Anda di halaman 1dari 53

KONSEP HASIL PEMERIKSAAN

TAHUN ANGGARAN 2005


ATAS
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BIAYA KEIMIGRASIAN,
PROYEK/BELANJA MODAL PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA
PEMASYARAKATAN DAN PROYEK/BELANJA MODAL PEMBANGUNAN
PRASARANA DAN SARANA KEIMIGRASIAN
TAHUN ANGGARAN 2004 DAN 2005
PADA
KANTOR WILAYAH
DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM
LAMPUNG
DI
BANDAR LAMPUNG

I. GAMBARAN UMUM
1. Tujuan Pemeriksaan
a. Pemeriksaan atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Untuk menguji dan menilai apakah:
1) Informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan;
2) Kegiatan pengelolaan pendapatan negara bukan pajak telah mematuhi
persyaratan kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku;
3) Sistem Pengendalian Intern telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai
untuk mencapai tujuan pengendalian;
b. Pemeriksaan atas Belanja Pembangunan
Untuk menguji dan menilai apakah:
1) Informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan;
2) Kegiatan pengelolaan proyek telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap
peraturan dan ketentuan yang berlaku;

1
3) Sistem pengendalian intern telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai
untuk mencapai tujuan pengendalian.

2. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan meliputi :
a. Sasaran pemeriksaan atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yaitu penyajian
informasi keuangan (pertanggungjawaban dan pelaporan), pelaksanaan
pengelolaan dan penerimaan dan Sistem Pengendalian Intern dan pengawasan.
b. Sasaran pemeriksaan atas Proyek/Belanja Modal yaitu organisasi dan prosedur
kerja, penatausahaan, penguasaan dan pengurusan keuangan, rencana dan
pelaksanaan kegiatan proyek, pemanfaatan hasil kegiatan proyek, pelaporan dan
pengawasan.

3. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan secara uji petik terhadap dokumen-dokumen
penerimaan pada PNBP keimigrasian dan dokumen-dokumen proyek serta meminta
penjelasan dari pejabat/petugas pelaksana, cek fisik maupun dengan mengadakan
konfirmasi dengan pihak-pihak yang terkait.

4. Jangka Waktu Pemeriksaan


Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 18 September 2005 sampai dengan
tanggal 14 Oktober 2005 berdasarkan Surat Tugas Anggota BPK-RI No.88/ST/III-
XI.3/9/2005 tanggal 12 September 2005.

5. Obyek Pemeriksaan
a. Kegiatan Obyek Pemeriksaan
1) PNBP memiliki arti dan peran yang sangat penting dalam pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan Negara dan Pembangunan Nasional, oleh
karena itu peranan PNBP dalam pembiayaan kegiatan dimaksud, penting
dalam peningkatan kemandirian bangsa dalam pembiayaan Negara dan
Pembangunan. Kegiatan PNBP pada Lingkungan Kanwil Departemen

2
Hukum dan HAM adalah PNBP Biaya Keimigrasian dan Kegiatan
Keimigrasian merupakan kegiatan di bidang pelayanan kepada masyarakat
yang meliputi pembuatan Paspor, Ijin Tinggal Sementara (ITAS), Ijin
Tinggal Tetap (ITAP), Visa Kunjungan Saat Kedatangan (VKSK),
kemudahan Khusus Keimigrasian (Dasuskim) dan lainnya.
2) Proyek/Belanja Modal Pembangunan Prasarana dan Sarana
Pemasyarakatan. Kegiatan utama dari Proyek ini adalah pembangunan
gedung kantor, perawatan gedung kantor, perawatan gedung khusus,
peningkatan perlengkapan sarana gedung, pengadaan alat bengkel,
perawatan rumah negara, pengadaan kendaraan khusus dan pengadaan alat
pengolah data.
3) Proyek/Belanja Modal Pembangunan Prasarana dan Sarana Keimigrasian.
Kegiatan utama Proyek ini adalah Pengadaan alat pengolah data,
pembangunan gedung kantor dan pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan.

2. Anggaran dan Realisasi


Anggaran dan realisasi Proyek/Belanja Modal Prasarana dan Sarana
Pemasyarakatan, Proyek/Belanja Modal Prasarana dan Sarana Keimigrasian
dan PNBP Biaya Keimigrasian Tahun Anggaran 2004 dan 2005 adalah sebagai
berikut :
a. PNBP Biaya Keimigrasian Tahun Anggaran 2004 dan 2005 :
Persentase
Tahun Target Realisasi
Anggaran (Rp) (Rp)
(%)
2004 2.105.550.000 783.835.000 37,23
2005 2.000.000.000 1.506.580.000 75,33

b. Proyek Pembinaan Pemasyarakatan dan Proyek Pembinaan Keimigrasian


Tahun Anggaran 2004 :

3
Anggaran Realisasi Prosentase (%)
Proyek
(Rp) (Rp) Keuangan Fisik
Pembinaan Pemasyara- 18.500.000.000 17.355.526.280 93,81 100
katan
Pembinaan Keimigrasian 500.000.000 382.540.000 76,51 100
c. Belanja Modal Prasarana dan Sarana Pemasyarakatan dan Keimigrasian
Tahun Anggaran 2005 (sampai dengan 30 September 2005) :
Tahun Anggaran Realisasi Prosentase (%)
Anggaran (Rp) (Rp) Keuangan Fisik
2005 17.170.408.000 5.701.033.514 33,20 40

3. Pencapaian Tujuan dan Sasaran Kegiatan Obyek Pemeriksaan


a. PNBP biaya keimigrasian Kantor Imigrasi di lingkungan Kanwil
Departemen Hukum dan HAM Lampung. Penerimaan biaya keimigrasian
merupakan penerimaan negara bukan pajak yang terbesar pada Departemen
Hukum dan HAM, dimana pada Tahun Anggaran 2004 dan 2005 PNBP
Keimigrasian pada Kanwil Departemen Hukum dan HAM Lampung
ditargetkan sebesar masing-masing sebesar Rp2.105.550.000,00 dan
Rp2.000.000.000,00
b. Proyek/Belanja Modal Pembangunan Prasarana dan Sarana Pemasyarakatan
di lingkungan Kanwil Departemen Hukum dan HAM Lampung. Proyek
tersebut bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
pemasyarakatan dalam rangka pembinaan narapidana. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka sasaran dari proyek adalah berupa administrasi
proyek, perluasan LP/Rutan, pembangunan rumah operasional petugas
pemasyarakatan dan pembangunan prasarana lingkungan dengan anggaran
tahun 2004 dan 2005 adalah sebesar masing-masing Rp18.500.000.000,00
dan Rp16.674.845.000,00.
c. Proyek/Belanja Modal Pembangunan Prasarana dan Sarana Keimigrasian
Lampung bertujuan meningkatkan pelayanan keimigrasian untuk menjamin
kepastian hukum dan ketertiban serta keamanan nasional. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka sasaran proyek adalah berupa administrasi proyek,
perluasan gedung, pemagaran halaman belakang, pembuatan tempat tidur

4
karantina, tempat parkir sepeda motor, pengadaan mesin tik, komputer dan
AC split dengan anggaran tahun 2004 dan 2005 adalah masing-masing
sebesar Rp500.000.000,00 dan Rp495.563.000,00

Seluruh kegiatan dalam Tahun Anggaran 2004 yang ditetapkan dalam


DIP dan PO telah dilaksanakan dengan realisasi keuangan sebesar
Rp17.355.526.280,00 atau 93,81 % dan realisasi fisik sebesar 100,00%.
Pelaksanaan kegiatan dalam Tahun Anggaran 2005 sampai dengan 30
September 2005 telah dilaksanakan dengan realisasi keuangan sebesar
Rp5.701.033.514,00 atau 33,20 % dan realisasi fisik sebesar 40 %.

F. Cakupan Pemeriksaan Dan Rekapitulasi Pemeriksaan


Data secara rinci mengenai anggaran, realisasi anggaran yang diperiksa dan
nilai penyimpangan dimuat dalam daftar yang berikut:

5
`II. SISTEM PENGENDALIAN INTERN

1. Lingkungan pengendalian
a. Struktur Organisasi
Semua entitas yang terlibat dalam kegiatan Proyek/Belanja Modal
Prasarana dan Sarana Pemasyarakatan, Proyek/Belanja Modal Prasarana dan
Sarana Keimigrasian dan PNBP Biaya Keimigrasian telah memiliki struktur
organisasi yang jelas.
b. Tanggung Jawab dan Wewenang
Di samping struktur organisasi yang sudah jelas, job description
untuk masing-masing personil dalam proyek telah diuraikan secara jelas.
Namun demikian wewenang Pemimpin Proyek masih dibatasi oleh jabatan
strukturalnya, misalnya Pemimpin Proyek Pembinaan Pemasyarakatan
Lampung sebagai Kepala Sub Bidang Registrasi dan Statistik yang
memiliki atasan pada instansi vertikalnya pada Kanwil Dep.Hukum dan
HAM.
c. Praktek dan Kebijakan Sumber Daya Manusia
Penunjukan personil proyek selama ini ditetapkan berdasarkan
kebijakan yang sudah berjalan dari tahun ke tahun yaitu untuk
Pimpro/Pelaksana Kegiatan dijabat oleh Kepala Bidang Pemasyarakatan
dan Kepala Bidang Keimigrasian serta untuk Bendaharawan oleh Staf
Bagian Keuangan. Perencanaan dan pengawasan fisik diserahkan kepada
Konsultan Teknik.
2. Penilaian Risiko
Proyek Pembinaan Pemasyarakatan Lampung dan Proyek Pembinaan
Keimigrasian Lampung melakukan proses formal untuk menganalisa risiko
yang dihadapi dalam proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu
tidak terdapat kriteria yang jelas untuk menentukan tingkat risiko yang dihadapi
apakah tingkat risiko rendah, sedang atau tinggi.
3. Aktivitas Pengendalian
Review manajemen terhadap pencapaian sesuai rencana.

6
Review yang dilakukan Proyek hanya dengan menghitung daya
penyerapan anggaran yang telah dilakukan sampai akhir tahun anggaran tanpa
melakukan review terhadap penyebab sehingga terjadi rendahnya daya serap
anggaran dan tindak lanjut apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut.
4. Pemantauan
Pemantauan yang dilakukan adalah Pimpro melakukan pemeriksaan kas
Bendaharawan setiap triwulan.

III. TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN


PNBP Biaya Keimigrasian, Proyek/Belanja Modal Prasarana dan Sarana
Pemasyarakatan serta Keimigrasian pada Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung
belum pernah dilakukan pemeriksaan oleh BPK-RI.

7
IV. TEMUAN PEMERIKSAAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan hal-hal sebagai berikut :


A. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Biaya Keimigrasian
1. Penyetoran PNBP Biaya Keimigrasian dan penerimaan Biaya Sidik Jari
pada Kantor Imigrasi Bandar Lampung dan Kantor Imigrasi Panjang
tidak tertib.
Hasil pemeriksaan terhadap PNBP Biaya Keimigrasian dan
Penerimaan Biaya sidik Jari Tahun 2004 dan 2005 (sampai dengan tanggal 30
september 2005) pada Kantor Imigrasi Bandar Lampung dan Kantor Imigrasi
Panjang diketahui jumlah PNBP Biaya Keimigrasian dan Penerimaan Biaya
Sidik Jari adalah sebagai berikut :
KANIM 2004 2005
PNBP BIAYA PENERIMAAN PNBP BIAYA PENERIMAAN
KEIMIGRASIAN BIAYA SIDIK KEIMIGRASIAN BIAYA SIDIK
JARI JARI
Bandar lampung 602.565.000,00 36.065.000,00 837.560.000,00 18.050.000,00
Panjang 181.270.000,00 10.825.000,00 666.250.000,00 28.335.000,00

Pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyetoran PNBP Biaya


Keimigrasian dan Penerimaan Biaya sidik jari tersebut diketahui bahwa
penyetoran pada kedua kantor imigrasi tersebut dilakukan satu bulan sekali
yaitu penerimaan bulan ini disetor pada bulan berikutnya, dengan rincian
sebagai berikut :
a. Penyetoran PNBP Biaya Keimigrasian Kanim Bandar Lampung.
No Penerimaan Penyetoran
Tanggal Jumlah Tanggal Jumlah
Tahun 2004
1 3 s/d 10 Januari 16.270.000 12 Januari 2004 16.270.000
2 31 Maret s/d 12 April 14.415.000 13 April 2004 14.415.000
3 30 April s/d 10 Mei 12.820.000 11 Mei 2004 12.820.000
4 11 s/d 20 Mei 12.095.000 21 Mei 2004 12.095.000
5 21 s/d 30 Mei 22.625.000 31 Mei 2004 22.625.000
6 31 Mei s/d 9 Juni 15.375.000 10 juni 2004 15.375.000
7 19 s/d 27 juni 15.295.000 28 juni 2004 15.295.000

