Anda di halaman 1dari 26

TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH BESERTA

PADUAN GAMBAR
FAIZ IHSAN ON ISLAMI ON 20:17:00 WITH 5 COMMENTS

Micro Cyber 2 - Kali ini saya akan memostingkan tentang cara memandikan
jenazah menurut Islam. Nah, sebagai seorang muslim hendaklah kita tetap
suci dalam keadaan hidup atau mati. Simak artikel ini dan cermati baik-baik !

1. Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazah kurang


lebih sebagai berikut :
- Kapas
- Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan

Daun Sidr/ Bidara

- Sebuah spon penggosok


- Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus Sponspon plastik
- Shampo
- Sidrin (daun bidara)
- Kapur barus
- Masker penutup hidung bagi petugas
- Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan
- Air
- Pengusir bau busuk dan Minyak wangi-wangian.

2. Menutup Aurat Jenazah

Dianjurkan menutup aurat jenazah ketika memandikannya. Dan melepas


pakaiannya, serta menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab
jenazah barangkali berada dalam kondisi yang tidak layak untuk dilihat.
Sebaiknya papan pemandian sedikit miring ke arah kedua kakinya agar air
dan apa-apa yang keluar dari jasadnya mudah mengalir
darinya.

http://www.microcyber2.blogspot.com/

3. Tata Cara Memandikan Jenazah

Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut.


Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu
ketiaknya. Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu
merupakan aurat besar. Kemudian petugas mengangkat kepala jenazah
hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut perutnya dengan
perlahan untuk mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya.
Hendaklah memperbanyak siraman air untuk membersihkan kotoran-kotoran
yang keluar.

Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain


pada tangannya atau sarung tangan untuk membersihkan jasadnya
(membersihkan qubul dan dubur jenazah) tanpa harus melihat atau
menyentuh langsung auratnya, jika jenazah berusia tujuh tahun ke atas.

4. Mewudhukan Jenazah

Kemudian petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta


membaca basmalah. Lalu petugas me-wudhu-i jenazah tersebut
sebagaimana wudhu untuk shalat. Namun tidak perlu memasukkan air ke
dalam hidung dan mulut jenazah, tapi cukup dengan memasukkan jari yang
telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir jenazah lalu
menggosok giginya dan kedua lubang hidungnya sampai
bersih. http://www.microcyber2.blogspot.com/
Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa
perasan daun bidara atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara
tersebut digunakan untuk membasuh sekujur jasad jenazah.

5. Membasuh Tubuh Jenazah

Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan jenazah. Dimulai dari
sisi kanan tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya,
kemudian belahan dadanya yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya
yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah
kanan.

Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri,


kemudian membasuh belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian
dengan cara yang sama petugas membasuh anggota tubuh jenazah yang
sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan
membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap kali membasuh
bagian perut jenazah tersebut keluar kotoran darinya, hendaklah
dibersihkan.
Banyaknya memandikan : Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah
memandikannya satu kali dan mustahab (sunnah) tiga kali. Adapun jika
belum bisa bersih, maka ditambah lagi memandikannya sampai bersih atau
sampai tujuh kali (atau lebih jika memang dibutuhkan). Dan disunnahkan
untuk menambahkan kapur barus pada pemandian yang terakhir, karena
bisa mewangikan jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah
ditambahkannya kapur barus ini pada pemandian yang terakhir agar baunya
tidak hilang. http://www.microcyber2.blogspot.com/
Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan jenazah adalah air yang
sejuk, kecuali jika petugas yang memandikan membutuhkan air panas untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang masih melekat pada jasad tersebut.
Dibolehkan juga menggunakan sabun untuk menghilangkan kotoran. Namun
jangan mengerik atau menggosok tubuh jenazah dengan keras. Dibolehkan
juga membersihkan gigi jenazah dengan siwak atau sikat gigi. Dianjurkan
juga menyisir rambut jenazah, sebab rambutnya akan gugur dan berjatuhan.

Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya


(menghandukinya) dengan kain atau yang semisalnya. Kemudian memotong
kumisnya dan kuku-kukunya jika panjang, serta mencabuti bulu ketiaknya
(apabila semua itu belum dilakukan sebelum memandikannya) dan
diletakkan semua yang dipotong itu bersamanya di dalam kain kafan.
Kemudian apabila jenazah tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya
dipilin (dipintal) menjadi tiga pilinan lalu diletakkan di belakang
(punggungnya).

Peringatan :
- Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah
dibasuh sebanyak tujuh kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat
keluar kotoran itu) dengan kapas, kemudian mencuci kembali anggota yang
terkena najis itu, lalu jenazah diwudhukan kembali. Sedangkan jika setelah
dikafani masih keluar juga, tidaklah perlu diulangi memandikannya, sebab
hal itu akan sangat merepotkan.
- Apabila jenazah meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram
dalam rangka menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan
dengan air ditambah perasaan daun bidara seperti yang telah dijelaskan di
atas. Namun tidak perlu dibubuhi wewangian dan tidak perlu ditutup
kepalanya (bagi jenazah pria). Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wassalam mengenai seseorang yang wafat dalam keadaan berihram
pada saat menunaikan haji.
- Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun
hendaklah dimakamkan bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka.
Demikian pula mereka tidak perlu dishalatkan.
- Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan,
jenazahnya hendaklah dimandikan, dishalatkan dan diberi nama baginya.

Adapun sebelum itu ia hanyalah sekerat daging yang boleh dikuburkan di


mana saja tanpa harus dimandikan dan dishalatkan.
- Apabila terdapat halangan untuk memandikan jenazah, misalnya tidak ada
air atau kondisi jenazah yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka
cukuplah ditayamumkan saja. Yaitu salah seorang di antara hadirin menepuk
tanah dengan kedua tangannya lalu mengusapkannya pada wajah dan kedua
punggung telapak tangan jenazah. http://www.microcyber2.blogspot.com/
- Hendaklah petugas yang memandikan jenazah menutup apa saja yang
tidak baik untuk disaksikan pada jasad jenazah tersebut, misalnya kegelapan
yang tampak pada wajah jenazah, atau cacat yang terdapat pada tubuh
jenazah, dll.

http://microcyber2.blogspot.co.id/2014/09/tata-cara-memandikan-jenazahbeserta.html

Tata Cara Pengurusan Jenazah


[disertai gambar!]
AGU 1
Posted by Fadhl Ihsan

Berikut ini kami sajikan kepada anda secara ringkas tata cara mengkafani, memandikan dan
menguburkan jenazah sesuai tuntunan syariat disertai ilustrasi gambar pendukungnya. Semoga
bermanfaat.
A. TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH
1. Alat dan bahan yang dipergunakan

Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazah adalah sebagai berikut:


Kapas
Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan
Sebuah spon penggosok
Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus Spon-spon plastik
Shampo
Sidrin (daun bidara)
Kapur barus
Masker penutup hidung bagi petugas
Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan
Air
Pengusir bau busuk
Minyak wangi

>Daun Sidr (Bidara)


2. Menutup aurat si mayit

Dianjurkan menutup aurat si mayit ketika memandikannya. Dan melepas pakaiannya, serta
menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab si mayit barangkali berada dalam kondisi yang

tidak layak untuk dilihat. Sebaiknya papan pemandian sedikit miring ke arah kedua kakinya agar
air dan apa-apa yang keluar dari jasadnya mudah mengalir darinya.
3. Tata cara memandikan

Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila kuku-kuku
jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya. Adapun bulu kelamin, maka
jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar. Kemudian petugas mengangkat kepala
jenazah hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut perutnya dengan perlahan untuk
mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya. Hendaklah memperbanyak siraman air untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.

Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya atau
sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si mayit) tanpa
harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh tahun ke atas.
4. Mewudhukan jenazah
Selanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca basmalah.
Lalu petugas me-wudhu-i jenazah tersebut sebagaimana wudhu untuk shalat. Namun tidak perlu
memasukkan air ke dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup dengan memasukkan jari yang
telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit lalu menggosok giginya dan
kedua lubang hidungnya sampai bersih.

Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun bidara
atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh
sekujur jasad si mayit.
5. Membasuh tubuh jenazah

Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi kanan tengkuknya,
kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya yang sebelah kanan,
kemudian sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah
kanan.

Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian membasuh
belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama petugas membasuh
anggota tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan
membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap kali membasuh bagian perut si mayit
keluar kotoran darinya, hendaklah dibersihkan.
Banyaknya memandikan: Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah memandikannya satu kali
dan mustahab (disukai/sunnah) tiga kali. Adapun jika belum bisa bersih, maka ditambah lagi
memandikannya sampai bersih atau sampai tujuh kali (atau lebih jika memang dibutuhkan). Dan
disukai untuk menambahkan kapur barus pada pemandian yang terakhir, karena bisa mewangikan
jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah ditambahkannya kapur barus ini pada pemandian
yang terakhir agar baunya tidak hilang.
Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan si mayit adalah air yang sejuk, kecuali jika
petugas yang memandikan membutuhkan air panas untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang

masih melekat pada jasad si mayit. Dibolehkan juga menggunakan sabun untuk menghilangkan
kotoran. Namun jangan mengerik atau menggosok tubuh si mayit dengan keras. Dibolehkan juga
membersihkan gigi si mayit dengan siwak atau sikat gigi. Dianjurkan juga menyisir rambut si
mayit, sebab rambutnya akan gugur dan berjatuhan.
Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya (menghandukinya) dengan kain
atau yang semisalnya. Kemudian memotong kumisnya dan kuku-kukunya jika panjang, serta
mencabuti bulu ketiaknya (apabila semua itu belum dilakukan sebelum memandikannya) dan
diletakkan semua yang dipotong itu bersamanya di dalam kain kafan. Kemudian apabila jenazah
tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya dipilin (dipintal) menjadi tiga pilinan lalu
diletakkan di belakang (punggungnya).
Faedah
Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah dibasuh sebanyak tujuh
kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat keluar kotoran itu) dengan kapas, kemudian
mencuci kembali anggota yang terkena najis itu, lalu si mayit diwudhukan kembali. Sedangkan jika
setelah dikafani masih keluar juga, tidaklah perlu diulangi memandikannya, sebab hal itu akan
sangat merepotkan.
Apabila si mayit meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram dalam rangka
menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan dengan air ditambah perasaan daun
bidara seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun tidak perlu dibubuhi wewangian dan tidak
perlu ditutup kepalanya (bagi jenazah pria). Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam mengenai seseorang yang wafat dalam keadaan berihram pada saat menunaikan haji.
Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun hendaklah dimakamkan
bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka. Demikian pula mereka tidak perlu dishalatkan.
Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan, jenazahnya hendaklah
dimandikan, dishalatkan dan diberi nama baginya. Adapun sebelum itu ia hanyalah sekerat daging
yang boleh dikuburkan di mana saja tanpa harus dimandikan dan dishalatkan.
Apabila terdapat halangan untuk memamdikan jenazah, misalnya tidak ada air atau kondisi
jenazah yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka cukuplah ditayamumkan saja. Yaitu salah
seorang di antara hadirin menepuk tanah dengan kedua tangannya lalu mengusapkannya pada
wajah dan kedua punggung telapak tangan si mayit.
Hendaklah petugas yang memandikan jenazah menutup apa saja yang tidak baik untuk disaksikan
pada jasad si mayit, misalnya kegelapan yang tampak pada wajah si mayit, atau cacat yang
terdapat pada tubuh si mayit dll.

https://fadhlihsan.wordpress.com/2011/08/01/tata-cara-pengurusan-jenazahdisertai-gambar/

FIQIH

Syarat dan Tata Cara Memandikan


Jenazah

SHARES

Share on TwitterShare on Facebook


DESEMBER 17, 2015 0

Ilmu Agama > Fiqih > Syarat dan Tata Cara Memandikan Jenazah

fiqhindonesia.com

Cara Memandikan Jenazah. Hukum memandikan jenazah termasuk dalam fardhu


kifayah menurut golongan jumhur ulama, Fardhu Kifayah berarti kewajiban yang bagi
setiap mukallaf. Apabila ada sebagian mukallaf yang mengurus jenazah tersebut,
berarti sudah gugur kewajibannya.
Hal ini merujuk kepada hadits yang diriwayatkan oleh Ibn.

Artinya, Dari Ibnu Abbas, bahwa Rosululloh bersabda mengenai


seseorang yang jatuh dari kendaraannya, kemudian
meninggal.Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. (HR Bukhari
1186 dan Muslim 2092)

Syarat Memandikan Jenazah

Orang yang berhak untuk memandikan jenazah diantaranya memenuhi syarat sebagai
berikut:
1.

Orang yang berakal, muslim, baligh dan cukup umur.

2.

Niat bagi orang yang memandikan jenazah.

3.

Orang sholih, jujur dan dapat dipercaya.

Orang yang Diutamakan Dalam Memandikan Jenazah


Apabila jenazah laki-laki, maka yang berhak memandika jenazah adalah laki-laki dari
keluarganya. Jika dari pihak keluarga tidak ada yang bisa memandikan, maka boleh
diwakili oleh orang laki-laki lain yang bisa memandikannya. Jika tidak ada orang lakilaki, maka yang diutamakan untuk memandika adalah istrinya maupun mahrammahramnya perempuan.
Apabila jenazahnya perempuan, maka yang paling utama berhak memandikannya
adalah keluarganya. Jika dari pihak keluarga tidak ada yang mampu untuk
memandikannya, maka boleh perempuan lain yang mampu dan biasa memandikan
jenazah. Jika tidak ada yang mampu maka suaminya sendiri, setelah itu baru mahrammahramnya yang laki-laki.
Apabila jenazahnya perempuan yang tidak memiliki suami dan semua penduduk yang
ada di daerah tersebut laki-laki semuanya, maka jenazah tersebut tidak dimandikan.
Akan tetapi jenazah tersebut ditayamumkan dengan lapis tangan. Hal ini sesuai dengan
sabda Rosululloh:

Artinya: Jika seorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki atau


jenazah laki-laki meninggal dilingkungan perempuan dan tiada laki-laki
selainnya, maka hendaklah mayat-mayat tersebut di tayamumkan,

kemudian dimakamkan. Keduanya itu sama halnya dengan orang yang


tidak mendapatkan air. (HR. Abu Dawud dan Al-Baihaqi).

Tata dan Cara Memandikan Jenazah


Dalam memandikan jenazah ada beberapa cara yang harus dipenuhi. Sebagai umat
muslim hendaklah dalam keadaan suci, baik ketika hidup maupun mati. Berikut tata dan
cara memandikan jenazah:

Alat-alat yang digunakan

microcyber2.blogspot.com

Air.

Kapas.

Shampo.

Kapur barus.

Daun bidara.

Minyak wangi.

Pengusir bau busuk.

Sebuah spon penggosok.

Penutup aurat jenazah.

Dua sarung tangan (Untuk petugas yang memandikan).

Alat penggerus (Sebagai penghalus kapur barus dan spon-spon plastik).

Masker (Penutup hidung bagi petugas).

Gunting (Sebagai pemotong pakaian jenazah).

Menutup Aurat Jenazah

fiqhindonesia.com
Disarankan ketika jenazah dimandikan, auratnya tertutup dan melepas pakaiannya
serta menutupinya dengan kain agar tidak terlihat oleh orang banyak, karena untuk
menjaga bagian dari jenazah yang tidak patut untuk dilihat.
Diusahakan agar tempat pemandian agak miring ke arah kakinya, tujuannya agar air
dan semua yang keluar dari jasadnya bisa mengalir dengan mudah.

Memandikan Jenazah

fiqhindonesia.com
Pertama kali yang harus dilakukan oleh petugas yaitu melunakkan persendian jasad
tersebut terlebih dahulu. apabila kuku jenazah panjang, hendaklah memotongnya,
begitu juga dengan bulu ketiaknya, adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya,
karena merupakan aurat besar.
Setelah itu kepala jenazah diangkat sampai setengah duduk dan mengurut perutnya
dengan perlahan hingga semua kotoran dalam perutnya keluar.
Petugas yang memandikan jenazah hendaknya memakai sarung tangan maupun kain
untuk membersihkan qubul dan dhuburnya tanpa harus melihat maupun menyentuh
auratnya.

Mewudhukan Jenazah

fiqhindonesia.com
Setelah jenazah dimandikan, kemudian petugas yang memandikan mewudhui jenazah
sebagaimana wudhu sebelum sholat. Dalam mewudhui jenazah tidak perlu
memasukkan air ke dalam hidung dan mulut jenazah,akan tetapi petugas cukup membasahi jari yang dibungkus dengan kain, kemudian
membersihkan bibir jenazah, menggosok gigi dan kedua lubang hidungnya hingga
bersih.
Selanjutnya disarankan untuk menyela jenggot dan mencuci rambut jenazah
menggunakan busa perasan daun bidara atau dengan menggunakan perasan sabun,

kemudian sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh sekujur tubuh
jenazah.

Membasuh Tubuh Jenazah

fiqhindonesia.com
Membasuh jenazah dusunnahkan untuk mendahulukan anggota badan sebelah kanan.
Pertama membasuh tekuknya yang sebelah kanan, kemudian bahu dan tangan
kanannya, kemudian betis, paha dan telapak kaki sebelah kanannya.
Selanjutnya petugas membalikkan tubuhnya dengan posisi miring ke sebelah kiri,
kemudian membasuh belahan punggungnya sebelah kanan. Setelah anggota tubuh

sebelah kanan telah selesai, kemudian dengan cara yang sama membasuh anggota
badan yang sebelah kiri.

Jumlah Memandikan Jenazah


Dalam memandikan jenazah diwajibkan satu kali, akan tetapi jika sebanyak tiga kali
dihukumi sebagai sunnah atau lebih baik (Afdhal). Jumlah dalam memandikan jenazah
tergantung pada kotoran yang terdapat pada jenazah.
Apabila satu atau tiga kali kotoran tersebut belum dikatakan suci atau bersih, maka
dapat dimandikan sebanyak tujuh kali mandi.
Disarankan air yang digunakan untuk memandikan yang terakhir kalinya dicampur
dengan kapur barus. Dalam hal ini agar airnya menjadi sejuk dan menimbulkan bau
harum pada jenazah.
Dianjurkan juga untuk menggunakan air yang sejuk, kecuali jika dibutuhkan air panas
untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada jenazah. Diperbolehkan juga
menggunakan sabun dalam menghilangkan kotoran pada jenazah.
Akan tetapi dilarang untuk mengerik atau menggosoknya. Diperbolehkan juga untuk
menyiwaki gigi jenazah dan menyisir rambutnya.
Setelah semua proses pemandian sudah dilaksanakan, kemudian petugas
menghanduki jenazah dengan kain atau semisalnya. Jika menemukan kukunya
panjang, hendaklah dipotong.
Jika jenazah tersebut perempuan, maka rambut kepalanya dipintal atau dipilah menjadi
tiga pilahan, kemudiann diletakkan di sebelah belakang punggungnya.

Peringatan-peringatan

fiqhindoa.com

Apabila jenazah sudah dimandikan sampai tujuh kali, akan tetapi masih keluar kotoran
tinja dan sebagainya, maka hendaklah dibersihkan dengan menggunaka air dan
menutupnya dengan kapas. akan tetapi jika keluarnya setelah dikafani, maka dibiarkan
saja, karena hal tersebut akan merepotkan.

Apabila ada orang yang meninggal dalam keadaan mengenakan kain ihram saat haji,
maka cara pemandiannya sama seperti yang telah dijelaskan diatas dan ditambah
dengan siraman dari perasan daun bidara. Akan tetapi yang membedakan adalah tidak
perlu dikasih pewangi dan tidak perlu ditutupi kepalanya. Hal ini sesuai sabda Nabi
tentang jenazah yang menunaikan haji.

Orang meninggal karena peperangan membela agama atau syahid, maka jasadnya
tidak perlu dimandikan dan disholatkan, hendakklah di kubur bersama pakaian yang
dikenakannya.

