Anda di halaman 1dari 21

Dodo Anondo

dr. Dodo Anondo, MPH.


Instansi : PERSI Jawa Timur
Tempat,Tanggal Lahir : Surabaya, 13 Juni 1955
Jabatan : Ketua
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan terakhir : S2
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Margorejo Indah XV-C 801 Surabaya
Alamat Instansi : Ruko Este Square Blok B-19
Jl. Ir. Soekarno No. 56-58 Surabaya

RIWAYAT TAHUN SAMPAI
Kepala Puskesmas, 1983 1985
Kepala Bapelkes Nasional di Magelang 1988 1998
Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan 1998 2001
Kepala Bapelkes Murnajati 2001 2002
Kasubdin Kesehatan keluarga dinkes prop.Jatim 2003 2006
Wadir RS Dr. Soedono Madiun 2007 2008
Direktur RSUD Dr. Soedono Madiun 2009 2010
Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Juni 2010 Sept’ 2010
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Okt’ 2010 Maret 2011
Plt. Direktur RSU Haji Surabaya Maret 2011 Juni 2011
Direktur RSUD Dr. Soetomo 1 April 2011 Juli 2015
Chief Operational Officer RS. Husada Utama Januari 2015 Juli 2015
Chief Executive Officer RS. Husada Utama 1 Agust 2016 1 Oktober
2018
 Ketua PERSI Jawa Timur

 Anggota BPRS Jawa Timur


RUMAH SAKIT
RS adalah tempat dimana:
1. Orang dengan problem kesehatan datang.
2. Dr, perawat dan profesional lain dapat
melakukan aktivitas profesionalnya.
3. Pendidikan & riset di lapangan
kesehatan dilakukan.
4. Segmen dari masyarakat memperoleh
lapangan kerja.
(Magula, M, 1982)
RS adalah tempat bertemunya berbagai
kepentingan dari berbagai unsur, a.l:
1. Pemilik, pemodal atau kuasanya (GB);
2. Manajemen (CEO, COO, Manajer, Spv);
3. Profesional (Dr, Drg, Perawat, Bidan, dll);
4. Pasien dan keluarganya;
5. Masyarakat beserta lingkungannya;
6. Mahasiswa, residen dan peneliti;
7. Pemerintah, DPR, Pemda, DPRD, dll).
 Rumah sakit tidak  Rumah sakit sebagai subjek
dapat digugat, hukum yang tidak lagi kebal
dasarnya “doctrine of terhadap gugatan ganti rugi,
charitable SEBAB :
immunity”, SEBAB  Mulai melupakan fungsi sosialnya;
menghukum rumah  Mulai dikelola secara moderen
sakit sama artinya seperti layaknya sebuah industri,
dengan: lengkap dengan risk
management;
 Mengurangi assetnya.
 Sudah banyak asuransi yang
 Mengurangi
produknya bersedia mengambil
kemampuan alih risiko rumah sakit (risk
menolong financing transfer).
masyarakat.

7
1. Mempermudah akses pelayanan
2. Memberikan perlindungan terhadap
Keselamatan Pasien
3. Meningkatkan Mutu dan mempertahankan
Standar pelayanan RS
4. Memberikan kepastian Hukum kepada
pasien, masyarakat, dan SDM RS
 Layanan Rumah Sakit pra
digitalisasi
 Hospital Information System
 Persiapan Rumah Sakit menyambut
Era Industri 4.0
 Digitalisasi Rumah Sakit
 Pemeriksaan Diagnostik Penunjang Pasien
menggunakan mesin analog yang secara
bertahap trendnya berpindah ke mesin digital:
 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan Radiologi
 Pemeriksaan Penunjang lain : Echocardiography, EKG,
EMG, EEG, dsbnya.
 Output hasil pemeriksaan diagnostik penunjang
pasien  tercetak dalam format pelaporan hasil
pemeriksaan Laboratorium ataupun hasil
pembacaan Radiologi.
 Pemeriksaan Radiologi :
 Tercetak dalam bentuk Film hasil X-ray
 Dimulai upaya konversi analog ke digital
 Dimulai upaya mengganti film hasil X-ray dengan
Compact Disc (CD) yang bisa dibaca di komputer
dengan disisipi software pembuka di CD nya
 Output atau keluaran data pemeriksaan
diagnostik maupun pemeriksaan penunjang
diagnostik  scatter data, terpencar di
mana-mana, belum terintegrasi
 Alat alat medis penunjang pengobatan
maupun penunjang hidup pasien masih
soliter, tidak terintegrasi secara sistem:
 Infus pump
 Syringe pump
 Ventilator
 Patient monitor
 Mesin Hemodialisa, dsbnya.
 Risiko terjadi error besar terutama human
error diakibat integrasi data yang masih
belum komprehensif dan manual
 Isu Patient Safety
 Isu Human Error karena faktor kelelahan
petugas
 Pengobatan terhadap pasien bisa bias
ataupun terjadi error yang tidak perlu terjadi.
 Era perdebatan Medical Record Electronic –
eMR  aspek legalitas.
 Backbone Hospital Information System :
 Registrasi Pasien yang connect ke e-MR
 Billing System dan Finance yang mencatat
semua transaksi ke pasien
 Supply Chain System yang mencatat
perpindahan inventory/barang persediaan rumah
sakit yang digunakan untuk pasien dan tercatat di
transaksi pasien.
 Rumah Sakit berlomba membangun Hospital
Information System-nya.
 Membeli atau Taylor Made
 Namun HIS-nya masih fragmented dan
belum terintegrasi.
 Kinerja HIS masih belum memuaskan.
 e-MR masih belum terimplementasi di
kebanyak rumah sakit.
 Hospital Information System dibangun secara
terintegrasi dengan ketiga backbone yang wajib ada di
Rumah Sakit
 e-MR menjadi isu utama  aspek legal
 Digitalisasi alat pemeriksaan penunjang diagnostik dari
analog ke digital
 Radiologi PACS (Picture Archiving and
Communication System)
 Digitalization of Laboratory Machine from Analog to
Digital dan dibangun Laboratory Information System
(LIS).
 Alat penunjang hidup pasien  digitalisasi  bisa
berkomunikasi multi platform dan multi brand atau multi
merk.
 Hospital Information System yang comprehensive
dan terintegrasi dengan ketiga backbonenya.
 HIS yang terconnect dengan PACS dari Radiologi
dan LIS dari Laboratorium.
 Semua alat pemeriksaan diagnostik dan alat
penunjang hidup dapat berkomunikasi via wifi dan
berkomunikasi multi platform dan multi brand dan
terhubung langsung ke HIS dan e-MR rumah sakit.
 e-MR telah terimplementasi di semua layanan
rumah sakit dan terintegrasi dengan HIS, sebagai
bagian dari HIS.
 Isu Human Error dan Risiko Patient Safety
akan menjadi trend menurun.
 Integrasi data pasien akan lebih
komprehensif.
 Bias layanan terhadap pasien akan dapat
diminimalkan.
 Error layanan rumah sakit dapat
diminimalkan.
 Data exchange antar rumah sakit akan
menjadi keniscayaan.
“ Act as a Leader, not a Manager,
Stop Managing, Start Leading !”

( Robert Flater : “Jack Welch and GE Way” )


AN ORGANIZATION WILL
NEVER RISE ABOVE THE
QUALITY OF ITS
LEADERSHIP

COX & HOOVER

An organization with poor leadership will


never become a good (effective) organization
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai