Anda di halaman 1dari 67

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul MODUL 1


ASESMEN KEBUTUHAN
PESERTA DIDIK DAN SEKOLAH
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Tahap, Tugas dan Trajektori
Perkembangan Peserta Didik
2. Teknik Asesmen Kebutuhan
Peserta Didik
3. Analisis Hasil Asesmen Berbasis
Teknologi Informasi
4. Perumusan Tujuan Layanan
Bimbingan dan Konseling
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KB. 1 Tahap, Tugas dan Trajektori Perkembangan
dipelajari Peserta Didik
a. Tahap dan Karakteristik Perekembangan Pribadi-Sosial
Peserta Didik Remaja
1. Karakter Perkembangan Fisik
- Pada masa remaja aspek fisik berkembang
secara cepat ditandai dengan bertambah tinggi
badan secara cepat tetapi pertambahan berat
lebih sulit diperkirakan karena besarnya
pengaruh faktor luar; seperti kondisi sosial
ekonomi, pengaruh komposisi dan gizi
makanan (Ahman, 2014: 41).
- Perkembangan seksual pada masa remaja juga
belangsung cepat. Hal itu ditandai dengan
munculnya ciri-ciri kelamin primer dan
skunder
- Ciri-ciri kelamin primer ditandai dengan
menstruasi pada remaja putri dan mimpi basah
pada anak laki-laki
- Ciri-ciri kelamin sekunder ditandai dengan
tumbuhnya bulu-bulu pada bagian-bagian
tertentu secara lebat, perkembangan buah dada
dan panggul, perubahan suara pada anak laki-
laki dan tumbuhnya jakun

2. Karakteristik Sosioemosi dan Moralitas


- Menurut Erikson dalam teori psikososialnya
menyatakan bahwa masa remaja berada pada
tahap identitas versus kebingungan peran.
- Pada masa ini remaja dihadapkan dengan
pencarian jati diri
- Salah satu tugas perkembangan selama masa
remaja adalah menyelesaikan krisis identitas,
sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas
diri yang stabil pada akhir remaja
- Empat status identitas menurut James Marcia
(Slavin, 2019; Yusuf, 2012) yaitu:
(a) Identity Foreclosure
(b) Identity Diffusion
(c) Identity Moratorium
(d) Identity Achievement
- Perkembangan emosi masa remaja tidak
stabil, tidak menentu dan meledak-ledak
- Perkembangan moral pada remaja menuntut
Kohlberg berada pada tahap konvensional
- Pada tahap ini remaja memiliki “orientasi anak
baik” remaja menyesuaikan diri terhadap
peraturan dengan tujuan untuk menyenangkan
orang tua
- Remaja sudah mulai mengenal konsep-konsep
moralitas seperti kejujuran, kepedulian,
keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan
- Keragaman tingkat moral remaja disebabkan
oleh berbagai macam faktor diantaranya
adalah moral orang tua dan moral teman
sebaya.

3. Karakteristik Perkembangan Kesadaran Beragama


- Pada masa remaja awal gambaran Tuhan
masih diwarnai oleh gambaran tentang ciri-ciri
manusia, tetapi pada masa remaja akhir
gambaran ini telah berubah kearah gambaran
sifar-sifat Tuhan yang sesungguhnya
- Pada awal remaja kepercayaan kepada Tuhan
kadang – kadang sangat kuat, akan tetapi
kadang-kadang sangat berkurang yang terlihat
pada cara ibadahnya kadang rajin dan kadang
malas

b. Tahap dan Karakteristik Perkembangan Belajar Peserta


Didik Remaja
- Menurut teori Kognitif Piaget masa remaja berada
pada tahap pemikiran operasional formal yaitu
suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai
dari usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus
belanjut sampai remaja mencapai dewasa
(Desmita, 2009)
- Pada tahap ini ditandai dengan tiga hal penting
yaitu:
1) Remaja mulai mampu melihat kenyataan dan
berfikir kemungkinan-kemungkinan
2) Remaja mampu berfikir ilmiah dari mulai
merumuskan masalah, membatasi masalah,
menyusun hipotesis, mengumpulkan dan
mengolah data sampai dengan menarik
kesimpulan-kesimpulan
3) Remaja telah mampu membuat kesimpulan
ide-ide yang abstrak secara logis

c. Tahap dan Karakteristik Perkembangan Karir Peserta


Didik Remaja
- Menurut Havighurst (dalam Gibson, 2011: 459),
tahap perkembangan kerja usia remaja masuk pada
tahap II dan III
- Tahap II (10 – 15 Th) yaitu mencapai kebiasaan
dasar bekerja dan gigih berjuang
- tahap III (15 – 25 tahun) yaitu mencapai identitas
sebagai pekerja atau profesi dalam struktur
pekerjaan/profesi tententu

d. Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik, Standar


Kompetensi Peserta Didik dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
1. Pengertian
Menurut Nurhudaya (2014: 123) tugas
perkembangan dapat dirumuskan sebagai suatu atau
seperangkat kompetensi yang harus dimiliki
seseorang dalam setiap fase perkembangan yang
timbul dari tuntutan lingkungan (masyarakat,
keluarga, lingkungan, sosial, dan sebagainya),
perkembangan fisik dan aspirasi, cita-cita atau
karakteristik pribadi masing-masing individu.

2. Tugas Perkembangan Peserta Didik Sekolah


Menengah Pertama
a) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
b) Mengenal gambaran dan mengembangkan
sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, dan ekonomi
c) Mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan
d) Mencapai pola hubungan yang baik dengan
teman sebaya dalam peranannya sebagai pria
atau wanita
e) Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah
kecenderungan karier dan apresiasi seni

3. Tugas Perkembangan SMA


a) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
b) Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi
pedoman hidup
c) Mengenal gambaran dan mengembangkan
sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, dan ekonomi
d) Mencapai kematangan hubungan dengan teman
sebaya
e) Mencapai kematangan dalam kesiapan diri
menikah dan hidup berkeluarga

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


Peserta Didik
- Menurut Papalia dan Ods (dalam Sumantri & Nana
Saudih, 2007; Ahman, 2010), faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu dapat
dikategorikan ke dalam faktor internal dan faktor
eksternal, dan pengaruh normatif melawan pengaruh
bukan normatif
- Faktor internal adalah faktor bawaan sejak lahir
yang diterima anak dari orang tuanya
- Faktor ekternal faktor yang berpengaruh terhadap
diri individu yang berasal dari lingkunganya
- Pengaruh normatif jika pengaruh terhadap
kebanyakan orang dalam kelompok tertentu adalah
sama
- Berofenbrenner menyebutkan adanya lima sistem
lingkungan berlapis yang saling berkaitan, yaitu
mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem,
dan kronosistem

KB. 2 Teknik Asesmen Kebutuhan Peserta Didik


a. Konsep Dasar
1. Pengertian
Menurut Drummond, R. J., & Jones, K. D.
(2010) asesmen adalah proses mengumpulkan
informasi (data) tentang konseli dan menentukan arti
dari informasi itu.
2. Tujuan
- Menurut Aiken (1997: 11), tujuan utama
asesmen baik tes maupun non tes adalah untuk
menilai tingkah laku, kecakapan mental, dan
karakteristik kepribadian seseorang dalam
rangka membantu mereka dalam membuat
keputusan, peramalan, dan keputusan tentang
seseorang.
- Dengan melakukan asesmen guru BK
mendapatkan data yang relevan, objektif, akurat
dan komprehensif tentang kondisi konseli
seperti profil, permasalahan yang dihadapi
konseli, potensi yang dimiliki, kebutuhan dan
kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh
konseli
- Bagi konseli, hasil asesmen dapat digunakan
untuk memahami diri sendiri dengan lebih baik
dan merencanakan masa depan mereka sendiri

3. Asesmen Kebutuhan (Need Asesmen) dan


Kedudukan Asesmen dalam Bimbingan dan
Konseling
a) Asesmen Kebutuhan
- Tujuan utama guru BK melakukan
asesmen kebutuhan adalah membantu guru
BK memahami kebutuhan siswa dan juga
lingkungan di sekolahnya
- Ada dua jenis penilaian kebutuhan umum:
penilaian kebutuhan berbasis data dan
penilaian kebutuhan berbasis persepsi
b) Kebutuhan asesmen kebutuhan dalam kerangka
kerja utuh Bimbingan dan Konseling
Dalam kerangka kerja bimbingan dan
konseling komprehensif Kegiatan asesmen
meliputi dua area (Depdiknas, 2007: 220) yaitu:
1) Asesmen lingkungan
2) Asesmen kebutuhan dan masalah peserta
didik

b. Teknik Tes
1. Pengertian
- Tes adalah suatu alat atau metode pengumpulan
data yang sudah distandardisasikan untuk
mengukur/mengevaluasi salah satu aspek
ability/kemampuan atau kecakapan dengan jalan
mengukur sampel dari salah satu aspek tersebut.
- Tes adalah instrumen yang dirancang untuk
mengukur atribut tertentu dari seorang individu,
seperti tingkat pengetahuan atau keterampilan,
fungsi intelektual, bakat, minat atau preferensi,
nilai-nilai, ciri-ciri kepribadian, gejala psikologis,
tingkat fungsi, dan sebagainya.

2. Kegunaan Tes Psikologi


Tes digunakan untuk berbagai tujuan yang dapat
digolongkan dalam kategori yang lebih umum yang
diidentifikasi oleh banyak penulis menjadi empat
kategori yaitu:
1) Klasifikasi
2) Pemahaman diri
3) Evaluasi program Pendidikan maupun program
social
4) Diagnosis dan perencanaan perlakuan
3. Jenis-jenis Tes Psikologi yang bisa dimanfaatkan
untuk pelayanan Bimbingan dan Konseling
a) Tes Intelegensi meliputi:
(1) Tes SPM (The Standard Progressive
Matrices)
(2) Tes CFIT (The Culture Fair Intelligence
Test)
(3) Tes WISC dan WAIS
b) Tes Bakat
Salah satu tes bakat yang dirancang dan
digunakan dalam Bimbingan dan Konseling
adalah Tes DAT yang terdiri dari tujuh macam
subtes yaitu:
(1) Tes berfikir verbal
(2) Tes berfikir numerik
(3) Tes kemampuan skolastik
(4) Tes berfikir abstrak
(5) Tes berfikir mekanik
(6) Tes relasi ruang
(7) Tes kecepatan dan ketelitian klasikal
c) Tes Minat
Tes minat yang paling banyak digunakan
dalam Bimbingan dan Konseling adalah Tes
Minat Jabatan
d) Tes Kepribadian
Dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling,
tes kepribadian yang sering digunakan yaitu
jenis Inventori

c. Teknik Non Tes


1. Observasi
- Observasi adalah kegiatan mengenali observee
dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan
secara sistematis dan bertujuan sehingga
diperoleh fakta tentang tingkahlaku siswa
- Ada beberapa bentuk observasi yang biasa
dilakukan oleh guru BK dan atau peneliti, yaitu :
Dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek
yang sedang diobservasi (observee), observasi
bise dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
(1) Observasi Partisipan
(2) Observasi Non Partisipan
(3) Partisipasi Kuasi-Partisipan

2. Daftar Cek Masalah


Daftar cek masalah adalah daftar yang berisi
sejumlah kemungkinan masalah yang pernah atau
sedang dihadapi oleh individu atau sekelompok
individu
3. Wawancara
Interview dipandang sebagai teknik
pengumpulan data dengan cara tanya- jawab lisan
yang dilakukan secara sistematis guna mencapai
tujuan penelitian.

4. Dokumentasi
Dokumentasi dalam bimbingan dan konseling
adalah proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan
dan penyimpanan dokumen-dokumen yang ada atau
catatan-catatan yang tersimpan baik misalnya
berupa catatan transkip nilai atau rapor, daftar
riwayat hidup, riwayat pendidikan, kartu pribadi
siswa, rekaman konseling, keadaan ekonomi
keluarga siswa, riwayat keluarga siswa, dan lain
sebagainya.

5. Sosiometri
Sosiometri banyak digunakan untuk
mengumpulkan data tentang dinamika kelompok.
Sosiometri juga dapat digunakan untuk mengetahui
popularitas seseorang dalam kelompoknya,
menyelidiki kesukaan seseorang terhadap teman
sekelompoknya, baik dalam pekerjaan, sekolah
maupun teman bermain, menyelidiki ketidaksukaan
terhadap teman sekelompoknya.

6. Alat Ungkap Masalah


AUM atau alat ungkap masalah merupakan
instrumen non tes dalam kegiatan pelayanan
Bimbingan dan Konseling yang digunakan untuk
mengungkapkan aspek-aspek permasalahan yang
sedang dihadapi individu atau konseli.

