015)
pembentukan indetitas. Meskipun menjelaskan komunikasi interpersonal
kemampuan berfikir remaja sudah mencapai
sebagai komunikasi yang terjadi antara
tahap operasional formal dan kemampuan individu secara langsung dengan bertatap
berbahasa yang dimiliki semakin baik serta
muka, memungkinkan komunikator maupun
mampu memahami berbagai sudut pandang komunikan menangkap reaksi dari lawan
dalam komunikasi, tidak menjamin bahwa
bicara secara langsung, baik secara verbal
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 151

maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal sedang dihadapi, memberi informasi tentang


memiliki konteks diadik (dua orang) masa lalu yang berguna untuk memahami
melibatkan tingkat interpersonal. Komunikasi tanggapan. (2) membangun kepercayaan,
interpersonal mencakup seluruh jenis meliputi membuka diri, menunjukkan
hubungan manusia mulai hubungan yang penerimaan dan dukungan kepada individu
singkat, sederhana dan biasa, diwarnai oleh lain. Individu yang dapat dipercaya adalah
kesan pertama hingga hubungan yang individu yang rela menanggapi, mengambil
mendalam dan relatif permanen (Suryanto, resiko dengan cara yang menunjukkan bahwa
2015). Berdasarkan penjelasan dapat orang lain akan menerima berbagai akibat
disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal yang menguntungkan. (3) mampu
merupakan proses penyampaian pesan dari berkomunikasi verbal, proses komunikasi
komunikator kepada komunikator secara tatap efektif terrjadi apabila penerima
muka bertujuan untuk membantu seseorang menginterpretasikan pesan yang diterimanya
untuk saling bergaul, memperoleh teman, sesuai dengan maksud pengirim pesan. Cara
membina hubungan positif dan membantu yang dapat dilakukan untuk memastikan
individu untuk mengungkapkan perasaan pesan yang dikirimkan benar-benar telah
dengan tepat. diterima dengan tepat sesuai dengan yang kita
maksud adalah dengan mendapatkan umpan
Komponen Keterampilan Komunikasi
Interpersonal balik tentang akibat atau pengaruh yang
Johnson (dalam Supratiknya, 1995) ditimbulkan oleh pesan tersebut dalam diri
menjelaskan enam komponen komunikasi penerima. Individu yang mampu
antarpribadi, yaitu sebagai berikut: (1) berkomunikasi verbal secara efektif ditandai
membuka diri sebagai kemampuan dengan kemampuannya untuk mengusahakan
mengungkapan reaksi maupun tanggapan agar setiap pesan yang disampaikan dapat
terhadap situasi yang sedang dihadapi dengan dipahami, memiliki kredibiltas agar informasi
memberi informasi tentang masa lalu yang yang disampaikan dapat dipercaya, dan
sesuai, berguna untuk memahami tanggapan berusaha mendapatkan umpan balik secara
di masa kini. Individu yang mampu membuka optimal. (4) mengungkapkan perasaan
diri ditunjukan dengan kemampuannya untuk menjadi salah satu kebutuhan individu. Ketika
membagikan perasaannya terhadap kejadian invidu mengalami suatu perasaan dan
yang baru dilihat. mampu mengungkapkan mengungkapkannya kepada orang lain akan
reaksi atau tanggapan terhadap situasi yang menjadi sumber kebahagiaan. (5) saling
152 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)

menerima dan mendukung, kemampuan kelompok, mereka memiliki permasalahan


mendengarkan dan menanggapi pesan yang yang sama sehingga lebih mudah diselesaikan
disampikan adalah hal sulit sebab tanpa dan ditangani dalam kelompok.
disadari akan muncul sikap-sikap tertentu Gladding dalam Rusmana (2009)
selama melakukannya. (6) mampu menjelaskan empat langkah dalam
memecahkan konflik dalam bentuk hubungan melaksanakan konseling kelompok, yakni: (1)
antarpribadi, konflik merupakan situasi di tahap awal (beginning a group), konselor
mana tindakan salah satu pihak berakibat perlu mempertimbangkan tahapan- tahapan
menghalangi, menghambat atau mengganggu pembentukan kelompok, tugas-tugas
tindakan pihak lain. pembentukan kelompok, potensi masalah
pembentukan kelompok, dan prosedur
Konseling Kelompok
pembentukan kelompok. (2) tahap transisi
Konseling kelompok merupakan
(transition stage), sebagai tahap storming atau
pemberian bantuan kepada individu (konseli)
fase kacaubalau karena terjadi konflik dalam
yang dilakukan dalam suasana kelompok,
kelompok, konflik dalam kelompok terjadi
bersifat pencegahan dan penyembuhan,
karena adanya kekhawatiran anggota
bertujuan untuk memberi kemudahan dalam
kelompok dalam memasuki proses konseling.
berbagai aspek perkembangan dan
(3) tahap kerja (performing stage), tahap inti
pertumbuhan (Rusmana, 2009). Konseling
dalam proses konseling kelompok, peserta
kelompok yang tepat memberikan
lebih akrab setelah masalah dipecahkan. (4)
pembelajaran bagi siswa, kekuatan dalam
tahap terminasi (termination stage), tahap
kelompok dapat meningkatkan pertumbuhan
pengakhiran dari proses konseling kelompok.
dan perkembangan yang positif. Hal ini
dikarenakan kelompok merupakan suatu Pendekatan Analisis Transaksional
komunitas mikrokosmos dan dapat Analisis transaksional dikembangkan
memberikan suatu setting kehidupan nyata di oleh Eric Berne pada tahun 1950. Filosofi
mana siswa dapat mencari jalan keluar dari analisis transaksional memandang bahwa
persoalan-persoalan dan berbagai masalah keadaan individu saat ini ditentukan oleh
(Brigman dan Gladding dalam Rusmana, pengalaman masa kecil dan keputusan yang
2009). Dapat disimpulkan bahwa konseling telah dibuatnya pada masa lalu namun.
kelompok merupakan suatu upaya pemberian Manusia dianggap sebagai individu yang
bantu oleh konselor kepada individu (para dapat memahami berbagai keputusan yang
konseli) yang tergabung dalam suatu diambil pada masa lalu dan mampu membuat
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 153

