Anda di halaman 1dari 38

BAHAN AJAR

Sistem Pengapian Konvensional

SMK N JATENG DI SEMARANG

Mata Pelajaran
Pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan

Kompetensi Dasar
3.5. Menerapkan cara perawatan sistem pengapian konvensional
4.5. Merawat berkala sistem pengapian konvensional

SUTRIYONO
2020

1
DESKRIPSI MATA PELAJARAN

A. Kompetensi Inti
KI (3) : Menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan
metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Teknik
Kendaraan Ringan Otomotif pada tingkat teknis, spesifik, detil,
dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan
potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja,
warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.

KI (4) : Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat,


informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta
memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Teknik
Kendaraan Ringan Otomotif. Menampilkan kinerja di bawah
bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan
standar kompetensi kerja.

Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji


secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru,


membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah
konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5 Menerapkan cara perawatan sistem pengapian konvensional
Indikator :
3.5.1. Menjelaskan fungsi sistem pengapian konvensional

2
3.5.2. Menjelaskan fungsi komponen-komponen sistem pengapian
konvensional
3.5.3. Menejelaskan cara kerja sistem pengapian konvensional
3.5.4. Menentukan cara perawatan sistem pengapian konvensional
4.5 Merawat secara berkala sistem pengapian konvensional
Indikator :
4.5.1. Melakukan pemeriksaan sistem pengapian konvensional
4.5.2. Melaksanakan perawatan berkala sistem pengapian
konvensional
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah berdiskusi dan membaca berbagai sumber belajar, peserta didik
kelas XI TKRO dapat:
a) Menjelaskan fungsi sistem pengapian konvensional secara teliti,
santun, dan menghargai pendapat orang lain.
b) Menjelaskan fungsi komponen-komponen sistem pengapian
konvensional secara teliti, santun, dan menghargai pendapat orang
lain.
c) Menenjelaskan cara kerja sistem pengapian konvensional secara
teliti, santun, dan menghargai pendapat orang lain.
d) Menentukan cara perawatan pengapian konvensional secara teliti,
santun, dan menghargai pendapat orang lain.
2. Setelah berdiskusi dan membaca berbagai sumber belajar serta
disiapkan peralatan dan bahan praktek, peserta didik kelas XI TKRO
dapat :
a) Melakukan pemeriksaan sistem pengapian konvensional secara
teliti, santun, dan menghargai pendapat orang lain.
b) Melaksanakan perawatan berkala sistem pengapian konvensional
secara teliti, santun, dan menghargai pendapat orang lain.

3
DAFTAR ISI

Deskripsi Mata Pelajaran............................................................................. 2


Daftar Isi...................................................................................................... 4
BAB I Komponen, fungsi, dan cara kerja sistem pengapian konvensional. 5
A. Deskripsi Materi.......................................................................... 5
B. Tujuan Pembelajaran................................................................... 5
C. Materi.......................................................................................... 5
D. Rangkuman................................................................................. 34
E. Latihan......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 38

4
BAB I
KOMPONEN, FUNGSI, DAN CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN
KONVENSIONAL

A.Deskripsi Singkat
Sistem pengapian pada kendaraan sangatlah berperan sekali dalam
mendukung kinerja sebuah engine pada kendaraan yaitu dalam menyediakan
percikan bunga api bertegangan tinggi untuk membakar campuran bahan bakar
dan udara di ruang bakar. Untuk membahas sistem pengapian konvensioanal
itu apa kita harus mengatahui komponen, fungsi, dan cara kerja sistem
pengapian konvensioal terlebih dahulu sebelum membahas materi sistem
pengapian konvensional yang lebih dalam lagi.
B.Tujuan Pembelajaran
1.Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
mejelaskan fungsi dan komponen sistem pengapian konvensional pada
kendaraan secara mandiri dan kelompok
2.Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
menerangkan cara kerja sistem pengapian konvensional pada kendaraan
secara manidiri dan kelompok
C.Materi
1.Tujuan Sistem Pengapian
Sistem pengapian pada kendaraan mempunyai tujuan atau fungsi
menyediakan percikan bunga api bertegangan tinggi pada busi untuk membakar
campuran udara/bahan bakar di dalam ruang bakar engine.

Gambar 1.1. Sistem Pengapian Konvensional

5
2.Fungsi bagian-bagian sistem pengapian konvensional
a. Baterai
Sebagai sumber arus listrik atau menyediakan arus listrik
tegangan rendah

Gambar 1.2. Baterai

b. Ignation Coil
Menaikan tegangan yang di terima dari baterai menjadi tegangan tinggi
yang diperlukan untuk pengapian.

Gambar. 1.3. Ignation Coil (Koil Pengapian)


c. Distributor
Berfungsi membagikan (mendistribusikan) arus tegangan tinggi yang
dihasilkan (dibangkitkan) oleh kumparan skunder pada ignation coil ke
busi pada tiap-tiap selinder sesuai dengan urutan pengapian.

6
Gambar 1.4. Distributor

Bagian-bagian ini terdiri dari:


1) Cam (nok)
Membuka Kontak point (platina) pada sudut cam shaftt yang tepat
untuk masing-masing selinder.