7. Inventori Tugas Perkembangan


Merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat perkembangan individu
8. Angket dan Skala Psikologis
- Angket atau kuesioner didefinisikan sebagai
sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis
tentang data faktual atau opini yang berkaitan
dengan diri responden, yang dianggap fakta atau
kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh
responden.
- Skala psikologis menurut Azwar (2005: 3-4)
sebagai alat ukur yang memiliki karakteristik
khusus afektif – bukan kognitif
d. Kode Etik Penggunaan Asesmen dalam Bimbingan dan
Konseling
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru BK
saat melakukan asesmen, terutama bila asesmen itu
telah dibakukan/ terstandar (Furqon & Sunarya, 2013:
231) adalah:
1) Orang yang berhak menggunakan instrumen
asesmen adalah seseorang yang terlatih dan
memiliki kualifiaksi tertentu
2) Pelaksanaan pemberian asesmen harus
memperhatikan kondisi konseli
3) Kapan instrumen di berikan
4) Cara mengkomunikasikan hasil
5) Kerahasiaan hasil
6) Sikap dalam memperlakukan hasil

KB. 3 Analisis Hasil Asesmen Berbasis Teknologi


Informasi
a. Pemanfaatan TI dalam BK
- Istilah TI mencakup hardware dan software
komputer, suara, data, jaringan, satelit dan teknologi
komunikasi lainnya termasuk didalamnya
perangkat-perangkat pengembangan aplikasi dan
multimedia
- Menurut Atler (Lindra, 2012:14) “Teknologi
informasi mencakup perangkat keras dan perangkat
lunak untuk melaksanakan satu sejumlah tugas
pemrosesan data seperti mentranmisikan,
menyimpan, mengambil, memanipulasi atau
mengaplikasikan data
- Pemanfaatan TI dalam layanan bimbingan dan
konseling dapat menggunakan dua metode yaitu
online (tersambung dengan internet) dan offline
(tidak tersambung deng internet)
- Beberapa cara yang bisa dilakukan secara online
misalnya pemanfaatn aplikasi Web blog, chatting,
email, Media sosial untuk pengumpulan data siswa
atau melakukan layanan konseling dll.
- Pemanfaatan IT metode offline lebih kepada
pemanfatan komputer diantaranya sebagai alat bantu
dalam layanan BK dan pengolahan data hasil
asesmen peserta didik
- aplikasi yang dapat dimanfaatkan secara gratis oleh
guru BK salah satunya bisa menggunakan aplikasi
adalah google form.
- Google form berfungsi untuk membuat berbagai
formulir sesuai dengan kebutuhan kita, misalnya
kuesioner, formulir pendaftaran, daftar kehadiran
untuk kuliah online dan lain sebagainya
b. Aplikasi Google Form dalam Pengumpulan Data Non
tes
1. Tutorial Pembuatan Daftar Cek Kebutuhan Peserta
Didik (DCKPD) dengan aplikasi google form
Adapun langkah-langkah pembuatan DCKPD
dengan google form adalah sebagai berikut:
a) Kita siapkan terlebih dahulu DCKPD yang telah
dibuat sebelumnya.
b) b) Pastikan Bapak/Ibu sudah memiliki akun
google dan sudah log in ke dalam akun google
c) Apabila sudah memiliki akun google, bisa
langsung mengetik “Google form” pada search
engine web browser
d) Lalu klik kotak biru bertuliskan “Buka Google
Formulir” pada kotak yang bertuliskan
“Pribadi”
e) Langkah selanjutnya yaitu melakukan
penggantian nama file pada formulir tanpa judul
f) Kemudian ketik nama “DAFTAR
KEBUTUHAN PESERTA DIDIK” dan
Kemudian isi deskripsi sesuai dengan kegunaan
instrumen, lalu tekan enter
g) Setelah mengisi judul dan kolom deskripsi,
tahap selanjutnya menambahkan bagian/slide
h) Setelah itu, buatlah bagian/slide ketiga yang
akan berisi pernyataan DCKPD yang telah
disiapkan dengan cara mengetik langsung pada
kolom pernyataan atau dengan mengcopy dari
file instrument yang akan dipakai.
i) Setelah selesai memasukan semua pernyataan,
bisa mengganti design warna dan cover dengan
warna atau gambar sesuai dengan keinginan
j) Pembuatan DCKPD dengan menggunakan
google form sudah siap digunakan. Untuk
membagikan link google form kepada subjek,
maka klik kotak bertuliskan “KIRIM” yang
terdapat pada kanan atas google form.
k) Jika ingin memperpendek tautan, maka klik
kotak centang pada tulisan “Perpendek URL”
kemudian klik Salin. Link/tautan yang sudah
disalin bisa langsung dibagikan kepada
responden.
l) Jika subjek sudah mengisi google form yang
dibagikan, maka akan muncul pada halaman
Tanggapan
m) Jika ingin mengunduh hasil instrumen, pilih
“Download tanggapan” file akan secara
otomatis akan terunduh dan siap untuk
dianalisis.
n) Setelah itu, sebelum menganalisa, maka hasil
pengisian dari responden dikoding ke dalam
bentuk angka terlebih dahulu dengan cara klik
“Home” pada taskbar. Kemudian pilih “find
and select”
o) Kemudian klik “Replace”. Isi kotak “Find
what” dengan kata “YA” dan “Replace with”
dengan angka “1” jika Anda ingin skor
responden yang menjawab “YA” memiliki poin
“1”. Setelah itu klik “Replace All” maka secara
otomatis kata “YA” akan terganti menjadi
angka. Lakukan tahapan ini pada kata
“TIDAK”.
p) Setelah semua data dikoding, maka akan
muncul hasil dandata sudah siap digunakan.

2. Tutorial Pembuatan Skala Psikologis dengan aplikasi


google form
a) Kita siapkan terlebih dahulu skala psikologis
yang telah dibuat sebelumnya.
b) Lakukan langkah yang sama seperti langkah
membuat DCKPD pada poin a) – f).
Kemudian ganti nama file
c) Mengganti Warna Tema Tampilan
d) Membuat Pertanyaan dan Opsi Jawaban
e) Mem-publish formulir

c. Teknik Analisis Data Non Tes


1) Teknik Analisis data Daftar Kebutuhan Peserta
Didik (DCKPD)
(a) Analisi individu
(b) Analisis Antar Kelas

2) Teknik Analisis data Skala Psikologis


Mengacu pada contoh data skala psikologis di
atas, maka pilihan skala Sangat Sesuai (SS) Skor 4,
Sesuai (S) Skor 3, Kurang Sesuai (KS) Skor 2 dan
Tidak Sesuai (TS) Skor 1 serta berlaku sebaliknya
untuk item unfavorable nilainya kebalikan dari
pernyataan favorable.

d. Aplikasi Ms. Excel untuk Menganalisis Data Non Tes


1) Analisis Data dari Daftar Cek Kebutuhan Peserta
Didik (DCKPD)
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

KB. 4 Perumusan Tujuan Layanan Bimbingan dan


Konseling
a. Interpretasi dan Identifikasi Kebutuhan Peserta Didik
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan.
1. Pertama, mengkaji kebutuhan peserta didik yang
nyata di lapangan.
2. Kedua, mengkaji harapan sekolah dan masyarakat
terhadap peserta didik secara ideal (asesmen
lingkungan)
Kebutuhan peserta didik dapat diidentifikasi melalui
karakteristik peserta didik dan tugas-tugas
perkembangan sebagai landasan untuk memberikan
layanan bimbingan.

b. Penetapan Prioritas Kebutuhan Pelayanan Peserta


Didik
Penentuan prioritas ini akan memudahkan guru BK
dalam membuat tujuan layanan progam BK. Dalam
menentukan prioritas guru BK diharapkan mampu
menentukan kebutuhan bersadarkan penting dan
mendesak, penting dan tidak mendesak, mendesak
tetapi tidak penting dan kebutuhan tidak mendesak dan
tidak penting.

c. Distribusi Kebutuhan ke dalam Bidang dan Komponen


Layanan
Berdarakan kebutuhan peserta didik Guru BK
mampu mendiskripsikan ke dalam empat bidang
bimbingan dan komponen layanan BK yaitu :
1) Bimbingan pribadi dan Bimbingan Sosial,
upaya bimbingan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk menghadapi dan
mengatasi masalah-masalah sosial pribadi dengan
cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan
yang kondusif, mengembangkan system
pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif serta
dengan mengembangkan keterampilan-
keterampilan sosial-pribadi.
2) Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan bimbingan yang
membantu peserta didik dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah belajar misalnya
pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara
belajar, penyelesaian tugas-tugas latihan,
perencanaan Pendidikan lanjut.
3) Bimbingan Karir.
Bimbingan pada bidang karier merupakan upaya
bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal
dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya,
dan mengembangkan masa depannya.
Komponen Layanan meliputi:
1) Layanan Dasar
merupakan layanan bimbingan yang bertujuan
membantu para peserta didik mengembangkan
perilaku efektif dan keterampilan – keterampilan
hidupnya yang mengacu kepada tugas-tugas
perkembangan.
2) Layanan responsif,
Merupakan layanan bantuan bagi para peserta didik
yang memiliki kebutuhan dan masalah yang
memerlukan pertolongan segera.
3) Layanan perencanaan individual dan peminatan
Merupakan layanan bantuan kepada semua peserta
didik agar mampu membuat dan melaksanakan
perencanaan masa depan sesuai dengan bakat,
minatnya serta berdasarkan pemahaman akan
kekuatan dan kelemahan dirinya
4) Dukungan sistem
merupakan kegiatan - kegiatan menajemen yang
bertujuan memantapkan, memelihara,
meningkatkan progam bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan professional;
hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan
guru, staf ahli/penasihat, dan masyarakat yang lebih
luas; manajemen progam; serta penelitian dan
pengembangan

d. Merancang Tujuan Program Bimbingan dan Konseling.


1. Tujuan merupakan pernyataan yang
menggambarkan hasil yang diharapkan, atau suatu
yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan yang
diprogamkan (Yusuf, 2014)
2. Penentuan tujuan adalah hal yang paling mendasar
pada perencanaan program bimbingan dan
konseling.
3. Tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah
arah yang ingin atau hendak dicapai dari
penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang
telah direncanakan.

2 Daftar materi yang sulit 1. Teknik analisis data


dipahami di modul ini
3 Daftar materi yang sering 1. Tugas-tugas perkembangan peserta didik SMP dan
mengalami miskonsepsi SMA
2. Penggunaan tes intelegensi dan Tes Kepribadian
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 2


Materi Bidang Layanan Bimbingan
dan Konseling
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Program Tahunan dan Semesteran
Bimbingan dan Konseling
2. Materi Layanan Dasar,Peminatan
dan Perencanaan Individu
3. Materi Layanan Responsif
4. Pengembangan Media Layanan
Bimbingan dan Konseling
Butir Refleksi Respon/Jawaban
No
1 Garis besar materi yang dipelajari KB 1. Program Tahunan dan Semesteran
Bimbingan dan Konseling

a. Elemen Program Tahunan Bimbingan dan


Konseling
Secara spesifik, Ditjen Guru dan
Kependidikan Kemdikbud (2016abc)
memerinci bahwa suatu program tahunan
Bimbingan dan Konseling terdiri atas:
a) Rasional,
b) Dasar hukum,
c) Visi dan misi,
d) Deskripsi kebutuhan,
e) Tujuan,
f) Komponen program,
g) Bidang layanan,
h) Rencana operasional,
i) Pengembangan tema/topik,
j) Rencana evaluasi, pelaporan dan tindak
lanjut,
k) Sarana prasarana, dan
l) Anggaran biaya.

b. Penyusunan Visi Misi Layanan


American School Counselor Association (2012)
menjabarkan bahwa pernyataan visi pelayanan
bimbingan dan konseling yang efektif perlu
mempertimbangkan lima hal di bawah ini:
1) Menjelaskan kondisi masa depan di mana
tujuan dan strategi pelayanan bimbingan
dan konseling sekolah efektif dan berhasil
dicapai
2) Menjabarkan gambaran yang kaya dan
tekstual tentang seperti apa rasanya sukses
dan rasanya
3) Berani dan menginspirasi
4) Menyatakan hasil siswa terbaik yang
mungkin lima sampai lima belas tahun lagi
5) Dapat dipercaya dan dicapai.

ASCA (2012) menegaskan empat hal yang perlu


diperhatikan oleh konselor agar rumusan misi
efektif yaitu:
1) Pernyataan misi pelayanan Bimbingan dan
Konseling sejalan dengan misi sekolah
2) Perumusan misi pelayanan Bimbingan dan
Konseling menempatkan peserta didik
fokus utama
3) Rumusan misi pelayanan Bimbingan dan
Konseling menegaskan kesetaraan akses
terhadap kesuksesan dan pelayanan
Bimbingan dan Konseling
4) Rumusan misi menunjukkan hasil jangka
panjang yang diinginkan dari semua siswa

c. Penyusunan Rencana Operasional


Dalam Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
(2016abc) disebutkan bahwa terdapat 10
komponen dalam rencana operasional, yaitu:
1) Bidang layanan,
2) Tujuan layanan,
3) Komponen layanan,
4) Strategi layanan,
5) Kelas,
6) Materi,
7) Metode,
8) Alat/media,
9) Evaluasi dan
10) Ekuivalensi.

d. Penyusunan Program Semester


Format program semester lebih
menegaskan garis besar tema kegiatan dari
setiap komponen layanan dan urutan waktu
(bulan dan minggu) pengimplementasiannya.

e. Ke mana setelah Program Tahunan di susun?


Program bimbingan dan konseling tidak
cukup hanya berisi rincian layanan dan kegiatan
yang akan dilaksanakan dan urutan waktunya.
Program Bimbingan dan Konseling yang
disusun konselor dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan fokus dan arah pelayanan
Bimbingan dan Konseling sebagaimana
dinyatakan dalam visi, misi, dan tujuan layanan
Bimbingan dan Konseling.

KB 2. Materi Layanan Dasar, Peminatan dan


Perencanaan Individual
a. Kaidah Pengembangan Materi dalam Layanan
Dasar, Peminatan dan Perencanaan Individual
1) Kaitan antara tujuan dan materi dalam layanan
dasar, peminatan, dan perencanaan individual
Guna mencapai tujuan layanan dasar,
peminatan dan perencanaan individual, maka
konselor perlu merancang dan menyusun
konten atau materi. Pada hakekatnya materi
dalam layanan layanan dasar, peminatan dan
perencanaan individual merupakan konten
yang dipelajari dan dibahas selama kegiatan
atau strategi pemberian layanan agar siswa
mendapatkan pengalaman belajar dalam ranah
kognitif, afektif atau psikomotor sebagaimana
diharapkan dalam tujuan layanan.