8
8 9 s/d 19 Juli 16.780.000 20 juli 2004 16.780.000
9 30 Juli s/d 8 Agt 12.055.000 9 Agt 2004 12.055.000
10 18 s/d 26 Agt 19.785.000 27 Agt 2004 19.785.000
11 8 s/d 21 Sept 57.540.000 22 Sept 2004 57.540.000
12 22 sept s/d 11 Okt 18.675.000 12 Okt 2004 18.675.000
13 12 s/d 24 Okt 18.855.000 25 Okt 2004 18.855.000
14 29 Okt s/d 29 Nov 37.855.000 30 Nov 2004 37.855.000
15 30 Nov s/d 9 Des 16.030.000 10 Des 2004 16.030.000
Tahun 2005
1 31 Des 04 s/d 12 Jan 05 12.780.000 13 Jan 2005 12.780.00
2 13 s/d 24 Jan 17.350.000 25 Jan 2005 17.350.000
3 31 Jan s/d 10 Peb 16.350.000 11 Peb 2005 16.350.000
4 18 s/d 27 Peb 12.070.000 28 Peb 2005 12.070.000
5 28 Peb s/d 13 Maret 16.140.000 14 maret 2005 16.140.000
6 21 s/d 30 Maret 18.880.000 31 Maret 2005 18.880.000
7 29 April s/d 8 Mei 21.000.000 9 Mei 2005 21.000.000
8 13 s/d 27 Juli 25.900.000 28 juli 2005 25.900.000

Dari tabel diatas diketahui bahwa penyetoran hasil penerimaan PNBP


dilakukan lebih dari satu Minggu.
b. Penerimaan Biaya sidik Jari Kanim Bandar Lampung.
NO PERIODE PENERIMAAN PENYETORAN KET
TGL JUMLAH
2004
1 Januari 6 Feb 2004 2.142.500 Digunakan untuk biaya kirim
2.150.000 kartu sidik jari Rp7.500
2 Februari 2 Mart 2004 1.493.500 Digunakan untuk biaya kirim
1.500.000 kartu sidik jari Rp7.500
3 Maret 7 Apr 2004 1.545.100 Digunakan untuk biaya kirim
1.550.000 kartu sidik jari Rp4.900
4 April 5 Mei 2004 1.494.300 Digunakan untuk biaya kirim
1.500.000 kartu sidik jari Rp5.700
5 Mei 4 Juni 2004 1.694.300 Digunakan untuk biaya kirim
1.700.000 kartu sidik jari Rp5.700
6 Juni 6 Juli 2004 1.594.300 Digunakan untuk biaya kirim
1.600.000 kartu sidik jari Rp5.700
7 Juli 2 Agt 2004 1.694.300 Digunakan untuk biaya kirim
1.700.000 kartu sidik jari Rp5.700
8 Agustus 6 Sept 2004 1.875.900 Digunakan untuk biaya kirim
1.880.000 kartu sidik jari Rp4.100
9 September 12 Okt 2004 1.724.300 Digunakan untuk biaya kirim
1.730.000 kartu sidik jari Rp5.700
10 Oktober 825.000 4 Nov 2004 819.300 Digunakan untuk biaya kirim

9
kartu sidik jari Rp5.700
11 Nopember 6 Des 2004 645.100 Digunakan untuk biaya kirim
650.000 kartu sidik jari Rp4.900
12 Desember 10 Jan 2005 1.260.000 Digunakan untuk biaya kirim
1.265.000 kartu sidik jari Rp4.100
Jumlah 18.050.000 17.982.900 67.200
2005
1 Januari 7 Feb 2005 1.399.300 Digunakan untuk biaya kirim
1.405.000 kartu sidik jari Rp4.900
2 Februari 8 Mar 2005 1.205.100 Digunakan untuk biaya kirim
1.210.000 kartu sidik jari Rp4.900
3 Maret 12 Apr 2005 1.535.100 Digunakan untuk biaya kirim
1.540.000 kartu sidik jari Rp4.900
4 April 12 Mei 2005 1.575.900 Digunakan untuk biaya kirim
1.580.000 kartu sidik jari Rp4.100
5 Mei 2.220.000 16 Jun 2005 2.215.900 Digunakan untuk biaya kirim
kartu sidik jari Rp4.100
6 Juni 2.750.000 13 Juli 2005 2.750.000
7 Juli 2.715.000 11 Ags 2005 2.706.100 Digunakan untuk biaya kirim
kartu sidik jari Rp8.900
8 Agustus 2.580.000 12 Sept 2005 2574.300 Digunakan untuk biaya kirim
kartu sidik jari Rp5.700
9. September 2.015.000 5 Okt 2005 2.009.300 Digunakan untuk biaya kirim
kartu sidik jari Rp5.700
Jumlah 18.015.000 17.971.000 43.200

a. Penerimaan Biaya sidik Jari Kanim Panjang.


NO PERIODE PENERIMAAN PENYETORAN KET
TGL JUMLAH
2004
1 Januari 995.000 3 Feb 2004 995.000
2 Februari 765.000 4 Mart 2004 765.000
3 Maret 755.000 6 Apr 2004 755.000
4 April 660.000 7 Mei 2004 660.000
5 Mei 685.000 8 Juni 2004 685.000
6 Juni 455.000 6 Juli 2004 455.000
7 Juli 820.000 3 Agt 2004 820.000
8 Agustus 765.000 2 Sept 2004 765.000
9 September 545.000 6 Okt 2004 545.000
10 Oktober 430.000 1 Nov 2004 430.000
11 Nopember 1.065.000 2 Des 2004 1.065.000
12 Desember 2.885.000 5 Jan 2005 2.885.000
Jumlah 10.825.000 10.825.000
2005
1 Januari 5.125.000 4 Feb 2005 5.125.000
2 Februari 5.985.000 1 Mar 2005 5.985.000
3 Maret 4.625.000 1 Apr 2005 4.625.000
4 April 2.095.000 3 Mei 2005 2.095.000

10
5 Mei 2.165.000 2 Jun 2005 2.165.000
6 Juni 2.150.000 5 Juli 2005 2.150.000
7 Juli 2.280.000 4 Ags 2005 2.280.000
8 Agustus 2.245.000 6 Sept 2005 2.245.000
9. September 1.665.000 3 Okt 2005 1.665.000
Jumlah 28.335.000 28.335.000

Dari data di atas terlihat bahwa bendahara penerima biaya sidik jari pada
kedua Kanim tersebut menyetor penerimaannya pada bulan berikutnya dan khusus
untuk penerimaan biaya sidik jari pada Kanim bandar Lampung tidak seluruhnya
disetorkan ke kas negara melainkan ada sebagian digunakan untuk mengirim
kartu sidik jari ke Ditjen Administrasi Hukum Umum. Hal ini dilakukan
bendaharawan sesuai petunjuk Menteri Kehakiman dan HAM Keputusan Menteri
Kehakiman No. A-3.PR.08.10 Tahun 2003 tentang Tata cara penyelesaian teknis
dan administrasi keuangan biaya sidik jari keimigrasian pasal 25 yang berbunyi
”Hasil penerimaan Sidik jari sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 digunakan
untuk pengadaan peralatan, bahan-bahan, ongkos kirim karton khusus sidik jari
yang akan dirumuskan, biaya operasional yang berkaitan dengan sidik jari”
sehingga diartikan oleh bendahrawan penerima, PNBP sidik jari bisa langsung
digunakan untuk ongkos kirim kartu sidik jari ke Ditjen Administrasi Hukum
Umum.
Padahal jika dilihat bunyi pasal 24 ”Ditjen Imigrasi dan Ditjen AHU dapat
menggunakan hasil penerimaan sidik jari yang telah disetor ke Kas Negara sesuai
dengan ijin penggunaan yang telah disahkan oleh Dirjen Anggaran Departemen
Keuangan” sehingga penerimaan sidik jari harus disetor dulu ke kas negara
seluruhnya, baru kemudian dibuatkan ijin penggunaan oleh Ditjen Anggaran Dep.
Keuangan (DIK-Suplemen). Sedangkan yang dimaksud dalam pasal 25 di atas
adalah pengalokasian dana hasil PNBP sidik jari.
Dalam SK Menteri Kehakiman dan HAM tersebut diatas pasal 14
menyebutkan bahwa Setiap pemohon SPRI, Dokim, Perijinan keimigrasian atau
surat keterangan keimigrasian lainnya yang telah mendapat persetujuan dari
Kepala Kanim atau pejabat yang ditunjuk, dikenakan biaya sidik jari yang
merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Serta dalam pasal 15

11
disebutkan, berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) yang berlaku pada Departemen Kehakiman ditetapkan biaya sidik sebesar
Rp5.000,00.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Undang-undang No. 20 tahun 1997 tentang PNBP pasal 4 menyatakan seluruh
PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.
b. Peratutan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kehakiman
Pasal 3 yang berbunyi Seluruh penerimaan yang bersumber dari Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam lampiran sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 wajib disetor langsung ke kas negara.
c. Keppres No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN :
1) Pasal 20 ayat (2) menyatakan Bendaharawan penerima/penyetor berkala
wajib menyetor/melimpahkan seluruh penerimaan negara yang telah
dipungutnya ke rekening Kas Negara sekurang-kurangnya sekali
seminggu.
2) Pasal 21 ayat (2) huruf a menyatakan Bendaharawan penerima/penyetor
berkala dilarang menyimpan uang dalam penguasaannya lebih dari batas
waktu yang telah ditetapkan dalam Pasal 20.
d. Keputusan Menteri Kehakiman No. A-3.PR.08.10 Tahun 2003 tentang Tata
cara penyelesaian teknis dan administrasi keuangan biaya sidik jari
keimigrasian :
- pasal 14 disebutkan bahwa Setiap pemohon SPRI, Dokim, Peijinan
keimigrasian atau surat keterangan keimigrasian lainnya yang telah
mendapat persetujuan dari Kepala Kanim atau pejabat yang ditunjuk,
dikenakan biaya sidik jari yang merupakan PNBP.
- Ditjen Imigrasi dan Ditjen AHU dapat menggunakan hasil penerimaan
sidik jari yang telah disetor ke Kas Negara sesuai dengan ijin penggunaan
yang telah disahkan oleh Dirjen Anggaran Departemen Keuangan.

12
Hal tersebut mengakibatkan :
a. PNBP yang berasal dari penerimaan biaya sidik jari pada Kanim Bandar
Lampung kurang diterima negara sebesar Rp110.400,00.
b. Penerimaan negara dari PNBP Biaya Keimigrasian dan Penerimaan biaya
sidik jari dari Kanim Bandar Lampung dan Kanim Panjang terlambat diterima
oleh Kas Negara.

Hal tersebut terjadi karena :


a. Bendaharawan Penerima pada Kanim Bandar Lampung dan Kanim Panjang
tidak memahami ketentuan yang berlaku mengenai penyetoran PNBP.
b. Pengawasan atasan langsung lemah.

Atas permasalahan tersebut Kepala Kantor Imigrasi Bandar Lampung


menjelaskan bahwa temuan tersebut memang benar, namun hal tersebut
dikarenakan Kanim Bandar Lampung masih berpedoman kepada Keputusan
Menteri Kehakiman Nomor A.03.PR.08.10 Tahun 2003 tanggal 31 Maret 2003
tentang tata cara penyelesaian teknis dan administrasi keuangan biaya sidik jari
keimigrasian Pasal 23 yang menjelaskan hasil penerimaan biaya sidik jari
digunakan untuk pengadaan peralatan, bahan-bahan dan ongkos kirim karton
khusus sidik jari. Dan untuk kekurangan setor sebesar Rp110.400,00 yang
digunakan untuk ongkos pengiriman karton sidik jari akan segera disetor ke Kas
Negara. Sedangkan Kepala Kantor Imigrasi Panjang menjelaskan bahwa
penyetoran penerimaan biaya sidik jari dilakukan sebulan sekali dikarenakan
keterbatasan lembaran penyetoran SSBP yang diberikan oleh Bank Mandiri
Cabang Malahayati.

Badan menyarankan kepada kepala Kanwil Departemen hukum dan HAM


Lampung agar menginstruksikan :
a. Kepala Kanim Bandar Lampung dan Kepala Kanim Panjang sesuai PP Nomor
30 Tahun 1980 memberikan teguran kepada Bendahara Penerima agar

13
menyetorkan seluruh penerimaan biaya sidik jari ke Kas Negara minimal 1
(satu) minggu sekali.
b. Kepala Kanim Panjang meningkatkan koordinasi dengan Pimpinan Bank
Mandiri Cabang Malahayati untuk mendapatkan lembaran SSBP sesuai
dengan kebutuhan.
c. Pengawasan Kedua Kakanim lebih ditingkatkan agar kejadian yang sama
tidak terulang.

2. Penggantian paspor hilang/rusak pada Kantor Imigrasi Bandar Lampung


tidak sesuai ketentuan sehingga penerimaan PNBP Biaya Keimigrasian
kurang diterima sebesar Rp4.500.000,00
Pada Tahun 2004 dan 2005 Kantor Imigrasi Bandar Lampung telah
menerbitkan paspor sebagai pengganti paspor yang hilang/rusak masing-masing
sebanyak 8 paspor untuk tahun 2004 dan 11 paspor untuk tahun 2005.
Dari hasil pemeriksaan terhadap berkas dokumen paspor hilang/rusak
tahun 2004 dan 2005 diketahui terdapat pengenaan denda penggantian paspor
hilang/rusak yang tidak sesuai ketentuan. (Daftar dalam lampiran 1).
Dari kasus hilang atau rusaknya paspor tersebut terlihat bahwa penyebab
hilang atau rusaknya paspor bukan merupakan kejadian yang tidak terhindarkan
melainkan adanya unsur kelalaian dari pemegangnya. Adapun penyebab paspor
hilang atau rusak karena kejadian yang tidak terhindarkan misalnya karena adanya
bencana alam seperti banjir, longsor dsb. Namun demikian pihak Kanwil Dep.
Hukum dan HAM menetapkan biaya penggantian paspor tersebut masing-masing
sebesar Rp100.000,00.
Dengan demikian denda penggantian paspor yang hilang/rusak yang tidak
diterima oleh negara sebesar Rp 4.500.000,00 [(Rp400.000,00 – Rp 100.000,00) x
15].

14
Keadaan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Keppes No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN Pasal 8 ayat
(1) huruf a menyatakan bahwa departemen/lembaga wajib mengadakan
intensifikasi pemungutan pendapatan negara yang menjadi wewenang dan
tanggung jawabnya.
b. Lampiran PP nomor 26 tahun 1999 angka VI butir 1 :
1) Huruf p yang menyatakan bahwa biaya SPRI pengganti SPRI yang
rusak/hilang disebabkan oeh kejadian yang tak terhindarkan adalah
sebesar Rp100.000,00.
2) Huruf q yang menyatakan bahwa biaya SPRI pengganti SPRI yang
rusak/hilang disebabkan oleh kelalaian adalah sebesar Rp 400.000,00.

Hal tersebut mengakibatkan PNBP Biaya Keimigrasian yang berasal dari


denda penggantian paspor hilang kurang sebesar Rp4.500.000,00.
Hal tersebut disebabkan :
a. Kepala Seksi Wasdakim dan Kepala Kantor Imigrasi Bandar Lampung tidak
melaksanakan ketentuan yang berlaku, dan memberikan pendapat yang tidak
sesuai dengan semestinya, seperti penyebab paspor hilang atau rusak karena
kelalaian atau ada unsur hal yang tidak terhindarkan (bencana alam).
b. Kepala Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung Up. Ka. Divisi Imigrasi
dalam memutuskan pengenaan sanksi denda terhadap paspor hilang/rusak
tidak mengikuti ketentuan yang berlaku.
Atas permasalahan tersebut Kepala Kantor Imigrasi Bandar Lampung
menjelaskan bahwa berdasarkan BAP yang dilakukan terhadap pemegang paspor
hilang/rusak adalah hal-hal kejadian yang tidak dapat dihindarkan dan tidak
terdapat adanya unsur kesengajaan, sehingga denda yang dikenakan adalah sesuai
peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor 26 Tahun 1999 tanggal 2 Mei 1999
angka VI Keimigrasian angka 1 hurup p, serta segala keputusan atas pengenaan
denda menjadi wewenang Kepala Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung Up.
Kepala Divisi Keimigrasian.

15
Badan menyarankan kepada menteri Hukum dan HAM agar
memerintahkan Kepala Kanwil Departemen Hukum dan HAM Lampung sesuai
dengan PP Nomor 30 Tahun 1980 memberikan teguran kepada Kepala Divisi
Keimigrasian Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung, Kepala Kanim Bandar
Lampung dan Kepala Seksi Wasdakim pada Kanim Bandar Lampung agar dalam
menentukan pengenaan denda akibat paspor hilang/rusak mengikuti ketentuan
yang ada, serta meningkatkan pengawasannya guna mencegah terjadinya
penyimpangan.

3. Persyaratan pemberian permohonan Izin Tinggal Terbatas pada Kantor


Imigrasi Bandar Lampung dan Kantor Imigrasi Panjang tidak sesuai
ketentuan
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik atas dokumen pemberian
Izin Tinggal Terbatas (ITAS) tahun 2004 dan 2005 pada Kantor Imigrasi Bandar
Lampung dan Kantor Imigrasi Panjang diketahui terdapat beberapa persyaratan
pembuatan ITAS yang belum lengkap yaitu tidak dilengkapi dengan jaminan dari
sponsor, data diri pemohon (riwayat hidup) dengan rincian sebagai berikut :
a. Kanim Bandar Lampung.
1) Permohonan Izin tinggal Terbatas yang tidak dilengkapi dengan jaminan
dari sponsor yaitu
No Nama No Kitas
1 Masamitsu Fujioka 2C1 VB0014 – D
2 Yoshimitsu Ishimaru 2C1 VB0027 – D
3 Lee Hee Woon 2C1 VB0016 –D
4 Lee Kyung Hwa 2C1 VB0025 – D
5 Lee Swee Eng 2C1 VB0026 – D
6 Remi Michalowski 2C1 VB006 – D
7 Saenphon Chandang 2C1 VB0012 – D

2) Permohonan Izin tinggal Terbatas yang jaminan dari sponsor tidak


ditandatangani oleh pemegang Kitas, yaitu
No Nama No Kitas
1 Krishnamoorthy Ramasamy 2C1 VB0009 – C
2 Liu Ming Teh 2C1 VB0004 – C
3 Yasuo Kikuchi 2C1 VB0007 –D

16
4 Masayo Terada 2C1 VB0015 – D
5 Murugalah Periasamy 2C1 VB0026 – D
3) Permohonan Izin Tinggal Terbatas yang tidak di lengkapi identitas diri
Pemohon (Riwayat Hidup)
No Nama No Kitas
1 Takashi Misaki 2C2 VB0047 – C
2 Thomas Ray Barber 2C2 VB0048 – D
3 Murugalah Periasamy 2C2 VB0051 –D
4 Yoshimitsu Ishimaru 2C1 VB0027 – D
5 Lee Swee Eng 2C1 VB0026 – D
6 Liu Ming Teh 2C1 VB 0004 – C
7 Atanacia Moral Dianco 2C2 VB0055 – D

b. Kanim Panjang.
1) Permohonan Izin tinggal Terbatas yang tidak dilengkapi dengan jaminan
dari sponsor yaitu
No Nama No Kitas
1 Uniya Taichi 2C1 VC0019 – C
2 Takatsugo Matsuo 2C1 VC0007 – C
3 Aparna Watal 2C1 VC0002 –D
4 Nguking 2C1 VC10015 – C
5 Kim Yong Ho 2C1 VC0096 – D
2) Permohonan Izin Tinggal Terbatas yang tidak di lengkapi identitas diri
Pemohon (Riwayat Hidup)
No Nama No Kitas
1 Su Wen Nam 2C2 VC0024 – C
2 Anand kumar Nirupam 2C2 VC0017 – C
3 Uniya Taichi 2C1 VC0019 –C
4 Lim Huat 2C2 VC0023 – C
5 Takatsugu Matsuo 2C1 VC0007 – C
6 Jang Jae Seung 2C1 VC0029 – C
7 Ogasawara Tsuneaki 2C1 VC0028 – C
8 Lee Jae Chun 2C1 VC0027 – C
9 Oyama Masanory 2C1 VC0024 - C
3) Permohonan Izin Tinggal Terbatas yang tidak di lengkapi Surat Nikah orang
tua atau Akte Kelahiran
No Nama No Kitas
1 Samayasar Jain 2C2 VC0018 – C
2 Edward Kong QI Heng 2C1 VC0017 – C
3 Eason kong QI Zheng 2C1 VC0016 –C
4 Jin Seo Jang 2C2 VC0027 – C

17
Kondisi demikian tidak sesuai dengan Juklak Dirjen Imigrasi Nomor F-
309.IZ.01.10 tahun 1995 tentang Tata Cara Pemberian, Perpanjangan, Penolakan
dan Gugurnya izin keimigrasian Romawi III huruf B angka 3 huruf C angka 3)
huruf a) menyatakan pemberian Izin Tinggal Terbatas dilaksanakan oleh Kepala
Kantor Imigrasi setelah orang asing yang bersangkutan dan atau sponsor atau
kuasanya mengajukan permintaan kepada Kepala Kantor Imigrasi dengan mengisi
serta menandatangani formulir yang telah ditentukan dan memenuhi kelengkapan
persyaratan antara lain surat permintaan dan jaminan serta keterangan identitas
diri, sponsor, surat riwayat hidup.
Hal tersebut mengakibatkan :
a. Tidak ada yang bertanggung jawab apabila pemegang KITAS yang
bersangkutan melakukan pelanggaran keimigrasian
b. Tujuan penegakan ketentuan mengenai pemberian izin tinggal terbatas tidak
tercapai
c. Memberikan citra yang negatif bagi Kantor Imigrasi Bandar Lampung atas
pemberian KITAS yang persyaratannya tidak lengkap.

Hal tersebut disebabkan :


a. Kepala Seksi Lalintuskim Kantor Imigrasi Bandar Lampung dan Kantor
Imigrasi Panjang kurang cermat dalam meneliti kelengkapan persyaratan
permohonan Kitas.
b. Pengawasan Kepala Kantor Imigrasi Bandar Lampung dan Kantor Imigrasi
Panjang lemah.

Atas permasalahan tersebut kepala Kantor Imigrasi Bandar Lampung dan


Kepala Kantor Imigrasi Panjang menjelaskan bahwa temuan tersebut memang
benar dan akan menjadi perhatian di masa yang akan datang.
Badan menyarankan kepada Kepala Kanwil Departemen Hukum dan
HAM Lampung melalui Kepala Kanim Bandar Lampung dan Kanim Panjang
sesuai dengan PP Nomor 30 Tahun 1980 agar memberikan teguran kepada Kepala

18
Seksi Lalintuskim pada kedua Kanim tersebut lebih cermat meneliti segala
persyaratan permohonan pembuatan KITAS dan Kedua Kepala Kanim lebih
meningkatkan pengawasan agar hal yang sama tidak terulang

19
c. Proyek/Belanja Modal Prasarana dan Sarana Pemasyarakatan Tahun 2004
dan 2005.
1. Penunjukan PT. Pandan Sari, PT. Jatiluhur Dan CV. Gemuruh sebagai
pelaksana pembangunan LP Narkoba dan LP Wanita Bandar Lampung
serta Bapas Metro dengan cara penunjukan langsung tidak sesuai
Keputusan Presiden Dan Undang-Undang Jasa Konstruksi
Proyek Pembinaan Pemasyarakatan pada Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM (Kanwil Dep.KUM dan HAM) Lampung sejak Tahun
Anggaran 2003 sampai Tahun Anggaran 2004 melaksanakan pembangunan
LP Narkoba Bandar Lampung, LP Wanita Bandar Lampung dan Bapas Metro
senilai Rp 9.115.544.000,00 dengan rincian sebagai berikut :
NO TAHUN LP NARKOBA LP WANITA BAPAS METRO
BANDAR lAMPUNG BANDAR LAMPUNG
1. 2003 1.692.536.000,00 1.691.558.000,00 275.916.000,00
2. 2004 3.124.198.000,00 2.178.413.000,00 152.923.000,00
JUMLAH 4.816.734.000,00 3.869.971.000,00 428.839.000,00

Dari hasil pemeriksaan terhadap dokumen kontrak (SPK) diketahui


bahwa pelaksana pembangunan LP Narkoba Bandar Lampung untuk Tahun
Anggaran 2003 dan 2004 adalah PT. Pandan Sari, sedangkan pelaksana
pembangunan LP Wanita Bandar Lampung untuk Tahun Anggaran 2003 dan
2004 adalah PT. Jatiluhur demikian pula pelaksana pembangunan Bapas
Metro Tahun Anggaran 2003 dan 2004 adalah CV. Gemuruh. Penunjukan
PT. Pandan Sari, PT. Jatiluhur dan CV. Gemuruh sebagai pelaksana
pembangunan LP Narkoba, LP Wanita dan Bapas Metro pada Tahun 2003
dilakukan melalui proses pelelangan umum/tender terbuka, namun untuk
Tahun 2004 dilakukan dengan cara Penunjukan Langsung (PL).
Penunjukan Langsung pada Tahun 2004 dilakukan setelah mendapat
persetujuan Menteri Kehakiman melalui surat Menteri Nomor M.PR.02.10-05
tanggal 19 April 2004 tentang Persetujuan penunjukan langsung
pembangunan lanjutan di Lingkungan Kanwil Dep. Kehakiman dan HAM
Lampung, surat persetujuan tersebut didasari surat permohonan dari Kepala
Kanwil Dep. Kehakiman dan HAM Lampung No. W6.PR.09.10-203, No.

20
W6.PR.09.10-204 dan No. W6.PR.09.10-205 tanggal 16 Maret 2004. Dasar
hukum yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan penunjukan langsung
yang diusulkan oleh Kakanwil Depkeh & HAM Lampung adalah sebagai
berikut :
- UU Nomor 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi;
- PP No. 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
- Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa Pemerintah;
- Kepmen Kimpraswil Nomor 323/KPTS/M/2003 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
- Kepmen Kimpraswil Nomor 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.
Penggunaan PP No. 29 Tahun 2000 sebagai dasar usul penunjukan
langsung oleh Kakanwil Dep.Kehakiman dan HAM kepada Menteri
Kehakiman tersebut tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada.
Pemerintah RI telah menetapkan bahwa dalam setiap proses
pengadaan barang/jasa di lingkungan Instansi Pemerintah harus berpedoman
kepada Keppres, yaitu Keppres No. 18 Tahun 2000 untuk pelaksanaan
pengadaan barang/jasa Tahun 2000 sampai dengan 2003 dan Keppres No. 80
Tahun 2003 untuk pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada Tahun 2004
sampai dengan sekarang. Kemudian untuk pengadaan barang/jasa konstruksi
diperkuat dengan UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Keppres No. 18 Tahun 2000 dan No. 80 Tahun 2003, dan UU No. 18
Tahun 1999 dengan jelas dan tegas menetapkan syarat-syarat suatu pengadaan
barang/jasa yang dapat dilakukan dengan cara Penunjukan Langsung, yaitu
proyek penanganan darurat untuk keamanan/pertahanan negara, pekerjaan
yang kompleks yang hanya dapat dilakukan oleh penyedia jasa
tertentu/pemegang hak paten, pekerjaan rahasia menyangkut keamanan
Negara dan pekerjaan yang berskala kecil.
Berdasarkan ketetapan dalam Keppres dan UU No. 18 tersebut, maka
pelaksanaan pembangunan Hunian Rutan/Lapas, pembangunan Kantor dan

21
fasilitas Sarana Pendukungnya di LP Narkoba Bandar Lampung, LP Wanita
Bandar Lampung dan Bapas Metro tidak masuk dalam kriteria pemilihan
rekanan dengan cara Penunjukan Langsung, namun masuk dalam kriteria
Pelelangan Umum/Tender Terbuka, sehingga seharusnya dilakukan proses
tender untuk memperoleh harga yang wajar, transparan, akuntabilitas dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu penggunaan pasal 12 ayat (1) huruf a.5 PP No. 29 Tahun
2000 tentang Penunjukan Langsung juga tidak realistis dan tidak tepat karena
bangunan Lapas dan sarana pendukungnya di LP Narkoba Bandar Lampung,
LP Wanita Bandar Lampung dan Bapas Metro, "bukanlah pekerjaan lanjutan
yang secara tekhnis merupakan kesatuan konstruksi yang sifat
pertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-pecah
dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya". Tetapi merupakan
bangunan yang teknis konstruksi terpisah satu dengan lain sehingga apabila
terjadi kegagalan satu bangunan tidak akan mempengaruhi bangunan lain
bahkan tidak berkaitan sama sekali, seperti untuk LP Narkoba Bandar
Lampung pada tahun 2003 membangun gedung kantor 2 lantai sedangkan
pada tahun 2004 membangun sarana penunjang sarana dan prasarana lain
yaitu bangunan mesjid, gereja, dapur dan gudang. Kegagalan bangunan
mesjid, gereja, dapur dan gudang tidak akan mempengaruhi bangunan gedung
kantor 2 lantai yang dibangun pada tahun 2003 , demikian juga sebaliknya.
Selain itu diketahui pula bahwa sebagian besar nilai proyek tersebut di
atas adalah merupakan pekerjaan bangunan kantor dan fasilitas utama serta
sarana pendukungnnya, seperti jalan dan pagar yang dengan jelas tidak masuk
dalam kriteria PP No. 29 tersebut di atas.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi tanggal 7 Mei 1999 pada
Pasal 17 pada:

22
- Ayat (1) Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan
berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan
rekanan/penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas.
- ayat (3) berbunyi : Penetapan rekanan dapat dilakukan dengan cara
Pemilihan Langsung atau Penunjukan Langsung jika dalam keadaan
tertentu, yaitu proyek/pekerjaan penangganan darurat untuk keamanan
dan keselamatan masyarakat, pekerjaan kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan oleh rekanan terbatas/pemegang hak, pekerjaan yang
perlu dirahasiakan dan pekerjaan yang berskala kecil.
b. Keppres No.80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada huruf C poin 4 a)
dan b) berbunyi : Penunjukan Langsung dapat dilaksanakan dalam hal
memenuhi Kriteria Tertentu dan Khusus, yaitu Proyek/pekerjaan
penangganan darurat untuk pertahanan Negara, pekerjaan yang perlu
dirahasiakan menyangkut pertahanan dan keamanan negara, pekerjaan
yang berskala kecil, pekerjaan yang spesifik yang hanya dapat
dilaksanakan oleh rekanan tertentu/pemegang hak paten dan pekerjaan
yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan
teknologi khusus dan hanya satu perusahaan yang dapat
mengaplikasikannya.
Hal tersebut mengakibatkan :
a. Prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa, yaitu efisien, terbuka dan bersaing,
transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel tidak tercapai/terpenuhi.
b. Nilai kontrak pengadaan barang/jasa yang tidak dilakukan melalui proses
tender/lelang secara terbuka diragukan kewajarannya, sehingga berpotensi
dapat merugikan Negara.
Hal tersebut disebabkan para pejabat terkait di lingkungan Departemen
Hukum dan HAM dalam hal ini Kepala Kanwil Departemen Hukum dan
HAM Lampung dan Pemimpin Proyek Pembinaan Pemasyarakatan Lampung
dalam proses Pembangunan LP Narkoba Bandar Lampung, LP Wanita Bandar
Lampung dan Bapas Metro kurang memahami prosedur dan ketentuan

23
perundang-undangan yang berlaku berkenaan dengan proses pengadaan
barang dan jasa di lingkungan Instansi Pemerintah.
Terhadap permasalahan tersebut pihak Kanwil Dep. Hukum dan HAM
Lampung memberi penjelasan bahwa pembangunan Lapas Wanita dan Lapas
Narkoba merupakan kegiatan lanjutan maka dasar penunjukan langsung yang
dilakukan Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung adalah menggunakan PP
Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 12 ayat
(1) yang menyebutkan penunjukan langsung pelaksana konstruksi berlaku
untuk pekerjaan yang secara teknis merupakan satu kesatuan konstruksi yang
sifat pertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-
pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan. Dan bangunan Lapas Wanita
dan Lapas Narkoba merupakan satu kesatuan konstruksi karena memiliki
fungsi khusus, sehingga dalam pembangunannya tidak dapat dipisah-pisahkan
dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
Dari penjelasan Kanwil Dep. Hukum dan HAM tersebut terlihat jelas
bahwa pemahaman tentang pekerjaan lanjutan adalah tidak benar. Karena
seperti dicontohkan dalam kondisi temuan, sebagai contoh dalam
pembangunan Lapas Narkoba pada tahun 2003 dibangun gedung kantor 2
lantai sedangkan pada tahun 2004 di Lapas Narkoba dibangun bangunan
masjid, yang walaupun dalam satu lokasi namun pembangunan masjid
terpisah dari bangunan kantor sehingga tidak dapat dikatakan sebagai satu
kesatuan konstruksi atau merupakan pekerjaan lanjutan.
Badan menyarankan Menteri Hukum dan HAM melalui Sekretaris
Jenderal agar :
1. Sesuai PP Nomor 30 Tahun 1980 memberikan teguran kepada Kepala
Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung Tahun 2004 dan Pemimpin
Proyek Pembinaan Pemasyarakatan Lampung Tahun 2004.
2. Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara di
Lingkungan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung
tahap selanjutnya dilaksanakan melalui pelelangan umum

24
2. Pembangunan sarana dan prasarana Lembaga Pemasyarakatan/Rumah
Tahanan Negara di Lingkungan Kanwil Dep. Hukum Dan HAM
Lampung Tahun 2004 dan 2005 terlalu mahal sebesar
Rp1.157.200.097,79
Pada Tahun 2004 dan 2005 Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
HAM Lampung melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana untuk
Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan Rumah Tahanan Negara (Rutan) dengan
anggaran yang telah dialokasikan dalam DIP Kanwil Dep. Hukum dan HAM
Lampung 2004 dan DIPA Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung (khusus
Belanja Modal) 2005 masing-masing sebesar Rp18.500.000.000,00 dan
Rp16.674.845.000,00.
Dari hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen kontrak berupa
Rencana Anggaran Biaya (RAB) tahun 2004 dan 2005 diketahui hal-hal
sebagai berikut :
a. Beberapa kegiatan pada Pembangunan LP Narkoba Bandar Lampung
lebih mahal sebesar Rp19.606.000,00 apabila dibandingkan dengan
kontrak pekerjaan sejenis yaitu kontrak pembangunan LP Wanita Bandar
Lampung. Adapun jenis pekerjaan yang lebih mahal tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
NO. URAIAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN SELISIH
LP NARKOBA LP WANITA
BANDAR BANDAR
LAMPUNG LAMPUNG
(KONTRAK NO. (KONTRAK NO.
W6.PR.06.10-35 W6.PR.06.10-35A
tanggal 10 Juni 2004) tanggal 10 Juni 2004)
1. Pembangunan Masjid 150 m2 225.996.000,00 221.148.000,00 4.848.000,00
2. Pembangunan Gereja 100 m2 150.666.000,00 147.435.000,00 3.231.000,00
3. Pembangunan Dapur & Gudang 134 201.884.000,00 197.553.000,00 4.331.000,00
m2
4. Pembangunan Rumah Operasional 433.093.000,00 430.500.000,00 2.593.000,00
dengan type Bangunan Rumah Susun
bertingkat 2 lantai, 2 blok, 8 unit, 348
m2
5. Penyambungan air dan listrik 2 paket 13.532.000,00 8.929.000,00 4.603.000,00
JUMLAH 1.025.171.000,00 1.005.565.000,00 19.606.000,00

b. Beberapa kegiatan pada Pembangunan LP dan Rutan pada Kanwil


Departemen Hukum dan HAM Lampung Tahun 2004 dan 2005 lebih

25
mahal dari Pedoman Harga Satuan per Meter Persegi Bangunan Gedung
Negara (Bangunan gedung) Tahun Anggaran 2004 dan 2005 untuk
Provinsi Lampung yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Permukiman
Provinsi Lampung yaitu masing-masing sebesar Rp711.661.097.79 dan
Rp425.933.000,00. Adapun rinciannya dapat dilihat pada lampiran 2.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Keppres No. 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan APBN pada pasal 12
ayat (1) poin a dan b menyatakan bahwa pelaksanaan APBN antara lain
didasarkan atas prinsip-prinsip Hemat, efisien, tidak mewah dan sesuai
dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.
b. Penjelasan Pasal 13 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
menjelaskan antara lain data yang digunakan sebagai dasar penyusunan
HPS antara lain Daftar Biaya yang dikeluarkan oleh Instansi yang
berwenang.
c. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Negara Bab II poin A.1 menyebutkan bahwa
yang termasuk klasifikasi bangunan sederhana antara lain bangunan
gedung kantor dengan jumlah lantai sampai dengan 2 lantai dan luas
sampai 500 m2.
d. Pedoman Harga Satuan per Meter Persegi Bangunan Gedung Negara
(Bangunan gedung dan Rumah Dinas) Tahun Anggaran 2004 dan 2005
untuk Provinsi Lampung yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Permukiman Provinsi Lampung.
Hal tersebut mengakibatkan pembangunan sarana dan prasarana Lembaga
Pemsyarakatan/Rumah Tahanan Negara di Lingkungan Kanwil Dep. Hukum
dan HAM Lampung untuk Tahun 2004 dan 2005 terlalu mahal sebesar
Rp1.157.200.097,79 atau masing-masing sebesar Rp 731.267.097,79 dan
Rp425.933.000,00.

26
Hal demikian disebabkan oleh :
a. Panitia Pengadaan Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan/Rutan Kanwil
Dep. Hukum dan HAM Tahun 2004 dan 2005 tidak cermat dan tidak
mematuhi ketentuan yang ada dalam menyusun harga perkiraan sendiri.
b. Pengawasan Pemimpin Proyek Pembinaan Pemasyarakatan Tahun 2005
dan Kepala Kanwil Dep. Hukum dan HAM lemah.
Terhadap permasalahan tersebut pihak Kanwil Dep. Hukum dan HAM
Lampung memberi penjelasan Bahwa rumah tahanan dan lembaga
pemasyarakatan termasuk dalam klasifikasi bangunan khusus, sedangkan
dalam pedoman harga satuan per meter persegi bangunan gedung negara yang
dikeluarkan Kepala Dinas Permukiman Provinsi Lampung hanya memberikan
2 harga satuan yaitu harga satuan untuk klasifikasi bangunan sederhana dan
tidak sederhana. Sehingga dalam pembangunan sarana dan prasarana lapas
dan rutan di Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung menggunakan
klasifikasi bangunan tidak sederhana dengan alasan antara lain desain
bangunan tidak sederhana seperti bangunan lain pada umumnya mengingat
dari segi faktor keamanan dan memiliki karakter yang tidak sederhana serta
memiliki kompleksitas dalam pelaksanaannya seperti penggunaan jeruji besi
pada jendela, penggunaan lantai beton dan adanya teralis besi pada plafond.
Dari hasil pemeriksaan fisik terhadap beberapa lapas dan rutan di
lingkungan Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung diketahui bahwa
memang terdapat masjid yang menggunakan jendela dan pintu jeruji besi,
namun jika ada Narapidana atau Tahanan yang sedang melakukan sholat di
masjid, pintu masjid tidak ditutup atau dikunci dari luar, dan lokasi masjid
adalah ditengah-tengah lapas atau rutan dan didalam pagar sterilisasi.
Sehingga penggunaan jeruji besi pada pintu dan jendela mesjid adalah
merupakan suatu pemborosan. Demikian pula pada pembangunan gereja dan
poliklinik serta ruang rekreasi tidak menggunakan jeruji besi dan lantai beton.
Badan menyarankan Menteri Hukum dan HAM agar memerintahkan :

27
a. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung
mempertanggungjawabkan kemahalan yang terjadi pada pembangunan
Prasarana dan Sarana Lapas dan Rutan tersebut, dan khusus untuk
bangunan prasarana dan sarana Lapas dan Rutan yang tidak memerlukan
pengamanan yang tinggi agar ditinjau kembali mengenai penggunaan
jeruji besi untuk lebih menghemat biaya pembangunan misalnya bangunan
masjid, gereja dan ruang rekreasi yang terletak didalam lingkungan pagar
sterilisasi.
b. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung sesuai
dengan PP Nomor 30 Tahun 1980 memberikan teguran tertulis kepada
Panitia Pengadaan Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan/Rutan Kanwil
Dep. Hukum dan HAM Tahun 2004 dan 2005.
c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung lebih
meningkatkan pengawasan agar kejadian yang sama tidak terulang.

3. Kelebihan pembayaran Tahun 2004 sebesar Rp25.700.000,00 dalam


pembangunan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan di lingkungan
Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung
Pada Tahun Anggaran 2004 Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung
melaksanakan beberapa kegiatan pembangunan gedung dan prasarana gedung
Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan Rumah Tahanan Negara (Rutan) dengan
anggaran sebesar Rp17.810.232.000,00.
Dari hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen kontrak
berupa Rencana Anggaran Biaya (RAB) diketahui pada masing-masing
kontrak terdapat beberapa kegiatan pembangunan yang dipisah-pisah seperti
kegiatan pembangunan mesjid, kegiatan pembangunan blok Napi,
Pembangunan Pos Jaga dan sebagainya. Namun pada setiap kegiatan tersebut
dialokasikan pekerjaan persiapan yang terdiri dari Pekerjaan Pembuatan
Papan Nama, Pekerjaan Mobilisasi Bahan/Peralatan dan Pekerjaan Pembuatan
Direksi Keet/Laporan/Administrasi dan dokumentasi. Hal tersebut dapat
dilihat sebagai berikut :

28
NO. KONTRAK/ BIAYA RAB KELEBIHAN
PEKERJAAN SELURUHNYA TERTINGGI BAYAR
1. Pembangunan Rutan Ban-
dar Lampung. Kontrak
No.W6.PR. 06.10-42
Tanggal 10 Juni 2004 (PT.
Wangsa Pratama)
- Papan Nama Kegiatan 1.100.000,00 100.000,00 1.000.000,00
(11 Kegiatan)
- Mobilisasi Bahan/Alat 5.750.000,00 750.000,00 5.000.000,00
(11 kegiatan)
- Direksi Keet (5 kegiatan) 3.000.000,00 600.000,00 2.400.000,00
Sub Jumlah 9.850.000,00 1.450.000,00 8.400.000,00

2. Pembangunan LP Narkoba
Bandar Lampung (PT.
Pandan Sari) Kontrak No.
W6.PR.06 .10-35 Tanggal
10 Juni 2004
- Papan Nama Kegiatan (8 1.100.000,00 150.000,00 950.000,00
kegiatan)
- Mobilisasi Bahan/Alat (9 9.450.000,00 4.000.000,00 5.450.000,00
kegiatan)
- Direksi Keet (8 kegiatan) 9.350.000,00 4.000.000,00 5.350.000,00
Sub Jumlah 19.900.000,00 8.150.000,00 11.750.000,00

3. Pembangunan LP Wanita
Bandar Lampung (PT.
Jatiluhur) Kontrak No.W6.
PR.06.10-35A Tanggal 10
Juni 2004
- Papan Nama Kegiatan (5 500.000,00 100.000,00 400.000,00
kegiatan)
- Mobilisasi Bahan/Alat (6 6.750.000,00 4.000.000,00 2.750.000,00
kegiatan)
- Direksi Keet (5 kegiatan) 3.000.000,00 600.000,00 2.400.000,00
Sub Jumlah 10.250.000,00 4.700.000,00 5.550.000,00
JUMLAH 40.000.000,00 14.300.000,00 25.700.000,00

Dari data di atas terlihat di dalam 1 (satu) kontrak terdapat beberapa


alokasi pekerjaan persiapan yang sama, dimana sebenarnya lokasi pekerjaan
kontrak tersebut adalah satu lokasi. Maka pekerjaan persiapan berupa

29
pembuatan papan nama kegiatan/proyek, mobilisasi peralatan dan pembuatan
direksi keet/laporan/adminitrasi/dokumentasi hanya akan dilaksanakan 1 kali
selama pelaksanaan proyek/kegiatan, atau dalam satu lokasi proyek/kegiatan
tidak mungkin dibuat banyak papan nama, mobilisasi bahan/peralatan dan
Direksi keet. Sehingga dapat disimpulkan untuk masing-masing kontrak
terdapat kelebihan pembayaran untuk pekerjaan persiapan berupa pembuatan
papan nama kegiatan, mobilisasi bahan/peralatan dan pembuatan direksi
keet/laporan/administrasi/dokumentasi. Adapun kelebihan pembayaran
masing-masing kontrak tersebut dengan asumsi untuk setiap pembuatan papan
nama mobilisasi bahan/peralatan dan pembuatan direksi
keet/laporan/administrasi/dokumentasi menggunakan RAB yang paling tinggi
dari setiap kontrak adalah sebesar Rp25.700.000,00. Data tentang rincian
pekerjaan mobilisasi bahan/peralatan dan Direksi keet dapat dilihat dalam
lampiran 3.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang
dan Jasa Bab I Bagian Ketiga Pasal 3 yang menyatakan antara lain Pengadaan
Barang dan Jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip efisien dan efektif yang
berarti pengadaan barang dan jasa diusahakan dengan menggunakan dana dan
daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
b. Penjelasan Pasal 33 ayat (2) Keppres No. 80 Tahun 2003 berbunyi : Khusus
untuk pekerjaan konstruksi, pembayaran hanya dapat dilakukan senilai
pekerjaan yang terpasang, tidak termasuk bahan-bahan dan alat-alat yang ada
di lapangan.
Hal tersebut mengakibatkan adanya kelebihan pembayaran kepada
pemborong (kerugian negara) untuk kegiatan tahun 2004 sebesar

30
Rp25.700.000,00 (PT. Wangsa Pratama sebesar Rp8.400.000,00, PT Pandansari
sebesar Rp11.750.000,00, PT. Jatiluhur sebesar Rp 5.550.000,00).
Hal tersebut disebabkan oleh :
a. Konsultan Perencana Teknis tidak cermat dan teliti dalam membuat Rencana
Anggaran Biaya pekerjaan konstruksi.
b. Panitia Pengadaan Pembangungan Gedung Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan Negara Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung tidak
cermat dalam melaksanakan tugasnya.
c. Pengawasan Kepala Kantor Wilayah Dep. Hukum dan HAM Lampung lemah.
Terhadap permasalahan tersebut pihak Kanwil Dep. Hukum dan HAM
Lampung memberi penjelasan bahwa adanya beberapa kegiatan pembangunan
papan nama kegiatan/proyek dan direksi keet pada satu kontrak bukan merupakan
kelebihan pembayaran, melainkan hanya kesalahan dari konsultan perencana
teknik yang memecah biaya pembuatan papan nama kegiatan/proyek dan direksi
keet pada beberapa kegiatan yang ada pada kontrak tersebut, dan apabila
disatukan nilai tersebut masih wajar untuk membuat satu papan nama
kegiatan/proyek dan direksi keet untuk masing-masing kontrak.
Badan menyarankan Menteri Hukum dan HAM memerintahkan agar :
a. Kantor Wilayah Departemen hukum dan HAM Lampung menarik kelebihan
pembayaran sebesar Rp25.700.000,00 kepada para pemborong dan disetorkan
ke Kas Negara, copy bukti penyetoran dikirimkan ke BPK.
b. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung sesuai
dengan PP Nomor 30 Tahun 1980 memberikan teguran secara tertulis kepada
Panitia Pembangunan Gedung Lapas dan Rutan Kanwil Departemen Hukum
dan HAM Lampung Tahun 2004 agar lebih cermat dalam melaksanakan
tugasnya terutama dalam menentukan kewajaran Rencana Anggaran Biaya
(RAB) yang dibuat oleh Konsultan Perencana Teknis;
c. Konsultan Perencana Teknis yang bersangkutan tidak diikutsertakan lagi
dalam kegiatan pembangunan Lapas dan Rutan di Lingkungan Kanwil Dep.
Hukum dan HAM Lampung.

31
d. Pengawasan Kepala Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung lebih
ditingkatkan agar kejadian yang sama tidak terulang.

4. Kekurangan volume pekerjaan dan ketidaksesuaian penggunaan material


dengan spesifikasi teknis dan syarat-syarat yang ditentukan yang
berpotensi merugikan Keuangan Negara sebesar Rp32.484.310,00
Pada Tahun Anggaran 2005 Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung
melaksanakan kegiatan pembangunan prasarana dan Sarana beberapa
Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara di Lingkungan Kanwil
Dep. Hukum dan HAM Lampung dengan anggaran seluruhnya sebesar
Rp17.170.408.000,00.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan tim pada tanggal 24
September sampai dengan 3 Oktober 2005 terhadap pembangunan gedung
kantor serta Prasarana dan Sarana Lapas dan Rutan diketahui terdapat
kekurangan volume pekerjaan dan ketidaksesuaian penggunaan bahan
material antara yang terpasang dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan
yang dapat menimbulkan potensi kerugian negara sebesar Rp32.484.310,00
adapun hal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan Papan Nama Kegiatan dan Direksi Keet senilai
Rp10.305.000,00 untuk pembangunan prasarana dan sarana LP Wanita
Bandar Lampung, LP Narkoba (Narkotika) Bandar Lampung dan Rutan
Sukadana tidak dikerjakan.
Pada pembangunan prasarana dan sarana LP Wanita Bandar
Lampung, LP Narkoba (Narkotika) Bandar Lampung dan Rutan Sukadana
yang dilaksanakan masing-masing oleh PT. Wisnu Karti sesuai kontrak
nomor W6.PR.03.06-595C tanggal 8 Agustus 2005 dengan biaya sebesar
Rp2.024.140.000,00 dan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sampai
dengan tanggal 5 Desember 2005, sedangkan pembangunan prasarana LP
Narkoba Bandar Lampung dikerjakan oleh PT. Citra Buana Lampung
sesuai kontrak nomor W6.PR.03.06-595B tanggal 8 Agustus 2005 dengan
biaya sebesar Rp1.326.386.000,00 dan jangka waktu penyelesaian

32
pekerjaan sampai dengan tanggal 5 Desember 2005 dan pembangunan
prasarana Rutan Sukadana yang dikerjakan oleh PT. Citra Buana
Lampung sesuai kontrak nomor W6.Ee.PR.03.06-41 tanggal 6 Agustus
2005 dengan biaya sebesar Rp1.049.786.000,00.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan tim pada tanggal 27
September dan 3 Oktober 2005 terhadap ketiga pekerjaan tersebut
diketahui terdapat pekerjaan persiapan berupa pembuatan papan nama
kegiatan dan Direksi keet tidak dikerjakan. Dari pemeriksaan lebih lanjut
terhadap dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB) kedua kontrak
tersebut diketahui nilai pekerjaan pembuatan papan nama kegiatan dan
Direksi keet masing-masing adalah sebagai berikut :
NO. KONTRAK BIAYA
1. Pembangunan Prasarana LP Wanita Bandar Lampung (PT.
Wisnu Karti) Kontrak No.W6. PR.03.06-595C Tanggal 6
Agustus 2005
- Papan Nama Kegiatan (11 Kegiatan) 1.955.000,00
- Direksi Keet (11 kegiatan) 1.700.000,00
Sub Jumlah 3.655.000,00

2. Pembangunan Prasarana LP Narkotika Bandar Lampung (PT.


Citra Buana Lampung) Kontrak No. W6.PR.03.06. 595B
Tang-gal 6 Agustus 2005
- Papan Nama Kegiatan (11 kegiatan) 550.000,00
- Direksi Keet (6 kegiatan) 2.100.000,00
Sub Jumlah 2.650.000,00
3. Pembangunan Prasarana Rutan Sukadana (PT. Citra
Buana Lampung) Kontrak No. W6.Ee.PR.03.06-41 tanggal 6
Agustus 2005
- Papan Nama Kegiatan 450.000,00
- Direksi Keet 3.550.000,00
Sub Jumlah 4.000.000,00
JUMLAH 10.305.000,00
Dari hasil konfirmasi dengan perwakilan pelaksana pekerjaan di
lapangan dan pengawas teknis diketahui bahwa memang pekerjaan
persiapan berupa pembuatan papan nama kegiatan dan direksi keet tidak
dilaksanakan karena pelaksana pekerjaan yakni PT. Wisnu Karti dan PT.
Citra Buana Lampung menggunakan bangunan kantor atau bengkel kerja

33
di LP Wanita Bandar Lampung, LP Narkoba Bandar Lampung dan Rutan
Sukadana yang belum dipakai untuk dimanfaatkan sebagai direksi keet.

b. Ketidaksesuaian penggunaan bahan material pekerjaan pembangunan


prasarana LP Wanita Bandar Lampung Tahun 2005 Sebesar
Rp9.434.298,00.
Pada tahun 2005 Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung
melaksanakan Pembangunan Prasarana LP Wanita Bandar Lampung yang
dikerjakan oleh PT. Wisnu Karti sesuai dengan SPK (Kontrak) nomor
W6.PR.03.06-595C tanggal 6 Agustus 2005 dengan biaya sebesar Rp
2.024.140.000,00.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Tim pada tanggal 3
Oktober 2005 diketahui hal-hal sebagai berikut terdapat pekerjaan beton
bertulang untuk pembangunan rumah operasional type D (50 m2)
sebanyak 4 unit, type C (70 m2) sebanyak 1 unit beton bertulang untuk
pembangunan dan pekerjaan atap yang tidak sesuai spesifikasi teknis yang
disyaratkan dalam gambar, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pembangunan rumah operasional type D (50 m2) sebanyak 4 unit.
- Beton bertulang Kolom.
Sesuai kontrak untuk 1 rumah menggunakan 22 kolom, sedangkan
bahan yang digunakan berupa besi berdiameter yang digunakan
untuk beton bertulang kolom adalah diameter 12 mm, per m’ =
0,888 kg dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang
dengan panjang 3,5 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi
sebanyak 12,432 kg (0,888 kg x 3,5 m’ x 4) atau seharga
Rp87.024,00 (Rp7.000,00 x 12,432 kg), sehingga harga untuk besi
untuk 22 kolom seharga Rp1.914.528,00 (22 x Rp87.024,00).
Hasil cek fisik besi yang digunakan berdiameter 10 mm per m’ =
0,617 kg dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang
dengan panjang 3,5 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi
sebanyak 8,64 kg (0,617 kg x 3,5 m’ x 4) atau seharga

34
Rp60.480,00 (8,64 kg x Rp7.000,00), sehingga harga besi untuk 22
kolom seharga Rp1.330.560,00 (22 x Rp60.480,00).
Sehingga untuk satu rumah terdapat selisih harga sebesar
Rp583.968,00 (Rp1.914.528,00 – Rp1.330.560,00) atau untuk 4
rumah sebesar Rp2.335.872,00 (4 x Rp583.968,00).
- Sloof dan Ring Balok.
Sesuai kontrak Sloof dan Ring Balok yang dipasang adalah
sepanjang 57 meter menggunakan besi diameter 12 mm, per m’ =
0,888 kg, dan jumlahnya 4 batang dan harga besi sebesar Rp
7.000,00 per kg. Jadi seluruhnya menggunakan besi sebanyak
202,47 kg (57 m x 0,888 kg x 4) atau seharga Rp 1.417.290,00
(202,47 kg x Rp7.000,00).
Hasil cek fisik diketahui bahwa besi yang digunakan adalah besi
dengan diameter 10 mm atau per meter = 0,617 kg. Jadi seluruh
besi yang digunakan sebanyak 140,68 kg (57 m x 0,617 kg x 4)
atau seharga Rp984.760,00 (Rp7.000,00 x 140,68).
Sehingga untuk satu rumah terjadi selisih harga besi untuk sloof
dan ring balok sebesar Rp 432.530,00 (Rp1.417.290,00 –
Rp984.760,00) atau untuk 4 rumah sebesar Rp 1.730.120,00 (Rp
432.530,00 x 4).
- Pembuatan Rangka atap kaso dan reng sebanyak 5,75 m3 dengan
menggunakan kayu kelas II dengan harga Rp1.750.000,00 per m3
atau seharga Rp10.062.500,00 (5,75 m3 x Rp1.750.000,00).
Hasil cek diketahui bahwa kayu yang digunakan adalah kayu kelas
III dengan harga per m3 sebesar Rp 1.200.000,00, sehingga harga
kayu yang terpasang adalah sebesar Rp 6.900.000,00 (5,75 m3 x –
Rp1.200.000,00). Sehingga terjadi selisih harga sebesar
Rp3.162.500,00 (Rp10.062.500,00 – Rp6.900.000,00).
Sehingga untuk pembangunan rumah operasional type D (50 m2)
sebanyak 4 unit terdapat potensi kelebihan pembayaran sebesar Rp

35
7.228.492,00 (Rp2.335.872,00 + Rp 1.730.120,00 +
Rp3.162.500,00).
2) Pembangunan Rumah Operasional Type C (70 m2) 1 unit.
- Beton bertulang Kolom.
Sesuai kontrak untuk 1 rumah menggunakan 29 kolom, sedangkan
bahan yang digunakan berupa besi berdiameter yang digunakan
untuk beton bertulang kolom adalah diameter 12 mm, per m’ =
0,888 kg dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang
dengan panjang 3,5 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi
sebanyak 12,432 kg (0,888 kg x 3,5 m’ x 4) atau seharga
Rp87.024,00 (Rp7.000,00 x 12,432 kg), sehingga harga untuk besi
untuk 29 kolom seharga Rp2.523.696,00 (29 x Rp87.024,00).
Hasil cek fisik besi yang digunakan berdiameter 10 mm per m’ =
0,617 kg dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang
dengan panjang 3,5 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi
sebanyak 8,64 kg (0,617 kg x 3,5 m’ x 4) atau seharga
Rp60.480,00 (8,64 kg x Rp7.000,00), sehingga harga besi untuk 29
kolom seharga Rp1.753.920,00 (29 x Rp60.480,00).
Sehingga harga besi untuk rumah tersebut terdapat selisih harga
sebesar Rp769.776,00 (Rp2.523.696,00 – Rp1.753.920,00).
- Sloof dan Ring Balok.
Sesuai kontrak Sloof dan Ring Balok yang dipasang adalah
sepanjang 65,3 meter menggunakan besi diameter 12 mm, per m’ =
0,888 kg, dan jumlahnya 4 batang dan harga besi sebesar Rp
7.000,00 per kg. Jadi seluruhnya menggunakan besi sebanyak
231,95 kg (65,3 m x 0,888 kg x 4) atau seharga Rp 1.623.650,00
(231,95 kg x Rp7.000,00).
Hasil cek fisik diketahui bahwa besi yang digunakan adalah besi
dengan diameter 10 mm atau per meter = 0,617 kg. Jadi seluruh
besi yang digunakan sebanyak 161,16 kg (65,3 m x 0,617 kg x 4)
atau seharga Rp1.128.120,00 (161,16 kg x Rp7.000,00).

36
Sehingga untuk satu rumah terjadi selisih harga besi untuk sloof
dan ring balok sebesar Rp 495.530,00 (Rp1.623.650,00 –
Rp1.128.120,00)
- Pembuatan Rangka atap kaso dan reng sebanyak 1,71 m3 dengan
menggunakan kayu kelas II dengan harga Rp1.750.000,00 per m3
atau seharga Rp2.992.500,00 (1,71 m3 x Rp1.750.000,00).
Hasil cek diketahui bahwa kayu yang digunakan adalah kayu kelas
III dengan harga per m3 sebesar Rp 1.200.000,00, sehingga harga
kayu yang terpasang adalah sebesar Rp 2.052.000,00 (1,71 m3 x –
Rp1.200.000,00). Sehingga terjadi selisih harga sebesar
Rp940.500,00 (Rp2.992.500,00 – Rp2.052.000,00).
Sehingga untuk pembangunan rumah operasional Type C terjadi
potensi kelebihan pembayaran sebesar Rp 2.205.806,00 (Rp769.776,00
+ Rp 495.530,00 + Rp940.500,00).

c.Ketidaksesuaian penggunaan bahan material pekerjaan pembangunan


prasarana LP Narkoba Bandar Lampung Tahun 2005 Sebesar
Rp4.296.320,00.
Pada tahun 2005 Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung
melaksanakan Pembangunan Prasarana LP Narkoba Bandar Lampung
yang dikerjakan oleh PT. Citra Buana Lampung sesuai dengan SPK
(Kontrak) nomor W6.PR.03.06-595B tanggal 6 Agustus 2005 dengan
biaya sebesar Rp 1.326.386.000,00.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Tim pada tanggal 3
Oktober 2005 diketahui hal-hal sebagai berikut terdapat pekerjaan beton
bertulang untuk pembangunan rumah operasional type D (50 m2)
sebanyak 4 unit yang tidak sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan
dalam gambar, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Sesuai kontrak untuk 1 rumah menggunakan 16 kolom, sedangkan
bahan yang digunakan berupa besi berdiameter yang digunakan untuk
beton bertulang kolom adalah diameter 12 mm, per m’ = 0,888 kg

37
dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang dengan panjang
3,6 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 12,79 kg
(0,888 kg x 3,6 m’ x 4) atau seharga Rp89.530,00, sehingga harga
untuk besi untuk 16 kolom seharga Rp1.432.480,00 (16 x
Rp89.530,00).
Hasil cek fisik besi yang digunakan berdiameter 6 mm per m’ = 0,222
kg dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang dengan
panjang 3,6 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 3.20
kg (0,222 kg x 3,6 m’ x 4) atau seharga Rp22.400,00, sehingga harga
besi untuk 16 kolom seharga Rp358.400,00 (16 x Rp22.400,00).
Sehingga untuk satu rumah terdapat selisih harga sebesar Rp1.074.080,00
(Rp1.432.480,00 – Rp358.400,00) atau untuk 4 rumah sebesar
Rp4.296.320,00 (4 x Rp1.074.080,00).

d. Ketidaksesuaian penggunaan bahan material pekerjaan pembangunan


prasarana LP Metro Tahun 2005 sebesar Rp1.369.620,00.
Pada tahun 2005 Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung
melaksanakan Pembangunan gedung kegiatan kerja, Pembangunan ruang
besuk, Pembangunan septictank, Pembangunan pagar halaman LP dan
papan nama dan rehab rumah dinas yang dikerjakan oleh CV. Putra Teguh
sesuai dengan SPK (Kontrak) nomor W6.Ed.PL.03.06-717 tanggal 25
Agustus 2005 dengan biaya sebesar Rp260.750.000,00. Sampai dengan
saat pemeriksaan fisik pada tanggal 26 September 2005 diketahui
kemajuan pekerjaan fisik telah mencapai 19,29 %.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Tim pada tanggal 26
September 2005 diketahui hal-hal sebagai berikut :
1) Pembangunan ruang besuk/kunjungan, pekerjaan beton bertulang
untuk pembuatan 15 kolom menurut kontrak/gambar untuk per kolom
memakai ukuran besi berdiameter 12 mm dengan tinggi 3,8 m
sebanyak 6 batang, ternyata yang terpasang untuk satu buah kolom
memakai besi berdiameter 10 mm sebanyak 4 batang, sehingga

38
terdapat perbedaan bahan baku yang digunakan dengan penjelasan
sebagai berikut :
- Sesuai kontrak, besi berdiameter 12 mm per m’ = 0,888 kg dengan
harga per kg Rp4.500,00 banyaknya 6 batang dengan panjang 3,8
m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 20,25 kg atau
seharga Rp91.125,00
Hasil cek fisik besi berdiameter 10 mm per m’ = 0,617 kg degan
harga per kg Rp4.500,00 banyaknya 4 batang dengan panjang 3,8
m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 9,38 kg atau
seharga Rp42.210,00 .
Sehingga untuk setiap kolom terdapat selisih harga sebesar
Rp48.915,00 (Rp91.125,00 – Rp42.210,00) atau untuk 15 kolom
sebesar Rp733.725,00 (15 x Rp48.915,00).
2) Pembangunan bengker, pekerjaan beton bertulang untuk pembuatan 13
kolom menurut kontrak/gambar untuk per kolom memakai ukuran besi
berdiameter 12 mm dengan tinggi 3,8 m sebanyak 6 batang, ternyata
yang terpasang untuk satu buah kolom memakai besi berdiameter 10
mm sebanyak 4 batang, sehingga terdapat perbedaan bahan baku yang
digunakan dengan penjelasan sebagai berikut :
- Sesuai kontrak, besi berdiameter 12 mm per m’ = 0,888 kg dengan
harga per kg Rp4.500,00 banyaknya 6 batang dengan panjang 3,8
m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 20,25 kg atau
seharga Rp91.125,00
Hasil cek fisik besi berdiameter 10 mm per m’ = 0,617 kg degan
harga per kg Rp4.500,00 banyaknya 4 batang dengan panjang 3,8
m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 9,38 kg atau
seharga Rp42.210,00 .
Sehingga untuk setiap kolom terdapat selisih harga sebesar
Rp48.915,00 (Rp91.125,00 – Rp42.210,00) atau untuk 13 kolom
sebesar Rp635.895,00 (13 x Rp48.915,00).

39
Atas penggunaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis tersebut pihak Konsultan Pengawas dalam hal ini CV. Panca
Persada telah melakukan teguran tertulis kepada pihak pelaksana dalam
hal ini CV. Putra Teguh sesuai surat nomor S.001/PP-LP-M/XI/2005
tanggal 25 September 2005 yang tembusan surat ini juga disampaikan
kepada Pemimpin Kegiatan Proyek Pembinaan LP Metro, namun sampai
saat pemeriksaan fisik tanggal 26 September 2005 pihak pelaksana ( CV.
Putra Teguh) belum menindak lanjuti teguran tersebut.

e. Ketidaksesuaian penggunaan bahan material pekerjaan pembangunan LP


Anak Kota Bumi Tahun 2005 sebesar Rp7.079.072,00.
Pada tahun 2005 Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung
melaksanakan perluasan gedung kantor lantai II dan lantai I penyangga
lanta II, Rehab Auditorium, Rehab musholla dan rehab pos jaga pada LP
Anak Kota Bumi yang dikerjakan oleh PT. Dharma Budhi Kencana sesuai
dengan SPK (Kontrak) nomor WP.Ef.PL.03.06-659 dengan biaya sebesar
Rp1.215.621.000,00. Sampai dengan saat pemeriksaan fisik pada tanggal
25 September 2005 diketahui kemajuan pekerjaan fisik telah mencapai
10%.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Tim pada tanggal 25
September 2005 diketahui pada pekerjaan beton bertulang untuk
pembuatan 15 kolom menurut kontrak/gambar untuk per kolom memakai
ukuran besi berdiameter 16 mm dengan tinggi 8 m sebanyak 10 batang,
ternyata yang terpasang untuk satu buah kolom memakai besi berdiameter
16 mm sebanyak 6 batang dan besi diameter 10 mm sebanyak 6 batang,
sehingga terdapat perbedaan bahan baku yang digunakan dengan
penjelasan sebagai berikut :
- Sesuai kontrak, besi berdiameter 16 mm per m’ = 1,58 kg dengan
harga per kg Rp6.500,00 banyaknya 4 batang dengan panjang 8 m’
atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 50,56 kg atau seharga
Rp328.640,00

40
Hasil cek fisik besi berdiameter 10 mm per m’ = 0,617 kg dengan
harga per kg Rp6.500,00 banyaknya 6 batang dengan panjang 8 m’
atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 29,616 kg atau
seharga Rp192.504,00 .
Sehingga untuk setiap kolom terdapat selisih harga sebesar Rp136.136,00
(Rp328.640,00 – Rp192.504,00) atau untuk 52 kolom sebesar
Rp7.079.072,00 (52 x Rp136.136,00).
Atas penggunaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis tersebut pihak Konsultan Pengawas dalam hal ini CV. Panca
Persada telah melakukan teguran tertulis kepada pihak pelaksana dalam
hal ini PT. Dharma Budhi Kencana sesuai surat nomor 01/PP/IX/2005
tanggal 14 September 2005 yang tembusan surat ini juga disampaikan
kepada Kepala LP Anak Kota Bumi, namun sampai saat pemeriksaan fisik
tanggal 25 September 2005 pihak pelaksana ( PT. Dharma Budhi
Kencana) belum menindak lanjuti teguran tersebut.

Kondisi di atas tidak sesuai dengan :


a. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Pasal 12 Ayat (1)
Poin A Yang Menyatakan Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara
Didasarkan Atas Prinsip-Prinsip Hemat, Tidak Mewah, Efisien Dan Sesuai
Dengan Kebutuhan Teknis Yang Disyaratkan. Dan (2) Menyatakan Bahwa
Belanja Atas Beban Anggaran Negara Dilakukan Berdasarkan Atas Hak
Dan Bukti-Bukti Yang Sah Untuk Memperoleh Pembayaran.
b. Penjelasan Pasal 33 ayat (2) Keppres No. 80 Tahun 2003 berbunyi :
Khusus untuk pekerjaan konstruksi, pembayaran hanya dapat dilakukan
senilai pekerjaan yang terpasang, tidak termasuk bahan-bahan dan alat-alat
yang ada di lapangan.
c. Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) antara pemilik kegiatan yaitu Kanwil
Departemen Hukum dan HAM Lampung dengan masing-masing
pelaksana pekerjaan (pemborong) Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi

41
Pekerjaan tersebut pada Pasal 1 di atas harus dilaksanakan oleh pihak
kedua atas dasar semua ketentuan yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari perjanjian, yaitu SPK, Surat Penunjukan Penyedia Barang, Surat
Penawaran Harga, Syarat-syarat administrasi, Syarat-syarat teknis,
Gambar-gambar, Daftar kuantitas dan harga dan dokumen lain yang
tercantum dalam lampiran kontrak.

Hal tersebut di atas mengakibatkan adanya potensi kerugian negara


sebesar Rp 32.484.310,00 (Rp10.305.000,00 + Rp9.434.298,00 +
Rp4.296.320,00 + Rp1.369.620,00 + Rp7.079.072,00).

Hal demikian terjadi karena :


a. Adanya Itikad tidak baik dari para pelaksana pekerjaan (pemborong) untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan tidak melaksanakan
seluruh pekerjaannya sesuai dokumen kontrak.
b. Konsultan Pengawas tidak melaksanakan pengawasan dengan baik.
c. Pengawasan Kepala Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung selaku Kuasa
Pengguna Anggaran lemah.

Terhadap permasalahan tersebut pihak Kanwil Dep. Hukum dan HAM


Lampung memberi penjelasan bahwa temuan Tim BPK memang benar, dan
terhadap seluruh kekurangan volume pekerjaan telah dilakukan teguran oleh
Kepala Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung kepada para Pemborong dan
Konsultan Pengawas agar membuat dan memperbaiki segala kekurangan
volume pekerjaan sesuai RAB dan Spesifikasi Teknis Yang Disyaratkan. Dan
Pihak Pemborong telah membuat surat pernyataan bermaterai akan
memperbaiki seluruh pekerjaannya sesuai dokumen kontrak.

Badan menyarankan Menteri Hukum dan HAM memerintahkan agar :


a. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung
memberikan teguran kepada para pemborong untuk menyelesaikan dan

42
memperbaiki seluruh pekerjaan seperti yang tercantum dalam dokumen
kontrak (RAB dan Spesifikasi Teknis Yang Disyaratkan) atau memotong
jumlah pembayaran kepada pemborong sesuai dengan pekerjaan yang
tidak dikerjakan pada termijn berikutnya (Bukti atau Berita Acara
Pemotongan Pembayaran disampaikan kepada BPK).
b. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung
memberikan instruksi secara tertulis kepada seluruh Kepala UPT yang
sedang melaksanakan pembangunan untuk lebih meningkatkan
pengawasan agar kejadian yang sama tidak terulang.

5. Pengadaan barang peralatan Bengkel Kerja dan Bahan Bakunya untuk


keperluan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara di
Lingkungan Kanwil Departemen Hukum dan HAM Lampung senilai
Rp436.609.800,00 belum dimanfaatkan

Pada Tahun Anggaran 2004 dan 2005 Kanwil Dep. Hukum dan
HAM Lampung mengadakan pembelian alat bengkel Kerja dan bahan
bakunya untuk keperluan latihan para Narapidana dan Tahanan di Lapas dan
Rutan di Lingkungan Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung.

Dari hasil pemeriksaan fisik terhadap alat bengkel kerja dan bahan
baku yang dibeli tersebut pada beberapa Lapas dan Rutan diketahui masih ada
alat bengkel kerja dan bahan baku yang sampai dengan saat pemeriksaan
masih belum digunakan. Adapun hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

a. Pengadaan barang peralatan Bengkel Kerja dan Bahan Bakunya senilai


Rp89.900.000,00 di Rutan Sukadana tidak dimanfaatkan

Bagian Proyek Pembinaan Pembinaan Rumah Tahanan Sukadana


Lampung Timur TA 2004 dan Kuasa Pengguna Anggaran Rumah
Tahanan Negara Sukadana TA 2005 mengadakan Pengadaan Alat Bengkel
dan Bahan Bakunya untuk peningkatan keterampilan Napi/Tahanan, untuk
TA 2004 dilaksanakan oleh CV SUTI KARYA BERSAMA senilai Rp

43
44.950.000,00 dengan Surat Perjanjian Kerja Nomor W6.Ee.PR.03.06-14
tanggal 21 Oktober 2004, Nomor SPM 956120V/126/112 tanggal 1
Desember 2004 dan Berita Acara Serah Terima Barang Nomor
W6.Ee.PR.03.06-17 tanggal 1 Nopember 2004, untuk TA 2005
dilaksanakan oleh CV MITRA KARYA senilai Rp 44.950.000,00 dengan
Surat Perintah Kerja Nomor W6.Ee.PL.03.06-32 tanggal 21 April 2005,
Nomor SPM 00047 tanggal 27 Mei 2005 Dan Berita Acara Serah Terima
Barang Nomor 31/MK/V/LPG/2005 tanggal 19 Mei 2005.
Hasil Chek fisik pada tanggal 27 September 2005 barang-barang
peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya tersebut belum dapat
dimanfaatkan dan masih tersimpan di dalam gudang bengkel kerja.
Adapun barang barang peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya
dapat dilihat pada lampiran 4.

b. Pengadaan barang peralatan Bengkel Kerja dan Bahan Bakunya senilai


Rp119.880.500,00 Di LP Kalianda tidak dimanfaatkan
Bagian Proyek Pembinaan Pembinaan LP Kalianda Lampung
Selatan TA 2004 dan Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM Lampung
TA 2005 melaksanakan Pengadaan Alat Bengkel dan Bahan Bakunya
untuk peningkatan keterampilan Napi/Tahanan, untuk TA 2004
dilaksanakan oleh CV WIRA senilai Rp59.993.500,00 dengan Surat
Perjanjian Kerja Nomor W6.Eb.PL.03.06-54 tanggal 27 Oktober 2004,
Nomor SPM 010452Z/017/116 tanggal 23 Desember 2004 dan Berita
Acara Serah Terima Barang Nomor W6.Eb.PL.03.06-55 tanggal 25
Nopember 2004, untuk TA 2005 dilaksanakan oleh CV LIMA
SEKAWAN senilai Rp 59.887.000,00 dengan Surat Perjanjian Kerja
Nomor W6.587B.PR.03.06 tahun 2005 tanggal 15 Juni 2005, Nomor
SPM 00094 tahun 2005 tanggal 18 Agustus 2005 Dan Berita Acara Serah
Terima Barang Nomor W6.589B.PR.03.06 tahun 2005. tanggal 13 Juli
2005.

44
Hasil Chek fisik pada tanggal 1 Oktober 2005 barang-barang
peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya tersebut belum dapat
dimanfaatkan dan masih tersimpan di dalam gudang bengkel kerja adapun
barang-barang peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya dapat dilihat
pada lampiran 5.

c. Pengadaan barang peralatan Bengkel Kerja senilai Rp59.970.000,00 di LP


Narkotika Klas IIa Bandar Lampung tidak dimanfaatkan
Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Lampung Departemen Hukum dan HAM RI TA 2005
melaksanakan pengadaan alat bengker untuk peningkatan keterampilan
Napi/Tahanan. Pengadaan alat Bengker dilaksanakan oleh CV GRAHA
YUDHA senilai Rp 59.970.000,00 dengan Surat Perjanjian Kerja
NomorW6.586.E.PR.03.06 tanggal 15 Juni 2005 Nomor SPM 00083
tahun 2005 tanggal 10-8-2005 Berita Acara Serah Terima Nomor
W6.589D.PR.03.06. tahun 2005 tanggal 13-7-2005.
Hasil Chek fisik pada tanggal 3 Oktober 2005 barang-barang
peralatan bengkel kerja tersebut belum dapat dimanfaatkan dan masih
tersimpan di dalam gudang bengkel kerja. Adapun barang barang
peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya dapat dilihat pada lampiran
6.

d. Pengadaan barang peralatan Bengkel Kerja dan Meubelair senilai


Rp166.859.300,00 Di LP Wanita Bandar Lampung tidak dimanfaatkan

Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi


Manusia Lampung Departemen Hukum dan HAM RI TA 2005
melaksanakan Pengadaan Alat Bengkel dan Meubelair untuk peningkatan
keterampilan Napi/Tahanan dan perlengkapan sarana kantor. Untuk
Pengadaan Meubelair dilaksanakan oleh CV METRO MAKMUR senilai
Rp 106.900.000,00 dengan Surat Perjanjian Kerja Nomor
W6.587G.PR.03.06 tanggal 28 Juni 2005, Nomor SPM 00095 tahun 2005

45
tanggal 18-8-2005 dan Berita Acara Serah Terima Barang Nomor
W6.591G.PR.03.06 tahun 2005 tanggal 27-7-2005 sedangkan untuk
pengadaan alat Bengker dilaksanakan oleh CV YUDHA TAMA senilai Rp
59.959.300,00 dengan Surat Perjanjian Kerja NomorW6.586.D.PR.03.06
tanggal 15 Juni 2005 Nomor SPM 00082 tahun 2005 tanggal 10-8-2005
Berita Acara Serah Terima Nomor W6.589E.PR.03.06 tahun 2005 tanggal
13-7-2005.
Hasil Chek fisik pada tanggal 3 Oktober 2005 barang-barang
peralatan bengkel kerja dan Meubelair tersebut belum dapat dimanfaatkan
dan masih tersimpan di dalam gudang bengkel kerja. Adapun barang
barang peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya dapat dilihat pada
lampiran 7.

