Anda di halaman 1dari 21

A.

PENGERTIAN, TATA CARA NIAT DAN BACAAN MEMANDIKAN JENAZAH


Pengertian Memandikan Jenazah

Memandikan jenazah adalah hal yang harus dilakukan atas jenazah seorang muslim,
sebelum ia dishalatkan. Mandi ini dilakukan dengan cara membersihkan segala najis yang
ada di badannya dahulu, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air ke seleruh
tubuhnya, ini harus di usahakan dengan hati-hati upaya mayat tersebut tidak membawa
kotoran ke hadapan Allah

Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT,
karena ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula muthlak, suci dan halalnya air.
Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang
dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan
mayat

TATA CARA
1.Alat dan bahan yang dipergunakan

Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazah adalah sebagai berikut:

– Kapas
– Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan
– Sebuah spon penggosok
– Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus – Spon-spon plastik
– Shampo
– Sidrin (daun bidara)
– Kapur barus
– Masker penutup hidung bagi petugas
– Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan
– Air
– Pengusir bau busuk
– Minyak wangi
>Daun Sidr (Bidara)
2. Menutup aurat si mayit

Dianjurkan menutup aurat si mayit ketika memandikannya. Dan melepas pakaiannya, serta
menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab si mayit barangkali berada dalam kondisi
yang tidak layak untuk dilihat. Sebaiknya papan pemandian sedikit miring ke arah kedua
kakinya agar air dan apa-apa yang keluar dari jasadnya mudah mengalir darinya.

3. Tata cara memandikan

Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila kuku-
kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya. Adapun bulu
kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar. Kemudian petugas
mengangkat kepala jenazah hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut perutnya
dengan perlahan untuk mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya. Hendaklah
memperbanyak siraman air untuk membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.
Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya atau
sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si mayit)
tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh tahun ke
atas.

4. Mewudhukan jenazah

Selanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca
basmalah. Lalu petugas me-wudhu-i jenazah tersebut sebagaimana wudhu untuk shalat.
Namun tidak perlu memasukkan air ke dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup dengan
memasukkan jari yang telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit lalu
menggosok giginya dan kedua lubang hidungnya sampai bersih.

Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun
bidara atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk
membasuh sekujur jasad si mayit.

5. Membasuh tubuh jenazah

Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi kanan
tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya
yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan
telapak kaki yang sebelah kanan.

Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian
membasuh belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama
petugas membasuh anggota tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga
miring ke sebelah kanan dan membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap kali
membasuh bagian perut si mayit keluar kotoran darinya, hendaklah dibersihkan.
Banyaknya memandikan: Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah memandikannya
satu kali dan mustahab (disukai/sunnah) tiga kali. Adapun jika belum bisa bersih, maka
ditambah lagi memandikannya sampai bersih atau sampai tujuh kali (atau lebih jika memang
dibutuhkan). Dan disukai untuk menambahkan kapur barus pada pemandian yang terakhir,
karena bisa mewangikan jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah ditambahkannya
kapur barus ini pada pemandian yang terakhir agar baunya tidak hilang.

Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan si mayit adalah air yang sejuk, kecuali
jika petugas yang memandikan membutuhkan air panas untuk menghilangkan kotoran-
kotoran yang masih melekat pada jasad si mayit. Dibolehkan juga menggunakan sabun untuk
menghilangkan kotoran. Namun jangan mengerik atau menggosok tubuh si mayit dengan
keras. Dibolehkan juga membersihkan gigi si mayit dengan siwak atau sikat gigi. Dianjurkan
juga menyisir rambut si mayit, sebab rambutnya akan gugur dan berjatuhan.

Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya (menghandukinya)


dengan kain atau yang semisalnya. Kemudian memotong kumisnya dan kuku-kukunya jika
panjang, serta mencabuti bulu ketiaknya (apabila semua itu belum dilakukan sebelum
memandikannya) dan diletakkan semua yang dipotong itu bersamanya di dalam kain kafan.
Kemudian apabila jenazah tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya dipilin (dipintal)
menjadi tiga pilinan lalu diletakkan di belakang (punggungnya).

Faedah

– Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah dibasuh sebanyak
tujuh kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat keluar kotoran itu) dengan kapas,
kemudian mencuci kembali anggota yang terkena najis itu, lalu si mayit diwudhukan
kembali. Sedangkan jika setelah dikafani masih keluar juga, tidaklah perlu diulangi
memandikannya, sebab hal itu akan sangat merepotkan.

– Apabila si mayit meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram dalam rangka
menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan dengan air ditambah perasaan
daun bidara seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun tidak perlu dibubuhi wewangian dan
tidak perlu ditutup kepalanya (bagi jenazah pria). Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam mengenai seseorang yang wafat dalam keadaan berihram pada saat
menunaikan haji.

– Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun hendaklah
dimakamkan bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka. Demikian pula mereka tidak
perlu dishalatkan.

– Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan, jenazahnya
hendaklah dimandikan, dishalatkan dan diberi nama baginya. Adapun sebelum itu ia hanyalah
sekerat daging yang boleh dikuburkan di mana saja tanpa harus dimandikan dan dishalatkan.

– Apabila terdapat halangan untuk memamdikan jenazah, misalnya tidak ada air atau kondisi
jenazah yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka cukuplah ditayamumkan saja. Yaitu
salah seorang di antara hadirin menepuk tanah dengan kedua tangannya lalu
mengusapkannya pada wajah dan kedua punggung telapak tangan si mayit.

– Hendaklah petugas yang memandikan jenazah menutup apa saja yang tidak baik untuk
disaksikan pada jasad si mayit, misalnya kegelapan yang tampak pada wajah si mayit, atau
cacat yang terdapat pada tubuh si mayit dll.

Niat Memandikan Mayit / Jenazah Laki-laki

‫ت اللغغلسلل اللداءء لعلن هلذاالللميي ل‬


َ‫ت للل تللعاَللى‬ ‫نللولي غ‬
NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAA-DZAL MAYYITI LILLAAHI TA'AALA

Artinya :

Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini karena Allah
Ta'ala

Niat Memandikan Jenazah / Mayit Perempuan

َ‫ت اللغغلسلل اللداءء لعلن هلذله الللمييتللة للل تللعاَللى‬


‫نللولي غ‬

NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAADZIHIL MAYYITATI LILLAAHI TA'AALA

Artinya :
Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini karena Allah
Ta'ala

B. PENGERTIAN, TATA CARA NIAT DAN BACAAN MENGKAFANI JENAZAH


1. Kafan-kafan mesti sudah disiapkan setelah selesai memandikan jenazah dan
menghandukinya

Mengkafani jenazah hukumnya wajib dan hendaklah kain kafan tersebut dibeli dari harta si
mayit. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari melunaskan hutangnya,
menunaikan wasiatnya dan membagi harta warisannya. Jika si mayit tidak memiliki harta,
maka keluarganya boleh menanggungnya.

2. Mengkafani jenazah

Dibentangkan tiga lembar kain kafan, sebagiannya di atas sebagian yang lain. Kemudian
didatangkan jenazah yang sudah dimandikan lalu diletakkan di atas lembaran-lembaran kain
kafan itu dengan posisi telentang. Kemudian didatangkan hanuth yaitu minyak wangi
(parfum) dan kapas. Lalu kapas tersebut dibubuhi parfum dan diletakkan di antara kedua
pantat jenazah, serta dikencangkan dengan secarik kain di atasnya (seperti melilit popok
bayi).

Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas kedua matanya,
kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di atas tempat-tempat sujudnya,
yaitu dahinya, hidungnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, ujung-ujung jari kedua
telapak kakinya, dan juga pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan lututnya, serta
pusarnya. Dan diberi parfum pula antara kafan-kafan tersebut, juga kepala jenazah.

Selanjutnya lembaran pertama kain kafan dilipat dari sebelah kanan dahulu, baru kemudian
yang sebelah kiri sambil mengambil handuk/kain penutup auratnya. Menyusul kemudian
lembaran kedua dan ketiga, seperti halnya lembaran pertama. Kemudian menambatkan tali-
tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulunglah lebihan kain kafan pada ujung
kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya dan dilipat ke atas wajahnya dan ke atas
kakinya (ke arah atas). Hendaklah ikatan tali tersebut dibuka saat dimakamkan. Dibolehkan
mengikat kain kafan tersebut dengan enam utas tali atau kurang dari itu, sebab maksud
pengikatan itu sendiri agar kain kafan tersebut tidak mudah lepas (terbuka).
[Untuk pembahasan tata cara shalat jenazah, insya Allah akan kami jadikan artikel tersendiri]

C. TATA CARA MENGUBURKAN JENAZAH

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari
keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa. Bagi


para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau
kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.

Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan binatang
buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non
muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul
Janaaiz” hal. 145)

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk
huruf U memanjang).

– Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

– Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.


– Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari
arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak
memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

– Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan:


“BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan
berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika menurunkan jenazah
ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam
posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua
kaki.

– Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab tidak
ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si
mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.
– Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki
dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu
dari atasnya (agak samping).

– Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu
yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

– Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang
kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.

– Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
– Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini terdapat
riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu diletakkan
batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.

Mensholatkan Jenazah

1. Pengertian menyolatkan jenazah

Shalat jenazah adalah shalat yang dikerjakan sebanyak 4 kali takbir, dan hokum dari
shalat jenazah adalha fardu kifayah (kewajiban yang ditujukan kepada orang banyak,
tetapi bila sebagian sudah melaksanakan maka gugurlah kewajiban bagi yang lain).

2. Tata cara menyolatkan jenazah

Tata cara sholat jenazah untuk perempuan

Tata cara sholat jenazah untuk perempuan, posisi imam berada pada searah tali pusar.
Sedangkan makmum berada di belakang imam dengan urutan makmum laki-laki dewasa,
kemudian perempuan dewasa. Sedangkan jumlah shaf-nya kalau bisa ganjil.
ilustrasi sholat jenazah

Dengan malakukan sholat jenazah dengan benar, maka kita akan memiliki faedah yang besar.
Dengan menunaikan jenazah dengan menyolatkannya, memohon syafaat dan berdoa
untuknya, menunaikan hak keluarganya, menghibur perasaan mereka akan memperoleh pahal
yang besar.

Tata cara sholat jenazah untuk laki-laki

Tata cara sholat jenazah untuk laki-laki ini sedikit berbeda dengan tata cara sholat jenazah
untuk perempuan. Jika pada jenazah perempuan imam berada sejajar dengan pusar jenazah,
maka untuk jenazah laki-laki posisi imam berada sejajar dengan kepala.
ilustrasi sholat jenazah

Menyolatkan jenzah di masjid adalah yang diutamakan. Jika masjid jauh, bisa dilakukan di
rumah atau mushola terdekat. Barang siapa yang ketinggalan sholat jenazah, yang utama
adalah menyolatkannya setelah dimakamkan. Dan barang siapa yang dikuburkan dan belum
disholatkan, maka disholatkan di atas kuburnya.

3. Niat dan bacaan shalat jenazah

Tata Cara Sholat Jenazah

Berikut ini tata cara sholat jenazah sesuai dengan urutannya:


1. Takbiratul ihram sambil berniat, lalu baca Surat Al Fatihah

Cara berniat adalah dengan mengingat dalam hati akan sholat jenazah empat kali takbir
terhadap jenazah itu fardhu kifayah.

Adapun yang perlu melafalkan niat, maka lafadz niatnya bisa dibaca di Niat Sholat Jenazah

Setelah takbiratul ihram, tangan diletakkan di atas pusar sebagaimana sholat pada umumnya,
lalu membaca surat Al Fatihah.

2. Takbir kedua lalu membaca sholawat

Sambil mengangkat tangan setinggi telinga atau sejajar bahu, lalu tangan kembali diletakkan
di atas pusar. Setelah itu membaca sholawat Nabi.

Sholawat Nabi ini banyak bentuknya, yang paling afdhal adalah sholawat Ibrahimiyah.

3. Takbir ketiga lalu berdoa untuk jenazah

Sambil mengangkat tangan setinggi telinga atau sejajar bahu, lalu tangan kembali diletakkan
di atas pusar. Setelah itu membaca doa untuk jenazah.

4. Takbir keempat lalu berdoa lagi

Sambil mengangkat tangan setinggi telinga atau sejajar bahu, lalu tangan kembali diletakkan
di atas pusar. Lalu berdoa dengan doa untuk jenazah dan doa untuk orang-orang yang
ditinggalkannya.

5. Salam

Yakni mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri sebagaimana sholat-sholat lainnya.

