Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REPORT

Dosen pengampu: Dody Feliks P Ambarita, S.Pd., M.Hum.

Disusun Oleh:

Nama: Devi Triana Purba

Nim: 2223132012

Kelas: A

PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A 2022/2023.
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................................. i

Daftar isi........................................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR...................................................................................................1

1.2 Tujuan penulisan CBR................................................................................................................1

1.3 Manfaat penulisan CBR..............................................................................................................1

Identitas buku.................................................................................................................................. 2

BAB II ISI BUKU............................................................................................................................... 6

Ringkasan isi buku ......................................................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................... 14

Kelebihan buku.............................................................................................................................. 14

kekurangan buku........................................................................................................................... 14

BAB IV PENUTUP........................................................................................................................... 14

Kesimpulan.................................................................................................................................... 15

Saran.............................................................................................................................................. 15

Daftar pustaka .............................................................................................................................. 15


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas Critical Book Report (CBR). Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak
Dody Feliks P Ambarita, S.Pd., M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan. Yang
telah memberikan tugas CBR ini kepada saya, dan juga telah memberikan pengarahan dalam pengerjaan
tugas Critical Book Repot (CBR). Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report (CBR) ini
dengan tepat waktu.

Saya menyadari bahwa tugas CBR yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan
CBR ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, 23 September 2022

Devi Triana Purba

Nim: 2223132012
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR

Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas dan menganalisi
sebuah buku, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis. Seringkali
kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita hanya memilih satu
buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan
pembahasan, oleh kerena itu penulis membuat CBR Filsafat Pendidikan ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok bahasa tentang Filsafat Pendidikan.

1.2 Tujuan

Critical Book Report ini bertujuan:

1. Mengulas suatu buku materi dengan cara mereview dan mengkritiknya.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi buku.

3. Mempermudah pembaca dalam mengetahui isi buku.

4. Untuk dapat dijadikan sebagai kajian untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan untuk
mengkomunikasikannya.

5. Mencari dan menggali lebih dalam tentang informasi yang terdapat di dalam buku.

1.3 Manfaat

Manfaat dari CBR ini adalah:

1. Memperoleh ilmu pengetahuan tentang ilmu-ilmu filsafat pendidikan

2. Menambah pengetahuan pembaca tentang ilmu-ilmu Filsafat Pendidikan

3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi dari buku yang dikeritik.

4. Untuk memberikan pemahaman dan pembelajaran dari buku tersebut.


5. Mengembangkan potensi mahasiswa/mahasiswi.

IDENTITAS BUKU :

JUDUL : FILSAFAT PENDIDIKAN

PENGARANG : YUSNADI, IBRAHIM GULTOM, WILDANSYAH LUBIS, ARIFIN SIREGAR

TAHUN TERBIT: 2019

KOTA : JAKARTA

PENERBIT : HALAMANMOEKA

JUMLAH HALAMAN : 145

JUMLAH BAB : 7 BAB


BAB II ISI BUKU

BAB 1 HAKIKAT MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT

A. Manusia sebagai Makhluk individu (Individual Being)

Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama walaupun lahir dalam keadaan kembar identik (indentifical twins) fisik boleh sama tetapi
karakter atau kepribadian tidak bisa sama. Kepribadian manusia dipengaruhi oleh dua faktor yakni
faktor genotip dan fenotif. Dimana faktor genotip adalah faktor yang dibawa sejak lahir atau merupakan
dari keturunan. Sedangkan faktor fenotip adalah hasil dari genotip dengan lingkungan.

B. Manusia sebagai makhluk sosial (Social Being)

Manusia dikatakan mahkluk sosial karena dalam diri manusia ada naluri dorongan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain, ada naluri kebutuhan sosial (Social need) untuk hidup berkelompok
dengan manusia lain, serta manusia itu sendiri tidak bisa hidup tanpa adanya bantuan orang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena manusia
tunduk dan patuh pada aturan, norma sosial yang berlaku dalam kelompoknya sebagai suatu kebutuhan
untuk hidup rukun, keinginan mendapat respon positif dari orang lain (pujian) serta potensi masing-
masing pada individu akan berkembang jika hidup ditengah-tengah manusia.

