Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN

HOSPITAL INFORMATION SYSTEM

Dosen Pembimbing :

Syarkawi, S.Kom., M.Kes

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
1. Gita Andita Sari
2. Melzita Lestari
3. Nathasa Nur Rahmah
4. Ruth Kristiani Dolok Saribu
5. Wisti Agustina

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang dikaruniakan-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “Hospital
Information System” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini dibuat sebagai
kewajiban untuk memenuhi salah satu tugas matrikulasi mata kuliah Sistem
Informasi Keperawatan. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran demi
terwujudnya makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Sekian dan terima kasih.

Bengkulu, Agustus 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan..................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan.............................................................................................. 3
BAB II Pembahasan..................................................................................... 4
A. Hospital Information System (HIS)................................................. 4
B. Sistem Informasi Rumah Sakit........................................................ 8
C. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user)
sistem informasi............................................................................... 11
D. Outsourcing dalam Rancang Bangun (desain) Sistem
Informasi Rumah Sakit.................................................................... 15
BAB III Penutup.......................................................................................... 18
Daftar Pustaka.............................................................................................. 19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan data dan informasi saat ini berkembang sangat
pesat, dilihat dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Dengan telah
berlakunya Undang–Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP) maka tersedianya data dan informasi mutlak
dibutuhkan terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit.
Setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) seperti yang tertuang dalamPeraturan Menteri Kesehatan
Republik IndonesiaNomor 1171/MENKES/PER/VI/2011. SIRS
merupakan aplikasi sistem pelaporan rumah sakit kepada Kementerian
Kesehatan yang meliputi data identitas rumah sakit, data ketenagaan yang
bekerja di rumah sakit, data rekapitulasi kegiatan pelayanan, data
kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat inap dan data kompilasi
penyakit/morbiditas pasien rawat jalan.
SIRS dapat digunakan untuk proses pengumpulan, pengolahan dan
penyajian data rumah sakit. Pengumpulan data di rumah sakit merupakan
data yang dikumpulkan setiap hari dari pasien rawat inap dan rawat jalan.
Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap hari,
minggu, bulan dan lain-lain.
Informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk perencanaan,
memantau pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen
rumah sakit (Hatta, 2012).Sesuai ketentuan pasal 52 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, setiap rumah sakit
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk sistem informasi manajemen
rumah sakit. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh rumah sakit
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pembinaan dan pengawasan
rumah sakit

1
2

Sistem informasi rumah sakit merupakan suatu pengelolaan


informasi diseluruh seluruh tingkat rumah sakit secara sistematis dalam
rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Perkembangan
Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer (Computer Based
Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir
dekade 80’an. Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan
yang tidak terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer,
terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari,
kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti lunak maupun
perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga
berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan
murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk
dapat dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna
juga harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya.
Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai,
sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya.
Rumah Sakit, sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakat
akan melayani traksaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan
dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa
nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena
menyangkut nyawa pasien.
Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin
kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang
kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena selain
memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana untuk
membiayai operasionalnya.
Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit
menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun
perangkat kerasnya dalam upanya membantu penanganan manajemen
yang sebelumnya dilakukan secara manual.
3

B. Rumusan masalah
1. Apa itu Hospital Information System (HIS)?
2. Apa itu Radiology Information System (RIS) ?
3. Apa itu Laboratory Information System (LIS) ?
4. Apa saja Sistem Informasi Rumah Sakit?
5. Bagaimana Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem
informasi?

C. Tujuan
Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mengenai Hospital
Information System
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hospital Information System (HIS)


Hospital Information System merupakan salah satu sistem
komputer yang paling umum dirancang untuk mendukung pelayanan
kesehatan. Sistem ini merupakan database besar yang terkomputerisasi
yang ditujukan terutama untuk komunikasi dan menyimpan informasi
medis dan administrasi (Farzandipour, Sadoughi, & Meidani, 2011, p.
147). Definisi sistem informasi itu sendiri merupakan sekumpulan
komponen komputer yang saling terkait yang mengumpulkan, memproses,
menyimpan, dan menyediakan outputberupa informasi yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan kegiatan dalam bisnis. Sistem informasi tidak hanya
berupa software dan database melainkan juga proses-proses manual yang
terkait didalamnya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012, p. 4).
Sistem informasi menghasilkan informasi yang mendukung
organisasi, dan karyawannya, pelanggan, supplier dan partner (Whitten &
Bentley, 2007, p. 6). HIS mengelola semua aktivitas pengolahan informasi
pada rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan pasien yang lebih
berkualitas dan untuk penelitian medis (Ismail, Abdullah, Shamsudin, &
Nik Ariffin, 2013, p. 115). HIS memiliki komponen yang berbeda-beda,
lingkup yang luas, dan tingkatan sistem dari departemen pada rumah sakit
sebagai sumber pengetahuan berbasis sistem yang mendukung kegiatan
diagnostik dan membantu kegiatan perawatan pasien (Farzandipour,
Sadoughi, & Meidani, 2011, p. 147&148).
Bagian-bagian yang terdapat pada HIS adalah Clinical Information
System (CIS), Financial Information System (FIS), Laboratory
Information System (LIS), Nursing Information System (NIS), Pharmacy
Information System (PIS) , Picture Archiving and Communication System
(PACS), dan Radiology Information System (RIS) (Ismail, Abdullah,

4
5

Shamsudin, & Nik Ariffin, 2013,p. 115). Tetapi pada penulisan ini bagian
pada HIS yang dibahas lebih berfokus pada RIS dan LIS.
1. Radiology Information System (RIS)
Radiology Information System merupakan sistem komputer
yang dirancang untuk mendukung alur kerja operasional dan analisis
bisnis dalam departemen radiologi. RIS juga merupakan penyimpanan
data pasien dan laporan dan kontribusi pada record pasien elektronik
(Royal College of Radiologists, 2008, p. 3). Pengertian radiologi itu
sendiri merupakan cabang kedokteran yang berhubungan dengan
penggunaan zat radioaktif dalam diagnosis dan pengobatan penyakit.
Secara sederhana, radiologi adalah pemeriksaan untuk mendiagnosis
penyakit dengan menggunakan alat pencitraan medis seperti MRI,
CT-scan, Sinar-X, dan USG (Lu, Li, & Gisler, 2011, p. 299).
Departemen radiologi merupakan departemen pertama dalam
dunia kesehatan yang mengimplementasi sistem elektronik sebagai
bagian dari alur kerja, dengan sistem tersebut proses pelaporan
muncul pada awal pertengahan 1960. Keuntungan dasar dari RIS
adalah pada kemampuannya menyimpan data yang sangat banyak
dengan berbagai tipe seperti gambar, demografi, informasi klinis,
tagihan, penjadwalan, dan keuangan yang siap diakses dan
menghilangkan proses-proses sebelumnya sehingga memiliki
pengaturan alur kegiatan yang lebih efisien (Nance, Meenan, & Nagy,
2012, p. 1064).
Penyempurnaan terkini pada informatika radiologi termasuk
integrasi dengan PACS dan juga RIS ke dalam alur kerja departemen
telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi departemen. Berbagai
kelompok sudah menandakan jumlah langkah-langkah di dalam alur
kerja yang standar ketika menggunakan sistem RIS dibandingkan
dengan paper based. Selain itu dapat meningkatkan layanan pelanggan
dengan menyediakan pelaporan yang cepat dan gambar yang siap
6

dianalisis dan juga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan (Nance,


Meenan, & Nagy, 2012, p. 1064).
2. Laboratory Information System (LIS)
Laboratory Information System merupakan sistem perangkat
lunak yang terdiri dari serangkaian fungsi, seperti penyimpanan
informasi pasien, penerimaan data, manajemen kualitas kontrol data,
analisis data dan manajemen laboratorium. LIS memainkan peran
penting pada manajemen laboratorium, meningkatkan efisiensi dari
pekerjaan rutin laboratorium, dan menjamin keamanan data
laboratorium (Shan, Zhao, Bai, & Xu, 2012, p. 426).
Sejak tahun 1970, LIS sudah menjadi komponen penting
didalam kegiatan laboratorium klinik. LIS biasanya dikembangkan
untuk mengumpulkan, mencatat, menyediakan, mengelola, mengarsip
hasil laboratorium dan sering digunakan untuk menyediakan informasi
untuk manajemen keuangan pada laboratorium. Pengembangan LIS
dilatarbelakangi dengan meningkatnya kompleksitas dari informasi
yang dihasilkan oleh laboratorium seiring berjalannya waktu
(Sepulveda & Young, 2013, p. 1129). Seperti yang telah dibahas pada
bab sebelumnya, sistem informasi sebelumnya kurang dapat
memenuhi kebutuhan informasi yang lebih berkualitas untuk
mendukung proses pengambilan keputusan terutama dibidang
pendidikan dan penelitian, maka dibutuhkan teknologi yang bernama
data warehouse.
3. Studi Retrospektif
Studi retrospektif merupakan studi yang dilakukan pada saat ini
untuk melihat peristiwa yang ada di masa lalu. Dengan kata lain, studi
retrospektif menggunakan data saat ini untuk diukur berdasarkan
ukuran yang ada pada masa lalu, lalu data tersebut direkonstruksi
untuk kebutuhan analisis (Song & Chung, 2010).
Dalam hal ini data yang digunakan dalam studi retrospektif
adalah kumpulan data yang berhubungan dengan pasien contohnya,
7

data pemeriksaan pasien dari waktu ke waktu baik pemeriksaan


radiologi maupun pemeriksaan laboratorium yang ada. Misalnya
penelitian ingin dilakukan pada pemeriksaan maka akan dibandingkan
data pemeriksaan pasien dari waktu ke waktu untuk dilihat
keterkaitannya lalu direkonstruksi untuk kebutuhan analisis.
4. International Classification of Disease, Tenth Revision (ICD-10)
International Classification of Disease (ICD) adalah sebuah alat
diagnosis standart yang digunakan untuk tujuan epidemiologi,
manajemen kesehatan dan klinis termasuk analisis situasi keadaan dari
suatu populasi secara umum. ICD digunakan untuk mengelompokan
penyakit dan masalah kesehatan lainnya yang tercatat pada berbagai
jenis catatan penting, termasuk catatan kematian dan catatan kesehatan
(Programmes: International Classification of Diseases (ICD), 2014).
Contoh kode-kode ICD-10 yang relevan untuk digunakan dalam
bidang Radiologi dan Laboratorium meliputi, A02 Other salmonella
infections, A04 Other bacterial intestinal infections, A15 Respiratory
Tuberculosis, C50 Malignant neoplasm of breast, J43 Emphisema, J93
Pneumo ThoraxJ92 Pleural Plague, dan lain-lain.
5. Data Warehouse
Data warehouse merupakan kumpulan database yang saling
terintegrasi dan berorientasi pada subyek, yang dirancang untuk
mendukung pengambilan keputusan, dimana setiap data relevan pada
waktu tertentu (Inmon, Building the Data Warehouse, 4th Edition,
2005, p. 495). Data warehouse mengintegrasi data yang terkait yang
disimpan di dalam berbagai database yang berbeda dengan format-
format penyimpanan tertentu (Rubin & Desser, 2008).
Database sendiri merupakan sebuah kumpulan data yang
terhubung secara logika beserta deskripsinya, yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi.Database
merupakan penyimpanan data yang tunggal dan biasanya besar yang
dapat digunakan secara berulang-ulang oleh pengguna, sehingga
8

duplikasi dan redudansi data dapat dikurangi. (Connolly & Begg,


2010, p. 65).
Menurut (Ping, Tao, Mu, bin, & Guo, 2011, p. 2373),
implementasi data warehouse dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Thematic: data warehouse menyediakan model data yang umum
walaupun data berasal dari sumber yang berbeda-beda.
2. Consistency: Dalam memasukan data ke dalam data warehouse,
segala masalah inkonsistensi data ditemukan dan diselesaikan
untuk mempermudahkan analisis dan pelaporan.
3. Safety: informasi dalam data warehouse dapat disimpan dengan
aman dalam periode waktu tertentu.

B. Sistem Informasi Rumah Sakit


Pada umumnya saat ini sistem informasi yang ada di beberapa
rumah sakit dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum
terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh
diperlukan waktu yang cukup lama.
2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software) di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa
memadai.
3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk
mengelola dan mengembangkan sistem informasi
4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan
data/informasi.
5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem
informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk
memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.
Sistem Informasi Rumah sakit harus dibangun untuk mengatasi
kekurangan maupun ketidakkompakan antar unit kerja. Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar
9

yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun
sistem informasi (designer).
Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada
penggunaan teknologi komputer. Sistem informasi yang
memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut
sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based
Information System).
Yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem
informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong
pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam
sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat
ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh
karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak
pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup
system
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau
berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi
10

memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna


sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:
a. Perkembangan organisasi tersebut
Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan
informasi juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem
informasi yang sekarang digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi
kebutuhan organisasi tersebut.
b. Perkembangan teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan
perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk
mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi
secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan:
1) Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi,
karena teknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga
layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan
oleh perusahaan pemasok perangkat keras.
2) Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan,
sudah mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya
mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi
proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature  baru
dari perangkat keras yang juga telah berkembang.

Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat


keras maupun perangkat lunak tersebut, mecoba menjaga
kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau dilihat dari sisi
efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif.
Hal ini disebabkan karena feature-feature yang baru tidak
termanfaatkan dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi
informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus
sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.
Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah:
11

1. Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat.


2. Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras
maupun perangkat lunak pendukungnya, apabila diperlukan.
3. Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru.
Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan
desain sistem perangkat keras yang digunakan, dari sistem dengan
pola tersentralisasi menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola
terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) di
pecah menjadi dua, satu diletakkan pada komputer induk yang
berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi diletakkan di
komputer pengguna (client), desain ini disebut sebagai clientserver
achitecture.
Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama
perangkat lunak basis data (database), juga mengikuti perkembangan
desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada server diletakkan
perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat
lunak front-end.
Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak pengelola
sistem basis data (database management system/DBMS), sedangkan
perangkat lunak front-end adalah perangkat lunak yang dikembangkan
dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut
atau dengan perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai
DBMS seperti ODBC (open database connectivity).

C. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.


Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat
kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi :
1. Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,
2. Kemampuan belajar dari para pemakai, dan
3. Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.
12

Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC).


EUC adalah pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk
keperluan dirinya sendiri. Mengingat bervariasinya kemampuan EUC
dan sulitnya melakukan pemantauan serta pengendalian terhadap
EUC, maka EUC akan menyebabkan masalah yang serius dalam
pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi.
Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem
menjadi sistem yang terfragmentasi.
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas
sistem informasi itu sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya
guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang
terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada
didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan
usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan
secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam
sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat
mendapatkan sistem informasi yang terpadu.
Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek
yang harus berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang
terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem informasi
yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek
tersebut.
Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan
diri pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa
memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi
bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek
komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para
pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat
13

terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek
manualnya.
5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada
strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem
sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat
kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi
yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan
tahapan pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan
Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.
Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai
faktor seperti : keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu
sistem informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa
mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan
perkembangan teknologi.
Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa
mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi
dan operasionalisasi sistem informasi.
6. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan
pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan
dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada
umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi
sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam
organisasi. Sebagai pengembang sistem informasi hanya bertanggung
jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada
didalam organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi yang
terpadu.
Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit
struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan
14

tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang


bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan secara
menyeluruh sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan
secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan
dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental atau sektoral
tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh akan
menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem.
7. Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi
salah satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan
prasarana. Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi
merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage),
karena keberadaan informasi tersebut:
 Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja,
 Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,
 Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan
kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal
maupun global.
8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis
yang mudah dipahami.
Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem,
hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan
kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup
luas cakupannya.
Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah
sebagai berikut:
a. Sistem
b. Subsistem
c. Modul
d. Submodul
e. Aplikasi
15

Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul,


masing-masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan
masingmasing submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai
dengan kebutuhan.
Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi
pemahaman maupun penamaan. Pada beberapa kondisi tidak perlukan
penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi
dijabarkan dalam sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah
sampai tingkatan aplikasi.

D. Outsourcing dalam Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi


Rumah Sakit
Pada dasarnya setiap rumah sakit memiliki sistem yang berbeda
antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainya. Selain karena lokasi,
bentuk fisik, jumlah SDM dan lain sebagainya, maka setiap rumah sakit
akan menyesuaikan sistem kerjanya dengan kondisi yang ada.
Secara garis besar, rancang bangun sistem informasi rumah sakit
dapat menggunakan dua cara, yaitu dengan dilakukan sendiri (insourcing)
dan dilakukan oleh pihak lain yang memiliki kompetensi dibidang tersebut
(outsourcing)
Pada dasarnya outsourcing di bidang IT adalah suatu perusahaan
atau lembaga diluar rumah sakit yang memiliki kemampuan untuk
membuat sistem informasi di Rumah Sakit. Pada umumnya mereka terdiri
dari tiga bagian yaitu Programmer, System Analyst, dan Technical
Support.
Menurut The 2001 Outsourcing World Summit, ada 6 alasan utama
untuk Outsourcing
1. Reduce Cost / Mengurangi biaya (36%)
2. Focus on Core / Fokus pada inti (36%)
3. Improve Quality /  Meningkatkan kualitas (13%)
4. Increase speed to market / Meningkatkan kecepatan ke pasar (10%)
16

5. Foster Innovation / Membantu inovasi (4%)


6. Conserver Capital / Menghemat modal (1%)
Dari data di atas, yang paling menjadi alasan utama untuk
outsourcing adalah karena dapat mengurangi biaya dan fokus pada inti
(fokus pada apa yang dikuasai).Namun demikian selain adanya
keuntungan dari outsourcing, ada pula beberapa kelemahan, diantaranya
adalah bahwa dengan outsourcing data kita menjadi mudah dibuka oleh
pihak luar.
Dalam pelaksanaan rancang bangun sistem informasi rumah sakit
pada dasarnya digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagai berikut:
1. Apa fungsi/tugas utama dari rumah sakit ?
2. Apa objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit ?
3. Dukungan operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit ?
4. Sistem apa yang dibutuhkan untuk mengelola rumah sakit tersebut ?
Untuk menjawab secara umum, outsourcing IT akan dapat
memberikan jawaban dengan mudah, namun demikian untuk mendapatkan
jawaban yang spesifik sesuai dengan pelayanan di rumah sakit yang
terkait, dibutuhkan masukan dan kerjasama antara pihak rumah sakit
dengan outsourcing IT nya sehingga dapat dihasilkan bisnis proses yang
baik sebagai landasan pembuatan program IT rumah sakit tersebut. Karena
berdasarkan pertanyaan diatas, sesungguhnya dapat menjadi penjabaran
sistem informasi rumah sakit sebagai berikut:
1. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan
kesehatan.
2. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
3. Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga
medis maupun tenaga administratif rumah sakit.
4. Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi
keuangan.
17

5. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana


yang ada di dalam rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis,
persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya.
6. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang
ada didalam rumah sakit tersebut, termasuk pengelolaan data untuk
perencaan jangka panjang, jangka pendek, pengambilan keputusan dan
untuk layanan pihak luar.
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Sistem informasi rumah sakit adalah suatu sistem informasi yang
komplek yang membutuhkan perhatian khusus dalam pembuatannya.
Namun jika sudah berjalan, hanya diperlukan pemeliharaan yang prosesnya
tidak serumit pada saat pembuatannya.
Dengan outsourcing, maka Rumah Sakit tidak perlu memberi gaji
setaraf pakar yang dapat menyusun sistem informasi rumah sakit seumur
masa kerjanya yang tentunya akan menjadi mahal dalam perhitungan proses
pengadaan sistem informasi rumah sakit. Selain itu manajemen akan
menjadi lebih focus, karena manajemen hanya menganggarkan sesuai
dengan kontrak kerja untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Namun demikian, outsourcing tidak dapat dilepas begitu saja untuk
membuat program yang diinginkan. Tetap perlu keterlibatan orang dalam
rumah sakit untuk sama-sama menyusun perencanaan dan bisnis proses
sehingga produk akhir yag dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan rumah
sakit.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1994. Pedoman Pencatatan Kegiatan Pelayanani Rumah SakitDi


Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 1997. Pedoman Penngelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Di
Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Pedoman PenyelenggaraanPelayanan di Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI.
GitosudarmoI. 1990. Prinsip Dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Handoko TH. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.Hasibuan MSP. 2014.
Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.
Hatta GR. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Herlambang S dan Murwani A. 2012. Manajemen Kesehatan Dan Rumah Sakit.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Indriastuti R. 2012. Penyajian DataStatistik.Yogyakarta: PT CitraAji Parama
Kensthepany JR. 2013. Tingkat Kesesuaian Data RL4B Pada Laporan Yang
Dihasilkan HIS Dengan Laporan Manual Di RSJ Grhasia DIY. [Tugas
Akhir]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
MarkusSN. 2010. Master Plan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Permata Indonesia.
Menkes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1171Tahun 2011tentang SIRS.
NotoatmodjoS. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang RI Nomor 14Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang RI Nomor 44Tahun 2009tentang
Rumah Sakit.
Rustiyanto E. 2010. Statistik Rumah Sakit Untuk Penngambilan Keputusan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
20

Rustiyanto E. 2011. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Yang


Terintegrasi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.RSJ Grhasia. 2014. Pedoman
Pelayanan Rekam Medis. Dokumen Terkontrol.
Sabarguna BS. 2007. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta:
Konsorsium RSI Jateng-DIY
Simamora HY. 2013. Proses Perubahan Sensus Harian Rawat Inap Manual Ke
Elektronik Di RSJ Grhasia DIY. [Tugas Akhir]. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sunyoto D. 2014. Sistem Informasi Manajemen Perspektif Organisasi.
Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service.
Suryabrata S. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali P

Anda mungkin juga menyukai