Gambar 1.5 Cam (Nok)


2) Kontak point
Memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer
dari ignation coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi.

Gambar 1.6 Kontak Point

7
3) Capasitor (condensor)
Menyerap lompatan bunga api yang terjadi antara breaker point pada
Saat membuka dengan tujuan menaikan tegangan coil skunder.

Gambar 1.7 Kondensor


4) Centrifugal governor advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.

Gambar 1.8 Centrifugal Governor Advancer


5) Vacuum Advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin (vacuum
Intake manifold)

8
Gambar 1.9 Vacum Advancer
6) Rotor
Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan oleh
ignation coil ke tiap-tiap busi.

Gambar 1.20 Rotor


7) Distributor Cap
Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel
tegangan tinggi untuk masing- masing selinder.

9
Gambar 1.21 Tutup Distributor

d. Kabel tegangan tinggi


Mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignation coil ke busi.

Gambar 1.22 Kabel Tegangan Tinggi


e. Busi
Mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menajdi loncatan bunga api
melalui elektroda.

Gambar 1.23 Busi

10
3. Cara kerja dan karakteristik sitem pengapian konvensional
a. Koil Pengapian

Gambar 1.24 Kontruksi Koil Pengapian

Koil pengapian terdiri dari rumah logam yang meliputi lembar


pelapis logam untuk mengurangi kebocoran medan magnet. Lilitan
sekunder, yamg mempunyai lilitan lebih kurang 20.000 lilitan kawat
tembaga halus dililitkan secara langsung ke inti besi yang dilaminasi
dan disambungkan ke terminal tegangan tinggi yang terdapat pada
bagian tutup coil. Karena tegangan tinggi diberikan pada inti besi, inti
harus diisolasi oleh tutup dan insolator tambahan diberikan di bagian
dasar.
Lilitan primer, terdiri dari 200-500 lilitan kawat tembaga yang
relatif tebal, di tempatkan dekat dengan bagian luar sekelililng lilitan
sekunder. Panjang dan lebar kawat akan menyebabkan resistansi lilitan
primer berubah tergantung pada penggunaannya.
Coil pengapian adalah transformator peningkat tegangan. Coil
menghasilkan pulsa-pulsa tegangan tinggi yang dikirimkan ke busi-busi
untuk membakar campuran bahan bakar/udara diruang silinder. Lilitan
primer coil, menyimpan energi dalam bentuk medan magnet. Pada
waktu yang ditentukan kontak poin terbuka, arus primer berhenti

11
mengalir dan medan magnet hilang memotong coil sekunder
menghasilkan tegangan tinggi ke dalamnya. Tegangan pada secondary
coil menyebabkan penyalaan busi.
Cara Kerja Sistem Pengapian
1) Rangkaian Primer
Rangkaian primer merupakan jalur untuk arus tegangan rendah
dari baterai. Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet

Inti koil pengapian


menjadi magnet

Gambar 1.25 Rangkaian Primer Sistem Pengapian Konvensional

2) Rangkaian Sekunder
Rangkaian sekunder merupakan jalur untuk arus tegangan tinggi
yang ditingkatkan oleh coil. Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor
—-> Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —->
Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu
meloncati tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda
massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.

12
Tegangan Induksi dari Koil
Pengapian 20.000- 30.000
V mengalir ke busi

Kontak
pemutus terbuka

Percikan api
pada celah busi

Gambar 1.26 Rangkain Skunder Sistem Pengapian Konvensional

Cara kerja pengapian induktif


1) Cara kerja saat kunci kontak On, breaker point menutup (Platina
Menutup)
Arus dari baterai mengalir melalui kunci kontak menuju primary coil
lanjut ke platiana kemudian ke massa. Arus yang masuk pada primary
coil mengkibatkan terjadi kemagnetan pada inti coil
2) Cara kerja pengapian ketika breaker point membuka
Ketika terjadi putaran engine menyebabkan breaker point membuka
sehingga arus pada primmary coil menghilang menyebabkan
perubahan medan magnet pada inti coil terjadilah induksi diri sehingga
terjadi tegangan tinggi pada secondary coil dari 12 Volt dari baterai
menjadi 20.000-30.000 Volt mengalir pada kabel tegangan tinggi ke
distributor dan kemudian ke busi-busi sesuai urutan pengapian

13
b. Kondensor

Gambar 1.27 Kondensor Dipasang Pada Distributor

Kondensor mencegah percikan bunga api pada poin-poin pada


saat poin-poin tersebut mulai membuka. Arus yang berlebihan mengalir
ke dalam kondensor pada saat poin-poin terpisah. Sebuah Kondensor
terdiri dari beberapa lembar kertas timah masing-masing lapisan diberi
isolasi kertas paraffin, lembar tersebut digulung dengan ketat sehingga
berbentuk silinder, masing-masing kumpulan plat dihubungkan dengan
satu kawat sebagai kutub positif dan negatif. Kondensor biasanya
dipasang didalam distributor dan ada juga yang dipasang diluar
distributor.
Kondensor itu diperlukan karena:
1) Poin-poin membuka dan menutup secara mekanis;
gerakan tersebut sangat lambat dibandingkan dengan kecepatan
aliran arus
2) Poin-poin tersebut hanya membuka sedikit
3) Tegangan di dalam coil dapat menjadi sangat tinggi
Tanpa kondensor, yang terjadi adalah:
1) Tegangan induksi di dalam lilitan primer menjadi sangat tinggi
mendorong arus meloncati celah membakar permukaan kontak
poin. Aliran arus tidak dapat cepat berhenti, dan medan magnit
hilang sangat lambat. Karenanya tegangan sekunder terlalu
rendah untuk menyalakan busi.

14
Cara Kerja Kondensor
1) Tahap 1. Poin Tertutup

Kondensor

Gambar 1.28 Cara Kerja Kondensor Kontak-Poin Tertutup. Dan


Osiloskop MenunjukkanTegangan Kondensor

Arus mengalir melalui lilitan primer ke masa melalui poin yang


tertutup. Medan magnit terbentuk di sekeliling coil pengapian.
Pola osiloskop mengilustrasikan perubahan polaritas tegangan
pada rangkaian kondensor coil. Tingkat tegangan adalah 12 V
pada satu arah.

2) Tahap 2. Poin Terbuka

Gambar 1.29 Cara Kerja Kondensor Poin Terbuka. Dan Ositoskop


Tegangan Kondensor Naik

Medan magnit hilang, menginduksi tegangan ke dalam lilitan


sekunder. Karena medan magnit juga hilang memotong lilitan primer
maka tegangan tinggi (kira-kira 300 V) diinduksi kedalamnya juga.

15
Tegangan ini akan menyebabkan arus mengalir ke dalam kondensor.
Tegangan kondensor akan naik sampai tegangannya sama dengan
tegangan coil.

3) Tahap 3.

Gambar 1.30. Pengosongan Kondensor dan Osiloskop Tegangan


Kondensor turun

Tegangan primer mulai menurun. Tegangan kondensor sekarang akan


mendorong balik arus listrik kembali ke lilitan primer coil, hal ini
memaksa medan magnet yang hilang mengalami hilang lebih cepat
yang akan menghasilkan percikan bunga api sekunder yang lebih besar.
Gaya medan magnet yang hilang menghasilkan tegangan induksi
dengan arah yang berlawanan.
4) Tahap 4

Gambar 1.31. Langkah Pengisian/dan Osiloskop


Pengosongan Kondensor

Berkaitan dengan pengaruh medan magnet kondensor dan arus pada


lilitan sekunder, gerak gaya listrik balik dihasilkan pada lilitan primer

16
beberapa kali. Arus akan mengalir masuk dan keluar pada kondensor
melalui lilitan sampai energi listriknya hilang. Hal ini menimbulkan
efek osilasi

a. Pengendali Pengapian Sentrifugal


Untuk mendapatkan saat pemajuan yang diperlukan saat
putaran engine naik, distributor mempunyai mekanisme sentrifugal
yang terdiri dari dua buah pemberat yang mempunyai titik tumpu di
bagian bawah distributor. Kedua pemberat ini ditahan pada dudukannya
oleh pegas dan berputar dengan sumbu distributor. Jika kecepatan putar
naik, pemberat terlempar ke arah luar (karena pengaruh gaya
sentrifugal) melawan tarikan pegas dan akhirnya memajukan bubungan
kontak point.

Titik Putar

Gambar 1.32. Salah satu contoh Mekanisme Pemaju Pengapian Jenis


Sentrifugal

Bubungan dapat bergerak bebas pada poros distributor dan saat


pemberat bergerak ke arah luar akibat gaya sentrifugal, bubungan
bergeser, atau berputar, searah dengan perputaran poros. Hal ini
membuat bubungan kontak poin bersinggungan lebih cepat dengan
kontak poin, dengan demikian terjadilah pemajuan pengapian.

17
b. Pengendali Pengapian Vacuum
Interval waktu antara saat terjadinya penyalaan dan saat
diperoleh tekanan kompresi maksimum adalah tidak tetap, tetapi
berubah-ubah sesuai kecepatan pembakaran.
- Jika campuran kaya dan tekanan kompresi tinggi, dia
akan terbakar dengan sangat cepat sewaktu di bakar
- Jika campuran miskin dan tekanan kompresi rendah,
campuran akan terbakar dengan lambat
Walaupun perbandingan kompresi tidak berubah-ubah pada
suatu engine, jumlah campuran udara/bahan bakar di dalam silinder
(pada awal langkah kompresi) berubah-ubah sesuai posisi
pembukaan katup throttle, dengan demikian terjadi perubahan pada
tekanan kompresi pada rentang kerja engine.
Mekanisme pengendali pemajuan pengapian vacuum terdiri
dari unit diafragma vacuum, dihubungkan dengan pelat dudukan
distributor dan sisi lain diafragma dihubungkan dengan saluran
vacuum karburator melalui selang vacuum.
Diafragma ditahan pada posisinya oleh pegas. Pelat
dudukan dan kontak poin akan berputar saat diafragma
berhubungan dengan kevacuuman saluran masuk engine.
Cara Kerja
Pembukaan katup throttle yang kecil akan memberikan tingkat
kevacuuman yang tinggi pada diafragma yang mengakibatkan pelat
dudukan berputar mempercepat saat pengapian. Saat pembukaan
katup throttle membuka semakin lebar, pengaruh kevacuuman akan
menurun mengurangi pemajuan saat pengapian. Pembukaan penuh
katup throttle akan memberikan tekanan udara luar (tidak ada
kevacuuman) terhadap diafragma mengakibatkan tidak terjadi
pemajuan saat pengapian.
Catatan:

18
Kerjasama antara pemaju pengapian sentrifugal dan kevacuuman secara
otomatis memberikan perubahan yang pasti terhadap saat pengapian
pada setiap rentang kerja engine.

Sudut Dwell
Sudut Dwell adalah besarnya sudut putaran bubungan
distributor saat kontak poin menutup. Sudut Dwell yang tepat sangat
penting pada coil pengapian. Coil pengapian, agar dapat bekerja dengan
baik memerlukan waktu aliran arus yang mengalir pada lilitan primer
cukup lama agar mampu membangkitkan medan magnet yang kuat di
sekitarnya. Kekuatan medan magnet digunakan untuk memotong liiitan
sekunder agar menghasilkan tegangan yang diperlukan untuk
menyalakan busi.

a.

b.

c.

Gambar 1.33. Sudut Dwell

Keterangan:
a) Kontak Poin Tertutup

19
b) Celah Kontak Poin Besar, sudut Dwell kecil
c) Celah kontak Poin kecil, sudut Dwell besar

Celah kontak poin dapat merubah sudut dwell. Celah kontak


poin yang sempit akan menaikkan sudut dwell. Ini berarti kontak poin
tertutup lebih cepat dan menutupnya terlambat dan ini meningkatkan
sudut dwell.
Besarnya sudut dwell dapat di tentukan dengan rumus:
60% x 360/n.
n = jumlah selinder.

Sudut dwell yang terlalu besar dapat menimbulkan kerugian.


Kontak poin menutup lebih cepat dapat mempengaruhi kerja coil
pengapian dan kondensor menyebabkan pembakaran yang jelek dan
kontak poin terbakar karena percikan yang berlebihan. Celah yang besar
atau sudut dwell yang kecil, menyebabkan kontak poin menutup lambat
dan membuka lebih cepat, coil tidak punya waktu untuk memperoleh
kejenuhan medan magnet dengan demikian menimbulkan pembakaran
yang jelek.

Busi
Busi berguna untuk menghasilkan bunga api dengan menggunakan
tegangan tinggi yang dihasilkan oleh koil. Bunga api yang
dihasilkan oleh busi kemudian di pergunakan untuk memulai
pembakaran campuran bahan bakar dengan udara yang telah di
kompresikan di dalam selinder.
Konstruksi busi

20
Gambar 3.34. Konstruksi Busi

Pada busi terdapat dua buah elektroda yaitu elektroda tengah


dan samping elektroda tengah mengalirkan arus listrik dari
distributor yang kemudian akan melompat menuju elektroda
samping. Isolator yang ada pada busi untuk mencegah bocornya
arus listrik tegangan tinggi, sehingga tetap mengalir melalui
elektroda tengah dan elektroda samping terus ke masa sambil
menghasilkan bunga api dari elektroda tengah ke elektroda
samping.
Nilai panas busi
Yang dimaksud dengan nilai panas busi adalah kemampuan
meradiasikan sejumlah panas oleh busi. Busi yang meradiasikan
panas yang lebih banyak disebut busi dingin sebab busi tersebut
akan tetap dingin, sedangkan busi yang meradiasikan panas sedikit
disebut dengan busi panas.
Busi dingin mempunyai ujung isolator yang lebih pendek
karena permukaan persinggungan dengan api lebih kecil dan jalur
radiasi panasnya pendek, maka perambatan panas sangat baik dan
temperatur elektroda tengah tidak akan naik terlalu tinggi.
Sedangkan busi panas mempunyai ujung isolator yang
panjang dan permukaan singgung dengan api yang luas sehingga
jalur perambatan panas menjadi panjang dan radiasi panas menjadi
kecil. Akibatnya temperatur elektroda tengah menjadi naik.

21
Nilai panas busi juga dapat ditentukan dengan nomor yang ada
pada busi, semakin tinggi angka atau nomor suatu busi maka
semakin tinggi nilai panas busi.

BAB II
MERAWATAN DAN MENYETEL SISTEM PENGAPIAN
KONVENSIONAL

A. CARA MERAWAT DAN MENYETEL SISTEM PENGAPIAN


KONVENSIONAL

Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap


kesempurnaan proses pembakaran didalam silinder, dengan sistem pengapian
yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar
yang hemat. Agar kinerja sistem pengapian selalu dalam kondisi baik maka sistem
ini perlu dirawat dengan baik. Perawatan sistem pengapian dengan cara
membersihkan, melumasi dan menyetel komponen atau sistem.
Komponen sistem pengapian yang cepat kotor adalah busi, platina, ujung
rotor dan terminal pada tutup distributor. Bagian tersebut perlu diperiksa dan
dibersihkan kotorannya dengan amplas. Bagian sistem pengapian yang perlu
pelumasan adalah nok dan rubbing block, poros nok dan centrifugal advancer.
Penyetelan sistem pengapian meliputi penyetelan celah busi, celah platina atau
besar sudut dweel, penyetelan saat pengapian. Antara celah platina dan sudut
dweel dapat dilakukan salah satu. Penyetelan sudut dweel lebih akurat
dibandingkan penyetelan celah platina, karena dweel tester lebih akurat
dibandingkan feller gauge.

