Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis basah atau daerah

hangat lembab yang ditandai dengan kelembaban udara yang relatif tinggi, curah

hujan yang tinggi, temperature tahunan diatas 18°C dan dapat mencapai 38°C

pada musim kemarau, hal ini berdampak pada penyebab kerusakan pada lapisan

perkerasan lentur yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Kerusakan

pada perkerasan jalan berupa permukaan bergelombang, berlubang, dan retaknya

permukaan jalan. Salah satu usaha untuk mengatasi kerusakan yang disebabkan

oleh beban kendaraan, temperatur suhu tinggi, dan intensitas air hujan yaitu

dengan menambahkan bahan aditif. Penambahan bahan aditif diharapakan dapat

meningkatkan sifat-sifat fisik aspal.

Plastik bahan yang sukar terurai bila dijadikan sampah. Butuh ratusan

hingga ribuan tahun agar plastik terurai dan menjadi bahan yang aman.

Meningkatnya kebutuhan terhadap plastik membuat polutan dari sampah plastik

baik di darat maupun di laut semakin meningkat. Oleh karena itu sekarang

dilakukan cara-cara untuk mengurangi sampah dari plastik.

Limbah plastik dapat dimanfaatkan di bidang konstruksi jalan raya.

Campuran beraspal memiliki beberapa kelemahan seperti mengalami deformasi

(perubahan bentuk) permanen disebabkan tekanan terlalu berat oleh muatan truk

1
2

yang berlebihan, keretakan-keretakan yang ditimbulkan oleh panas, juga

kerusakan disebabkan karena kelembaban, ini semua terjadi pada campuran aspal.

Sampah plastik yang akan diolah adalah jenis PE (Polyethylene) yang

terbagi atas LDPE (Low Density Polyethylene) dan HDPE (High Density

Polyethylene). Kedua jenis plastik ini sangat umum dijumpai di lingkungan

sekitar, LDPE digunakan sebagai kantung plastik, botol minuman, sedangkan

HDPE digunakan sebagai botol kemasan tebal maupun plastik makan. Plastik

HDPE merupakan plastik yang mudah didaur ulang dan termasuk jenis plastik

yang kokoh sehingga dapat meningkatkan kekuatan dari aspal apabila

ditambahkan kedalam aspal.

Mengacu pada hal tersebut maka penulis ingin melakukan pengujian

terhadap nilai marshall lapisan aspal AC – WC yang di modifikasi dengan

penambahan campuran limbah plastik tipe High Density Polyethylene (HDPE).

Bahan lain yang merupakan agregat pembentuk aspal beton adalah bahan

pengisi (filler). Filler merupakan agregat lolos ayakan no. 200 dan non plastis

seperti semen Portland, kapur atau debu batu. Cangkang kelapa sawit merupakan

salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup banyak terbuang

dari hasil produksi minyak. Cangkang kelapa sawit berguna sebagai bahan bakar

pembangkit uap dan bahan pengeras jalan. Hasil dari pembakaran tersebut

menghasilkan abu cangkang kelapa sawit yang biasanya dibuang dekat pabrik

sebagai limbah padat.


3

Abu cangkang kelapa sawit memiliki kandungan senyawa Silika Oksida

(SiO2) aktif yang bersifat reaktif dan pozzolanik yang dapat bereaksi menjadi

material seperti semen. Bahan pozzolan ada dua senyawa utama yang

mempunyai-peranan penting dalam pembentukan semen yaitu senyawa SiO2 dan

Al2O3 yang di mana abu Sawit merupakan bahan pozzolanic, yaitu material yang

tidak mengikat seperti semen, namun mengandung senyawa silika oksida-(SiO2)

aktif yang apabila bereaksi dengan kapur bebas atau Kalsium Hidroksida

(Ca(OH2) dan air akan membentuk material seperti-semen yaitu Kalsium Silikat

Hidrat.

Penggunaan limbah abu cangkang kelapa sawit sebagai bahan pengisi pada

laston AC-WC diharapkan dapat mengurangi limbah dan dapat memanfaatkan

limbah tersebut secara maksimal sehingga dapat menghemat biaya konstruksi

perkerasan jalan dan dapat meningkatkan parameter Marshall pada lapisan aspal

beton AC-WC.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan diselesaikan pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana persentase komposisi campuran dari limbah plastik High

Density Polyethylene (HDPE) dan limbah abu cangkang kelapa sawit pada

laston AC-WC?

2. Bagaimana nilai parameter Marshall terhadap penggunaan limbah

plastik High Density Polyethylene (HDPE) dan limbah abu cangkang

kelapa sawit pada laston AC-WC?


4

1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup

1.3.1 Tujuan penelitian


Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
a. Mengetahui persentase komposisi campuran dari limbah plastik High
Density Polyethylene (HDPE) dan limbah abu cangkang kelapa sawit pada
laston AC-WC.

b. Mengetahui nilai parameter Marshall terhadap penggunaan limbah


plastik High Density Polyethylene (HDPE) dan limbah abu cangkang
kelapa sawit pada laston AC-WC.

1.3.2 Ruang lingkup penelitian


Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

a. Spesifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran aspal

panas (AC – WC) tahun 2018.

b. Penelitian yang dilakukan di Laboratorium Aspal Politeknik Negeri

Lhokseumawe.

c. Agregat yang digunakan berasal dari PT. Kuta Raja di Kota

Lhokseumawe.

d. Limbah plastik High Density Polyethylene (HDPE) yang digunakan

berasal dari Tempat Pembuangan Akhir di Kota Lhokseumawe.

e. Filler menggunakan limbah abu cangkang kelapa sawit dari PT.

Syaukath Sejahtera di Kabupaten Bireuen.


5

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis dapat meningkatkan upaya pengembangan modifikasi

limbah plastik High Density Polyethylene (HDPE) sebagai zat aditif pada

aspal dan limbah abu cangkang kelapa sawit sebagai pengisi untuk

meningkatkan parameter Marshall.

2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami adanya manfaat dari

limbah plastik High Density Polyethylene (HDPE) dan limbah abu

cangkang kelapa sawit yaitu dapat menjadi material aspal beton.

3. Bagi pemerintah dapat membantu mengembangkan penggunaan

material/agregat setempat sehingga dapat menghemat biaya pembangunan

jalan pada daerah tersebut.

4. Bagi perusahaan dapat mengurangi limbah kelapa sawit sehingga tidak

mencemari lingkungan sekitar.

5. Bagi masyarakat dapat meningkatkan perekonomian warga setempat,

khususnya bagi pengepul barang bekas dan petani kelapa sawit

Anda mungkin juga menyukai