Anda di halaman 1dari 10

BAB I

BERSUCI
Bersuci adalah sebuah pekerjaan dimana setiap hamba wajib
melakukannya agar bisa mengerjakan ibadah yang notabanenya memerlukan
bersuci. Ketahuilah, ulama fiqih mendahulukan ibadah dari pada muamalah
karena lebih mementingkan perkara agama dari pada perkara dunia. Sedangkan
bersesuci dibahas diawal karena bersuci adalah kuncinya ibadah. Diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah SAW bersabda: “kuncinya ibadah adalah
sholat sedangkan kuncinya sholat ialah bersesuci”.
A. Alat yang bisa dipakai untuk bersuci ada 4:
1. Air, bisa digunakan apa saja baik itu wudhu, mandi, menghilangkan najis.
2. Debu, Bisa digunakan dalam tayammum sebagai pengganti dari air dalam
berwudhu dan mandi atau di pakai pada salah satu basuhan untuk
menghilangkan najis anjing dan babi.
3. DABIGH, adalah sesuatu yang dapat menghilangkan darah yang menempel
pada kulit hewan ketika di sama’.*
4. SESUATU YANG KASAR, seperti tisu kasar, kain, dan sesamanya. Selama
barangnya tidak dimuliakan (Al- Qur’an dll) dan tidak membahayakan pada
anggota badan.
*Sama’ adalah istilah untuk cara mensucikan kulit hewan.
B. AIR YANG DI BUAT BERSUCI ADA 7:
1. Air hujan
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumber
5. Air sumur
6. Air es
7. Air embun
C. PEMBAGIAN AIR:
1. Air yang bisa digunakan untuk mensucikan hadast, najis, dan
semacamnya. Seperti mencuci baju dll. Disebut Air Muthlak.*
*Air Muthlak adalah air yang tidak pernah digunakan serta tidak terkena
najis dan tidak berubah sifatnya (baunya, warnanya, rasanya).
2. Air yang bisa digunakan untuk mensucikan semuanya juga tapi
makhruh digunakan pada sebagiannya. Yaitu air yang sangat panas
atau sangat dingin.
Contoh: dipakai pada badan makhruh, dipakai mensucikan baju tidak
makhruh.
3. Air yang suci tapi tidak bisa digunakan mensucikan.
Ada dua bagian: pertama, air yang sudah digunakan menghilangkan
hadast atau kotoran yang tidak najis.
Contoh: air yang sudah digunakan wudhu yang jatuh ke dalam
ember, maka air yang ada diember tidak bisa dibuat mensucikan lagi.
Jika ada air yang berubah sifatnya tapi bukan karna dicampur sesuatu
maka bisa men-sucikan.
Kedua, Air yang sifatnya berubah karna tercampur sesuatu yang suci.
baik yang berubah warnanya, rasanya, atau baunya.
Contoh: air yang tersimpan begitu lama sampai menumbuhkan
lumut sehingga air tersebut berubah warna, rasa dan baunya maka
tetap bisa mensucikan.
Beda halnya jika lumut tersebut sengaja dicampur sehingga segala sifatnya
berubah. Maka tidak bisa men-sucikan.
Contoh: air yang tercampur dengan sabun atau teh sehingga nama air tersebut
berubah namanya menjadi air sabun atau air teh maka tidak bisa dibuat
mensucikan.
4. Air yang sama sekali tidak bisa mensucikan.
Yaitu air yang terkena najis sedangkan air terebut kurang dari 2
qullah. Batasan air 2 qullah menurut ukuran sekarang ialah 217 litter
atau air yang berwadah 60 cm persegi.
 PERLENGKAPAN
1. Air yang mencapai batasan 2 qullah atau lebih, bila digunakan untuk
menghilangkan hadast dan kotoran selagi sifatnya tidak berubah maka
tetap bisa mensucikan.
2. Air yang terkena najis dan mencapai batas 2 qullah atau lebih bila najisnya
tidak merubah pada salah satu sifatnya (bau, warna, rasa) maka tetap bisa
mensucikan.
3. Air yang dijatuhi bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir saat dibunuh
atau diputus anggotanya, walaupun airnya kurang dari 2 qullah maka tetap
suci seperti air segelas yang di jatuhi bangkainya lalat, selagi sifatnya tidak
berubah maka tetap suci.
4. Air yang mencapai batas 2 qullah atau lebih, bila dijatuhi najis yang dapat
merubah rasa, warna dan baunya, walaupun mencapai dua qullah maka
hukumnya tetap najis.
5. Bulu bangkai dan badannya di hukumi najis.
6. Bayi hewan yang mati dalam perut induknya yang mati di hukumi najis.
Bedahal nya dengan bayi yang mati dalam perut hewan yang di sembelih,
maka di hukumi halal (tidak najis).
D. Cara mensucikan kulit bangkai (sama’)
Kulit hewan yang halal atau haram bisa di sucikan dengan cara di sama’ kecuali
kulit anjing dan babi.
Cara menyama’:
Menghilangkan sesuatu yang menempel pada kulit seperti darah dan
semacamnya. Dengan cara dibersihkan menggunakan sesuatu yang sekiranya
dapat membuat kulit tersebut tampak indah dan bagus, seperti menggunakan
daun salam, atau sesuatu yang sepet, dan ramuan-ramuan suci lainnya. Juga bisa
menggunakan kotoran burung merpati, kemudian disiram dengan air, karena
kotoran burung merpati tetap di hukumi najis.
BAB II
WUDHU
A. Fardhunya Wudhu
1. Niat, dengan cara menghadirkan niat ketika membasuh wajah.
adapun niatnya: ‫ث ْاَألصْ َغ ِر َفرْ ضً ا هلل َت َعالَى‬ َ ‫ْت ْالوُ ض ُْو َء ل َِر ْف ِع ْا‬
ِ ‫لح َد‬ ُ ‫َن َوي‬
2. Membasuh wajah,
batasan wajah yang wajib dibasuh ialah; dari tumbuhnya rambut sampai
dagu dan antara dua telinga.
3. Membasuh ke-dua tangan,
batasnya ialah dari ujung jari-jari sampai siku tangan.
4. Mengusap sebagian kepala,
dengan cara diusap dimanapun area kepalanya.
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
6. Harus ber-urutan dalam mengerjakannya.

B. Sunah-Sunahnya Wudhu
1. Membaca basmalah, yaitu; ‫بسم هلل الرحمن الرحيم‬
Dibaca di awal wudhu. Jika lupa membaca diawal, maka boleh membaca
dipertengahan wudhu.
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan, Yang
bersamaan dengan membaca basmallah 3x.
3. Berkumur 3x (madmadhoh) setelah membasuh telapak tangan, caranya
ialah dengan memasukan air kedalam mulut baik digerakkan didalam
mulut atau tidak. Yang paling sempurna adalah dengan cara digerakkan. Hal
ini boleh dilakukan bagi orang yang tidak berpuasa karena orang yang
berpuasa dihukumi makhruh jika melakukan berkumur dengan
menggerakkan air dalam mulut.
4. Menghirup air dalam hidung 3x (istinsyaq)
caranya yaitu dengan memasukan air kedalam hidung, yang paling
sempurna ialah dengan memasukannya sampai pangkal hidung.
Adapun mengumpulkan madmadhoh dan istinsyaq dengan 3x memasukan
air lebih utama dari pada memisahnya.
5. Mengusap semua kepala
cara yang paling afhdol ialah membasahi tangan lalu kedua jempolnya
diletakkan pada jambang, sedangkan kedua jari telunjuk diletakkan pada
dahi depan lalu jalankan jari telunjuk sampai kebelakang lalu kedepankan
lagi, Lalu kebelakang lagi. Ini berlaku pada yang punya rambut panjang.
Adapun kalau rambutnya pendek , maka setelah menjalankan jarinya
kebelakang, Basahi lagi tangannya dengan air sampai tiga kali.
6. Mengusap kedua telinga
adapun caranya ialah dengan mengambil air, lalu meletakan jari jempol di
belakang anak telinga sedangkan jari telunjuk letakkan didepannya, lalu
jalankan jari telunjuknya sesuai garis yang ada ditelinga sampai menuju
lubang telinga, setelah itu jalankan jari jempolnya keatas.
7. Menyelat-nyelati jenggot yang tebal
cara nya dengan menjalankan jari tangannya dari leher sampai keatas
adapun jenggot yang tipis maka hukum menyelat-nyelati jenggot adalah
wajib.
8. Menyelat-nyelati jari tangan dan kaki
cara menyelati jari tangan hanya saling memasukan antara jari kedua
tangan.
Cara menyelati jari kaki yaitu memakai jari kelingking tangan kiri untuk
menyelati kaki kanan dimulai dari jari kelingking kaki kanan. Kemudian jari
keligking tagan kanan untuk kaki kiri, lakukan seperti diatas.
9. Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri
ini berlaku pada tangan, kaki, dan telinga.
10.Melakukan setiap basuhan dan usapan sebanyak 3x
11.Bersegera dalam melakukan wudhu, sekiranya antara basuhan 1 dengan
yang lain tidak sampai kering karena lamanya dipisah.
C. perkara yang dapat membatalkan wudhu’
1. Setiap sesuatu yang keluar dari dua kemaluan baik itu encer atau tidak
encer kecuali air mani.
2. Tidur yang tidak menetapkan pantatnya.
Adapun posisi tidur yang tidak membatalkan wudhu ialah tidur duduk yang
menetapkan pantatnya serta tidak menyandarkan kepala. Bila
menyandarkan kepala, maka wudunya tetap batal.
3. Hilang akal sebab mabuk, sakit, gila, epilepsi (ayan) dll.
4. Lelaki menyentuh perempuan yang bukan mahram walaupun sudah mati,
dengan tanpa penghalang atau satir meskipun tipis.
5. menyentuh kemaluan depan atau belakang dengan telapak tangan .
 Keterangan:
 Yang di maksud lelaki atau perempuan tadi sudah mencapai batas syahwat
menurut biasanya (tidak harus menunggu baligh) karna banyak yang belum
baligh tapi sudah mencapai syahwat.
 Batas syahwat adalah lelaki atau perempuan yang sudah mempunyai
rangsangan satu sama lain pada umumnya.
 Yang dimaksud mahram ialah orang yang haram untuk dinikahi karena ada
hubungan nasab, saudara susuan (rodho’) dan mertua.
 anggota yang tidak membatalkan jika tersentuh ada 2,rambut dan kuku.
 batas kemaluan depan yang membatalkan ialah dari ujung sampai garis
yang menyentuh perut dalam artian menyentuh biji kemaluan tidak
membatalkan.
 batas kemaluan belakang ialah garis dubur.
BAB III
ISTINJA’
Iistinja’ adalah membersihkan kemaluan setelah kencing atau BAB. Adapun
hukumnya wajib.
A. Sesuatu yang bisa dibuat istinja’
antara lain:
1.air
2.batu
3.sesuatu yang lunak,suci,bisa membersihkan najis serta tidak muliakan
seperti=tisu,kain yang tidak pakai,dan lain sebagainya.
Cara istinja’ yang paling afdhol adaloah dengan membersih kanya pakai batu
lalu menggunakan air.
Syarat boleh istinja pakai batu ada 3=
1.sesuatu yang keluar tidak hancur dalam artian tidak mencret
2.sesuatu yang keluar tidak menganai anggota tubuh selain tempat
keluarnya saja dalam artian tidak mengenai sesuatu selain pada dalamnya
garis dubur.
3.tidak ada najis lain yang datang selain kotoran yang di kelurkan seperti
terkena cipratan air najis yang di sebabkan BAB.
*adab buang air
1. Jika buang air kecil, cara jongkokknya dengan duduk di tumit kaki kiri
sedangkan kaki kanan di tegak kan
2.jika buang air besar maka sebaliknya.
3.jangan menghadap atau membelakangi kiblat saat buang air kecuali
ditempat yang sudah di khususkan untuk buang air.WC DLL.
4.jangan buang air di air yang tidak mengalir kecuali ditempat air yang
khusus buang air.