2) Penekanan materi dalam layanan dasar,


peminatan, dan perencanaan individual
 Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014
dijabarkan bahwa layanan dasar adalah
proses pemberian bantuan kepada seluruh
peserta didik melalui kegiatan penyiapan
pengalaman terstruktur secara klasikal atau
kelompok yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis dalam
rangka mengembangkan kemampuan
penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan
tahap dan tugas-tugas perkembangan

 Layanan peminatan dan perencanaan


individual dijelaskan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 111 Tahun 2014 sebagai bantuan
kepada peserta didik/konseli agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas-
aktivitas sistematik yang berkaitan dengan
perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman tentang kelebihan dan
kekurangan dirinya, serta pemahaman
terhadap peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya.

3) Jenis-jenis sekuens dalam materi layanan


dasar, peminatan, dan perencanaan individual
Terdapat tujuh urutan (sequence) dalam
mengembangkan materi bimbingan klasikal
(Burdin & Byrd, 1999). Sekuens dalam
penyusunan materi layanan dasar, peminatan
dan perencanaan individual yaitu:
(a) Sekuens Kronologis
(b) Sekuens Kausal
(c) Sekuens Struktural
(d) Sekuens Logis dan Psikologis
(e) Sekuens Spiral
(f) Rangkaian dari belakang
(g) Sekuens berdasarkan hirarki belajar

4) Sumber atau rujukan untuk pengembangan


materi layanan dasar, peminatan, dan
perencanaan individual
Karakteristik sumber dalam penyusunan
materi layanan dasar, peminatan dan
perencanaan individual (Arends, 2007) antara
lain:
(1) Buku teks
(2) Bahan-bahan sumber
(3) Buku kerja
(4) Sekolah
(5) Komunitas
(6) Bahan yang gratis atau murah yang tersedia
di masyarakat
(7)Materi yang dibuat sendiri sebelumnya.

b. Pengembangan Konten Layanan Dasar


 Tema “Evaluasi Penyebab Keberhasilan
atau Kegagalan Belajar”
 Tujuan umum, tujuan khusus, dan pokok
bahasan dari topik “Evaluasi Penyebab
Keberhasilan atau Kegagalan Belajar”
 Materi Bidang Belajar Layanan Dasar
dengan topik “Evaluasi Penyebab
Keberhasilan atau Kegagalan Belajar”
 Lembar Kerja Peserta Didik dengan tema
“Evaluasi Penyebab Keberhasilan atau
Kegagalan Belajar”

c. Pengembangan Konten Layanan Peminatan dan


Perencanaan Individual
 Konten atau materi dengan topik
“Perencanaan Karir.”
 Tujuan umum, tujuan khusus, dan pokok
bahasan dari topik “Perencanaan Karir”
 Materi atau konten dengan topik “Perencanaan
karir”
KB 3. Materi Layanan Responsif
a. Pengantar ke Materi Layanan Responsif
 Konseling sebagai salah satu strategi
komponen layanan responsif memiliki
sejumlah paradigma. Paradigma yang
dimaksud adalah Psikodinamika,
Behaviorisme, Humanisme, dan
Postmodernisme
 Berdasarkan pada keempat paradigma
tersebut, berkembang sejumlah pendekatan
konseling di antaranya adalah Psikoanalisis,
Person Centered Counseling (PCC), Gestalt,
Rational Emotive Behavior Therapy
(REBT)/Cognitive Behavior Therapy (CBT),
Behavioral, Realita, Solution Focused Brief
Counseling (SFBC), Konseling Naratif, dan
Konseling Kreatif
 Guru BK perlu memahami bahwa rumusan
topik atau masalah siswa ditentukan oleh
pandangan tentang hakikat manusia dan
bagaimana teori tersebut memandang
perilaku bermasalah/ maladaptif/
menyimpang

b. Pengembangan Materi Konseling/ Konsultasi


Bidang Pribadi
 Selama proses tumbuh kembang siswa
kerapkali mendapati suatu hambatan atau
masalah
 Siswa kerapkali mengalami sejumlah
gejala yang muncul akibat adanya kesulitan
untuk mengatur jadwal kegiatan, menyusun
skala prioritas, memanajemen waktu
 Maka guru BK dapat mengembangkan
layanan konseling pendekatan
Behaviorisme
 Salah satu strategi intervensi yang dapat
dilakukan berdasarkan paradigma dan
falsafah Behaviorisme adalah mengajarkan
siswa tentang manajemen diri.
 Merujuk pada gagasan Cooper dkk. (1987),
beberapa hal yang perlu dibahas atau
dikomunikasikan dengan konseli dalam
sesi konseling dengan topik/materi seputar
manajemen diri adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan perilaku target
2) Pemantauan dan perekaman diri
3) Merancang intervensi
4) Mengimplementasikan intervensi
5) Mengevaluasi.
c. Pengembangan Materi Konseling/ Konsultasi
Bidang Sosial
 Masalah yang dibahas pada pengembangan
konseling bidang sosial adalah kesulitan
untuk berperilaku asertif
 Pada prinsipnya asertif adalah kecakapan
orang untuk berkata tidak, untuk meminta
bantuan atau minta tolong 83 orang lain,
kecakapan untuk mengekspresikan
perasaan-perasaan positif maupun negatif,
kecakapan untuk melakukan inisiatif dan
memulai pembicaraan
 Guru BK dapat memahami anatomi
masalah siswa berdasarkan falsafah dan
paradigma Behaviorisme
 Berkaitan dengan kurang terampilnya
siswa untuk berperilaku asertif, maka salah
satu masalah perilaku
 Secara sederhana, Fauzan (2007) membagi
latihan asertif menjadi empat tahap sebagai
berikut:
1) Mengukur tingkat keasertifan
2) Menguji hambatan mental
3) Mengenali hak-hak rasional
4) Memperbaiki gaya komunikasi

d. Pengembangan Materi Konseling/ Konsultasi


Bidang Belajar
 Berkaitan dengan bidang belajar, topik
masalah yang akan dibahas adalah
kecemasan siswa dalam menghadapi ujian
 Guru BK dapat membantu siswa
menghadapi dan berupaya mengendalikan
kecemasan melalui pendekatan konseling
Behaviorisme
 Upaya pengendalian kondisi cemas dan
stres yang dapat dilakukan oleh guru BK
untuk membantu siswa adalah dengan
mengajarkan rileksasi untuk menuju
kondisi tenang
 Rileksasi merupakan salah satu teknik
konseling yang lahir dari paradigma
konseling bahaviorisme
 Adapun prosedur rileksasi yang dapat
dilakukan yaitu:
(1) Prarileksasi,
(2) Rileksasi Otot,
(3) Rileksasi Mental
e. Pengembangan Materi Konseling/ Konsultasi
Bidang Karir
 Layanan responsif bidang karir dapat
diaplikasikan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan untuk merencanakan
karir
 Salah satu strategi pengembangan layanan
konseling bidang karir adalah dengan
mengadaptasi model perencanaan karir
yaitu CEP (Career Exploration Planning).
 Perencanaan karir model CEP berbasis
eksplorasi dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan karir masa tentatif (Lau,
2012)
 Perencanaan karir model CEP dibagi
menjadi lima tahapan, yaitu:
1) Self-knowledge (mengetahui tentang
diri)
2) Career knowledge (mengetahui tentang
karir),
3) Educational knowledge (mengetahui
tentang pendidikan),
4) Career goals (menetapkan tujuan karir),
dan
5) Career planning (merencanakan karir).

KB 4. Pengembangan Media Layanan


Bimbingan dan Konseling
a. Konsep Dasar Media dalam Pelayanan BK
 Media dapat membantu konselor
meminimalisir kemungkinan adanya
distorsi pesan, sehingga informasi yang
disampaikan dapat diterima oleh siswa
dengan baik.
 Adapun kontribusi media dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling secara lebih spesifik dipaparkan
oleh Burdin dan Byrd (1999) sebagai
berikut:
1) Isi layanan bimbingan dan konseling
lebih terorganisir dan terpilih
2) Penyampaian isi bimbingan dan
konseling lebih terstandar
3) Layanan bimbingan dan konseling
menjadi lebih menarik
4) Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling menjadi lebih interaktif
5) Waktu yang digunakan lebih singkat
6) Kualitas belajar dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling dapat
ditingkatkan
7) Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konselirng dapat diberikan kapanpun
dan di manapun ketika diperlukan
8) Berkembangnya sikap positif individu
terhadap apa yang dipelajari dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling
9) Peran konselor dapat ditingkatkan
10) Isu yang dibahas dalam kegiatan
bimbingan klasikal menjadi lebih
konkret.

b. Tahapan Pemilihan Media


Media yang tepat memerlukan pertimbangan
yang seksama dalam pemilihannya. Berikut ini
empat tahapan dalam memilih media yaitu:
1) Menganalisis peserta didik
2) Menetapkan tujuan media
3) Memilih media layanan bimbingan dan
konseling
4) Menggunakan media

c. Pengembangan Berbagai Format Media BK


Konselor dapat mengembangkan berbagai
format media untuk membantu ketercapaian
tujuan layanan bimbingan dan konseling.
Beberapa jenis format atau jenis media yang
dapat dikembangkan oleh konselor adalah:
1) Visual yang terdiri dari:
(a) Gambar diam
(b) Bagan (charts) atau diagram
(c) Grafik
(d) Poster
2) Multimedia dan Hypermedia
(a) Multimedia
didefinisikan sebagai kombinasi
berbagai format media, mulai dari
gambar, suara, dan animasi yang
bertujuan untuk mengkomunikasikan
suatu informasi (Mayer, 2001).
(b) Hypermedia
didefinisikan sebagai berbagai
format media (visual, suara, potensi
animasi, dan lain-lain) yang saling
terkoneksi melalui hypertext dalam
membahas suatu topik (Jacobson,
2008)
3) Simulasi dan Game
 Media simulasi dan permainan (game)
merupakan bentuk lain dari multimedia
yang disajikan secara non-linear atau
interaktif.
 Game dan simulasi berbasis game
mengkombinasikan antara format
visual, audio, verbal, dan lain-lain.
 Prinsip penggunaan game dan simulasi
dalam pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling adalah:
(a) Siswa dipastikan memahami tujuan
belajar dari penggunaan game,
(b) Siswa memahami aturan dan
prosedur dalam memainkan game,
termasuk hukuman atas
pelanggarannya,
(c) Pastikan penggunaan game telah
terpadu dengan keseluruhan tahapan
layanan bimbingan dan konseling
(d) Berikan penjelasan atau diskusi
singkat tentang kesimpulan dari
penggunaan game

2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Pengembangan materi konseling/ konsultasi


di modul ini bidang sosial, belajar dan karir
2. Urutan dalam penyusunan materi layanan
dasar, peminatan dan perencanaan individual
3 Daftar materi yang sering 1. Tahapan perencanaan karir model CEP
mengalami miskonsepsi
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 3


PERENCANAAN DAN
EVALUASI LAYANAN
BIMBINGAN DAN
KONSELING
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Perencanaan Layanan
Dasar
2. Perencanaan Layanan
Responsif
3. Evaluasi
Program,Proses dan
Hasil Layanan
Bimbingan dan
Konseling
4. Pelaporan dan
Penggunaan Hasil
Evaluasi
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB.1 Perencanaan Layanan Dasar
Layanan dasar merupakan proses
pemberian bantuan kepada seluruh peserta
didik/konseli melalui kegiatan penyiapan
pengalaman terstruktur secara klasikal atau
kelompok yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis dalam
rangka mengembangkan kemampuan
penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan
tahap dan tugas-tugas perkembangan yang
dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian.
Esensi perencanaan layanan dasar
adalah keputusan yang dibuat untuk
mengorganisir, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi komponen layanan dasar
(Burdin & Byrd, 1999).
Perencanaan layanan dasar pada
dasarnya merupakan upaya membuat
keputusan tentang langkah-langkah
sistematis penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling.
Lebih spesifik, keputusan yang dibuat
dalam perencanaan kurikulum mencakup :
1) penetapan tujuan kegiatan layanan
dasar
2) konten atau materi layanan dasar
3) metode penyelenggaraan layanan
dasar
4) pemilihan media penunjang layanan
dasar
5) evaluasi keberhasilan layanan dasar
(Sukmadinata, 2004).
Point-point penting yang lain adalah :
 Topik layanan dasar diangkat
berdasarkan pertimbangan dari
kebutuhan siswa dan sekaligus
Standar Kompetensi Kemandirian
Peserta Didik (SKKPD).
 RPL kegiatan layanan dasar terdiri
atas komponen inti (tujuan,
materi/bahan, metode dan langkah,
media, dan evaluasi) dan komponen
pelengkap seperti jenis layanan,
sasaran dan seterusnya sesuai
dengan perubahan format yang
ditentukan dalam kurikulum BK.
 Tujuan bimbingan pada RPL
disusun dalam tiga tahap, yakni
penyusunan tujuan umum, lakukan
analisis instruksional, dan
penyusunan tujuan khusus.
 Materi atau konten layanan dasar
disusun berdasarkan sekuen tertentu
dan selaras dengan tujuan yang
telah dirumuskan.
 Evaluasi kegiatan layanan dasar
dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik tes dan non-
tes.

KB.2 Perencanaan Layanan Responsif


A.Esensi Perencanaan Layanan
Responsif
Layanan responsif bertujuan untuk
memberikan layanan intervensi terhadap
peserta didik/konseli yang mengalami
hambatan atau terganggu tugas
perkembangannya. Sehingga melalui
layanan ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik/konseli serta
mampu memecahkan masalah yang
dialaminya atau membantu konseli yang
mengalami hambatan, kegagalan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya.
B. Prosedur Perencanaan Layanan
Responsif
Fokus pelayanan responsif bergantung
kepada masalah atau kebutuhan konseli.
Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan
dengan keinginan untuk memahami sesuatu
hal karena dipandang penting bagi
perkembangan dirinya secara positif.
Guru bimbingan dan konseling tidak
hanya menunggu peserta didik/konseli
untuk datang, namun dapat pula menjemput
bola untuk melakukan bantuan kepada
peserta didik/konseli. Penting dipahami
pula bahwa guru bimbingan dan konseling
perlu memperhatikan teori konseling yang
akan digunakan saat mengurai anatomi
masalah ataupun identifikasi kebutuhan
peserta didik/konseli. Hal tersebut akan
sangat menunjang penyusunan RPL
khususnya konseling individu dan
konseling kelompok sehingga guru
bimbingan dan konseling dapat
merencanakan pendekatan/model
konseling yang akan digunakan untuk
membantu peserta didik/konseli.
C. Contoh Perencanaan Layanan Responsif
Komponen dalam RPL konseling
individu, konseling kelompok, referal, dan
konferensi kasus mempunyai format yang
unik sesuai dengan jenis layanannya.
KB.3 Evaluasi Program,Proses, dan
Hasil Layanan Bimbingan dan
Konseling
A.Kriteria Evaluasi Bimbingan dan
Konseling
Evaluasi Bimbingan dan Konseling
sebagai upaya pengumpulan data dan
analisis informasi untuk membuat
keputusan tentang kualitas dan hasil
program bimbingan dan konseling.
Evaluasi dilaksanakan secara
sistematis untuk mengetahui keefektifan
tujuan yang telah ditetapkan dalam program
bimbingan dan konseling sesuai dengan
standart tertentu. Disamping itu evaluasi
layanan bimbingan dan konseling
dilakukan untuk menentukan seberapa
kesesuaian program dengan pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.
Kriteria yang digunakan harus sesuai
dengan semua tujuan diadakannya program
bimbingan dan konseling. Kriteria yang
dimaksud antara lain:
(1) taraf keberhasilan siswa dalam
belajar di perguruan tinggi dikemudian
hari;
(2) perasaan puas dalam memangku
jabatan di masyarakat;
(3) aspirasi yang realistis dalam
penyusunan rencana masa depan;
(4) frekuensi pengungkapan masalah
yang sangat mengganggu ketenangan hidup
berkurang;
(5) hasil belajar di sekolah lebih baik;
(6) keterlibatan siswa dalam belajar
akademis meningkat;
(7) sejumlah siswa yang menimbulkan
kasus problematis berkurang;
(8) lebih banyak siswa memanfaatkan
layanan-layanan bimbingan yang
disediakan di sekolahnya.
Disamping itu kriteria yang digunakan
dalam evaluasi program bimbingan dan
konseling mencakup kriteria internal dan
eksternal. Kriteria internal merupakan
kriteria yang dijabarkan dari dalam
rancangan program itu sendiri yang dapat
ditinjau dari sudut:
(a) koherensi (konsistensi);
(b) penempatan sumber daya manusia;
(c) reaksi pelaksana program dalam hal
ini guru pembimbing/konselor;
(d) reaksi pemakai program;
(e) efektivitas penggunaan dana;
(f) kemampuan pengembangan diri
terhadap program.
Sedangkan kriteria eksternal
mencakup:
(a) kemampuan pengarah kebijakan;
(b) analisis cprost benefit;
(c) efek multiplier baik berupa imbasan
langsung maupun imbasan tidak
langsung.

B.Evaluasi Program Bimbingan dan


Konseling
Evaluasi program merupakan
prosedur yang digunakan untuk
menentukan atau menggambarkan sejauh
mana program bimbingan dan konseling
telah direncanakan oleh guru pembimbing.
Evaluasi program dapat digunakan
sebagai prosedur untuk penelitian diri untuk
mengetahui apakah program yang disusun
telah memenuhi kaidah-kaidah penyusunan
program atau belum, sudah baik atau belum
baik.
Cakupan evaluasi program terkait
dengan apakah program sudah berdasarkan
produk hukum, apakah dalam program ada
visi dan misi, apakah program memuat
empat bidang bimbingan (pribadi, sosial,
belajar dan karir), apakah dalam menyusun
program berdasarkan kebutuhan siswa dan
lingkungan, apakah program layanan
terdapat keseimbangan antara layanan
dasar, layanan responsif, dan layanan
perencanaan individual serta dukungan
sistem
C.Evaluasi Proses Layanan Bimbingan dan
Konseling
Penilaian proses digunakan untuk
mengetahui sejauh mana program
bimbingan/konseling komprehensif telah
dilaksanakan guru pembimbing.
Bagi konselor melalui penilaian proses
ini terfokus pada bagaimana proses
kegiatan dan pengelolaan bimbingan dan
konseling secara menyeluruh, mengetahui
bagaimana hambatan dalam pelaksanaan,
sampai dimana pelaksanaan bimbingan dan
konseling, dan pengambilan keputusan
yang lain diluar penilaian keberhasilan
peserta didik dalam mengikuti layanan
bimbingan dan konseling.
Disamping itu melalui penilaian
proses ini siswa dapat memperoleh
pengalaman tentang berbagai hal seperti
bagaimana siswa berpartisipasi dalam
kegiatan bimbingan dan konseling baik
secara kelompok maupun perorangan dan
bagaimana pengalaman mereka dalam
berinteraksi dengan sesama siswa serta
pengalaman lain yang diperoleh selama
mengikuti kegiatan bimbingan dan
konseling.

D.Evaluasi Hasil Layanan Bimbingan


dan Konseling
Evaluasi hasil merupakan komponen
penting dalam evaluasi program bimbingan
dan konseling.
Pusat Kurikulum (2004) menyatakan
bahwa dalam penilaian hasil dalam
bimbingan dan konseling meliputi penilaian
segera (Laiseg), penilaian jangka pendek
(laijapen) dan penilaian jangka panjang
(laijapan).
Penilaian segera (laiseg) merupakan
jenis penilaian yang dilakukan segera
setelah peserta didik memperoleh satu jenis
layanan tertentu, sehingga lebih
menekankan pada ranah kognitif dan afektif
yang terkait dengan tanggapan peserta
didik/klien terhadap program bimbingan
dan konseling yang dilaksanakan.
Misalnya bagaimana pemahaman
terhadap materi layanan yang diberikan,
bagaimana perasaan peserta didik setelah
mengikuti layanan tertentu, dll. Penilaian
jangka pendek (laijapen) merupakan jenis
penilaian yang dilakukan dalam kurun
waktu satu semester.
Aspek yang diungkap melalui
penilaian jangka pendek adalah bagaimana
dampak program bimbingan dan konseling
terhadap perkembangan peserta didik/klien.

KB.4 Pelaporan dan Penggunaan Hasil


Evaluasi
A.Akuntabilitas dalam Bimbingan dan
Konseling
Akuntabilitas dalam bimbingan dan
konseling adalah perwujudan kewajiban
konselor sekolah untuk
mempertanggungjawabkan segala tindakan
berkaitan dengan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling.
Akuntabilitas dalam bimbingan dan
konseling merupakan komponen kunci
untuk memperlihatkan keefektifan program
konseling. Tuntutan akuntabilitas
memungkinkan konselor untuk
memperlihatkan kepada stakeholder baik di
dalam maupun di luar sekolah kontribusi
atau dampak tentang apa yang dilakukan
konselor.
B.Perlaporan Hasil Evaluasi Bimbingan
dan Konseling
Semua guru bimbingan dan konseling
atau konselor harus membuat laporan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling
sebagai bentuk akuntabilitas kinerja
profesional. Pelaporan merupakan langkah
lanjutan setelah evaluasi. Isi dalam
pelaporan lebih bersifat mendeskripsikan
dan memberi uraian analisis terhadap hasil-
hasil yang telah dicapai dalam kegiatan
evaluasi sebelumnya.
Pelaporan pada hakikatnya
merupakan kegiatan penyusunan dan
mendeskripsikan seluruh hasil yang telah
dicapai dalam evaluasi proses maupun
evaluasi hasil dalam format laporan yang
dapat memberikan informasi kepada
seluruh pihak yang terlibat tentang
keberhasilan dan kekurangan dari program
bimbingan dan konseling yang telah
dilakukan selama satu tahun berjalan.
Depdiknas (2007), analisis hasil
evaluasi dan tindak lanjut program BK
adalah umpan balik program yang
memerlukan perbaikan, kebutuhan siswa
yang belum terlayani, kemampuan personil
dalam melaksanakan program, serta
dampak program terhadap perubahan
perilaku siswa dan pencapaian prestasi
akademik, peningkatan mutu proses
pembelajaran dan peningkatan mutu
pendidikan.
Hasil analisis harus ditindaklanjuti
dengan menyusun program selanjutnya
sebagai kesinambungan program,
mengembangkan jejaring pelayanan agar
pelayanan BK lebih optimal, melakukan
referal siswa yang memerlukan bantuan
khusus dari terapis lain, pengembangan
komitmen baru kebijakan orientasi dan
implementasi pelayanan BK selanjutnya.
C.Tindak Lanjut Hasil Evaluasi
Bimbingan dan Konseling
Tujuan kegiatan tindak lanjut
pelaporan hasil program BK adalah untuk
memperbaiki hal-hal yang masih lemah,
kurang tepat atau kurang relevan dengan
tujuan yang akan dicapai, mengembangkan
program dengan menambah atau merubah
beberapa hal yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanan atau efektifitas program
BK.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk
kepentingan penyediaan umpan balik bagi
pelaksanaan program BK, perbaikan atau
peningkatan implementasi program
selanjutnya.
Segala kegiatan perlu ditindak
lamjuti secara berkesinambungan, karena
tindak lanjut bagian integral dari layanan
bimbingan dan konseling, Ini berkaitan
dengan apa yang terjadi pada siswa saat di
sekolah atau setelah mereka meninggalkan
sekolah.
Ini adalah penilaian tentang
bagaimana konseli yang telah dibimbing,
ditempatkan atau dirujuk atau siswa sudah
mendapatkan layanan, tetapi untuk
menentukan apakah bantuan lebih lanjut
diperlukan untuk klien. Maka penting
menentukan tujuan agar tercapai tindak
lanjut.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Prosedur perencanaan layanan
di modul ini responsif
2. Evaluasi proses layanan bimbingan
dan konseling
3. Tindak lanjut hasil evaluasi
3 Daftar materi yang sering 1. Prosedur perencanaan layanan dasar
mengalami miskonsepsi 2. Evaluasi proses layanan bimbingan
dan konseling
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul MODUL 4


STRATEGI LAYANAN DASAR,
PERENCANAAN INDIVIDUAL
DAN DUKUNGAN SISTEM
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Strategi Layanan Bimbingan
Klasikal atau Lintas Kelas
2. Strategi Layanan Bimbingan
Kelompok
3. Strategi Layanan Peminatan dan
Perencanaan Individu
4. Strategi Layanan Dukungan
Sistem
Butir Refleksi Respon/Jawaban
No
1 Garis besar materi yang dipelajari KB 1. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal
a. Konsep Dasar Layanan Bimbingan Klasikal
atau Lintas Kelas
 Bimbingan klasikal adalah kegiatan
bimbingan yang dirancang dengan
mengadakan pertemuan secara tatap muka
dengan konseli berbasis kelas (Depdiknas,
2008)
 Layanan bimbingan klasikal atau lintas kelas
dirancang untuk merespon kebutuhan dan
minat tertentu dari sekelompok konseli.

b. Konsep Manajemen Kelas


 Manajemen kelas dapat didefinisikan
sebagai tindakan konselor atau guru untuk
menciptakan suatu lingkungan yang
mendukung dan memfasilitasi siswa untuk
belajar secara akademik maupun sosial-
emosional (Ming-tak & Wai-shing, 2008;
Omrod, 2014).
 Terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai
konselor dengan melaksanakan manajemen
kelas (Santrock, 2004).
1) Membantu siswa untuk menghabiskan
lebih banyak waktu untuk belajar.
2) Membantu siswa untuk mengurangi
waktu yang tidak diarahkan atau
dialokasikan untuk tujuan belajar.
3) Mencegah siswa mengalami masalah
akademik dan emosional

c. Pendekatan Sistematis dalam Manajemen Kelas


1. Mendesain Lingkungan Fisik
Prinsip-prinsip dalam penataan kelas yaitu:
a) Pastikan bahwa konselor dapat dengan
mudah bisa melihat semua siswa
b) Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang
c) Perlengkapan siswa dan materi bimbingan
klasikal harus mudah diakses
d) Pastikan semua murid dapat melihat
dengan mudah presentasi kelas

2. Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk


Bimbingan Klasikal
Terdapat beberapa strategi yang dapat
diaplikasikan konselor untuk menciptakan
lingkungan kelas yang positif yaitu:
a) Menggunakan gaya otoritatif
b) Mengelola aktivitas kelas secara efektif
c) Membuat, mengajarkan dan
mempertahankan aturan dan prosedur
d) Mengajak murid untuk bekerjasama.

3. Menghadapi Perilaku Bermasalah


Saat konselor menghadapi perilaku
bermasalah siswa dalam mengikuti
bimbingan klasikal, maka konselor dapat
memanfaatkan strategi intervensi minor dan
moderat (Santrock, 2004)

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


Manajemen Kelas
Menurut Kohn (dalam Arends, 2007),
manajemen kelas akan lebih efektif apabila
dilakukan dengan memperhatikan sebagai
berikut:
a) Hubungan siswa dengan konselor
b) Keterampilan
c) Diagnosa
d) Mempertanyakan praktik
e) Memaksimalkan keterlibatan siswa
f) Melakukan pemulihan
g) Menerima kembali

d. Metode Bimbingan Klasikal atau Lintas Kelas


Berdasarkan paparan Arends (2007) dan
Orlich, Harder, Callahan, Travisan dan Brown
(2010) diketahui bahwa model pembelajaran
secara umum dibedakan menjadi dua, yakni
- model pembelajaran berpusat pada guru
atau konselor dan
- model pembelajaran berpusat pada
siswa.

