Anda di halaman 1dari 10

Jurnal KESMAS, Vol. 8, No.

6, Oktober 2019 335

ANALISIS PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DI PUSKESMAS BITUNG


BARAT KOTA BITUNG
Gabriella Windy Najoan*, Ardiansa A.T. Tucunan*, Febi K. Kolibu*

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Pengelolaan sediaan farmasi di Puskesmas meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan, serta pemantauan dan evaluasi. Tujuan dari penelitian ini secara umum untuk
mengetahui mekanisme pengelolaan sediaan farmasi di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Informasi dikumpulkan
dari 5 orang informan yang terlibat dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi di Puskesmas dengan
menggunakan metode Triangulasi. Instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, alat
perekam suara, dan alat tulis menulis. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data
sekunder yaitu dokumen-dokumen yang diperlukan dan data primer yang dilakukan dengan
wawancara langsung dengan informan yakni wawancara mendalam. Perencanaan dan
permintaan sediaan farmasi dilakukan berdasarkan laporan yang telah dibuat setiap bulannya,
penerimaan sediaan farmasi dilihat dari kuantitasnya tidak selalu diterima sesuai dengan
permintaan Puskesmas ke gudang farmasi Dinas Kesehatan, dalam penyimpanan sediaan farmasi
dilakukan dengan menggunakan sistem FEFO, pendistribusian dilakukan oleh Puskesmas ke
jaringan-jaringan dan ke sub-sub unit yang ada, pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi
belum pernah dilaksanakan di Puskesmas, pengendalian dilakukan sesuai dengan pedoman,
pencatatan dan pelaporan juga dilakukan dengan baik di Puskesmas sesuai dengan pedoman,
pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh Puskesmas dan juga dari Dinas Kesehatan yaitu pada
kegiatan monev. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu didapatkan bahwa Pengelolaan Sediaan
Farmasi di Puskesmas Bitung Barat sudah dilakukan dengan baik namun memang sumber daya
manusia di bagian kefarmasian Puskesmas masih kurang dan hal tersebut sering membuat tenaga
yang ada kewalahan dalam proses pengelolaan tersebut.

Kata Kunci: Pengelolaan, Sediaan Farmasi, Puskesmas

ABSTRACT
Management of pharmaceutical preparations at the health center includes planning, demand,
receiving, storing, distributing, destroying, withdrawing, controlling, recording, reporting,
monitoring, and evaluation. The purpose of this research is to determine the mechanism of
management of pharmaceutical preparations in the West Bitung Health Center in the City of
Bitung. The research method used in this research is qualitative. Information was collected from
five informants who were involved in the Management of Pharmaceutical Preparations at the
health center by using a triangulation method. The instruments in this research are interview
guides, voice recording devices, and stationery. The Data collection was carried out by collecting
secondary data in the form of the required documents and primary data conducted by direct in-
depth interviews with the informants. The planning and demand for pharmaceutical preparations
is carried out based on the LPLPO that has been made every month. Reception of pharmaceutical
preparations in terms of quantity is not always accepted in accordance with the request of the
health centre to the pharmacy warehouse of the Health Department. Storage of pharmaceutical
preparations is carried out using the FEFO system. The distribution is done by health center to the
networks and to the sub-units whose exist. Destroying and withdrawing of pharmaceutical
preparations not yet has been carried out at the health centre. The control was carried out
according to the guidelines. Recording and reporting is also done well at the health centre
according to the guidelines and also monitoring and evaluation is carried out well by the health
centre andfrom the Health Department in the monitoring and evaluation activity. The results
obtained are the Management of Pharmaceutical Preparations in West Bitung Health Center has
been done well, but the human resources in the pharmacy department are still lacking and this
often makes the existing personnel overwhelmed in the management process.