Kondisi demikian tidak sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 80


Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah :
- Pasal 3 huruf a menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa
harus seefisien mungkin dan diusahakan dengan menggunakan dana dan
daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu
sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggujawabkan;
- Pasal 3 huruf b, menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa
harus efektif sesuai dengan kebutuhaan yang telah ditetapkan dan dapat
memberikan manfaat yang sebesar besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan

Hal tersebut mengakibatkan adanya ketidakhematan sebesar


Rp436.609.800,00 dan adanya potensi barang yang sudah dibeli akan rusak dan
hilang.

Hal demikian terjadi karena :


a. Perencanaan yang dilakukan Kanwil Departemen Hukum dan HAM Lampung
belum berdasarkan kebutuhan yang pokok atau belum ada skala prioritas atas
kebutuhan alat bengkel kerja dan bahan baku.
b. Pengawasan Kepala Kanwil Departemen Hukum dan HAM atas perencanaan
pengadaan alat bengkel kerja dan bahan baku lemah.

46
Atas permasalahan tersebut Kanwil Departemen Hukum dan HAM
Lampung menjelaskan :
a. Pemanfataan alat bengkel kerja dan bahan bakunya menunggu selesainya
pembangunan Rutan Sukadana yang baru yang diperkirakan baru akan selesai
pada Tahun 2006.
b. Pemanfataan alat bengkel kerja dan bahan bakunya pada LP Kalianda
disebabkan SDM untuk warga binaan maupun petugas pemasyarakatan cukup
minim dalam pelaksanaan kegiatan di bengkel kerja.
c. Pemanfaatan alat bengkel kerja dan bahan bakunya pada LP Narkoba baru
akan dilaksanakan karena LP Narkoba baru dioperasionalkan pada tanggal 1
Juni 2005.
d. Pemanfaatan alat bengkel kerja dan bahan bakunya pada LP Wanita belum
dapat dilaksanakan karena LP Wanita baru akan dioperasionalkan pada awal
tahun 2006.

Badan menyarankan agar Kepala Kanwil Departemen Hukum dan HAM


Lampung dalam perencanaan pengadaan alat bengkel kerja dan bahan bakunya
lebih baik, menggunakan skala prioritas kebutuhan, serta pengawasan Kepala
Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung lebih ditingkatkan agar kejadian yang
sama tidak terulang.

6. Pembangunan rumah dinas di Lingkungan Rupbasan Kelas I Bandar


Lampung senilai Rp 227.994.000,00 tidak dimanfaatkan

Bagian Proyek Pembinaan Rupbasan Klas I Bandar Lampung TA 2004


mengadakan Pembangunan rumah dinas type 36 sebanyak 4 unit dan type 70 1
unit di lingkungan Rupbasan Klas I Bandar Lampung yang dilaksanakan oleh
CV IBUNDA RESTU senilai Rp227.994.000,00 dengan Surat Perintah Kerja
Nomor W6.Ee.PR.06.10-30A tanggal 19 Juni 2004, jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan terhitung sejak tanggal 19 Juni 2004 sampai dengan tanggal 16 Oktober

47
2004 dengan Nomor SPM yang terakhir 010125Z/017/116 tanggal 22 Desember
2004, telah dilaksanakan sesuai tepat waktu.

Hasil Chek fisik pada tanggal 3 Oktober 2005 pembangunan rumah


rumah dinas tersebut belum dapat dimanfaatkan karena. Hal ini dikarenakan di
lokasi tersebut belum ada sarana pendukung lainnya seperti PLN.
Hal tersebut bertentangan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah :
- Pasal 3 huruf a menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus
seefisien mungkin dan diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat
singkatnya dan dapat dipertanggujawabkan;
- Pasal 3 huruf b, menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus
efektif sesuai dengan kebutuhaan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan
manfaat yang sebesar besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan
Hal tersebut mengakibatkan pemborosan keuangan negara sebesar
Rp227.994.000,00 dan adanya potensi kerugian akibat kerusakan pada bangunan
sedangkan masa pemeliharaan bangunan yang merupakan kewajiban pihak
pemborong sudah selesai.
Hal tersebut disebabkan
a. Perencanaan yang dilakukan dalam pembangunan rumah dinas tersebut belum
terintegrasi keseluruhan dengan kebutuhan fasiltas umum lainnya seperti
listrik.
b. Pengawasan oleh kepala kantor wilayah Dep. Hukum dan HAM lemah.

Terhadap permasalahan tersebut pihak Kanwil Dep. Hukum dan HAM


Lampung memberi penjelasan bahwa pembangunan rumah tersebut berada di
lokasi yang baru dibuka sehingga belum ada fasiltas umum dan fasilitas sosial
lainnya seperti aliran listrik dan air.

Badan menyarankan kepada Kanwil Departemen Hukum dan HAM


Lampung dalam merencanakan bangunan milik negara pada lokasi yang baru

48
dibangun agar lebih meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Daerah
setempat untuk membangun fasilitas umum dan sosial, pengawasan Kepala
Kanwil Dep. Hukum dan HAM lebih ditingkatkan agar kejadian yang sama tidak
terulang.

49
d. Proyek/Belanja Modal Prasarana dan Sarana Keimigrasian
1. Terdapat potensi Kerugian Negara pada pekejaan renovasi Gedung Kantor
Imigrasi Panjang Tahun 2005 sebesar Rp30.460.875,00.
Pada tahun 2005 Kantor Imigrasi Panjang melaksanakan pekerjaan
Renovasi 2 Lantai seluas 350 meter persegi dan pembangunan rumah operasional
type C seluas 70 meter persegi yang dikerjakan oleh CV. Alsa Prima berdasarkan
Surat Perjanjian Kerja (kontrak) nomor W6.Fc.PL.06.01-028 tanggal 10 Agustus
2005 dengan nilai Rp369.400.000,00 dan jangka waktu pelaksanaan selama 90
hari kalender dan berakhir pada tanggal 8 Nopember 2005.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Tim pada tanggal 6 Oktober
2005 diketahui kemajuan fisik bangunan per tanggal 6 Oktober baru mencapai
10.% dan terdapat beberapa pekerjaan yang tidak dikerjakan dan tidak sesuai
spesifikasi teknis yang disyaratkan, yaitu sebagai berikut :
a. Dalam pekerjaan Renovasi gedung kantor 2 lantai diketahui bahwa terdapat
beberapa pekerjaan persiapan senilai Rp4.300.000,00 yang seharusnya telah
dikerjakan, namun ternyata tidak dikerjakan, hal ini dapat menimbulkan
potensi kelebihan pembayaran kepada CV. Alsa Prima (kerugian negara),
adapun pekerjaan persiapan yang tidak dikerjakan adalah :
- Pembuatan Direksi Keet senilai Rp1.500.000,00.
- Pembuatan Papan Nama Proyek senilai Rp200.000,00.
- Persediaan P3K senilai Rp100.000,00.
- Pembuatan IMB senilai Rp2.500.000,00.
b. Dalam pekerjaan Renovasi gedung kantor tersebut juga ditemukan pekerjaan
berupa pekerjaan beton bertulang yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis
yang disyaratkan, yaitu pemakaian bahan berupa besi beton yang ukurannya
tidak sesuai dengan RAB dan gambar desain yang rinciannya sebagai berikut :
- Pembuatan beton kolom sebanyak 22 buah dengan masing-masing kolom
menggunakan 16 batang besi diameter 16 mm (diketahui 1 m’ besi
diameter 16 mm seberat 1,59 kg) dan panjang 8 meter, jadi 1 kolom

50
menggunakan besi seberat 203,52 kg (8 m x 16 x 1,59 kg) atau seharga
Rp1.322.880,00 (203,52 kg x Rp6.500,00).
Hasil pemeriksaan fisik diketahui bahwa untuk membuat 1 kolom
digunakan besi dengan diameter 12 mm (diketahui 1 m’ besi diameter 12
mm seberat 0,888 kg) sebanyak 8 batang dan panjang 8 meter, jadi seluruh
besi yang digunakan untuk membuat 1 kolom adalah seberat 56,84 kg (8
m x 8 batang x 0,888 kg) atau seharga Rp369.460,00 (56,84 kg x Rp
6.500,00).
Sehingga terdapat potensi kerugian negara untuk pembesian 1 kolom adalah
sebesar Rp953.420,00 (Rp1.322.880,00 - Rp369.460,00) atau seluruhnya
untuk pembuatan 22 kolom potensi kerugian negara sebesar Rp 20.975.240,00
(Rp953.420,00 x 22).
- Pembuatan Sloof beton 20/30 sepanjang 127,4 m’ dengan penggunaan besi
diameter 16 mm (diketahui 1 m’ besi diameter 16 mm seberat 1,59 kg)
sebanyak 4 batang dan besi diameter 10 mm (diketahui 1 m’ besi diameter
16 mm seberat 0,617 kg) sebanyak 2 batang. Sehingga besi yang
digunakan untuk pembuatan sloof 20/30 sepanjang 127,4 meter adalah
967,49 kg [(127,4 m’ x 4 x 1,59 kg) + (127,4 m’ x 2 x 0,617 kg)] atau
seharga Rp6.288.685,00.
Hasil pemeriksaan fisik diketahui untuk pembuatan sloof eton sepanjang
127,4 m digunakan besi dengan diameter 6 mm (diketahui 1 m’ besi
diameter 6 mm seberat 0,222 kg) sebanyak 6 batang, atau seluruhnya
seberat 169,70 kg (127,4 kg x 6 x 0,222 kg) atau seharga Rp 1.103.050,00
(169,70 kg x Rp6.500,00). Sehingga terdapat potensi kerugian negara
untuk pembesian sloof beton 20/30 sepanjang 127,4 meter sebesar
Rp5.185.635,00 (Rp6.288.685,00 - Rp1.103.050,00).
Sehingga dalam pembesian untuk pembuatan 22 beton kolom dan beton sloof
20/30 sepanjang 127,4 meter terjadi potensi kerugian negara sebesar
Rp26.160.875,00 (Rp20.975.240,00 + Rp5.185.635,00).

51
Dari data di atas terlihat pada pekerjaan renovasi gedung kantor 2 lantai
terjadi potensi kerugian negara sebesar Rp30.460.875,00 (Rp1.500.000,00 +
Rp200.000,00 + Rp100.000,00 + Rp2.500.000,00 + Rp26.160.875,00).
Kondisi demikian tidak sesuai dengan :
a. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 12 ayat (1) poin a yang
menyatakan pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip
hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.
Dan (2) menyatakan bahwa Belanja atas beban anggaran negara dilakukan
berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.
b. Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) nomor nomor W6.Fc.PL.06.01-028 tanggal 10
Agustus 2005 pasal 2 yang yang antara lain menyatakan Pekerjaan pada pasal 1
harus dilaksanakan oleh pihak kedua atas dasar semua ketentuan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari perjanjian ini, antara lain yaitu, Dokumen pelaksanaan
berupa gambar kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat dst.

Hal tersebut mengakibatkan adanya potensi kerugian negara sebesar


Rp30.460.875,00 (Rp1.500.000,00 + Rp200.000,00 + Rp100.000,00 +
Rp2.500.000,00 + Rp26.160.875,00).

Hal tersebut disebabkan :


a. Adanya itikad tidak baik pihak pelaksana pekerjaan yaitu CV. Alsa Prima utnuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan melaksanakan pekerjaan
tidak sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan.
b. Konsultan Pengawas pelaksanaan pekerjaan tidak bekerja dengan baik dalam
mengawasi pekerjaan konstruksi.
c. Pengawasan Kepala Kantor Imigrasi Panjang selaku Pemberi Kerja kepada
Rekanan lemah.

Atas permasalahan tersebut Kepala kantor Imigrasi Panjang menjelaskan


bahwa temuan tersebut memang demikian kondisinya, namun sesuai dengan temuan

52
Tim Kepala Kanim Panjang teleh menegur CV. Alsa Prima untuk mengembalikan
seluruh biaya yang pekerjaannya tidak dikerjakan dan membongkar kolom beton dan
sloof yang tidak sesuai spesifikasi. Namun demikian CV. Alsa Prima berjanji akan
menyelesaikan pekerjaan yang belum dibuat dan mengganti kolom beton dan sloof
sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan.
Badan menyarankan Kepala kanwil Departemen hukum dan HAM
Lampung memerintahkan agar :
a. Kepala Kantor Imigrasi Panjang memberikan teguran tertulis kepada CV. Alsa
Prima untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan RAB dan Spesifikasi
teknis yang disyaratkan, dan apabila CV. Alsa Prima tidak menyelesaikan seluruh
pekerjaan tersebut sesuai dengan RAB dan Spesifikasi teknis yang disyaratkan
agar Kakanim Panjang memotong pembayaran kepada PT. alsa Prima pada
termijn berikutnya sesuai dengan prestasi pekerjaannya.
b. Pengawasan Kepala Kanim Panjang lebih ditingkatkan terhadap pembangunan
gedung tersebut untuk mencegah kejadian yang sama terulang.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

53

Anda mungkin juga menyukai