1. Metode Pengajaran Langsung


Yaitu pendekatan pengajaran yang
dilakukan guru dengan mengirimkan
informasi secara langsung kepada siswa
atau biasa disebut metode ceramah

2. Metode Pengajaran Kelompok


a) Diskusi Kelompok
b) Curah pendapat

3. Pembelajaran Kooperatif (cooperative


learning)
Ada beberapa macam strategi
pelaksanaan pembelajaran kooperatif,
seperti :
a) Student Teams Achievement Devisions
(STAD),
b) Jigsaw,
c) Peer Assisted Learning Strategies
(PALS),
d) Belajar Bersama (Learning Together),
e) Investigasi Kelompok (Group
Investigation),
f) Metode Informal (Termasuk Think-
Pair-Share)

4. Metode Pengajaran Konstruktivistik


Metode yang paling banyak
diaplikasikan dari teori konstruktivistik
yaitu pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning)
Arends (2007) mengidentifikasi tiga
hasil yang diperoleh dari pembelajaran
berbasis masalah, yakni
(1)keterampilan melakukan investigasi dan
mengatasi masalah,
(2) perilaku dan keterampilan sosial sesuai
dengan peran orang dewasa, dan
(3) keterampilan untuk belajar secara
mandiri

5. Metode kreatif
Contoh metode pembelajaran kreatif yaitu:
a) Biblio Edukasi
teknik biblio-konseling menjadi 2 tipe
yaitu: Affective Biblio-counseling dan
Cognitive Biblio-counseling
b) Cinema Edukasi
Proses terapi, dalam hal ini termasuk
didalamnya:
(1) Menonton film
(2) Identifikasi emosi
(3) Eksplorasi Karakteristik Perilaku
(4) Eksplorasi diri
(5) Follow up/tindak lanjut
c) Structure Learning Approach
SLA terdiri dari empat komponen yaitu
(1) Instruction,
(2) Modeling,
(3) Behavior Rehearsal,
(4)Feedback, dan Transfer Of Training

KB 2. Strategi Layanan Bimbingan Kelompok


a. Konsep Dasar Layanan Bimbingan Kelompok
1) Bimbingan Kelompok
Merupakan salah satu strategi bimbingan
yang berusaha membantu individu agar
dapat mencapai perkembangannya secara
optimal sesuai dengan kemampuan, bakat,
minat serta nilai-nilai yang dianutnya dan
dilaksanakan dalam situasi klompok.

2) Tujuan Bimbingan Kelompok


Secara umum tujuan bimbingan kelompok
ada dua yaitu:
a) Pengembangan pribadi
Meliputi pengembangan segala potensi
dan keterampilan sosial yang dimiliki

b) Pembahasan Topik
Adalah sebagai upaya preventif agar
terhindar dari permasalahan yang
dibahas.

3) Asas dalam Layanan Bimbingan Kelompok


Asas yang cukup memiliki nilai besar dalam
bimbingan dan konseling yaitu:
a) Asas Kerahasiaan
b) Asas Keterbukaan
c) Asas Kesukarelaan
d) Asas Kenormatifan

b. Keterampilan Pemimpin Kelompok


Secara umum terdapat empat kualitas
kepemimpinan yang efektif yaitu:
1) Moderat
2) Penuh perhatian
3) Mampu bersosialisasi

c. Kelebihan dan Kekurangan Bmbingan


Kelompok
- Kelebihan
Memungkinkan siswa mengungkapkan
perasaan dan opini, dapat meningkatkan
keterampilan sosial dan dapat saling berbagi
pengalaman.
- Kekurangan
Lebih berfokus pada pendidikan dan
inforrmational dan topik yang dibahas
kadang tumpang tindih dengan kepentingan
kelompok

d. Tahapan Bimbingan Kelompok


Tahapan bimbingan kelompok ada empat yaitu:
1) Pembukaan
2) Transisi
3) Inti
4) Penutupan

e. Teknik Bimbingan Kelompok yaitu:


1) Diskusi Kelompok
2) Sosiodrama
3) Psikodrama
4) Homeroom

f. Kode etik dalam Bimbingan Kelompok yang


perlu diperhatikan yaitu:
1) Hubungan konselor dan konseli
2) Kepemimpinan kelompok
3) Anggota kelompok
4) Kerahasiaan
5) Penghentian dan tindak lanjut

KB 3. Strategi Layanan Peminatan dan


Perencanaan

A. Konsep Dasar Layanan Peminatan dan


Perencanaan Individual

1) Layanan Peminatan
Adalah program kurikuler yang disediakan
untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat
dengan pemusatan, perluasan dan atau
pendalaman mata pelajaran dan atau muatan
kejuruan.
Peminatan terdiri dari:
- Peminatan Akademik
- Peminatan Kejuruan
- Lintas Minat
- Pendalaman Minat

2) Layanan Perencanaan Individual


Adalah bantuan kepada peserta didik/
konseli agar mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas-aktivitas sisttematik
yang berkaitan dengan perenvanaan masa
depan

3) Tujuan Layanan Perencanaan Individual


membantu konseli agar:
- Memiliki pemahaman tentang diri dan
lingkungannya
- Mampu merumuskan tujuan,
perencanaan atau pengelolaan terhadap
perkembangan diri
- Dapat melakukan kegiatan berdasarkan
pemahaman tujuan dan rencana yang
telah dirumuskannya

B. Peran Guru Bimbingan dan Konseling serta


Orang Tua pada Pelaksanaan Layanan
Peminatan dan Perencanaan Individual

1) Peran Guru Bimbingan dan Konseling:


- Memberi rekomendasi peminatan
- Fungsi advokasi
- Melakukan layanan konsultasi/
konsultan

2) Peran orangtua:
- Mencermati rekomendasi peminatan
dari Guru BK
- Menggunakan rekomendasi peminatan
sebagai bahan pertimbangan memilih
sekolah lanjutan

C. Implementasi Layanan Peminatan dan


Perencanaan Individual

1) Layanan Individual meliputi:


- Pemberian informasi program
peminatan
- Melakukan pemetaan dan penetapan
perminatan peserta didik
- Layanan lintas minat
- Layanan pendalaman minat
- Pengembangan dan penyaluran
- Evaluasi dan tindak lanjut

2) Layanan Perencanaan Individual


Perencanaan individual berkaitan erat
dengan pengembangan aspek yaitu:
- Aspek Pribadi yaitu tercapainya
pemahaman diri dan pengembangan
konsep diri yang positif
- Aspek Sosial yaitu tercapainya
pemahaman lingkungan dan
pengembangan keterampilan sosial yang
efektif
- Aspek Belajar yaitu tercapainya efisiensi
dan efektifitas belajar
- Aspek Karir tercapainya kemampuan
mengeksplorasi peluang-peluang karir,
mengeksplorasi latihan pekerjaan,
memahami kebutuhan untuk kebiasaan
bekerja yang positif

KB 4. Strategi Layanan Dukungan Sistem


a. Konsep Dukungan Sistem
1. Memahami esensi komponen dukungan
sistem
Komponen dukungan sistem menjelaskan
kegiatan manajemen yang memastikan
setiap program layanan bimbingan dan
konseling berkualitas tinggi dan layanan
yang secara langsung ataupun tidak
langsung menguntungkan siswa dengan
mendukung program lain.

2. Tujuan Dukungan Sistem


Dalam penerapannya dukungan sistem
dibagi menjadi dua yaitu:
a. Manajemen program bimbingan dan
konseling mencakup kegiatan yang
diperlukan untuk mendukung layanan
dasar, layanan responsif dan
perencanaan individu.
b. Layanan pendukung mencakup kegiatan
yang dilaksanakan oleh guru BK yang
mendukung yang ada di sekolah
termasuk konsultasi dengan guru mata
pelajaran ataupun orangtua.
Tujuan kegiatan kolaborasi setidaknya
didasari dengan semangat:
a) Membina hubungan positif antar
konselor,dan konseli serta pihak
profesional lain,
b) Konselor dapat menjalankan layanan
dalam rangka membantu siswa
menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan baik dengan berkerja bersama
dengan pihak yang ahli pada bidangnya.
c) Mampu memberikan berbagai informasi
yang dibutuhkan konseli melalui ahli-
ahli lain.

b. Implementasi Strategi Dukungan Sistem


Komponen dukungan sistem terdiri dari
manajemen kegiatan yang membangun,
memelihara dan meningkatkan program
pembinaan total. Komponen ini dapat
diimplementasikan dan dilaksanakan melalui
kegiatan dalam bidang berikut:
1) Penelitian dan Pengembangan
2) Pengembangan profesional
3) Bidang/ manajemen hubungan
masyarakat
4) Komite sekolah
5) Pembuatan jaringan kemitraan
6) Program manajemen
7) Adil- berbagi tanggungjawab

c. Kegiatan Kolaborasi
Program bimbingan dan konseling di sekolah
dan atau guru bimbingan dan konseling
menggunakan model kolaboratif sebagai dasar
mereka.
Kolaboratif adalah proses dimana dua individu
atau kelompok bekerjasama untuk tujuan
bersama saling menguntungkan atau hasil yang
diinginkan

Menurut Carpenter kolaborasi mempunyai 8


karakteristik yang setidaknya perlu mendasari
dari kegiatan ini (El Ansari Walid, 2001), yaitu:
a) Bentuk kegiatan partisipasi tidak dibatasi
dan tidak bersifat hirarkis.
b) Partisipan kolaborasi bertanggung jawab
untuk memastikan pencapaian kesuksesan
berdasarkan tujuan kegiatan.
c) Adanya tujuan kegiatan kolaborasi yang
masuk akal.
d) Ada pendefinisian masalah yang jelas dan
cukup.
e) Partisipan satu sama lain saling mendidik
atau memberikan pemahaman satu sama
lain.
f) Setiap pengambilan keputusan melalui
proses identifikasi dan pengujian terhadap
berbagi pilihan.
g) Pelaksanaan solusi dibagi kepada setiap
partisipan yang terliba

Beberapa kolaborasi yang dapat dilakukan


antara lain:
a) Kolaborasi antarprofesional
b) Kolaborasi yang berpusat pada orang tua
c) Kolaborasi antar organisasi
d) Kolaborasi masyarakat.

2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Teknik bimbingan kelompok


di modul ini 2. Implementasi layanan peminatan dan
perencanaan individual
3 Daftar materi yang sering 1. Metode pengajaran konstruktivistik
mengalami miskonsepsi
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 5


STRATEGI LAYANAN
RESPONSIF
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Pendekatan Konseling
Berorientasi Psikoanalisis dan
Humanistik
2. Pendekatan Konseling
Berorientasi Kognitif dan Perilaku
3. Pendekatan Konseling Posmodern
dan Integratif
4. Layanan Referal, Konsultasi dan
Advokasi
Butir Refleksi Respon/Jawaban
No
1 Garis besar materi yang dipelajari KB 1. Pendekatan Konseling Berorientasi
Psikoanalisis dan Humanistik
a. Pendekatan Konseling Psikoanalisis
1. Konsep Dasar
a). Hakekat Manusia
Pandangan Freud tentang sifat manusia
pada dasarnya mencakup:
- Pesimistik
- Deterministik
- Mekanistik
- Reduksionistik

Freud berpendapat bahwa perilaku


manusia ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
irrasional, motivasi dan peristiwa, dorongan
biologis serta dorongan insting dan peristiwa
psikoseksual tertentu pada masa lima tahun
pertama kehidupannya.

b). Struktur Kepribadian


Dalam teori Psikoanalisis, kepribadian
dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri
dari tiga unsur:
1) Id : Komponen kepribadian yang
menyimpan dorongan-dorongan
biologis manusia
2) Ego : berfungsi untuk menjembatani
tuntutan Id dengan realitas di dunia
luar
3) Super Ego : berfungsi sebagai wadah
implus Id, menghimbau ego agar
menggantikan tujuan yang realistik
c) Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Dalam pandangan psikoanalisis,
tingkah laku bermasalah terjadi ketika
dinamika antara id, ego dan super ego tidak
seimbang; ego tidak bisa mengontrol id dan
super ego ke dalam kesadaran sehingga
muncul kecemasan yang menyebabkan
mekanisme pertahanan dirinya tidak
berfungsi secara efektif dan efisien.

