Anda di halaman 1dari 25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekataan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data pada

penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Menurut

Sugiyono (2017: 8) penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan untuk menguji

teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel

tersebut diukur dengan menggunakan instrumen penelitian sehingga data yang

terdiri angka-angka dianalisis berdasarkan prosedur statistika (Juliansyah Noor

2011: 38). Adapun metode penelitian ini adalah korelasional. Menurut Arikunto

(2002: 247) penelitian korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua atau beberapa variabel.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dalam melaksanakan

penelitian ini peneliti menggunakan penelitian pendekatan kuantitatif dengan

metode kolerasional. Hal ini dikarenakan data penelitiannya berupa angka-angka

dan dianalisis menggunakan statistik. Sedangkan metodenya menggunakan

penelitian korelasi, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara kesegaran jasmani (X1) dan tes evaluasi belajar keterampilan bulutangkis

(X2) dengan kemampuan bermain bulutangkis (Y) pada pemain putra di MTsN

Montasik. Adapun desain penelitian, dijelaskan pada gambar 3.1 berikut ini :

41
42

rx1 .y
X1
Y
X2
rx2.y

r.x1.x2.y
Gambar 3.1 Desain Penelitian Korelasional
Sumber: Sugiyono (2007: 56)
Keterangan:
x1 : Kesegaran jasmani
x2 : Tes evaluasi belajar keterampilan bulutangkis
y : Kemampuan bermain bulutangkis
rx1.y : Kolerasi kesegaran jasmani dengan kemampuan bermain bulutangkis
rx2.y : Korelasi tes evaluasi belajar keterampilan bulutangkis dengan
kemampuan bermain bulutangkis
r.x1.x2.y : Korelasi kesegaran jasmani dan tes evaluasi belajar keterampilan
bulutangkis dengan kemampuan bermain bulutangkis.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh sabjek yang ingin diteliti. Hal ini sesuai dengan

pendapat Arikunto (2006: 120) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Kemudian Sugiyono (2017: 80) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian disimpulkan.

Berdasarakan uraian diatas maka populasi pada penelitian ini adalah seluruh

pemain bulutangkis putra di MTsN Montasik yang berjumlah 10 siswa.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian kecil dari populasi yang dapat mewakili seluruh

kelompok yang ada dalam populasi penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat
43

Arikunto (2010: 174) sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Kemudian menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah sebagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling. Menurut Sugiyono (2017: 85) total sampling adalah teknik penentuan

sampel bila semua populasi digunakan sebagai sampel. Berdasarkan uraian diatas

maka yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah seluruh pemain bulutangkis

putra di MTsN Montasik yang berjumlah 10 siswa.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017: 38) menjelaskan variabel penelitian pada

dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto (2006: 118)

variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian dari

suatu penelitian. Adapun yang akan menjadi variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Menurut Sugiyono (2011: 3) variabel bebas adalah variabel yang menjadi

sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Adapun

variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kesegaran jasmani (X1) dan tes evaluasi

belajar keterampilan bulutangkis (X2).


44

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Menurut Sugiyono (2011: 3) variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen

(variabel bebas). Adapun variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kemampuan

bermain bulutangkis (Y).

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017: 137) teknik pengumpulan data dapat dilakukan

dengan berbagi setting berbagai sumber dan berbagai cara, bila settingnya dapat

dilihat maka dapat dikumpulkan secara ilmiah. Kemudian menurut Arikunto

(2002: 136) teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitiannya. Adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Tes Kesegaran Jasmani

Untuk mengetahui kesegaran jasmani siswa, memakai tes kebugaran

jasmani Indonesia (TKJI) usia 13-15 tahun (Depdiknas. 2010: 3-32). Adapun tes

kesegaran jasmani indonesia (TKJI) untuk anak umur 13-15 tahun terdiri dari:

1. Lari 50 Meter

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.

b. Alat dan fasilitas

1) Lintasan lurus, datar, rata, tidak licin, berjarak 50 meter, dan masih

mempunyai lintasan lanjutan

2) Bendera start
45

3) Peluit

4) Tiang pancang

5) Stopwatch

6) Serbuk kapur

7) Formulir

8) Alat tulis.

c. Petugas tes

1) Juru keberangkatan

2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil.

d. Pelaksanaan

1) Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start

2) Gerakan

a) Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap

untuk lari

b) Pada aba-aba “Ya” peserta lari secepat mungkin menuju garis

finish, menempuh jarak 50 meter.

3) Lari masih bias diulang apabila :

a) pelari mencuri start;

b) pelari tidak melewati garis finish

c) pelari terganggu dengan pelari lain;

4) Pengukuran waktu

Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai

pelari melintas garis finish.


46

e. Pencatat hasil

1) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk

menempuh jarak 50 meter, dalam satuan waktu detik

2) Waktu dicatat satu angka di belakang koma.

Gambar 3.2 Posisi Lari 50 meter


Sumber : TKJI Tahun 2010

2. Gantung Angkat Tubuh untuk Putra 60 detik

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan

dan otot bahu.

b. Alat dan fasilitas

1) Lantai rata dan bersih

2) Palang tunggal yang dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan

peserta

3) Bangku untuk pijakan awalan

4) Stopwatch

5) Serbuk kapur atau magnesium karbonat


47

6) Alat tulis.

c. Petugas tes

1) Pengamat waktu

2) Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil.

d. Pelaksanaan

1) Sikap permulaan

Peserta menaiki bangku yang telah di sediakan berdiri di bawah

palang tunggal. Kedua tangan berpegangan pada palang sebesar

bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke arah letak kepala.

Setelah peserta siap melakukan gerakan bangku di pindah terlebih

dahulu.

2) Gerakan

a) Mengangkat tubuh dengan membengkokan kedua lengan,

sehingga dagu menyentuh atau berada di atas palang tunggal

b) Selama melakukan gerakan, mulai dari kepala sampai ujung kaki

tetap merupakan satu garis lurus

c) Gerakan ini dilakukan berualang-ulang, tanpa istirahat, sebanyak

mungkin, selama 60 detik.

3) Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila;

a) Pada waktu mengangkat badan, peserta melakukan gerakan

mengayun

b) Pada waktu mengangkat badan posisi dagu lebih rendah dari

palang tunggal
48

c) Pada waktu kembali ke sikap permulaan kedua tangan tidak

lurus.

4) Pencatat hasil

a) Yang dihitung adalah angkatan yang dilakukan dengan sempurna

b) Yang dicatat adalah jumlah (frekuensi) angkatan yang dapat

dilakukan dengan sikap sempurna tanpa istirahat selama 60 detik

‘Peserta yang tidak mampu melakukan tes angkatan tubuh ini,

walaupun telah berusaha, diberi nilai 0 (nol).

Gambar 3.3 Posisi Gantung Angkat Tubuh


Sumber : TKJI Tahun 2010

3. Baring Duduk 60 Detik

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut.

b. Alat dan fasilitas

1) Lantai/lapangan rumput yang rata dan bersih

2) Stopwatch

3) Alat tulis

4) Alas / tikar/matras jika diperlukan.


49

c. Petugas tes

1) Sikap permulaan

a) Berbaring terlentang di lantai atau rumput kedua lutut ditekuk

dengan sudut 90 derajat , kedua tangan kiri dan kanan diletakkan

disamping telinga

b) petugas/peserta lain memegang atau menekan kedua

pergelangan kaki, agar kaki tidak terangkat.

2) Gerakan

a) Gerakan aba-aba “Ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk,

sampai kedua sikunya menyentuh kedua paha, kemudian kembali

ke sikap permulaan

b) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa

istirahat, selama 60 detik.