22
Bagi pemilik kendaraan perawatan dapat dilakukan sendiri dengan alat
yang terdapat pada kelengkapan kendaraan. Alat dan bahan yang diperlukan
untuk melakukan perawatan antara lain:
1. Bahan : Grease, amplas
2. Alat : Kunci busi, kunci ring 10, 12, 19, obeng (+) dan obeng (-), feeler
gauge, lampu 12V dengan dua kabel, multimeter.
Selain alat tersebut, pada bengkel yang baik menggunakan beberapa alat:
diantaranya: Spark plug cleaner and tester , Spark plug gauge , Tune up tester ,
Timing tester dan condenser tester.
a. Spark Plug Cleaner and tester merupakan alat untuk
membersihkan dan memeriksa busi.
b. Spark plug gauge untuk mengukur dan menyetel celah busi.
c. Tune up tester untuk mengukur putaran dan sudut dweel.
d. Timing tester untuk mengetahui saat pengapian.
e. Condenser tester untuk memeriksa kapasitas kondensor

Langkah kerja dalam merawat sistem pengapian adalah sebagai berikut.


1. Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian sistem
pengapian

Gambar 40. Memeriksa secara visual komponen pengapian

Periksa komponen sistem pengapian secara visual dari:


a. Elektrolit baterai kurang, terminal baterai dari sambungan kotor, kabel
putus atau terbakar
b. Koil pengapian dari terminal kotor, kabel kendor, putus, terbakar atau bodi
retak

23
c. Distributor retak, kotor, terminal aus dan pemasangan kurang baik
d. Kabel busi dari retak atau pemasangan kurang rapat

2. Memeriksa, membersikan dan menyetel celah busi


a. Lepas kabel tegangan tinggi yang menempel dibusi, catat urutan kabel yang
dilepas agar urutan pengapian tidak salah.
a. Lepas busi satu persatu, periksa bagaimana warna dan deposit karbon pada
rongga busi, kondisi elektrode dan masukkan busi pada nampan yang berisi
bensin.
b. Bersihkan rongga busi menggunakan sikat dan bersihkan elektrode busi
dengan amplas. Perhatian: Jangan membersihkan kotoran pada rongga busi
dengan benda keras seperi obeng kecil atau kawat karena dikuatirkan
isolator porselin menjadi retak sehingga busi mati.

Gambar 41. Cara melepas kabel tegangan tinggi yang benar

c. Setel celah elektrode busi sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan


kendaraan.

24
Membersihkan Memeriksa celah Menyetel celah
busi busi

Gambar 42.. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi

d. Pasang kembali busi pada silinder. Pemasangan yang benar adalah


memutar busi dengan tenaga yang ringan, setelah ulir habis
mengencangkan ¼ putaran.

Saat kita melakukan pengujian busi di luar silinder, kita dapat menyimpulkan busi
masih baik, namun terdapat kemungkinan saat didalam silinder busi mati karena
busi bekerja peda tekanan lebih tinggi, sehingga kesimpulan kita salah, untuk
mengatasi hal tersebut dibuat Spark plug cleaner and tester.

Penggunaan Spark Plug Cleaner Tester tersebut adalah sebagai berikut:


1. Membersihkan busi
a. Pasang busi yang akan dibersihkan pada lubang pembersih (3), tekan tombol
udara untuk membersihkan kotoran yang menempel.
b. Tekan tombol pasir pembersih sehingga pasir pembersih akan menyemprot
rongga busi (atur tekanan 3-4 kg/ cm2 , waktu 3-4 detik)
c. Ulangi langkah a) dan b) sampai busi bersih. Setelah busi bersih maka tekan
tombol udara (1) agar pasir yang masih menempel dapat bersih.

25
Gambar 43. Spark plug cleaner tester

2. Memeriksa busi
a. Pasang busi pada lubang tempat pemeriksaan, bila diameter lubang dengan
busi tidak tepat ganti ukuran lubang ( diameter lubang yang tersedia untuk
ukuran busi 10mm, 12mm dan 14mm).
b. Tekan tombol spark test, dan lihat apakah terdapat pecikan api pada celah
jarum, yang dapat dilihat pada kaca pandang (9) dan (10), bila ada berarti
alat berfungsi.
c. Pasang kabel tegangan tinggi pada terminal busi.
d. Tekan tombol spark test (6), pada beberapa kondisi tekanan:
Tekanan 2-3 kg/cm2 : terjadi percikan api pada kaca pandang (9)
Tekanan 3-4 kg/cm2 : terjadi percikan pada kaca pandang (9) dan (10)
Tekanan 5 kg/cm lebih : terjadi percikan pada kaca pandang (10).
Bila saat tekanan 2-3 kg/cm2 terjadi percikan api pada kaca pandang (10)
saja berarti busi sudah jelek.

3. Memeriksa dan membersihkan kabel tegangan tinggi


a. Lepas kabel tegangan tinggi, bersihkan ujung kabel dari kemungkinan ada
karat dengan menggunakan amplas.
b. Periksa tahanan kabel menggunakan  meter ( multi meter bagian  ,posisi
selector pada 1xk), tahanan kabel harus kurang dari 25 k.

26
Perhatian : Jangan menekuk atau menarik kabel berlebihan sebab dapat
merusak kabel tegangan tinggi.

Gambar 44. Memeriksa kabel busi

4. Memeriksa, membersihkan rotor dan tutup distributor


a. Lepas tutup distributor dengan melepas kait penguncinya.
b. Periksa tutup distributor dari kemungkinan retak, karat / kotor pada terminal
tegangan tinggi.
c. Bersihkan terminal tegangan tinggi dengan amplas.
d. Lepas rotor, bersikan karat/ deposit pada ujung rotor menggunakan amplas.

Gambar 45. Memeriksa dan membersihkan tutup distributor

5. Memeriksa nok, centrifugal advancer dan vacuum advancer


a. Periksa permukaan poros nok dari kemungkinan aus, keausan secara visual
dapat dilihat dari banyaknya goresan pada nok. Lumasi poros menggunakan
grease.

27
b. Periksa kerja centrifugal advancer dengan cara: Pasang kembali rotor yang
telah dibersihkan, putar rotor searah putaran rotor saat mesin hidup. Lepas
rotor maka rotor harus segera kembali. Kekocaakan rotor saat diputar tidak
boleh berlebihan.
c. Periksa vacuum advancer dengan cara: lepas slang vacuum, hubungkan ke pompa
vacuum, lakukan pemompaan, amati dudukan platina (breaker plate) harus
bergerak. Bila tidak mempunyai pompa vacuum dapat dengan cara dihisap
dengan kuat.

Memeriksa centrifugal Memeriksa vacuum advancer


advancer

Gambar 46. Memeriksa advancer

6. Memeriksa koil pengapian


a. Atur selector multi meter kearah x1Ω, kalibrasi Ohm meter dengan cara
menghubungkan kedua colok ukur, setel penunjukan tepat pada 0 Ω, bila
penyetelan tidak tercapai periksa/ ganti baterai multi meter.
b. Periksa tahanan resistor dengan menghubungkan colok ukur pada kedua
resistor. Nilai tahanan resistor 1,3 - 1,5Ω. Pada koil pengapian jenis
internal resistor, pengukuran resistor dengan menghubungkan jolok ukur
pada terminal (B) dengan terminal (+).
c. Periksa tahanan primer koil dengan menghubungkan jolok ukur antara
teminal (+) dengan terminal (-) koil. Nilai tahanan 1,3 – 1,6 Ω.
d. Atur selector pada 1xk, kalibrasi Ohm meter dengan cara menghubungkan
kedua colok ukur, setel penunjukan tepat pada 0 Ω.
e. Periksa tahanan primer koil dengan menghubungkan jolok ukur antara
teminal (+) dengan terminal tinggi koil. Nilai tahanan 10 – 15 kΩ.

28
f. Periksa kebocoran atau hubung singkat dengan menghunungkan (+) koil
dengan bodi. Tahnan harus menunjukkan tak terhingga.

Gambar 47 Pemeriksaan koil pengapian

7. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah platina/ menyetel sudut


dwell
Menyetel celah platina dan sudut dwell merupakan pekerjaan yang sama.
Perbedaan menyetel sudut dwell dengan menyetel celah platina adalah:
a. Menyetel sudut dwell menggunakan alat dwell tester untuk mengukur
lama platina menutup. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur elektrik,
hasil pengukuran lebih akurat tetapi harga alat mahal.
b. Menyetel celah platina menggunakan alat feeler gauge, untuk mengukur
celah platina sebagai indicator lama atau sudut platina membuka. Hasil
pengukuran kurang akurat, tetapi harga alat 1/1000 dari harga alat dwell
tester.
c. Bila celah platina besar maka sudut dwell kecil, dan sebaliknya bila celah
platina kecil maka sudut dwell menjadi besar.

Langkah menyetel celah platina adalah:

29
a. Putar puli poros engkol sampai rubbing blok pada puncak nok atau platina
membuka maksimal.
b. Periksa kondisi permukaan platina dari kemungkinan aus, terbakar, kontak yang
tidak tepat. Bila terjadi keausan platina, lepas platina dengan melepas sekerup
pengikatnya. Amplas permukaan platina sampai keausan hilang, periksa
ketepatan kontak permukaannya. Membersikan platina juga dapat dilakukan
langsung tanpa melepas dari dudukannya, namun dengan cara ini hasilnya sering
menyebabkan permukaan kontak tidak tepat atau adanya serpian amplas
tertinggal dipermukaan kontak sehingga saat platina menutup tidak ada aliran
listrik akibat terganjal oleh serpian amplas.

Gambar 48. Menyetel celah platina

d. Pasang kembali platina, geser penyetelan platina sampai platina membuka


0,40 – 0,50 mm, kencangkan sekerup pengikat namun platina masih dapat
digeser.
e. Setel celah platina dengan cara menyisipkan feeler gauge ukuran 0,40 – 0,50
mm, bila feeler tidak dapat masuk berarti celah terlalu kecil, dan sebaliknya.
Letakkan obeng (-) pada tempat penyetelan putar obeng searah jarum jam
untuk memperbesar celah dan sebaliknya. Kencangkan sekerup pengikat
agar celah tidak berubah.