Keywords: Management, Pharmaceutical Supply, Health Center


Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 336

PENDAHULUAN penanggung jawab gudang obat


Pelayanan kesehatan merupakan salah Puskesmas Bitung Barat bahwa selama
satu upaya yang dapat dilaksanakan ini memang belum pernah terjadi
sendiri ataupun secara bersamaan dalam kekosongan obat di puskesmas tersebut.
suatu organisasi yang bertujuan untuk Puskesmas Bitung Barat yang
memelihara dan meningkatkan memiliki wilayah kerja yang sangat luas
kesehatan perseorangan, keluarga, dan dengan banyaknya kunjungan pasien
masyarakat (Azwar, 2010). harus melakukan pengelolaan sediaan
Pelayanan Kefarmasian merupakan farmasi yang tepat sesuai dengan
kegiatan yang terpadu dengan tujuan kunjungan dan kebutuhan pasien untuk
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menunjang pelayanan kesehatan yang
menyelesaikan masalah obat dan baik di puskesmas tersebut sesuai
masalah yang berhubungan dengan dengan Peraturan Menteri Kesehatan
kesehatan (Permenkes RI, 2016). No. 74 Tahun 2016 bahwa salah satu
Puskesmas Bitung Barat merupakan tujuan Pengaturan Standar Pelayanan
salah satu puskesmas yang terakreditasi Kefarmasian di Puskesmas yaitu
dan memiliki wilayah kerja yang luas melindungi pasien dan masyarakat dari
yang harus memberikan pelayanan yang penggunaan Obat yang tidak rasional
memuaskan bagi pasien. Dari hasil dalam rangka keselamatan pasien.
observasi dan pengambilan data awal Karena dengan melakukan pengelolaan
yang dilakukan oleh peneliti, Puskesmas yang baik dan dengan sumber daya
Bitung Barat melakukan penyediaan 354 manusia yang cukup dan berkualitas
jenis obat untuk pasien umum dan 157 maka dapat memberikan pelayanan
jenis obat untuk pasien JKN (Jaminan farmasi yang baik bagi pasien. Dari
Kesehatan Nasional) di sepanjang tahun uraian latar belakang, penulis tertarik
2018 dengan bervariasinya kuantitas di untuk menganalisis Pengelolaan Sediaan
setiap jenis obat yang disediakan. Dari Farmasi di Puskesmas Bitung Barat
hasil wawancara singkat dengan kepala Kota Bitung.
puskesmas Bitung Barat pada saat
pengambilan data awal bahwa diantara METODE
banyaknya tenaga kesehatan yang ada di Jenis penelitian yang digunakan adalah
puskesmas tersebut hanya terdapat 1 penelitian kualitatif yang bertujuan
tenaga apoteker dan bukan merupakan untuk mengidentifikasi mekanisme
penanggung jawab gudang obat, dan pengelolaan sediaan farmasi di
dari wawancara singkat dengan Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung.
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 337

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas langsung dan telaah dokumen yang


Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota dilakukan bahwa sebenarnya mereka
Bitung dan dilaksanakan pada bulan Juni sudah melakukan perencanaan sesuai
2019 s/d Agustus 2019. Informan dalam dengan aturan kefarmasian hanya
penelitian ini yaitu Kepala Puskesmas mungkin tidak mengetahui bahwa
Bitung Barat, Penanggung Jawab perencanaan yang dilakukan sudah
Gudang Obat Puskesmas Bitung Barat, merujuk pada ketiga tujuan tersebut.
Penanggung Jawab Apotek Puskesmas Puskesmas Bitung Barat dalam
Bitung Barat, Pelaksana Instalasi melakukan proses perencanaan
Farmasi Puskesmas Bitung Barat, dan kebutuhan sediaan farmasi memberikan
Kasubag Informasi, Data, dan Humas tanggung jawab penuh kepada petugas
Dinas Kesehatan Kota Bitung. kesehatan di Instalasi Farmasi dalam
melakukan proses perencanaan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi
Perencanaan Sediaan Farmasi dilakukan berdasarkan LPLPO yang
Perencanaan merupakan suatu kegiatan telah dibuat.
yang dilakukan untuk menyusun daftar Metode yang biasa digunakan dalam
kebutuhan sediaan farmasi yang perhitungan kebutuhan obat yaitu
berkaitan dengan suatu pedoman atas metode konsumsi dan morbiditas.
dasar konsep kegiatan yang sistematis (Oschar dan Jauhar, 2016)
dengan urutan yang logis dalam rangka Puskesmas Bitung Barat melakukan
mencapai sasaran atau tujuan yang telah perencanaan kebutuhan obat dengan
ditetapkan. (Oschar dan Jauhar, 2016). menggunakan metode konsumsi yaitu
Perencanaan kebutuhan sediaan melihat berapa banyak konsumen
farmasi yang dilakukan oleh Puskesmas menggunakan obat tersebut tetapi juga
Bitung Barat yaitu dengan menggunakan metode morbiditas yaitu
memperkirakan kebutuhan dan dengan melihat berapa banyak
mempertimbangkan penggunaan sediaan kunjungan pasien dan
farmasi sebelumnya, berdasarkan mempertimbangkan kejadian penyakit
wawancara mendalam (indeph yang umum terjadi. Berbeda halnya
interview) perencanaan hanya dilakukan dengan penelitian yang dilakukan di
untuk memenuhi salah satu tujuan Puskesmas Bitung Barat, penelitian yang
perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dilakukan oleh Kobandaha, dkk (2016)
dalam Permenkes No. 74 Tahun 2016 mengenai perencanaan kebutuhan obat
namun berdasarkan hasil observasi bahwa tidak ada perencanaan khusus,
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 338

