Pengertian Bahasa
Lafadz “al wudlu’” dengan terbaca dlammah huruf wawu-nya, menurut pendapat yang
paling masyhur adalah nama pekerjaannya, yaitu berwudlu. Jika terbaca fathah huruf wawu-
nya “al wadlu’” adalah nama air yang digunakan untuk melakukan wudlu’. Lafadz yang
pertama (al wudlu’) mencakup beberapa fardlu dan beberapa kesunnahan.
Sunnahnya Wudhu
Kesunnahan-kesunnahan wudlu’ ada sepuluh:
1) Membaca basmalah di awal pelaksanaan wudlu’. Minimal bacaan basmalah adalah
bismillah. Dan yang paling sempurna adalah bismillahirrahmanirrahim. Jika tidak
membaca basmalah di awal wudlu’, maka sunnah melakukannya di pertengahan
pelaksanaan. Jika sudah selesai melaksanakan wudlu’-dan belum sempat membaca
basmalah-, maka tidak sunnah untuk membacanya.
2) Membasuh kedua telapak tangan. Membasuh kedua telapak tangan hingga kedua
pergelangan tangan sebelum berkumur. Membasuh keduanya tiga kali jika masih
ragu-ragu akan kesuciannya, sebelum memasukkannya ke dalam wadah yang
menampung air kurang dari dua Qullah. Sehingga, jika belum membasuh keduanya,
maka bagi dia dimakruhkan memasukkannya ke dalam wadah air. Jika telah yaqin
akan kesucian keduanya, maka bagi dia tidak dimakruhkan untuk memasukkannya ke
dalam wadah.
3) Berkumur. Kesunnahan berkumur sudah bisa hasil/didapat dengan memasukkan air ke
dalam mulut, baik di putar-putar di dalamnya kemudian di muntahkan ataupun tidak.
Jika ingin mendapatkan yang paling sempurna, maka dengan cara memuntahkannya
4) Memasukkan Air Ke Hidung. Kesunnahan istinsyaq (memasukkan air ke hidung)
sudah bisa didapat dengan memasukkan air ke dalam hidung, baik ditarik dengan
nafasnya hingga ke janur hidung lalu menyemprotkannya ataupun tidak. Jika ingin
mendapatkan yang paling sempurna, maka dia harus mennyemprotkannya.
Mubalaghah (mengeraskan) di anjurkan saat berkumur dan istinsyaq. Mengumpulkan
berkumur dan istinsyaq dengan tiga cidukan air, yaitu berkumur dari setiap cidukan
kemudian istinsyaq, adalah sesuatu yang lebih utama daripada memisah di antara
keduanya.
5) Mengusap seluruh kepala dan mengusap seluruh bagian kepala. Dalam sebagian
redaksi matan diungkapkan dengan bahasa “dan meratakan kepala dengan usapan”.
Sedangkan untuk mengusap sebagian kepala hukumnya adalah wajib sebagaimana
keterangan di depan. Dan seandainya tidak ingin melepas sesuatu yang berada di
kepalanya yaitu surban atau sesamanya, maka dia disunnahkan menyempurnakan
usapan air itu ke seluruh surbannya.
6) Mengusap seluruh bagian kedua telinga, bagian luar dan dalamnya dengan
menggunakan air yang baru, maksudnya bukan basah-basah sisa usapan kepala. Dan
yang sunnah di dalam cara mengusap keduanya adalah ia memasukkan kedua jari
telunjuk ke lubang telinganya, memutar-mutar keduanya ke lipatan-lipatan telinga dan
menjalankan kedua ibu jari di telinga bagian belakang, kemudian menempelkan kedua
telapak tangannya yang dalam keadaan basah pada kedua telinganya guna
memastikan meratanya usapan air ke telinga.
7) Menyelah-nyelahi bulu jenggotnya orang laki-laki yang tebal. Sedangkan jenggotnya
laki-laki yang tipis, jenggotnya perempuan dan khuntsa, maka wajib untuk diselah-
selahi. Cara menyelah-nyelahi adalah seorang laki-laki memasukkan jari-jari
tangannya dari arah bawah jenggot. Dan sunnah menyelah-nyelahi jari-jari kedua
tangan dan kaki, jika air sudah bisa sampai pada bagian-bagian tersebut tanpa diselah-
selahi. Jika air tidak bisa sampai pada bagian tersebut kecuali dengan cara diselah-
selahi seperti jari-jari yang menempel satu sama lain, maka wajib untuk diselah-
selahi. Jika jari-jari yang menempel itu sulit untuk diselah-selahi karena terlalu
melekat, maka haram disobek karena tujuan untuk diselah-selahi. Cara menyelah-
nyelahi kedua tangan adalah dengan tasybik. Dan cara menyelah-nyelahi kedua kaki
adalah dengan menggunakan jari kelingking tangan kanan di masukkan dari arah
bawah kaki, di mulai dari selah-selah jari kelingking kaki kanan dan di akhiri dengan
jari kelingking kaki kiri.
8) Mendahulukan bagian kanan dari kedua tangan dan kaki sebelum bagian kiri dari
keduanya. Sedangkan untuk dua anggota yang mudah dibasuh secara bersamaan
seperti kedua pipi, maka tidak disunnahkan untuk mendahulukan bagian yang kanan
dari keduanya, akan tetapi keduanya di sucikan secara bersamaan.
9) Mengulangi Tiga Kali.
10) Muwalah (Terus Menerus). Muwallah adalah antara dua anggota wudlu’ tidak terjadi
perpisahan yang lama, bahkan setiap anggota langsung disucikan setelah mensucikan
anggota sebelumnya, sekira anggota yang dibasuh sebelumnya belum kering dengan
keaadan angin, cuaca dan zaman dalam keadaan normal. Ketika mengulangi basuhan
hingga tiga kali, maka yang jadi patokan adalah basuhan yang terakhir. Muwallah
hanya disunnahkan di selain wudlu’nya shahibud dlarurah (orang yang memiliki
keadaan darurat). Sedangan untuk shahibur dlarurah, maka muwallah hukumnya
wajib bagi dia. Dan masih ada lagi kesunnahan-kesunnahan wudlu’ lainnya yang
disebutkan di dalam kitab-kitab yang panjang keterangannya.