Janin yang gugur berusia empat bulan, maka wajib di urus sebagaimana mestinya orang
dewasa meninggal dan di beri nama.

Apabila ada halangan dalam memandikan jenazah, misalnya karena tidak ada air atau
jenazahnya dalam keadaan tidak utuh, maka cukup ditayamumkan. Cara
mentayamumkannya yaitu petugas menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah,
kemudian mengusapkannya ke bagian wajah dan punggung jenazah.

Hendaknya petugas yang memandikan atau yang mengurus jenazah menutupi semua
aib yang ada pada jenazah, baik dari segi fisik maupun kejadian-kejadian yang lain.

http://ilmuagama.net/cara-memandikan-jenazah/

Doa Niat Memandikan Jenazah Laki-laki dan Perempuan


Lengkap
DOA UNTUK MAYIT, KUMPULAN NIAT, NIAT MANDI, TOHAROH

Blog Khusus Doa - Menurut kalangan jumhur ulama, hukum memandikan jenazah adalah
fardhu kifayah yaitu kewajiban yang dibebankan kepada setiap mukallaf yang berada di
sekelilingnya, namun apabila salah satu orang yang telah menunaikana kewajiban tersebut, maka
gugurlan kewajiban ini untuk para mukallaf lainnya.

Dalam prakteknya, tidak semua orang diperkenankan untuk memandikan jenazah kecuali orang
yang memang kehadirannya dianggap penting, seperti orang muslim yang berakal, baligh, jujur,

shalih serta dapat dipercaya. Hal ini dimaksudkan untuk menyiarkan hal yang baik dan menutupi
hal-hal yang buruk tentang si mayit.

Adapun salah satu syarat memandikan mayit/jenazah yaitu niat. Dan berikut adalah lafadz niat
memandikan jenazah/mayit baik laki-kali maupun perempuan lengkap dalam bahasa arab, tulisan
latin serta terjemahannya.

Ilustrasi: Memandikan Jenazah / Mayit

Niat Memandikan Mayit / Jenazah Laki-laki
















NAWAITUL

GHUSLA

ADAA'AN

'AN

HAA-DZAL

MAYYITI

LILLAAHI

TA'AALA

Artinya

Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini karena Allah
Ta'ala

Niat Memandikan Jenazah / Mayit Perempuan

















NAWAITUL

GHUSLA

ADAA'AN

'AN

HAADZIHIL

MAYYITATI

LILLAAHI

Artinya

TA'AALA

Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini karena Allah
Ta'ala

Itulah bacaan niat memandikan mayit laki-laki dan perempuan yang dapat kita hafalkan. Perlu
diketahui, apabila jenazah atau mayit itu laki-laki maka harus dimandikan oleh orang laki-laki dan
yang lebih utama untuk memandikannya adalah pihak keluarga. Namun jika pihak keluarga tidak
bisa dan/atau mampu memandikannya, maka dapat digantikan oleh orang lain yang biasa
memandikan jenazah. Dan apabila tidak ada orang laki-laki, maka diperbolehkan memandikan
jenazah laki-laki itu adalah istrinya dan setelah itu mahram-mahramnya yang perempuan.

Begitu juga sebaliknya, jika jenazah itu perempuan maka yang memandian adalah kaum perempuan
dan lebih utama dari pihak keluarganya. Jika keluarganya tidak bisa dan/atau tidak mampu, maka
dapat digantikan dengan perempuan lain yang biasa memandikan jenazah. Dan apabila tidak ada
perempuan yang bisa memandikan, maka yang memandikan adalah suaminya dan setelah itu
mahram-mahramnya yang laki-laki.

Ketika selesai memandikan jenazah, maka di sunnahkah untuk memwudhukan mayit. Adapun lafadz
bacaan niat mewudhukan jenazah, Insya Allah akan kami share pada pertemuan berikutnya.

http://www.blogkhususdoa.com/2015/08/doa-niat-memandikan-jenazah-laki-lakidan-perempuan-lengkap.html

Anda mungkin juga menyukai