Catatan

1) Gerakan tidak dihitung jika tangan tidak berada disamping telinga

2) Kedua siku tidak sampai menyentuh paha

3) Mempergunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh.

d. Pencatat hasil

1) Hasil dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang

dapat dilakukan dengan sempurna selama 60 detik

2) peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini, diberi

nila 0 (nol).
50

Gambar 3.4 Posisi Baring Duduk 60 Detik


Sumber : TKJI Tahun 2010

4. Loncat Tegak

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur tenaga eksplosif.

b. Alat dan fasilitas

1) Papan berskala centimeter, warna gelap, berukuran 30x150cm,

dipasang pada didinding yang rata atau tiang. Jarak antara lantai

dengan angka 0 (nol) pada skala yaitu 150 cm

2) Serbuk kapur

3) Alat penghapus papan tulis

4) Alat tulis

c. Petugas tes

Pengamat dan pencatat hasil.

d. Pelaksanaan

1) Sikap permulaan

a) Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan serbuk

kapur atau magnesium karbonat


51

b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala

berada di samping kir atau kanan. Kemudian tangan yang dekat

dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan ditempelkan pada

papan berkala, sehingga meninggalkan berkas raihan jarinya.

2) Gerakan

a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan

kedua legan diayun kebelakang. kemudian peserta meloncat

setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang

terdekat sehingga menimbulkan bekas

b) Lakukan tes ini sebanyak 3 kali tanpa istirahat atau diselingi oleh

peserta lain.

Gambar 3.5 Posisi Loncat Tegak


Sumber : TKJI Tahun 2010

5. Lari 1000 Meter Putra

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung peredaran darah

dan pernafasan.
52

b. Alat dan fasilitas

Lintasan lari 800-1000 meter, stopwatch, bendera start, peluit, tiang

pancang dan alat tulis.

c. Petugas tes

1) Petugas keberangkatan

2) Pengukur waktu

3) Pencatat hasil

4) Pembantu umum.

d. Pelaksanaan

1) Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start

2) Gerakan

a) Pada aba-aba ‘SIAP’ peserta mengambil sikap start berdiri untuk

lari

b) Pada aba-aba ‘YA’ peserta lari menuju garis finish menempuh

jarak 1000 meter.

Catatan :

(1) Lari diulang bilamana ada pelari mencuri start

(2) Lari diulang bilamana pelari tidak melewati garis finish.

e. Pencatatan hasil

1) Pengambilan waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai

pelari tepat melintasi garis finish


53

2) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk

menempuh jarak 1000 meter.

3) Waktu dicatat dalam satuan dan detik, contoh penulisan : Seorang

pelari dengan hasil waktu 3 menit 12 detik ditulis 3’12”.

Gambar 3.6 Posisi Start Lari 1000 meter


Sumber : TKJI Tahun 2010

Analisis data untuk membuat distribusi frekuensi tingkat kebugaran

dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif yang mengacu dari Tes Kesegaran

Jasmani Indonesia untuk remaja usia 13-15 tahun. Untuk selanjutnya didapatkan

nilai tes yang telah dilakukan. Adapun tabel nilainya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Nilai TKJI untuk Putra Usia 13-15 Tahun


Gantung
Lari 50 Baring Loncat Lari 1000
No Angat Nilai
meter Duduk Tegak meter
Tubuh
1 S.d - 6,7” 16 - keatas 38 - keatas 66 - keatas s.d 3’04” 5
2 6,8” - 7,6” 11 - 15 28 -37 53 - 65 3’05 - 3’53” 4
3 7,7” - 8,7” 6 - 10 19 - 27 42 - 52 3’54 - 4’46” 3
4 8,8” - 10,3” 2-5 8 -18 31 - 41 4’47 - 6’04” 2
5 10,4” - dst 0-1 0-7 0 -30 6’05” - dst 1
Sumber : Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) Anak Usia 13-15 Tahun,
Kemdiknas 2010

Apabila data telah dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah menganalisis

data sehingga dari data tersebut dapat diambil suatu kesimpulan. Pada penelitian

ini, analisis statistik yang digunakan adalah teknik deskriptif dengan persentase,
54

dan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani pemain putra di MTsN

Montasik. Berikut ini tabel klasifikasi tingkat kebugaran jasmani berdasarkan tes

TKJI untuk remaja usia 13-15 tahun:

Tabel 3.2 Norma TKJI untuk Putra dan Putri Usia 13-15 Tahun
No Jumlah Nilai Klasifikasi Kesegaran Jasmani
1 22 – 25 Baik Sekali (BS)
2 18 -21 Baik (B)
3 14 – 17 Sedang (S)
4 10 -13 Kurang (K)
5 5 -9 Kurang Sekali (KS)
Sumber : Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) Anak Usia 13-15 Tahun,
Kemdiknas 2010