hanya sesuai dengan perkiraan apabila Kota Bitung.


obat habis, petugas langsung meminta di Hasil penelitian yang dilakukan di
Gudang Obat Dinas Kesehatan Kota Puskesmas Bitung Barat tentang sediaan
Manado. farmasi mengenai proses permintaan
yang dilakukan ke Dinas Kesehatan
Permintaan Sediaan Farmasi Kota mempunyai kesamaan dengan hasil
Hasil wawancara mendalam, observasi penelitian mengenai proses permintaan
langsung, dan studi dokumen didapatkan obat yang dilakukan di Puskesmas
bahwa Puskesmas Bitung Barat dalam Danowudu Kota Bitung.
melakukan proses permintaan sediaan
farmasi dilakukan oleh kepala gudang Penerimaan Sediaan Farmasi
obat berdasarkan Laporan Pemakaian Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan
dengan memperhatikan jumlah sediaan dalam menerima Sediaan Farmasi dan
farmasi yang akan diadakan dengan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi
melihat jumlah kebutuhan dan Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil
pemakaian obat pada bulan sebelumnya, pengadaan Puskesmas secara mandiri
tetapi juga memperhatikan jumlah jenis sesuai dengan permintaan yang telah
penyakit yang menjadi prioritas atau diajukan (Permenkes RI, 2016).
terbanyak selanjutnya diajukan kepada Hasil wawancara mendalam dan
gudang farmasi Dinas Kesehatan Kota observasi langsung didapatkan bahwa
Bitung. Puskesmas Bitung Barat melakukan
Penelitian yang dilakukan oleh proses penerimaan berdasarkan
Mailoor, dkk (2017) didapatkan bahwa permintaan yang telah diajukan ke Dinas
proses permintaan obat di Puskesmas Kesehatan Kota, kemudian diterima di
Danowudu dilakukan oleh kepala gudang obat Puskesmas dan dilakukan
gudang obat. Prosedur permintaan obat pemeriksaan terhadap jumlah dan jenis
yang ada di Puskesmas Danowudu sediaan farmasi, bentuk yang
dilakukan dengan menyusun disesuaikan dengan LPLPO, tetapi juga
perencanaan kebutuhan obat melalui dilihat tanggal kadaluwarsa dan syarat-
LPLPO dengan memperhatikan jumlah syarat penyimpanan obat tersebut.
resep yang ada, jumlah kebutuhan obat Dalam proses penerimaan sediaan
pada bulan sebelumnya, serta jumlah farmasi tersebut memang tidak selalu
penyakit terbanyak kemudian diajukan diterima sesuai dengan kuantitas sediaan
ke gudang farmasi Dinas Kesehatan farmasi yang diajukan oleh Puskesmas,
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 339

hal tersebut disebabkan karena injeksi, narkotika disimpan pada lemari


banyaknya permintaan dari puskesmas- penyimpanan narkotika dan obat-obat
puskesmas yang ada di Kota Bitung dan tersebut disusun menggunakan sistem
kurangnya ketersediaan kuantitas alphabet atau berdasarkan abjad. Hal
sediaan farmasi di Gudang Farmasi tersebut juga didukung oleh pernyataan
Dinas Kesehatan Kota. Petugas dari I1 dan I2 mengenai tempat
kesehatan di instalasi farmasi sangat penyimpanan sediaan farmasi di
berperan penting dan diberi tanggung Puskesmas Bitung Barat dan didukung
jawab oleh kepala puskesmas untuk juga dengan observasi yang dilakukan
melakukan proses penerimaan sediaan oleh peneliti.
farmasi. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh
Muthahara, dkk (2018) di Puskesmas Muthahara, dkk (2018) di Puskesmas
Kamonji Kecamatan Palu Barat Kamonji Kecamatan Palu Barat juga
didapatkan bahwa penerimaan dan memiliki hasil yang sama dengan hasil
pemeriksaan obat yang dilakukan di penelitian proses penyimpanan obat di
Puskesmas dilaksanakan oleh petugas Puskesmas Bitung Barat yaitu
pengelolaan obat. Pengelolaan obat di penyimpanan obat di Puskesmas
Puskesmas Kamonji menunjukkan Kamonji sudah sesuai dengan standar
bahwa setelah petugas menerima obat yang telah ditetapkan.
dari gudang farmasi, dilakukan Hasil wawancara dan observasi
pengecekan kembali apakah obat sudah langsung di gudang obat atau tempat
sesuai dengan jenis dan jumlah yang penyimpanan obat di Puskesmas Bitung
diminta dalam LPLPO. Barat didapatkan bahwa Puskesmas
menerapkan sistem FIFO dan FEFO
Penyimpanan Sediaan Farmasi akan tetapi Puskesmas Bitung Barat
Hasil wawancara mendalam, observasi lebih banyak menerapkan sistem FEFO
langsung serta studi dokumen yang dalam proses penyimpanan sediaan
dilakukan di Puskesmas Bitung Barat farmasi.
didapatkan bahwa Puskesmas sudah Hasil penelitian yang dilakukan
melakukan penyimpanan sesuai dengan mengenai sistem penyimpanan sediaan
standar yang ada. Hasil dari wawancara farmasi di Puskesmas Bitung Barat
mendalam dengan I3 bahwa obat-obat mempunyai kesamaan dengan hasil
disimpan dalam rak yang berbeda, kalau penelitian yang dilakukan oleh
tablet disimpan pada lemari, obat injeksi Hiborang, dkk (2016) di Puskesmas
disimpan pada penyimpanan obat Paniki Bawah Kota Manado yaitu
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 340