2. Tujuan dan Proses Konseling


a) Tujuan Konseling Psikoanalisis:
- Menjadikan ketidaksadaran menjadi
sadar
- Memperkuat fungsi ego
- Mengalihkan superego dari hukuman
berdasarkan standar moral kepada
standar yang lebih manusiawi

b) Tahapan Konseling
Ada empat tahap konseling Psikoanalisis
yaitu:
(1) Tahap pembukaan
(2) Pengembangan transferensi
(3) Bekerja melalui transferensi
(4) Resolusi transferensi

c) Teknik Konseling
(1) Asosiasi bebas
(2) Penafsiran
(3) Analisis mimpi
(4) Analisis resistensi
(5) Analisis transferensi
(6) Analisis kepribadian
(7) Hipotesis

b. Pendekatan Konseling Person Centered


1. Konsep Dasar
a) Hakikat Manusia
Hakikat manusia menurut pendekatan
Person Centered (berpusat pribadi) yaitu:
(1) Manusia mempunyai potensi untuk
memahami diri dan mengatasi masalah
sendiri
(2) Berkembang ke arah yang lebih baik
(aktualisasi diri)
(3) Manusia melakukan sesuatu
berdasarkan persepsinya (subjektif)
(4) Setiap manusia pada dasarnya baik
sesuai dengan harkat dan martabat
(5) Dapat bertanggungjawab dan
konstruktif

b) Asumsi Tingkah Laku Bermasalah


Pribadi yang bermasalah secara psikologis
apabila mengalami kondisi:
- Penghargaan bersyarat
- Inkongruensi
- Sikap defensif
- Disorganisasi

2. Tujuan dan Proses Konseling


a) Tujuan Konseling
Tujuan konseling berpusat pribadi bertujuan
agar individu (konseli) dapat mencapai
karakteristik pribadi yang beraktualisasi diri
atau berfungsi penuh.

b) Tahapan Konseling
- Menciptakan kondisi dan hubungan
fasilitatif
- Memberikan kebebasan konseli untuk
mengekspresikan perasaannya
- Mengidentifikasi perasaan konseli
- Mengembangkan pemahaman konseli
- Merefleksikan pengamatan untuk terbuka
pada perubahan

c) Teknik Konseling
- Acceptance (penerimaan)
- Lead/ Open Question (teknik bertanya)
- Restatement dan Paraphrasing
(Pengulangan penyataan dan Parafrase)
- Reflection of thoughts and feelings
(pemantulan pikiran dan perasaan)
- Clarification (klarifikasi)
- Confrontation (Konfrontasi)
- Reassurance (penguatan/dukungan)
- Summary (merangkum)

c. Pendekatan Konseling Gestalt


1. Konsep Dasar
a) Hakekat Manusia
Teori Gestalt adalah sebuah pendekatan
esensial berdasarkan premis bahwa orang
harus mencari jalan sendiri jalan hidupnya
dan mau menerima tanggungjawab kalau
mereka ingin mencapai kedewasaan
Fokus utama pendekatan ini adalah masa
kini, di sini dan saat ini. Implikasinya, masa
lalu sudah berlalu dan masa depan belum
tiba sehingga hanya masa kini yang penting.

2. Tujuan dan Proses Konseling


a) Tujuan Konseling
- Konseling Gestalt memiliki tujuan utama
yaitu pengintegrasian kepribadian
- Menurut Yontef dan Jacobs satu-satunya
tujuan konseling Gestalt adalah kesadaran.

b) Tahapan Konseling
(1) Fase pertama, konselor mengembangkan
pertemuan konseling
(2) Fase kedua, konselor berusaha
meyakinkan dan mengkonsidikan klien
(3) Fase ketiga, konselor mendorong klien
untuk mengatakan perasaan-perasaannya
pada saat ini
(4) Fase keempat, dalam situasi ini klien
secara sadar dan bertanggung jawab
memutuskan untuk “melepaskan” diri
dari konselor, dan siap untuk
mengembangan potensi dirinya.

c) Teknik Konseling Gestalt


1. Kursi Kosong (Empty Chair),
2. Top dog Versus Under dog,
3. Membuat Serial (making the
rounds),
4. “Saya bertanggung jawab atas...”
(“I Take Responsibility for...”),
5. Bermain Proyeksi (Playing
Projection),
6. Pembalikan (Reversal Technique),
7. Latihan Gladiresik (The Rehearasal
Experiment),
8. Latihan Melebih-Lebihkan (The
Exaggeration Experiment),
9. Tetap Pada Perasaan (Staying with
the Feeling),
10. Bahasa “Saya” (“I” Language).
KB 2. PENDEKATAN KONSELING
BERORIENTASI KOGNITIF DAN
PERILAKU
A. Pendekatan Konseling Rational Emotive
Behavior
1. Konsep Dasar
a. Hakekat Manusia
Manusia pada dasarnya adalah unik dan
memiliki kecenderungan berpikir rasional
dan irasional
b. Struktur Kepribadian
Teori kepribadian REB (teori A – B- C -D –
E)
- Activating Event (A) yaitu segenap
peristiwa luar yang dialami individu
- Belive (B) yaitu keyakinan, pandangan,
nilai diri individu terhadap suatu
peristiwa
- Emotional Consequence (C) merupakan
konsekuensi emosional sebagai akibat
atau reaksi individu dalam bentuk
perasaan
- Disputing Event (D)
- Effect (E)

c. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah


Pendekatan ini memandang perilaku
bermasalah adalah tingkah laku yang
didasarkan pada cara berpikir yang
irasional.

2. Tujuan dan Proses Konseling


a. Tujuan
- Tujuan utama konseling REB adalah
mengurangi cara berpikir keliru (irasional)
dan memiliki pandangan hidup yang
realistik dan toleran.
- Tujuan khususnya yaitu menerima diri,
orang lain dan kehidupan tanpa syarat.

b. Tahapan Konseling
Proses konseling REB memiliki tahapan atau
prosedur sebagai berikut
1) Pembinaan hubungan konseling
2) Tahapan pengelolaan pemikiran dan cara
pandang
3) Tahap pengelolaan emosi atau afektif
4) Tahap pengelolaan tingkah laku

c. Teknik Konseling
Teknik Konseling dengan Pendekatan
Rational Emotive Behavioral (REB)
dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu
1) Teknik Kognitif, terdiri dari:
- Mempertanyakan keyakinan irasional
- Pekerjaan rumah kognitif
- Mengubah gaya berbahasa seseorang
- Metode pendidikan psikologi

2) Teknik Emotif terdiri dari:


- Imajinasi rasional emotif
- Penggunaan kekuatan dan ketegaran
- Kartu kontrol emosional
- Proyeksi waktu
- Teknik melebih-lebihkan

3) Teknik Behavior meliputi:


- Teknik Reinforcement
- Teknik Social Modeling
- Dispute tingkah laku (Behavioral
Disputation)
- Bermain peran (Role Playing)
- Peran rasional terbalik (Rational Role
Revesal)
- Pengalaman Langsung
- Latihan Mengatasi Rasa Malu
- Teknik Imitasi

B. Pendekatan Konseling Behavior


1. Konsep Dasar
a. Hakekat Manusia
Secara umum hakekat manusia menurut
pendekatan perilaku yaitu:
(1)Manusia bertingkahlaku melalui proses
belajar
(2)Manusia berkembang melalui proses
kematangan dan belajar
(3)Manusia berinteraksi dengan
lingkungannya
(4)Manusia bersifat unik
(5)Manusia memiliki kebutuhan bawaan dan
yang dipelajari
(6)Manusia bersifat reaktif
(7)Manusia dipengaruhi oleh aspek
kognitifnya

b. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah


Tingkah laku bermasalah dalam pandangan
pendekatan behavior dapat dijelaskan
sebagai tingkah laku atau kebiasaan-
kebiasaan negatif atau tingkah laku yang
tidak tepat yaitu tingkah laku yang tidak
sesuai yang diharapkan

2. Tujuan dan Proses Konseling


a. Tujuan Konseling
Secara umum tujuan konseling perilaku
adalah menciptakan kondisi-kondisi untuk
belajar perilaku adaptif.

b. Tahapan Konseling
Prosedur konseling Behavior meliputi:
(1) Pembinaan hubungan baik
(2) Identifikasi masalah
(3) Merumuskan tujuan
(4) Implementasi teknik
(5) Evaluasi dan Pengakhiran

c. Teknik Konseling
(1) Teknik untuk meningkatkan tingkah laku
antara lain:
- Penguatan Positif
- Kartu Berharga
- Pembentukan tingkah Laku
- Kontrak Perilaku
- Modeling

(2) Teknik menurunkan tingkah laku:


- Penghapusan
- Time out
- Pembanjiran
- Penjenuhan
- Hukuman
- Terapi Aversi
- Desentisisasi Sistematis

C. Pendekatan Konseling Realita


1. Konsep Dasar
a. Hakekat Manusia
Pendekatan konseling realitas tidak
meyakini bahwa perilaku manusia
dikendalikan oleh sesuatu dari luar dirinya
atau lingkungan. Manusia terlahir dengan
membawa kebutuhan dasar tertentu.
b. Asumsi Tingkah Laku bermasalah
Pribadi salah suai terjadi ketika individu
tidak mampu mengarahkan perilakunya
dalam memenuhi kebutuhannya
berdasarkan prinsip tanggung jawab
(responsibility), kenyataan (reality), dan
norma (right) (Hansen, Stevic & Warner,
1982).

2. Tujuan dan Proses Konseling


a. Tujuan
Tujuan utama pendekatan konseling ini
untuk membantu menghubungkan (connect)
atau menghubungkan ulang (reconnected)
klien dengan orang lain guna mendorong
pencapaian quality world.

b. Tahapan Konseling
Prosedur pendekatan konseling realitas
dilaksanakan dalam sistem WDEP yaitu:
W : Wonts and Need (Kebutuhan-kebutuhan
dan Keinginan-keinginan)
D : Doing (Melakukan)
E : Evaluation (Penilaian)
P : Planning (Perencanaan)

c. Teknik Konseling
(1) Metafora
(2) Konfrontasi
(3) Teknik Paradoksikal
(4) Pengembangan Keterampilan
(5) Renegosiasi
(6) Menggunakan Kata Kerja

KB 3. Pendekatan Konseling Posmodern dan


Integratif
A. Pendekatan Konseling Singkat Berfokus
Solusi
1. Konsep Dasar
a. Hakekat Manusia
Pada dasarnya, Konseling Singkat Berfokus
Solusi (SFBC) didasarkan pada pandangan
yang positif dan optimistik tentang hakikat
manusia (Corey, 2016; Gladding, 2009).
Manusia adalah makhluk yang sehat dan
kompeten. SFBC merupakan model
konseling yang nonpatologis yang
menekankan pentingnya kompetensi
manusia daripada kekurangmampuan, dan
kekuatan daripada kelemahannya.
b. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Secara teoritik SFBC memandang masalah
konseli bisa dilihat bahwa individu menjadi
bermasalah karena ketidakmampuannya
untuk mencari dan mengefektifkan dalam
melakukan pemecahan yang telah
dilakukannya.

2. Tujuan dan Proses Konseling


a. Tujuan Konseling
Tujuan utama dari pendekatan singkat
berfokus solusi meliputi membantu konseli
untuk mengadopsi pergeseran sikap dan
bahasa konseli dari berbicara mengenai
permasalahan menjadi berbicara tentang
berbagai solusi.

b. Tahapan Konseling
Secara umum prosedur atau tahapan
pelaksanaan SFBC menurut Corey (2016)
sebagai berikut:
(1) Pada tahap ini konselor melakukan
aktivitas sebagai berikut:
(a) penciptaan kondisi fasilitatif dan
kolaboratif,
(b) pembicaraan topik netral, dan
(c) penjelasan proses konseling
(2) Konseli diberikan kesempatan untuk
memaparkan masalah-masalah mereka
yang dimungkinkan adanya solusi.
(3) Konselor berkolaborasi dengan konseli
dalam membangun tujuan-tujuan yang
dibentuk secara spesifik dengan baik
secepat mungkin.
(4) Konselor menanyakan konseli tentang
saat di mana masalah sudah tidak ada atau
saat masalah terasa agak ringan.
(5) Di akhir setiap percakapan membangun-
solusi (solution-building)

c. Teknik- Teknik Konseling SFBC


Beberapa teknik dari SFBC (Corey, 2016;
Capuzzi dan Gross, 2011) adalah:
(1) Pertanyaan Pengecualian (Exception
Question)
(2) Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question)
(3) Pertanyaan berskala (Scaling Question)
(4) Rumusan Tugas Sesi Pertama (Formula
First Session Task/FFST)
(5) Umpan balik (Feedback)
(6) Presession change question (Pertanyaan
perubahan prapertemuan)

B. Pendekatan Konseling Naratif


1. Konsep Dasar
a. Hakikat Manusia
Dalam pandangan konseling pendekatan
naratif, manusia dipandang memiliki
kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif.
Setiap manusia adalah ahli atas hidup dan
kisah hidup yang mereka alami.

b. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah


Dalam konsep pendekatan naratif, individu
memiliki masalah ketika individu tersebut
tidak dapat mengeksplorasi ke dalam diri
mereka sendiri. Individu yang selalu di
bayang-bayangi oleh keinginan atau harapan,
aspirasi ketakutan dan luka emosional.

2. Tujuan dan Proses Konseling


a. Tujuan dari konseling naratif
adalah membantu konseli memahami kisah
atau cerita yang telah membentuk
kehidupannya dan konseli diberikan
keterampilan untuk menentang atau
mengeksplanasi cerita tersebut.

b. Tahapan Konseling
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
konselor naratif dalam melaksanakan
konseling adalah sebagai berikut (Corey,
2016):
(1) Membangun hubungan baik.
(2) Berkolaborasi dengan konseli dengan
membuat kesepakatan secara bersama
untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi.
(3) Memunculkan masalah yang menjadi
keluhan konseli sekaligus mengeksplorasi
strategi penyelesaiannya.
(4) Melakukan asesmen dan mengidentifikasi
bagaimana masalah tersebut mengganggu
konseli.
(5) Menetapkan tujuan
(6) Menemukan bukti historis untuk
mendukung pandangan baru dari konseli
(7) Meminta konseli untuk berspekulasi
mengenai masa depan
(8) Menemukan atau menciptakan dukungan
untuk memahami dan mendukung cerita
baru.
(9) Evaluasi terkait dengan perubahan-
perubahan pada diri konseli.
(10) Pengakhiran

c. Teknik Konseling
(1) Pertanyaan dan Pertanyaan Lagi
(2) Eksternalisasi dan Dekonstruksi
(3) Mencari Hasil Unik
(4) Cerita Alternatif dan Penulisan Ulang
(5) Mendokumentasikan Bukti

C. Pendekatan Konseling Kreatif


1. Konsep Dasar
konseling kreatif memberikan peluang
kepada konseli untuk membawa pemikiran
dan perasaan kepada kesadaran melalui
pengekspresian diri di berbagai jalan
(Saputra, 2013).
Menurut Glading (dalam Rahmadian, 2011)
terdapat tiga faktor yang mendorong
berkembanganya kreativitas dalam
konseling, yaitu:
- faktor kepribadian konselor dan
konseli,
- faktor proses konseling, dan
- faktor hasil konseling.