3.4.2 Tes Evaluasi Keterampilan Bulutangkis

Untuk tes evaluasi keterampilan bulutangkis peneliti menggunakan tes

servis pendek, dropshot, lob dan smash. Adapun pelaksanaan tes keterampilan

bulutangkis sebagai berikut:

1. Tes Keterampilan Servis Pendek

Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang mempunyai

validitas sebesar 0,66 dan reabilitas sebesar 0,88. Tes dimaksud untuk mengetahui

tingkat kemampuan short service backhand arah kanan dan short service

backhand arah kiri.

a. Alat dan Perlengkapan

1) Raket

2) Shuttlecock

3) Net

4) Pita sepanjang net dengan lebar minimal 5 cm dan direntangkan

0,5 meter diatas net.


55

5) Alat tulis dan formulir pencatan hasil

6) Meteran.

b. Petugas Tes

Petugas tes terdiri dari 3 orang yang masing-masing bertugas sebagai

berikut:

1) Dua orang pengawas diantaranya mencatat

2) Seorang pengambil shuttlecock.

c. Prosedur Pelaksanaan

1) Subjek dikumpulkan dan diberi penjelasan mengenai pelaksanaan

tes yang akan dilakukan

2) Subjek berdoa dan diberi pemanasan secukupnya

3) Subjek melakukan tes short service backhand arah kanan dengan

dipanggil satu per satu berdasarkan urutan absen secara bergantian,

sedangkan siswa lain boleh mengamati ataupun melakukan latihan

short service backhand arah kanan ataupun short service backhand

arah kiri

4) Subjek berdiri di daerah servis dan melakukan short service

backhand arah kanan 3 kali untuk latihan dan melakukan 20 kali

untuk pengambilan data

5) Skor diperoleh dari melakukan short service backhand arah kanan

masing-masing sebanyak 20 kali ke arah sasaran, poin setiap servis

sesuai dengan nilai pada kolom jatuhnya shuttlecock. Jika

shuttlecock jatuh pada garis diberi nilai tertinggi dengan garis yang
56

terdekat dengan garis itu. Skor akhir adalah total dari jumlah poin

20 kali melakukan short service backhand arah kanan

6) Subjek melakukan short service backhand arah kanan sebanyak 20

kali kemudian setelah selesai siswa pertama dipanggil kembali

untuk melakukan short service backhand arah kiri sampai selesai

7) Peneliti ikut mengawasi pelaksanaan servis dari siswa.

Gambar 3.7 Tes Servis Pendek


Sumber : (Verduci, 1980)

d. Penskoran

1) Shuttlecock yang jatuh pada sasaran terdalam diberi nilai 5,

kemudian 4,3,2 dan shuttlecock yang jatuh diluar target sasaran

tetapi masih pada bagian service court diberi nilai 1

2) Servis yang tidak sah tidak diberi nilai

3) Bila shuttlecock jatuh pada bagian garis, dianggap jatuh pada

bagian yang dibernilai tinggi.


57

2. Tes Ketepatan Dropshot

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen ketepatan

dropshot dalam permainan bulutangkis yang disusun Tohar.

a. Alat dan Perlengkapan

1) Raket

2) Shuttlecock

3) Lapangan yang diberi garis daerah nilai

4) Blangko pengukuran ketepatan dropshot

5) Alat tulis dan formulir tes

6) Meteran.

b. Pelaksanaan Tes

1) Testee melakukan dropshot setelah diberi umpan oleh pengumpan

dengan servis lob

2) Setelah menerima umpan, testee melakukan pukulan dropshot.

Sasaran dapat ditujukan ke sebelah kanan atau kiri, karena untuk

daerah sasaran mempunyai nilai sama.