5.jangan buag air di lobang-lobang kecuali di tempat khusus buang air
6.jangan buag air di pinggir jalan yang siring di lewati orang- orang.
7.jangan buang air di pohon yang berbuah.
8.jangan buag air di tempat berteduh.
9.jangan berbicara ketika buang air kecuali darurat.
10.jangan melihat pada kemaluanya.
11.jangan berdiri ketika buang air.

Tatacara Istinja’ Dan Tatakrama Buang Air

TAYAMMUM
A. DEFINISI TAYAMMUM
Secara bahasa, tayammum berarti bertujuan. Sedangkan menurut istilah
syara’, tayammum berarti menyampaikan debu pada wajah dan kedua
tangan dengan niat tertentu.
Tayammum berfungsi sebagai alternatif dari wudhu dan mandi.
B. HUKUM TAYAMMUM
1. Wajib
 Bila ada dugaan kuat akan terjadi bahaya pada dirinya saat
menggunakan air.
 Bila tidak menemukan air sama sekali setelah berusaha
mencari.
2. Mubah (boleh)
 Mampu berwudhu, tapi airnya harus dibeli dengan harga yang
sangat mahal.
 Di awal waktu sholat tidak ada air, tapi ada dugaan adanya air
di akhir waktu shalat (yang sekiranya tidak nutut untuk
mengerjakan sholat).
3. Makruh
 Mengulangi tayammum, sebelum digunakan beribadah.
4. Haram
 Haram tapi sah
Bila tayammum menggunakan debu hasil ghasab.
 Haram plus tidak sah
Bila ada air dan tidak ada halangan yang menuntut dia harus
tayammum.
Catatan: tayammum berfungsi sebagaimana wudhu untuk hadas kecil. Dan
berfungsi sebagaimana mandi untuk hadas besar.
C. FAKTOR-FAKTOR TAYAMMUM
1. Tidak ada air (setelah berusaha mencarinya)
2. Takut untuk mengambil air. Seperti, karena ada binatang buas dan
sesamanya.
3. Ada kebutuhan lain. Seperti akan untuk minum karena dahaga, atau
untuk minuman hewan yang dimuliakan (hewan yang haarm
dibunuh).
4. Kehilangan tempat air. Asalkan hilangnya bukan karena kecerobohan
diri sendiri.
5. Sakit parah. Yang sekiranya dapat membahayakan pada badan saat
menggunakan air.
6. Bila di anggota wudhu’nya terdapat perban yang menghalangi
sampainya air.
7. Bila di anggota tubuhnya terdapat luka yang membahayakan saat
terkena air.
D. SYARAT-SYARAT TAYAMMUM
1. Menggunakan debu, dengan kriteria sbb:
 Suci
Maka, tidak sah bertayammum dengan debu yang najis atau
bercampur dengan najis.
 Mensucikan
Artinya, debu yang digunakan untuk bertayammum tidak
musta’mal (debu bekas tayammum atau debu yang sudah
digunakan bersuci).
 Murni
Maka tidak sah tayammum menggunaka debu yang tercampur
dengan barang lain. Seperti, tepung dan sesamanya.
 Mengandung debu yang berterbangan
Maksudnya, debu yang digunakan akan nampak berterbangan
saat diterpa angin.
2. Mengusap wajah dan kedua tangan dengan dua kali mengambil
debu.
3. Menghilangkan najis sebelum bertayammum , selagi memungkinkan.
Bila najisnya sulit untuk dihilangkan, maka tayammum sebisanya lalu
sholat untuk menghormati waktu dan sholatnya wajib di qadha’.
4. Sebisa mungkin menghadap ke arah kiblat.
5. Masuknya waktu sholat. Maka tidak boleh tayammum sebelum
masuknya waktu shalat. Sebab tayammum adalah cara bersuci dalam
situasi darurat.
6. Harus sekali pakai. Jadi, tayammum hanya bisa digunakan untuk
sekali ibadah saja. Maka, saat hendak melakukan ibadah yang lain
harus bertayammum lagi.

Anda mungkin juga menyukai