C. Manusia sebagai makhluk berbudaya (Homo Humanis)

Manusia sebagai makhluk budaya adalah manusia yang dapat menciptakan kebaikan, kebenaran,
keadilan dan bertanggung jawab dalam hidup berkemasyarakatan.

D. Manusia sebagai makhluk ekonomi (Homo Economicus)

Dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari yang namanya berbagai kebutuhan seperti: bahan
sandang (pakaian), pangan (makan), dan papan (tempat tinggal). Manusia memiliki naluri (kekuatan)
untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia sebagai makhluk ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya
cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah diperoleh, selalu berusaha terus-menerus
untuk memenuhi keinginannya. Sebab manusia sebagai makhluk ekonomi akan selalu berusaha untuk
menyusun skala prioritas dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya.

E. Manusia sebagai makhluk terdidik (Homo Education)

Manusia adalah makhluk terdidik ciptaan Allah, yang dilahirkan membawa potensi yang dapat dididik
dan mendidik sehingga mampu menjadi Khalifah di bumi, pendukung, dan pengembangan budaya.
Manusia harus dididik dan harus pula mendidik, dapat ditinjau dari beberapa segi sebagai berikut:
1. Anak manusia yang baru dilahirkan dalam keadaan serba lemah

2. Manusia dengan sifat kemanusiaannya yang masih belum dewasa

3. Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi berfikir.

F. Manusia sebagai makhluk berfikir

Keberadaan akal budi manusia membuat manusia tidak pernah berhenti berfikir, tidak pernah puas
dengan pengetahuan yang dimilikinya dan rasa keingintahuan manusia selalu mendorong manusia
untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang
muncul di dalam pikirannya.

G. Manusia Sebagai Makhluk Religius (homo religius)

Manusia tidak hanya diberi kemampuan untuk berfikir tetapi diberi juga Qolbu yang bisa meyakini
keagungan dan kesabaran Tuhan, mereka yakin akan adanya kekuatan lain, yang mengatur seluruh
sistem kehidupan didunia.

BAB 2 HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat

1. Tinjauan Etimologi

Secara etimologis, filsafat dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Yunani; philosophia dan
philoshophos. Philo artinya cinta, sedangkan shopia atau shopos artinya kebijaksanaan, pengetahuan,
dan hikmah. Dengan demikian secara harafiah filsafat adalah "mencintai kebijaksanaan, pengetahuan
dan kebenaran".

2. Tinjauan Terminologi

Secara terminologi sudah banyak dikemukakan oleh ahli-ahli dalam bidang filsafat tentang pengertian
filsafat. Pengertian terminologi maksudnya adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat itu sendiri.

Dengan menelusuri pengertian etimologis dan terminologi dapa disimpulkan, filsafat mengandung arti
cinta terhadap kebenaran melalui pemikiran atau penalaran yang bijaksana dan mendalam. Filsafat
adalah berfikir kritis secara mendalam, sistematis, menyeluruh, radikal dan universitas dalam mencari
kebenaran, inti atau hakikat segala sesuatu yang ada.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan merupakan bagian dari filsafat umum. Ditinjau dari sisi kajiannya, menurut Barnadib
(1982) filsafat pendidikan sebagai ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Filsafat pendidikan pada dasarnya merupakan kegiatan berfikir
kritis, bebas, teliti, radikal, dan sistematis tentang masalah-masalah terjadi di dalam dunia pendidikan
sehingga masalah-masalah yang bersifat mendasar dapat ditemukan jalan keluarnya dengan cepat dan
tepat.

C. Filsafat Pendidikan sebagai Sistem

Terdapat empat sistem filsafat pendidikan secara umum yaitu realisme, idealisme, experimentalisme
dan eksistensialisme. Realisme dan idealisme dikenal sebagai filsafat tradisional, sedangkan
experimentalisme dan eksistensialisme dikenal sebagai filsafat modern. Berdasarkan filsafat idealism e,
pendidikan perlu mendinamasasi dua hal. Pertama, meningkatkan kesadaran dan keakraban peserta
didik. Kedua, mengembangkan hubungan yang selaras antara unsur rohaniah peserta didik dengan
lingkungannya. Berdasarkan aliran realis alamiah dan realis ilmiah, pendidikan orang sebaiknya memuat
bahan-bahan belaja inti (core). Aliran pragmatis menegaskan bahwa pendidikan terdiri atas tujuan dan
serangkaian tujuan untuk mencapai tujuan itu.

D. Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Pendidikan

Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, baik dilihat dari proses, jalan,
serta tujuannya. Fakta ini dapat dipahami karena pendidikan pada hakekatnya merupakan spekulasi
filsafat. Dengan demikian, filsafat pendidikan dapat dipahami sebagai ilmu yang pada dasarnya
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan implementasi analisis
filosofis dalam lapangan pendidikan. Filsafat pendidikan dan pendidikan sangat berhubungan erat.
Filsafat Pendidikan yang merupakan cabang filsafat umum menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu
sistem pendidikan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam sistem pendidikan
karena filsafat pendidikan merupakan pemberi arah, dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan
pendidikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

BAB 3 KAJIAN FILSAFAT TENTANG ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

A. Ontologi

Ontologi adalah pengetahuan tentang wujud dan hakekat keberadaan sesuatu atau bisa juga disebut
studi yang membahas keberadaan, realitas sesuatu yang bersifat konkrit. Dengan kata lain, ontologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan
pada logika semata.

Aliran yang mengkaji tentang ontologi yaitu: aliran Monisme, Dualisme, Meterialisme, Idealisme,
Agnotisisme. Dalam konteks filsafat ilmu, ontologi merupakan ladang yang dikaji atau yang ditelaah oleh
ilmu (sience). Menurut Suriasumantri (1995:33) filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang
ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat ilmu.

B. Epistemologi
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang pembuktian kebenaran dari
sebuah pengetahuan atau kepercayaan. Secara metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari
pengaturan-pengaturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Epitemologi merupakan pembahasan
mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan. Metode ilmiah adalah gabungan dari pendekatan
penalaran deduktif dan induktif. Kedua metode berpikir ini dalam sejarah awalnya berdiri secara sendiri-
sendiri. Namun belakangan oleh para ilmuwan kedua metode berpikir ini dijadikan sebagai alat dalam
menelaah alam. Pengetahuan dicari dengan akal dan temuannya diukur dengan akal pula
(Tafsir,2004:30).

C. Aksiologi Ilmu

Aksiologi berarti pengetahuan, teori yang mempelajari tentang nilai dari segala sesuatu yang ada
(realitas). Jika ontologi berkaitan dengan objek atau masalah yang dikaji dan epistemologi berkaitan
dengan cara atau metode untuk mendapatkan pengetahuan, maka aksiologi berhubungan dengan nilai
pengetahuan yang diperoleh itu. Oleh karena itu baik ontologi, epistemologi maupun aksiologi
mempunyai hubungan yang erat bahka menjadi satu-kesatuan dalam proyek penelitian. Aksiologi juga
berbicara mengenai asas-asas moral yang berfungsi sebagai pengontrol dalam setiap kegiatan keilmuan
dan asas moral tersebut bisa bersumber dari filsafat bangsa, budaya dan ajaran agama.

D. Landasan Filsafat Pendidikan

Dalam perspektif filsafat pendidikan Ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan aspek yang bisa
dijadikan sebagai objek sekaligus landasan dalam mengkaji segala permasalah pendidikan. Filsafat
pendidikan merupakan pengetahuan filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan pendidikan. Bahan
yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang lakukan
adalah dengan menganalisis secara kritis struktur dan manfaat pendidikan.

BAB 4 ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Aliran filsafat pendidikan idealisme

Aliran idealisme kenyataannya tidak terpisahkan dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua
macam realita. Pertama, yang nampak yaitu apa yang dialami oleh manusia sebagai makhluk hidup,
seperti apa yang datang dan apa yang pergi, ada yang hidup ada yang mati. Kedua, adalah realitas sejati,
yang merupakan sifat akal yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya
terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian dimutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi
dari yang nampak karena ide merupakan wujud yang hakiki. Adapun aliran filsafat pendidikan realisme
berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh yang bersifat dualistis yaitu fisik dan rohani,
dalam pendidikan ada subjek yang mengetahui tentang manusia dan alam.

B. Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme


Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan
moral, intelektual, dan sosikultural. Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan
aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan
pendidikan zaman sekarang. Filsafat pendidikan Perenialisme mempunyai empat prinsip dalam
pembelajaran. Pertama, prinsip kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu,
dan orang. Kedua, pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran. Ketiga,
prinsip kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung. Keempat, pendidikan adalah kegiatan
liberal untuk mengembangkan nalar. Peserta didik dalam aliran perenialisme merupakan makhluk yang
dibimbing oleh beberapa prinsip, seperti: kebenaran abadi, dan pikiran mengangkat dunia biologis.

C. Essensialisme

Aliran filsafat pendidikan Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia
kembali kepada kebudayaan lama. Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia, yang muncul pada zaman renaissance
dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresifisme.

D. Eksistensialisme

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensi adalah cara manusia ada di
dunia (Sadulloh. 2003). Cara berada manusia berbeda dengan cara beradanya benda-benda menteri.
Cara beradanya manusia adalah kerja sama dan komunikasi hidup bersama dengan manusia lainnya,
sedangkan benda-benda materi keberadaannya berdasarkan ketidaksadaran akan dirinya sendiri dan
tidak dapat berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Sikun Pribadi. 1971 (Sadulloh. 2003),
mengemukakan bahwa eksistensialisme dengan pendidikan sangat berhubungan erat, karena kedua-
duanya sama-sama membahas masalah yang sama yakni manusia, hubungan antar manusia, hidup,
hakikat kepribadian, dan kebebasa. Dalam hal ini proses pembelajaran dalam pendidikan memiliki
kebebasan sesuai minat dan kebutuhan peserta didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuan,
sikap dan keterampilan, melainkan ditawarkan.

E. Aliran Filsafat Pendidikan Pragmatis

Filsafat ini dipandang sebagai filsafat Amerika asli, pada hal kenyataan yang sebenarnya adalah
berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia
adalah apa yang manusia alami. Tokoh yang terkenal dalam filsafat ini adalah Charles Shandre Pierce
(1839-1914), Wiliam James (1842-1910) dan Jhon Dewey (1859-1952). Menurut Jhon Dewey (Sadulloh.
2003), pendidikan perlu didasarkan pada tiga pokok pemikiran yaitu: 1.) Pendidikan merupakan
kebutuhan untuk hidup, 2.) Pendidikan sebagai pertumbuhan, 3.) Pendidikan sebagai fungsi sosial.

F. Aliran Filsafat Pendidikan Progressivesme

Progressivisme mempunyai konsep yang didasari pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia
memiliki kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengencam
adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivesme berusaha mengembangkan asas progressivisme di
semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup
manusia, harus parktis dalam melihat segala sesuatu dari segi kegunaannya. Peserta didik dipersiapkan
untuk menghadapi kehidupan masa mendatang, oleh karena itu, perserta didik harus diperlengkapi
dengan strategi-strategi menghadapi kehidupan masa mendatang dan pemecahan masalah yang
memungkinkan mereka mengatasi permasalahan-permasalahan baru dalam kehidupan dan untuk
menemukan kebenaran-kebenaran relavan pada masa itu.

G. Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berfikir progresifisme dalam
pendidikan. Dalam filsafat pendidikan aliran Rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercita modern.

BAB 5 PERBANDINGAN PENDIDIKAN BARAT VERSUS INDONESIA DARI PERSPEKTIF FILSAFAT


PENDIDIKAN

Beberapa Pahan dan aliran filsafat pendidikan pada umumnya yang berlaku di dunia Eropa ialah paham
idealisme, realisme, perenialisme, essensialisme, eksistensialisme, pragmatisme, dan
rekonstruksionisme. Sedangkan aliran pokok pendidikan di Indonesia terdapat dua "aliran" pokok yaitu
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Taman.

BAB 6 FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI REFERENSI FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Falsafah Pancasila

Pancasila adalah dasar negara republik Indonesia. Konsep dasar ini tentang dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) Negara Republika Indonesia tahun 1945. Terminologi "Pancasila" berasal dari
bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yakni "panca" yang berarti lima dan "sila" yang berarti
benar. Dengan demikian istilah "Pancasila" memiliki arti "lima dasar". Pancasila adalah filsafah bangsa
yang digali dari bumi Indonesia. Ia lahir melalui proses yang panjang dan sebagai cita-cita bersama
seluruh bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila adalah sebagai pedoman dalam membentuk pemerintahan
yang baru dalam rangka mewujudkan kesejahteraan, melindungi segenap bangsa, melaksanakan
ketertiban dunia, perdamaian abadi dan kecerdasan bangsa.

B. Toleransi Dari Prespektif Pancasila dan Berbagai Agama

Selanjutnya dekemukakan pula konsep toleransi beragama dalam pandangan Pancasila khususnya yang
bersumber dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan pandangan menurut agama-agama yang resmi di
Indonesia. Dengan Pancasila kita dapat menjaga hubungan antaraumat beragama tetap rukun dan
sentosa sepanjang jaman tanpa klaim-klaim kebenaran agamanya masing-masing. Demikian juga dalam
hal pelaksanaan pendidikan, butir-butir moral Pancasila ini menjadi basis dalam membangun filsafat
pendidikan sekaligus menjadi dasar moral dalam pelaksanaan pendidikan karakter di semua tingkat
pendidikan.

C. Pancasila Dan Filsafat Pendidikan

Hubungan Pancasila dengan filsafat pendidikan, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sungguh-
sungguh, universal, dan sistematis. Sementara filsafat pendidikan adalah renungan dan pemikiran
mendalam tentang pendidikan secara filsafati. Antara filsafat dengan teori pendidikan berhubungan erat
karena teori pendidikan bersumber dari pemikiran filsafat, sementara pemikiran tentang pendidikan
bersumber pula dari filsafat. Hubungan Filsafat dengan pendidikan yaitu pendidikan merupakan hasil
dari kerja berfikir secara filsafat. Peran dan fungsi filsafat pendidikan yaitu, filsafat memberi fungsi
memberi arah pada teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tetentu yang memiliki
relevansi.

D. Pengertian Karakter

Menurut bahasa, karakter adalah semacam tabiat atau kebiasaan. Ada juga yang orang menyebut
padanan kata karakter dengan akhlaq dan parangai. Karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan
kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu.

E. Pendidikan Karakter Sebuah Keharusan

Pendidikan karakter merupakan segmen dari revolusi mental yang dilakukan melalui pendidikan formal,
non formal, dan informal. Sasaran pendidikan karakter ini terutama pada peserta didik dimulai dari SD,
SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi (PT).