Niat Sholat Jenazah

Cara berniat adalah dengan mengingat dalam hati akan sholat jenazah empat kali takbir
terhadap jenazah itu fardhu kifayah.
Namun ada pula sebagaian ulama yang berpendapat sunnah dilafadzkan, terutama dari
kalangan madzhab Syafi’i. Untuk yang perlu melafalkan niat, maka lafal niatnya sebagai
berikut:

Lafadz niat sholat jenazah (sebagai makmum) untuk jenazah laki-laki

َ‫ض الللكلفاَيللة لمألغملوءماَ للل تللعاَللى‬ ‫صيلىَ لعللىَ هللذاالللميي ل‬


‫ت اللربللع تللكبللرا ت‬
‫ت فللر ل‬ ‫اغ ل‬

(Ushollii ‘alaa haadzal mayyiti arba’a takbirootin fardhol kifaayati ma’muuman lillaahi
ta’aalaa)

Artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai makmum
karena Allah Ta’ala.
Lafadz niat sholat jenazah (sebagai makmum) untuk jenazah perempuan

َ‫ض الللكلفاَيللة لمألغملوءماَ للل تللعاَللى‬ ‫صيلىَ لعللىَ هللذله الللمييتللة اللربللع تللكبللرا ت‬
‫ت فللر ل‬ ‫اغ ل‬

(Ushollii ‘alaa haadzihill mayyitati arba’a takbirootin fardhol kifaayati ma’muuman lillaahi
ta’aalaa)

Artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai makmum
karena Allah Ta’ala.

Baca juga: Sholat Hajat

Bacaan Sholat Jenazah

1. Takbir pertama

Setelah takbiratul ihram membaca surat Al Fatihah, yaitu:

‫ال الررلحلملن الررلحيلم‬ ‫بللسلم ر‬


‫ب الللعاَلللميلن‬
‫الللحلمغد لرلل لر ي‬
‫الررلحلملن الررلحيلم‬
‫لماَلللك يللولم اليديلن‬
‫ك نللستللعيغن‬ ‫ك نللعبغغد لوإلرياَ ل‬
‫إلرياَ ل‬
‫ط اللغملستللقيلم‬‫صلرا ل‬ ‫الهلدلناَ ال ي‬
‫ضاَيليلن‬
‫ب لعللليلهلم لولل ال ر‬ ‫ت لعللليلهلم لغليلر الللملغ غ‬
‫ضو ل‬ ‫ط الرلذيلن أللنلعلم ل‬ ‫صلرا ل‬‫ل‬

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Yang Menguasai di Hari Pembalasan
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan
Tunjukilah kami jalan yang lurus
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

2. Takbir kedua

Setelah takbir kedua, membaca sholawat. Yang paling afdhol adalah sholawat ibrahimiyah,
yakni:

‫ك لحلمليدد لملجليدد لاللرهغرم باَ للرلك لعللىَ غملحرمتد‬


‫ت لعللىَ إللبلرالهليلم لولعللىَ آلل إللبلرالهليلم لإنـ ر ل‬ ‫صلرلي ل‬
‫صيل لعللىَ غملحرمتد لولعللىَ آلل غملحرمتد لكماَ ل ل‬ ‫لاللرهغرم ل‬
‫ك لحلمليدد لملجليدد‬ ‫لولعللىَ آلل غملحرمتد لكماَ ل باَ للرلك ل‬
‫ت لعللىَ إللبلرالهليلم لولعللىَ آلل إللبلرالهليلم لإنـ ر ل‬

(Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shollaita ‘alaa
Ibroohiima wa ‘alaa aali Ibroohim, innaka hamiidum majiid. Allohumma baarik ‘alaa
Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa Ibroohiima wa ‘alaa aali
Ibroohim, innaka hamiidum majiid)

Artinya: Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi
Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan
kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah
memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia
3. Takbir ketiga

Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah. Di antaranya sebagaimana diriwayatkan
Imam Muslim dalam Shahih-nya:

‫ج لواللبللرلد لونلقيله لملن الللخ ل‬


‫طاَلياَ لكلماَ نلقرلي ل‬
‫ت‬ ‫ف لعلنهغ لوأللكلرلم نغغزللهغ لولويسلع غملدلخللهغ لوالغلسللهغ لباَلللماَلء لوالثرلل ل‬
‫اللرهغرم الغفللر للهغ لوالرلحلمهغ لولعاَفلله لوالع غ‬
‫س لوأللبلدللهغ لداءرا لخليءرا لملن لدالرله لوأللهلء لخليءرا لملن أللهللله لولزلوءجاَ لخليءرا لملن لزلولجله لوأللدلخللهغ الللجنرةل لوأللعلذهغ لملن‬ ‫ض لملن الردنل ل‬‫ب الللبيل ل‬ ‫الثرلو ل‬
‫ب الرناَلر‬‫ب اللقللبلر أللو لملن لعلذا ل‬
‫لعلذا ل‬

(Allohummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu ‘anhu wa akrim nuzulahu wawassi’


mudkholahu waghsilhu bil maa-i wats tsalji wal barod. Wa naqqihi minal khothooyaa kamaa
naqqoitats tsaubal abyadho minad danas. Wa abdilhu daaron khoiron min daarihi wa ahlan
khoiron min ahlihi wa zaujan khoiron min zaujihi wa adkhilhul jannata wa a’idzhu min
‘adzaabin qobri au min ‘adzaabin naar)

Artinya: Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Bebaskanlah dan maafkanlah dia.
Luaskanlah kuburnya dan mandikanlah ia dengan air, salju dan embun. Sucikan ia dari
seluruh kesalahan seperti dibersihkannya kain putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang
lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
yang lebih baik dari pasangannya. Lalu masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia
dari cobaan kubur dan azab neraka.

Untuk jenazah perempuan, doa tersebut menjadi:

‫ج لواللبللرلد لونلقيلهاَ لملن الللخ ل‬


َ‫طاَلياَ لكلما‬ ‫ف لعلنلهاَ لوأللكلرلم نغغزلللهاَ لولويسلع غملدلخلللهاَ لوالغلسلللهاَ لباَلللماَلء لوالثرلل ل‬ ‫اللرهغرم الغفللر لللهاَ لوالرلحلملهاَ لولعاَفللهاَ لوالع غ‬
‫س لوأللبلدلللهاَ لداءرا لخليءرا لملن لدالرلهاَ لوأللهلء لخليءرا لملن أللهلللهاَ لولزلوءجاَ لخليءرا لملن لزلولجلهاَ لوأللدلخلللهاَ الللجنرةل‬ ‫ض لملن الردنل ل‬ ‫ب الللبيل ل‬ ‫ت الثرلو ل‬‫نلقرلي ل‬
‫ب الرناَلر‬‫ب اللقللبلر أللو لملن لعلذا ل‬
‫لوأللعلذلهاَ لملن لعلذا ل‬

(Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa’aafihaa wa’fu ‘anhaa wa akrim nuzulahaa wawassi’


mudkholahaa waghsilhaa bil maa-i wats tsalji wal barod. Wa naqqihaa minal khothooyaa
kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danas. Wa abdilhaa daaron khoiron min daarihaa wa
ahlan khoiron min ahlihaa wa zaujan khoiron min zaujihaa wa adkhilhal jannata wa a’idzhaa
min ‘adzaabin qobri au min ‘adzaabin naar)

Boleh juga membaca doa yang lebih singkat:

‫اللرهغرم الغفللر للهغ لوالرلحلمهغ لولعاَفلله لوالع غ‬


‫ف لعلنهغ‬
(Allohummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu ‘anhu)

Artinya: Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Bebaskanlah dan maafkanlah dia.

Untuk jenazah perempuan, doa singkat tersebut menjadi:

‫اللرهغرم الغفللر لللهاَ لوالرلحلملهاَ لولعاَفللهاَ لوالع غ‬


َ‫ف لعلنلها‬

(Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa’aafihaa wa’fu ‘anhaa)

4. Takbir keempat

Setelah takbir keempat membaca doa sebagaimana diriwayatkan Imam Abu Dawud:

‫اللرهغرم لل تللحلرلملناَ أللجلرهغ لولل تللفتلرناَ بللعلدهغ لو الغفللر لللناَ لوللهغ‬

(Allohumma laa tahrimnaa ajrohu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlanaa walahu)

Artinya: Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan cobai kami
sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.

Jika jenazahnya perempuan, maka doanya menjadi:

َ‫اللرهغرم لل تللحلرلملناَ أللجلرلهاَ لولل تللفتلرناَ بللعلدلهاَ لو الغفللر لللناَ لولللها‬

(Allohumma laa tahrimnaa ajrohaa wa laa taftinnaa ba’dahaa waghfirlanaa walahaa)

Setelah itu mengucapkan salam:

‫ك لولرلحلمةغ ر‬
‫ال لو بللرلكاَتغهغ‬ ‫الرسللغم لعلللي ل‬

(Assalaamu’alaikum warohmatulloohi wabarookaatuh)

Artinya: Semoga keselamatan rahmat Allah dan berkahNya limpahkan kepada kalian

4. Menguburkan jenazah

Pengertian menguburkan jenazah


Penguburan Jenazah adalah sebuah upacara pemakaman dimana menurut umat Hindu di Bali
dalam naskah lontar yama tattwa berkaitan dengan mendem sawa disebutkan bahwa apabila
batas waktu dikubur telah selesai baru dibuatkan upacara ngaben yang bertujuan untuk dapat
mempercepat pengembalian unsur-unsur panca maha bhuta yang melekat dalam badan kasar
dan halus dari roh bersangkutan.

