I. GAMBARAN UMUM
1. Tujuan Pemeriksaan
a. Pemeriksaan atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Untuk menguji dan menilai apakah:
1) Informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan;
2) Kegiatan pengelolaan pendapatan negara bukan pajak telah mematuhi
persyaratan kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku;
3) Sistem Pengendalian Intern telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai
untuk mencapai tujuan pengendalian;
b. Pemeriksaan atas Belanja Pembangunan
Untuk menguji dan menilai apakah:
1) Informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan;
2) Kegiatan pengelolaan proyek telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap
peraturan dan ketentuan yang berlaku;
1
3) Sistem pengendalian intern telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai
untuk mencapai tujuan pengendalian.
2. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan meliputi :
a. Sasaran pemeriksaan atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yaitu penyajian
informasi keuangan (pertanggungjawaban dan pelaporan), pelaksanaan
pengelolaan dan penerimaan dan Sistem Pengendalian Intern dan pengawasan.
b. Sasaran pemeriksaan atas Proyek/Belanja Modal yaitu organisasi dan prosedur
kerja, penatausahaan, penguasaan dan pengurusan keuangan, rencana dan
pelaksanaan kegiatan proyek, pemanfaatan hasil kegiatan proyek, pelaporan dan
pengawasan.
3. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan secara uji petik terhadap dokumen-dokumen
penerimaan pada PNBP keimigrasian dan dokumen-dokumen proyek serta meminta
penjelasan dari pejabat/petugas pelaksana, cek fisik maupun dengan mengadakan
konfirmasi dengan pihak-pihak yang terkait.
5. Obyek Pemeriksaan
a. Kegiatan Obyek Pemeriksaan
1) PNBP memiliki arti dan peran yang sangat penting dalam pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan Negara dan Pembangunan Nasional, oleh
karena itu peranan PNBP dalam pembiayaan kegiatan dimaksud, penting
dalam peningkatan kemandirian bangsa dalam pembiayaan Negara dan
Pembangunan. Kegiatan PNBP pada Lingkungan Kanwil Departemen
2
Hukum dan HAM adalah PNBP Biaya Keimigrasian dan Kegiatan
Keimigrasian merupakan kegiatan di bidang pelayanan kepada masyarakat
yang meliputi pembuatan Paspor, Ijin Tinggal Sementara (ITAS), Ijin
Tinggal Tetap (ITAP), Visa Kunjungan Saat Kedatangan (VKSK),
kemudahan Khusus Keimigrasian (Dasuskim) dan lainnya.
2) Proyek/Belanja Modal Pembangunan Prasarana dan Sarana
Pemasyarakatan. Kegiatan utama dari Proyek ini adalah pembangunan
gedung kantor, perawatan gedung kantor, perawatan gedung khusus,
peningkatan perlengkapan sarana gedung, pengadaan alat bengkel,
perawatan rumah negara, pengadaan kendaraan khusus dan pengadaan alat
pengolah data.
3) Proyek/Belanja Modal Pembangunan Prasarana dan Sarana Keimigrasian.
Kegiatan utama Proyek ini adalah Pengadaan alat pengolah data,
pembangunan gedung kantor dan pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan.
3
Anggaran Realisasi Prosentase (%)
Proyek
(Rp) (Rp) Keuangan Fisik
Pembinaan Pemasyara- 18.500.000.000 17.355.526.280 93,81 100
katan
Pembinaan Keimigrasian 500.000.000 382.540.000 76,51 100
c. Belanja Modal Prasarana dan Sarana Pemasyarakatan dan Keimigrasian
Tahun Anggaran 2005 (sampai dengan 30 September 2005) :
Tahun Anggaran Realisasi Prosentase (%)
Anggaran (Rp) (Rp) Keuangan Fisik
2005 17.170.408.000 5.701.033.514 33,20 40
4
karantina, tempat parkir sepeda motor, pengadaan mesin tik, komputer dan
AC split dengan anggaran tahun 2004 dan 2005 adalah masing-masing
sebesar Rp500.000.000,00 dan Rp495.563.000,00
5
`II. SISTEM PENGENDALIAN INTERN
1. Lingkungan pengendalian
a. Struktur Organisasi
Semua entitas yang terlibat dalam kegiatan Proyek/Belanja Modal
Prasarana dan Sarana Pemasyarakatan, Proyek/Belanja Modal Prasarana dan
Sarana Keimigrasian dan PNBP Biaya Keimigrasian telah memiliki struktur
organisasi yang jelas.
b. Tanggung Jawab dan Wewenang
Di samping struktur organisasi yang sudah jelas, job description
untuk masing-masing personil dalam proyek telah diuraikan secara jelas.
Namun demikian wewenang Pemimpin Proyek masih dibatasi oleh jabatan
strukturalnya, misalnya Pemimpin Proyek Pembinaan Pemasyarakatan
Lampung sebagai Kepala Sub Bidang Registrasi dan Statistik yang
memiliki atasan pada instansi vertikalnya pada Kanwil Dep.Hukum dan
HAM.
c. Praktek dan Kebijakan Sumber Daya Manusia
Penunjukan personil proyek selama ini ditetapkan berdasarkan
kebijakan yang sudah berjalan dari tahun ke tahun yaitu untuk
Pimpro/Pelaksana Kegiatan dijabat oleh Kepala Bidang Pemasyarakatan
dan Kepala Bidang Keimigrasian serta untuk Bendaharawan oleh Staf
Bagian Keuangan. Perencanaan dan pengawasan fisik diserahkan kepada
Konsultan Teknik.
2. Penilaian Risiko
Proyek Pembinaan Pemasyarakatan Lampung dan Proyek Pembinaan
Keimigrasian Lampung melakukan proses formal untuk menganalisa risiko
yang dihadapi dalam proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu
tidak terdapat kriteria yang jelas untuk menentukan tingkat risiko yang dihadapi
apakah tingkat risiko rendah, sedang atau tinggi.
3. Aktivitas Pengendalian
Review manajemen terhadap pencapaian sesuai rencana.
6
Review yang dilakukan Proyek hanya dengan menghitung daya
penyerapan anggaran yang telah dilakukan sampai akhir tahun anggaran tanpa
melakukan review terhadap penyebab sehingga terjadi rendahnya daya serap
anggaran dan tindak lanjut apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut.
4. Pemantauan
Pemantauan yang dilakukan adalah Pimpro melakukan pemeriksaan kas
Bendaharawan setiap triwulan.
7
IV. TEMUAN PEMERIKSAAN
8
8 9 s/d 19 Juli 16.780.000 20 juli 2004 16.780.000
9 30 Juli s/d 8 Agt 12.055.000 9 Agt 2004 12.055.000
10 18 s/d 26 Agt 19.785.000 27 Agt 2004 19.785.000
11 8 s/d 21 Sept 57.540.000 22 Sept 2004 57.540.000
12 22 sept s/d 11 Okt 18.675.000 12 Okt 2004 18.675.000
13 12 s/d 24 Okt 18.855.000 25 Okt 2004 18.855.000
14 29 Okt s/d 29 Nov 37.855.000 30 Nov 2004 37.855.000
15 30 Nov s/d 9 Des 16.030.000 10 Des 2004 16.030.000
Tahun 2005
1 31 Des 04 s/d 12 Jan 05 12.780.000 13 Jan 2005 12.780.00
2 13 s/d 24 Jan 17.350.000 25 Jan 2005 17.350.000
3 31 Jan s/d 10 Peb 16.350.000 11 Peb 2005 16.350.000
4 18 s/d 27 Peb 12.070.000 28 Peb 2005 12.070.000
5 28 Peb s/d 13 Maret 16.140.000 14 maret 2005 16.140.000
6 21 s/d 30 Maret 18.880.000 31 Maret 2005 18.880.000
7 29 April s/d 8 Mei 21.000.000 9 Mei 2005 21.000.000
8 13 s/d 27 Juli 25.900.000 28 juli 2005 25.900.000
9
kartu sidik jari Rp5.700
11 Nopember 6 Des 2004 645.100 Digunakan untuk biaya kirim
650.000 kartu sidik jari Rp4.900
12 Desember 10 Jan 2005 1.260.000 Digunakan untuk biaya kirim
1.265.000 kartu sidik jari Rp4.100
Jumlah 18.050.000 17.982.900 67.200
2005
1 Januari 7 Feb 2005 1.399.300 Digunakan untuk biaya kirim
1.405.000 kartu sidik jari Rp4.900
2 Februari 8 Mar 2005 1.205.100 Digunakan untuk biaya kirim
1.210.000 kartu sidik jari Rp4.900
3 Maret 12 Apr 2005 1.535.100 Digunakan untuk biaya kirim
1.540.000 kartu sidik jari Rp4.900
4 April 12 Mei 2005 1.575.900 Digunakan untuk biaya kirim
1.580.000 kartu sidik jari Rp4.100
5 Mei 2.220.000 16 Jun 2005 2.215.900 Digunakan untuk biaya kirim
kartu sidik jari Rp4.100
6 Juni 2.750.000 13 Juli 2005 2.750.000
7 Juli 2.715.000 11 Ags 2005 2.706.100 Digunakan untuk biaya kirim
kartu sidik jari Rp8.900
8 Agustus 2.580.000 12 Sept 2005 2574.300 Digunakan untuk biaya kirim
kartu sidik jari Rp5.700
9. September 2.015.000 5 Okt 2005 2.009.300 Digunakan untuk biaya kirim
kartu sidik jari Rp5.700
Jumlah 18.015.000 17.971.000 43.200
10
5 Mei 2.165.000 2 Jun 2005 2.165.000
6 Juni 2.150.000 5 Juli 2005 2.150.000
7 Juli 2.280.000 4 Ags 2005 2.280.000
8 Agustus 2.245.000 6 Sept 2005 2.245.000
9. September 1.665.000 3 Okt 2005 1.665.000
Jumlah 28.335.000 28.335.000
Dari data di atas terlihat bahwa bendahara penerima biaya sidik jari pada
kedua Kanim tersebut menyetor penerimaannya pada bulan berikutnya dan khusus
untuk penerimaan biaya sidik jari pada Kanim bandar Lampung tidak seluruhnya
disetorkan ke kas negara melainkan ada sebagian digunakan untuk mengirim
kartu sidik jari ke Ditjen Administrasi Hukum Umum. Hal ini dilakukan
bendaharawan sesuai petunjuk Menteri Kehakiman dan HAM Keputusan Menteri
Kehakiman No. A-3.PR.08.10 Tahun 2003 tentang Tata cara penyelesaian teknis
dan administrasi keuangan biaya sidik jari keimigrasian pasal 25 yang berbunyi
”Hasil penerimaan Sidik jari sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 digunakan
untuk pengadaan peralatan, bahan-bahan, ongkos kirim karton khusus sidik jari
yang akan dirumuskan, biaya operasional yang berkaitan dengan sidik jari”
sehingga diartikan oleh bendahrawan penerima, PNBP sidik jari bisa langsung
digunakan untuk ongkos kirim kartu sidik jari ke Ditjen Administrasi Hukum
Umum.
Padahal jika dilihat bunyi pasal 24 ”Ditjen Imigrasi dan Ditjen AHU dapat
menggunakan hasil penerimaan sidik jari yang telah disetor ke Kas Negara sesuai
dengan ijin penggunaan yang telah disahkan oleh Dirjen Anggaran Departemen
Keuangan” sehingga penerimaan sidik jari harus disetor dulu ke kas negara
seluruhnya, baru kemudian dibuatkan ijin penggunaan oleh Ditjen Anggaran Dep.
Keuangan (DIK-Suplemen). Sedangkan yang dimaksud dalam pasal 25 di atas
adalah pengalokasian dana hasil PNBP sidik jari.
Dalam SK Menteri Kehakiman dan HAM tersebut diatas pasal 14
menyebutkan bahwa Setiap pemohon SPRI, Dokim, Perijinan keimigrasian atau
surat keterangan keimigrasian lainnya yang telah mendapat persetujuan dari
Kepala Kanim atau pejabat yang ditunjuk, dikenakan biaya sidik jari yang
merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Serta dalam pasal 15
11
disebutkan, berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) yang berlaku pada Departemen Kehakiman ditetapkan biaya sidik sebesar
Rp5.000,00.
12
Hal tersebut mengakibatkan :
a. PNBP yang berasal dari penerimaan biaya sidik jari pada Kanim Bandar
Lampung kurang diterima negara sebesar Rp110.400,00.
b. Penerimaan negara dari PNBP Biaya Keimigrasian dan Penerimaan biaya
sidik jari dari Kanim Bandar Lampung dan Kanim Panjang terlambat diterima
oleh Kas Negara.
13
menyetorkan seluruh penerimaan biaya sidik jari ke Kas Negara minimal 1
(satu) minggu sekali.
b. Kepala Kanim Panjang meningkatkan koordinasi dengan Pimpinan Bank
Mandiri Cabang Malahayati untuk mendapatkan lembaran SSBP sesuai
dengan kebutuhan.
c. Pengawasan Kedua Kakanim lebih ditingkatkan agar kejadian yang sama
tidak terulang.
14
Keadaan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Keppes No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN Pasal 8 ayat
(1) huruf a menyatakan bahwa departemen/lembaga wajib mengadakan
intensifikasi pemungutan pendapatan negara yang menjadi wewenang dan
tanggung jawabnya.
b. Lampiran PP nomor 26 tahun 1999 angka VI butir 1 :
1) Huruf p yang menyatakan bahwa biaya SPRI pengganti SPRI yang
rusak/hilang disebabkan oeh kejadian yang tak terhindarkan adalah
sebesar Rp100.000,00.
2) Huruf q yang menyatakan bahwa biaya SPRI pengganti SPRI yang
rusak/hilang disebabkan oleh kelalaian adalah sebesar Rp 400.000,00.
15
Badan menyarankan kepada menteri Hukum dan HAM agar
memerintahkan Kepala Kanwil Departemen Hukum dan HAM Lampung sesuai
dengan PP Nomor 30 Tahun 1980 memberikan teguran kepada Kepala Divisi
Keimigrasian Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung, Kepala Kanim Bandar
Lampung dan Kepala Seksi Wasdakim pada Kanim Bandar Lampung agar dalam
menentukan pengenaan denda akibat paspor hilang/rusak mengikuti ketentuan
yang ada, serta meningkatkan pengawasannya guna mencegah terjadinya
penyimpangan.
16
4 Masayo Terada 2C1 VB0015 – D
5 Murugalah Periasamy 2C1 VB0026 – D
3) Permohonan Izin Tinggal Terbatas yang tidak di lengkapi identitas diri
Pemohon (Riwayat Hidup)
No Nama No Kitas
1 Takashi Misaki 2C2 VB0047 – C
2 Thomas Ray Barber 2C2 VB0048 – D
3 Murugalah Periasamy 2C2 VB0051 –D
4 Yoshimitsu Ishimaru 2C1 VB0027 – D
5 Lee Swee Eng 2C1 VB0026 – D
6 Liu Ming Teh 2C1 VB 0004 – C
7 Atanacia Moral Dianco 2C2 VB0055 – D
b. Kanim Panjang.