Implementasi konseling Impact mengandung


empat karakteristik yaitu:
(1) multisensori,
(2) motivasional,
(3) marketing, dan
(4) maps

2. Tujuan dan Proses Konseling


a. Tujuan
Impact therapy bertujuan membuat
konseli berpikir untuk diri mereka
sendiri sehingga meningkatkan
kepercayaan diri dan kemandirian alih-
alih ketergantungan yang kadang-
kadang ditemukan dalam jenis terapi
lain.
Impact therapy bertujuan untuk
membuat konseli menjadi aktif, berpikir,
dan melihat pengalaman selama sesi
berlangsung.

b. Tahapan Konseling
Terdapat empat tahap yang perlu
dilewati dalam proses konseling impact
berdasarkan karakteristik map, yakni
konsep RCFF-C. Empat tahap
berdasarkan konsep RCFF-C yang
dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
1) Fase Rapport (R) menunjukkan fase
membangun hubungan yang genuine
dan saling percaya antara konselor
dan konseli.
2) Fase Contract (C) merujuk pada
persetujuan baik secara implisit
ataupun eksplisit antara konselor dan
konseli dalam menetapkan tujuan
sesi konseling.
3) Fase Focus (F) merujuk pada tahapan
yang bertujuan membantu konseli
untuk fokus pada suatu topik atau isu
tertentu selama sesi konseling.
4) Fase Funnel (F) merujuk pada tahap
mendiskusikan sebuah isu dengan
cara tertentu sampai tercapai tingkat
pemahaman (insight) baru yang lebih
dalam.
5) Fase Closing (C) merupakan fase di
mana konseli merangkum apa yang
telah dipelajari dan membicarakan
bagaimana konseli akan
menggunakan informasi yang
diperolehnya setelah sesi konseling
berakhir.

c. Teknik Konseling
Beberapa jenis teknik konseling kreatif
yang dapat digunakan dalam tahap focus
dan funnel (Jacobs, 1992) seperti:
(1) Menggunakan props/ perangkat kreatif.
(2) Menggunakan kursi
(3) Menggunakan gerakan (movement)
(4) Menggunakan tulisan dan gambar
(5) Menggunakan analogi dan fantasi

KB 4. LAYANAN REFERAL, KONSULTASI


DAN ADVOKASI
A. Layanan Referal
1. Konsep Dasar
Referal atau yang lebih dikenal dengan alih
tangan kasus juga dapat diartikan apabila
konselor telah mengerahkan segenap tenaga
dan kemampuannya untuk memecahkan
masalah konseli, tetapi belum berhasil, maka
konselor yang bersangkutan harus
memindahkan tanggung jawab pemberian
bimbingan dan konseling kepada pembimbing
atau konselor lain atau kepada orang lain yang
lebih mengetahui (Leigh, 1998).

2 Tahapan Layanan Referal


tahapan-tahapan layanan referral dari sekolah-
sekolah di barat:
a) Konselor menggunakan pendekatan
langsung dengan siswa dan mengungkapkan
kepedulian terhadap kesejahteraannya.
b) Mengantisipasi kekhawatiran dan ketakutan
konseli dan membahas dengan konseli yang
bersangkutan untk mengatasi rasa
kekhawatirannya.
c) Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempertimbangkan alternatif lain
d) Tanyakan kepada siswa di kemudian hari
tindakan apa yang telah diambilnya.

3 Keunggulan dan Keterbatasan


a) Keunggulan
Konselor dapat menjalin relasi yang baik dan
bekerjasama dengan berbagai pihak yang
dapat membantu penyelesaian masalah
konseli.
b) Keterbatasan
Terkadang konseli tidak diberikan alternatif
pilihan kepada ahli mana dirinya akan
dialihtangankan.

B. Layanan Konsultasi
1. Konsep Dasar
Layanan konsultasi berarti sebuah proses
berbagi informasi dan ide kepada individu atau
sekelompok individu untuk menggabungkan
pengetahuan menjadi pola, membuat
kesepakatan menjadi keputusan dan yang
menjadi langkah berikutnya yang perlu
dilakukan.

2. Tahapan Layanan Konsultasi


Menurut Myrick (2011:348) ada tujuh tahap
dalam pelaksaan layanan konsultasi. Tahap
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Langkah 1: mengidentifikasi masalah
b) Langkah 2: mengklarifikasi situasi konsulti
c) Langkah 3: mengidentifikasi tujuan
d) Langkah 4: mengobservasi dan merekam
perilaku
e) Langkah 5: mengembangakan rencana aksi
(intervensi konsulti)
f) Langkah 6: konsulti melaksanakan rencana
aksi
g) Langkah 7: tindak lanjut

Sedangkan, menurut Scott, Royal & Kissinger


(2015) terdapat lima tahap konsultasi, yakni:
a) Tahap Awal (Preliminary Stage)
b) Tahap Eksplorasi dan Penetapan tujuan
(Exploration and Goal Setting Stage)
c) Tahap Intervensi dan Implementasi
(Intervention and Implementation Stage)
d) Tahap Hasil (Outcome Stage)
e) Tahap Pengakhiran (Termination Stage)

3. Keunggulan dan Keterbatasan


a. Keunggulan
Memberi kesempatan konsulti lebih
mandiri terkait wawasan, pemahaman dan
cara bertindak dalam menangani
permasalahan yang dialami pihak ketiga.
b. Keterbatasan
Pihak konsulti yang kurang kooperatif
dapat menghambat proses pelaksanaan dan
ketercapaian tujuan layanan konsultasi.

D. Layanan Advokasi
1. Konsep Dasar
Layanan advokasi melibatkan beberapa
proses di antaranya mengidentifikasi
individu maupun kelompok yang pada
umumnya dapat meningkatkan kemampuan
mereka namun mengalami hambatan dalam
bentuk keadilan sosial, selain itu indvidu
maupun kelompok yang layak menerima
layanan advokasi adalah populasi yang
mengalami masalah dalam keadilan sosial
(Lewis et al., 1998).
2. Kompetensi Konselor dalam Bidang
Advokasi:
a) Kompetensi disposisi atau kualifikasi
pribadi, selain itu konselor juga harus
b) Kemiliki pengetahuan dan juga
c) Keterampilan yang diperlukan untuk
membuat layanan advokasi berjalan
efektif.

3. Tahapan Layanan Advokasi


Advokasi memiliki tahapan dalam
pelaksanaanya Dahir, Carol, A., & Stone,
Carolyn, B (2012) mengungkapakan
terdapat tujuh langkah yang dapat
digunakan untuk melaksanakan proses
advokasi yang di antaranya ialah
(1) Identifikasi masalahnya,
(2) Mengumpulkan, informasi tambahan,
(3) Identifikasi pemangku kepentingan,
(4) teliti terhadap sejarah masalah,
(5) identifikasi hambatan kelembagaan
dan/atau lingkungan,
(6)kembangkan rencana aksi, serta
(7) menetapkan tujuan

2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Struktur Kepribadian manusia dalam


di modul ini pendekatan Psikoanalisis
2. Teknik konseling dalam pendekatan
Psikoanalisis
3. Teknik konseling pendekatan Gestalt
3 Daftar materi yang sering 1. Teknik konseling dalam psikoanalisis (Analisis
mengalami miskonsepsi Mimpi, Analisis Resistensi, Analisis
Transferensi dan Hipnotis)
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 6


PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN DAN
KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Penelitian Tindakan
Bimbingan Dan
Konseling
2. Penyusunan Artikel
Ilmiah
3. Presentasi Artikel
Ilmiah
4. Pengembangan
Jejaring Berbasis Ict
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB.1 Penelitian Tindakan Kelas
Bimbingan dan Konseling
A. Konsep dasar penelitian tindakan
bimbingan dan konseling (PTBK)
Penelitian tindakan pada hakikatnya
berupa rangkaian kegiatan yang terdiri dari
empat langkah, yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Keempat langkah tersebut dipandang
sebagai satu siklus penelitian tindakan.
Adapun pengertian siklus pada penelitian
tindakan adalah satu putaran kegiatan yang
terdiri dari perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Adapun karakterisitik utama penelitian
tindakan kelas terdiri dari:
1) masalah muncul dari dalam praktik
guru atau/dan guru BK sendiri (an inquiry
of practice from within),
2) adanya refleksi diri (self reflection
inquiry),
3) berorientasi pada pemecahan
masalah (problem solving oriented),
4) berorientasi pada peningkatan
kualitas (improvement oriented) dan harus
menghasilkan perubahan,
5) memiliki siklus (cyclic) yang terdiri
dari empat tahapan yaitu: perencanaan
(planning); tindakan (action); pengamatan
(observing); dan refleksi (reflecting),
6) menggunakan berbagai cara
pengumpulan data (multiple data
collection),
7) bersifat partisipatif (collaborative),
artinya peneliti harus kerja sama dengan
orang lain (teman sejawat dan atau ahli).
Tujuan penelitian tindakan bimbingan
konseling adalah sebagai berikut:
1) memperbaiki praktik pelayanan
bimbingan konseling di sekolah,
2) peningkatan pelayanan professional
BK di sekolah,
3) pengembangkan ketrampilan guru
BK berdasarkan persoalan-persoalan atau
permasalahan-permasalahan yang dihadapi
guru BK selama menjalankan tugas
pokoknya.
B. Prosedur pelaksanaan penelitian
tindakan bimbingan dan
konseling
Penelitian tindakan bimbingan dan
konseling secara pasti harus melalui empat
tahap, yaitu tahap perencanaan (planning),
tahap kegiatan (action), tahap pengamatan
(observe), tahap refleksi (refection).
Pada masing tahapan, penelitia harus
memperhatikan hal-hal pokok dan penting.
Pada tahap perencanaan (planning), peneliti
harus malakukan tujuh langkah kegiatan
penting yaitu:
1) mengidentifikasi dan merumuskan
masalah penelitian,
2) menentukan tindakan dan
menuliskan kajian teoritik,
3) merumuskan hipotesis tindakan,
4) menuliskan indikator
keberhasilan,
5) merencanakan tindakan,
6) merencanakan alat perekam data,
7) merencanakan teknik refleksi.
Pada tahap pelaksanaan (action)
peneliti harus mengetahui berbagai
persiapan pelaksanaan dan faktor-faktor
yang membuat pelaksanaan tindakan
berjalan dengan lancar.
Pada tahap pengamatam (observe)
peneliti harus mempersiapkan cara
melakukan pengamatan (observe) dan cara
memaparkan data hasil pengamatan.
Sedangkan pada tahap refleksi
(reflection) langkah pertama yang harus
dilakukan oleh peneliti adalah melakukan
analisis data.
C. Teknik pengumpulan dan analisis
data dalam penelitian tindakan
bimbingan dan konseling
Teknik pengumpulan dapat pada
PTBK dapat menggunakan berbagai alat,
baik tes maupun non test.
Misal angket, observasi, wawancara,
catatan berkala, checklist, tes kemampuan,
scala psikologi, dll.
Sedangkan Teknik analisis data dapat
menggunakan teknik statistik deskriptif
persentase dan teknik deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian tindakan bimbingan
dan konseling tidak hanya dalam setting
klasikal melalui layanan bimbingan klasikal
dan dalam setting kelompok melalui
layanan bimbingan kelompok dan
konseling kelompok, namun dapat
menggunakan penelitian dangan subjek
tunggal yang dikenal dengan istilah Single-
Subject Designs
D. Penyusunan proposal dan
penulisan laporan penelitian
tindakan bimbingan dan
konseling
Laporan penelitian dapat beragam
bentuk dan formatnya. Hal itu sangat
bergantung pada tuntutan lembaga dan/atau
sponsor yang mendukung dana penelitian
tersebut.
Meski beragam bentuk atau
formatnya, secara mendasar laporan itu
sama dalam hal tuntutan isi, struktur,
maupun bahasanya.

KB.2 Penyusunan Artikel Ilmiah


A. Hakekat artikel ilmiah
Hakekat Artikel Ilmiah Pengertian
artikel memiliki beberapa unsur atau kata
kunci, yaitu:
1) Artikel merupakan sebuah karya tulis
2) Artikel berisi fakta dan gagasan yang
terintegrasi
3) Artikel ditulis secara sistematis
dengan mengacu pada kaidah penulisan
tertentu yang disepakati
4) Artikel ditulis untuk dimuat dalam
sebuah jurnal, surat kabar, atau media
lainnya.
Memperhatikan unsur-unsur tersebut,
maka dapat dirumuskan kembali bahwa
yang dimaksud dengan artikel adalah
subuah karya tulis yang berisi fakta maupun
gagasan penulis yang terintegrasi, yang
ditulis secara sistematis mengacu pada
kaidah penulisan yang disepakati, dan
dimaksudkan untuk dimuat dalam sebuah
jurnal, surat kabar, atau media lainnya.
Artikel ilmiah merupakan salah satu
bentuk karya tulis ilmiah yang berisi
gagasan atau fakta yang bersifat ilmiah dan
ditulis secara sistematis berdasarkan kaidah
penulisan ilmiah.
Artikel ilmiah pada umumnya disusun
dengan maksud untuk dipublikaikan
melalui majalah atau jurnal ilmiah.
B. Bentuk-bentuk artikel ilmiah
Secara garis besar artikel ilmiah bisa
dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu
Artikel ilmiah konseptual dan Artikel
ilmiah hasil penelitian. Selain itu ada satu
bentuk lagi yaitu artikel ilmiah populer.
C. Bagian-bagian artikel ilmiah
Pada umumnya artikel ilmiah berisi
tiga bagian pokok, yaitu bagian awal, inti,
dan akhir. Bagian awal meliputi judul
artikel, nama penulis, abstrak, dan kata
kunci. Bagian inti meliputi pendahuluan,
metode, hasil dan diskusi atau pembahasan,
dan simpulan serta saran, rekomendasi atau
implikasi. Bagian akhir berisi referensi dan
ucapan terima kasih.
D. Tahapan penyusunan artikel
ilmiah
Penyusunan artikel ilmiah
dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu
tahap persiapan, pelaksanaan, dan tahap
akhir. Tahap persiapan meliputi:
1) Persiapan fisik dan mental
2) Persiapan teknis
3) Persiapan sarana.
Tahap pelaksanaan meliputi:
1) Pentuan laporan penelitian yang
akan disusun menjadi sebuah artikel
2) Pilih jurnal yang akan dituju untuk
memuat artikel
3) Temukan panduan yang digunakan
oleh jurnal tersebut
4) Cermati contoh artikel yang
diterbitkan dalam jurnal tersebut
5) Mulailah menulis sesuai dengan
panduan atau tempelet dari jurnal yang akan
dituju.
Tahap akhir penyusunan artikel ilmiah
adalah mengirim artikel ke sebuah jurnal.
Secara umum ada tiga jalur pengiriman
artikel ke jurnal, yaitu secara offline,
melalui email, dan online.
Pada saat ini hampir semua pengiriman
artikel ke jurnal dilakukan secara online.
Masih ada sebagian kecil yang melalui E-
mail dan sudah tidak ada lagi yang
dilakukan secara offline.