F. Menggagas filsafat pendidikan Nasional Indonesia

Mencari bentuk filsafat pendidikan Indonesia, dalam sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia, kita
dipengaruhi oleh dua kekuatan filsafat yakni filsafat Islam di satu sisi dan filsafat Barat yang diwakili
Amerika Serikat dan Eropa disisi lain (Salim, 2004:63). Untuk itu sudah saatnya kita memulai memikirkan
untuk mencari frofil dan bentuk filsafat pendidikan Indonesia yang merujuk pada falsafah bangsa yang
kita miliki yaitu falsafah Pancasila.

BAB 7 PERMASALAHAN PENDIDIKAN DARI PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN

Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Masalah pendidikan adalah
harapan-harapan yang telah ditetapkan tidak dapat terwujud sebagimana mestinya, tentunya banyak
faktor yang memengaruhi ketidakketercapaian harapan dimaksud. Bisa disebabkan oleh karena
manajemen yang kurang baik, dapat juga dari implementasi yang dilaksanakan tidak sesuai denga
kondisi lapangan, atau juga masalah yang terjadi pada personil yang kurang berkompeten. Berikut
beberapa persoalan yang menjadi hambatan dalam ketercapaian tujuan pendidikan. Pertama, masalah
manajemen pendidikan yang meliputi: filosofi tujuan pendidikan, rekrutmen calon guru, pendidik dan
tenaga kependidikan yang belum profesional penuh, paradigma peserta didik yang sertificate oriented,
manajemen sekolah. Kedua, masalah implementasi dalam dunia pendidikan meliputi mahalnya biaya
pendidikan, rendahnya pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan, elitisme, komite sekolah,
kurangnya fasilitas pendidikan, meningkatkannya angka putus sekolah, kesejahteraan guru.

BAB III PEMBAHASAN

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

3.1 KELEBIHAN BUKU

Buku ini sangat menarik untuk dibaca jika dilihat dari segi bentuk covernya memiliki nuansa warna dan
gambar yang selaras. Sehingga menarik perhatian pembaca. Pengggunaan bahasa dalam buku ini mudah
untuk dipahami dan mengerti. Pada buku ini dipaparkan jelas bagaimana konsep filsafat pendidikan.

3.2 KEKURANGAN BUKU

Terdapat beberapa kesalahan dalam pengetikannya, seperti mengulang kata yang sama, pengguna
tanda baca yang tidak pas, istilah asing yang tidak di cetak miring atau cetak tebal.
BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN:

Filsafat mengandung arti cinta terhadap kebenaran melalui pemikiran atau penalaran yang bijaksana
dan mendalam. Filsafat adalah berpikir kritis secara mendalam, sistematis, menyeluruh, radikal, dan
universal dalam mencari kebenaran, inti atau hakikat segala sesuatu yang ada. Filsafat pendidikan
merupakan kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, radikal, dan sistematis tentang masalah-masalah yang
terjadi didalam dunia pendidikan sehingga masalah-masalah yang terjadi di dalam dunia pendidikan
ditemukan jalan keluarnya dengan cepat dan tepat. Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan, baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Filsafat pendidikan mempunyai
peranan yang amat penting dalam sistem pendidikan karena filsafat pendidikan merupakan pemberi
arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan pendidikan, meningkatkan kemajuan dan landasan
kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

SARAN:

Dalam penyampaian informasi haruslah jelas dan tepat, dalam buku ini penulis menemukan beberapa
kesalahan dalam pengetikan, sehingga membuat informasi yang disampaikan kurang profesional.
Harapan penulis kedepannya agar lebih memperhatikan lagi dalam menyampaikan informasi, terutama
dalam pengetikannya, untuk kata-kata asing dapat ditulis dengan huruf bercetak miring tebal. dan untuk
kata-kata yang kelebihan agar diperbaik. Sehingga pembaca lebih antusias dalam membacanya.

Dafta pustaka

Yusnadi, dkk. 2019. filsafat pendidikan. Jakarta: Halamanmoeka.

Anda mungkin juga menyukai