Gambar 3.8 Tes Dropshot


Sumber : (Poople, 1986)
58

c. Penskoran

Hasil pukulan dropshot yang jatuh di daerah sasaran atau diatas garis

batas, dianggap sah dan dapat nilai 5, sedangkan untuk pukulan yang jatuh di luar

daerah mendapat nilai 0, dengan catatan sebagai berikut:

1) Bila pengumpan dalam menyajikan shuttlecock tidak baik,

sedangkan testee tetap berusaha memukul dan masuk maka nilai

yang diberikan adalah 5, tetapi bila tidak dipukul maka haknya

tidak dikurangi

2) Bila penyaji memberikan umpan shuttlecock baik, tetapi testee

tidak memukul maka dianggap telah melakukan pukulan dan

mendapat nilai 0 (nol)

3) Kesempatan melakukan sebanyak 20 kali, dengan cara 10 kali dari

sebelah kanan dan 10 kali dari sebelah kiri

4) Nilai keseluruhan dijumlah sehingga nilai maksimal setiap testee

yang diperoleh dari 20 kali memukul adalah 100. (Tohar. 1992:

143-147).

3. Tes Ketepatan Lob

Pengukuran pukulan lob dengan lob Test. Menurut French, tes ini dengan

criterion ranking tournament setengah kompetisi mempunyai validasi 0,60 dan

reliabilitasnya 0,96 dengan odd-even method (D. Ray Collins Ed. D. and Patrick

B, Hodges Ph. D, 1994: 29).

a. Tujuan

Untuk mengukur kekuatan memukul shuttlecock


59

b. Alat dan Perlengkapan

1) Raket

2) Shuttlecock

3) Lapangan bulutangkis

4) Meteran, lakban dan pita

5) Alat tulis dan formulir tes

c. Petugas Tes

Petugas tes terdiri dari 4 orang yang bertugas sebagai pengumpan, 2 orang

sebagai pengawas salah satu penghitung sambil mencatat, 1 orang mengambil

shuttlecock.

d. Pelaksanaan tes:

1) Orang coba berdiri di atas tanda yang sudah disediakan. Pengumpan

(pembantu) berdiri di tengah-tengah lapangan yang bertarget untuk

memberikan umpan lob.

2) Sesudah pengumpan memberikan umpan lob, orang cara boleh

meninggalkan tempatnya serta memukul shuttlecock dan mencari

sasaran kolom nilai yang sudah ditentukan.

3) Orang coba melakukan 20 kali

Gambar 3.9 Tes Ketepatan Pukulan Lob


Sumber : (Moelyono Biyako Atmojo dan Sarwono, 1994)
60

e. Penskoran

1) Shuttlecock yang dipukul dengan sah dan memenuhi syarat tes serta

jatuh di tempat sasaran diberi nilai dari luar ke dalam 3, 5, 4, 2, 1

2) Shuttlecock yang tidak masuk tidak diberi nilai

3) Shuttlecock yang jatuh pada garis sasaran dianggap masuk ke

daerah yang bernilai tinggi.

4. Tes Ketepatan Smash

a. Tujuan

Untuk mengukur keterampilan dalam ketepatan smash.

b. Alat dan Perlengkapan

1) Raket

2) Shuttlecock

3) Lapangan bulutangkis

4) Net

5) Lakban

6) Pita sepanjang net

7) Alat tulis

8) Formulir Pencatat Hasil.

c. Petugas Tes

1) Seorang pengumpan

2) Seorang penghitung jumlah jatuhnya shuttlecock

3) Seorang pencatat hasil.

d. Prosedur Pelaksanaan
61

1) Testee berdiri di petak servis single dengan memegang raket.

2) Testee berdiri tepat pada tempat yang telah diberi tanda X.

3) Tanda X menunjukkan tempat dimana testee boleh berdiri ketika

melakukan pukulan smash.

4) Pengumpan yang sudah terlatih mengumpan shuttlecock kearah

garis belakang atau garis yang bertanda X.

5) Testee segera memukul shuttlecock tersebut dengan arah lurus

serta shuttlecock harus melewati net.

6) Testee diperbolehkan mencoba dua kali kesempatan.

7) Pukulan smash dilakukan lurus kearah petak sasaran yang telah

dibuat sebanyak 20 kali.

8) Sebelum shuttlecock dipukul oleh pengumpan, testee tidak

diperkenankan bergerak terlebih dahulu. Setelah testee melakukan

pukulan smash harus kembali ketempat semula. Apabila

shuttlecock dari pengumpan kurang baik testee diperbolehkan tidak

memukul dan dilakukan percobaan ulang.