KB.3 Presentasi Artikel Ilmiah


A. Hakekat presentasi
Hakekat sebuah presentasi paling tidak
mempunyai empat unsur pokok yang
membentuknya, yaitu:
a) Komunikasi verbal maupun non
verbal (bisa dibantu dengan berbagai
media)
b) Melibatkan dua pihak, yaitu
komunikator dan komunikan (sekelompok
audien)
c) Pesan yang disampian baik berupa
gagasan atau ide maupun fakta
d) Tujuan yang hendak dicapai
(informasi, pembahasan, memperoleh
masukkan, mempraktikan, dan mencari
solusi).
Dengan demikian jelaslah bahwa
presentasi pada hakekatnya adalah
penyampaian gagasan atau fakta dari
seseorang kepada sekelompok orang
melalui komunikasi verbal maupun non
verbal dengan tujuan tertentu.
Presentasi ilmiah adalah penyampaian
gagasan atau fakta ilmiah dari seorang
ilmuwan kepada sekelompok orang
ilmuwan melalui komunikasi verbal
maupun non verbal dengan tujuan
menginformasikan, membahas,
memperoleh masukkan, mempraktikan,
atau-pun mencari solusi.
B. Tujuan presentasi
Secara umum ada dua tujuan presentasi,
yaitu presentasi dengan tujuan
menyampaikan informasi dan untuk
mempengaruhi orang lain.
(1) Presentasi untuk menyampaikan
informasi dimaksudkan agar audien
mengenal, mengetahui, dan memahami
informasi yang disampaikan.
(2) Presentasi untuk mempengaruhi orang
lain dimaksudkan agar orang atau audien
bersedia mengikuti apa yang diharapkan
oleh presenter, misalnya audien
menyetujui, menerima, mau melakukan
sesuatu yang diharapkan oleh presenter.
C. Ciri-ciri presentasi
Presentasi ilmiah pada umumnya
bersifat formal dan tegas. Secara lebih rinci
presentasi ilmiah mempyai ciri-ciri sebagai
berikut.
1) Mempunyai tujuan dan target tertentu
2) Ditentukan materi, waktu, dan
tempanya
3) Disusun secara matang
4) Ditentkan yang menjadi auden atau
sasarannya
5) Diselenggarakan secara formal
6) Dipandu oleh seorang moderator
7) Dilengkapi dengan sarana penunjang
presentasi
8) Diikuti dengan sesi tanya jawab
D. Struktur presentasi
Strukur presentasi mempunyai tiga
bagian, yaitu bagian pendahuluan, inti,
penutup.
E. Penyusunan bahan presentasi
(1) Identifikasi pesan-pesan utama
kemudian dan pilih dan disesuaikan dengan
tujuan presentasi, audien, dan durasi yang
tersedia. Identifikasi juga poin-poin
pendukung poin utama.
(2) Menstruktur atau menanata secara
berurutan. Poin-poin penting yang telah
dipilih kemudian disusun secara urut dan
sistematis agar mudah dipahami oleh
audien. Perlu diperhatikan juga bahwa
dalam menata pesan sebaiknya setiap slide
berisi satu pesan.
(3) Mengemas menjadi sajian yang
menarik. Mengemas pesan dengan
memperhatikan keserasian antara tulisan
dan latar belakang, ukuran huruf, warna dan
kontrasnya, dan lain-lain. Susunlah secara
kreatif dan gunakan tools-tools yang
tersedia pada Microsoft Power Point seperti
tools diagram dan timeline.
(4) Menyiapkan ilustrasi. Ilustrasi
berguna untuk menyederhanakan poin agar
lebih mudah dipahami. Ilustrasi dapat
berupa foto maupun gambar bergerak.
Ilustrasi hendaknya tidak berlebihan agar
tidak mengalihkan fokus audien.
Penyusunan bahan presentasi dapat
dilakukan dengan beberapa teknik,
diantaranya adalah: (1) Teknik 2W dan 1H,
dan (2) Teknik Problem Solution.
F. Strategi presentasi
Empat hal yang harus disiapkan agar
berhasil dalam presentasi, yaitu:
(1) Menguasai audien. Untuk
menguasai audien dapat dilakukan dengan
cara menarik perhatiannya. Misalnya
memberikan pertanyaan- pertanyaan
semacam diskusi, memberikan tayangan
video yang nantinya akan menarik hati bagi
audien, ataupun dengan simulasi atas apa
yang kita presentasikan.
(2) Menyampaikan dengan singkat
dan lugas. Sampaikan hanya poin- poin
penting dari materi yang ada.
(3) Menguasai materi yang
disampaikan. Dengan menguasai materi
presenter tidak akan terpaku pada slide,
lebih leluasa presentasi, lebih bebas
berimprovisasi, bisa kontak mata dengan
audiean, dan lebih nyata dalam memberikan
contoh kepada audien.
(4) Percaya diri. Rasa percaya diri
akan menjadi relaks dan lebih mudah dalam
menyampaikan materi. Selain itu menjadi
lebih mudah membangun kedekatan dalam
berkomunikasi. Keberhasilan presentasi
sangat ditentukan oleh pembukaan dan
penutupan yang dilakukan oleh presenter.
Tiga sampai lima menit pertama
merupakan momen sangat menentukan
keberhasilan sebuah presentasi. Oleh
karena itu pastikan pada momen ini dapat
merebut hati audiens, yaitu dengan
memberi kesan pertama yang mendalam.
Tiga bagian yang dapat dilakukan
dalam pembukaan presentasi agar dapat
berjalan secara menarik dan efektif, yaitu
pembukaan, perkenalan, dan open lup.
Penutupan presentasi merupakan
bagian yang sangat penting, terutama untuk
menguatkan pencapaian tujuan presentasi.
Beberapa teknik yang dapat
digunakan adalah golden point, concluding
grabber, dan call action.

KB.4 Pengembangan Jejaring berbasis


Ict
A. Rasionel ICT dalam pelayanan
bimbingan dan konseling
Kecanggihan teknologi seperti
komputer, laptop, gadget, dan smartphone
memberikan peluang dan tantangan bagi
profesi BK.
Guru BK perlu menjawab tantangan
era digital sebagai peluang untuk
mengembangkan layanannya. Salah satu
bentuk pengembangan layanan BK adalah
pada bidang konseling yang saat ini dapat
dilakukan melalui media online atau
cybercounseling.
Konseling online atau yang biasa
disebut cybercounseling merupakan
layanan konseling yang diberikan secara
individu maupun kelompok dengan
menggunakan alat komunikasi elektronik,
seperti telepon ataupun komputer sehingga
guru BK dan siswa dapat berkomunikasi
dari jarak jauh.
Cybercounseling memungkinkan guru
BK dan siswa untuk bertatap muka tanpa
kehadiran fisik atau dapat dilakukan kapan
saja dan di mana saja. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa ada dua jenis layanan
cybercounseling, yaitu: asynchronous dan
synchronous.
Asynchronous merupakan komunikasi
yang bersifat satu arah, seperti komunikasi
melalui e-mail, radio, dan televisi.
Adapun Synchronous merupakan
komunikasi yang bersifat dua arah sehingga
memungkinkan guru BK dan siswa dapat
berkomunikasi secara langsung melalui alat
komunikasi seperti: telepon,
videoconference, dan chat-text.
Berbekal pada perkembangan
teknologi yang semakin canggih, sudah
seyogiyanya guru BK mempelajari dan
menguasahi teknologi sebagai media untuk
memberikan layanan.
Penggunaan ICT dalam bidang
psikoterapi memberikan keuntungan.
Demikian halnya dalam bidang konseling,
ICT dapat membantu guru BK untuk
memandirikan siswa.
ICT dalam konseling dapat membantu
siswa agar menjadi pribadi yang tidak
bergantung. Lebih lanjut dijelaskan
kelebihan dan kelemahan cybercounseling
sebagai berikut
(1) Koseling dilakukan di sekolah
maupun di luar sekolah,
(2) Hemat waktu,
(3) Hemat biaya,
(4) Peningkatan kualitas guru BK dan
siswa.
(5) Peningkatan kredibilitas lembaga.
(6) Pengembangan diri guru BK.
Selain kelebihan cybercounseling
sebagaimana diuraikan sebelumnya,
terdapat beberapa kelemahan
cybercounseling. Adapun kelemahan yang
dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
(1) Biaya awal untuk mempersiapkan
cybercounseling cukup besar,
(2) Profesionalitas kemampuan guru
BK dalam penguasaan teknologi,
(3) Koneksi dan jaringan internet yang
kuat dan stabil.
(4) Keikhlasan guru BK untuk
memberikan layanan secara nonformal,
(5) Pemanfaatan internet untuk
tindakan yang negatif.
B. Konsep dasar layanan konseling
online
Tiga tahap pelaksaksanaan
cybercounseling yang dimaksud dijelaskan
sebagai berikut.
Tahap I: Persiapan, pada tahap
persiapan, sedikitnya guru BK harus
menyiapkan dua hal penting. Pertama, guru
BK perlu menyiapkan beberapa aspek
teknis terkait hardware (perangkat keras)
dan software (perangkat lunak) yang
digunakan untuk pelaksanaan layanan.
Kedua, guru BK juga perlu menyiapkan
keterampilan dasar pelakasanaan layanan
konseling profesional melalui media online.
Tahap II: Proses Konseling, Tahap
cybercounseling tidak jauh berbeda dengan
tahapan proses konseling tatap muka (face-
to-face). Kompetensi dan keterampilan
dalam pelaksanaan layanan
cybercounseling secara umum adalah sama
seperti layanan konseling tatap muka.
Tahap III: Pasca Konseling, Tahap ini
merupakan lanjutan dari tahapan
sebelumnya. Setelah sesi cybercounseling
berakhir dan dilakukan penilaian, maka
terdapat empat kemungkinan kondisi yang
muncul. Empat kondisi di antaranya:
(1) kondisi siswa yang sehat (effective
daily living/EDL),
(2) konseling akan dilanjutkan pada
sesi tatap muka (face-to-face),
(3) konseling akan dilanjutkan pada
sesi cybercounseling berikutnya, dan
(4) siswa akan dialihtangankan
(referral) pada guru BK lain atau ahli lain.
C.Aplikasi media sosial dalam
layanan bimbingan dan konseling
Seiring dengan perkembangan media
sosial yang ada dan mulai dijadikan bagian
dari kegiatan masyarakat kita saat ini
banyak sekali inovasi yang dapat dilakukan
dalam upaya pengembangan program
pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah.
Beberapa media sosial yang dapat di
gunakan dalam mendukung program
layanan bimbingan dan konseling di
Sekolah antara lain,
(1) Media Messenger (WhatsApp,
BBM, Line, Telegram dll),
(2) Media Jejaring Sosial (Facebook,
Instagram, LinkedIn dll),
(3) Layanan Media Berbagi/ Sharing
Media (YouTube, Flickr dll),
(4) Media Website (blog). Sedangkan
bentuk-bentuk pengembangan atau aplikasi
layanan yang dapat dilakukan seperti
halnya:
(1) Telephone, Chat dan Video
Conference untuk konseling baik dalam
format individual maupun kelompok
(2) Broadcast informasi dan motivasi
(3) Pengembangan panduan layanan
(4) Sarana layanan informasi dalam
bentuk digital
(5) Layanan orientasi sekolah dan studi
lanjut dalam program perencanaan individu
dan peminatan
(6) Pengembangan jaringan kolaborasi
dan komunikasi sejawat atau profesional
lain dalam mendukung program strategi
dukungan sistem
(7) Desimenasi atau membagi hasil
riset terbaru atau pengembangan produk
(8) Sharing atau membagi bentuk
pengalaman praktik layanan konseling
dalam upaya pengembangan diri.
(9) Pembuatan chanel atau program
yang menyajikan materi layanan
pengembangan diri secara periodik
(10) Penampilan contoh atau modeling
secara langsung
(11) Mengatur komunikasi secara
teratur antara guru BK dengan siswa,
maupun komunitas yang ada
(12) Sarana dalam berpartisipasi dalam
forum-forum ilmiah baik lokal maupun
internasional dll.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Prosedur pelaksanaan PTBK
di modul ini 2. Teknik pengumpulan dan analisis
data PTBK
3. Tahapan penyusunan artikel ilmiah
3 Daftar materi yang sering 1. Konsep dasar layanan konseling
mengalami miskonsepsi online

Anda mungkin juga menyukai