1) Permohonan Izin tinggal Terbatas yang tidak dilengkapi dengan jaminan
dari sponsor yaitu
No Nama No Kitas
1 Uniya Taichi 2C1 VC0019 – C
2 Takatsugo Matsuo 2C1 VC0007 – C
3 Aparna Watal 2C1 VC0002 –D
4 Nguking 2C1 VC10015 – C
5 Kim Yong Ho 2C1 VC0096 – D
2) Permohonan Izin Tinggal Terbatas yang tidak di lengkapi identitas diri
Pemohon (Riwayat Hidup)
No Nama No Kitas
1 Su Wen Nam 2C2 VC0024 – C
2 Anand kumar Nirupam 2C2 VC0017 – C
3 Uniya Taichi 2C1 VC0019 –C
4 Lim Huat 2C2 VC0023 – C
5 Takatsugu Matsuo 2C1 VC0007 – C
6 Jang Jae Seung 2C1 VC0029 – C
7 Ogasawara Tsuneaki 2C1 VC0028 – C
8 Lee Jae Chun 2C1 VC0027 – C
9 Oyama Masanory 2C1 VC0024 - C
3) Permohonan Izin Tinggal Terbatas yang tidak di lengkapi Surat Nikah orang
tua atau Akte Kelahiran
No Nama No Kitas
1 Samayasar Jain 2C2 VC0018 – C
2 Edward Kong QI Heng 2C1 VC0017 – C
3 Eason kong QI Zheng 2C1 VC0016 –C
4 Jin Seo Jang 2C2 VC0027 – C
17
Kondisi demikian tidak sesuai dengan Juklak Dirjen Imigrasi Nomor F-
309.IZ.01.10 tahun 1995 tentang Tata Cara Pemberian, Perpanjangan, Penolakan
dan Gugurnya izin keimigrasian Romawi III huruf B angka 3 huruf C angka 3)
huruf a) menyatakan pemberian Izin Tinggal Terbatas dilaksanakan oleh Kepala
Kantor Imigrasi setelah orang asing yang bersangkutan dan atau sponsor atau
kuasanya mengajukan permintaan kepada Kepala Kantor Imigrasi dengan mengisi
serta menandatangani formulir yang telah ditentukan dan memenuhi kelengkapan
persyaratan antara lain surat permintaan dan jaminan serta keterangan identitas
diri, sponsor, surat riwayat hidup.
Hal tersebut mengakibatkan :
a. Tidak ada yang bertanggung jawab apabila pemegang KITAS yang
bersangkutan melakukan pelanggaran keimigrasian
b. Tujuan penegakan ketentuan mengenai pemberian izin tinggal terbatas tidak
tercapai
c. Memberikan citra yang negatif bagi Kantor Imigrasi Bandar Lampung atas
pemberian KITAS yang persyaratannya tidak lengkap.
18
Seksi Lalintuskim pada kedua Kanim tersebut lebih cermat meneliti segala
persyaratan permohonan pembuatan KITAS dan Kedua Kepala Kanim lebih
meningkatkan pengawasan agar hal yang sama tidak terulang
19
c. Proyek/Belanja Modal Prasarana dan Sarana Pemasyarakatan Tahun 2004
dan 2005.
1. Penunjukan PT. Pandan Sari, PT. Jatiluhur Dan CV. Gemuruh sebagai
pelaksana pembangunan LP Narkoba dan LP Wanita Bandar Lampung
serta Bapas Metro dengan cara penunjukan langsung tidak sesuai
Keputusan Presiden Dan Undang-Undang Jasa Konstruksi
Proyek Pembinaan Pemasyarakatan pada Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM (Kanwil Dep.KUM dan HAM) Lampung sejak Tahun
Anggaran 2003 sampai Tahun Anggaran 2004 melaksanakan pembangunan
LP Narkoba Bandar Lampung, LP Wanita Bandar Lampung dan Bapas Metro
senilai Rp 9.115.544.000,00 dengan rincian sebagai berikut :
NO TAHUN LP NARKOBA LP WANITA BAPAS METRO
BANDAR lAMPUNG BANDAR LAMPUNG
1. 2003 1.692.536.000,00 1.691.558.000,00 275.916.000,00
2. 2004 3.124.198.000,00 2.178.413.000,00 152.923.000,00
JUMLAH 4.816.734.000,00 3.869.971.000,00 428.839.000,00
20
W6.PR.09.10-204 dan No. W6.PR.09.10-205 tanggal 16 Maret 2004. Dasar
hukum yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan penunjukan langsung
yang diusulkan oleh Kakanwil Depkeh & HAM Lampung adalah sebagai
berikut :
- UU Nomor 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi;
- PP No. 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
- Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa Pemerintah;
- Kepmen Kimpraswil Nomor 323/KPTS/M/2003 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
- Kepmen Kimpraswil Nomor 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.
Penggunaan PP No. 29 Tahun 2000 sebagai dasar usul penunjukan
langsung oleh Kakanwil Dep.Kehakiman dan HAM kepada Menteri
Kehakiman tersebut tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada.
Pemerintah RI telah menetapkan bahwa dalam setiap proses
pengadaan barang/jasa di lingkungan Instansi Pemerintah harus berpedoman
kepada Keppres, yaitu Keppres No. 18 Tahun 2000 untuk pelaksanaan
pengadaan barang/jasa Tahun 2000 sampai dengan 2003 dan Keppres No. 80
Tahun 2003 untuk pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada Tahun 2004
sampai dengan sekarang. Kemudian untuk pengadaan barang/jasa konstruksi
diperkuat dengan UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Keppres No. 18 Tahun 2000 dan No. 80 Tahun 2003, dan UU No. 18
Tahun 1999 dengan jelas dan tegas menetapkan syarat-syarat suatu pengadaan
barang/jasa yang dapat dilakukan dengan cara Penunjukan Langsung, yaitu
proyek penanganan darurat untuk keamanan/pertahanan negara, pekerjaan
yang kompleks yang hanya dapat dilakukan oleh penyedia jasa
tertentu/pemegang hak paten, pekerjaan rahasia menyangkut keamanan
Negara dan pekerjaan yang berskala kecil.
Berdasarkan ketetapan dalam Keppres dan UU No. 18 tersebut, maka
pelaksanaan pembangunan Hunian Rutan/Lapas, pembangunan Kantor dan
21
fasilitas Sarana Pendukungnya di LP Narkoba Bandar Lampung, LP Wanita
Bandar Lampung dan Bapas Metro tidak masuk dalam kriteria pemilihan
rekanan dengan cara Penunjukan Langsung, namun masuk dalam kriteria
Pelelangan Umum/Tender Terbuka, sehingga seharusnya dilakukan proses
tender untuk memperoleh harga yang wajar, transparan, akuntabilitas dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu penggunaan pasal 12 ayat (1) huruf a.5 PP No. 29 Tahun
2000 tentang Penunjukan Langsung juga tidak realistis dan tidak tepat karena
bangunan Lapas dan sarana pendukungnya di LP Narkoba Bandar Lampung,
LP Wanita Bandar Lampung dan Bapas Metro, "bukanlah pekerjaan lanjutan
yang secara tekhnis merupakan kesatuan konstruksi yang sifat
pertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-pecah
dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya". Tetapi merupakan
bangunan yang teknis konstruksi terpisah satu dengan lain sehingga apabila
terjadi kegagalan satu bangunan tidak akan mempengaruhi bangunan lain
bahkan tidak berkaitan sama sekali, seperti untuk LP Narkoba Bandar
Lampung pada tahun 2003 membangun gedung kantor 2 lantai sedangkan
pada tahun 2004 membangun sarana penunjang sarana dan prasarana lain
yaitu bangunan mesjid, gereja, dapur dan gudang. Kegagalan bangunan
mesjid, gereja, dapur dan gudang tidak akan mempengaruhi bangunan gedung
kantor 2 lantai yang dibangun pada tahun 2003 , demikian juga sebaliknya.
Selain itu diketahui pula bahwa sebagian besar nilai proyek tersebut di
atas adalah merupakan pekerjaan bangunan kantor dan fasilitas utama serta
sarana pendukungnnya, seperti jalan dan pagar yang dengan jelas tidak masuk
dalam kriteria PP No. 29 tersebut di atas.
22
- Ayat (1) Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan
berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan
rekanan/penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas.
- ayat (3) berbunyi : Penetapan rekanan dapat dilakukan dengan cara
Pemilihan Langsung atau Penunjukan Langsung jika dalam keadaan
tertentu, yaitu proyek/pekerjaan penangganan darurat untuk keamanan
dan keselamatan masyarakat, pekerjaan kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan oleh rekanan terbatas/pemegang hak, pekerjaan yang
perlu dirahasiakan dan pekerjaan yang berskala kecil.
b. Keppres No.80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada huruf C poin 4 a)
dan b) berbunyi : Penunjukan Langsung dapat dilaksanakan dalam hal
memenuhi Kriteria Tertentu dan Khusus, yaitu Proyek/pekerjaan
penangganan darurat untuk pertahanan Negara, pekerjaan yang perlu
dirahasiakan menyangkut pertahanan dan keamanan negara, pekerjaan
yang berskala kecil, pekerjaan yang spesifik yang hanya dapat
dilaksanakan oleh rekanan tertentu/pemegang hak paten dan pekerjaan
yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan
teknologi khusus dan hanya satu perusahaan yang dapat
mengaplikasikannya.
Hal tersebut mengakibatkan :
a. Prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa, yaitu efisien, terbuka dan bersaing,
transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel tidak tercapai/terpenuhi.
b. Nilai kontrak pengadaan barang/jasa yang tidak dilakukan melalui proses
tender/lelang secara terbuka diragukan kewajarannya, sehingga berpotensi
dapat merugikan Negara.
Hal tersebut disebabkan para pejabat terkait di lingkungan Departemen
Hukum dan HAM dalam hal ini Kepala Kanwil Departemen Hukum dan
HAM Lampung dan Pemimpin Proyek Pembinaan Pemasyarakatan Lampung
dalam proses Pembangunan LP Narkoba Bandar Lampung, LP Wanita Bandar
Lampung dan Bapas Metro kurang memahami prosedur dan ketentuan
23
perundang-undangan yang berlaku berkenaan dengan proses pengadaan
barang dan jasa di lingkungan Instansi Pemerintah.
Terhadap permasalahan tersebut pihak Kanwil Dep. Hukum dan HAM
Lampung memberi penjelasan bahwa pembangunan Lapas Wanita dan Lapas
Narkoba merupakan kegiatan lanjutan maka dasar penunjukan langsung yang
dilakukan Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung adalah menggunakan PP
Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 12 ayat
(1) yang menyebutkan penunjukan langsung pelaksana konstruksi berlaku
untuk pekerjaan yang secara teknis merupakan satu kesatuan konstruksi yang
sifat pertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-
pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan. Dan bangunan Lapas Wanita
dan Lapas Narkoba merupakan satu kesatuan konstruksi karena memiliki
fungsi khusus, sehingga dalam pembangunannya tidak dapat dipisah-pisahkan
dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
Dari penjelasan Kanwil Dep. Hukum dan HAM tersebut terlihat jelas
bahwa pemahaman tentang pekerjaan lanjutan adalah tidak benar. Karena
seperti dicontohkan dalam kondisi temuan, sebagai contoh dalam
pembangunan Lapas Narkoba pada tahun 2003 dibangun gedung kantor 2
lantai sedangkan pada tahun 2004 di Lapas Narkoba dibangun bangunan
masjid, yang walaupun dalam satu lokasi namun pembangunan masjid
terpisah dari bangunan kantor sehingga tidak dapat dikatakan sebagai satu
kesatuan konstruksi atau merupakan pekerjaan lanjutan.
Badan menyarankan Menteri Hukum dan HAM melalui Sekretaris
Jenderal agar :
1. Sesuai PP Nomor 30 Tahun 1980 memberikan teguran kepada Kepala
Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung Tahun 2004 dan Pemimpin
Proyek Pembinaan Pemasyarakatan Lampung Tahun 2004.
2. Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara di
Lingkungan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung
tahap selanjutnya dilaksanakan melalui pelelangan umum
24
2. Pembangunan sarana dan prasarana Lembaga Pemasyarakatan/Rumah
Tahanan Negara di Lingkungan Kanwil Dep. Hukum Dan HAM
Lampung Tahun 2004 dan 2005 terlalu mahal sebesar
Rp1.157.200.097,79
Pada Tahun 2004 dan 2005 Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
HAM Lampung melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana untuk
Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan Rumah Tahanan Negara (Rutan) dengan
anggaran yang telah dialokasikan dalam DIP Kanwil Dep. Hukum dan HAM
Lampung 2004 dan DIPA Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung (khusus
Belanja Modal) 2005 masing-masing sebesar Rp18.500.000.000,00 dan
Rp16.674.845.000,00.
Dari hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen kontrak berupa
Rencana Anggaran Biaya (RAB) tahun 2004 dan 2005 diketahui hal-hal
sebagai berikut :
a. Beberapa kegiatan pada Pembangunan LP Narkoba Bandar Lampung
lebih mahal sebesar Rp19.606.000,00 apabila dibandingkan dengan
kontrak pekerjaan sejenis yaitu kontrak pembangunan LP Wanita Bandar
Lampung. Adapun jenis pekerjaan yang lebih mahal tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
NO. URAIAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN SELISIH
LP NARKOBA LP WANITA
BANDAR BANDAR
LAMPUNG LAMPUNG
(KONTRAK NO. (KONTRAK NO.
W6.PR.06.10-35 W6.PR.06.10-35A
tanggal 10 Juni 2004) tanggal 10 Juni 2004)
1. Pembangunan Masjid 150 m2 225.996.000,00 221.148.000,00 4.848.000,00
2. Pembangunan Gereja 100 m2 150.666.000,00 147.435.000,00 3.231.000,00
3. Pembangunan Dapur & Gudang 134 201.884.000,00 197.553.000,00 4.331.000,00
m2
4. Pembangunan Rumah Operasional 433.093.000,00 430.500.000,00 2.593.000,00
dengan type Bangunan Rumah Susun
bertingkat 2 lantai, 2 blok, 8 unit, 348
m2
5. Penyambungan air dan listrik 2 paket 13.532.000,00 8.929.000,00 4.603.000,00
JUMLAH 1.025.171.000,00 1.005.565.000,00 19.606.000,00
25
mahal dari Pedoman Harga Satuan per Meter Persegi Bangunan Gedung
Negara (Bangunan gedung) Tahun Anggaran 2004 dan 2005 untuk
Provinsi Lampung yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Permukiman
Provinsi Lampung yaitu masing-masing sebesar Rp711.661.097.79 dan
Rp425.933.000,00. Adapun rinciannya dapat dilihat pada lampiran 2.
26
Hal demikian disebabkan oleh :
a. Panitia Pengadaan Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan/Rutan Kanwil
Dep. Hukum dan HAM Tahun 2004 dan 2005 tidak cermat dan tidak
mematuhi ketentuan yang ada dalam menyusun harga perkiraan sendiri.
b. Pengawasan Pemimpin Proyek Pembinaan Pemasyarakatan Tahun 2005
dan Kepala Kanwil Dep. Hukum dan HAM lemah.
Terhadap permasalahan tersebut pihak Kanwil Dep. Hukum dan HAM
Lampung memberi penjelasan Bahwa rumah tahanan dan lembaga
pemasyarakatan termasuk dalam klasifikasi bangunan khusus, sedangkan
dalam pedoman harga satuan per meter persegi bangunan gedung negara yang
dikeluarkan Kepala Dinas Permukiman Provinsi Lampung hanya memberikan
2 harga satuan yaitu harga satuan untuk klasifikasi bangunan sederhana dan
tidak sederhana. Sehingga dalam pembangunan sarana dan prasarana lapas
dan rutan di Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung menggunakan
klasifikasi bangunan tidak sederhana dengan alasan antara lain desain
bangunan tidak sederhana seperti bangunan lain pada umumnya mengingat
dari segi faktor keamanan dan memiliki karakter yang tidak sederhana serta
memiliki kompleksitas dalam pelaksanaannya seperti penggunaan jeruji besi
pada jendela, penggunaan lantai beton dan adanya teralis besi pada plafond.
Dari hasil pemeriksaan fisik terhadap beberapa lapas dan rutan di
lingkungan Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung diketahui bahwa
memang terdapat masjid yang menggunakan jendela dan pintu jeruji besi,
namun jika ada Narapidana atau Tahanan yang sedang melakukan sholat di
masjid, pintu masjid tidak ditutup atau dikunci dari luar, dan lokasi masjid
adalah ditengah-tengah lapas atau rutan dan didalam pagar sterilisasi.
Sehingga penggunaan jeruji besi pada pintu dan jendela mesjid adalah
merupakan suatu pemborosan. Demikian pula pada pembangunan gereja dan
poliklinik serta ruang rekreasi tidak menggunakan jeruji besi dan lantai beton.
Badan menyarankan Menteri Hukum dan HAM agar memerintahkan :
27
a. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung
mempertanggungjawabkan kemahalan yang terjadi pada pembangunan
Prasarana dan Sarana Lapas dan Rutan tersebut, dan khusus untuk
bangunan prasarana dan sarana Lapas dan Rutan yang tidak memerlukan
pengamanan yang tinggi agar ditinjau kembali mengenai penggunaan
jeruji besi untuk lebih menghemat biaya pembangunan misalnya bangunan
masjid, gereja dan ruang rekreasi yang terletak didalam lingkungan pagar
sterilisasi.
b. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung sesuai
dengan PP Nomor 30 Tahun 1980 memberikan teguran tertulis kepada
Panitia Pengadaan Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan/Rutan Kanwil
Dep. Hukum dan HAM Tahun 2004 dan 2005.
c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung lebih
meningkatkan pengawasan agar kejadian yang sama tidak terulang.
28
NO. KONTRAK/ BIAYA RAB KELEBIHAN
PEKERJAAN SELURUHNYA TERTINGGI BAYAR
1. Pembangunan Rutan Ban-
dar Lampung. Kontrak
No.W6.PR. 06.10-42
Tanggal 10 Juni 2004 (PT.
Wangsa Pratama)
- Papan Nama Kegiatan 1.100.000,00 100.000,00 1.000.000,00
(11 Kegiatan)
- Mobilisasi Bahan/Alat 5.750.000,00 750.000,00 5.000.000,00
(11 kegiatan)
- Direksi Keet (5 kegiatan) 3.000.000,00 600.000,00 2.400.000,00
Sub Jumlah 9.850.000,00 1.450.000,00 8.400.000,00
2. Pembangunan LP Narkoba
Bandar Lampung (PT.
Pandan Sari) Kontrak No.
W6.PR.06 .10-35 Tanggal
10 Juni 2004
- Papan Nama Kegiatan (8 1.100.000,00 150.000,00 950.000,00
kegiatan)
- Mobilisasi Bahan/Alat (9 9.450.000,00 4.000.000,00 5.450.000,00
kegiatan)
- Direksi Keet (8 kegiatan) 9.350.000,00 4.000.000,00 5.350.000,00
Sub Jumlah 19.900.000,00 8.150.000,00 11.750.000,00
3. Pembangunan LP Wanita
Bandar Lampung (PT.
Jatiluhur) Kontrak No.W6.
PR.06.10-35A Tanggal 10
Juni 2004
- Papan Nama Kegiatan (5 500.000,00 100.000,00 400.000,00
kegiatan)
- Mobilisasi Bahan/Alat (6 6.750.000,00 4.000.000,00 2.750.000,00
kegiatan)
- Direksi Keet (5 kegiatan) 3.000.000,00 600.000,00 2.400.000,00
Sub Jumlah 10.250.000,00 4.700.000,00 5.550.000,00
JUMLAH 40.000.000,00 14.300.000,00 25.700.000,00
29
pembuatan papan nama kegiatan/proyek, mobilisasi peralatan dan pembuatan
direksi keet/laporan/adminitrasi/dokumentasi hanya akan dilaksanakan 1 kali
selama pelaksanaan proyek/kegiatan, atau dalam satu lokasi proyek/kegiatan
tidak mungkin dibuat banyak papan nama, mobilisasi bahan/peralatan dan
Direksi keet. Sehingga dapat disimpulkan untuk masing-masing kontrak
terdapat kelebihan pembayaran untuk pekerjaan persiapan berupa pembuatan
papan nama kegiatan, mobilisasi bahan/peralatan dan pembuatan direksi
keet/laporan/administrasi/dokumentasi. Adapun kelebihan pembayaran
masing-masing kontrak tersebut dengan asumsi untuk setiap pembuatan papan
nama mobilisasi bahan/peralatan dan pembuatan direksi
keet/laporan/administrasi/dokumentasi menggunakan RAB yang paling tinggi
dari setiap kontrak adalah sebesar Rp25.700.000,00. Data tentang rincian
pekerjaan mobilisasi bahan/peralatan dan Direksi keet dapat dilihat dalam
lampiran 3.
30
Rp25.700.000,00 (PT. Wangsa Pratama sebesar Rp8.400.000,00, PT Pandansari
sebesar Rp11.750.000,00, PT. Jatiluhur sebesar Rp 5.550.000,00).
Hal tersebut disebabkan oleh :
a. Konsultan Perencana Teknis tidak cermat dan teliti dalam membuat Rencana
Anggaran Biaya pekerjaan konstruksi.
b. Panitia Pengadaan Pembangungan Gedung Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan Negara Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung tidak
cermat dalam melaksanakan tugasnya.
c. Pengawasan Kepala Kantor Wilayah Dep. Hukum dan HAM Lampung lemah.
Terhadap permasalahan tersebut pihak Kanwil Dep. Hukum dan HAM
Lampung memberi penjelasan bahwa adanya beberapa kegiatan pembangunan
papan nama kegiatan/proyek dan direksi keet pada satu kontrak bukan merupakan
kelebihan pembayaran, melainkan hanya kesalahan dari konsultan perencana
teknik yang memecah biaya pembuatan papan nama kegiatan/proyek dan direksi
keet pada beberapa kegiatan yang ada pada kontrak tersebut, dan apabila
disatukan nilai tersebut masih wajar untuk membuat satu papan nama
kegiatan/proyek dan direksi keet untuk masing-masing kontrak.
Badan menyarankan Menteri Hukum dan HAM memerintahkan agar :
a. Kantor Wilayah Departemen hukum dan HAM Lampung menarik kelebihan
pembayaran sebesar Rp25.700.000,00 kepada para pemborong dan disetorkan
ke Kas Negara, copy bukti penyetoran dikirimkan ke BPK.
b. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung sesuai
dengan PP Nomor 30 Tahun 1980 memberikan teguran secara tertulis kepada
Panitia Pembangunan Gedung Lapas dan Rutan Kanwil Departemen Hukum
dan HAM Lampung Tahun 2004 agar lebih cermat dalam melaksanakan
tugasnya terutama dalam menentukan kewajaran Rencana Anggaran Biaya
(RAB) yang dibuat oleh Konsultan Perencana Teknis;
c. Konsultan Perencana Teknis yang bersangkutan tidak diikutsertakan lagi
dalam kegiatan pembangunan Lapas dan Rutan di Lingkungan Kanwil Dep.
Hukum dan HAM Lampung.
31
d. Pengawasan Kepala Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung lebih
ditingkatkan agar kejadian yang sama tidak terulang.
32
pekerjaan sampai dengan tanggal 5 Desember 2005 dan pembangunan
prasarana Rutan Sukadana yang dikerjakan oleh PT. Citra Buana
Lampung sesuai kontrak nomor W6.Ee.PR.03.06-41 tanggal 6 Agustus
2005 dengan biaya sebesar Rp1.049.786.000,00.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan tim pada tanggal 27
September dan 3 Oktober 2005 terhadap ketiga pekerjaan tersebut
diketahui terdapat pekerjaan persiapan berupa pembuatan papan nama
kegiatan dan Direksi keet tidak dikerjakan. Dari pemeriksaan lebih lanjut
terhadap dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB) kedua kontrak
tersebut diketahui nilai pekerjaan pembuatan papan nama kegiatan dan
Direksi keet masing-masing adalah sebagai berikut :
NO. KONTRAK BIAYA
1. Pembangunan Prasarana LP Wanita Bandar Lampung (PT.
Wisnu Karti) Kontrak No.W6. PR.03.06-595C Tanggal 6
Agustus 2005
- Papan Nama Kegiatan (11 Kegiatan) 1.955.000,00
- Direksi Keet (11 kegiatan) 1.700.000,00
Sub Jumlah 3.655.000,00
33
di LP Wanita Bandar Lampung, LP Narkoba Bandar Lampung dan Rutan
Sukadana yang belum dipakai untuk dimanfaatkan sebagai direksi keet.
34
Rp60.480,00 (8,64 kg x Rp7.000,00), sehingga harga besi untuk 22
kolom seharga Rp1.330.560,00 (22 x Rp60.480,00).
Sehingga untuk satu rumah terdapat selisih harga sebesar
Rp583.968,00 (Rp1.914.528,00 – Rp1.330.560,00) atau untuk 4
rumah sebesar Rp2.335.872,00 (4 x Rp583.968,00).
- Sloof dan Ring Balok.
Sesuai kontrak Sloof dan Ring Balok yang dipasang adalah
sepanjang 57 meter menggunakan besi diameter 12 mm, per m’ =
0,888 kg, dan jumlahnya 4 batang dan harga besi sebesar Rp
7.000,00 per kg. Jadi seluruhnya menggunakan besi sebanyak
202,47 kg (57 m x 0,888 kg x 4) atau seharga Rp 1.417.290,00
(202,47 kg x Rp7.000,00).
Hasil cek fisik diketahui bahwa besi yang digunakan adalah besi
dengan diameter 10 mm atau per meter = 0,617 kg. Jadi seluruh
besi yang digunakan sebanyak 140,68 kg (57 m x 0,617 kg x 4)
atau seharga Rp984.760,00 (Rp7.000,00 x 140,68).
Sehingga untuk satu rumah terjadi selisih harga besi untuk sloof
dan ring balok sebesar Rp 432.530,00 (Rp1.417.290,00 –
Rp984.760,00) atau untuk 4 rumah sebesar Rp 1.730.120,00 (Rp
432.530,00 x 4).
- Pembuatan Rangka atap kaso dan reng sebanyak 5,75 m3 dengan
menggunakan kayu kelas II dengan harga Rp1.750.000,00 per m3
atau seharga Rp10.062.500,00 (5,75 m3 x Rp1.750.000,00).
Hasil cek diketahui bahwa kayu yang digunakan adalah kayu kelas
III dengan harga per m3 sebesar Rp 1.200.000,00, sehingga harga
kayu yang terpasang adalah sebesar Rp 6.900.000,00 (5,75 m3 x –
Rp1.200.000,00). Sehingga terjadi selisih harga sebesar
Rp3.162.500,00 (Rp10.062.500,00 – Rp6.900.000,00).
Sehingga untuk pembangunan rumah operasional type D (50 m2)
sebanyak 4 unit terdapat potensi kelebihan pembayaran sebesar Rp
35
7.228.492,00 (Rp2.335.872,00 + Rp 1.730.120,00 +
Rp3.162.500,00).
2) Pembangunan Rumah Operasional Type C (70 m2) 1 unit.
- Beton bertulang Kolom.
Sesuai kontrak untuk 1 rumah menggunakan 29 kolom, sedangkan
bahan yang digunakan berupa besi berdiameter yang digunakan
untuk beton bertulang kolom adalah diameter 12 mm, per m’ =
0,888 kg dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang
dengan panjang 3,5 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi
sebanyak 12,432 kg (0,888 kg x 3,5 m’ x 4) atau seharga
Rp87.024,00 (Rp7.000,00 x 12,432 kg), sehingga harga untuk besi
untuk 29 kolom seharga Rp2.523.696,00 (29 x Rp87.024,00).
Hasil cek fisik besi yang digunakan berdiameter 10 mm per m’ =
0,617 kg dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang
dengan panjang 3,5 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi
sebanyak 8,64 kg (0,617 kg x 3,5 m’ x 4) atau seharga
Rp60.480,00 (8,64 kg x Rp7.000,00), sehingga harga besi untuk 29
kolom seharga Rp1.753.920,00 (29 x Rp60.480,00).
Sehingga harga besi untuk rumah tersebut terdapat selisih harga
sebesar Rp769.776,00 (Rp2.523.696,00 – Rp1.753.920,00).
- Sloof dan Ring Balok.
Sesuai kontrak Sloof dan Ring Balok yang dipasang adalah
sepanjang 65,3 meter menggunakan besi diameter 12 mm, per m’ =
0,888 kg, dan jumlahnya 4 batang dan harga besi sebesar Rp
7.000,00 per kg. Jadi seluruhnya menggunakan besi sebanyak
231,95 kg (65,3 m x 0,888 kg x 4) atau seharga Rp 1.623.650,00
(231,95 kg x Rp7.000,00).
Hasil cek fisik diketahui bahwa besi yang digunakan adalah besi
dengan diameter 10 mm atau per meter = 0,617 kg. Jadi seluruh
besi yang digunakan sebanyak 161,16 kg (65,3 m x 0,617 kg x 4)
atau seharga Rp1.128.120,00 (161,16 kg x Rp7.000,00).
36
Sehingga untuk satu rumah terjadi selisih harga besi untuk sloof
dan ring balok sebesar Rp 495.530,00 (Rp1.623.650,00 –
Rp1.128.120,00)
- Pembuatan Rangka atap kaso dan reng sebanyak 1,71 m3 dengan
menggunakan kayu kelas II dengan harga Rp1.750.000,00 per m3
atau seharga Rp2.992.500,00 (1,71 m3 x Rp1.750.000,00).
Hasil cek diketahui bahwa kayu yang digunakan adalah kayu kelas
III dengan harga per m3 sebesar Rp 1.200.000,00, sehingga harga
kayu yang terpasang adalah sebesar Rp 2.052.000,00 (1,71 m3 x –
Rp1.200.000,00). Sehingga terjadi selisih harga sebesar
Rp940.500,00 (Rp2.992.500,00 – Rp2.052.000,00).
Sehingga untuk pembangunan rumah operasional Type C terjadi
potensi kelebihan pembayaran sebesar Rp 2.205.806,00 (Rp769.776,00
+ Rp 495.530,00 + Rp940.500,00).
37
dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang dengan panjang
3,6 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 12,79 kg
(0,888 kg x 3,6 m’ x 4) atau seharga Rp89.530,00, sehingga harga
untuk besi untuk 16 kolom seharga Rp1.432.480,00 (16 x
Rp89.530,00).
Hasil cek fisik besi yang digunakan berdiameter 6 mm per m’ = 0,222
kg dengan harga per kg Rp7.000,00 banyaknya 4 batang dengan
panjang 3,6 m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 3.20
kg (0,222 kg x 3,6 m’ x 4) atau seharga Rp22.400,00, sehingga harga
besi untuk 16 kolom seharga Rp358.400,00 (16 x Rp22.400,00).
Sehingga untuk satu rumah terdapat selisih harga sebesar Rp1.074.080,00
(Rp1.432.480,00 – Rp358.400,00) atau untuk 4 rumah sebesar
Rp4.296.320,00 (4 x Rp1.074.080,00).
38
terdapat perbedaan bahan baku yang digunakan dengan penjelasan
sebagai berikut :
- Sesuai kontrak, besi berdiameter 12 mm per m’ = 0,888 kg dengan
harga per kg Rp4.500,00 banyaknya 6 batang dengan panjang 3,8
m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 20,25 kg atau
seharga Rp91.125,00
Hasil cek fisik besi berdiameter 10 mm per m’ = 0,617 kg degan
harga per kg Rp4.500,00 banyaknya 4 batang dengan panjang 3,8
m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 9,38 kg atau
seharga Rp42.210,00 .
Sehingga untuk setiap kolom terdapat selisih harga sebesar
Rp48.915,00 (Rp91.125,00 – Rp42.210,00) atau untuk 15 kolom
sebesar Rp733.725,00 (15 x Rp48.915,00).
2) Pembangunan bengker, pekerjaan beton bertulang untuk pembuatan 13
kolom menurut kontrak/gambar untuk per kolom memakai ukuran besi
berdiameter 12 mm dengan tinggi 3,8 m sebanyak 6 batang, ternyata
yang terpasang untuk satu buah kolom memakai besi berdiameter 10
mm sebanyak 4 batang, sehingga terdapat perbedaan bahan baku yang
digunakan dengan penjelasan sebagai berikut :
- Sesuai kontrak, besi berdiameter 12 mm per m’ = 0,888 kg dengan
harga per kg Rp4.500,00 banyaknya 6 batang dengan panjang 3,8
m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 20,25 kg atau
seharga Rp91.125,00
Hasil cek fisik besi berdiameter 10 mm per m’ = 0,617 kg degan
harga per kg Rp4.500,00 banyaknya 4 batang dengan panjang 3,8
m’ atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 9,38 kg atau
seharga Rp42.210,00 .
Sehingga untuk setiap kolom terdapat selisih harga sebesar
Rp48.915,00 (Rp91.125,00 – Rp42.210,00) atau untuk 13 kolom
sebesar Rp635.895,00 (13 x Rp48.915,00).
39
Atas penggunaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis tersebut pihak Konsultan Pengawas dalam hal ini CV. Panca
Persada telah melakukan teguran tertulis kepada pihak pelaksana dalam
hal ini CV. Putra Teguh sesuai surat nomor S.001/PP-LP-M/XI/2005
tanggal 25 September 2005 yang tembusan surat ini juga disampaikan
kepada Pemimpin Kegiatan Proyek Pembinaan LP Metro, namun sampai
saat pemeriksaan fisik tanggal 26 September 2005 pihak pelaksana ( CV.
Putra Teguh) belum menindak lanjuti teguran tersebut.
40
Hasil cek fisik besi berdiameter 10 mm per m’ = 0,617 kg dengan
harga per kg Rp6.500,00 banyaknya 6 batang dengan panjang 8 m’
atau untuk satu kolom dibutuhkan besi sebanyak 29,616 kg atau
seharga Rp192.504,00 .
Sehingga untuk setiap kolom terdapat selisih harga sebesar Rp136.136,00
(Rp328.640,00 – Rp192.504,00) atau untuk 52 kolom sebesar
Rp7.079.072,00 (52 x Rp136.136,00).
Atas penggunaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis tersebut pihak Konsultan Pengawas dalam hal ini CV. Panca
Persada telah melakukan teguran tertulis kepada pihak pelaksana dalam
hal ini PT. Dharma Budhi Kencana sesuai surat nomor 01/PP/IX/2005
tanggal 14 September 2005 yang tembusan surat ini juga disampaikan
kepada Kepala LP Anak Kota Bumi, namun sampai saat pemeriksaan fisik
tanggal 25 September 2005 pihak pelaksana ( PT. Dharma Budhi
Kencana) belum menindak lanjuti teguran tersebut.
41
Pekerjaan tersebut pada Pasal 1 di atas harus dilaksanakan oleh pihak
kedua atas dasar semua ketentuan yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari perjanjian, yaitu SPK, Surat Penunjukan Penyedia Barang, Surat
Penawaran Harga, Syarat-syarat administrasi, Syarat-syarat teknis,
Gambar-gambar, Daftar kuantitas dan harga dan dokumen lain yang
tercantum dalam lampiran kontrak.
42
memperbaiki seluruh pekerjaan seperti yang tercantum dalam dokumen
kontrak (RAB dan Spesifikasi Teknis Yang Disyaratkan) atau memotong
jumlah pembayaran kepada pemborong sesuai dengan pekerjaan yang
tidak dikerjakan pada termijn berikutnya (Bukti atau Berita Acara
Pemotongan Pembayaran disampaikan kepada BPK).
b. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Lampung
memberikan instruksi secara tertulis kepada seluruh Kepala UPT yang
sedang melaksanakan pembangunan untuk lebih meningkatkan
pengawasan agar kejadian yang sama tidak terulang.
Pada Tahun Anggaran 2004 dan 2005 Kanwil Dep. Hukum dan
HAM Lampung mengadakan pembelian alat bengkel Kerja dan bahan
bakunya untuk keperluan latihan para Narapidana dan Tahanan di Lapas dan
Rutan di Lingkungan Kanwil Dep. Hukum dan HAM Lampung.
Dari hasil pemeriksaan fisik terhadap alat bengkel kerja dan bahan
baku yang dibeli tersebut pada beberapa Lapas dan Rutan diketahui masih ada
alat bengkel kerja dan bahan baku yang sampai dengan saat pemeriksaan
masih belum digunakan. Adapun hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
43
44.950.000,00 dengan Surat Perjanjian Kerja Nomor W6.Ee.PR.03.06-14
tanggal 21 Oktober 2004, Nomor SPM 956120V/126/112 tanggal 1
Desember 2004 dan Berita Acara Serah Terima Barang Nomor
W6.Ee.PR.03.06-17 tanggal 1 Nopember 2004, untuk TA 2005
dilaksanakan oleh CV MITRA KARYA senilai Rp 44.950.000,00 dengan
Surat Perintah Kerja Nomor W6.Ee.PL.03.06-32 tanggal 21 April 2005,
Nomor SPM 00047 tanggal 27 Mei 2005 Dan Berita Acara Serah Terima
Barang Nomor 31/MK/V/LPG/2005 tanggal 19 Mei 2005.
Hasil Chek fisik pada tanggal 27 September 2005 barang-barang
peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya tersebut belum dapat
dimanfaatkan dan masih tersimpan di dalam gudang bengkel kerja.
Adapun barang barang peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya
dapat dilihat pada lampiran 4.
44
Hasil Chek fisik pada tanggal 1 Oktober 2005 barang-barang
peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya tersebut belum dapat
dimanfaatkan dan masih tersimpan di dalam gudang bengkel kerja adapun
barang-barang peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya dapat dilihat
pada lampiran 5.
45
tanggal 18-8-2005 dan Berita Acara Serah Terima Barang Nomor
W6.591G.PR.03.06 tahun 2005 tanggal 27-7-2005 sedangkan untuk
pengadaan alat Bengker dilaksanakan oleh CV YUDHA TAMA senilai Rp
59.959.300,00 dengan Surat Perjanjian Kerja NomorW6.586.D.PR.03.06
tanggal 15 Juni 2005 Nomor SPM 00082 tahun 2005 tanggal 10-8-2005
Berita Acara Serah Terima Nomor W6.589E.PR.03.06 tahun 2005 tanggal
13-7-2005.
Hasil Chek fisik pada tanggal 3 Oktober 2005 barang-barang
peralatan bengkel kerja dan Meubelair tersebut belum dapat dimanfaatkan
dan masih tersimpan di dalam gudang bengkel kerja. Adapun barang
barang peralatan bengkel kerja beserta bahan bakunya dapat dilihat pada
lampiran 7.
46
Atas permasalahan tersebut Kanwil Departemen Hukum dan HAM
Lampung menjelaskan :
a. Pemanfataan alat bengkel kerja dan bahan bakunya menunggu selesainya
pembangunan Rutan Sukadana yang baru yang diperkirakan baru akan selesai
pada Tahun 2006.
b. Pemanfataan alat bengkel kerja dan bahan bakunya pada LP Kalianda
disebabkan SDM untuk warga binaan maupun petugas pemasyarakatan cukup
minim dalam pelaksanaan kegiatan di bengkel kerja.
c. Pemanfaatan alat bengkel kerja dan bahan bakunya pada LP Narkoba baru
akan dilaksanakan karena LP Narkoba baru dioperasionalkan pada tanggal 1
Juni 2005.
d. Pemanfaatan alat bengkel kerja dan bahan bakunya pada LP Wanita belum
dapat dilaksanakan karena LP Wanita baru akan dioperasionalkan pada awal
tahun 2006.
47
2004 dengan Nomor SPM yang terakhir 010125Z/017/116 tanggal 22 Desember
2004, telah dilaksanakan sesuai tepat waktu.
48
dibangun agar lebih meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Daerah
setempat untuk membangun fasilitas umum dan sosial, pengawasan Kepala
Kanwil Dep. Hukum dan HAM lebih ditingkatkan agar kejadian yang sama tidak
terulang.
49
d. Proyek/Belanja Modal Prasarana dan Sarana Keimigrasian
1. Terdapat potensi Kerugian Negara pada pekejaan renovasi Gedung Kantor
Imigrasi Panjang Tahun 2005 sebesar Rp30.460.875,00.
Pada tahun 2005 Kantor Imigrasi Panjang melaksanakan pekerjaan
Renovasi 2 Lantai seluas 350 meter persegi dan pembangunan rumah operasional
type C seluas 70 meter persegi yang dikerjakan oleh CV. Alsa Prima berdasarkan
Surat Perjanjian Kerja (kontrak) nomor W6.Fc.PL.06.01-028 tanggal 10 Agustus
2005 dengan nilai Rp369.400.000,00 dan jangka waktu pelaksanaan selama 90
hari kalender dan berakhir pada tanggal 8 Nopember 2005.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Tim pada tanggal 6 Oktober
2005 diketahui kemajuan fisik bangunan per tanggal 6 Oktober baru mencapai
10.% dan terdapat beberapa pekerjaan yang tidak dikerjakan dan tidak sesuai
spesifikasi teknis yang disyaratkan, yaitu sebagai berikut :
a. Dalam pekerjaan Renovasi gedung kantor 2 lantai diketahui bahwa terdapat
beberapa pekerjaan persiapan senilai Rp4.300.000,00 yang seharusnya telah
dikerjakan, namun ternyata tidak dikerjakan, hal ini dapat menimbulkan
potensi kelebihan pembayaran kepada CV. Alsa Prima (kerugian negara),
adapun pekerjaan persiapan yang tidak dikerjakan adalah :
- Pembuatan Direksi Keet senilai Rp1.500.000,00.
- Pembuatan Papan Nama Proyek senilai Rp200.000,00.
- Persediaan P3K senilai Rp100.000,00.
- Pembuatan IMB senilai Rp2.500.000,00.
b. Dalam pekerjaan Renovasi gedung kantor tersebut juga ditemukan pekerjaan
berupa pekerjaan beton bertulang yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis
yang disyaratkan, yaitu pemakaian bahan berupa besi beton yang ukurannya
tidak sesuai dengan RAB dan gambar desain yang rinciannya sebagai berikut :
- Pembuatan beton kolom sebanyak 22 buah dengan masing-masing kolom
menggunakan 16 batang besi diameter 16 mm (diketahui 1 m’ besi
diameter 16 mm seberat 1,59 kg) dan panjang 8 meter, jadi 1 kolom
50
menggunakan besi seberat 203,52 kg (8 m x 16 x 1,59 kg) atau seharga
Rp1.322.880,00 (203,52 kg x Rp6.500,00).
Hasil pemeriksaan fisik diketahui bahwa untuk membuat 1 kolom
digunakan besi dengan diameter 12 mm (diketahui 1 m’ besi diameter 12
mm seberat 0,888 kg) sebanyak 8 batang dan panjang 8 meter, jadi seluruh
besi yang digunakan untuk membuat 1 kolom adalah seberat 56,84 kg (8
m x 8 batang x 0,888 kg) atau seharga Rp369.460,00 (56,84 kg x Rp
6.500,00).
Sehingga terdapat potensi kerugian negara untuk pembesian 1 kolom adalah
sebesar Rp953.420,00 (Rp1.322.880,00 - Rp369.460,00) atau seluruhnya
untuk pembuatan 22 kolom potensi kerugian negara sebesar Rp 20.975.240,00
(Rp953.420,00 x 22).
- Pembuatan Sloof beton 20/30 sepanjang 127,4 m’ dengan penggunaan besi
diameter 16 mm (diketahui 1 m’ besi diameter 16 mm seberat 1,59 kg)
sebanyak 4 batang dan besi diameter 10 mm (diketahui 1 m’ besi diameter
16 mm seberat 0,617 kg) sebanyak 2 batang. Sehingga besi yang
digunakan untuk pembuatan sloof 20/30 sepanjang 127,4 meter adalah
967,49 kg [(127,4 m’ x 4 x 1,59 kg) + (127,4 m’ x 2 x 0,617 kg)] atau
seharga Rp6.288.685,00.
Hasil pemeriksaan fisik diketahui untuk pembuatan sloof eton sepanjang
127,4 m digunakan besi dengan diameter 6 mm (diketahui 1 m’ besi
diameter 6 mm seberat 0,222 kg) sebanyak 6 batang, atau seluruhnya
seberat 169,70 kg (127,4 kg x 6 x 0,222 kg) atau seharga Rp 1.103.050,00
(169,70 kg x Rp6.500,00). Sehingga terdapat potensi kerugian negara
untuk pembesian sloof beton 20/30 sepanjang 127,4 meter sebesar
Rp5.185.635,00 (Rp6.288.685,00 - Rp1.103.050,00).
Sehingga dalam pembesian untuk pembuatan 22 beton kolom dan beton sloof
20/30 sepanjang 127,4 meter terjadi potensi kerugian negara sebesar
Rp26.160.875,00 (Rp20.975.240,00 + Rp5.185.635,00).
51
Dari data di atas terlihat pada pekerjaan renovasi gedung kantor 2 lantai
terjadi potensi kerugian negara sebesar Rp30.460.875,00 (Rp1.500.000,00 +
Rp200.000,00 + Rp100.000,00 + Rp2.500.000,00 + Rp26.160.875,00).
Kondisi demikian tidak sesuai dengan :
a. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 12 ayat (1) poin a yang
menyatakan pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip
hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.
Dan (2) menyatakan bahwa Belanja atas beban anggaran negara dilakukan
berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.
b. Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) nomor nomor W6.Fc.PL.06.01-028 tanggal 10
Agustus 2005 pasal 2 yang yang antara lain menyatakan Pekerjaan pada pasal 1
harus dilaksanakan oleh pihak kedua atas dasar semua ketentuan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari perjanjian ini, antara lain yaitu, Dokumen pelaksanaan
berupa gambar kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat dst.
52
Tim Kepala Kanim Panjang teleh menegur CV. Alsa Prima untuk mengembalikan
seluruh biaya yang pekerjaannya tidak dikerjakan dan membongkar kolom beton dan
sloof yang tidak sesuai spesifikasi. Namun demikian CV. Alsa Prima berjanji akan
menyelesaikan pekerjaan yang belum dibuat dan mengganti kolom beton dan sloof
sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan.
Badan menyarankan Kepala kanwil Departemen hukum dan HAM
Lampung memerintahkan agar :
a. Kepala Kantor Imigrasi Panjang memberikan teguran tertulis kepada CV. Alsa
Prima untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan RAB dan Spesifikasi
teknis yang disyaratkan, dan apabila CV. Alsa Prima tidak menyelesaikan seluruh
pekerjaan tersebut sesuai dengan RAB dan Spesifikasi teknis yang disyaratkan
agar Kakanim Panjang memotong pembayaran kepada PT. alsa Prima pada
termijn berikutnya sesuai dengan prestasi pekerjaannya.
b. Pengawasan Kepala Kanim Panjang lebih ditingkatkan terhadap pembangunan
gedung tersebut untuk mencegah kejadian yang sama terulang.
53