keputusan ulang. Pendekatan ini menekankan seperangkat transaksi kompleks yang dapat
pada interaksi antara individu sebagai suatu berlangsung lama.
penyebab masalah psikologis dan pemahaman Correy (dalam Rusmana, 2009)
yang diperoleh oleh individu tentang menjelaskan bahwa individu membuat
kesalahan berinteraksi dengan orang lain. putusan dini yang memberikan andil pada
Gladding (dalam Rusmana 2009) menjelaskan pembentukan perasaan sebagai pemenang
bahwa terdapat tiga bentuk kelompok dalam (Saya OK) dan perasaan sebagai seorang yang
konseling analisis transaksional, yaitu kalah (Saya tidak OK). Dalam analisis
kelompok redecision, classic, dan cathexis. transaksional dikenal empat posisi dasar
Rusmana (2009) menjelaskan bahwa dalam hidup, yaitu: Saya OK – kamu OK,
kepribadian terdiri atas tiga ego state (status saya OK – kamu tidak OK, saya tidak OK –
ego) yaitu: ego orang tua (parent ego state) kamu OK, dan saya tidak OK – kamu tidak
adalah bagian kepribadian yang merupakan OK. Posisi yang sehat adalah Saya OK –
introjeksi dari orang tua. Memiliki fungsi kamu OK, sedangkan ada tiga posisi yang
dualitisik merawat dan memperhatikan serta tidak sehat yaitu: saya OK – kamu tidak OK,
mengkritik dan mengendalikan kehidupan. Saya tidak OK – kamu OK dan Saya tidak
Ego dewasa (adult egostate) merupakan OK – kamu tidak OK. Komalasari dan
bagian objektif dari kepribadian, juga Wahyuni (2011) menjelaskan bahwa patologi
merupakan bagian dari kepribadian yang atau masalah yang muncul dalam hidup
mengetahui apa yang sedang terjadi. Tugas individu pada pendekatan analisis
ego dewasa adalah membuat keputusan yang transaksional disebabkan oleh dua hal yakni
paling baik untuk memecahkan masalah Individu tidak dapat mempercayai, berpikir,
tertentu karena tidak emosional dan memutuskan untuk dirinya sendiri serta
menghakimi melainkan bersikap tenang. Ego mengungkapkan perasaan dan individu tidak
anak (child egostate) adalah bagian mampu untuk menampilkan hal-hal lain dari
kepribadian yang dapat menyesuaikan diri, pola-pola kebiasaan, menyeleksi tujuan dan
mampu menyesuaikan diri dengan keinginan tigkah laku baru. Berner (dalam Rusmana,
ego orang tua di dalam diri sendiri dan orang 2009) menjelaskan bahwa pendekatan analisis
lain, ia patuh dan mudah untuk menjalin transaksional memiliki tujuan membantu
hubungan, ego anak alamiah memperlihatkan anggota kelompok mengobati keadaan masa
reaksi lebih spontan. Skenario (script) adalah lalunya, pada masa kini untuk memperoleh
masa depan yang lebih baik. Strategi dan
154 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)

teknik konseling yang dilakukan adalah mengatasi frustasi, selain itu teknik bermain
sebagai berikut (1) Konselor membantu peran (role play) dianggap sebagai media bagi
konseli mengatur diri dengan tepat agar ego terapis untuk menganalisis berbagai konflik
state berfungsi di saat yang tepat. (2) yang terjadi dan cara mengatasinya.
Membantu menganalisisi transaksinya diri Empat tahap pelaksanaan teknik bermain
konseli. (3) Membantu konseli bebas untuk peran (role play) yaitu: (1) memerankan peran
bertindak dan berbuat secara mandiri. (4) dengan tepat sesuai situasi yang ditetapkan.
Menentukan keputusan salah konseli yang (2) konselor dan anggota kelompok saling
telah dibuat dan membuat keputusan baru atas menentukan serta menetapkan berbagai peran,
dasar kesadaran. Teknik yang digunakan kedudukan, dan masing-masing tugas. (3)
yaitu: metode didaktik (didactic methods), konselor menyiapkan waktu, tempat, dan alat
kursi kosong (empty chair), bermain peran yang akan digunakan oleh anggota kelompok.
(role playing), penokohan keluarga (family (4) konselor menjelaskan tujuan dan langkah-
modeling), dan analisis ritual dan waktu luang langkah sebelum bermain peran, serta
(analysis of rituals and pastime). membantu anggota kelompok melaksanakan
peran. Metode bermain peran (role play)
Teknik Bermain Peran (Role Play)
berguna untuk membantu peserta didik yang
Sudjana (2001) menjelaskan bahwa
mengalami kesulitan berkomunikasi dalam
bermain peran merupakan teknik yang
proses pembelajar dengan cara yang tidak
menekankan kemampuan penampilan peserta
menimbulkan kecemasan Jakson (dalam
didik dalam memainkan status dan fungsi
Dharmayanti, 2013). Najlatun dan Galih
pihak-pihak lain yang ada di kehidupan nyata.
(dalam Dharmayanti, 2013) menjelaskan
Secara harafiah teknik bermain peran (role
bahwa bermain peran (role play) mampu
play) diartikan sebagai berpura-pura menjadi
meningkatkan kemampuna komunikasi
orang lain. Santrock (dalam Subagiyo, 2013)
menjelaskan bahwa kegiatan bermain peran interpersonal siswa secara efektif. Hal ini
ditunjukkan berdasarkan hasil analisis data,
(role play) adalah kegiatan yang
menyenangkan dilakukan secara individual observasi dan wawancara yang dilakukan
kepada para siswa. Hasil wawancara yang
maupun secara berkelompok untuk
mendapatkan kesenangan. Pada bimbingan dilakukan kepada para siswa, menyatakan
bahwa mereka dapat memahami dan
dan konseling kelompok bermain peran (role
play) dilakukan secara sadar. Teknik bermain mengubah perilaku sehingga kemampuan

peran (role play) membantu individu


Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 155

komunikasi interpersonal mengalami Analisis data dilakukan dengan analisis


peningkatan yang lebih baik. ujicoba dua tahap: (1) analisis rasional untuk
melihat kesesuaian antara komponen,
METODE PENELITIAN indikator, pernyataan, serta tata bahasa sesuai
dengan kaidah penulisan ilmiah dan tepat
Penelitian dilakukan menggunakan sehingga mudah dipahami siswa saat mengisi
metode eksperimen desain pra eksperimen instrumen. (2) Analisis empiris untuk menguji
one group pretest-posttest. Subjek penelitian validitas instumen menggunakan rumus
adalah empat siswa PKA Yayasan Sahabat korelasi product moment, pernyataan
Anak dengan rentang usia 14-17 tahun yang dikatakan valid jika rhitung lebih besar dari
memiliki rentang skor intrumen skala rtabel dengan = 0,05 diolah melalui program
penilaian komunikasi interpersoanl dengan SPSS (Statistical Package for Social Sciences)
kategori rendah hingga cukup. Penelitian versi 25.0. Uji coba instrumen dilakukan pada
dilakukan di Pusat Kegiatan Anak, Yayasan 19 siswa kelas X SMA Ricci 2 Bintaro.
Sahabat Anak Jl. Tambak 2 No. 23, RT 06/ Berdasarkan hasil Corrected Item-Total
RW 05, Pegangsaan, Menteng, RT.9/RW.5, Correlation dan dibandingkan dengan rtabel
Pegangsaan, Menteng, Kota Jakarta Pusat, untuk 19 subjek maka ditemukan rtabel dengan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10320. taraf signifikan 5% yaitu 0,456. Berdasarkan
Variabel penelitian yaitu kemampuan hasil uji validitas pernyataan untuk instrumen
komunikasi interpersonal yang rendah, komunikasi interpersonal. Terdapat 13
kemudian untuk mengatasi masalah tersebut pernyataan tidak valid dari total 70
maka dilakukan tindakan pelaksanaan pernyataan. Pengujian reliabilitas instrumen
konseling kelompok pendekatan analisis menggunakan rumus perhitungan reliablitas
transaksional dengan teknik bermain peran dengan Alpha Cronbach. telah dilakukan uji
(role play). Teknik pengumpulan data coba menggunakan program SPSS (Statistical
penelitian menggunakan wawancara, Package for Social Sciences) versi 25.0.
observasi dan instrumen skala penilaian. Analisis data penelitian menggunakan uji
Tabel Kategorisasi skala penilaian. Wilcoxon Matched Pairs Test dengan mencari
No Interval Kategori
perbedaan skor pretest dan posttest yang
1 245-291 Sangat Tinggi
2 198-244 Tinggi diperoleh oleh ke empat siswa sebelum dan
3 151-197 Sedang
sesudah pelaksanaan konseling kelompok
4 104-150 Rendah
5 57-103 Sangat Rendah
156 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)

pendekatan analisis transaksional dengan Ho ditolak, jika p-value 0.05 maka Ho


teknik bermain peran (role play). diterima. Pada penelitian yang dilakukan
memiliki p-value untuk uji Wilcoxson lebih
HASIL PENELITIAN DAN
besar dari 0,05 yaitu 0,066 . 0,05. Ini
PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa jika Ho diterima maka
Tabel Hasil Uji Wilcoxon. tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Test Statisticsa
sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Ssdh Konseling - Sbl Konseling
Z -1,841b konseling kelompok pendekatan analisis
Asymp. Sig. ,066
transaksional dengan teknik bermain peran
(2- tailed)
a
Wilcoxon Signed Ranks Test (role play). Meskipun demikian, tetap
b
Based on negative ranks
terdapat peningkatan skor hasil instrumen
Berdasarkan hasil uji statistik
penelitian yang diperoleh oleh MA, PU, RE,
menggunakan Wilcoxon, diperoleh Z sebesar
SU. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
-1,841. Output Program SPSS diperoleh nilai
konseling kelompok pendekatan analisis
p-value untuk uji dua sisi (2-tailed) sebesar
transaksional dengan teknik bermain peran
0.066. Sudjana (2002) menjelaskan bahwa
(role play) berperan untuk meningkatkan
dalam penelitian menggunakan uji Wilcoxon
kemampuan komunikasi interpersonal pada
apabila p-value < 0,05 (taraf signifikan) maka
MA, PU, RE, SU.

Tabel Kenaikan skor hasil instrumen penelitian komunikasi interpersonal pre test dan post test.
Subjek Awal (pre test) Kategori Akhir (post test) Kategori Perbedaan
MA 135 Rendah 167 Cukup Naik 32
PU 154 Cukup 186 Cukup Naik 32
RE 192 Cukup 191 Cukup Naik 1
SU 183 Cukup 189 Cukup Naik 6

Subjek MA
Tabel Uraian kondisi MA sebelum dan sesudah mengikuti konseling kelompok ditinjau dari komponen
komunikasi interpersonal
No. Komponen Kondisi Keterangan
1. Membuka diri Sebelum Jarang memulai cerita dengan teman-teman dan kakak pendamping kecuali saat
diminta. Takut untuk membuka diri karena pernah diabaikan oleh teman ketika
mencoba terbuka.
Setelah Mulai menceritakan tentang kegiatan sehari-hari kepada peneliti yaitu tentang
perjalanannya dari rumah menuju sekolah. Perlahan mulai membuka diri
dengan menyapa, mencoba untuk bercerita bersama teman-teman dalam
kelompok.
2. Membangun Sebelum Kurang percaya dengan kemampuan yang dimiliki. Muncul rasa minder ketika
kepercayaan berkomunikasi dengan teman yang berpenampilan lebih rapih darinya.
Setelah Sadar bahwa dirinya memiliki kemampuan yang hebat, tidak lagi malu ketika
bertemu teman.
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 157

No. Komponen Kondisi Keterangan


3. Mampu Sebelum Bercanda ketika mendengarkan teman bercerita. Memotong pembicaraan
berkomunikasi Setelah Mulai fokus saat mendengarkan teman yang bercerita Sabar untuk
secara verbal mendengarkan dan membiarkan teman menyelesaikan informasi yang
disampaikan lalu baru berbicara setelahnya.
4. Mengungkapkan Sebelum Sulit untuk berkata yang sebenarnya lebih memilih untuk memendam perasaan
perasaan Takut ucapannya menyakiti hati individu lain.
Setelah MA mulai belajar untuk langsung mengungkapkan perasaan ketika kesal
dengan teman di sekolah MA langsung menegur dengan sopan.
5. Saling menerima Sebelum MA hanya diam saja jika ada teman yang sedang mengalami masalah karena
dan mendukung tidak ingin ikut campur
Setelah MA memberikan dukungan kepada teman di sekolah yang merasa sedih
misalnya ketika ada teman yang kehilangan uang.
6. Mampu Sebelum Terbiasa untuk menyelesaikan konflik dengan kekerasan ketika sudah benar-
memecahkan benar kesal dan lawan bicaranya tidak mampu berkompromi dengannya.
konflik dalam Setelah Ketika menyelesaikan masalah kini MA lebih sering untuk berkomunikasi
bentuk hubungan terlebih dahulu agar benar-benar memperoleh pemahaman dan tidak melakukan
antarpribadi kekerasan.

Saat mengikuti konseling kelompok, MA sekitarnya dan melalui pembukaan diri


nampak lebih santai dibanding teman-teman tersebut MA mampu menerima perbedaan
lain ketika berusaha bercerita, menjawab sehingga dapat menyelesaikan konflik dengan
pertanyaan dan juga saat merespon peneliti. mencari solusi yang tepat. Hal ini sesuai
Sebelum mengikuti proses konseling dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
kelompok, MA sedikit gugup ketika mencoba oleh Dharmayanti (2013) yang menyatakan
untuk menyampaikan pendapatnya saat melalui keterbukaan diri (openess) menjadi
belajar kelompok. MA terkadang sedikit salah satu hal penting dalam proses
terbata-bata karena tidak yakin tentang komunikasi interpersonal karena dengan
perkataannya. MA terlihat sebagai pribadi pembukaan diri individu berani untuk
yang mampu terbuka terhadap individu yang menerima perbedaan yang ada dan memahami
sudah di kenalnya. MA mampu mencari berbagai alternatif solusi untuk memecahkan
solusi yang paling tepat ketika mengalami masalah. MA memperoleh skor pretest
konflik perbedaan pendapat dengan teman- sebesar 135 skor post test sebesar 167. MA
temannya. mendapatkan kenaikan skor sebanyak 32
Kondisi MA setelah mengikuti konseling poin.
kelompok sesuai dengan salah satu komponen Saat mengikuti konseling kelompok, MA
kemampuan komunikasi interpersonal yakni nampak lebih santai dibanding teman-teman
mampu membuka diri. Individu yang mampu lain ketika berusaha bercerita, menjawab
berkomunikasi interpersonal dengan tepat pertanyaan dan juga saat merespon peneliti.
mampu membuka diri terhadap individu di Sebelum mengikuti proses konseling
158 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)

kelompok, MA sedikit gugup ketika mencoba sekitarnya dan melalui pembukaan diri
untuk menyampaikan pendapatnya saat tersebut MA mampu menerima perbedaan
belajar kelompok. MA terkadang sedikit sehingga dapat menyelesaikan konflik dengan
terbata-bata karena tidak yakin tentang mencari solusi yang tepat. Hal ini sesuai
perkataannya. MA terlihat sebagai pribadi dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
yang mampu terbuka terhadap individu yang oleh Dharmayanti (2013) yang menyatakan
sudah di kenalnya. MA mampu mencari melalui keterbukaan diri (openess) menjadi
solusi yang paling tepat ketika mengalami salah satu hal penting dalam proses
konflik perbedaan pendapat dengan teman- komunikasi interpersonal karena dengan
temannya. pembukaan diri individu berani untuk
Kondisi MA setelah mengikuti konseling menerima perbedaan yang ada dan memahami
kelompok sesuai dengan salah satu komponen berbagai alternatif solusi untuk memecahkan
kemampuan komunikasi interpersonal yakni masalah. MA memperoleh skor pretest
mampu membuka diri. Individu yang mampu sebesar 135 skor post test sebesar 167. MA
berkomunikasi interpersonal dengan tepat mendapatkan kenaikan skor sebanyak 32
mampu membuka diri terhadap individu di poin.

Subjek PU
Tabel Uraian kondisi PU sebelum dan sesudah mengikuti konseling kelompok ditinjau dari komponen
komunikasi interpersonal.
No. Komponen Kondisi Keterangan
1. Membuka diri Sebelum Menutup diri, jarang bercerita kecuali diminta.
Setelah Bercerita kepada teman-teman di sekolah dan kakak pendamping jika diajak
bicara
2. Membangun Sebelum Sulit untuk menceritakan hal-hal yang menurutnya sebagai aib, sehingga ketika
kepercayaan ditanya suka mengelak
Setelah Percaya kepada teman-teman di sekolah dan mau mengakui hal-hal yang
dilakukannya.
3. Mampu Sebelum Sering meminta lawan bicaranya untuk terus mengulangi pesan yang
berkomunikasi disampaikan
secara verbal Setelah Mengurangi kebiasaannya untuk meminta lawan bicara mengulangi kembali
informasi yang disampaikan
4. Mengungkapkan Sebelum Terbiasa untuk memendam perasaannya ketika merasa marah, kesal, sedih, dan
perasaan kecewa.
Setelah Perlahan-lahan mau mengungkapkan perasaan kepada orang yang bersangkutan
dan berani menegur teman yang salah dengan sopan
5. Saling menerima Sebelum Tidak berani untuk mendukung teman di sekolah
dan mendukung Setelah Mendukung teman-teman yang mengalami kesulitandalam belajar
6. Mampu Sebelum Memilih untuk diam ketika berkonflik, memukul untuk menyelesaikan masalah
memecahkan saat berkonflik
konflik dalam Setelah Mencari solusi bersama individu yang bersangkutan ketika sedang ada
bentuk hubungan masalah. Paham bahwa konflik tidak perlu diselesaikan dengan kekerasan
antarpribadi
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 159

Pada saat mengikuti konseling kelompok, Kondisi PU setelah mengikuti konseling


PU terlihat masih kesulitan untuk memahami kelompok sesuai dengan salah satu komponen
pesan yang disampaikan oleh peneliti maupun kemampuan komunikasi interpersonal.
teman-temannya. PU lebih sering meminta Individu yang mampu berkomunikasi
penjelasan dan contoh tentang topik yang interpersonal dengan tepat dapat
dibahas sesuai dengan informasi yang berkomunikasi secara verbal dengan baik
diterima peneliti melalui wawancara dan juga dengan memberikan informasi yang jelas dan
observasi. Tetapi PU sudah mulai mengurangi juga menginterpretasikan pesan yang
kebiasaannya untuk meminta penjelasan disampaikan oleh lawan bicara. Hal ini juga
secara berulang kali PU mulai paham ketika sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
menyampaikan pesan langsung pada inti Dharmayanti (2013) yang menyatakan
pesan dan ketika diberikan arahan PU individu dapat melakukan komunikasi verbal
kembali untuk mengkonfirmasi agar tidak dengan tepat akan memberikan informasi
salah memahami maksud dari pemberi pesan. yang tepat pula, tidak lagi bertele-tele dan
Sebelum mengikuti proses konseling PU semakin yakin untuk mengungkapkan maksud
memang sudah terbiasa untuk meminta lawan dan tujuannya. PU memperoleh skor pretest
bicaranya untuk mengulang kembali pesan sebesar 154 skor post test sebesar 186. PU
yang disampaikan, PU terkadang sulit untuk mendapatkan kenaikan skor sebanyak 32
terbuka dan mengungkapkan perasaan ketika poin.
diminta untuk bercerita PU perlu diberikan
contoh dan pemahaman dengan jelas.

Subjek RE
Tabel Uraian kondisi RE sebelum dan sesudah mengikuti konseling kelompok ditinjau dari komponen
komunikasi interpersonal.
No. Komponen Kondisi Keterangan
1. Membuka diri Sebelum Merasa takut untuk bicara dengan terbuka. Takut bila diabaikan ketika mencoba
terbuka. Takut bila tidak diterima karena keterbukaannya.
Setelah Mau terbuka kepada teman-teman dengan bercerita tentang kegiatan sehari-hari.
Paham bahwa dirinya akan diterima jika berkata jujur dengan sopan dan tidak
menyakiti hati individu lain.
2. Membangun Sebelum Sulit percaya kepada teman-teman yang kurang dekat dengannya.
kepercayaan Setelah Memiliki keyakinan bila teman-temannya akan menjaga cerita
yang disampaikan. Mulai berani untuk bercerita kepada teman-teman yang lain
bukan hanya teman dekatnya saja.
3. Mampu Sebelum Ragu-ragu saat memberi tanggapan di depan kelas ketika ramai.
berkomunikasi Setelah Berani untuk mengangkat tangan menyampaikan pesan tanggapan di depan
secara verbal kelas.
160 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)

No. Komponen Kondisi Keterangan


4. Mengungkapkan Sebelum Terbiasa untuk memendam perasaannya terhadap orang lain terbiasa memendam
perasaan dan membiarkan perasaan tersebut hilang dengan sendirinya
Setelah Berusaha untuk mengungkapkan perasaan secara langsung karena baginya jika
terus dipendam terasa tidak nyaman
5. Saling menerima Sebelum Mendukung keluarga dan teman-teman dekatnya saja
dan mendukung Setelah Mau memberikan semangat kepada teman-teman di sekolah yang akan
menghadapi ujian
6. Mampu Sebelum Menghadapi konflik dengan cara menghindar. Bersikap diam ketika menghadapi
memecahkan konflik.
konflik dalam Setelah Berani untuk menyelesaikan konflik dengan berkomunikasi
bentuk hubungan untuk mencari solusi.
antarpribadi

Pada saat mengikuti konseling kelompok, Hal ini sesuai dengan penelitian
RE menujukkan sikap terbuka ketika diminta sebelumnya yang dilakukan oleh
bercerita. RE percaya terhadap teman-teman Dharmayanti (2013) yang menyatakan
dalam kelompoknya sehingga ketika bercerita melalui keterbukaan diri (openess) individu
tidak lagi ada rasa takut. RE belajar mampu untuk menyampaikan segala yang
mengungkapkan perasaannya yang masih dirasakannya dengan tepat, individu yang
mengganjal sehingga merasa lebih lega. terbuka akan berusaha untuk mengungkapkan
Sebelum mengikuti proses konseling RE perasaan secara jelas, jujur, dan terbuka.
terbiasa untuk memendam perasaannya tetapi Selain dengan teknik bermain peran (role
bingung bagaimana cara untuk play), RE diberikan teknik kursi kosong pada
mengungkapkan perasaannya karena takut sesi keempat, teknik ini berikan karena RE
menyakiti hati orang lain. Kondisi RE setelah sedang mengalami situasi memendam
mengikuti konseling kelompok sesuai dengan perasaan kepada teman mainnya, RE ingin
salah satu komponen kemampuan komunikasi mengungkapkan maka peneliti menggunakan
interpersonal yaitu mengungkapkan perasaan teknik kursi kosong sehingga dapat
individu yang mampu berkomunikasi membantu RE dalam mengungkapkan
interpersonal dengan tepat mampu perasaannya secara tidak langsung, sehingga
mengkomunikasikan pikiran serta perasaan merasa lebih baik. RE memperoleh skor
dengan tepat dan jelas. RE memahami lawan pretest sebesar 191 skor post test sebesar 192.
bicaranya agar tidak sakit hati ketika RE RE mendapatkan kenaikan skor sebanyak 1
sedang menyampaikan apa yang dirasakan poin.
serta dipikirkan.
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 161

Subjek SU
Tabel Uraian kondisi SU sebelum dan sesudah mengikuti konseling kelompok ditinjau dari komponen
komunikasi interpersonal.
No. Komponen Kondisi Keterangan
1. Membuka diri Sebelum Malu-malu ketika bercerita dan takut untuk membuka diri
Setelah Mulai sering bercerita dengan peneliti, perlahan-lahan berani membuka diri dan
tidak lagi malu-malu saat berbicara.
2. Membangun Sebelum Sulit untuk percaya kepada teman maupun individu lain.
kepercayaan Setelah Yakin bahwa teman-teman bisa menjaga rahasianya, mulai berani bercerita
kepada teman-teman
3. Mampu Sebelum Takut untuk menyampaikan kembali pesan yang diterimanya, karena khawatir
berkomunikasi bila salah akan dimarahi
secara verbal Setelah Mau menyampaikan kembali pesan yang diterima secara perlahan untuk
meminimalisir kesalahan
4. Mengungkapkan Sebelum Memiliki sikap pemalu, kebiasan malu-malu ini menyebabkannya sulit untuk
perasaan berbicara mengungkapkan perasaannya.
Setelah Berusaha langsung mengungkapkan perasaan kepada orang yang dituju dengan
sopan
5. Saling menerima Sebelum Memberikan dukungan terbatas kepada keluarga dan teman dekatnya saja
dan mendukung Setelah Mendukung teman-teman di sekolah melalui ucapan verbal saat temannya
mempersiapkan diri untuk ujian
6. Mampu Sebelum Memilih diam ketika menghadapi konflik
memecahkan Setelah Menghadapi konflik dengan berani berbicara untuk mencari solusi yang tepat
konflik dalam
bentuk hubungan
antarpribadi

Pada saat mengikuti konseling kelompok, interpersonal yakni membuka diri,


SU menunjukan sikap mau membuka diri membangun kepercayaan, dan
dengan teman-temannya, awalnya memang mengungkapkan perasaan.
nampak malu-malu. Namun, pada saat Individu yang mampu berkomunikasi
melakukan konseling sesi keempat SU berani interpersonal dengan tepat mampu membuka
untuk membuka dirinya dan menumbuhkan dirinya bagi individu lain. Mampu
kepercayaan pada teman-temannya dalam menumbuhkan kepercayaan diri sehingga
komunikasi kemudian SU mengungkapkan dapat mengungkapkan perasaan, pikiran dan
perasaan yang sudah lama mengganjalnya. bereaksi dengan tepat pada individu lain.
Sebelum mengikuti proses konseling SU Melalui kemampuan membuka diri dan
pemalu, ketika berkomunikasi dengan lawan menumbuhkan kepercayaan membuat SU
bicara selalu menundukan pandangannya. berani mengungkapkan perasaan dengan
Rasa malu menjadi penghambatnya dalam tepat, sehingga merasa lebih lega setelah
berkomunikasi. Kondisi SU setelah mengikuti mengikuti proses konseling. Hal ini sesuai
konseling kelompok sesuai dengan tiga dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
komponen kemampuan komunikasi oleh Dharmayanti (2013) yang menyatakan
162 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)

melalui keterbukaan diri (openess) menjadi tingkah laku yang ditampilkan secara
kunci utama bagi individu dalam melakukan berulang akan menjadi suatu kebiasaan
komunikasi interpersonal, individu yang sehingga keterampilan yang dipelajari
mampu membuka diri secara perlahan-lahan menginternalisasi dalam pribadi orang
akan berusaha untuk mengungkapkan tersebut. Keterampilan komunikasi
perasaannya dengan jujur dan terbuka. Selain interpersonal bila dipelajari secara berulang
dengan teknik bermain peran (role play) SU akan menjadi kebiasaan yang melekat para
diberikan teknik kursi kosong pada sesi diri siswa yang menjadi subjek penelitian.
keempat, teknik ini berikan karena SU sedang Teknik bermain peran (role play) membantu
mengalami situasi memendam perasaan para siswa untuk saling mengamati tingkah
kepada orang tua yang menelantarkannya, SU laku yang diperankan dan kemudian
ingin mengungkapkan namun tidak berani dipraktekkan oleh dirinya sendiri.
jika secara langsung kepada orang tuanya
Bandura (dalam Dharmayanti, 2013)
maka peneliti menggunakan teknik kursi
menjelaskan juga bahwa siswa dapat belajar
kosong sehingga dapat membantu SU
dengan mengamati dan meniru tingkah laku
mengungkapkan perasaan sehingga merasa
melalui model yaitu guru, teman-teman, dan
lebih baik.
orang lain. Teknik bermain peran (role play)
SU memperoleh skor pre test sebesar 183
yang digunakan dalam penelitian untuk
skor post test sebesar 189. SU mendapatkan
menangani masalah kemampuan komunikasi
kenaikan skor sebanyak 6 poin. Berdasarkan
interpersonal memiliki berbagai kekuatan
perubahan yang telah dipaparkan maka dapat
yakni mampu meningkatkan kemampuan
disimpulkan bahwa teknik bermain peran
interpersonal (interpersonal skill) kemampuan
(role play) merupakan teknik yang tepat
ini diperoleh karena melalui kegiatan bermain
digunakan untuk meningkatkan kemampuan
peran (role play) membantu individu untuk
komunikasi interpersonal. penelitian
mengolah kemampuan bekerja sama dalam
sebelumnya yang dilakukan oleh
kelompok dengan berbagai individu. Melalui
Dharmayanti (2013) yang menyatakan
teknik bermain peran (role play) individu juga
melalui teknik teknik bermain peran role play
dapat memahami individu lain dengan tepat,
memberi peluang siswa untuk melakukan
karena melihat situasi dan kondisi yang
pengulangan keterampilan hingga mereka
diperankan secara langsung. Berdasarkan
benar-benar paham. Sugiharto (dalam
penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan
Dharmayanti, 2013) juga menjelaskan bahwa
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 163

bahwa kegiatan konseling kelompok menyelesaikan konflik dengan cara destruktif.


pendekatan analisis transaksional dengan Peneliti menggunakan pendekatan analisis
teknik bermain peran (role play) berguna transaksional dengan teknik bermain peran
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi (role play) untuk membantu keempat subjek
interpersonal, yaitu para subjek penelitian penelitian menghadapi masalah mereka
mampu membuka diri, membangun dengan mengikuti proses konseling kelompok
kepercayaan, melakukan komunikasi verbal selama tujuh sesi.
dengan tepat, mengungkapkan perasaan, Keempat subjek penelitian menunjukan
menerima kondisi diri sendiri dan individu perubahan perilaku secara jelas yaitu MA,
lain secara apa adanya serta memberi PU, RE dan SU. MA mampu membuka diri
dukungan, selain itu merekapun mampu dengan berani untuk bercerita, menyapa
menyelesaikan konflik secara konstruktif. teman dan invidu di sekitarnya serta
Seluruh kemampuan tersebut merupakan hal menyelesaikan konflik dengan mencari solusi
utuh yang harus dimiliki oleh individu dalam yang paling tepat ketika mengalami
melakukan proses komunikasi interpersonal perbedaan pendapat. PU mampu untuk
karena hal ini berkaitan pula dengan melakukan komunikasi verbal dengan tepat
kemampuan interpersonal (interpersonal sehingga dapat menyampaikan pesan dengan
skill). bahasa yang mudah dipahami,
mengkonfirmasi maksud pemberi pesan dan
KESIMPULAN DAN SARAN mulai mengurangi kebiasaannya meminta
penjelasan secara berulang kali. RE
Subjek penelitian MA, PU, RE dan SU menujukan sikap terbuka ketika diminta
yaitu mengalami kesulitan yang sama dalam bercerita. RE mampu bersikap terbuka ketika
melakukan komunikasi interpersonal. diminta bercerita dan perlahan berani
Terdapat kesamaan masalah yang mengungkapkan perasaan dengan kata-kata
diungkapkan oleh subjek penelitian yaitu, yang sopan. RE percaya terhadap teman-
menutup diri, sulit menumbuhkan rasa teman dalam kelompok. SU mampu
percaya kepada individu lain, sulit membuka dirinya kepada teman-teman dan
mengungkapkan perasaan dengan tepat mulai percaya kepada teman-teman ketika
karena dipengaruhi rasa tidak enak dan lebih menyampaikan pendapat, dan mampu
memilih untuk memendam, sulit memahami menyampaikan perasaan menggunakan cara
dan menyampaikan pesan-pesan, serta yang tepat dan berkata secara sopan.
164 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)

Peneliti memberi rekomendasi bagi (1) Dharmayanti, P.A. (2013). Teknik role
Koordinator Pendidikan Pusat Kegiatan playing dalam meningkatkan
Anak, Yayasan Sahabat Anak Jakarta agar keterampilan komunikasi
memerhatikan kemampuan komunikasi interpersonal siswa SMK. Jurnal
interpersonal para siswa, khususnya keempat pendidikan dan pengajaran. Vo.46,
subjek penelitian dan dapat mengadakan No.3.
kegiatan bimbingan dan konseling dengan
Dwitagama & Kusumah. (2009). Mengenal
berbagai tema yang menarik tentang
penelitian tindakan kelas. Jakarta:
kemampuan komunikasi interpersonal. (2)
PT Indeks.
subjek penelitian dapat saling menguatkan
Gladding. (2015). Konseling profesi yang
dan berbagi cerita ketika berada dalam
menyeluruh. Jakarta: PT Indeks.
lingkungan sekolah. (3) mahasiswa dapat
Komalasari, G. & Wahyuni, E.
memberi referensi untuk menambah
(2011). Teori dan teknik konseling.
pengetahuan dalam pelaksanaan konseling
Jakarta: PT Indeks.
kelompok pendekatan analisis transaksional
menggunakan teknik bermain peran untuk Gunawan, Marzuki, & Nurgiyantoro, B,
meningkatkan kemampuan komunikasi (2002). statistik terapan untuk
interpersonal. penelitian ilmu-ilmu sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, Wahyuni, & Karsih. (2016).
Bara, M.M.F. (2018). Hubungan antara Asesmen teknik nontes dalam
kemampuan komunikasi perspektif BK komperhensif. Jakarta:
interpersonal dan penyesuaian diri PT Indeks.
siswa kelas VII SMP Santo Yoseph
Munawaroh, S., & Lubis, M. (2015).
Cakung–Jakarta Timur. Skripsi
Meningkatkan keterampilan
Sarjana Tidak Diterbitkan. Jakarta:
komunikasi interpersonal siswa
Universitas Katolik Indonesia Atma
melalui layanan bimbingan
Jaya.
kelompok teknik sosiodrama kelas
VIII MTSN 2 Medan. Jurnal
Diversita. Vol.1, No.2.
Konseling Kelompok Pendekatan Analisis Transaksional dengan Teknik … (Lepa & Wati) 165

Rakhmat, J. (1985). Psikologi komunikasi. Sudarnoto, LF.N. (2018). Bahan ajar


Bandung: Remadja Karya. metodologi penelitian. Jakarta:
Universitas Katolik Indonesia Atma
Ridwan. (2012). Penelitian tindakan
Jaya.
bimbingan dan konseling dengan
pendekatan islami dilengkapi dengan Sudjana. (2002). Metode statistika. Bandung:
latihan membuat proposal. Bandung: Tarsito.
Alfabeta.
Sudjana, S. (2001). Metode dan Teknik
Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Pembelajaran Parisipatif. Bandung:
konseling kelompok di sekolah Falah Production.
(metode, teknik dan aplikasi).
Supratiknya, A. (1995). Komunikasi
Bandung: Rizqi Press.
antarpribadi tinjauan psikologis.
Safitri, Y., Yusmansyah & Utaminingsih, D. Yogyakarta: Kanisius.
(2017). Penggunaan layanan
Suryanto. (2015). Pengantar ilmu
konseling kelompok teknik role
komunikasi. Bandung: CV Pustaka
playing untuk meningkatkan
Setia.
komunikasi interpersonal siswa kelas
Susanto. (1980). Komunikasi sosial di
XI. Jurnal Bimbingan Konseling,
Indonesia. Bandung: Bina Cipta.
Vol.5, No.4, hlm.1-14.
Valentino, R. (2018). Pelaksanaan proses
Santrock, J.W. (2003). Adolescene
konseling kelompok pendekatan
perkembangan remaja. Jakarta:
humanistik untuk menangani kasus
Erlangga.
kepercayaan diri yang rendah empat
Sapril. (2011). Komunikasi interpersonal siswa yayasan komunitas sahabat
pustakawan. Iqra': Jurnal
anak. Skripsi Sarjana Tidak
Perpustakaan dan Informasi. Vol.05, Diterbitkan. Jakarta: Universitas
No.01.
Katolik Indonesia Atma Jaya.
Subagiyo, H. (2013). Roleplay. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
166 JURNAL PSIKO-EDUKASI Vol. 18 Issue 2, 2020 (149-166)

Violita, L. (2016). Komunikasi interpersonal Zulganef. (2008). Metode penelitian sosial


karyawan divisi quality control PT dan bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shin Heung Indonesia. Skripsi
Zuriah, N. (2005). Metodologi penelitian
Sarjana Tidak Diterbitkan. Jakarta:
sosial dan pendidikan teori- aplikasi.
Universitas Katolik Indonesia Atma
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jaya.

Anda mungkin juga menyukai