Beberapa kendaraan menggunakan celah rubbing blok sebagai spesifikasi


menyetel celah platina. Cara penyetelan kedua model tersebut sama, namun
bila sepesifikasi kendaraan menentukan celah rubbing blok kita setel celah

30
platina hasilnya dapat berbeda, untuk itu ikuti petunjuk yang diberikan
produsen kendaraan. Kelebihan penyetelan pada celah rubbing blok adalah
permukan kontak platina tidak kotor oleh minyak pada feller gauge, adanya
minyak pada permukaan kontak menyebabkan oksidasi pada permukaan
kontak lebih cepat sehingga usia platina lebih pendek.

Langkah menyetel sudut dwell

a. Pasang dwell tester sesuai petunjuk alat, untuk model 2 kabel maka kabel merah dihubungkan terminal
distributor atau (-) koil pengapina, kabel hitam dihubungkan ke massa.

Gambar 49 Pemasangan dwell tester

b. Hidupkan mesin, lihat besar sudut dwell yang ditunjukan oleh alat ukur.
Pada mesin 4 silinder spesifikasi sudut dweel sebesar 52 ± 2 º.

c. Bila sudut dwell terlalu besar, berarti celah platina terlalu sempit. Matikan
mesin, buka tutup distributor, kendorkan mur pengikat platina, stell sudut
dweel dengan menggeser dudukan platina kearah celah platina yang lebih
besar.

d. Pasang kembali tutup distributor, hidupkan mesin, periksa apakah hasil


penyetelan sudut dwell telah tepat. Ulangi bila hasil penyetelan belum
tepat.

6. Menyetel saat pengapian

31
a. Menyetel menggunakan timing tester
Penggunaan Timing Tester untuk menyetel saat pengapian adalah sebagai berikut:
1) Hidupkan mesin pada putaran stasioner (putaran stasioner 700 rpm,
pengukuran putaran lebih tepat menggunakan tachometer yang terdapat
pada tune up tester gambar di atas).
2) Pasang Timing Tester, dengan menghubungkan alat dengan sumber listrik
yaitu kabel merah (+) pada baterai (+), kabel hitam (-) pada baterai (-) dan
sensor pada kabel tegangan tinggi silinder 1.

Gambar 50. Menyetel saat pengapian dengan timing light

3) Tekan tombol pada Timing Tester, arahkan cahaya pada tanda pengapian
(timing mark).
4) Bila saat pengapian tidak tepat, kendurkan baut pengikat distributor, putar
distributor berlawanan arah dengan putaran rotor untuk mengajukan dan
putar searah putaran rotor untuk mengundurkan saat pengapian.

Penyetelan sudut dweel harus dilakukan dahulu setelah itu baru dilakukan
penyetelan saat pengapian. Urutan penyetelan tersebut tidak boleh terbalik, bila
terbalik maka hasil penyetelan saat pengapian akan berubah saat dilakukan
penyetelan sudut dweel. Perubahan hasil penyetelan saat pengapian tersebut
disebabkan saat dilakukan penyetelan sudut dweel akan merubah celah kontak
pemutus arus, celah kontak pemutus arus berubah maka waktu pembukaan
kontak jadi berubah. Celah kontak membesar berarti kontak lebih cepat membuka
maka saat pengapian menjadi lebih maju dan sebaliknya.

32
b. Menyetel saat pengapian tanpa timing light
Penyetelan saat pengapian tanpa timing tester dapat dilakukan, namun akurasi
hasil sangat tergantung dari keterampilan mekanik.
Langkah penyetelan adalah sebagai berikut:
1) Putar poros engkol sampai tepat tanda pengapian, misal saat pengapian 8
sebelum TMA, maka kita tepat engkol pada posisi tersebut.
2) Buka tutup distributor
3) Kendorkan baut pengikat distributor dengan kunci 12 mm
4) Putar kunci kontak ke arah ON,
5) Amati kontak platina, bila kontak platina menutup putar rumah distributor
berlawanan dengan arah putaran rotor sampai platina mulai membuka
sebagai indicator mulai membuka adalah adanya percikan api pada kontak
platina. Sebaliknya bila saat itu kontak platina telah membuka maka putar
rumah distributor searah putaran rotor sampai platina menutup dan putar
balik sehingga platina mulai membuka.
6) Kencangkan kembali baut pengikat distributor.

Gambar 51 Menyetel saat pengapian tanpa timing light

7) Rakit kembali tutup distributor dan kabel tegangan tinggi. Perhatikan


lokasi nok pada rumah distributor agar tutup distributor dapat terpasang
dengan baik. Kabel tegangan tinggi busi harus terpasang dengan urutan
yang benar seperti sebelum dibongkar. Kesalahan memasang akan

33
menyebabkan mesin sulit hidup, mesin pincang dan terjadi ledakan di
karburator.

D. Rangkuman
Distributor berfungsi membagikan (mendistribusikan) arus tegangan
tinggi yang dihasilkan (dibangkitkan) oleh kumparan sekunder pada ignation
coil ke busi pada tiap-tiap selinder sesuai dengan urutan pengapian
Rangkaian Primer
Rangkaian primer merupakan jalur untuk arus tegangan rendah dari
baterai. Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet
Rangkaian Sekunder
Rangkaian sekunder merupakan jalur untuk arus tegangan tinggi yang
ditingkatkan oleh coil. Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —-> Rotor
—-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati
tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi
dan menimbulkan percikan bunga api
Kondensor mencegah percikan bunga api pada kontak poin pada saat
kontak poin tersebut mulai membuka. Arus yang berlebihan mengalir ke
dalam kondensor pada saat kontak point terpisah.
Sudut Dwell adalah besarnya sudut putaran bubungan distributor saat
kontak poin menutup. Besarnya sudut dwell dapat ditentukan dengan rumus:
Sudut Dwell = 60 % x 360/n
n = jumlah selinder

34
Sudut dwell yang terlalu besar, Kontak poin menutup lebih cepat dan
dapat mempengaruhi kerja coil pengapian. Yang menyebabkan pembakaran
yang jelek dan kontak poin terbakar karena percikan yang berlebihan. Celah
kontak point yang besar atau sudut dwell yang kecil, menyebabkan kontak
poin menutup lambat dan membuka lebih cepat, coil tidak punya waktu untuk
memperoleh kejenuhan medan magnet dengan demikian menimbulkan
pembakaran yang jelek.
Mekanisme sentrifugal advancer berfungsi untuk memajukan saat
pengapian sesuai dengan pertambahan putaran mesin. Mekanisme Vacuum
advancer berfungsi memajukan saat pengapian pada saat beban mesin
bertambah atau berkurang.
Busi mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan
bunga api melalui elektroda. Nilai panas busi adalah kemampuan
meradiasikan sejumlah panas oleh busi. Nilai panas busi dapat ditentukan
dengan nomor yang ada pada busi, semakin tinggi angka atau nomor suatu
busi maka semakin tinggi nilai panas busi.

E. Latihan Soal
1.Jelaskan fungsi dari sistem pengapian pada kendaraan?
2.Gambarkan rangkaian sistem pengapian konvensional?
3.Sebutkan fungsi dan komponen sistem pengapian berikut:
a. c.

b d.

4.Jelaskan Cara kerja sistem pengapian konvensional?


5.Bagaimana pengaruh waktu pengapian yang tidak tepat?

35
Jawaban:
1.Fungsi sistem Pengapian adalah menyediakan percikan bunga api
bertegangan tinggi pada busi untuk membakar campuran udara/bahan
bakar di dalam ruang bakar engine
2.Gambar sistem pengapian konvensional

3.Fungsi komponen pengapian:


a. Baterai sebagai sumber arus menyediakan arus listrik tegangan
rendah ignition coil
b. Ignition coilmenaikan tegangan yang berasal dari baterai 12 volt
menjadi 20.000-30.000 volt tegangan tinggi yang diperlukan untuk
pengapian
c. Distributor membagikan (mendistribusikan) arus tegangan tinggi
yang dihasilkan (dibangkitkan) oleh kumparan sekunder pada ignation
coil ke busi pada tiap-tiap selinder sesuai dengan urutan pangapian
d. Busi mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan
bunga api melalui elektroda
4.Cara kerja coil pengapian
a. Cara kerja saat kunci kontak ON, breaker point menutup
Arus dari baterai mengalir melalui kunci kontak menuju primary coil
lanjut ke platina kemudian ke massa. Arus yang masuk ke primary
coil mengakibatkan terjadi kemagnetan pada inti coil
b. Cara kerja pengapian ketika breaker point membuka
Ketika terjadi putaran engine menyebabkan breaker point membuka
sehingga arus pada primmary coil menghilang menyebabkan

36
perubahan medan magnet pada inti coil terjadilah induksi diri
sehingga terjadi tegangan tinggi pada secondary coil dari 12 Volt dari
baterai menjadi 20.000-30.000 Volt mengalir pada kabel tegangan
tinggi ke distributor dan kemudian ke busi-busi sesuai urutan
pengapian
5. Pengaruh pengapian tidak tepat
Akibat saat pengapian yang terlalu mundur yaitu tekanan pembakaran
yang dihasilkan akan terjadi jauh sesudah TMA sehingga daya mesin yang
dihasilkan tidak optimal dan pemakaian bahan bakar yang lebih boros.
Waktu pengapian terlalu maju menyebabkan terjadinya knocking atau
detonasi sehingga akan menyebabkan mesin bergetar, daya motor tidak
optimal, mesin menjadi panas dan akan menyebabkan kerusakan pada
komponen-komponen pada mesin, misalnya piston, batang piston,
bantalan dan lain-lain

37
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. New Step 1 Training Manual. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor

Sitanggang, Rinson. 2013. Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan 1.


Jakarta: Kementrian Pendidikndan Kebudayaan Republik Indonesia (E-
book K13)

Hidayat, Abdurahman. Bambang Sujatmiko, dan Kosim. 2005. Perbaikan Sistem


Pengapian. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

38

Anda mungkin juga menyukai