Tata cara menguburkan jenazah


mengubur jenazah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Jenazah dikubur dalam sebuah lubang dengan kedalaman setinggi orang berdiri
dengan tangan melambai ke atas dan dengan lebar seukuran satu dzira’ lebih satu jengkal.

Berdasarkan sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi berkenaan dengan para sahabat yang
terbunuh pada waktu perang uhud, beliau bersabda:

‫ لوأللحلسغنوا‬،‫ لوأللولسغعوا‬،‫الحفلغروا‬

Artinya: “Galilah liang kubur, luaskan dan baguskan.”

2. Wajib memiringkan jenazah ke sebelah kanan dan menghadapkannya ke arah kiblat.


Sekiranya jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat dan telah diurug tanah maka liang kubur
wajib digali kembali dan menghadapkan jenazahnya ke arah kiblat bila diperkirakan belum
berubah. Disunahkan untuk menempelkan pipi jenazah ke bumi.

3. Bila tanahnya keras disunahkan liang kubur berupa liang lahat. Yang dimaksud liang
lahat di sini adalah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat seukuran yang cukup
untuk menaruh jenazah. Jenazah diletakkan di lubang tersebut kemudian ditutup dengan
menggunakan batu pipih agar tanahnya tidak runtuh mengenai jenazah.

Namun bila tanahnya gembur maka disunahkan dibuat semacam belahan di bagian paling
bawah liang kubur seukuran yang dapat menampung jenazah di mana di kedua tepinya dibuat
struktur batu bata atau semisalnya. Jenazah diletakkan di belahan liang kubur tersebut
kemudian di bagian atasnya ditutup dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah.

Bisa penulis gambarkan, belahan ini bisa jadi semacam parit yang membelah bagian dasar
liang kubur. Di parit inilah jenazah diletakkan. Adapun batu pipih untuk penutup
sebagaimana disebut di atas, di Indonesia barangkali lebih sering menggunakan papan kayu
sebagai penutup jenazah agar tidak terkena reruntuhan tanah.

4. Setelah jenazah diletakkan secara pelan di dasar kubur disunahkan pula untuk
melepas tali ikatannya dimulai dari kepala.

Akan lebih baik bila orang yang meletakkan dan meluruskan jenazah di liang kubur adalah
orang laki-laki yang paling dekat dan menyayangi si mayit pada saat hidupnya. Pada saat
meletakkannya di liang lahat disunahkan membaca:

‫صرلىَ اغ لعللليله لولسلرلم‬ ‫بللسلم ال لولعللىَ غسنرلة لرغسولل ر‬


‫ال ل‬

“Bismillâhi wa ‘alâ sunnati Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama.”


Mengikuti sunah Rasulullah sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud
dari sahabat Abdullah bin Umar, bahwa bila Rasulullah meletakkan jenazah di dalam kubur
beliau membaca bismillâhi wa ‘alâ sunnati Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama.

Sementara Syekh Nawawi Banten dalam kitab Kâsyifatus Sajâ menambahkan bahwa ketika
proses mengubur jenazah disunahkan menutupi liang kubur dengan semisal kain atau lainnya.
Ini dimaksudkan barangkali terjadi ada yang tersingkap dari diri jenazah sehingga terlihat apa
yang semestinya dirahasiakan.

Juga disunahkan meletakkan jenazah di liang kuburnya dengan posisi tubuh miring ke
sebelah kanan. Bila dimiringkannya pada tubuh sebelah kiri maka makruh hukumnya. Pada
hal ini, dalam konteks wilayah Indonesia yang arah kiblatnya cenderung ke arah barat
sedangkan wajib hukumnya menghadapkan jenazah ke arah kiblat, maka untuk memiringkan
tubuhnya ke sisi kanan ketika jenazah dikubur posisi kepala berada di sebelah utara. Bila
posisi kepala ada di sebelah selatan maka untuk menghadapkannya ke arah kiblat mesti
memiringkan tubuhnya ke sisi kiri.

Anda mungkin juga menyukai