PADUAN GAMBAR
FAIZ IHSAN ON ISLAMI ON 20:17:00 WITH 5 COMMENTS
Micro Cyber 2 - Kali ini saya akan memostingkan tentang cara memandikan
jenazah menurut Islam. Nah, sebagai seorang muslim hendaklah kita tetap
suci dalam keadaan hidup atau mati. Simak artikel ini dan cermati baik-baik !
http://www.microcyber2.blogspot.com/
4. Mewudhukan Jenazah
Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan jenazah. Dimulai dari
sisi kanan tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya,
kemudian belahan dadanya yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya
yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah
kanan.
Peringatan :
- Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah
dibasuh sebanyak tujuh kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat
keluar kotoran itu) dengan kapas, kemudian mencuci kembali anggota yang
terkena najis itu, lalu jenazah diwudhukan kembali. Sedangkan jika setelah
dikafani masih keluar juga, tidaklah perlu diulangi memandikannya, sebab
hal itu akan sangat merepotkan.
- Apabila jenazah meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram
dalam rangka menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan
dengan air ditambah perasaan daun bidara seperti yang telah dijelaskan di
atas. Namun tidak perlu dibubuhi wewangian dan tidak perlu ditutup
kepalanya (bagi jenazah pria). Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wassalam mengenai seseorang yang wafat dalam keadaan berihram
pada saat menunaikan haji.
- Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun
hendaklah dimakamkan bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka.
Demikian pula mereka tidak perlu dishalatkan.
- Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan,
jenazahnya hendaklah dimandikan, dishalatkan dan diberi nama baginya.
http://microcyber2.blogspot.co.id/2014/09/tata-cara-memandikan-jenazahbeserta.html
Berikut ini kami sajikan kepada anda secara ringkas tata cara mengkafani, memandikan dan
menguburkan jenazah sesuai tuntunan syariat disertai ilustrasi gambar pendukungnya. Semoga
bermanfaat.
A. TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH
1. Alat dan bahan yang dipergunakan
Dianjurkan menutup aurat si mayit ketika memandikannya. Dan melepas pakaiannya, serta
menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab si mayit barangkali berada dalam kondisi yang
tidak layak untuk dilihat. Sebaiknya papan pemandian sedikit miring ke arah kedua kakinya agar
air dan apa-apa yang keluar dari jasadnya mudah mengalir darinya.
3. Tata cara memandikan
Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila kuku-kuku
jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya. Adapun bulu kelamin, maka
jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar. Kemudian petugas mengangkat kepala
jenazah hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut perutnya dengan perlahan untuk
mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya. Hendaklah memperbanyak siraman air untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.
Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya atau
sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si mayit) tanpa
harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh tahun ke atas.
4. Mewudhukan jenazah
Selanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca basmalah.
Lalu petugas me-wudhu-i jenazah tersebut sebagaimana wudhu untuk shalat. Namun tidak perlu
memasukkan air ke dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup dengan memasukkan jari yang
telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit lalu menggosok giginya dan
kedua lubang hidungnya sampai bersih.
Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun bidara
atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh
sekujur jasad si mayit.
5. Membasuh tubuh jenazah
Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi kanan tengkuknya,
kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya yang sebelah kanan,
kemudian sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah
kanan.
Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian membasuh
belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama petugas membasuh
anggota tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan
membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap kali membasuh bagian perut si mayit
keluar kotoran darinya, hendaklah dibersihkan.
Banyaknya memandikan: Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah memandikannya satu kali
dan mustahab (disukai/sunnah) tiga kali. Adapun jika belum bisa bersih, maka ditambah lagi
memandikannya sampai bersih atau sampai tujuh kali (atau lebih jika memang dibutuhkan). Dan
disukai untuk menambahkan kapur barus pada pemandian yang terakhir, karena bisa mewangikan
jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah ditambahkannya kapur barus ini pada pemandian
yang terakhir agar baunya tidak hilang.
Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan si mayit adalah air yang sejuk, kecuali jika
petugas yang memandikan membutuhkan air panas untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
masih melekat pada jasad si mayit. Dibolehkan juga menggunakan sabun untuk menghilangkan
kotoran. Namun jangan mengerik atau menggosok tubuh si mayit dengan keras. Dibolehkan juga
membersihkan gigi si mayit dengan siwak atau sikat gigi. Dianjurkan juga menyisir rambut si
mayit, sebab rambutnya akan gugur dan berjatuhan.
Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya (menghandukinya) dengan kain
atau yang semisalnya. Kemudian memotong kumisnya dan kuku-kukunya jika panjang, serta
mencabuti bulu ketiaknya (apabila semua itu belum dilakukan sebelum memandikannya) dan
diletakkan semua yang dipotong itu bersamanya di dalam kain kafan. Kemudian apabila jenazah
tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya dipilin (dipintal) menjadi tiga pilinan lalu
diletakkan di belakang (punggungnya).
Faedah
Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah dibasuh sebanyak tujuh
kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat keluar kotoran itu) dengan kapas, kemudian
mencuci kembali anggota yang terkena najis itu, lalu si mayit diwudhukan kembali. Sedangkan jika
setelah dikafani masih keluar juga, tidaklah perlu diulangi memandikannya, sebab hal itu akan
sangat merepotkan.
Apabila si mayit meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram dalam rangka
menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan dengan air ditambah perasaan daun
bidara seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun tidak perlu dibubuhi wewangian dan tidak
perlu ditutup kepalanya (bagi jenazah pria). Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam mengenai seseorang yang wafat dalam keadaan berihram pada saat menunaikan haji.
Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun hendaklah dimakamkan
bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka. Demikian pula mereka tidak perlu dishalatkan.
Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan, jenazahnya hendaklah
dimandikan, dishalatkan dan diberi nama baginya. Adapun sebelum itu ia hanyalah sekerat daging
yang boleh dikuburkan di mana saja tanpa harus dimandikan dan dishalatkan.
Apabila terdapat halangan untuk memamdikan jenazah, misalnya tidak ada air atau kondisi
jenazah yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka cukuplah ditayamumkan saja. Yaitu salah
seorang di antara hadirin menepuk tanah dengan kedua tangannya lalu mengusapkannya pada
wajah dan kedua punggung telapak tangan si mayit.
Hendaklah petugas yang memandikan jenazah menutup apa saja yang tidak baik untuk disaksikan
pada jasad si mayit, misalnya kegelapan yang tampak pada wajah si mayit, atau cacat yang
terdapat pada tubuh si mayit dll.
https://fadhlihsan.wordpress.com/2011/08/01/tata-cara-pengurusan-jenazahdisertai-gambar/
FIQIH
SHARES
Ilmu Agama > Fiqih > Syarat dan Tata Cara Memandikan Jenazah
fiqhindonesia.com
Orang yang berhak untuk memandikan jenazah diantaranya memenuhi syarat sebagai
berikut:
1.
2.
3.
microcyber2.blogspot.com
Air.
Kapas.
Shampo.
Kapur barus.
Daun bidara.
Minyak wangi.
fiqhindonesia.com
Disarankan ketika jenazah dimandikan, auratnya tertutup dan melepas pakaiannya
serta menutupinya dengan kain agar tidak terlihat oleh orang banyak, karena untuk
menjaga bagian dari jenazah yang tidak patut untuk dilihat.
Diusahakan agar tempat pemandian agak miring ke arah kakinya, tujuannya agar air
dan semua yang keluar dari jasadnya bisa mengalir dengan mudah.
Memandikan Jenazah
fiqhindonesia.com
Pertama kali yang harus dilakukan oleh petugas yaitu melunakkan persendian jasad
tersebut terlebih dahulu. apabila kuku jenazah panjang, hendaklah memotongnya,
begitu juga dengan bulu ketiaknya, adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya,
karena merupakan aurat besar.
Setelah itu kepala jenazah diangkat sampai setengah duduk dan mengurut perutnya
dengan perlahan hingga semua kotoran dalam perutnya keluar.
Petugas yang memandikan jenazah hendaknya memakai sarung tangan maupun kain
untuk membersihkan qubul dan dhuburnya tanpa harus melihat maupun menyentuh
auratnya.
Mewudhukan Jenazah
fiqhindonesia.com
Setelah jenazah dimandikan, kemudian petugas yang memandikan mewudhui jenazah
sebagaimana wudhu sebelum sholat. Dalam mewudhui jenazah tidak perlu
memasukkan air ke dalam hidung dan mulut jenazah,akan tetapi petugas cukup membasahi jari yang dibungkus dengan kain, kemudian
membersihkan bibir jenazah, menggosok gigi dan kedua lubang hidungnya hingga
bersih.
Selanjutnya disarankan untuk menyela jenggot dan mencuci rambut jenazah
menggunakan busa perasan daun bidara atau dengan menggunakan perasan sabun,
kemudian sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh sekujur tubuh
jenazah.
fiqhindonesia.com
Membasuh jenazah dusunnahkan untuk mendahulukan anggota badan sebelah kanan.
Pertama membasuh tekuknya yang sebelah kanan, kemudian bahu dan tangan
kanannya, kemudian betis, paha dan telapak kaki sebelah kanannya.
Selanjutnya petugas membalikkan tubuhnya dengan posisi miring ke sebelah kiri,
kemudian membasuh belahan punggungnya sebelah kanan. Setelah anggota tubuh
sebelah kanan telah selesai, kemudian dengan cara yang sama membasuh anggota
badan yang sebelah kiri.
Peringatan-peringatan
fiqhindoa.com
Apabila jenazah sudah dimandikan sampai tujuh kali, akan tetapi masih keluar kotoran
tinja dan sebagainya, maka hendaklah dibersihkan dengan menggunaka air dan
menutupnya dengan kapas. akan tetapi jika keluarnya setelah dikafani, maka dibiarkan
saja, karena hal tersebut akan merepotkan.
Apabila ada orang yang meninggal dalam keadaan mengenakan kain ihram saat haji,
maka cara pemandiannya sama seperti yang telah dijelaskan diatas dan ditambah
dengan siraman dari perasan daun bidara. Akan tetapi yang membedakan adalah tidak
perlu dikasih pewangi dan tidak perlu ditutupi kepalanya. Hal ini sesuai sabda Nabi
tentang jenazah yang menunaikan haji.
Orang meninggal karena peperangan membela agama atau syahid, maka jasadnya
tidak perlu dimandikan dan disholatkan, hendakklah di kubur bersama pakaian yang
dikenakannya.
Janin yang gugur berusia empat bulan, maka wajib di urus sebagaimana mestinya orang
dewasa meninggal dan di beri nama.
Apabila ada halangan dalam memandikan jenazah, misalnya karena tidak ada air atau
jenazahnya dalam keadaan tidak utuh, maka cukup ditayamumkan. Cara
mentayamumkannya yaitu petugas menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah,
kemudian mengusapkannya ke bagian wajah dan punggung jenazah.
Hendaknya petugas yang memandikan atau yang mengurus jenazah menutupi semua
aib yang ada pada jenazah, baik dari segi fisik maupun kejadian-kejadian yang lain.
http://ilmuagama.net/cara-memandikan-jenazah/
Blog Khusus Doa - Menurut kalangan jumhur ulama, hukum memandikan jenazah adalah
fardhu kifayah yaitu kewajiban yang dibebankan kepada setiap mukallaf yang berada di
sekelilingnya, namun apabila salah satu orang yang telah menunaikana kewajiban tersebut, maka
gugurlan kewajiban ini untuk para mukallaf lainnya.
Dalam prakteknya, tidak semua orang diperkenankan untuk memandikan jenazah kecuali orang
yang memang kehadirannya dianggap penting, seperti orang muslim yang berakal, baligh, jujur,
shalih serta dapat dipercaya. Hal ini dimaksudkan untuk menyiarkan hal yang baik dan menutupi
hal-hal yang buruk tentang si mayit.
Adapun salah satu syarat memandikan mayit/jenazah yaitu niat. Dan berikut adalah lafadz niat
memandikan jenazah/mayit baik laki-kali maupun perempuan lengkap dalam bahasa arab, tulisan
latin serta terjemahannya.