Gambar 3.10 Tes Ketepatan Smash


Sumber : (Poole, 1986)
62

e. Penskoran

1) Skor diambil dari jumlah jatuhnya shuttlecock ke daerah sasaran

2) Jika shuttlecock jatuh tepat pada garis yang membatasi dua petak

sasaran maka skor yang dicatat adalah skor yang paling tinggi

3) Skor diperoleh dari hasil jumlah keseluruhan dalam 20 kali

kesempatan melakukan smash dan jumlah hasil keseluruhan yang

dijadikan sebagai data penelitian.

3.4.3 Pengukuran Kemampuan Bermain Bulutangkis

Tes keterampilan bermain bulutangkis tujuannya untuk mengetahui

kualitas testee dalam bermain bulutangkis. Peneliti akan mengukur keterampilan

bermain bulutangkis menggunakan sistem setengah kompetisi (round robin)

dimana masing-masing testee saling bertanding satu sama lain satu kali, nilai

tertinggi menepati rangking teratas. Peraturan permainan sesuai dengan peraturan

PBSI. Pertandingan dilaksanakan dengan sistem rally poin 21 tanpa rubber sheet

dan pertandingan dilakukan dengan angka 11 pindah tempat.

3.5 Teknik Analisa Data

3.5.1 Perhitungan Nilai Rata-Rata

Untuk menentukan nilai rata-rata, penulis menggunakan rumus rata-rata

yang dikemukakan oleh Sudjana (1996: 67) sebagai berikut:

∑X
X = n

Keterangan:
63

X = Nilai Rata-rata yang dihitung


X = Jumlah skor X
n = Jumlah sampel penelitian.

3.5.2 Perhitungan Standar Deviasi

Standar deviasi dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan

oleh Johnson (1990: 18) yaitu:

√ n ( ∑ X 2 −∑ X )
2

SD = n ( n−1 )

Keterangan:

SD = Standar Deviasi
 X2 = Jumlah skor X dikali X
X = Jumlah skor X
n = Jumlah sampel penelitian.

3.5.3 Perhitungan Koefisien Korelasi

Perhitungan koefisien korelasi dapat dilakukan dengan menggunkaan

korelasi product moment dari Pearson yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:

218). Adapun rumus yang digunakan untuk mengungkapkan hubungan tersebut

sebagaimana yang terdapat dibawah ini:

N . ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy=
√ {N .∑ X −(∑ X ) }{ N . ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi yang dihitung


ΣX = Jumlah skor X
ΣY = Jumlah skor Y
ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dan Skor Y
N = Banyaknya sampel penelitian.
64

3.5.4 Uji Signifikansi

Untuk membuktikan diterima atau tidaknya hipotesis yang telah penulis

rumuskan, maka penulis penuulis menggunakan rumus analisis distribusi t (uji t)

yang dikemukan oleh Sudjana (2002: 746):

r √n−2
t=
√1−r 2
Keterangan:

t = “t” tes untuk menguji signifikasi


r = Koefisien hubungan
r2 = Koefisien hubungan dikuadratkan
n = Jumlah sampel.

3.5.5 Perhitungan Kolerasi Ganda

Kontribusi dua variabel X dengan variabel Y dapat dihitung menggunakan

rumus kolerasi ganda yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002: 218) sebagai

berikut:

Keterangan:

R x1.x2.y = Kolerasi antara variabel x1 dan x2 secara bersama-sama dengan


variabel y
ryx1 = Kolerasi product moment antara variabel x1 dan variabel y
ryx2 = Kolerasi product moment antara variabel x2 dan variabel y
rx1x2 = Kolerasi product moment antara variabel x1 dan variabel x2

3.5.6 Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan diterima atau tidaknya hipotesis yang telah penulis

rumuskan, maka penulis penuulis menggunakan rumus analisis distribusi t (uji t)

yang dikemukan oleh Sudjana (2002: 746):


65

r √ n−2
t=
√1−r 2
Keterangan:
t = “t” tes untuk menguji signifikasi
r = Koefisien hubungan
r2 = Koefisien hubungan dikuadratkan
n = Jumlah sampel.

Anda mungkin juga menyukai