menggunakan sitem FEFO. Hasil masukkan ke gudang obat Puskesmas


penelitian tersebut jika dibandingkan Bitung Barat.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh
Khoirurriza, dkk (2017) mengenai Muthahara, dkk (2018) mengenai
sistem penyimpanan obat didapatkan pendistribusian obat didapatkan bahwa
bahwa Puskesmas Teling Atas sudah pendistribusian obat sudah dilakukan
menerapkan sistem FIFO dan FEFO. sesuai prosedur, namun terjadinya
kekosongan obat di Puskesmas Kamonji
Pendistribusian Sediaan Farmasi bukan karena proses pengelolaan obat
Distribusi merupakan suatu rangkaian yang tidak sesuai dengan prosedur tetapi
kegiatan dalam melakukan pengeluaran karena obat yang diminta tidak sesuai
dan pengiriman obat-obat yang bermutu, dengan yang diterima dari Dinas
terjamin keabsahan serta tepat jenis dan Kesehatan. Jika dibandingkan dengan
jumlah dari gudang obat secara merata hasil wawancara dan observasi langsung
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan di Puskesmas Bitung Barat, didapatkan
unit-unit pelayanan kesehatan (Tim bahwa memang pihak Dinas Kesehatan
MGPM Pati, 2015). tidak selalu dapat memberikan
Pendistribusian sediaan farmasi yang kebutuhan obat sesuai dengan
dilakukan oleh Puskesmas Bitung Barat permintaan LPLPO dari Puskesmas
terbagi 2 yaitu didistribusikan ke sub dikarenakan ketersediaan obat terbatas
unit dan ke jaringan Puskesmas. dan dengan banyaknya puskesmas yang
Pendistribusian yang dilakukan untuk ada, oleh karena itu Puskesmas Bitung
sub unit pelayanan kesehatan yaitu Barat selalu mengantisipasi kekosongan
ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain obat dengan membeli kebutuhan obat ke
dilakukan atas permintaan dari sub-sub instansi lain misalnya yang pernah
unit tersebut dengan melakukan anfrak dilakukan yaitu membeli ke Rumah
kebutuhan obat ke apotek Puskesmas Sakit Budimulia Bitung, agar supaya
Bitung Barat sesuai dengan yang selain terhindar dari kekosongan obat,
dibutuhkan, sedangkan pendistribusian Puskesmas juga dapat melakukan
yang dilakukan untuk jaringan pendistribusian ke sub-sub unit
Puskesmas yaitu Pustu, Polindes, pelayanan kesehatan dan jaringan yang
Pusling, dll, dilakukan atas permintaan ada di Puskesmas Bitung Barat.
dari jaringan-jaringan pelayanan
kesehatan tersebut berdasarkan laporan
permintaan obat LPLPO yang mereka
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 341

Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Pengendalian Sediaan Farmasi


Farmasi Hasil dari wawancara mendalam,
Hasil dari wawancara dan observasi observasi langsung serta studi dokumen
langsung didapatkan bahwa di yang dilakukan di Puskesmas Bitung
Puskesmas Bitung Barat belum pernah Barat, pengendalian yang dilakukan oleh
dilakukan pemusnahan dan penarikan puskesmas yaitu dilakukan oleh tenaga
sediaan farmasi, dan berdasarkan kesehatan di bidang kefarmasian baik
wawancara yang dilakukan dengan I3 kepala gudang obat maupun penanggung
bahwa jika nanti didapati ada sediaan jawab apotek (apoteker). Hal tersebut
farmasi yang harus dimusnahkan atau juga diperkuat dengan pernyataan
ditarik pasti pihak Dinas Kesehatan yang informan I1 yang menyatakan bahwa
akan turun tangan langsung dalam pengendalian sediaan farmasi di
menangani hal tersebut. Puskesmas Bitung Barat dilaksanakan
Hasil penelitian ini sama halnya oleh tenaga kefarmasian. Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan halnya dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mailoor, dkk (2017) di Puskesmas oleh Mailoor, dkk (2017) yang
Danowudu Kota Bitung bahwa dilakukan di Puskesmas Danowudu,
puskesmas tidak pernah melakukan pengendalian persediaan obat di
pemusnahan atau bisa dikatakan tidak Puskesmas Danowudu dilakukan oleh
dapat melakukan pemusnahan dengan kepala gudang obat di puskesmas, dari
sendirinya karena jika puskesmas ingin hasil penelitian yang dilakukan,
melakukan pemusnahan itu harus sesuai informan menjawab pengendalian
dengan prosedur. Menurut Permenkes, tergantung pada stok obat yang
pemusnahan obat yang tidak dapat dibutuhkan. Hal tersebut dapat dilihat
dipakai harus dilaksanakan dengan cara tidak ada strategi yang baik dalam
yang sesuai dengan ketentuan peraturan pengendalian persediaan obat, kepala
perundang-undangan. Pemusnahan obat gudang hanya melebih-lebihkan
dilakukan bila: produk tidak memenuhi permintaan obat dalam melakukan
persyaratan mutu, telah kadaluwarsa, permintaan obat yang diajukan kepada
tidak memenuhi syarat untuk Dinas Kesehatan agar obat tetap tersedia
dipergunakan dalam pelayanan di Puskesmas.
kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan.
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 342

Pencatatan dan Pelaporan Sediaan setiap proses pengelolaan obat di


Farmasi puskesmas yaitu pencatatan dan
Hasil dari wawancara mendalam, pelaporan berupa arsip-arsip/buku
observasi langsung serta studi dokumen catatan yang digunakan dalam proses
didapatkan bahwa Puskesmas Bitung pengelolaan obat kemudian dilaporkan
Barat melakukan pencatatan dan kepada pemegang program di
pelaporan lewat pencatatan stok obat, Puskesmas Kamonji dan semua kegiatan
pencatatan masuk dan keluarnya obat, asisten apoteker mulai dari pencatatan
dan laporan pemakaian dan lembar buku harian obat, dilaporkan kepada
permintaan obat (LPLPO) yang dicatat kepala penanggung jawab apoteker.
setiap hari dan setiap bulan untuk (kurangi)
dilaporan dalam bentuk LPLPO, hal Dari hasil penelitian yang dilakukan
tersebut nantinya diperuntukkan dalam oleh Mailoor, dkk (2017) mengatakan
kelengkapan administrasi Puskesmas bahwa pencatatan dan pelaporan di
dan merupakan bukti bahwa pengelolaan Puskesmas sudah terlaksana dengan baik
sediaan farmasi telah dilakukan oleh sesuai dengan Permenkes. Pencatatan
Puskesmas, sebagai sumber data dalam dan pelaporan dibuat setiap bulannya
melakukan pengaturan dan oleh kepala gudang obat di Puskesmas
pengendalian, tetapi juga sebagai dan kepala gudang yang bertanggung
sumber data untuk melakukan jawab agar supaya dapat terlaksananya
pembuatan laporan, dan sebagai acuan pencatatan dan pelaporan obat yang
dalam melakukan evaluasi penggunaan tertib dan lengkap di Puskesmas
sediaan farmasi di Puskesmas yang Danowudu.
nantinya dipergunakan dalam
perencanaan pada bulan berikutnya. Pemantauan dan Evaluasi Sediaan
Hasil penelitian yang dilakukan Farmasi
didapatkan bahwa pencatatan dan Hasil dari wawancara mendalam yang
pelaporan yang dilakukan oleh dilakukan di Puskesmas Bitung Barat,
Puskesmas Bitung Barat sudah didapatkan pernyataan dari beberapa
terlaksana dengan baik sesuai dengan informan yang ada di Puskesmas bahwa
Permenkes. Penelitian tersebut sama pemantauan atau penilaian terhadap
halnya dengan hasil penelitian yang pengelolaan sediaan farmasi yang
dilakukan oleh Muthahara, dkk (2018) dilakukan oleh Puskesmas dinilai oleh
yang dilakukan di Puskesmas Kamonji Kepala Puskesmas, sedangkan
bahwa kegiatan yang di lakukan pada pernyataan dari Kepala Puskesmas
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 343

mengenai pemantauan dan evaluasi Puskesmas belum sesuai dengan


yaitu ada yang dilakukan interen dari permintaan yang diajukan ke Dinas
Puskesmas dan ada yang langsung Kesehatan, hal tersebut disebabkan
dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Hal karena kurangnya kuantitas dari
tersebut juga diperkuat dengan adanya sediaan farmasi yang tersedia di
pernyataan dari pihak Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bitung.
Kota Bitung yang mengatakan bahwa 4. Penyimpanan sediaan farmasi yang
mereka melakukan pemantauan dan dilakukan oleh Puskesmas sudah
evaluasi mengenai pengelolaan sediaan sesuai dengan Permenkes No. 74
farmasi di puskesmas-puskesmas yang Tahun 2016.
ada di Kota Bitung lewat kegiatan 5. Pendistribusian sediaan farmasi yang
monev. dilakukan oleh Puskesmas sudah
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan aturan kefarmasian.
studi dokumen yang dilakukan di 6. Puskesmas Bitung Barat belum
Puskesmas Bitung Barat didapatkan pernah melakukan proses
bahwa Puskesmas melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan
pemantauan dan evaluasi menggunakan farmasi.
kartu stok, buku catatan pengeluaran 7. Pengendalian sediaan farmasi yang
obat, buku catatan mutasi obat, dan dilakukan oleh Puskesmas sudah
didapati bahwa dokumen-dokumen sesuai dan terkendali.
tersebut tersedia dan lengkap. 8. Pencatatan dan pelaporan yang
dilakukan oleh Puskesmas sudah
KESIMPULAN sesuai dengan aturan kefarmasian.
1. Perencanaan sediaan farmasi yang 9. Pemantauan dan evaluasi yang
dilakukan oleh Puskesmas Bitung dilakukan oleh Puskesmas sudah
Barat sudah sesuai dengan berjalan dengan baik dan dilakukan
Permenkes No. 74 Tahun 2016. oleh tenaga kefarmasian, kepala
2. Permintaan kebutuhan sediaan puskesmas dan oleh pihak Dinas
farmasi yang dilakukan oleh Kesehatan.
Puskesmas sudah sesuai dengan
kebutuhan dan dilakukan dengan DAFTAR PUSTAKA
memasukkan laporan permintaan ke Azwar, A. 2010. Pengantar
Dinas Kesehatan dalam bentuk Administrasi Kesehatan. Edisi
Ketiga. Tangerang Selatan:
LPLPO. Binarupa Aksara Publisher.
3. Penerimaan sediaan farmasi di
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 344

Hiborang, S. S., Maramis, F. R., & Kamonji Kecamatan Palu Barat.


Kandou, G. D. (2016). Gambaran Jurnal Kolaboratif Sains, 1(1).
Pelaksanaan Pengelolaan Obat Di https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/in
Puskesmas Paniki Bawah Kota dex.php/jom/article/viewFile/411/
Manado Tahun 2016. ikmas, 1(3). 298 (diakses pada 14 Juli 2019
http://ejournalhealth.com/index.ph pukul 18:30 wita)
p/ikmas/article/view/70. (diakses
pada 28 Juli 2019 pukul 19:00 Oschar, L., Mohammad J. 2016. Dasar-
wita) Dasar Manajemen Farmasi.
Country of Manufacture
Khoirurrizza, M., Mandagi, C. K., & Indonesia: Prestasi Puskakarya.
Kolibu, F. K. (2019). Analisis
Proses Penyimpanan Obat Di Permenkes RI. 2016. Peraturan Menteri
Puskesmas Teling Atas Kesehatan RI. No. 74 Tentang
Kecamatan Wanea Kota Manado. Standar Pelayanan
KESMAS, 6(4). Kefarmasian di Puskesmas.
https://ejournalhealth.com/index.p Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
hp/kesmas/article/download/514/5 Permenkes RI. 2014. Peraturan Menteri
02 (diakses pada 14 Juli 2019 Kesehatan RI. No. 75 Tentang
pukul 18:00 wita) Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kobandaha, F., Kolibu F. K., & Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Tucunan, A. A. T. (2017). Tim MGPM Pati, 2015. Administrasi
Analisis Manajemen Pengelolaan Farmasi Jilid 3. Yogyakarta:
Obat Di Puskesmas Wenang Kota Deepublish (Grup Penerbitan CV
Manado. Budi Utama).
http://medkesfkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2017/01/Fikri-
Kobandaha.pdf. (diakses pada 28
Juli 2019 pukul 19:30 wita)
Mailoor, R. J., Maramis, F. R., &
Mandagi, C. K. (2017). Analisis
Pengelolaan Obat Di Puskesmas
Danowudu Kota Bitung. Kesmas,
6(3).
file:///C:/Users/user/Downloads/4
59-898-1-SM.pdf. (diakses pada
12 April 2019 pukul 14:00 wita)
Mamahit, D. I., Rumayar, A. A., &
Kawatu, P. A. (2017). Analisis
Proses Penyimpanan Obat Di
Puskesmas Pingkan Tenga
Kecamatan Tenga. Media
Kesehatan, 9(3).
http://ejournalhealth.com/index.ph
p/medkes/article/view/319
(diakses pada 12 Juli 2019 pukul
10:00 wita)
Muthahara, M., Sakung, J., & Andri, M.
(2018). Analisis Sistem
Pengelolaan Obat Di Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai