Anda di halaman 1dari 161

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT,


karena dengan karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
Naskah Akademik Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh Kabupaten Indramayu.
Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Daerah Kabupaten
Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh diharapkan dapat
memberikan masukan dalam rangka pengaturan di bidang perumahan
dan permukiman daerah melalui Peraturan Daerah Kabupaten
Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh dan bertujuan agar
peraturan daerah yang dihasilkan nanti akan sesuai dengan kehidupan
masyarakat serta Peraturan Daerah yang dihasilkan tidak menimbulkan
masalah di kemudian hari.
Akhir kata, kami harapkan isi dari Naskah Akademik Peraturan
Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh ini
dapat memberikan masukan yang berharga bagi Rencana Pemerintah
Daerah dalam rangka Penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten
Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.

Indramayu, 2021
Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR .................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1


A. LATAR BELAKANG ........................................... 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH .................................. 4
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN
PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
INDRAMAYU TENTANG PENCEGAHAN DAN 4
PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP
PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN
KUMUH KUMUH ..............................................
D. URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN 7
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH
DAN PERMUKIMAN KUMUH ............................
E. METODE PENELITIAN ...................................... 8

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ................ 11


A. UMUM ............................................................. 11
B. KAJIAN TEORITIS ............................................. 11
1. Pendahuluan 11
2. Pengertian Perumahan dan Permukiman 13
3. Kawasan Kumuh 15
4. Faktor-Faktor yang menyebabkan

ii
Perumahan Kumuh dan Permukiman 18
Kumuh
5. Karakteristik dan Tipologi Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh 19
6. Masalah Yang Muncul Akibat Permukiman
Kumuh 21
C. KAJIAN TERHADAP ASAS ATAU PRINSIP
YANG TERKAIT DENGAN PENYUSUNAN 23
NORMA ............................................................
1. Asas dan Norma Pembentukan Peraturan Daerah tentang Pencegahan
Dan 23
Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman
Kumuh ........................................................
a. Asas Hukum ............................................ 25
b. Norma Hukum ......................................... 26
2. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan ................................................... 30
3. Asas Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan ................................................... 32
4. Asas-asas dalam Pencegahan Dan 35
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
Dan Permukiman
Kumuh
D. KAJIAN IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM 36
BARU ................................................................

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN TERKAIT DENGAN
PENANGANAN KAWASAN KUMUH ........................... 39
A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH .................. 39
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERUMAHAN
DAN KAWASAN
PERMUKIMAN ................................................. 44

iii
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman ........ 44
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Perubahan
Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang 54
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman ................................................
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Terhadap 61
Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh ........................................................
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
BIDANG PENATAAN RUANG ............................ 63
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang Sebagaima
Diubah Dengan Undang-Undang 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja ............................. 63
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2020 tentang Penyelenggaraan Penataan 68
Ruang
D. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja ........................................... 70

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN 75


YURIDIS ....................................................................
A. LANDASAN FILOSOFIS ..................................... 75
B. LANDASAN SOSIOLOGIS .................................. 78
C. LANDASAN YURIDIS ......................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 148

iv
v
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan perumahan dan permukiman di suatu daerah tidak
terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik
karena faktor pertumbuhan penduduk itu sendiri maupun karena faktor
perpindahan penduduk. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di suatu
daerah , maka kebutuhan penyediaan akan prasarana dan sarana
permukiman akan meningkat pula, baik melalui peningkatan maupun
pembangunan baru. Selanjutnya pemenuhan akan kebutuhan prasarana
dan sarana permukiman baik dari segi perumahan maupun lingkungan
permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat
disediakan baik oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah, sehingga
kapasitas daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman
yang ada mulai menurun yang pada gilirannya memberikan konstribusi
terjadinya lingkungan perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Kawasan perumahan kumuh dan permukiman kumuh digambarkan
sebagai bagian yang terabaikan dari lingkungan suatu wilayah dimana
kondisi kehidupan dan penghidupan masyarakatnya sangat
memprihatinkan, yang diantaranya ditunjukkan dengan kondisi
lingkungan hunian yang tidak layak huni, tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi, sarana dan prasarana lingkungan yang tidak memenuhi
syarat, tidak tersedianya fasilitas pendidikan, kesehatan maupun sarana
dan prasarana sosial budaya kemasyarakatan yang memadai,
kekumuhan lingkungan permukiman cenderung bersifat paradoks, bagi
masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut, kekumuhan adalah
kenyataan sehari-hari yang tidak mereka masalahkan, sedangkan di
pihak lain yang berkeinginan untuk menanganinya, masalah kumuh
adalah suatu permasalahan yang perlu segera ditanggulangi
penanganannya.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, penanganan perumahan
kumuh dan kawasan permukiman kumuh memperoleh perhatian yang
cukup besar. Di dalam Pasal 94 ayat 3 dijelaskan bahwa Pemerintah
Daerah diwajibkan untuk melaksanakan pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dalam
upaya pencegahan dan peningkatan kualitas, terdapat berbagai substansi
meliputi: pengawasan dan pengendalian serta pemberdayaan masyarakat,
perencanaan, pelaksanaan peningkatan kualitas, serta pengelolaan yang
harus dirumuskan dalam suatu lingkup pengaturan. Sementara dalam
Pasal 98 ayat 3 juga telah dirumuskan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai penetapan lokasi dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan
peraturan daerah.
Penataan kawasan permukiman kumuh juga telah diamanatkan di
dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, di mana dijelaskan bahwa urusan perumahan
rakyat dan kawasan permukiman merupakan Urusan Pemerintahan
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Untuk sub urusan
kawasan permukiman, baik pemerintah maupun pemerintah provinsi dan
pemerintah kota berwenang untuk melakukan penataan dan peningkatan
kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luasan yang berjenjang.
Upaya perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan
juga telah menjadi target Pemerintah. Salah satu cara yang dilakukan
adalah melalui pencanangan target persentase kawasan permukiman
kumuh perkotaan sebesar 0%. Melalui komitmen Pemerintah dan
Pemerintah Daerah maka tujuan yang ingin dicapai adalah memastikan
seluruh daerah bebas kumuh, akan dapat terealisasikan melalui
tahapan-tahapan pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh
yang terukur, efektif, dan tepat sasaran. Hal ini perlu ditunjang oleh
kapasitas Pemerintah Kota dalam memberikan arahan terwujudnya
perumahan dan permukiman yang dapat menjamin keselamatan
masyarakat, kelayakan huni dan kelestarian lingkungan, masih sangat

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
terbatas, sehingga perlu adanya payung hukum yang dapat mengatur
mengenai pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan
permukiman kumuh di daerah.
Dengan adanya amanat perundangan berdasarkan asas
desentralisas serta semangat untuk mewujudkan program nasional, maka
Kabupaten Indramayu perlu segera menerbitkan peraturan daerah
tentang Pencegahan dan peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh yang dapat digunakan sebagai acuan
bersama dalam penanganan permukiman kumuh, sehingga maksud dan
tujuan Pencegahan dan peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Indramayu dapat
terwujud dengan baik. Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan
peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh pada prinsipnya memiliki muatan pengaturan spesifiki yang
terdiri dari aspek pencegahan, peningkatan kualitas melalui pendekatan
pola-pola penanganan, kualitas infrastruktur perumahan dan kawasan
permukiman, serta pengelolaan pasca penanganan, sehingga perlu
menjadi perhatian dalam penyusunan substansinya.
Penetapan rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah
dengan merumuskan rancangan peraturan yang mengacu kepada
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan dengan diawali dengan penyusunan Naskah
Akademik. Naskah Akademik menjadi penting untuk memberikan kajian
terhadap rumusan masalah yang akan diatur. Maksudnya proses
penyusunan peraturan perundang-undangan tidak boleh dilakukan
secara pragmatis dengan langsung menuju pada penyusunan bab per
bab, pasal per pasal termasuk ayat yang ada pada setiap pasal tanpa
kajian yang mendalam.
Atas dasar hal tersebut, berkaitan dengan penyusunan Naskah
Akademik tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh, sebelumnya perlu
mendapat pencermatan yang mendalam dan komprehensif mengenai teori

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
atau pemikiran ilmiah yang berkaitan dengan materi muatan Rancangan
Peraturan Daerah dalam bentuk penyusunan Naskah Akademis, dengan
harapan Pemerintah Daerah mampu menerjemahkan kebijakan
pemerintah yang telah disusun kedalam bentuk peraturan daerah.
Berdasarkan uraian di atas, perlu melakukan kajian dalam bentuk
Naskah Akademik Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
Dan Permukiman Kumuh.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam kajian ini
ada beberapa masalah yang dirumuskan dan dicarikan penyelesaiannya
secara ilmiah terkait dengan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh. Pembatasan
masalah yang akan diteliti yaitu:
a. Bagaimana analisis kondisi eksisting Perumahan kumuh dan
Permukiman kumuh di wilayah Kabupaten Indramayu?
b. Bagaimana kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu
dalam Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN PENYUSUNAN NASKAH


AKADEMIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS
TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
Naskah Akademik sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 1 angka
11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (UU Nomor 12 Tahun 2011) adalah
naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian
lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan
hukum masyarakat.
Peraturan Daerah akan lebih operasional lagi jika dalam
pembentukannya tidak hanya terikat pada asas legalitas sebagaimana
dimaksud dalam UU Nomor 12 Tahun 2011, tetapi perlu pula dilengkapi
dengan hasil penelitian yang mendalam terhadap subjek dan objek
hukum yang hendak diaturnya serta diawali dengan pembentukan
Naskah Akademik terlebih dahulu.
Keberadaan Naskah Akademik memang sangat diperlukan dalam
rangka pembentukan Peraturan Daerah yang bertujuan agar Peraturan
Daerah yang dihasilkan nanti akan sesuai dengan sistem hukum nasional
dan kehidupan masyarakat. Sistem hukum nasional sebagaimana
diamanatkan dalam Penjelasan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 adalah suatu sistem hukum yang berlaku di Indonesia
dengan semua elemennya serta saling menunjang satu dengan yang lain
dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Dengan adanya Naskah Akademik pula, peraturan
perundangundangan yang dihasilkan tidak menimbulkan masalah
(misalnya dimintakan judicial review) di kemudian hari.
Permasalahan yang mengemuka sehubungan dengan pentingnya
Naskah Akademik dalam pembentukan Peraturan Daerah adalah sering
tidak dipergunakannya atau tidak disusunnya Naskah Akademik terlebih
dahulu dalam proses pembentukan sebuah Peraturan Daerah. Akibat
yang ditimbulkan dengan tidak adanya Naskah Akademik dalam proses
pembentukan Peraturan Daerah antara lain Peraturan Daerah tersebut
menjadi tidak tepat guna atau tingkat keberhasilannya tidak seperti yang

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
diharapkan. Hal ini bisa diminimalisir, mengingat dengan adanya Naskah
Akademik yang paling sedikit memuat dasar filosofis, sosiologis, yuridis,
pokok dan lingkup materi yang diatur membuat Peraturan Daerah yang
dihasilkan menjadi lebih tepat guna dengan tingkat keberhasilan seperti
yang diharapkan.
Pada Akhirnya, kegiatan Penyusunan Naskah Akademik ini
dimaksudkan untuk menghasilkan suatu kajian hukum dan hasil
penelitian terkait Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dalam suatu rancangan peraturan
daerah sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat di Kabupaten Indramayu yang selanjutnya dijadikan dasar
sebagai acuan penyusunan Raperda terkait.
Sedangkan yang menjadi tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini
adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman
Kumuh;
2. Melaksanakan amanat dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman terkait Pencegahan
Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh;
3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan
yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh;
4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan dalam Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman
Kumuh.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
D. URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN
INDRAMAYU TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN
KUMUH
Urgensi pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu
tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh, yaitu:
a. adanya rujukan peraturan yang khusus dalam Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh di Kabupaten Indramayu, sehingga dapat
dijamin adanya kepastian hukum;
b. untuk memastikan ruang lingkup kewenangan dan kewajiban
Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dalam Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh;
c. adanya kepastian hukum dalam Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh di
Kabupaten Indramayu yang memenuhi prinsip-prinsip universal
yang merupakan komitmen global Indonesia sebagaimana yang
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang
pemerintahan daerah;
d. adanya aturan yang dapat mengharmonisasikan hubungan antar
sektor yang terkait dengan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh di
Kabupaten Indramayu;
e. adanya kepastian dalam penegakan hukum sehingga tidak terjadi
tumpang tindih atau benturan kewenangan antara instansi satu
dengan instansi lainnya;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
f. adanya jaminan keterlibatan masyarakat dalam Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh Kabupaten Indramayu.

E. METODE PENELITIAN
Naskah Akademik sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 1 angka
11 UU Nomor 12 Tahun 2011 telah diuraikan di atas terkait dengan
penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian
hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan
masalah tersebut dalam Peraturan Daerah sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
Nilai ilmiah suatu pembahasan dan pemecahan masalah terhadap
permasalahan hukum (legal issue) yang diteliti sangat tergantung kepada
cara pendekatan (approach) yang digunakan.1 Jika cara pendekatan tidak
tepat, maka bobot penelitian tidak akurat dan kebenarannya pun dapat
digugurkan.
Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga digunakan metode
penyusunan Naskah Akademik yang berbasiskan metode penelitian
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011.
Permasalahan pengelolaan perumahan dan permukiman
merupakan suatu sistem dinamika yang multikompleks, maka
pertimbangan berbagai aspek secara ilmiah perlu dipertemukan melalui
pendekatan lintas sektoral dan pendekatan multidisipliner dan

1 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia, Malang, 2007, hlm. 299.
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
interdisipliner. Terkait dengan metode penelitian interdisipliner dan
multidisipliner dapat diuraikan berdasarkan beberapa pendapat para ahli
sebagai berikut.
Sunaryati Hartono menyatakan bahwa dalam semua penelitian
yang interdisipliner dan multidisipliner titik tolaknya selalu berasal dari
satu disiplin ilmu dan didominasi oleh ilmu tersebut. 2 Dengan demikian
disiplin ilmu lain hanyalah berfungsi sebagai pembantu atau pendukung.
Penelitian interdisipliner dan multidisipliner di satu pihak menunjukkan
pada keterbatasan tiap disiplin ilmu, tetapi di lain pihak juga
membuktikan adanya interdependensi fungsional yang timbal balik antar
pelbagai (metode penelitian dari) disiplin ilmu. Dengan adanya
interdependensi antar pelbagai disiplin ilmu (termasuk metodenya), maka
akan diperoleh suatu reliabilitas/keterandalan pengetahun yang bersifat
holistik (paripurna).3
Metode penelitian Naskah Akademik penyusunan Peraturan Daerah
Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh ini berdasarkan
UU Nomor 12 Tahun 2011 dan pendapat beberapa ahli yang telah
diuraikan di atas, menggunakan metode penelitian multidisipliner,
dengan titik tolak dan dominasi disiplin ilmu hukum, karena
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 1 angka 11 UU Nomor 12 Tahun
2011 adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil
penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam Peraturan Daerah sebagai solusi terhadap permasalahan
dan kebutuhan hukum masyarakat.
Cara pendekatan (approach) yang digunakan dalam suatu
penelitian normatif akan memungkinkan seorang peneliti untuk
memanfaatkan hasil-hasil temuan ilmu hukum empiris dan ilmu-ilmu

2 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Penerbit Alumni, Bandung,
1994, hlm. 176.
3 Ibid, hlm. 177.
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
lain untuk kepentingan dan analisis serta eksplanasi hukum tanpa
mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif.4
Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif
dan metode yuridis empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan
penelitian sosiolegal. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi
pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa Peraturan
Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak, atau
dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian, dan
referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan
wawancara, diskusi (focus groupdiscussion), dan rapat dengar pendapat.
Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali
dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan
Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang
mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data
faktor nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh terhadap Peraturan
Perundang-undangan yang diteliti.

4 Opcit, Johnny Ibrahim, hlm. 300.


Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. UMUM
Bab ini sebagaimana amanat UU Nomor 12 Tahun 2011 memuat
uraian mengenai materi yang bersifat teoretis, asas, praktik,
perkembangan pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan ekonomi,
keuangan negara dari pengaturan dalam suatu Undang-Undang,
Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Bab
ini berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2011 dapat diuraikan dalam
beberapa sub bab berikut: A. Kajian teoretis.
B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan
norma.
Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan
berbagai aspek bidang kehidupan terkait dengan Peraturan
Perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil
penelitian.
C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta
permasalahan yang dihadapi masyarakat.
D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur
dalam Undang-Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek
kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban
keuangan negara.

B. KAJIAN TEORETIS

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
1. Pendahuluan
Salah satu permasalahan pembangunan di perkotaan adalah
munculnya arus urbanisasi yang semakin deras diakibatkan
ketimpangan laju pembangunan di kota dibandingkan dengan di desa.
Hal ini ditunjukkan dengan kondisi sosial demografis di kawasan kumuh
seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan yang tidak
layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas umum
dan fasilitas sosial berupa fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana
prasarana sosial budaya. Secara sosiologis permukiman kumuh adalah
suatu permukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi
persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis, dengan
gambaran dan kesan secara umum tentang masyarakat yang hidup
dengan sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup
dan penghasilan kelas menengah ke bawah. Hal tersebut menjadi
interpretasi umum bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan
permukiman kumuh adalah pemukim yang tinggal atau berada didalam
suatu lingkungan yang rendah kualitasnya dengan belum terpenuhinya
standar pelayanan minimal manusia untuk hidup dengan layak.
Dilihat dari sisi pemanfaatan ruang permukiman, permukiman
kumuh diartikan sebagai permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
syarat. Penggunaan ruang para permukiman kumuh tersebut seringkali
berada pada suatu ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya
sehingga berubah menjadi fungsi permukiman, seperti muncul
kantungkantung permukiman pada daerah sempadan untuk kebutuhan
ruang terbuka hijau atau lahan-lahan yang tidak sesuai dengan
peruntukkannya (squatters). Keadaan demikian yang menunjukkan
bahwa penghuninya kurang mampu untuk membeli dan menyewa rumah
di daerah perkotaan dengan harga lahan/bangunan yang tinggi,
sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada.
Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana kurang

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan yang tinggi
serta mengancam kondisi kesehatan penghuni. Oleh karena itu
permukiman yang berada di kawasan SUTET, sempadan sungai,
sempadan rel kereta api, kolong jembatan tol dan sempadan situ/ danau
merupakan kawasan permukiman kumuh.
Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali menjadi
salah satu isu utama yang cukup menjadi polemik, sehingga seperti tidak
pernah terkejar oleh upaya penanganan yang dari waktu ke waktu sudah
dilakukan. Masalah yang sarat muatan sosial, budaya ekonomi dan
politik dengan serta merta mengancam kawasan-kawasan permukiman
perkotaan yang nyaris menjadi laten dan hampir tak selesai ditangani
dalam beberapa dekade. Secara khusus dampak permukiman kumuh
juga akan menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelenggaraan
pemerintah, dengan memberikan dampak citra negatif akan
ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan
pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan warganya. Dilain sisi di
bidang tatanan sosial budaya kemasyarakatan, komunitas yang
bermukim di lingkungan permukiman kumuh secara ekonomi pada
umumnya termasuk golongan masyarakat miskin dan berpenghasilan
rendah, yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi
kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam berbagai tatanan sosial
masyarakat.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman mengamanahkan bahwa Negara bertanggung
jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu
bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh
wilayah Indonesia. Dalam mewujudkan fungsi permukiman, pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh dilakukan guna
meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni
serta menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
permukiman berdasarkan pada kepastian bermukim dan menjamin hak
bermukim menurut ketentuan peraturan dan perundang-undangan.

2. Pengertian Perumahan dan Permukiman


Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana
lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya
penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon,
jalan, yang memungkinkan lingkungan permukiman berfungsi
sebagaimana mestinya. Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah,
tempat bergaul, dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota
keluarga, tempat berlindung keluarga dan menyimpan barang berharga.
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area
sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011).
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk
tempat berlindung, di mana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya, baik untuk kesehatan
keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan
Lingkungan, 2001).5
Menurut American Public Health Association (APHA) rumah
dikatakan sehat apabila:6

(1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah


dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang
nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.;
(2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan;
(3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu
memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan
saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat
kesehatan; serta

5 Soedjajadi Keman, “Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Permukiman”, Jurnal Kesehatan


Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Airlangga, Vol. 2, No. 1, Juli 2005, hlm. 30 6 Ibid hlm.
31.
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
(4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga
yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik,
keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Permukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu;
• Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga.
• Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan.
• Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan
prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang
mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan
sebagai lingkungan kehidupan.
• Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang
layak, sehat, aman, dan nyaman.
• Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi
untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi.
• Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan
lingkungan hunian

Menurut Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, 6 pengertian


mengenai perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Sedangkan permukiman menurut Suparno Sastra M. dan Endi
Marlina, adalah suatu tempat bermukim manusia untuk menunjukkan
suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman
6 Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:Hal. 29
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
berasal dari terjemahan kata settlements yang mengandung pengertian
suatu proses bermukim. permukiman memiliki 2 arti yang berbeda yaitu: 7
a. Isi. Yaitu menunjuk pada manusia sebagai penghuni maupun
masyarakat di lingkungan sekitarnya.
b. Wadah. Yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan
elemen-elemen buatan manusia.

3. Kawasan Kumuh
Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi
hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun
sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang
berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan
rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan
kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas
sosial lainnya.
Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Prof.
DR. Parsudi Suparlan adalah :
1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya
mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga
mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan
ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang
hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial
yang jelas, yaitu terwujud sebagai :
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan
karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.

7 Ibid. Hlm. 37
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah
RT atau sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah
RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan,
dan bukan hunian liar.
5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak
homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat
kepadatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam
masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial
berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda
tersebut.
6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang
bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian
tambahan di sektor informil.
Berdasarkan salah satu ciri diatas, disebutkan bahwa permukiman
kumuh memiliki ciri “kondisi hunian rumah dan pemukiman serta
penggunaan ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu
atau miskin”. Penggunaan ruang tersebut berada pada suatu ruang yang
tidak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga berubah menjadi fungsi
permukiman, seperti muncul pada daerah sempadan untuk kebutuhan
Ruang Terbuka Hijau. Keadaan demikian menunjukan bahwa
penghuninya yang kurang mampu untuk membeli atau menyewa rumah
di daerah perkotaan dengan harga lahan/bangunan yang tinggi,
sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada.
Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana yang kurang
memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan yang tinggi
serta mengancam kondisi kesehatan penghuni.
Menurut Rudiyantono, menentukan dua standar permukiman
kumuh, yaitu :
1. Ditinjau dari keadaan kondisi rumahnya, yang antara lain dilihat
dari stuktur rumahnya, pemisahan fungsi ruang, kepadatan
hunian/rumah dan bangunan dan tatanan bangunan.
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
2. Ditinjau dari ketersediaan prasarana dasar lingkungan, seperti pada
air bersih, sanitasi, ketersediaan fasilitas tempat ibadah, pendidikan,
kesehatan, dan sarana ekonomi, ada tidaknya ruang terbuka di luar

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
perumahan. Studi ini tidak mempertimbangkan kriteria non fisik
seperti kerentanan status penduduk untuk melihat tingkat tingkat
kekumuhan permukiman.
Ravianto mengemukakan bahwa perumahan kumuh atau
pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian atau tempat
tinggal/rumah beserta lingkungannya, yang berfungsi sebagai rumah
tinggal dan sebagai sarana pembinaan keluarga, tetapi tidak layak huni
ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk, sarana dan prasarananya,
fasilitas pendidikan, kesehatan serta sarana dan prasarana sosial budaya
masyarakat.
Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan
populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat
miskin. Kawasan kumuh dapat ditemui di berbagai kota besar di dunia.
Kawasan kumuh umumnya dihubung-hubungkan dengan tingkat
kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan kumuh dapat pula
menjadi sumber masalah sosial seperti: kejahatan, obat-obatan terlarang
dan minuman keras. Di berbagai negara miskin, kawasan kumuh juga
menjadi pusat masalah kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis.

4. Faktor Penyebab Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Secara umum, faktor penyebab timbulnya Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh dapat dijelaskan sebagai berikut.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Gambar Faktor Penyebab Timbulnya Perumahan Kumuh dan
FAKTOR PENYEBAB

FISIK NON -FISIK

Sosial Sosial
Alami Binaan Eksternal
Ekonomi Budaya

Kelayakan & Akses dan Kejelasan Status


Kondisi Pola Perilaku
Ketersediaan Layanan Ekonomi
Lahan Sarana PSU Individu
Kejelasan Status Teknis
Pengelolaan Lingkungan
Pola
Naskah Akade mik Potensi Bermukim Kabupaten Indramayu 18
Daya Dukung Struktur dan
Lahan Pola Tata Ekonomi
Letak Lingkungan Ketegasan Pemanfaata n Lahan

Marginalisasi Proses
Pembangunan

Permukiman Kumuh
Sumber: Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Penanganan
Permukiman Kumuh Perkotaan, 2011

Gambar Faktor Penyebab dan Dampak Keberadaan Perumahan


Kumuh dan Permukiman Kumuh

Sumber: Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Penanganan


Permukiman Kumuh Perkotaan, 2011

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
5. Karakteristik dan Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh
Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman dijelaskan bahwa Permukiman Kumuh adalah
permukiman yang tidak laik huni karena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat, sedangkan
Perumahan Kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan
kualitas fungsi sebagai tempat hunian.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan
karakteristik perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai
berikut, yaitu:
1. Merupakan satuan entitas perumahan dan permukiman;
2. Kondisi bangunan tidak memenuhi syarat, tidak teratur dan memiliki
kepadatan tinggi;
3. Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat (batasan sarana
dan prasarana ditetapkan dalam lingkup keciptakaryaan), yaitu:
a. Jalan Lingkungan,
b. Drainase Lingkungan,
c. Penyediaan Air Bersih/Minum,
d. Pengelolaan Persampahan,
e. Pengelolaan Air Limbah,
f. Pengamanan Kebakaran.
Karakteristik tersebut selanjutnya menjadi dasar perumusan
kriteria dan indikator dalam proses identifikasi lokasi perumahan kumuh
dan permukiman kumuh,

Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan


pengelompokan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
berdasarkan letak lokasi menurut bio-region. Secara umum, pembagian

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Tabel Pembagian Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman
Kumuh
NO TIPOLOGI BATASAN
1. perumahan kumuh perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
dan permukiman berada di atas air, baik daerah pasang surut, rawa,
kumuh di atas air sungai ataupun laut.

2. perumahan kumuh perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang


dan permukiman berada tepi badan air (sungai, pantai, danau,
kumuh di tepi air waduk dan sebagainya), namun berada di luar
Garis Sempadan Badan Air.

3. perumahan kumuh perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang


dan permukiman berada di daerah dataran rendah dengan
kumuh di dataran kemiringan lereng < 10%.
rendah

4. perumahan kumuh perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang


dan permukiman berada di daerah dataran tinggi dengan kemiringan
kumuh di lereng > 10 % dan < 40%
perbukitan

5. perumahan kumuh perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang


dan permukiman terletak di daerah rawan bencana alam, khususnya
kumuh di daerah bencana alam tanah longsor, gempa bumi dan
rawan bencana banjir.

Sumber: Permen PUPR Nomor 14 Tahun 2018

6. Masalah Yang Muncul Akibat Permukiman Kumuh


Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dari
segi pemerintahan, pemerintah di anggap dan di pandang tidak cakap
dan tidak peduli dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat.
Sementara pada dampak sosial, pada umumnya sebagian masyarakat
kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah dengan kemampuan
ekonomi menengah ke bawah, yang di anggap sebagai sumber
ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Terbentuknya pemukiman kumuh yang sering disebut sebagai slum area
dipandang potensial.
Penduduk di pemukiman kumuh tersebut memiliki persamaan,
terutama dari segi latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah,
keahlian terbatas dan kemampuan adaptasi lingkungan (kota) yang
kurang memadai. Kondisi kualitas kehidupan ini yang mengakibatkan
semakin banyaknya penyimpangan perilaku penduduk penghuninya.
Terjadinya perilaku menyimpang, karena sulitnya mencari atau
menciptakan pekerjaan sendiri dengan keahlian dan kemampuan yang
terbatas, selain itu juga karena menerima kenyataan bahwa impian yang
mereka harapkan mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dengan yang
diharapkan dan tidak dapat memperbaiki kehidupan masyarakat.
Masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh pada umumnya
terdiri dari golongan-golongan yang tidak berhasil mencapai kehidupan
yang layak, sehingga tidak sedikit masyarakat yang menjadi
pengangguran, gelandangan dan pengemis yang sangat rentan terhadap
terjadinya perilaku menyimpang dan berbagai tindak kejahatan. Kondisi
kehidupan yang sedang mengalami benturan antara perkembangan
teknologi dengan keterbatasan potensi sumber daya yang tersedia juga
ikut membuka celah timbulnya perilaku menyimpang dan tindak
kejahatan dari para penghuni pemukiman kumuh tersebut.
Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang (deviant behaviour) ini
juga diperkuat pola kehidupan kota yang lebih mementingkan diri sendiri
atau kelompoknya yang sering bertentangan dengan nilai-nilai moral dan
norma-norma sosial dalam masyarakat. Keadaan seperti itu cenderung
menimbulkan masalah-masalah baru yang menyangkut:
1. Masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama masalah
pemukiman untuk golongan ekonomi lemah dan masalah
penyediaan lapangan pekerjaan di daerah perkotaan; dan
2. Masalah perilaku menyimpang sebagai akibat dari adanya
kekaburan atau ketiadaan norma pada masyarakat migran di
perkotaan. Disamping itu juga pesatnya pertumbuhan penduduk

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
kota dan lapangan pekerjaan di wilayah perkotaan mengakibatkan
semakin banyaknya pertumbuhan pemukiman-pemukiman kumuh
yang menyertainya dan menghiasi areal perkotaan tanpa penataan
yang berarti.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah pemukiman
kumuh adalah:
1. Ukuran bangunan yang sangat sempit dan tidak memenuhi standar
untuk bangunan layak huni;
2. Rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah
pemukiman rawan akan bahaya kebakaran;
3. Sarana jalan yang sempit dan tidak memadai;
4. Tidak tersedianya jaringan drainase;
5. Kurangnya suplai air bersih;
6. Jaringan listrik yang semrawut;
7. Fasilitas MCK yang tidak memadai;

C. KAJIAN TERHADAP ASAS ATAU PRINSIP YANG TERKAIT DENGAN


PENYUSUNAN NORMA
Dalam ilmu hukum yang dimaksud dengan asas adalah pikiran
dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan
konkrit yang terdapat di dalam dan di belakang setiap sistem hukum
yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan
hukum, yang merupakan hukum positif dan dapat ditemukan dengan
mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit
tersebut.8
Oleh karena itu, pilihan asas haruslah dilandasi oleh filosofi dan
tujuan pengelolaan perumahan dan permukiman. Asas-asas tersebut
kemudian dijabarkan ke dalam ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah

8 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1996, hal.5.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.
1. Asas dan Norma Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten
Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh

Untuk menggali dasar timbulnya timbulnya ilmu


perundangundangan, dapat dipahami dalam Pembukaan dan Batang
Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, negara yang berdasarkan pada
hukum
(rechstaat), dalam arti negara pengurus (verzorgingsstaat).
Mengambil sebagian dari teks Pembukaan UUD 1945, pada alinea
ke-4 berbunyi, sebagai berikut: “Untuk membentuk suatu pemerintahan
negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan Bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.” Memperhatikan kandungan alinea-4 tersebut, maka tugas yang
diemban oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan umum
tersebut, maka tugas yang diemban oleh negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan umum tersebut, menjadi sangat penting kedudukan dan
fungsi dari arti pembentukan peraturan perundang-undangan di negara
Republik Indonesia. Sebagai bentuk dukungan pentingnya pembentukan
peraturan perundang-undangan A. Hamid S. Attamimi menyatakan
pembentukan hukum tertulis sangat perlu sebagai berikut: “Hukum
tertulis selain merupakan wahana bagi hukum baru yang dibentuk setelah
Indonesia merdeka, dalam rangka memenuhi kebutuhan kehidupan
kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan yang senantiasa
berkembang juga mutlak “menjembatani” antara lingkup laku aneka adat
dan hukum tertulis lainnya atau untuk mengatasi kebutuhan kepastian
hukum tidak tertulis dalam hal-hal pihak-pihak menghendakinya.”
Selanjutnya menurut Burkradt Krems suatu ilmu pengetahuan
perundang-undangan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkarakter

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
interdisipliner, dalam pengertian ilmu yang berhubungan dengan ilmu
lainnya seperti politik dan sosiologi yang secara garis besarnya dibagi
menjadi 2 (dua) bagian yaitu: Pertama, teori perundang-undangan yang
berorientasi pada mencari kejelasan dan kejernihan makna atau
pengertian-pengertian, dan bersifat kognitif. Kedua, ilmu
perundangundangan yang berorientasi pada melakukan perbuatan dalam
hal pembentukan peraturan perundang-undangan dan bersifat normatif.
Kemudian Bagir Manan menegaskan peraturan
perundangundangan adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan
pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang yang berisi antara lain
aturanaturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat secara umum. 9
Terkait dengan ruang lingkup teori peraturan perundang-undangan
secara umum, maka perlu diselaraskan pemahaman terhadap
pembentukan peraturan perundang-undangan, baik dalam arti materiil
maupun dalam arti formal. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka
dikemukakan beberapa aspek penting mengenai asas hukum, norma
hukum dan asas-asas pembentukan hukum dalam sub pokok bahasan
berikut ini.

a. Asas Hukum
Menggali makna dari sudut bahasa “Asas” adalah sebuah kata
benda yang berarti:10

1. Dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau


berpendapat);
2. Dasar cita-cita;
3. Hukum dasar: tindakannya itu melanggar kemanusiaan
tempat kelahiran: asas yang menentukan bahwa tempat

9 Bagir Manan, Teori Perundang-undangan Reference Mata Kuliah Teori Perundang-undangan, Jakarta
1996, hlm. 1.
10 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, _, hlm. 70.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
lahirlah yang menentukan kewenangan kewarganegaraan
seseorang.
Asas berasal dari bahasa Inggris, principle yang artinya
sebagaimana dikemukakan oleh Henry Campbell Black adalah:

“A fundamental truth or doctrine, as of law; a comprehensive rule or


doctrine which furnishes a basis or origin for others; a settled rule of
action, procedure, or legal determination. A truth or proposition so
clear that it can not be proved or contradicted unless by a proposition
which is still clearer. That which constitutes the essence of a body or
its constituent parts. That which pertains to the thoretical part of a
science.”

Pengertian principle di atas apabila diterjemahkan secara bebas


memiliki arti bahwa principle adalah suatu kebenaran atau doktrin yang
fundamental; aturan atau doktrin yang komprehensif yang memberikan
dasar atau keaslian bagi lainnya; aturan tingkah laku, prosedur atau
penentuan hukum yang mantap. Suatu kebenaran atau dalil yang jelas
yang tidak dapat dibuktikan atau dipertentangkan kecuali dengan suatu
dalil lain yang lebih memperjelas. Principle menetapkan intisari dari
keseluruhan atau sebagian dari apa yang diaturnya dan menyinggung
bagian teoritis dari suatu ilmu.
Asas hukum dimaknai sebagai suatu perpaduan antara kata “asas”
dan “hukum”. Rusli Effendy memberikan penegasan kata “asas”
merupakan terjemahan dari “principle” yang berarti: “basic truth or
general law of cause and effect. Principle is a fundamental truth or doctrine,
as a law; a comprehensive rule or doctrine which funishes a basis or origin
for other.”11
Paul Scholten mendefinisikan asas hukum (rechtbeginsel)
tidaksama dengan bukan aturan hukum (rechtsregel), walaupun demikian
aturan hukum tidak dapat dimengerti tanpa bantuan asas-asas hukum.
Jadi dapat dikatakan asas hukum memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam rangka memahami norma hukum.

11 Rusli Effendy, dkk, Teori Hukum, Cetakan I, Penerbit Hasanudin University Press, Ujung Pandang,
hlm.28.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Dalam pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu
tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh ada beberapa asas-asas yang
melatarbelakanginya yaitu asas-asas pembentukan peraturan
perundangundangan, asas-asas materi muatan peraturan perundang-
undangan dan asas-asas Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.

b. Norma Hukum
Antara asas hukum dan norma hukum tidaklah dapat dipisahkan
dalam pembentukan suatu peraturan perundang-undangan. Norma
hukum merupakan aturan, pola, standar yang harus diikuti.
Sebagaimana ditegaskan oleh Hans Kelsen bahwa norma hukum menurut
fungsinya adalah memerintah (gebieten); melarang (verbieten);
mengusahakan (ermachtigen); membolehkan (erlauben) dan
menyimpangkan dari ketentuan (derogieren). Hans Kelsen juga
memberikan ketegasan bahwa norma hukum memberi arti yang sangat
penting terhadap keberlakuan suatu aturan peraturan
perundangundangan. Sahnya keberlakuan suatu peraturan perundang-
undangan terjadi manakala sesuai dengan norma hukum yang lebih
tinggi yang dikenal dalam teori hukum murni.
D.W.P. Ruiter menegaskan secara teoritis suatu peraturan
perundang-undangan menurut norma yang bersifat perintah (gebod),
larangan (verbod), perizinan (toetstemming), dan pembebasan (virjstelling).
Keberlakuan norma dari suatu peraturan perundang-undangan sering
dibedakan antara norma umum (algemeen) dan norma individual
(individueel), dan antara yang abstrak (abstrac), dan yang konkrit
(concreet). Untuk norma individual dan norma umum dititikberatkan
kepada semua orang, sekelompok orang atau hanya orang-orang tertentu.
Norma abstrak dan norma konkrit dititikberatkan kepada hal-hal
(peristiwa, keadaan, dan perbuatan). Yang diatur dalam norma adalah
hal-hal tertentu atau yang tidak atau belum diatur.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Indonesia sebagai negara yang mendasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
Tahun 1945), segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa
berdasarkan atas hukum. Untuk mewujudkan negara hukum tersebut
pada tanggal 12 Agustus 2011 diundangkanlah Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(UU Nomor 12 Tahun 2011) sebagai pengganti dari Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan (UU Nomor 10 Tahun 2004) yang diperlukan sebagai
tatanan yang tertib di bidang pembentukan peraturan perundang-
undangan. Untuk membentuk peraturan perundang-undangan yang
baik, diperlukan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan sistem,
asas, tata cara penyiapan dan pembahasan, teknik, penyusunan maupun
pemberlakuannya sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Umum UU
Nomor 11 Tahun 2011. Dengan perkataan lain, dalam penyusunan
peraturan perundang-undangan harus berdasarkan pada konsep atau
norma dasar (good norms) dan sekaligus dalam rangka memberikan
pengayaan dan penyamaan pemahaman tentang apa yang perlu
dilakukan dan bagaimana proses dilakukan dalam penyusunan suatu
peraturan perundang-undangan tersebut (good process).
Pengertian peraturan perundang-undangan menurut UndangUndang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (UU Nomor 10 Tahun 2004) yaitu peraturan tertulis yang
dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat
secara umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU Nomor 12
Tahun 2011 yang menyatakan: “Peraturan Perundangundangan adalah
peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang dan mengikat secara umum.” Berdasarkan Ketentuan tersebut
dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang membentuk peraturan
perundang-undangan yang meliputi 3 (tiga) hal, yaitu:
a. peraturan tertulis;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
b. dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang;
c. mengikat secara umum.
Unsur pertama menyangkut bentuk produk hukum yang dikatakan
sebagai peraturan perundang-undangan. Produk hukum dapat dibuat
secara lisan, tetapi ada pula yang dibuat secara tertulis. Dalam kaitan
dengan hal ini, semua produk hukum yang dikategorikan sebagai
peraturan perundang-undangan mesti dalam bentuk tertulis. Dengan
kata lain, tidak dikenal adanya produk hukum berupa peraturan
perundang-undangan dalam bentuk keputusan lisan.
Unsur kedua menyangkut subjek yang membentuk suatu produk
hukum yang dinamakan sebagai peraturan perundang-undangan itu,
mestilah lembaga negara atau pejabat yang berwenang. Dalam kaitan
dengan ini, kewenangan menjadi begitu penting, hanya lembaga negara
yang diberikan kewenangan atau mempunyai kewenangan dalam
pembuatan produk hukum yang dimaksud saja yang dapat membuat
peraturan perundang-undangan. Dengan demikian pula apa yang
dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 UU Nomor 12 Tahun 2011 yaitu
peraturan tertulis dalam bentuk statutory law atau statutory legislations,
disebut pula legislative acts, yaitu kewenangan untuk mengatur atau
membuat aturan (regeling) pada dasarnya merupakan domain
kewenangan lembaga legislatif yang berdasarkan prinsip kedaulatan
merupakan kewenangaan eksklusif para wakil rakyat yang berdaulat
untuk menentukan sesuatu peraturan yang mengikat dan membatasi
kebebasan setiap individu warga negara (presumption of liberty of the
souvereign people). Dalam proses pembentukan legislative acts, peranan
lembaga legislatif sangat menentukan keabsahan materiel peraturan yang
dimaksud. Dengan peranan lembaga legislatif yang sangat menentukan
itu berarti peranan para wakil rakyat yang dipilih dan mewakili
kepentingan rakyat yang berdaulat dari mana kedaulatan negara berasal
sangat menentukan keabsahan dan daya ikat peraturan
perundangundangan itu untuk umum.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Unsur ketiga, bahwa produk hukum itu mesti ditujukan kepada
umum. Dalam hal ini bukan ditujukan kepada individu atau dalam
bidang hukum sering kali digunakan istilah “bersifat mengatur”. Hal ini
memang tepat karena produk hukumnya saja sudah disebut sebagai
peraturan perundang-undangan maka tentu juga dituujukan kepada
publik, khalayak, atau kepada masyarakat, bukan kepada pribadi
tertentu. Peraturan tertulis yang bersifat umum (algemenen verbindende
voorschiften) berisi norma hukum yang menurut Hans Kelsen bersifat
umum dan abstrak (general and abstract norms). Norma-norma hukum
yang bersifat mengatur (regeling) dengan isi norma yang bersifat umum
dan abstrak (general and abstract norms) itu dituangkan dalam bentuk
tertulis tertentu yang disebut sebagai peraturan perundang-undangan.
Disebut peraturan (regels) karena produk hukum tersebut memang
merupakan hasil atau outcome dari suatu rangkaian aktivitas pengaturan
(regeling).
Untuk membentuk peraturan perundang-undangan yang baik
sebagaimana ditentukan dalam UU Nomor 12 Tahun 2011, diperlukan
berbagai persyaratan yang berkaitan dengan sistem, asas, tata cara
penyiapan dan pembahasan, teknik, penyusunan maupun
pemberlakuannya. Persyaratan yang berkaitan asas, UU Nomor 12 Tahun
2011 yang mengatur mengenai asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan, asas-asas materi muatan peraturan
perundangundangan dan asas-asas lain sesuai dengan bidang hukum
peraturan perundang-undangan yang diaturnya.
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (algemene
beginselen van behoorlijk wetgeving) dalam UU Nomor 12 Tahun 2011
diatur dalam Pasal 5 yang menyatakan bahwa dalam membentuk
Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik meliputi:
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
d. dapat dilaksanakan
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. kejelasan rumusan
g. keterbukaan
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan selain harus
berdasarkan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan
berdasarkan Pasal 6 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 juga harus
memuat asas-asas materi muatan peraturan perundang-undangan:

a. pengayoman
b. kemanusiaan
c. kebangsaan
d. kekeluargaan
e. kenusantaraan
f. bhineka tunggal ika
g. keadilan
h. kesamaam kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i. ketertiban, kepastian hukum, dan atau
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
Selain asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan dan
asas materi muatan peraturan perundang-undangan, Pasal 6 ayat (2) UU
Nomor 12 Tahun 2011 menyatakan bahwa selain asas-asas materi
muatan peraturan perundang-undangan, Peraturan Perundangundangan
tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan
Perundang-undangan yang bersangkutan.

2. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


Dalam pembentukan Peraturan Daerah tentang tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh terdapat beberapa asas-asas yang
melatarbelakanginya yaitu asas-asas dalam membentuk peraturan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
perundang-undangan yang baik sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, yang menyatakan bahwa dalam
membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan
berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
yang baik, yang meliputi:
a. Asas Kejelasan Tujuan
Asas kejelasan tujuan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 5
huruf a Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa
setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
b. Asas Kelembagaan atau Pejabat Pembentuk yang Tepat Asas
kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 5 huruf b Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundangundangan
harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk
Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan
Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi
hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak
berwenang.
c. Asas Kesesuaian Antara Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan
Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 5 huruf c Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus benarbenar memperhatikan
materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan.
d. Asas Dapat Dilaksanakan
Asas dapat dilaksanakan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 5
huruf d Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa
setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-undangan
tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis,
maupun yuridis.
e. Asas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan
Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 5 huruf e Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena
memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
f. Asas Kejelasan Rumusan
Asas kejelasan rumusan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 5
huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa
setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan,
sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang
jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai
macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
g. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 5 huruf g
UU Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian,
seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang
seluasluasnya untuk memberikan masukan dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.

3. Asas Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan


Kemudian pula dalam pembentukan Peraturan Daerah tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh menurut Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011, materi muatannya harus mencerminkan asas:

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
a. Asas Pengayoman
Asas pengayoman sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
berfungsi memberikan perlindungan untuk menciptakan
ketenteraman masyarakat.
b. Asas Kemanusiaan
Asas kemanusiaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf b Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia
serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
Indonesia secara proporsional.
c. Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf c Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk
dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf d Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan.
e. Asas Kenusantaraan
Asas kenusantaraan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf e Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa
memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi
Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah
merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
f. Asas Bhinneka Tunggal Ika
Asas bhinneka tunggal ika sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
6 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah
bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan,
kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Asas Keadilan
Asas keadilan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf g Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga
negara.
h. Asas Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan Asas
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h
UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 adalah bahwa setiap Materi
Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memuat hal
yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain,
agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
i. Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum
Asas ketertiban dan kepastian hukum sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundangundangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
j. Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan
Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf j Undang-Undang Nomor

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
12 Tahun 2011 adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu,
masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.

Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa selain
asas yang disebutkan dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011, Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas
lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang
bersangkutan, dalam hal ini pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten
Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh, yaitu asas keterbukaan,
asas akuntabilitas, asas kepastian hukum, asas keberpihakan dan asas
keberlanjutan.

4. Asas-asas dalam Pencegahan dan Peningkatan Kualitas


Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Dalam pembentukan Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan
peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh yang dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas
sebagaimana yang dianut dalam Asas-Asas Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh adalah
sebagai berikut:
a. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan dalam Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh yaitu masyarakat
mengetahui Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh dan kemudahan bagi masyarakat
untuk mengakses informasi terkait dengan Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
b. Asas akuntabilitas
Asas akuntabilitas dalam Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh yaitu
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh yang dapat dipertanggungjawakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
c. Asas kepastian hukum
Asas kepastian hukum dalam Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh yaitu menjamin
kepastian dalam Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh sesuai dengan
perencanaan yang disetujui oleh pemerintah daerah, serta kondisi dan
kebutuhan masyarakat.
d. Asas keberpihakan
Asas keberpihakan dalam Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh yaitu pemerintah
daerah menjamin terselenggaranya Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh bagi
kepentingan masyarakat di lingkungan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
e. Asas keberlanjutan
Asas keberlanjutan dalam Penanganan Kawasan Kumuh yaitu
pemerintah daerah menjamin Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh sesuai dengan
fungsi dan peruntukannya.

D. KAJIAN IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU


Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman yang mengamanatkan disusunnya
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman
Kumuh maka pelaksanaan dilakukan oleh para pelaku pembangunan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing pelaku
pembangunan.
Tujuan dari Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh adalah untuk mewujudkan
perumahan dan kawasan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan guna mendukung kemandirian dan produktifitas
masyarakat. Kualitas perumahan dan kawasan permukiman yang layak
huni secara ideal perlu didukung dengan kualitas lingkungan
permukiman yang lebih luas sebagai satu kesatuan hunian yang tidak
terpisahkan guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Peningkatan kualitas perumahan dan kawasan permukiman diupayakan
menjadi salah-satu kondisi yang dapat membantu mengatasi tarikan
urbanisasi, mendorong pertumbuhan wilayah, mendukung keterkaitan
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan secara baik, yang sekaligus
dapat mewujudkan permukiman di kawasan perkotaan yang mendukung
perwujudan pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan secara
keseluruhan dan berkelanjutan.
Tujuan lain dari Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh adalah
untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan
masyarakat penghuni perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal
ini dilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian bermukim yang
menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, memiliki dan/atau
menikmati tempat tinggal yang dilaksanakan sejalan dengan kebijakan
penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman.
Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap kondisi eksisting
perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang ada di Kabupaten
Indramayu, penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh akan berdampak kondisi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang ada di Kabupaten

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Indramayu. Dengan adanya peran Pemerintah Daerah yang cukup Besar
dan adanya peran serta masyarakat, diharapkan secara kuantitas jumlah
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kabupaten Indramayu
akan berkurang. Begitu juga dengan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang ada sekarang, secara bertahap kan berubahan
menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni sehingga akan
tercapai kondisi perumahan dan permukiman yang sehat.
Dalam upaya Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh tentunya akan berdampak
kepada keuangan daerah, khususnya penambahan beban keuangan
daerah. Penambahan beban keuangan daerah disebabkan dalam rangka
penerapan atau dalam pelaksanaan peraturan daerah itu sendiri baik
dalam pelaksanaan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh, pelaksanaan pengawasan
dan pengendalian perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaam tanah, serta pelaksanaan peningkatan kualitas perumahan
kumuh dan permukiman yang terdiri dari pemugaran, peremajaan dan
permukiman kembali yang diambil dari APBD.
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT DENGAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN
KUMUH

A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG


PEMERINTAHAN DAERAH
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pada tanggal 2 Oktober 2014 diundangkan,
membawa perubahan terkait pengelolaan keuangan negara atau daerah
dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020
tentang Cipta kerja

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah mengamanatkan bahwa hubungan Pemerintah Pusat dengan
Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Alinea
ketiga memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sedangkan
alinea keempat memuat pernyataan bahwa setelah menyatakan
kemerdekaan, yang pertama kali dibentuk adalah Pemerintah Negara
Indonesia yaitu Pemerintah Nasional yang bertanggung jawab mengatur
dan mengurus bangsa Indonesia. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tugas
Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa dan
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut memelihara ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Selanjutnya Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai
Negara kesatuan adalah dibentuknya pemerintah Negara Indonesia
sebagai pemerintah nasional untuk pertama kalinya dan kemudian
pemerintah nasional tersebutlah yang kemudian membentuk Daerah
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian Pasal 18
ayat (2) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah berwenang untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan menurut Asas
Otonomi dan Tugas Pembantuan dan diberikan otonomi yang
seluasluasnya.
Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di
samping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi,
Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada Daerah
dilaksanakan berdasarkan prinsip negara kesatuan. Dalam negara
kesatuan kedaulatan hanya ada pada pemerintahan negara atau
pemerintahan nasional dan tidak ada kedaulatan pada Daerah. Oleh
karena itu, seluas apa pun otonomi yang diberikan kepada Daerah,
tanggung jawab akhir penyelenggaraan Pemerintahan Daerah akan tetap
ada di tangan Pemerintah Pusat. Untuk itu Pemerintahan Daerah pada
negara kesatuan merupakan satu kesatuan dengan Pemerintahan
Nasional.
Sejalan dengan itu, kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh
Daerah merupakan bagian integral dari kebijakan nasional. Pembedanya
adalah terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi,
daya saing, dan kreativitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional
tersebut di tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung
pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan.
Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai otonomi berwenang mengatur dan mengurus Daerahnya
sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya sepanjang tidak
bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan kepentingan umum.
Dalam rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada Daerah untuk
mengatur dan mengurus kehidupan warganya maka Pemerintah Pusat
dalam membentuk kebijakan harus memperhatikan kearifan lokal dan
sebaliknya Daerah ketika membentuk kebijakan Daerah baik dalam
bentuk Peraturan Daerah maupun kebijakan lainnya hendaknya juga
memperhatikan kepentingan nasional. Dengan demikian akan tercipta
keseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan tetap
memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam
penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan.
Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai
satu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah dan dalam pelaksanaannya
dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu oleh Perangkat
Daerah.
Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berasal dari
kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan Presiden. Konsekuensi dari
negara kesatuan adalah tanggung jawab akhir pemerintahan ada
ditangan Presiden. Agar pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
diserahkan ke Daerah berjalan sesuai dengan kebijakan nasional maka
Presiden berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan dibantu oleh
menteri negara dan setiap menteri bertanggung atas Urusan
Pemerintahan tertentu dalam pemerintahan. Sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi tanggung jawab menteri tersebut yang
sesungguhnya diotonomikan ke Daerah. Konsekuensi menteri sebagai
pembantu Presiden adalah kewajiban menteri atas nama Presiden untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan agar penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Agar tercipta sinergi antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian berkewajiban
membuat norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk dijadikan
pedoman bagi Daerah dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
yang diserahkan ke Daerah dan menjadi pedoman bagi
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan. Presiden melimpahkan kewenangan kepada
Menteri sebagai koordinator pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian melakukan pembinaan dan pengawasan
yang bersifat teknis, sedangkan Kementerian melaksanakan pembinaan
dan pengawasan yang bersifat umum. Mekanisme tersebut diharapkan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
mampu menciptakan harmonisasi antar kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara keseluruhan.
Guna memperjelas uraian mengenai kekuasaan pemerintahan
sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014, dan untuk
lebih mempermudah pembacaan dibuat bagan di bawah ini.

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, terdapat Urusan Pemerintahan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat yang dikenal dengan
istilah urusan pemerintahan absolut dan ada urusan pemerintahan
konkuren.
Urusan pemerintahan konkuren terdiri atas Urusan Pemerintahan
Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang dibagi antara Pemerintah
Pusat, Daerah provinsi, dan Daerah kabupaten/kota. Urusan
Pemerintahan Wajib dibagi dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang
terkait Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak
terkait Pelayanan Dasar. Untuk Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait
Pelayanan Dasar ditentukan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk
menjamin hak-hak konstitusional masyarakat.
Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Daerah provinsi
dengan Daerah kabupaten/kota walaupun Urusan Pemerintahan sama,

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
perbedaannya akan nampak dari skala atau ruang lingkup Urusan
Pemerintahan tersebut. Walaupun Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota mempunyai Urusan Pemerintahan masing-masing yang
sifatnya tidak hierarki, namun tetap akan terdapat hubungan antara
Pemerintah Pusat, Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dalam
pelaksanaannya dengan mengacu pada NSPK yang dibuat oleh
Pemerintah Pusat.
Dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 mengatur tentang kawasan perumahan rakyat dan kawasan
permukiman yang termasuk ke dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar yang merupakan pelayanan publik
untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Kabupaten Indramayu.
Sedangkan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman
kumuh sebagaimana diamanatkan dalam Lampiran huruf D angka 2 dan
angka 3 mengenai Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perumahan
dan Kawasan Permukiman dengan ketentuan:
Sub Urusan Pemerintah Provinsi Kabupaten/Kota
Kawasan a. Penetapan sistem Penataan dan a. Penerbitan izin
Permukiman kawasan permukiman. peningkatan pembangunan dan
b. Penataan dan kualitas kawasan pengembangan
peningkatan kualitas permukiman kumuh kawasan
kawasan permukiman dengan luas 10 permukiman.
kumuh dengan luas 15 (sepuluh) ha sampai b. Penataan dan
(lima belas) ha atau dengan di bawah 15 peningkatan
lebih. (lima belas) ha. kualitas kawasan
permukiman
kumuh dengan
luas di bawah 10
(sepuluh) ha.

Perumahan Pencegahan
dan Kawasan perumahan dan
Permukiman kawasan
- -
Kumuh permukiman kumuh
pada Daerah
kabupaten/kota.

Sehubungan dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun


2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka pengaturan tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh di Kabupaten Indramayu dapat berlaku efisien,

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
efektif dan memiliki kepastian hukum serta dipandang perlu untuk
dilakukan penyusunan pengaturannya.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERUMAHAN


DAN KAWASAN PERMUKIMAN
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (UU No. 1 Tahun 2011) sebagaimana telah
Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (UU Nomor 1 Tahun 2011) diundangkan pada
tanggal 12 Januari 2011 dengan dasar pertimbangan sebagaimana
diamanatkan dalam konsideran menimbang yang menyatakan:
a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang
mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak
serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun
manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif;
b. bahwa negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa
Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta
menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan
yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah
Indonesia;
c. bahwa pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan
memberikan kemudahan dan bantuan perumahan dan kawasan
permukiman bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman yang berbasis kawasan serta
keswadayaan masyarakat sehingga merupakan satu kesatuan
fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan
sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan
keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara;
d. bahwa pertumbuhan dan pembangunan wilayah yang kurang
memperhatikan keseimbangan bagi kepentingan masyarakat
berpenghasilan rendah mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk
memperoleh rumah yang layak dan terjangkau;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur sehingga
perlu diganti;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk
Undang-Undang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011,
diuraikan panjang lebar bahwa Tempat tinggal mempunyai peran yang
sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa
sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya,
berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya kebutuhan
tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang
akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus
kehidupan manusia.
Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia
melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar
masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak
dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan
berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu
kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap
keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan
bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan.
Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat.
Penyediaan dan kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan satu
kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan
sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup
sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan
dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang
bertumpu pada masyarakat memberikan hak dan kesempatan
seluasluasnya bagi masyarakat untuk ikut berperan. Sejalan dengan
peran masyarakat di dalam pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman, Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung
jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan
kepada masyarakat, serta melakukan penelitian dan pengembangan yang
meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan,
prasarana lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi
dan rancang bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia,
kearifan lokal, serta peraturan perundang-undangan yang mendukung.
Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:
a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana,
dan utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampu
mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian
Indonesia;
b. ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk
pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta
lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;
c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan
tata ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil
guna;
d. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan
negara; dan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
e. mendorong iklim investasi asing.
Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan
perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan yang
berpenduduk padat maupun di daerah perdesaan yang ketersediaan
lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya ketertiban dan kepastian
hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu
memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah melalui program perencanaan pembangunan
perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan
pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas
umum di lingkungan hunian.
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak
hanya melakukan pembangunan baru, tetapi juga melakukan
pencegahan serta pembenahan perumahan dan kawasan permukiman
yang telah ada dengan melakukan pengembangan, penataan, atau
peremajaan lingkungan hunian perkotaan atau perdesaan serta
pembangunan kembali terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh. Untuk itu, penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman perlu dukungan anggaran yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan belanja daerah,
lembaga pembiayaan, dan/atau swadaya masyarakat. Dalam hal ini,
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat perlu melakukan upaya
pengembangan sistem pembiayaan perumahan dan permukiman secara
menyeluruh dan terpadu.
Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat internasional yang
turut menandatangani Deklarasi Rio de Janeiro, Indonesia selalu aktif
dalam kegiatan-kegiatan yang diprakarsai oleh United Nations Centre for
Human Settlements. Jiwa dan semangat yang tertuang dalam Agenda 21
dan Deklarasi Habitat II adalah bahwa rumah merupakan kebutuhan
dasar manusia dan menjadi hak bagi semua orang untuk menempati
hunian yang layak dan terjangkau (adequate and affordable shelter for
all). Dalam Agenda 21 ditekankan pentingnya rumah sebagai hak asasi

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
manusia. Hal itu telah sesuai pula dengan semangat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, mendukung
penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang
proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan, terutama bagi MBR, meningkatkan daya guna dan hasil
guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap
memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di lingkungan hunian
perkotaan maupun lingkungan hunian perdesaan, dan menjamin
terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.
Penyelenggaraan perumahan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, yang meliputi
perencanaan perumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan
perumahan dan pengendalian perumahan.
Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini
adalah keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan
rendah. Dalam kaitan ini, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah
dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah
melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap
dan berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah itu, dengan memberikan kemudahan,
berupa pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas
umum, keringanan biaya perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal.
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk
mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan
rencana tata ruang. Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut
bertujuan untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang
layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta
menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai dengan
arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan
berkelanjutan.
Undang-undang perumahan dan kawasan permukiman ini juga
mencakup pemeliharaan dan perbaikan yang dimaksudkan untuk
menjaga fungsi perumahan dan kawasan permukiman agar dapat
berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk kepentingan peningkatan
kualitas hidup orang perseorangan yang dilakukan terhadap rumah serta
prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan, permukiman,
lingkungan hunian dan kawasan permukiman. Di samping itu, juga
dilakukan pengaturan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan untuk
meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal ini dilaksanakan
berdasarkan prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak setiap
warga negara untuk menempati, memiliki, dan/atau menikmati tempat
tinggal, yang dilaksanakan sejalan dengan kebijakan penyediaan tanah
untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.
Pasal 94 ayat 3 mengamanatkan kepada daerah untuk
melaksanakan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dalam upaya pencegahan
dan peningkatan kualitas, terdapat berbagai substansi meliputi:
pengawasan dan pengendalian serta pemberdayaan masyarakat,
perencanaan, pelaksanaan peningkatan kualitas, serta pengelolaan yang
harus dirumuskan dalam suatu lingkup pengaturan.
Lebih jauh dalam Pasal 98 ayat 3 juga telah dirumuskan bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan lokasi dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dengan peraturan daerah. Pasal ini jelas

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
mengamanatkan bahwa proses serta berbagai komponen pendukung
dalam penetapan lokasi harus dimuat di dalam suatu Peraturan Daerah.
Selain kedua pasal yang menjadi acuan dalam penyusunan
Peraturan Daerah, terdapat beberapa substansi pengaturan dalam
UUPKP yang dapat perlu diacu, dimulai dari tujuan penyelenggaraan
perumaha dan kawasan permukiman hingga berbagai elemen sanksi.
Tujuan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman:
1. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman;
2. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan
hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk
mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;
3. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian
fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan
perdesaan;
4. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
5. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
6. menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan.
Ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman meliputi: 1. pembinaan;
2. tugas dan wewenang;
3. penyelenggaraan perumahan;
4. penyelenggaraan kawasan permukiman;
5. pemeliharaan dan perbaikan;
6. pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
7. penyediaan tanah;
8. pendanaan dan pembiayaan;
9. hak dan kewajiban; dan
10. peran masyarakat.
Kewenangan Pemerintah yang terkait dengan Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh, yaitu:
1. menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan kriteria
rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak,
sehat, dan aman;
2. menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman;
3. memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh;
4. memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman;
Kewenangan Pemerintah Provinsi yang terkait dengan Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh, yaitu:
1. menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi;
2. menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi;
3. memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat provinsi;
Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota yang terkait dengan
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, yaitu:
1. menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota;
2. menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota bersama DPRD;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
3. menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota; dan
4. memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh bertujuan guna:
1. meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat
penghuni ;
2. mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru; serta
3. menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan
permukiman.
4. Dilaksanakan berdasarkan pada prinsip kepastian bermukim yang
menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati,
dan/atau memiliki tempat tinggal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5. Wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
setiap orang.
Sedangkan lingkup penyelenggaraan pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dijelaskan pada beberapa skema di bawah ini.

Gambar Skema Lingkup Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan


Permukiman
LINGKUP PENYELENGGARAAN
PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS
TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

A. B.
Pencegahan Terhadap Peningkatan Kualitas Terhadap C. D.
Perumahan Kumuh Dan Perumahan Kumuh Dan Pengadaan Tanah Pendanaan
Permukiman Kumuh Permukiman Kumuh

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Sumber: UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, 2011

Gambar Skema Lingkup Pencegahan Perumahan dan Permukiman


Kumuh

Sumber: PP Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Gambar Skema Lingkup Peningkatan Kualitas Perumahan dan

Permukiman Kumuh
B. PENINGKATAN KUALITAS
TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
Bertujuan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang
lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar

1. Penetapan Lokasi 2. Peningkatan Kualitas 3. Pengelolaan


Kriteria Penetapan Lokasi: Ketentuan Umum:
• dapat berada atau tidak berada pada  Pengelolaan perumahan kumuh dan peruntukan perumahan dan permukiman permukiman kumuh dilakukan untuk dalam rencana tata ruang a. Pemugaran
b. Peremajaan c. Pemukiman Kembali mempertahankan dan menjaga
• tidak dipenuhinya persyaratan administrasi Ketentuan Umum: Ketentuan Umum: Ketentuan Umum: kualitas perumahan dan permukiman dan persyaratan teknis
bangunan gedung  Dilakukan terhadap perumahan  Dilakukan terhadap perumahan  Dilakukan dengan memindahkan secara berkelanjutan.
sesuai dengan fungsi bangunan gedung kumuh dan permukiman kumuh yang kumuh dan permukiman kumuh yang masyarakat terdampak dari lokasi  Pengelolaan dilakukan dengan
 rendahnya kualitas fisik prasarana dan berdiri di atas lahan yang dalam berdiri di atas lahan yang dalam yang tidak mungkin dibangun membentuk: sarana lingkungan (berupa jalan lingkungan,
RTRW diperuntukkan bagi RTRW diperuntukkan bagi kembali karena tidak sesuai dengan o kelompok swadaya masyarakat; saluran drainase, pematusan dan lain-lain) perumahan.
perumahan. RTR dan/atau rawan bencana. dan/atau
• kepadatan penduduk tinggi  Dilakukan untuk perbaikan menjadi  Dilakukan melalui perombakan dan  Dilakukan bagi perumahan kumuh o kemitraan dengan
• sebagian besar rumah tidak layak huni perumahan dan permukiman yang penataan mendasar secara dan permukiman kumuh yang swasta/masyarakat.
layak huni. menyeluruh. terletak di:
Persyaratan Penetapan Lokasi: sempadan sungai, danau,  Pengelolaan dapat difasilitasi oleh
• Merupakan kegiatan perbaikan  Meliputi perombakan dan penataan o
• kesesuaian dengan RTRW kabupaten/kota tanpa perombakan mendasar, serta rumah dan prasarana, sarana, dan pantai;
• kesesuaian dengan RTBL bersifat parsial. utilitas umum. o bantaran rel kereta api;
• kualitas bangunan  Meliputi perbaikan rumah,  Dilakukan dengan terlebih dahulu o dibawah SUTET; dan
• kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan prasarana, sarana, dan utilitas menyediakan tempat tinggal o tidak sesuai peruntukannya utilitas umum yang memenuhi persyaratan umum.
sementara bagi masyarakat dengan RTR.
• kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat  Dilaksanakan berdasarkan tingkat terdampak.  Dilakukan dengan memindahkan Penetapan lokasi perumahan kumuh dan perbaikan yang dibutuhkan yang  Dilakukan berdasarkan
norma dan masyarakat terdampak ke lokasi permukiman kumuh wajib didahului proses ditetapkan oleh pemerintah daerah standar teknis yang berlaku.
pendataan yang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat.  Dilaksanakan oleh dinas teknis yang
tentang 55
Kumuh
daerah dengan melibatkan peran masyarakat  Dapat dilakukan oleh Pemerintah, berwenang dengan melibatkan pihak
Legalisasi Penetapan Lokasi: pemerintah daerah, dan/atau swasta, kelompok masyarakat,  Surat Keputusan
Bupati/Bupati masyarakat secara swadaya.
• Surat Keputusan Gubernur (DKI Jakarta)  Kegiatan yang dilakukan pemerintah

Ketentuan Lebih Lanjut mengenai Penetapan Lokasi Diatur dalam Permen daerah diselenggarakan oleh dinas Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Indramayu Laporan Akhir Penyusunan teknis yang berwenang.

Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman  Pelaksanaan kegiatan pemugaran
dengan swadaya masyarakat, wajib
Ketentuan Lebih Lanjut Mengenai Kriteria dan Tata Cara
Pemugaran, Peremajaan dan Pemukiman Kembali Diatur Dalam Permen

Sumber: PP Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Gambar Skema Lingkup Pengadaan Tanah

C. PENGADAAN TANAH
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas
ketersediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasanpermukiman, termasuk penetapan
ketersediaan tanah di dalam RTRW kabupaten/kota

1. Pemberian Hak Atas Tanah 2. Konsolidasi Tanah Oleh Pemilik Tanah 3. Peralihan Atau 4. Pemanfaatan Dan 5. Pendaya-
Terhadap Tanah Yang Langsung Pelepasan Hak Atas Pemindahtanganan gunaan Tanah
Dikuasai Negara  Konsolidasi tanah dapat dilakukan di Tanah Oleh Pemilik Tanah Barang Milik Negara Bekas
atas tanah milik Tanah Negara Atau Milik Tanah
Pemberian hak atas tanah yang Daerah Sesuai Dengan Terlantar
 Konsolidasi tanah dilaksanakan
langsung dikuasai negara
berdasarkan kesepakatan Ketentuan Peraturan
didasarkan pada keputusan
gubernur atau bupati/Bupati antarpemegang hak atas tanah Perundang-Undangan
tentang penetapan lokasi atauizin  Konsolidasi tanah dapat dilaksanakan
lokasi dalam hal peremajaaan dan
pemukiman kembali
 Penetapan lokasi konsolidasi tanah
dilakukan oleh bupati/Bupati atau
gubernur untuk DKI Jakarta

Sumber: PP Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Gambar Skema Lingkup Pendanaan

D. PENDANAAN
Pendanaan difasilitasi oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah
, yangdimaksudkan untuk menjamin
kemudahan pembiayaan Pencegahan dan peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.

3. Sumber Dana Lainnya Sesuai Dengan Ketentuan


Peraturan Perundang-Undangan
1. Sumber APBN 2. Sumber APBD Dana yang dihasilkan dari perjanjian atau kesepakatan bersama
yang dapat berupa hibah atau bantuan, pinjaman, baik dari sumber
dana dalam negeri maupun luar negeri.

Sumber: PP Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Sesuai amanat Pasal 28 H Undang-Undang Dasar (UUD) Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, negara menjamin hak warga negara
untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dalam penjelasan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, amanat UUD 1945 tersebut dijabarkan bahwa Negara
memajukan kesejahteraan umum melalui Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman untuk mewujudkan pemenuhan hak warga
negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi dan teratur serta menjamin kepastian bermukim. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
mengamanatkan ketentuan dalam Pasal 27, Pasal 31, Pasal 50 ayat (3),
Pasal 53 ayat (3), Pasal 55 ayat (6), Pasa158 ayat (4), Pasal 84 ayat (7),
Pasal 85 ayat (5),Pasal 90, Pasal 93, Pasal 95 ayat (6), Pasal 104, Pasal
113, dan Pasal 150 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, perlu diatur
dalam Peraturan Pemerintah. Amanat-amanat dimaksud diatur dalam
satu Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011 menyatakan bahwa perumahan dan kawasan
permukiman merupakan satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat. Berdasarkan ketentuan tersebut, dalam peraturan
pemerintah ini diatur bahwa perumahan dan kawasan permukiman
merupakan satu kesatuan sistem yang diikat oleh infrastruktur sesuai
hirarkinya.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Sedangkan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2011 menyatakan bahwa Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan,
pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu, yang dijabarkan sebagai satu
proses yang terpadu dan terkoordinasi.
Dalam Peraturan Pemerintah ini, diatur mengenai penyelenggaraan
perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman yang mencakup
arahan pengembangan kawasan permukiman serta tahapan
penyelenggaraan kawasan permukiman, penyelenggaraan keterpaduan
prasarana, sarana dan utilitas umum, pemeliharaan dan perbaikan,
Pencegahan dan peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh, konsolidasi tanah dan sanksi administratif. Dalam
Peraturan Pemerintah ini juga diatur mengenai kebijakan dan strategi
nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman yang menjadi
acuan dalam penyusunan kebijakan strategi tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota. Kebijakan dan Strategi Nasional di bidang Perumahan
dan Kawasan Permukiman merupakan arahan dasar yang memuat
kebijakan kemudahan masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak
dan terjangkau serta kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan
koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar pemangku kepentingan
dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. Kebijakan
dan strategi tersebut masih harus dijabarkan secara lebih operasional
oleh berbagai pihak yang berkepentingan di bidang penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman, sehingga tujuan penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman dapat dicapai dengan baik. Di
kabupaten/kota, kebijakan tersebut diacu dalam penyusunan Rencana
Kawasan Permukiman (RKP) dan Rencana Pengembangan dan
Pembangunan Perumahan (RP3).

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Perencanaan Kawasan Permukiman menghasilkan dokumen
Rencana Kawasan Permukiman (RKP) yang diacu dalam penyusunan
dokumen rencana pembangunan dan pengembangan perumahan (RP3).
Dokumen RKP merupakan instrumen yang wajib disusun oleh daerah
dalam melaksanakan pembangunan kawasan permukiman serta
keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU). PSU menjadi
komponen penting untuk menjamin pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman yang teratur dan sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
Pembangunan perumahan maupun pembangunan kawasan
permukiman dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan,
pembangunan baru, maupun pembangunan kembali untuk mewujudkan
kawasan permukiman yang layak huni dan terpadu. Pasca
pembangunan, perumahan dan kawasan permukiman dimanfaatkan dan
dikelola melalui pemeliharaan dan perbaikan, dan dijamin
pemanfaatannya agar sesuai dengan fungsi sebagaimana telah
ditetapkan. Untuk mewujudkan tertib pelaksanaan perencanaan,
pembangunan, dan pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman
tersebut, maka dilakukan pengendalian perumahan dan pengendalian
kawasan permukiman. Pengendalian perumahan dan pengendalian
kawasan permukiman menjadi instrumen penting bagi Pemerintah dan
pemerintah daerah agar implementasi perencanaan, pembangunan, dan
pemanfaatan di lapangan, yang khususnya dilakukan oleh badan hukum
dan setiap orang dapat sejalan dan terpadu dengan kebijakan dan
rencana kawasan permukiman maupun rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Peraturan Pemerintah ini juga mengatur pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh sesuai amanat pasal 95 ayat (6) dan Pasal 104 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011. Pengaturan terkait kedua amanat pasal tersebut
dibutuhkan mengingat kondisi Perumahan dan Permukiman di beberapa
daerah di Indonesia yang masih belum memenuhi persyaratan teknis dari

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
segi Bangunan, Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum yang
menyebabkan suatu perumahan dan permukiman menjadi kumuh.
Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh
dan permukiman kumuh baru dilakukan untuk mempertahankan
perumahan dan permukiman yang telah dibangun agar tetap terjaga
kualitasnya dan tidak menjadi kumuh. Upaya pencegahan tersebut
dilaksanakan melalui pengawasan dan pengendalian serta pemberdayaan
masyarakat. Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian
terhadap perizinan, standar teknis, dan kelaikan fungsi dari Bangunan,
Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum. Pemerintah kabupaten/kota yang
berwenang mengeluarkan izin dan sertifikat laik fungsi terkait Perumahan
dan Permukiman perlu cermat dan sistematis dalam melakukan
pengawasan dan pengendalian. Dukungan masyarakat dengan
memberikan laporan diperlukan agar ketidaksesuaian terhadap perizinan,
standar teknis, dan kelaikan fungsi dapat segera diketahui dan
ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, pendampingan
dan pelayanan informasi dilakukan kepada masyarakat untuk
memberikan informasi, pengetahuan, petunjuk, keterampilan, dan/atau
bantuan teknis guna meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menjaga
kualitas Perumahan dan Permukiman. Sedangkan peningkatan kualitas
terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh didahului dengan
penetapan lokasi yang melalui proses pendataan. Proses pendataan
tersebut dilaksanakan dengan identifikasi dan penilaian berdasarkan
kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang komprehensif
dan dilakukan secara obyektif. Kriteria perumahan kumuh dan
permukiman kumuh diperlukan untuk menyeragamkan indikator yang
dipergunakan dalam menentukan kondisi kekumuhan suatu perumahan
dan permukiman. Kriteria yang dipergunakan untuk menilai kondisi
kekumuhan dilihat dari aspek: bangunan gedung, jalan lingkungan,
penyediaan air minum, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah,
pengelolaan persampahan, dan/atau proteksi kebakaran. Di samping itu,
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dapat diidentifikasi

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
berdasarkan aspek legalitas tanah. Aspek legalitas tanah meliputi status
kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan kesesuaian dengan rencana
tata ruang. Identifikasi lokasi dan penilaian lokasi berdasarkan aspek
tingkat kekumuhan dan aspek legalitas lahan dilakukan untuk
menentukan pola penanganan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, apakah akan ditangani melalui pemugaran, peremajaan, atau
pemukiman kembali. Pasca peningkatan kualitas, dalam Peraturan
Pemerintah ini diatur mengenai pengelolaan sebagai upaya untuk
menjaga kualitas perumahan dan permukiman agar tidak kembali
kumuh. Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini,maka
implementasi secara menyeluruh, konsisten, dan berkesinambungan
diperlukan untuk mewujudkan perumahan dan kawasan permukiman
yang terpadu, layak huni dan berkelanjutan sehingga penduduk
Indonesia dapat hidup sehat, aman, tertib, produktif, dan sejahtera.
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman diundangkan
pada tangga 2 Februari 2021 dengan pertimbangan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 5O dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang ada
dalam Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk, Pertama mewujudkan
ketertiban dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman; Kedua, memberikan kepastian hukum bagi seluruh
pemangku kepentingan dalam melaksanakan tugas serta hak dan
wewenang kewajibannya dalam Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman; dan Ketiga, mewujudkan keadilan bagi seluruh
pemangku kepentingan terutama bagi MBR dalam Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman. Penyelenggaraan Perumahan dan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Kawasan Permukiman merupakan satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan Perumahan, penyelenggaraan Kawasan
Permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap Perumahan dan Permukiman kumuh, penyediaan
tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Berdasarkan ketentuan tersebut, dalam Peraturan Pemerintah ini diatur
bahwa Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan satu kesatuan
sistem yang diikat oleh infrastruktur sesuai hierarkinya.
Salah satu hal khusus yang diatur adalah keberpihakan negara
terhadap MBR. Dalam kaitan ini, Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah wajib memenuhi kebutuhan Rumah bagi MBR dengan memberikan
kemudahan pembangunan dan perolehan Rumah melalui program
perencanaan pembangunan Perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.
Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O
tentang Cipta Kerja, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O11 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman mengalami perubahan. Atas dasar
peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha, beberapa pasal
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman mengalami perubahan. Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja bertujuan untuk: Pertama, menciptakan
iklim berusaha di Indonesia yang kondusif dan investasi di Indonesia
yang lebih baik; Kedua, meningkatkan daya saing Indonesia; Ketiga,
mengurai permasalahan over regulated; Keempat memberikan kepastian
hukum bagi masyarakat dan pelaku usaha. Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja diharapkan mampu menyerap tenaga
kerja Indonesia yang seluas-luasnya di tengah persaingan yang semakin
kompetitif dan tuntutan globalisasi ekonomi.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja
mengamanatkan perlunya dilakukan perubahan terhadap beberapa
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O11 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman yang perlu diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Amanat Pasal 50 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja tersebut memberikan implikasi hukum berupa lahirnya
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja tersebut mengatur substansi baru
terkait Perumahan dan Kawasan Permukiman antara lain:
a. standar perencanaan dan perancangan Rumah;
b. standar perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum;
c. Hunian Berimbang;
d. PPJB;
e. pengendalian Perumahan; dan
f. sanksi administratif.
Standar perencanaan dan perancangan Rumah dan standar
perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan
dilaksanakan melalui penyesuaian nomenklatur terhadap izin mendirikan
bangunan menjadi PBG, perubahan nomenklatur persyaratan menjadi
standar, serta penyederhanaan penataan kewenangan yang dilakukan
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan norma, standar,
pedoman dan kriteria yang diatur oleh Pemerintah Pusat.
Dengan diberlakukannya perubahan dan/atau penyempurnaan
pengaturan Peraturan Pemerintah ini, diharapkan tujuan UndangUndang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja untuk melakukan
penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan
peningkatan ekosistem investasi, kemudahan, dan percepatan proyek
strategis nasional yang berorientasi pada kepentingan nasional yang
berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi nasional dengan
berpedoman pada haluan ideologi Pancasila dapat tercapai.

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh,
Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh dilaksanakan melalui:
a. pengawasan dan pengendalian; dan
b. pemberdayaan masyarakat.
Sedangkan kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
ditinjau dari kekumuhan:
a. bangunan gedung;
b. jalan lingkungan;
c. penyediaan air minum;
d. drainase lingkungan;
e. pengelolaan air limbah;
f. pengelolaan persampahan; dan
g. proteksi kebakaran.
Sedangkan tipologi permukiman kumuh dibagi menjadi lima yaitu,
permukiman kumuh di atas air, permukiman kumuh di tepi air,
permukiman kumuh di dataran rendah, permukiman kumuh di
perbukitan, dan permukiman kumuh di kawasan rawan bencana
peraturan Menteri ini juga mengatur tentang penetapan lokasi dan
perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Dimana dalam penetapan lokasi dilakukan pendataan yang dilakukan
melalui proses identifikasi lokasi dan penilaian lokasi. Sedangkan
perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dilakukan melalui tahapan:
h. persiapan
i. survei;
j. penyusunan data dan fakta;
k. analisis;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
l. penyusunan konsep penanganan; dan
m. penyusunan rencana penanganan.
Peraturan Menteri ini juga mengatur mengenai pola penanganan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, dimana Pemerintah Daerah
menetapkan kebijakan, strategi, dan cara pola penanganan yang manusiawi,
berbudaya, berkeadilan dan ekonomis. Pola-pola penanganan tersebut
meliputi:
a. pemugaran;
b. peremajaan; atau
c. pemukiman kembali.

Hal lain yang diatur adalah mengenai pengelolaan pasca


dilakukannya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh. Pengelolaan dilakukan dengan membentuk
kelompok swadaya masyarakat dan melakukan pemeliharaan dan
perbaikan. Selain itu juga dilakukan pola peran serta masyarakat dan
pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat dikembangkan
dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yaitu kemitraan antara Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah dengan setiap orang.

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PENATAAN


RUANG
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Sebagaimana telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(UU Nomor 26 Tahun 2007) diundangkan pada tanggal 26 April 2007
dengan dasar pertimbangan sebagaimana diamanatkan dalam konsideran
menimbang huruf d yang menyatakan: “bahwa keberadaan ruang yang
terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penyelenggaraan
penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud
ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;”
Berdasarkan konsideran menimbang huruf d Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007, penataan ruang diselenggarakan di antaranya
secara berkelanjutan yang merupakan salah satu asas penataan ruang
yang diamanatkan dalam Pasal 2 huruf c yang menyatakan: “Dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas berkelanjutan.” Asas keberlanjutan
dimaksudkan bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin
kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
Selanjutnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja.
Asas ini memegang peran sangat penting dalam upaya memelihara
dan mempertahankan sistem kehidupan di muka bumi ini melalui
pelestarian fungsi-fungsi dan kemampuan sumber daya alam dan sumber
daya buatan sebagai satu kesatuan ruang dan lingkungan hidup yang
merupakan prasyarat bagi kelangsungan perikehidupan umat manusia
dan makhluk hidup lainnya. Penegasan mengenai “daya dukung” dan
“daya tampung” lingkungan hidup tersebut, untuk memberi petunjuk
sampai batas-batas mana dan dengan cara bagaimana sumber-sumber
penghidupan (sumber daya alam dan sumber daya buatan) itu
dimanfaatkan, agar fungsi dan kemampuannya tetap lestari.
Konsideran menimbang huruf e Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 menyatakan: “bahwa secara geografis Negara Kesatuan Republik
Indonesia berada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan
penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya
meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan
penghidupan;” Berdasarkan konsideran menimbang huruf e UU 26/2007
tersebut

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Pengertian ruang berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 ditegaskan:“Ruang adalah wadah yang meliputi
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. ”Pengertian
atau rumusan ini menunjukkan bahwa “ruang” itu sebagai wadah
memiliki arti yang luas, yang mencakup tiga dimensi, yakni: darat, laut
dan udara yang disoroti baik secara horizontal maupun vertikal. 1213
“Ruang” dalam konteks tata ruang dan penataan ruang dapat
dipahami sebagai wadah, konsep, dan pengertian. 14 Ruang sebagai
wadah, yang juga dikenal dengan ruimte (Belanda), space (Inggris), dan
spatium (Latin) mula-mula diartikan sebagai datar (planum-planologi)
yang dalam perkembangannya kemudian mempunyai dimensi tiga dan
berarti tempat tinggal (dwelling house) yang harus ditata sebaik-baiknya
demi kebahagiaan, kesejahtaraan, dan kelestarian umat manusia. 15
Ruang sebagai wadah merupakan tempat manusia melakukan
aktivitasnya, sehingga pemanfaatan jalan harus didasarkan kepada daya
dukung dan daya tampung ruang. Apabila pemanfaatannya melebihi daya
tampung dan daya dukung ruang, akibatnya timbul konflik, menurunnya
tingkat layanan ruang, melahirkan ketidanyamanan yang menimbulkan
berbagai ekses negatif. Oleh karena itu ruang diperlukan
penyelenggaraan penataannya secara efektif, efisien, transparan,
berwawasan lingkungan, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan, melalui sistem penataan ruang
terpadu16 sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007: “Penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.”

12 Yunus Wahid, 2014, Pengantar Hukum Tata Ruang, Penerbit Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, hlm.
13 .
14 Ibid, Yunus Wahid, hlm. 1.
15 Ibid , Yunus Wahid
16 Asep Warlan Yusuf, 2008, Kajian Hukum Electronic Road Pricing (ERP), Kerjasama Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dan Institute for Transportation and Development Policy.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Ruang sebagai pengertian (conseptio) terdiri dari unsur: bumi, air,
dan udara, mempunyai tiga dimensi. 17 Sedangkan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Pasal 1 ayat
(1) menyatakan bahwa seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-
air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa seluruh bumi, air dan ruang,
termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah
Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi,
air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional. Dan Pasal 1 ayat (3) menyatakan bahwa Hubungan antara
bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa adalah hubungan
yang bersifat abadi. Berdasarkan uraian di atas bahwa “ruang” menurut
bidang lingkungan hidup dilihat kelayakan untuk ditempati, menurut
bidang tata ruang dilihat dalam peruntukannya serta menurut bidang
agraria sebagai hubunga hukum. Guna memperjelas uraian mengenai
pengertian ruang menurut UU PPLH, UU Penataan Ruang dan UU
Agraria, dan untuk lebih memudahkan pembacaan dapat dilihat Gambar
di bawah ini.
LINGKUNGAN HIDUP Kesatuan ruang
Ruang Sumber Daya Alam

a. darat;
b. air; dan
Wadah/
c. udara
tempat
d. di bawah perut bumi.

Kelayakan untuk
Lingkungan Hidup ditempati
Manusia & Makhluk Hidup

Ruang Peruntukan
Kegiatan/perilaku

Agraria Hubungan Hukum

Keberlanjutan

Kesejahteraan

Tata ruang sebagai salah satu instrumen yuridis dalam PPLH yang
pada intinya untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup guna menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
kemaslahatan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 14 dan

17 Aca Sugandhy, 1987, Perencanaan Tata Ruang Wilayah Berwawasan Lingkungan sebagai Alat Keterpaduan
Pembangunan, makalah pada Komperensi PSL VII 1987 di Sulawesi Selatan, hlm. 3.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Pasal 19 UU 32 tahun 2009, artinya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 juga mengisyaratkan pentingnya penataan ruang sebagai bagian
dari upaya mewujudkan tujuan PPLH.
Pengintegrasian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dengan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
memang menghendaki sejak penyusunan Naskah Akademis
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009. Salah satu pertimbangan
mengapa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah fakta yuridis
tentang lemahnya padu serasi antara Undang-Undang sebelumnya, yaitu
Undang-Undang Nomor 32 Tahun1997 dengan Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007. Berikut ini identifikasi masalah terkait dengan
UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007.
a. Undang-Undang Penataan Ruang membagi daerah berdasarkan
wilayah administrasi pemerintahan bukan berdasarkan wilayah
ekosistem. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 mengatur
mengenai fungsi-fungsi leingkungan hidup tetapi sulit diterjemahkan
ke dalam kebijakan dan pelaksanaan tata ruang. Dalam UU Penataan
Ruang dinyatakan bahwa penyusunan rencana tata ruang wilayah
nasional harus memperhatikan, antara lain daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup (Pasal 19 huruf (e) UU Penataan Ruang).
Namun dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 hanya iatur
ketentuan yang mewajibkan pemerintah untuk mengembangkan dan
menerapkan kebijaksanaan nasional yang menjamin terpeliharanya
daya dukung dan daya tampung LH (Pasal 10 huruf d UUPPLH).
Ketentuan pasal 19 huruf (e) UU Penataan Ruang tersebut perlu
dikaitkan secara tegas berupa kewajiban penetapan daya dukung dan
daya tampung nasional sebagai dasar penetapan rencana tata ruang
dan kebijakan lainnya.
b. Lemahnya pengaturan tentang koordinasi antara instansi yang
mengelola penataan ruang dengan lingkungan mengakibatkan
lemahnya internalisasi prinsip pengakuan pengakuan daya dukung
dan daya tampung lingkungan dalam pengambilan kebijakan dan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
pelaksanaan penataan ruang. Kewenangan institusi engelolaan
lingkungan hidup yang belum menjangkau kepada proses penetapan
kebijakan penataan ruang dan pelaksanaannya mengakibatkan
lemahnya pula pengawasan penataan lingkungan dalam konteks
penataan ruang.
Dalam Undang-Undang Penataan Ruang dinyatakan bahwa
penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional harus memperhatikan
salah satunya adalah daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
(Pasal 19 huruf (e) Undang-Undang Penataan Ruang). Artinya, salah satu
pelanggaran tata ruang dapat diakibatkan oleh pengabaian aspek
lingkungan baik pada tahap pengambilan kebijakan maupun
pelaksanaannya. Undang-Undang Penataan Ruang mengatur secara
tersendiri tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Dengan lemahnya
koordinasi yang selama ini ada, keberadaan PPNS Penataan Ruang
berpotensi berbenturan dengan PPNS Lingkungan Hidup. Untuk itu perlu
diatur mekanisme koordinasi antar kewenangan kedua PPNS tersebut.
Idealnya PPNS Penataan Ruang sebaiknya digabung ke PPNS Lingkungan
Hidup mengingat bahwa pertimbangan lingkungan merupakan kewajiban
yang harus diperhatikan dalam penetapan kebijakan pelaksanaan
penataan ruang.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang diundangkan pada tanggal 2 Februari
2021 dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17
angka 3, angka 4, angka 7, angka 9, angka 1O, angka 20, angka 21,
Pasal 18 angka 3, angka 21, Pasal 19 angka 4, angka 6, angka 10, dan
Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta
Kerja.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja yang
mengubah sebagian muatan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2OO7
tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2OO7
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2Ol4 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2OO7 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2Ol4 tentang Kelautan, merupakan landasan hukum
Penyelenggaraan Penataan Ruang secara nasional, yang perlu
disinergikan melalui pembentukan peraturan pelaksanaan sebagai
landasan operasional dalam mengimplementasikan ketentuan
UndangUndang tersebut. Peraturan pelaksanaan dimaksud meliputi
aspek-aspek dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang yang perlu diatur
dalam bentuk peraturan pemerintah.
Penyelenggaraan Penataan Ruang dimaksudkan untuk
mengintegrasikan berbagai kepentingan lintas sektor, lintas wilayah, dan
lintas pemangku kepentingan yang termanifestasi dalam pen5rusunan
Rencana Tata Ruang, pemaduserasian antara Struktur Ruang dan Pola
Ruang, penyelarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungan,
perwujudan keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah,
serta penciptaan kondisi peraturan perundang-undangan bidang Penataan
Ruang yang mendukung iklim investasi dan kemudahan berusaha.
Pengaturan mengenai Penyelenggaraan Penataan Ruang didasarkan pada
pertimbangan kondisi keragaman geografis, sosial budaya, potensi sumber
daya alam, dan peluang pengembangan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang
antara lain, dipengaruhi oleh:
a. letak Negara Kesatuan Repubhk Indonesia berada pada kawasan
cepat berkembang (facific ocean rim dan indian ocean rin) yang
menuntut perlu didorongnya daya saing ekonomi dalam tatanan
ekonomi global;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
b. letak Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan
pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik yang mengakibatkan rawan
bencana geologi sehinggia menuntut pertimbangan aspek mitigasi
bencana;
c. intensitas kegiatan Pemanfaatan Ruang terkait eksploitasi sumber
daya alam yang semakin meningkat dan berpotensi mengancam
kelestarian lingkungan hidup, termasuk peningkatan pemanasan
global; dan
d. penurunan kualitas permukiman dan lingkungan hidup, peningkatan
alih fungsi lahan yang tidak terkendali, dan peningkatan kesenjangan
antar dan di dalam wilayah.
Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur berbagai ketentuan terkait
Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, Pengendalian
Pemanfaatan Ruang, Pengawasan Penataan Ruang, Pembinaan penataan
Ruang, dan kelembagaan Penataan Ruang. oleh sebab itu, untuk
mewujudkan pengaturan mengenai Penyelenggaraan Penataan Ruang
yang lebih komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif dan efisien,
Peraturan Pemerintah ini memuat:
a. Perencanaan Tata Ruang yang mengatur ketentuan mengenai
penyusunan dan penetapan rencana umum tata ruang dan rencana
rinci tata ruang;
b. Pemanfaatan Ruang yang mengatur ketentuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang dan sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang;
c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang, yang mengatur Penilaian
pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, penilaian
perwujudan RTR, pemberian insentif dan disinsentif, pengenaan
sanksi, dan penyelesaian sengketa Penataan Ruang;
d. Pengawasan Penataan Ruang, yang meliputi pemantauan evaluasi,
dan pelaporan, yang merupakan upaya untuk menjaga kesesuaian
Penyelenggaraan Penataan Ruang dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, yang dilaksanakan baik oleh Pemerintah

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Pusat, Pemerinlah Daerah, maupun Masyarakat;
e. Pembinaan Penataan Ruang yang mengatur tentang bentuk dan tata
cara Pembinaan Penataan Ruang yang diselenggarakan secara
sinergis oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat.
Pembinaan Penataan Ruang mencakup juga pengaturan mengenai
pengembangan profesi perencana tata ruang untuk mendukung
peningkatan kualitas dan efektivitas Penyelenggaraan Penataan
Ruang; dan
f. kelembagaan Penataan ruang yang mengatur mengenai bentuk,
tugas, keanggotaan, dan tata kerja Forum Penataan Ruang.

D. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja


Pada tanggal 12 November 2020 diundangkan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dengan pertimbangan:
a. bahwa untuk mewujudkan tujuan pembentukan Pemerintah Negara
Indonesia dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera,
adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara perlu melakukan
berbagai upaya untuk memenuhi hak warga negara atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan melalui cipta kerja;
b. bahwa dengan cipta kerja diharapkan mampu menyerap tenaga keda
Indonesia yang seluas-luasnya di tengah persaingan yang semakin
kompetitif dan tuntutan globalisasi ekonomi;
c. bahwa untuk mendukung cipta kerja diperlukan penyesuaian
berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan kemudahan,
perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil,
dan menengah, peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan
proyek strategis nasional, termasuk peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan pekerja;
d. bahwa pengaturan yang berkaitan dengan kemudahan,
perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil,

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
dan menengah, peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan
proyek strategis nasional, termasuk peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan pekerja yang tersebar di berbagai Undang-Undang
sektor saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan hukum untuk
percepatan cipta kerja sehingga perlu dilakukan perubahan;
e. bahwa upaya perubahan pengaturan yang berkaitan kemudahan,
perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil,
dan menengah, peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan
proyek strategis nasional, termasuk peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan pekerja dilakukan melalui perubahan Undang-Undang
sektor yang belum mendukung terwujudnya sinkronisasi dalam
menjamin percepatan cipta kerja, sehingga diperlukan terobosan
hukum yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dalam
beberapa Undang-Undang ke dalam satu Undang-Undang secara
komprehensif;
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan pembentukan Negara
Republik Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,
makmur, yang merata, baik materiel .maupun spiritual. Sejalan dengan
tujuan tersebut, Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menentukan bahwa
"Tiaptiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan, oleh karena itu negara perlu melakukan
berbagai upaya atau tindakan untuk memenuhi hak-hak warga negara
untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pemenuhan
hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak pada prinsipnya
merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan nasional yang
dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Pemerintah Pusat telah melakukan berbagai upaya untuk
menciptakan dan memperluas lapangan kerja dalam rangka penurunan
jumlah pengangguran dan menampung pekerja baru serta mendorong
pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan
tujuan untuk meningkatkan perekonomian nasional yang akan dapat

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Pusat telah
berupaya untuk perluasan program jaminan dan bantuan sosial yang
merupakan komitmen dalam rangka meningkatkan daya saing dan
penguatan kualitas sumber daya manusia, serta untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Dengan
demikian melalui dukungan jaminan dan bantuan sosial, total manfaat
tidak hanya diterima oleh pekerja, namun juga dirasakan oleh keluarga
pekerja.
Terhadap hal tersebut Pemerintah Pusat perlu mengambil
kebijakan strategis untuk menciptakan dan memperluas kerja melalui
peningkatan investasi, mendorong pengembangan dan peningkatan
kualitas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Untuk dapat
meningkatkan penciptaan dan perluasan kerja, diperlukan pertumbuhan
ekonomi stabil dan konsisten naik setiap tahunnya. Indonesia masih
menghadapi berbagai hambatan dan kemudahan dalam berusaha,
termasuk untuk Koperasi dan UMK-M. Saat ini terjadi kompleksitas dan
obesitas regulasi, dimana saat ini terdapat 4.451 peraturan Pemerintah
Pusat dan 15.965 peraturan Pemerintah Daerah. Regulasi dan institusi
menjadi hambatan paling utama disamping hambatan terhadap fiskal,
infrastruktur dan sumber daya manusia. Regulasi tidak mendukung
penciptaan dan pengembangan usaha bahkan cenderung membatasi.
Untuk itu diperlukan kebijakan dan langkah-langkah strategis
Cipta Kerja yang memerlukan keterlibatan semua pihak yang terkait, dan
terhadap hal tersebut perlu menyusun dan menetapkan Undang-Undang
tentang Cipta Kerja dengan tujuan untuk menciptakan kerja yang
seluasluasnya bagi rakyat Indonesia secara merata di seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia dalam rangka memenuhi hak atas penghidupan yang
layak. Undang-Undang tentang Cipta Kerja mencakup yang terkait dengan:
a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;
b. peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja;
c. kemudahan, pemberdayaan, dan perlindungan Koperasi dan UMK-M; dan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
d. peningkatan investasi pemerintah dan percepatan proyek strategis
nasional.
Penciptaan lapangan kerja yang dilakukan melalui pengaturan
terkait dengan peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha
paling sedikit memuat pengaturan mengenai: penyederhanaan Perizinan
Berusaha, persyaratan investasi, kemudahan berusaha, riset dan inovasi,
pengadaan lahan, dan kawasan ekonomi.
Penyederhanaan Perizinan Berusaha melalui penerapan Perizinan
Berusaha berbasis risiko merupakan metode standar berdasarkan tingkat
risiko suatu kegiatan usaha dalam menentukan jenis Perizinan Berusaha
dan kualitas/frekuensi pengawasan. Perrzinan Berusaha dan pengawasan
merupakan instrumen Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
mengendalikan suatu kegiatan usaha. Penerapan pendekatan berbasis
risiko memerlukan perubahan pola pikir (change managementl dan
penyesuaian tata kerja penyelenggaraan layanan Perizinan Berusaha
(busfness process re-engineering) serta memerlukan pengaturan
(redesign) proses bisnis Perizinan Berusaha di dalam sistem Perizinan
Berusaha secara elektronik. Melalui penerapan konsep ini, pelaksanaan
penerbitan Perizinan Berusaha dapat lebih efektif dan sederhana karena
tidak seluruh kegiatan usaha wajib memiliki izin, di samping itu melalui
penerapan konsep ini kegiatan pengawasan menjadi lebih terstruktur
baik dari periode maupun substansi yang harus dilakukan pengawasan.
Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan strategis penciptaan
kerja beserta pengaturannya, diperlukan perubahan dan penyempurnaan
berbagai Undang-Undang terkait. Perubahan Undang-Undang tersebut
tidak dapat dilakukan melalui cara konvensional dengan cara mengubah
satu persatu Undang-Undang seperti yang selama ini dilakukan, cara
demikian tentu sangat tidak efektif dan efisien serta membutuhkan waktu
yang lama.
Ruang lingkup Undang-Undang ini meliputi:
a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
b. ketenagakerjaan;
c. kemudahan, perlindungan, serta pemberdayaan Koperasi dan UMK-
M;
d. kemudahan berusaha;
e. dukungan riset dan inovasi;
f. pengadaan tanah;
g. kawasan ekonomi;
h. investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional;
i. pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan
j. pengenaan sanksi.
Omnibus law atau Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja juga melingkupi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Seperti pada
UndangUndang lainnya yang diatur dalam Omnibus Law, sejumlah pasal
di dalam UU Nomor 11 Tahun 2011 mengalami perubahan.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. LANDASAN FILOSOFIS
Landasan filosofis sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 12
Tahun 2011, merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Setiap masyarakat selalu mempunyai rechtsideey yakni apa yang
masyarakat harapkan dari hukum, misalnya hukum diharapkan untuk
menjamin adanya keadilan, kemanfaatan dan ketertiban maupun
kesejahteraan. Cita hukum atau rechtsidee tumbuh dalam sistem nilai
masyarakat tentang baik dan buruk, pandangan mereka mengenai
hubungan individual dan kemasyarakat dan lain sebagainya termasuk
pandangan tentang dunia gaib. Semua ini bersifat filosofis, artinya
menyangkut pandangan mengenai inti atau hakikat sesuatu. Hukum
diharapkan mencerminkan sistem nilai baik sebagai sarana yang
melindungi nilai-nilai maupun sebagai sarana mewujudkannya dalam
tingkah laku masyarakat.18
Cita hukum menurut Rudolf Stammier, adalah konstruksi pikiran
yang merupakan keharusan untuk mengarahkan hukum pada cita-cita
yang diinginkan masyarakat. Selanjutnya Gustav Radbruchseorang ahli
filsafat hukum seperti Stammler dari aliran Neo-Kantian menyatakan
bahwa cita hukum berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulatif

18 Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia, IN-HILL-Co, Jakarta, 1992, hlm. 17.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
dan konstruktif. Tanpa cita hukum, hukum akan kehilangan maknanya. 19
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan proses terwujudnya
nilai-nilai yang terkandung cita hukum ke dalam norma hukum
tergantung pada tingkat kesadaran dan penghayatan akan nilai-nilai
tersebut oleh para pembentuk peraturan perundang-undangan. Tiadanya
kesadaran akan nilai-nilai tersebut dapat terjadi kesenjangan antara cita
hukum dan norma hukum yang dibuat.
Pembukaan alinea IV UUD 1945 mengatur mengenai tujuan
nasional (staats idee) dan dasar negara (recht idee) merupakan alasan
filosofis yang tidak bisa diabaikan dalam setiap pembentukan kebijakan
nasional Indonesia. Demikian juga dengan pembentukan kebijakan di
daerah yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Cita hukum akan terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat secara berkeadilan dengan pemanfaatan sumber daya
lingkungan yang merupakan kekayaan alam sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa. Karena itu pengelolaannnya harus memberi nilai
tambah secara nyata pada pertumbuhan ekonomi daerah, atas
dasar prinsip kemandirian, andal, berdaya saing, efisien, dan
berwawasan lingkungan untuk menjamin pembangunan yang
berkelanjutan.
2. Cita hukum akan adanya jaminan kepastian hukum
(rechtssicherheid) dan perlindungan hukum (rechtsbescherming) bagi
pelaku pembangunan (dunia usaha, pemerintah dan warga
masyarakat) dalam segala kegiatan/ usaha yang mempunyai
dampak lingkungan. Jaminan kepastian hukum dan perlindungan
tersebut akan dapat diyakini dan dirasakan oleh stakeholders jika
terdapat klausula-klausula yang memberikan rechtsbescherming
tersebut dalam peraturan daerah nantinya.
3. Cita hukum tersebut akan tergambar dari berbagai norma yang
dituangkan dalam rancangan peraturan daerah, baik cita akan
19 Esmi Warasih P,Fungsi Cita HukumdalamPenyusunanPeraturanPerundangan yang
Demokratis, dalam Arena Hukum, Majalah Hukum FH Unibraw No.15 Tahun 4, November
2001, hlm, 354361.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
keadilan, ketertiban, kesejahteraan, kepastian hukum,
demokratisasi dan sebagainya.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pasal 28H ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tempat tinggal mempunyai peran
yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian
bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia
seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya
kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
manusia, yang akan ada terus dan berkembang sesuai dengan tahaoan
dan siklus kehidupa manusia. Negara bertanggung jawab melindungi
segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta
menghuni rumah yang layak dan terjangkat di dalam lingkungan yang
sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan
kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat.
Perumahan dan kawasan permukiman merupakan sumber daya
milik bersama/publik (common pool resources) yang tanpa dikelola secara
efektif dan efisien, serta dijaga dengan baik dipastikan dapat
menimbulkan tragedi sumber daya umum (tragedy of common). Untuk itu
perlu pengintegrasian penggunaan dan pemanfaatan perumahan dan
kawasan permukiman sebagai pusat permukiman masyarakat baik di
kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan, baik di kota
megapolitan, metropolitan, kota besar, kota menengah dan kota kecil
serta kota perdesaan yang terus berkembang. Perumahan dan kawasan
permukiman sebagai pusat permukiman juga pusat perekonomian,
pusat sosial dan budaya. Penggunaan dan pemanfaatan perkotaan
sebagai sumber daya publik untuk dapat di gunakan dan dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan publik.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Perumahan dan kawasan permukiman masyarakat dengan segala
kegiatan di dalamnya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugerahkan kepada rakyat dan bangsa Indonesia yang berdaulat
dalam wilayah kedaulatan Negara Republik Indonesia, memiliki potensi
sangat besar bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, maka perlu
ada pengaturan penggunaan dan pemanfaatan perumahan dan kawasan
permukiman secara terpadu, terarah, dan terintegrasi dalam rangka
optimalisasi, sinergi, serta minimalisasi konflik antar kepentingan.
Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan hidup dan
kehidupan yang sejahtera lahir dan batin, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat di perumahan dan kawasan permukiman
sebagai kebutuhan dasar manusia yang mempunyai peran sangat
strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai
salah satu upaya membangun manusia seutuhnya, berjati diri, mandiri
dan produktif.
Agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta mampu menghuni
rumah yang layak dan terjangkau di lokasi perumahan dan kawasan
permukiman yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan, negara
bertanggungjawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dengan
menyelenggarakan perumahan dan kawasan permukiman yang
terjangkau oleh kemampuan masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan rendah baik yang mempunyai pekerjaan tetap maupun
yang tidak mempunyai pekerjaan tetap.
.
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
Ketentuan dalam UU No. 12 tahun 2011 menyebutkan bahwa landasan
sosiologis merupakan landasan yang berkaitan dengan kondisi atau
kenyataan empiris yang hidup dalam masyarakat, sehingga mempunyai daya
mengikat secara efektif (living law).
Kebutuhan empiris tersebut, merupakan suatu konsekuensi dari
dinamisasi perkembangan yang terjadi di masyarakat seiring dengan
berbagai tuntutan kebutuhan yang semakin meningkat. Kebutuhan yang

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
dewasa ini menjadi bagian dari pola kehidupan masyarakat antara lain
kebutuhan terhadap perumahan yang mengalami peningkatan,
sebagaimana yang terjadi pada masyarakat dunia, terutama pada
masyarakat di Kabupaten Indramayu, di mana populasi penduduknya
sangat besar, sehingga memaksa Pemerintah berupaya untuk berupaya
memenuhi kebutuhan akan perumahan di tengah berbagai kendala
seperti keterbatasan lahan perumahan.
Berdasarkan uraian di atas maka Landasan sosiologis penyusunan
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman
Kumuh yaitu Kebutuhan materi pengaturan terhadap Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman
Kumuh tidak terlepas dari tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara
yang termuat pada Pasal di dalam UUD Tahun 1945 yang terkait dengan
keberadaan dan kepentingan perumahan dan kawasan permukiman
adalah Pasal 18 ayat (1) yang menyatakan bahwa: “Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai Pemerintahan Daerah, yang diatur
dengan undang-undang”, dan ayat (2) yang menyatakan bahwa:
“Pemerintahan Daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Atas dasar ketentuan tersebut, negara diberikan
kewajiban untuk memberikan sebesar-besarnya kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat yang dikelola oleh Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota bagi kehidupan dan
penghidupan rakyat Indonesia. Jelas Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) UUD
Tahun 1945 bahwa Negara diberikan kewenangan sebagai organisasi atau
lembaga untuk mengatur dan mengawasi kota untuk sebesarbesarnya
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pasal 28H UUD Tahun 1945 juga menyebutkan bahwa “Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”. Untuk mewujudkan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat, perumahan dan kawasan permukiman perlu
ditingkatkan penggunaan dan pemanfaatannya melalui pengaturan
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan
memperhatikan kesejahteraan, keadilan dan pemerataan, kenasionalan,
keefisienan dan kemanfaatan, keterjangkauan dan kemudahan,
kemandirian dan kebersamaan, kemitraan, keserasian dan
keseimbangan, keterpaduan, kesehatan kelestarian dan berkelanjutan,
serta keselamatan, keamanan, ketertiban dan keteraturan. Karena itu
perumahan dan kawasan permukiman perlu dikelola secara terencana,
terpadu, professional, dan bertanggungjawab, serta selaras, serasi dan
seimbang dengan penggunaan dan pemanfaatan ruang.
Untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, maka
perumahan klumuh dan permukiman kumuh perlu dicegah dan
ditangani melalui pengaturan berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dengan memperhatikan kesejahteraan,
keadilan dan pemerataan, kenasionalan, keefisienan dan kemanfaatan,
keterjangkauan dan kemudahan, kemandirian dan kebersamaan,
kemitraan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kesehatan
kelestarian dan berkelanjutan, serta keselamatan, keamanan, ketertiban
dan keteraturan. Karena itu perumahan dan kawasan permukiman perlu
dikelola secara terencana, terpadu, professional, dan bertanggungjawab,
serta selaras, serasi dan seimbang dengan penggunaan dan pemanfaatan
ruang.
Guna mencapai hal tersebut di atas, maka pemerintah perlu lebih
berperan dalam melakukan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh untuk
menciptakan suatu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik,
kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin
kelestarian lingkungan hidup, dan keterbukaan dalam tatanan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
C. LANDASAN YURIDIS
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat, Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang
berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu
dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan
hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan
yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih
rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah,
peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya
memang sama sekali belum ada.20
Landasan yuridis atau normatif suatu peraturan atau kaidah, jika
kaidah itu merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang di
dalam kaidah-kaidah hukum saling menunjuk yang satu terhadap yang
lain. Sistem kaidah hukum yang demikian itu terdiri atas suatu
keseluruhan hirarki kaidah hukum khusus yang bertumpu pada kaidah
hukum umum. Di dalamnya kaidah hukum khusus yang lebih rendah
diderivasi dari kaidah hukum yang lebih tinggi.
Landasan yuridis penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Indramayu Tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh yaitu peraturan
perundang-undangan yang berlaku saat ini, khususnya yang
memerintahkan penerbitan perda tersebut diantaranya:
a. Aspek Legal Drafting
1. Pasal 18 ayat 6 UUD 1945
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
b. Aspek substansi:
20 Lampiran I UU No. 12 tahun 2011

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tetang Pemerintahan Daerah
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 11
tahun 2020 tentang Cipta Kerja
2. Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman Sebagaimana Telah Diubah
Dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta
Kerja
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman
c) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
3. Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Penataan Ruang
a) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
b) Pemerintah Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP
PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN HUKUM
POSITIF

A. KEDUDUKAN PERATURAN DAERAH


Kedudukan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh ini dalam Konstelasi Peraturan PerundangUndangan
yang Terkait dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini.

Gambar Kedudukan Peraturan Daerah (Perda) dalam Konstelasi


Peraturan Perundang-Undangan yang Terkait

Naskah Akademik Rancangan peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan dan 83
peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Kedudukan Program Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh dalam Konstelasi Program Pembangunan di Daerah
dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini. Kedudukan Program
Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dalam
Konstelasi Pembangunan di Daerah

Gambar Kedudukan Program Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh


Dan Permukiman Kumuh

B. SASARAN YANG AKAN DIWUJUDKAN SERTA ARAH DAN


JANGKAUAN PENGATURAN
Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan
dengan substansi atau materi yang diatur yaitu bahwa dalam rangka
menyelenggarakan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh, diperlukan payung hukum
dalam bentuk Peraturan Daerah. Pengaturan hukum Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh ini berdasarkan
asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan,

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan,
dan asas nilai ekonomi.
Salah satu cara untuk menilai urgensi lahirnya Peraturan Daerah
Tentang Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh dapat dilakukan dengan menggunakan parameter
manfaat dan konsekuensinya
1. Manfaat
Manfaat dari keberadaan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu
Tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh antara lain, adalah:
a. memberikan landasan hukum dan sekaligus pedoman bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dalam rangka
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh.
b. mendorong agar kegiatan masyarakat dan perencanaan
pembangunan jangka panjang yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten Indramayu berlangsung aman, lebih
tertib, terarah, terkoordinasi, dan bermanfaat khususnya di
bidang perumahan dan permukiman.
c. lebih menjamin terciptanya kepastian hukum bagi masyarakat
dan pemerintah dalam Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh di
Kabupaten Indramayu.
2. Konsekuensi
Konsekuensi dari keberadaan Peraturan Daerah Kabupaten
Indramayu tentang tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh antara lain
adalah:
a. menuntut konsistensi dan komitmen yang sungguh-sungguh dari

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Pemerintah Kabupaten Indramayu di dalam pelaksanaannya;
b. menuntut adanya koordinasi yang dilandasi oleh satu
kepentingan nasional yang mengesampingkan
kepentingankepentingan sektoral dan pemerintah provinsi dan
Pemerimtah Kota tidak lagi menganggap bahwa Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh adalah urusannya pemerintah pusat,
melainkan menjadi tanggung jawabnya. Apalagi jika dilihat dari
konsekuensi diterapkannya otonomi daerah sebagaimana diatur
pada Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014; dan
c. DPRD memiliki tanggung jawab yang sama dalam Pencegahan
Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh di Kabupaten Indramayu.

C. RUANG LINGKUP MATERI MUATAN


Berdasarkan tinjauan terhadap landasan yuridis, yaitu
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman yang telah dilakukan pada sub-bab terdahulu, maka lingkup
pengaturan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Lingkup pengaturan adalah aspek peningkatan kualitas, yang
meliputi:
- kriteria dan tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
- pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan
kumuh dan permukiman kumuh baru;
- peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh;
- penyediaan tanah;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- pendanaan dan sistem pembiayaan;
- tugas dan kewajiban pemerintah daerah; serta
- pola kemitraan, peran masyarakat, dan kearifan lokal.
 Obyek pengaturan adalah lingkup perumahan dan permukiman,
yaitu:
- Skala entitas perumahan dan permukiman; - Lokasi kumuh baik
legal maupun ilegal.
 Fokus pengaturan adalah aspek bangunan dan infrastruktur
keciptakaryaan, yang meliputi:
- bangunan gedung;
- jalan lingkungan;
- penyediaan air minum;
- drainase lingkungan;
- pengelolaan air limbah; - pengelolaan persampahan; dan -
proteksi kebakaran.

1. KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN


KUMUH
Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria
yang digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan
kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan
permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:
- bangunan gedung;
- jalan lingkungan;
- penyediaan air minum;
- drainase lingkungan;
- pengelolaan air limbah; - pengelolaan persampahan; dan - proteksi
kebakaran.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
a. Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Bangunan Gedung
Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup:
1. Ketidakteraturan Bangunan
Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada
perumahan dan permukiman:
a. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata
Ruang (RDTR), yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan,
dan tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau
b. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas
lingkungan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
yang meliputi pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan,
ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep
orientasi lingkungan, dan wajah jalan.
Mengingat Pasal 18 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005
menyebutkan bahwa “bagi daerah yang belum memiliki RTRW
kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL untuk lokasi yang
bersangkutan, pemerintah daerah dapat memberikan persetujuan
mendirikan bangunan gedung pada daerah tersebut untuk jangka waktu
sementara”. Oleh karena itu, dalam hal kota belum memiliki RDTR
dan/atau RTBL, maka penilaian ketidakteraturan bangunan dilakukan
dengan merujuk pada persetujuan sementara mendirikan bangunan.
Dalam hal bangunan gedung tidak memiliki IMB dan persetujuan
sementara mendirikan bangunan, maka penilaian ketidakteraturan
bangunan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mendapatkan
pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG).

2. Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai


Dengan Ketentuan Rencana Tata Ruang
Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan
ketentuan rencana tata merupakan kondisi bangunan gedung pada
perumahan dan permukiman dengan:

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR,
dan/atau RTBL;
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam
RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau
c. kepadatan bangunan yang tinggi pada lokasi, yaitu antara 250 unit
per hektar hingga lebih dari 300 unit per hektar untuk kota
metropolitan dan kota besar atau antara 200 unit per hektar hingga
lebih dari 250 unit per hektar untuk kota sedang dan kota kecil.
Dalam hal kabupaten/kota belum memiliki RDTR dan/atau RTBL,
maka penilaian kepadatan bangunan yang tidak sesuai dengan
ketentuan dilakukan dengan merujuk pada persetujuan sementara
mendirikan bangunan.
Dalam hal bangunan gedung pada lokasi tidak memiliki IMB dan
persetujuan sementara mendirikan bangunan, maka penilaian
kepadatan bangunan yang tidak dilakukan oleh pemerintah daerah
dengan mendapatkan pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan
Gedung (TABG).
3. Kualitas Bangunan Yang Tidak Memenuhi Syarat Persyaratan
teknis bangunan gedung yang dimaksud adalah:
a. pengendalian dampak lingkungan;
b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air
dan/atau prasarana/sarana umum;
c. keselamatan bangunan gedung;
d. kesehatan bangunan gedung;
e. kenyamanan bangunan gedung; dan
f. kemudahan bangunan gedung.

Semua persyaratan yang dimaksud pada huruf a sampai f di atas secara


prinsip semestinya sudah termaktub dalam IMB atau persetujuan
sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu peilaian

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
ketidaksesuaian persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk
pada kedua dokumen perizinan tersebut. Dalam hal bangunan gedung
pada lokasi tidak memiliki IMB dan persetujuan sementara mendirikan
bangunan, maka penilaian ketidaksesuaian persyaratan teknis bangunan
gedung dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mendapatkan
pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG).

b. Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Jalan Lingkungan


Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup:
1. Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh Lingkungan
Perumahan Atau Permukiman.
Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan
perumahan atau permukiman merupakan kondisi sebagian
lingkungan perumahan atau permukiman tidak terlayani dengan
jalan lingkungan.
2. Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk.
Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk merupakan kondisi
sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan
permukaan jalan.
c. Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Penyediaan Air Minum Kriteria
kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup:
1. Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum.
Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi
dimana masyarakat tidak dapat mengakses air minum yang
memiliki tingkat suspended solid yang rendah, kualitas tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
2. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu
Sesuai Standar Yang Berlaku.
Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu
merupakan kondisi dimana kebutuhan air minum masyarakat

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
dalam lingkungan perumahan atau permukiman tidak mencapai
minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.
d. Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Drainase Lingkungan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari drainase lingkungan mencakup:
1. Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengalirkan Limpasan Air
Hujan Sehingga Menimbulkan Genangan.
Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan
sehingga menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana
jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan
air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm
selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun;
2. Ketidaktersediaan Drainase.
Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran
tersier, dan/atau saluran lokal tidak tersedia.
3. Tidak Terhubung Dengan Sistem Drainase Perkotaan.
Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan
kondisi dimana saluranlokal tidak terhubung dengan saluran pada
hierarki diatasnya sehinggamenyebabkan air tidak dapat mengalir
dan menimbulkan genangan.
4. Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat Dan
Cair Di Dalamnya.
Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair
di dalamnya merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran
drainase tidak dilaksanakan baik berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
5. Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk.
Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi
dimana kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
tanah tanpa material pelapis atau penutup atau telah terjadi
kerusakan.
e. Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Pengelolaan Air Limbah
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup:
1. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Dengan Standar
Teknis Yang Berlaku.
Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis
yang berlaku merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah
pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memiliki
sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang
terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik,
komunal maupun terpusat.
2. Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Tidak
Memenuhi Persyaratan Teknis.
Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi
persyaratan teknis merupakan kondisi prasarana dan sarana
pengelolaan air limbah pada perumahan atau permukiman
dimana:
a. kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;
atau
b. tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau
terpusat.
f. Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Pengelolaan Persampahan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup:
1. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai Dengan
Persyaratan Teknis.
Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan
persyaratan teknis merupakan kondisi dimana prasarana dan
sarana persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memadai sebagai berikut:

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
a. tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala
domestik atau rumah tangga;
b. tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce,
reuse, recycle) pada skala lingkungan;
c. gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala
lingkungan; dan
d. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala
lingkungan.
2. Sistem Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan
Teknis.
Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan
teknis merupakan kondisi dimana pengelolaan persampahan pada
lingkungan perumahan atau permukiman tidak memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. pewadahan dan pemilahan domestik;
b. pengumpulan lingkungan;
c. pengangkutan lingkungan;
d. pengolahan lingkungan.
3. Tidak Terpeliharanya Sarana Dan Prasarana Pengelolaan
Persampahan.
Tidakterpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh
sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun jaringan drainase
merupakan kondisi dimana pemeliharaan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan baik berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
g. Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Proteksi Kebakaran
Kriteria kekumuhan ditinjau dari Proteksi kebakaran mencakup
ketidaktersediaan:

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
1. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran
Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi
persyaratan teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya
prasarana proteksi kebakaran yang meliputi:
a. pasokan air dari sumber alam (kolam air, danau, sungai,
sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang,
reservoir air, mobil tangki air dan hidran);
b. jalan lingkungan yang bebas dari segala hambatan apapun
yang dapat mempersulit masuk keluarnya kendaraan
pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman
kebakaran di lokasi;
c. sarana komunikasi yang terdiri dari telepon umum dan
alatalat lain yang dapat dipakai untuk pemberitahuan
terjadinya
kebakaran kepada Instansi Pemadam Kebakaran;
d. data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang
terletak didalam ruang kendali utama dalam bangunan
gedung yang terpisah dan mudah diakses; dan
e. bangunan pos kebakaran dengan luas tanah minimal 900 m2
dan luas bangunan minimal 400 m2.
2. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran
Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi
persyaratan teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya
sarana proteksi kebakaran yang meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
b. mobil pompa;
c. mobil tangga sesuai kebutuhan; dan
d. peralatan pendukung lainnya
h. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh Tipologi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi
secara geografis. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
terdiri dari perumahan kumuh dan permukiman kumuh:
1. di tepi air; 2. di
dataran; dan
3. di perbukitan.
Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh dapat dijelaskan sebagai berikut.

Tabel Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh


NO TIPOLOGI BATASAN
1. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di permukiman kumuh yang berada di
atas air atas air, baik daerah pasang surut,
rawa, sungai ataupun laut.
2. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di permukiman kumuh yang berada
NO TIPOLOGI BATASAN
tepi air tepi badan air (sungai, pantai,
danau, waduk dan sebagainya),
namun berada di luar Garis
Sempadan Badan Air.
3. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di permukiman kumuh yang berada di
dataran rendah daerah dataran rendah dengan
kemiringan lereng < 10%.
4. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di permukiman kumuh yang berada di
perbukitan daerah dataran tinggi dengan
kemiringan lereng > 10 % dan <
40%

2. PENCEGAHAN TERHADAP TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA


PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BARU Pencegahan
terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru dilaksanakan melalui:
1. pengawasan dan pengendalian;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
2. pemberdayaan masyarakat

a. Pengawasan dan Pengendalian


Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap:
- perizinan; - standar teknis; dan - kelaikan fungsi.
Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan pada:
- tahap perencanaan;
- tahap pembangunan; dan - tahap pemanfaatan.
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian dilakukan pada tahap
perencanaan perumahan dan permukiman.terhadap perizinan meliputi:
- izin prinsip;
- izin lokasi;
- izin penggunaan pemanfaatan tanah;
- izin mendirikan bangunan; dan
- izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap perizinan
dilakukan untuk menjamin:
- kesesuaian lokasi perumahan dan permukiman yang direncanakan
dengan rencana tata ruang; dan
- keterpaduan rencana pengembangan prasarana, sarana, dan utilitas
umum sesuai dengan ketentuan dan standar teknis yang berlaku.
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap standar teknis
dilakukan pada tahap pembangunan perumahan dan permukiman
terhadap:
- bangunan gedung;
- jalan lingkungan;
- penyediaan air minum;
- drainase lingkungan;
- pengelolaan air limbah; - pengelolaan persampahan; dan - proteksi
kebakaran.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap standar teknis
dilakukan untuk menjamin:
- terpenuhinya sistem pelayanan yang dibangun sesuai ketentuan
standar teknis yang berlaku;
- terpenuhinya kuantitas kapasitas dan dimensi yang dibangun sesuai
ketentuan standar teknis yang berlaku;
- terpenuhinya kualitas bahan atau material yang digunakan serta
kualitas pelayanan yang diberikan sesuai ketentuan standar teknis
yang berlaku.
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap kelayakan fungsi
pada tahap pemanfaatan perumahan dan permukiman terhadap:
- bangunan gedung;
- jalan lingkungan;
- penyediaan air minum;
- drainase lingkungan;
- pengelolaan air limbah; - pengelolaan persampahan; dan - proteksi
kebakaran.
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap kelayakan fungsi
dilakukan untuk menjamin:
- kondisi sistem pelayanan, kuantitas kapasitas dan dimensi serta
kualitas bahan atau material yang digunakan masih sesuai dengan
kebutuhan fungsionalnya masing-masing;
- kondisi keberfungsian bangunan beserta prasarana, sarana dan utilitas
umum dalam perumahan dan permukiman ;
- kondisi kerusakan bangunan beserta prasarana, sarana dan utilitas
umum tidak mengurangi keberfungsiannya masing-masing.
Pengawasan dan pengendalian terhadap tumbuh dan berkembangnya
perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru, dilakukan dengan
cara:
- Pemantauan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Pemantauan secara langsung dilakukan melalui pengamatan lapangan
pada lokasi yang diindikasi berpotensi menjadi kumuh, sementara
pemantauan secara tidak langsung dilakukan berdasarkan: data dan
informasi mengenai lokasi kumuh yang ditangani dan pengaduan
masyarakat maupun media massa.
- Evaluasi
Evaluasi dalam rangka pencegahan tumbuh dan berkembangnya
perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru merupakan
kegiatan penilaian secara terukur dan obyektif terhadap hasil
pemantauan. Pemerintah daerah dapat dibantu oleh ahli yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan memadai dalam hal
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh
- Pelaporan
Pelaporan dalam rangka pencegahan tumbuh dan berkembangnya
perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru merupakan
kegiatan penyampaian hasil pemantauan dan evaluasi. Pemerintah
daerah dapat dibantu oleh ahli yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan memadai dalam hal pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi dijadikan dasar bagi
pemerintah daerah untuk melaksanakan upaya pencegahan tumbuh
dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh
baru sesuai kebutuhan.

Dalam melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pemerintah


daerah dapat menugasi dan/atau membentuk lembaga atau kelembagaan
khusus . Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga atau kelembagaan
khusus akan diatur dengan peraturan Bupati.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
b. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan
bidang perumahan dan kawasan permukiman melalui:
- Pendampingan
Pendampingan merupakan kegiatan pelayanan kepada masyarakat
dalam bentuk:
 penyuluhan;
 pembimbingan; dan
 bantuan teknis
- Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi merupakan kegiatan pelayanan kepada
masyarakat dalam bentuk pemberitaan hal-hal terkait upaya
pencegahan perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

1) Pendampingan
Pendampingan dilaksanakan dengan ketentuan tata cara sebagai berikut:
- pendampingan dilaksanakan oleh pemerintah daerah melalui satuan
kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab dalam urusan
perumahan dan permukiman;
- pendampingan dilaksanakan secara berkala untuk mencegah tumbuh
dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh
baru;
- pendampingan dilaksanakan dengan melibatkan ahli, akademisi
dan/atau tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman memadai dalam hal pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
- pendampingan dilaksanakan dengan menentukan lokasi perumahan
dan permukiman yang membutuhkan pendampingan;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- pendampingan dilaksanakan dengan terlebih dahulu mempelajari
pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi yang telah dibuat baik
secara berkala maupun sesuai kebutuhan atau insidental;
- pendampingan dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan dan
alokasi anggaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Penyuluhan merupakan kegiatan untuk memberikan informasi dalam


meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait
pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh
dan permukiman kumuh. Penyuluhan yang dilakukan dapat berupa
sosialiasi dan diseminasi, dengan menggunakan alat bantu dan/atau alat
peraga.
Pembimbingan merupakan kegiatan untuk memberikan petunjuk atau
penjelasan mengenai cara untuk mengerjakan kegiatan atau larangan
aktivitas tertentu terkait pencegahan terhadap tumbuh dan
berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
- pembimbingan kepada kelompok masyarakat; - pembimbingan kepada
masyarakat perorangan; dan - pembimbingan kepada dunia usaha.

Bantuan teknis merupakan kegiatan untuk memberikan bantuan yang


bersifat teknis baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
Bantuan teknis yang bersifat fisik diarahkan pada upaya pemeliharaan
dan atau perbaikan komponen fisik yang menjadi paramater kekumuhan,
yaitu bangunan dan PSU nya..
Arahan fasilitasi pemeliharaan dan/atau perbaikan, meliputi komponen:
- bangunan;
- jalan lingkungan;
- drainase lingkungan;
- sarana dan prasarana air minum;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- sarana dan prasarana air limbah;
- sarana dan prasarana persampahan; dan/atau - sarana dan prasarana
proteksi kebakaran.
Bantuan teknis non fisik diarahkan pada kegiatan penyusunan elemen
software pengaturan dan perencanaan, meliputi
- fasilitasi penyusunan perencanaan;
- fasilitasi penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
- fasilitasi penguatan kapasitas kelembagaan;
- fasilitasi pengembangan alternatif pembiayaan; dan/atau
- fasilitasi persiapan pelaksanaan kerjasama pemerintah dengan swasta.

2) Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi yang diberikan meliputi informasi terkait:
- rencana tata ruang;
- penataan bangunan dan lingkungan;
- perizinan; dan
- standar perumahan dan permukiman.
Pelayanan informasi dilakukan pemerintah daerah untuk membuka akses
informasi bagi masyarakat. Pemerintah daerah menyampaikan informasi
melalui media elektronik dan/atau cetak atau secara langsung kepada
masyarakat dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

3. PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN


PERMUKIMAN KUMUH
Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh didahului dengan penetapan lokasi dan perencanaan penanganan,
yang kemudian ditindaklanjuti degan pengelolaan untuk
mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Sesuai kewenangannya, maka peningkatan kualitas sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan luasan kurang di bawah 10 Ha yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah. Sementara peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan luasan di
atas di atas 10 Ha menjadi kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi.
A. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib
didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
dengan melibatkan peran masyarakat. Proses pendataan meliputi proses:
1) identifikasi lokasi; dan
2) penilaian lokasi.

Gambar Skema Penetapan Lokasi

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
1. Identifikasi Lokasi 1. a. Identifikasi Satuan Perumahan dan
Permukiman
Identifikasi satuan perumahan dan permukiman merupakan tahap
identifikasi untuk menentukan batasan atau lingkup entitas perumahan
dan permukiman swadaya dari setiap lokasi dalam suatu wilayah kota..
Penentuan satuan perumahan dan permukiman untuk perumahan dan
permukiman swadaya dilakukan dengan pendekatan administratif,
dimana:
• Penentuan satuan perumahan swadaya dilakukan dengan pendekatan
administratif pada tingkat rukun tetangga.
• Penentuan satuan permukiman swadaya dilakukan dengan
pendekatan administratif pada tingkat kelurahan.

1.b. Identifikasi Kondisi Kekumuhan


Identifikasi kondisi kekumuhan merupakan upaya untuk menentukan
tingkat kekumuhan pada suatu perumahan dan permukiman dengan
menemukenali permasalahan kondisi bangunan gedung beserta sarana
dan prasarana pendukungnya. Identifikasi kondisi kekumuhan dilakukan
berdasarkan kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
1.c. Identifikasi Legalitas Lahan
Identifikasi legalitas lahan merupakan tahap identifikasi untuk
menentukan status legalitas lahan pada setiap lokasi perumahan kumuh
dan permukiman kumuh sebagai dasar yang menentukan bentuk
penanganan.
Identifikasi legalitas lahan meliputi aspek:
1. Kejelasan Status Penguasaan Lahan
Kejelasan status penguasaan lahan merupakan kejelasan terhadap
status penguasaan lahan berupa:

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
a. kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak
atas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah
lainnya yang sah; atau
b. kepemilikan pihak lain (termasuk milik adat/ulayat), dengan
bukti izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah
atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara
pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan
pengguna tanah.
2. Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang
Kesesuaian dengan rencana tata ruang merupakan kesesuaian
terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang, dengan
bukti Surat Informasi Tata Ruang (SITR)

1.d. Identifikasi Pertimbangan Lain


Identifikasi pertimbangan lain merupakan tahap identifikasi terhadap
beberapa hal lain yang bersifat non fisik untuk menentukan skala
prioritas penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Identifikasi pertimbangan lain meliputi aspek:


1. Nilai Strategis Lokasi
Nilai strategis lokasi merupakan pertimbangan letak lokasi
perumahan atau permukiman pada:
a. fungsi strategis kota; atau
b. bukan fungsi strategis kota.
2. Kependudukan
Kependudukan merupakan pertimbangan kepadatan penduduk
pada lokasi perumahan atau permukiman dengan klasifikasi:
a. rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah 150 jiwa/ha;
b. sedang yaitu kepadatan penduduk antara 151 – 200 jiwa/ha;
c. tinggi yaitu kepadatan penduduk antara 201 – 400 jiwa/ha;
d. sangat padat yaitu kepadatan penduduk di atas 400 jiwa/ha;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
3. Masyarakat berpendapatan rendah (MBR)
MBR merupakan pertimbangan jumlah masyarakat berpendapatan
rendah pada lokasi perumahan atau permukiman dengan
klasifikasi:
a. rendah yaitu jumlah masyarakat berpendapatan rendah
mencapai 25% - 50% dari jumlah penduduk;
b. sedang yaitu jumlah masyarakat berpendapatan rendah
mencapai 51% - 75% dari jumlah penduduk; dan
c. tinggi yaitu jumlah masyarakat berpendapatan rendah
mencapai 76% - 100% dari jumlah penduduk
4. Kondisi Sosial, Ekonomi, Dan Budaya
Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya merupakan pertimbangan
potensi yang dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa:
a. potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam
mendukung pembangunan;
b. potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang
bersifat strategis bagi masyarakat setempat;
c. potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya
tertentu yang dimiliki masyarakat setempat.

2. Prosedur Pendataan
Prosedur pendataan identifikasi lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dilakukan oleh pemerintah daerah yang bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Prosedur
pendataan juga dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat pada
lokasi yang terindikasi sebagai perumahan kumuh dan permukiman
kumuh. Prosedur pendataan dilakukan dengan melibatkan instansi
kecamatan, kelurahan, hingga rukun wilayah (RW), dan masyarakat pada
lokasi yang terindikasi sebagai perumahan kumuh dan permukiman
kumuh. Partisipasi masyarakat dalam pendataan dilakukan dengan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
melakukan pengisian format isian pendataan yang disebarkan dan
dikumpulkan oleh ketua RW. Setelah dilakukan pengisian, format isian
pendataan dikumpulkan dan dilakukan rekapitulasi pada tingkat RW,
dilanjutkan dengan rekapitulasi pada tingkat kelurahan, rekapitulasi pada
tingkat kecamatan, hingga rekapitulasi pada tingkat kota. Dengan pola
prosedur seperti ini diharapkan hasil pendataan akan memiliki validitas
dan akurasi yang tepat. Secara skematis, prosedur pendataan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana telah dijelaskan di atas
dapat dilihat pada gambar berikut ini.

1 . Indikasi Perumahan 2. Pendataan Lokasi 3 . Rekapitulasi


Kumuh dan Permukiman Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Hasil Pendataan
Kumuh Berdasarkan Desk yang Terindikasi
Study

Kota
Penjelasan Format Rekapitulasi Tingkat Kota
Pendataan
Kecamatan
Rekapitulasi Tingkat
Penjelasan Format Kecamatan
Pendataan

Kelurahan
Penjelasan Format Rekapitulasi Tingkat
Pendataan Kelurahan

RW
Penjelasan &
Penyebaran Form Isian Rekapitulasi Tingkat RT /
Masyarakat RW
Masyarakat Pada
Lokasi

Gambar Prosedur Pendataan Perumahan Kumuh dan Permukiman


Kumuh

3. Penilaian Lokasi
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi yang
telah dilakukan terhadap aspek:

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
1. Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan
terdiri atas klasifikasi:
a. kumuh kategori ringan;
b. kumuh kategori sedang; dan
c. kumuh kategori berat.
2. Legalitas Lahan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas
klasifikasi:
a. status lahan legal; dan
b. status lahan tidak legal.
3. Pertimbangan Lain
Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas:
a. pertimbangan lain kategori rendah;
b. pertimbangan lain kategori sedang; dan
c. pertimbangan lain kategori tinggi.
Formulasi penilaian lokasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Tabel Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter
Kekumuhan
ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER
DATA
A. IDENTIFIKASI KONDISI KEKUMUHAN
1. • Tidak memenuhi ketentuan tata  76% - 100% bangunan pada lokasi
KONDISI bangunan dalam RDTR, meliputi tidak memiliki keteraturan 5
BANGUNAN pengaturan bentuk, besaran,  51% - 75% bangunan pada lokasi
GEDUNG perletakan, dan tampilan bangunan tidak memiliki keteraturan 3
pada suatu zona; dan/atau Dokumen
RDTR &
• Tidak memenuhi ketentuan tata 1
a. Ketidakteraturan RTBL,
bangunan dan tata kualitas
Bangunan lingkungan dalam RTBL, meliputi Format
pengaturan blok lingkungan, kapling,  25% - 50% bangunan pada lokasi Isian,
bangunan, ketinggian dan elevasi Observasi
lantai, konsep identitas lingkungan, tidak memiliki keteraturan
konsep orientasi lingkungan, dan
wajah jalan.

b. Tingkat • KDB melebihi ketentuan RDTR,  76% - 100% bangunan memiliki Dokumen
Kepadatan dan/atau RTBL; lepadatan tidak sesuai ketentuan 5 RDTR &
Bangunan • KLB melebihi ketentuan dalam RDTR,  51% - 75% bangunan memiliki RTBL,
dan/atau RTBL; dan/atau lepadatan tidak sesuai ketentuan 3 Dokumen
• Kepadatan bangunan yang tinggi pada IMB,
Format
lokasi, yaitu: 1
Isian, Peta
o untuk kota metropolitan dan kota  25% - 50% bangunan memiliki
Lokasi
besar > 250 unit/Ha lepadatan tidak sesuai ketentuan
o untuk kota sedang dan kota kecil
>200 unit/Ha

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
c. Ketidaksesuaian Kondisi bangunan pada lokasi tidak  76% - 100% bangunan pada lokasi Wawancara,
dengan Persyaratan memenuhi persyaratan: tidak memenuhi persyaratan teknis 5 Format

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
Teknis Bangunan • pengendalian dampak lingkungan  51% - 75% bangunan pada lokasi Isian,
• pembangunan bangunan gedung di tidak memenuhi persyaratan teknis 3 Dokumen
atas dan/atau di bawah tanah, air IMB,
dan/atau prasarana/sarana umum 1 Observasi
• keselamatan bangunan gedung
 25% - 50% bangunan pada lokasi
• kesehatan bangunan gedung tidak memenuhi persyaratan teknis
• kenyamanan bangunan gedung
• kemudahan bangunan gedung
 76% - 100% area tidak terlayani
oleh jaringan jalan lingkungan 5 Wawancara,
a. Cakupan Sebagian lokasi perumahan atau Format
permukiman tidak terlayani dengan  51% - 75% area tidak terlayani oleh
Pelayanan Jalan Isian, Peta
jalan lingkungan yang sesuai dengan jaringan jalan lingkungan 3
Lingkungan ketentuan teknis Lokasi,
 25% - 50% area tidak terlayani oleh Observasi
2.
jaringan jalan lingkungan 1
KONDISI JALAN
LINGKUNGAN  76% - 100% area memiliki kualitas
permukaan jalan yang buruk 5 Wawancara,
b. Kualitas Sebagian atau seluruh jalan lingkungan Format
 51% - 75% area memiliki kualitas
Permukaan Jalan terjadi kerusakan permukaan jalan pada Isian, Peta
permukaan jalan yang buruk 3
Lingkungan lokasi perumahan atau permukiman Lokasi,
 25% - 50% area memiliki kualitas Observasi
permukaan jalan yang buruk 1
3. a. Ketidaktersediaan Masyarakat pada lokasi perumahan dan  76% - 100% populasi tidak dapat Wawancara,
KONDISI Akses Aman Air permukiman tidak dapat mengakses air mengakses air minum yang aman 5 Format

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
 51% - 75% populasi tidak dapat
minum yang memiliki kualitas tidak mengakses air minum yang aman 3
PENYEDIAAN Isian,
Minum berwarna, tidak berbau, dan tidak
AIR MINUM  25% - 50% populasi tidak dapat Observasi
berasa
mengakses air minum yang aman 1

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
 76% - 100% populasi tidak
terpenuhi kebutuhan air minum 5
b. Tidak Kebutuhan air minum masyarakat pada minimalnya Wawancara,
Terpenuhinya lokasi perumahan atau permukiman Format
 51% - 75% populasi tidak terpenuhi
Kebutuhan Air tidak mencapai minimal sebanyak 60 Isian,
kebutuhan air minum minimalnya 3
Minum liter/orang/hari Observasi
 25% - 50% populasi tidak terpenuhi
kebutuhan air minum minimalnya 1
4. Jaringan drainase lingkungan tidak  76% - 100% area terjadi genangan
KONDISI mampu mengalirkan limpasan air >30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun 5 Wawancara,
DRAINASE a. Ketidakmampuan sehingga menimbulkan genangan Format
 51% - 75% area terjadi genangan
LINGKUNGAN Mengalirkan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama Isian, Peta
>30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun 3
Limpasan Air lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 Lokasi,
kali setahun  25% - 50% area terjadi genangan Observasi
>30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun 1
b. Ketidaktersediaan Tidak tersedianya saluran drainase  76% - 100% area tidak tersedia Wawancara,
Drainase lingkungan pada lingkungan perumahan drainase lingkungan 5 Format
atau permukiman, yaitu saluran tersier  51% - 75% area tidak tersedia Isian, Peta
dan/atau saluran lokal drainase lingkungan RIS,
3
Observasi
 25% - 50% area tidak tersedia
drainase lingkungan 1

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
 76% - 100% drainase lingkungan
Saluran drainase lingkungan tidak tidak terhubung dengan hirarki di 5 Wawancara,
c. terhubung dengan saluran pada hirarki atasnya Format
Ketidakterhubungan
 51% - 75% drainase lingkungan Isian, Peta
dengan Sistem di atasnya sehingga menyebabkan air tidak terhubung dengan hirarki di 3 RIS,
Drainase Perkotaan tidak dapat mengalir dan menimbulkan
atasnya Observasi
genangan
 25% - 50% drainase lingkungan 1

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
tidak terhubung dengan hirarki di
atasnya

Tidak dilaksanakannya pemeliharaan  76% - 100% area memiliki drainase


saluran drainase lingkungan pada lingkungan yang kotor dan berbau 5 Wawancara,
d. Tidak lokasi perumahan atau permukiman, Format
 51% - 75% area memiliki drainase
Terpeliharanya baik: Isian, Peta
lingkungan yang kotor dan berbau 3
Drainase • pemeliharaan rutin; dan/atau RIS,
 25% - 50% area memiliki drainase Observasi
• pemeliharaan berkala
lingkungan yang kotor dan berbau 1
 76% - 100% area memiliki kualitas
kontrsuksi drainase lingkungan 5
buruk
Wawancara,
Kualitas konstruksi drainase buruk,  51% - 75% area memiliki kualitas Format
karena berupa galian tanah tanpa kontrsuksi drainase lingkungan 3 Isian, Peta
buruk
e. Kualitas material pelapis atau penutup maupun RIS,
Konstruksi Drainase karena telah terjadi kerusakan  25% - 50% area memiliki kualitas Observasi

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
kontrsuksi drainase 1
lingkungan buruk
 76% - 100% area memiliki sistem
air limbah yang tidak sesuai 5
Pengelolaan air limbah pada lokasi
a. Sistem perumahan atau permukiman tidak standar teknis Wawancara,
5.
Pengelolaan Air memiliki sistem yang memadai, yaitu  51% - 75% area memiliki sistem air Format
KONDISI
Limbah Tidak kakus/kloset yang tidak terhubung limbah yang tidak sesuai standar Isian, Peta
PENGELOLAAN 3
Sesuai Standar dengan tangki septik baik secara teknis RIS,
AIR LIMBAH individual/domestik, komunal maupun
Teknis Observasi
terpusat.  25% - 50% area memiliki sistem air
limbah yang tidak sesuai standar 1
teknis

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
 76% - 100% area memiliki sarpras
Kondisi prasarana dan sarana air limbah tidak sesuai persyaratan 5
b. Prasarana dan pengelolaan air limbah pada lokasi teknis Wawancara,
Sarana Pengelolaan perumahan atau permukiman dimana:  51% - 75% area memiliki sarpras Format
Air Limbah Tidak • kloset leher angsa tidak terhubungair limbah tidak sesuai persyaratan 3 Isian, Peta
Sesuai dengan dengan tangki septik; teknis RIS,
Persyaratan Teknis • tidak tersedianya sistem pengolahan  25% - 50% area memiliki sarpras Observasi
limbah setempat atau terpusat air limbah tidak sesuai persyaratan 1
teknis
Prasarana dan sarana persampahan  76% - 100% area memiliki sarpras
6. a. Prasarana dan Wawancara,
pada lokasi perumahan atau pengelolaan persampahan yang 5
KONDISI Sarana Format
permukiman tidak sesuai dengan tidak memenuhi persyaratan teknis

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
persyaratan teknis, yaitu:  51% - 75% area memiliki sarpras
• tempat sampah dengan pemilahan pengelolaan persampahan yang tidak 3
sampah pada skala domestik ataumemenuhi persyaratan teknis
rumah tangga;
• tempat pengumpulan sampah (TPS) 1
Persampahan Tidak Isian, Peta
atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle)
Sesuai dengan  25% - 50% area memiliki sarpras RIS,
Persyaratan Teknis Observasi
PENGELOLAAN pada skala lingkungan; pengelolaan persampahan yang
PERSAMPAHAN • gerobak sampah dan/atau truk
sampah pada skala lingkungan; dan tidak memenuhi persyaratan teknis

• tempat pengolahan sampah terpadu


(TPST) pada skala lingkungan.
b. Sistem Pengelolaan persampahan pada  76% - 100% area memiliki sistem Wawancara,
Pengelolaan lingkungan perumahan atau persampahan tidak sesuai standar 5 Format
Persampahan yang permukiman tidak memenuhi Isian, Peta
 51% - 75% area memiliki sistem
Tidak Sesuai persyaratan sebagai berikut: RIS,
persampahan tidak sesuai standar 3

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
Standar Teknis • pewadahan dan pemilahan Observasi
domestik; 1
• pengumpulan lingkungan;  25% - 50% area memiliki sistem
• pengangkutan lingkungan; persampahan tidak sesuai standar
• pengolahan lingkungan
c. Tidak dilakukannya pemeliharaan  76% - 100% area memiliki sarpras Wawancara,
Tidakterpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang tidak terpelihara 5 Format
Sarana dan persampahan pada lokasi perumahan  51% - 75% area memiliki sarpras Isian, Peta

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Prasarana atau permukiman, baik: persampahan yang tidak terpelihara 3 RIS,
Pengelolaan • pemeliharaan rutin; dan/atau  25% - 50% area memiliki sarpras Observasi
Persampahan • pemeliharaan berkala persampahan yang tidak terpelihara 1
Tidak tersedianya prasarana proteksi  76% - 100% area tidak memiliki
kebakaran pada lokasi, yaitu: prasarana proteksi kebakaran 5
• pasokan air;  51% - 75% area tidak memiliki Wawancara,
a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran 3 Format
Prasarana Proteksi • jalan lingkungan; Isian, Peta
Kebakaran • sarana komunikasi; 1 RIS,
7. • data sistem proteksi kebakaran  25% - 50% area tidak memiliki Observasi
lingkungan; dan prasarana proteksi kebakaran
KONDISI
PROTEKSI • bangunan pos kebakaran
KEBAKARAN Tidak tersedianya sarana proteksi  76% - 100% area tidak memiliki
kebakaran pada lokasi, yaitu: sarana proteksi kebakaran 5 Wawancara,
b. Ketidaktersediaan  51% - 75% area tidak memiliki Format
Sarana Proteksi • Alat Pemadam Api Ringan (APAR); sarana proteksi kebakaran 3 Isian, Peta
Kebakaran • mobil pompa; RIS,
 25% - 50% area tidak memiliki
• mobil tangga sesuai kebutuhan; dan sarana proteksi kebakaran Observasi
1
• peralatan pendukung lainnya
B. IDENTIFIKASI PERTIMBANGAN LAIN

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
Pertimbangan letak lokasi perumahan  Lokasi terletak pada fungsi Wawancara,
7. atau permukiman pada: strategis kabupaten/kota 5 Format
a. Nilai Strategis
PERTIMBANGAN • fungsi strategis  Lokasi tidak terletak pada fungsi Isian,
Lokasi
LAIN kabupaten/kota; atau strategis kabupaten/kota RTRW,
1 RDTR,

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
• bukan fungsi strategis Observasi
kabupaten/kota
Pertimbangan kepadatan penduduk Untuk Metropolitan & Kota Besar
pada lokasi perumahan atau • Kepadatan Penduduk pada Lokasi
permukiman dengan klasifikasi: sebesar >400 Jiwa/Ha
5
• rendah yaitu kepadatan penduduk Untuk Kota Sedang & Kota Kecil Wawancara,
di bawah 150 jiwa/ha; • Kepadatan Penduduk pada Lokasi Format
• sedang yaitu kepadatan penduduk sebesar >200 Jiwa/Ha Isian,
antara 151 – 200 jiwa/ha;  Kepadatan Penduduk pada Lokasi Statistik,
• tinggi yaitu kepadatan penduduk sebesar 151 - 200 Jiwa/Ha 3 Observasi
b. Kependudukan . antara 201 – 400 jiwa/ha;  Kepadatan Penduduk pada Lokasi
• sangat padat yaitu kepadatansebesar <150 Jiwa/Ha 1
penduduk di atas 400 jiwa/ha;
 76% - 100% dari jumlah penduduk 5 Wawancara,
c. Masyarakat pertimbangan jumlah masyarakat  51% - 75% dari jumlah penduduk 3 Format
berpendapatan berpendapatan rendah pada lokasi Isian,
rendah perumahan atau permukiman 1 Statistik,
 25% - 50% dari jumlah penduduk
Observasi
Pertimbangan potensi yang dimiliki  Lokasi memiliki potensi sosial,
lokasi perumahan atau permukiman ekonomi dan budaya untuk 5 Wawancara,
c. Kondisi Sosial, berupa: dikembangkan atau dipelihara Format
Ekonomi, dan
 potensi sosial yaitu tingkat  Lokasi tidak memiliki potensi sosial, Isian,
Budaya
partisipasi masyarakat dalam ekonomi dan budaya tinggi untuk 1 Observasi

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
mendukung pembangunan; dikembangkan atau dipelihara
• potensi ekonomi yaitu adanya
kegiatan ekonomi tertentu yang
bersifat strategis bagi masyarakat
setempat;
• potensi budaya yaitu adanya
kegiatan atau warisan budaya
tertentu yang dimiliki masyarakat
setempat
C. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN

Kejelasan terhadap status penguasaan  Keseluruhan lokasi memiliki


lahan berupa: kejelasan status penguasaan lahan,
• kepemilikan sendiri, dengan bukti baik milik sendiri atau milik pihak (+)
dokumen sertifikat hak atas tanah lain Wawancara,
atau bentuk dokumen keterangan  Sebagian atau keseluruhan lokasi Format
status tanah lainnya yang sah; atau tidak memiliki kejelasan status
1. Kejelasan Status Isian,
Penguasaan Lahan • kepemilikan pihak lain (termasuk penguasaan lahan, baik milik Dokumen
8.
milik adat/ulayat), dengan bukti izin sendiri atau milik pihak lain (-) Pertanahan,
LEGALITAS
pemanfaatan tanah dari pemegang
LAHAN Observasi
hak atas tanah atau pemilik tanah
dalam bentuk perjanjian tertulis
antara pemegang hak atas tanah
atau pemilik tanah dengan

Kesesuaian terhadap peruntukan lahan  Keseluruhan lokasi berada pada Wawancara,


2. Kesesuaian RTR dalam rencana tata ruang (RTR), dengan zona peruntukan (+) Format
bukti Izin Mendirikan Bangunan atau perumahan/permukiman sesuai Isian,

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILA SUMBER
I DATA
Surat Keterangan Rencana RTR RTRW,
Kabupaten/Kota (SKRK). RDTR,
 Sebagian atau keseluruhan lokasi Observasi
berada bukan pada zona
peruntukan (-)
perumahan/permukiman sesuai
RTR

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula
penilaian tersebut di atas, selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam berbagai klasifikasi
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel Formula Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala


Prioritas Penanganan
NILAI KETERANGAN BERBAGAI KEMUNGKINAN KLASIFIKASI
A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6
Kondisi Kekumuhan
71 – Kumuh Berat X X X X X X
95
45 – Kumuh Sedang X X X X X X
70
19 – Kumuh Ringan X X X X X X
44
Pertimbangan Lain
18 – Pertimbangan Lain X X X X X X
25 Tinggi
9 – 17 Pertimbangan Lain X X X X X X
Sedang
1 – 8 Pertimbangan Lain X X X X X X
Rendah
Legalitas Lahan
(+) Status Lahan Legal X X X X X X X X X
(-) Status Lahan Tidak X X X X X X X X X
Legal

SKALA PRIORITAS 1 1 4 4 7 7 2 2 5 5 8 8 3 3 6 6 9 9
PENANGANAN =
Sumber: Tim Penyusun, 2015

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa:

• Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi merupakan:


- kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;
- kumuh sedang bila memiliki nilai 71-95;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;
• Berdasarkan pertimbangan lain, suatu lokasi memiliki:
- pertimbangan lain tinggi bila memiliki nilai 18-25;
- pertimbangan lain sedang bila memiliki nilai 9-17;
- pertimbangan lain rendah bila memiliki nilai 1-8;

• Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi memiliki:


- status lahan legal bila memiliki nilai positif (+);
- status lahan tidak legal bila memiliki nilai negatf (-).
Berdasarkan penilaian tersebut, maka dapat terdapat 18 kemungkinan
klasifikasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh, yaitu:
1. A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi,
dan status lahan legal;
2. A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi,
dan status lahan tidak legal;
3. A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan legal;
4. A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan tidak legal;
5. A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan legal;
6. A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan tidak legal;
7. B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan legal;
8. B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan tidak legal;
9. B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan legal;
10. B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan tidak legal;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
11. B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan legal;
12. B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan tidak legal;
13. C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan legal;
14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan tidak legal;
15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan legal;
16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan tidak legal;
17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan legal;
18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan tidak legal.
Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala
prioritas penanganan, sebagai berikut:
• Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2;
• Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 dan B2;
• Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2;
• Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4;
• Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4;
• Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4;
• Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6;
• Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6;
• Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6

4. Legalisasi Daftar Lokasi


Penetapan lokasi dilakukan oleh pemerintah daerah dalam bentuk
keputusan Bupati berdasarkan hasil penilaian lokasi. Penetapan lokasi

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
berdasarkan kondisi kekumuhan, aspek legalitas lahan, dan tipologi
digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan pola penanganan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Penetapan lokasi
berdasarkan hasil pertimbangan laindigunakan sebagai dasar penentuan
prioritas penanganan. Keputusan Bupati mengenai penetapan lokasi
dilengkapi dengan:
a) Tabel Daftar Lokasi
Tabel daftar lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
memperlihatkan nama lokasi, luas, lingkup administratif, titik
koordinat, kondisi kekumuhan, status lahan dan prioritas
penanganan untuk setiap lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang teridentifikasi.
b) Peta Sebaran
Peta sebaran lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dibuat dalam suatu wilayah kota ataupun wilayah kabupaten
berdasarkan tabulasi daftar lokasi.
E. Perencanaan Penanganan
Perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dilakukan untuk mengkaji dan merencanakan pola penanganan sesuai
dengan hasil penetapan lokasi. Proses perencanaan penanganan
dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan masyarakat. Tahap
perencanaan penanganan meliputi:
- persiapan;
- survei serta penyusunan data dan fakta;
- analisis;
- penyusunan konsep; dan
- penyusunan rencana (rencana penanganan jangka pendek, jangka
menengah, dan/atau jangka panjang beserta pembiayaannya).

Dokumen perencanaan penanganan ditetapkan dalam bentuk peraturan


Bupati sebagai dasar penanganan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
B. Pola - pola Penanganan
Dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-pola penanganan yang
manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis. Peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan dengan
pola-pola penanganan meliputi:
1. pemugaran;
2. peremajaan; dan
3. pemukiman kembali.
Pola-pola penanganan tersebut dilakukan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan
peran masyarakat. Pola-pola penanganan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh direncanakan dengan
mempertimbangkan:
1. Klasifikasi Kekumuhan Dan Status Legalitas Lahan
Pertimbangan pola penanganan berdasarkan klasifikasi kekumuhan
dan status legalitas lahan diatur dengan ketentuan:
a. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan
status lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah
peremajaan;
b. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan
status lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan
adalah pemukiman kembali;
c. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan
status lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah
peremajaan;
d. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan
status lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan
adalah pemukiman kembali;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
e. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan
status lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah
pemugaran;
f. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan
status lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan
adalah pemukiman kembali.

2. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh Pertimbangan


pola penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
berdasarkan tipologi diatur dengan ketentuan:
a. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di atas air, maka penanganan yang
dilakukan harus memperhatikan karakteristik daya guna, daya
dukung, daya rusak air serta kelestarian air;
b. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di tepi air, maka penanganan yang dilakukan
harus memperhatikan karakteristik daya dukung tanah tepi air,
pasang surut air serta kelestarian air dan tanah;
c. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di dataran, maka penanganan yang
dilakukan harus memperhatikan karakteristik daya dukung
tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah;
d. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di perbukitan, maka penanganan yang
dilakukan harus
e. memperhatikan karakteristik kelerengan, daya dukung tanah,
jenis tanah serta kelestarian tanah;

A). Pemugaran
Pemugaran dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali
perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang
layak huni. Pemugaran merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana,
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
sarana, dan/atau utilitas umum. Pemugaran dilakukan untuk
mengembalikan fungsi sebagaimana semula. Pemugaran dilakukan
melalui tahap:
1. Pra Konstruksi
Pemugaran pada tahap pra konstruksi meliputi:
a. identifikasi permasalahan dan kajian kebutuhan pemugaran;
b. sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat terdampak;
c. pendataan masyarakat terdampak;
d. penyusunan rencana pemugaran; dan
e. musyawarah dan diskusi penyepakatan.
2. Konstruksi
Pemugaran pada tahap konstruksi meliputi:
a. proses ganti untung bagi masyarakat
terdampak berdasarkan hasil kesepakatan;
b. proses pelaksanaan fisik pemugaran; dan
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik pemugaran.
3. Pasca Konstruksi
Pemugaran pada tahap pasca konstruksi meliputi:
a. pemanfaatan; dan
b. pemeliharaan dan perbaikan.
B). Peremajaan
Peremajaan dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan,
dan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan
keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Peremajaan dilakukan
melalui pembongkaran dan penataan secara menyeluruh terhadap rumah,
prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum. Peremajaan harus dilakukan
dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal sementara bagi
masyarakat terdampak. Peremajaan dilakukan melalui tahap:
1. Pra Konstruksi
Peremajaan pada tahap pra konstruksi meliputi:
a. Identifikasi permasalahan dan kajian kebutuhan peremajaan;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak pada
lokasi lain;
c. sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;
e. penyusunan rencana peremajaan; dan
f. musyawarah dan diskusi penyepakatan.
2. Konstruksi
Peremajaan pada tahap konstruksi meliputi:
a. proses ganti untung bagi masyarakat
terdampak berdasarkan hasil kesepakatan;
b. proses pelaksanaan fisik peremajaan pada lokasi permukiman
eksisting;
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik peremajaan; dan
d. proses penghunian kembali masyarakat terdampak.
3. Pasca Konstruksi
Peremajaan pada tahap pasca konstruksi meliputi:
a. pemanfaatan; dan
b. pemeliharaan dan perbaikan.
C). Pemukiman Kembali
Pemukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna melindungi
keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat. Pemukiman
kembali dilakukan melalui tahap:
1. Pra Konstruksi
Pemukiman kembali pada tahap pra konstruksi meliputi:
a. kajian pemanfaatan ruang dan/atau kajian legalitas lahan;
b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak pada
lokasi lain;
c. sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
e. penyusunan rencana pemukiman baru, rencana
pembongkaran pemukiman eksisting dan rencana
pelaksanaan pemukiman kembali; dan
f. musyawarah dan diskusi penyepakatan.
2. Konstruksi
Pemukiman kembali pada tahap konstruksi meliputi:
a. proses ganti untung bagi masyarakat terdampak berdasarkan
hasil kesepakatan;
b. penghunian sementara masyarakat terdampak pada lokasi
lain apabila dibutuhkan;
c. proses legalitas lahan pada lokasi pemukiman baru;
d. proses pelaksanaan fisik (pembangunan) perumahan dan
permukiman baru;
e. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik pemukiman
kembali;
f. proses penghunian kembali masyarakat terdampak; dan
g. proses pembongkaran pada lokasi pemukiman eksisting.
3. Pasca Konstruksi
Pemukiman kembali pada tahap pasca konstruksi meliputi:
a. pemanfaatan; dan
b. pemeliharaan dan perbaikan.
Terkait dengan pola - pola penanganan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, dapat diidentifikasi penanganan fisik untuk
bangunan dan lingkungan serta parasarana dan sarana sesuai dengan
bentuk peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Penanganan Fisik Bangunan dan Lingkungan serta Prasarana


dan Sarana menurut Pola Penanganan Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh

No. Program Bentuk - bentuk Bentuk - bentuk Bentuk - bentuk


Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Penanganan
Pemukiman
Fisik Pemugaran Peremajaan
Kembali
Infrastruktur
1 Bangunan • Pemeliharaan • Perubahan Pembangunan
Gedung rutin dan fungsi dan bangunan gedung
pemeliharaan massa bangunan pada lokasi baru
berkala untuk dari kondisi awal yang sesuai
menjaga saat dibangun arahan rencana
bangunan • Peningkatan tata ruang dan
gedung sesuai kapasitas sesuai daya
fungsi dan tampung dari tampungnya
massa
bangunan
bangunan
gedung
saat awal
dibangun
• Rehabilitasi
bangunan
gedung agar
fungsi dan
massa
bangunan
kembali seusai
kondisi saat
awal dibangun
2 Jalan Lingkungan  Pemeliharaan  Perubahan Pembangunan
rutin dan fungsi jalan jalan lingkungan
pemeliharaan akibat adanya pada lokasi baru
berkala perubahan yang sesuai
untuk

Program
Bentuk - bentuk
Penanganan Bentuk - bentuk Bentuk - bentuk
No. Pemukiman
Fisik Pemugaran Peremajaan
Kembali
Infrastruktur
menjaga jalan fungsi kawasan arahan rencana
lingkungan yang tata ruang
sesuai fungsi dan dihubungkan
kondisi  Peningkatan
kemantapan kapasitas
jalan saat jalan
pembangunan lingkungan,
 Rehabilitasi seperti:
jalan untuk penambahan
mengembalikan lajur dan / atau
kondisi pelebaran badan
kemantapan jalan dan / atau
jalan saat awal menghubungkan
dibangun, jaringan jalan
seperti perbaikan yang pada lokasi
struktur jalan yang sama
namun belum
tersambung
3 Penyediaan Air • Pemeliharaan • Peningkatan Penyediaan air
Minum rutin dan kapasitas dari minum pada
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
pemeliharaan unit lokasi baru yang
berkala untuk penyediaan air sesuai arahan
menjaga unit minum, seperti rencana tata
penyediaan air penambahan ruang dan
minum bekerja komponen pada rencana induk
sesuai dengan unit-unit air sektor air minum
persyaratan baku dan unit
teknis saat awal produksi
dibangun / • Peningkatan
disediakan jangkauan
• Rehabilitasi pelayanan dari
unit penyediaan unit
air minum penyediaan air
untuk minum, seperti
mengembalikan penambahan /
kondisi sesuai perluasan
dengan jaringan unit
persyaratan distribusi dan
teknis saat awal unit pelayanan
dibangun/
disediakan,
seperti
penggantian
komponen pada
unit-unit air
baku, unit
produksi dan
jaringan unit
distribusi dan
unit pelayanan
4 Drainase  Pemeliharaan  Peningkatan Pembangunan
Lingkungan rutin dan kapasitas / drainase
pemeliharaan jumlah sarana lingkungan pada
berkala untuk dan prasarana lokasi baru yang
menjaga sarana drainase, sesuai arahan
dan prasarana seperti rencana tata
penambahan

Program
Bentuk - bentuk
Penanganan Bentuk - bentuk Bentuk - bentuk
No. Pemukiman
Fisik Pemugaran Peremajaan
Kembali
Infrastruktur
drainase gorong - gorong, ruang dan
lingkungan penambahan rencana induk
berfungsi sesuai pompa, sektor drainase
dengan kriteria penambahan
teknis saat awal kapasitas kolam
dibangun / tandon, dan
disediakan lainnya yang
 Rehabilitasi sejenis.
sarana dan  Peningkatan
prasarana jangkauan
drainase untuk pelayanan dari
mengembalikan jaringan
kondisi sesuai drainase, seperti

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
dengan pelebaran
persyaratan saluran atau
teknis saat dan
awal dibangun/ / atau
disediakan, menghubungkan
seperti jaringan drainase
penggantian pada lokasi yang
komponen sama namun
gorong-gorong, belum
perbaikan tersambung
struktur
drainase
5 Pengelolaan Air • Pemeliharaan • Peningkatan Pembangunan
Limbah rutin dan kapasitas dari unit pengelolaan
pemeliharaan unit pengelolaan air limbah pada
berkala untuk air limbah, lokasi baru yang
menjaga unit seperti sesuai arahan
pengelolaan air penambahan
rencana tata
limbah bekerja komponen pada
ruang dan
sesuai dengan SPAL-S
rencana induk
persyaratan • Peningkatan
teknis saat awal sektor
jangkauan
dibangun / pengelolaan air
pelayanan dari
disediakan limbah
sistem
• Rehabilitasi pemipaan pada
unit SPAL-T
pengelolaan air
limbah untuk
mengembalikan
kondisi sesuai
dengan
persyaratan
teknis saat awal
dibangun/
disediakan,
seperti
penggantian
komponen pada
SPAL-T seperti
komponen
pemipaan,
penggantian

Program
Bentuk - bentuk
Penanganan Bentuk - bentuk Bentuk - bentuk
No. Pemukiman
Fisik Pemugaran Peremajaan
Kembali
Infrastruktur
komponen pada
SPAL-S seperti
tangki septik,
cubluk, biofiter
dan komponen
sejenis.
6 Pengelolaan • Pemeliharaan • Peningkatan Pembangunan
Persampahan rutin dan kapasitas dari unit pengelolaan
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
pemeliharaan unit persampahan
berkala untuk pengelolaan pada lokasi baru
menjaga unit persampahan, yang sesuai
pengelolaan seperti arahan rencana
persampahan penambahan tata ruang dan
bekerja sesuai komponen rencana induk
dengan pewadahan,
sektor
persyaratan pengumpulan,
teknis saat awal dan pengolahan. pengelolaan
dibangun / persampahan
• Peningkatan
disediakan jangkauan
• Rehabilitasi pelayanan dari
unit sistem
pengelolaan pengangkutan
persampahan sampah
untuk
mengembalikan
kondisi sesuai
dengan
persyaratan
teknis saat awal
dibangun,
seperti
penggantian
sarana dan
prasarana
pemilahan,
pengumpulan,
pengangkutan,
dan
pengolahan.
7 Proteksi • Pemeliharaan • Peningkatan Pembangunan
Kebakaran rutin dan kapasitas dari unit proteksi
pemeliharaan unit proteksi kebakaran pada
berkala untuk kebakaran, lokasi baru yang
menjaga unit seperti sesuai arahan
proteksi penambahan rencana tata
kebakaran komponen
ruang dan
bekerja sesuai sarana dan
rencana induk
dengan prasarana
persyaratan proteksi sektor proteksi
teknis saat awal kebakaran kebakaran
dibangun / • Peningkatan
disediakan jangkauan
• Rehabilitasi unit pelayanan
proteksi sarana
kebakaran proteksi
untuk kebakaran
seperti
lingkup
No. Program Bentuk - bentuk Bentuk - bentuk Bentuk - bentuk
Penanganan Pemugaran Peremajaan Pemukiman
Fisik Kembali
Infrastruktur

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
mengembalikan pelayanan dari
kondisi sesuai alat dan
dengan kendaraan
persyaratan pemadam
teknis saat awal kebakaran.
dibangun,
seperti
penggantian
sarana dan
prasarana
proteksi
kebakaran

C. Pengelolaan
Pengelolaan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
telah ditangani bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas
perumahan dan permukiman secara berkelanjutan. Pengelolaan
dilakukan oleh masyarakat secara swadaya.Pengelolaan oleh masyarakat
secara swadaya dapat dilakukan oleh kelompok swadaya masyarakat.
Pengelolaan dilakukan melalui pemeliharaan dan perbaikan. Pengelolaan
dapat difasilitasi oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan
keswadayaan masyarakat dalam pengelolaan perumahan dan
permukiman layak huni. Fasilitasi oleh pemerintah daerah tersebut
dilakukan antara lain dalam bentuk:
- penyediaan dan sosialisasi norma, standar, pedoman, dan kriteria;
- pemberian bimbingan, pelatihan/penyuluhan, supervisi, dan
konsultasi;
- pemberian kemudahan dan/atau bantuan;
- koordinasi antar pemangku kepentingan secara periodik atau sesuai
kebutuhan;
- pelaksanaan kajian perumahan dan permukiman; dan/atau -
pengembangan sistem informasi dan komunikasi.

Pemeliharaan dan perbaikan dimaksudkan untuk menjaga fungsi


perumahan dan permukiman yang dapat berfungsi secara baik dan
berkelanjutan untuk kepentingan peningkatan kualitas hidup orang
perorangan. Pemeliharaan dan perbaikan dilakukan pada rumah serta
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan, permukiman,
lingkungan hunian dan kawasan permukiman. Pemeliharaan dan
perbaikan dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
setiap orang.
1). Pemeliharaan
Pemeliharaan rumah, prasarana, sarana dan utilitas umum dilakukan
melalui perawatan dan pemeriksaan secara berkala. Pemeliharaan rumah
wajib dilakukan oleh setiap orang. Pemeliharaan prasarana, sarana dan
utilitas umum wajib dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap
orang.
2). Perbaikan
Perbaikan rumah, prasarana, sarana dan utilitas umum dilakukan
melalui rehabilitasi atau pemugaran. Perbaikan terhadap rumah wajib
dilakukan oleh setiap orang. Perbaikan terhadap prasarana, sarana dan
utilitas umum wajib dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap
orang.

4. PENYEDIAAN TANAH
Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab
atas penyediaan tanah dalam rangka peningkatan kualitas perumahan
kumuh dan kawasan permukiman kumuh, termasuk penetapannya di
dalam rencana tata ruang wilayah. Penyediaan tanah untuk peningkatan
kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan salah
satu pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum.
Penyediaan tanah dapat dilakukan melalui:
- pemberian hak atas tanah terhadap tanah yang langsung dikuasai
negara;
- konsolidasi tanah oleh pemilik tanah;
- peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah;
- pemanfaatan dan pemindahtanganan tanah barang milik negara atau
milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar; dan/atau
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum.

a. Pemberian Hak Atas Tanah Terhadap Tanah yang Langsung


Dikuasai Negara
Pemberian hak atas tanah yang langsung dikuasai negara untuk
pembangunan kawasan permukiman, lingkungan hunian, permukiman,
perumahan, dan rumah diserahkan melalui pemberian hak atas tanah
kepada pelaku pembangunan dan didasarkan pada keputusan gubernur
atau Bupati tentang penetapan lokasi atau izin lokasi.
Dalam hal tanah yang langsung dikuasai negara terdapat garapan
masyarakat, hak atas tanah diberikan setelah pelaku pembangunan
selaku pemohon hak atas tanah menyelesaikan ganti untung atas
seluruh garapan masyarakat berdasarkan kesepakatan. Dalam hal tidak
ada kesepakatan tentang ganti untung penyelesaiannya dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Hak atas tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman
mencakup: - Hak milik
Hak milik atas tanah untuk pembangunan kawasan permukiman,
lingkungan hunian, permukiman, perumahan, dan rumah dapat
diberikan kepada orang perorangan dan badan hukum keagamaan dan
sosial
- Hak guna bangunan
Hak guna bangunan untuk pembangunan kawasan permukiman,
lingkungan hunian, permukiman, perumahan, dan rumah dapat
diberikan kepada orang perorangan dan badan hukum
- Hak pakai
Hak pakai untuk pembangunan kawasan permukiman, lingkungan
hunian, permukiman, perumahan, dan rumah dapat diberikan kepada
orang perorangan dan badan hukum swasta, BUMN/BUMD

Pemberian hak atas tanah kepada orang perorangan dan badan hukum
baik untuk hak milik, hak guna bangunan, maupun hak pakai dilakukan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
secara berjenjang menurut luasannya beserta penetapannya dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

b. Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah


Konsolidasi tanah dilakukan dalam rangka penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah sesuai
dengan rencana tata ruang, sebagai upaya penyediaan tanah untuk
kepentingan pembangunan permukiman dan perumahan. Kegiatan
Konsolidasi Tanah meliputi penataan kembali bidang-bidang tanah
termasuk hak atas tanah dan atau penggunaan tanahnya dengan
dilengkapai prasarana, sarana, dan utilitas yang diperlukan, dengan
melibatkan partisipasi para pemilik tanah dan atau penggarap tanah.
Konsolidasi tanah dapat dilaksanakan bagi pembangunan permukiman
dan perumahan. Konsolidasi Tanah dapat dilaksanakan apabila sekurang-
kurangnya 60% dari pemilik tanah yg luas tanahnya meliputi sekurang-
kurangnya 60% dari luas seluruh areal tanah yg akan dikonsolidasi,
menyatakan persetujuannya
Lokasi konsolidasi Tanah yang terletak pada satu kota ditetapkan oleh
Waliikota. Penetapan lokasi konsolidasi tanah dilakukan dengan mengacu
kepada Rencana Tata Ruang Wilayah. Lokasi konsolidasi tanah yang
sudah ditetapkan tidak memerlukan izin lokasi.
Konsolidasi tanah bagi pembangunan permukiman, dan perumahan
diutamakan bagi :
- peningkatan kualitas permukiman kumuh dan perumahan kumuh;
- permukiman dan perumahan yang tumbuh pesat secara alami;
- permukiman dan perumahan yang mulai tumbuh;
- kawasan yang direncanakan menjadi permukiman dan perumahan
baru;
- kawasan yang relatif kosong di bagian pinggiran kota yang
diperkirakan akan berkembang sebagai daerah permukiman dan
perumahan; dan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- pembangunan kembali permukiman dan perumahan yang terkena
bencana alam, kebakaran dan kerusuhan sosial.
Dalam pembangunan permukiman dan perumahan yang didirikan di atas
tanah hasil konsolidasi, Pemerintah wajib memberikan kemudahan
berupa:
- sertifikasi hak atas tanah;
- penetapan lokasi;
- desain konsolidasi; dan
- pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Sertifikasi terhadap pemilik tanah hasil konsolidasi tidak dikenai bea


perolehan hak atas tanah dan bangunan. Sertifikasi terhadap penggarap
tanah negara hasil konsolidasi dikenai bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan

c. Peralihan Atau Pelepasan Hak Atas Tanah Oleh Pemilik Tanah


Peralihan hak atas tanah dilakukan melalui jual beli, tukar menukar,
hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan
hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang, hanya dapat
didaftarkan, jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang
berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sementara pelepasan hak atas tanah dilakukan oleh pihak yang
berhak kepada lembaga pertanahan setelah mendapatkan ganti kerugian
atas obyek pengadaan tanah
Peralihan atau pelepasan hak atas tanah dilakukan setelah badan hukum
memperoleh izin lokasi. Peralihan hak atau pelepasan hak atas tanah
wajib didaftarkan pada kantor pertanahan kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
d. Pemanfaatan Dan Pemindahtanganan Tanah Barang Milik Negara
Atau Milik Daerah
Pemanfaatan tanah barang milik negara atau milik daerah dapat
dilakukan dengan sistem sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan,
bangun guna serah dan bangun serah guna. Sementara
pemindahtanganan tanah barang milik negara atau milik daerah
dilakukan dengan sistem jual beli, tukar menukar serta hibah.
Pemanfaatan dan pemindahtanganan tanah barang milik negara atau
milik daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

e. Pengadaan dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah


Terlantar
Lingkup pengadaan tanah negara bekas tanah terlantar adalah tanah
yang sudah diberikan hak oleh negara berupa hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai, dan hak pengelolaan, atau dasar
penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau
tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan
pemberian hak atau dasar penguasaannya. Sementara pendayagunaan
tanah negara bekas tanah terlantar untuk pembangunan perumahan dan
permukiman dilakukan setelah adanya penetapan peruntukan dan
pengaturan peruntukan oleh menteri terkait. Pengadaan dan
pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
f. Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai
dengan:
- Rencana Tata Ruang Wilayah;
- Rencana Pembangunan Nasional/Daerah;
- Rencana Strategis; dan
- Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum
iperuntukkan bagi pembangunan perumahan dan permukiman, serta
prasarana, sarana, dan utilitas umum. Pengadaan tanah untuk
kepentingan umum diselenggarakan melalui perencanaan dengan
melibatkan semua pengampu dan pemangku kepentingan yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. PENDANAAN DAN SISTEM PEMBIAYAAN


Pendanaan dimaksudkan untuk menjamin kemudahan pembiayaan
Pencegahan dan peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh. Pendanaan merupakan tanggung jawab pemerintah
daerah dan juga dapat difasilitasi oleh pemerintah pusat dan/atau
pemerintah provinsi.
Sumber dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:
- anggaran pendapatan dan belanja negara;
- anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau
- sumber dana lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sistem pembiayaan yang dibutuhkan dalam rangka Pencegahan dan
peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh dirumuskan dalam rencana penanganan yang ditetapkan dalam
peraturan kepala daerah.

6. TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH A. Tugas


Pemerintah Daerah
Dalam melaksanakan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, pemerintah daerah memiliki
tugas:
- merumuskan kebijakan dan strategi kota serta rencana pembangunan
kota terkait Pencegahan dan peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- melakukan survei dan pendataan skala kota mengenai lokasi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
- melakukan pemberdayaan kepada masyarakat;
- melakukan pembangunan kawasan permukiman serta sarana dan
prasarana dalam upaya Pencegahan dan peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh;
- melakukan pembangunan rumah dan perumahan yang layak huni bagi
masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan masyarakat
berpenghasilan rendah;
- memberikan bantuan sosial dan pemberdayaan terhadap masyarakat
miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah;
- melakukan pembinaan terkait peran masyarakat dan kearifan lokal di
bidang perumahan dan permukiman; serta
- melakukan penyediaan pertanahan dalam upaya Pencegahan dan
peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh.

Pelaksanaan fungsi tugas Pemerintah Daerah dilakukan oleh satuan kerja


perangkat daerah sesuai kewenangannya. Di dalam melaksanakan
tugasnya tersebut, Pemerintah daerah melakukan koordinasi dan
sinkronisasi program antar satuan kerja perangkat daerah melalui
pembentukan tim koordinasi tingkat daerah.

B. Kewajiban Pemerintah Daerah 1). Dalam Pencegahan


Kewajiban pemerintah daerah dalam pencegahan terhadap tumbuh dan
berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan
pada tahap:
 pengawasan dan pengendalian
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap pengawasan dan
pengendalian meliputi:
- melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kesesuaian
perizinan pada tahap perencanaan perumahan dan permukiman;
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kesesuaian
standar teknis pada tahap pembangunan perumahan dan
permukiman; dan
- melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kesesuaian
kelaikan fungsi pada tahap pemanfaatan perumahan dan
permukiman.
 pemberdayaan masyarakat.
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap pemberdayaan masyarakat
meliputi:
- memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam rangka pencegahan
terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, melalui penyuluhan, pembimbingan dan
bantuan teknis; dan
- memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat mengenai
rencana tata ruang, perizinan dan standar teknis perumahan dan
permukiman serta pemberitaan hal-hal terkait upaya pencegahan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
2). Dalam Peningkatan Kualitas
Kewajiban pemerintah daerah dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada tahap:
 penetapan lokasi
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap penetapan lokasi meliputi:
- melakukan identifikasi lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh melalui survei lapangan dengan melibatkan peran
masyarakat;
- melakukan penilaian lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh sesuai kriteria yang telah ditentukan;
- melakukan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh melalui keputusan kepala daerah; dan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- melakukan peninjauan ulang terhadap ketetapan lokasi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
 Penanganan
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap penanganan meliputi:
- melakukan perencanaan penanganan terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh;
- melakukan sosialisasi dan konsultasi publik hasil perencanaan
penanganan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
dan
- melaksanakan penanganan terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh melalui pola-pola pemugaran, peremajaan,
dan/atau pemukiman kembali  pengelolaan.
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap pengelolaan meliputi:
- melakukan pemberdayaan kepada masyarakat untuk membangun
partisipasi dalam pengelolaan;
- memberikan fasilitasi dalam upaya pembentukan kelompok
swadaya masyarakat; dan
- memberikan fasilitasi dan bantuan kepada masyarakat dalam upaya
pemeliharaan dan perbaikan.
3). Pola Koordinasi
Pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya,
melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat, dan pemerintah
provinsi. Koordinasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah meliputi:
- melakukan sinkronisasi kebijakan dan strategi kota dalam pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan kebijakan dan strategi provinsi dan
nasional;
- melakukan penyampaian hasil penetapan lokasi perumahan kumuh
dan permukiman kumuh kepada pemerintah provinsi dan pemerintah
pusat;

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
- melakukan sinkronisasi rencana penanganan terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di kota dengan rencana
pembangunan provinsi dan nasional; dan
- memberikan permohonan fasilitasi dan bantuan teknis dalam bentuk
pembinaan, perencanaan dan pembangunan terkait pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.

7. POLA KEMITRAAN, PERAN MASYARAKAT, DAN KEARIFAN LOKAL


A. Pola Kemitraan

Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat dikembangkan


dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yaitu:
a. kemitraan antara Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan
badan usaha milik negara, daerah, atau swasta; serta
b. kemitraan antara Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan
masyarakat.
B. Peran Masyarakat
Lingkup peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada tahap:
a. penetapan lokasi dan perencanaan penanganan perumahan kumuh
dan permukiman kumuh;
b. peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh; dan
c. pengelolaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

1). Peran Masyarakat pada Tahap Penetapan Lokasi


Peran masyarakat pada tahap penetapan lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, dapat dilakukan dalam bentuk:
a. partisipasi pada proses pendataan lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, dengan mengikuti survei lapangan dan/ atau

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
b. pemberian pendapat terhadap hasil penetapan lokasi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh dengan dasar pertimbangan berupa
dokumen atau data dan informasi terkait yang telah diberikan saat
proses pendataan.
Dalam perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, masyarakat:
a. berpartisipasi aktif dalam pembahasan yang dilaksanakan pada
tahapan perencanaan penanganan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang dilakukan oleh pemerintah daerah;
b. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang
berwenang dalam penyusunan rencana penanganan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh;
c. memberikan komitmen dalam mendukung pelaksanaan rencana
penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada lokasi
terkait sesuai dengan kewenangannya; dan/atau
d. menyampaikan pendapat dan pertimbangan terhadap hasil penetapan
rencana penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dengan dasar pertimbangan yang kuat berupa dokumen atau data dan
informasi terkait yang telah diajukan dalam proses penyusunan
rencana.

2). Peran Masyarakat pada Tahap Peningkatan Kualitas


Peran masyarakat pada tahap peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, dapat dilakukan dalam:
a) Proses Pemugaran Atau Peremajaan
Dalam proses pemugaran atau peremajaan, masyarakat:
(1) berpartisipasi aktif dalam sosialisasi dan rembuk warga pada
masyarakat yang terdampak;
(2) berpartisipasi aktif dalam musyawarah dan diskusi
penyepakatan rencana pemugaran dan peremajaan;
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
(3) berpartisipasi dalam pelaksanaan pemugaran dan peremajaan,
baik berupa dana, tenaga maupun material;
(4) membantu pemerintah daerah dalam upaya penyediaan lahan
yang berkaitan dengan proses pemugaran dan peremajaan
terhadap rumah, prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum;
(5) membantu menjaga ketertiban dalam pelaksanaan pemugaran
dan peremajaan;
(6) mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi
proses pelaksanaan pemugaran dan peremajaan; dan/atau
(7) melaporkan perbuatan dalam huruf f, kepada instansi berwenang
agar proses pemugaran dan peremajaan dapat berjalan lancar.
b) Proses Pemukiman Kembali
Dalam proses pemukiman kembali, masyarakat:
(1) berpartisipasi aktif dalam sosialisasi dan rembuk warga pada
masyarakat yang terdampak;
(2) berpartisipasi aktif dalam musyawarah dan diskusi
penyepakatan rencana permukiman kembali;
(3) membantu pemerintah daerah dalam penyediaan lahan yang
dibutuhkan untuk proses pemukiman kembali;
(4) membantu menjaga ketertiban dalam pelaksanaan pemukiman
kembali;
(5) berpartisipasi dalam pelaksanaan pemukiman kembali, baik
berupa dana, tenaga maupun material;
(6) mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi
proses pelaksanaan pemukiman kembali; dan/atau
(7) melaporkan perbuatan dalam huruf d, kepada instansi
berwenang agar proses pemukiman kembali dapat berjalan
lancar.

3). Peran Masyarakat pada Tahap Pengelolaan


Dalam tahap pengelolaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
masyarakat:
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
a. berpartisipasi aktif pada berbagai program pemerintah daerah dalam
pemeliharaan dan perbaikan di setiap lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang telah tertangani;
b. berpartisipasi aktif secara swadaya dan/atau dalam kelompok swadaya
masyarakat pada upaya pemeliharaan dan perbaikan baik berupa
dana, tenaga maupun material;
c. menjaga ketertiban dalam pemeliharaan dan perbaikan rumah serta
prasarana,sarana, dan utilitas umum di perumahan dan permukiman;
d. mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi
proses pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan; dan/atau
e. melaporkan perbuatan dalam huruf d, kepada instansi berwenang agar
proses pemeliharaan dan perbaikan dapat berjalan lancar.

4). Kelompok Swadaya Masyarakat


Pelibatan kelompok swadaya masyarakat merupakan upaya untuk
mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kelompok swadaya
masyarakat dibentuk oleh masyarakat secara swadaya atau atas prakarsa
pemerintah. Pembentukan tidak perlu dilakukan dalam hal sudah
terdapat kelompok swadaya masyarakat yang sejenis. Pembentukan
kelompok swadaya masyarakat disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Peningkatan kualitas perumahan kumuh dn
permukiman kumuh berbasis masyarakat yang dilakukan oleh
Pemerintah dan / atau Pemerintah Daerah dapat mengikuti siklus sebagai
berikut.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Gambar Siklus Pengembangan Kawasan Permukiman Berbasis
Masyarakat

C. Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan petuah atau ketentuan atau norma yang
mengandung kebijaksanaan dalam berbagai perikehidupan masyarakat
setempat sebagai warisan turun temurun dari leluhur. Peningkatan
kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh di daerah perlu
dilakukan dengan mempertimbangkan kearifan lokal yang berlaku pada
masyarakat setempat dengan tidak bertentangan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai
pertimbangan kearifan lokal dalam peningkatan kualitas perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di daerah dapat diatur lebih lanjut
dalam peraturan Bupati.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran substansial dari Bab I hingga Bab V dalam
konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Konsepsi pengaturan ini adalah sebagai gagasan awal pokok-pokok
pemikiran berdasarkan hasil kajian teknis kebijakan perumahan dan
kawasan permukiman serta pengkajian pendalamannya.
2. Penyusunan Konsepsi Pengaturan ini berdasarkan amanat dari
Undang-Undang 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman serta amanat Peraturan Menteri tentang Pencegahan
dan Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.
3. Pada prinsipnya setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat, dimana hal ini merupakan hak asasi manusia yang diakui
pada skala nasional dalam konstitusi (UUD 1945) dan peraturan
perundang-undangan di bawahnya serta pada skala global sebagai
komitmen internasional dalam Deklarasi HAM.
4. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan
permasalahan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman,
khususnya di perkotaan, yang diakibatkan oleh pesatnya tingkat
urbanisasi di perkotaan yang terlambat atau tidak mampu
diantisipasi penyediaan lahan, perumahan dan permukiman beserta
infrastruktur pendukungnya.
5. Berdasarkan pengertian perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dalam UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, karakteristik kekumuhan diindikasi dari faktor fisik
yaitu bangunan (kepadatan tinggi, ketidak teraturan dan kualitas)
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
serta sarana dan prasarana (khususnya bidang keciptakaryaan) yang
tidak memenuhi syarat.
6. Berdasarkan berbagai kondisi perumahan dan permukiman yang ada
di Indonesia, maka secara umum perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dapat dikelompokan menjadi beberapa tipologi,
yaitu di atas air, di tepi air, di dataran rendah, di perbukitan, dan di
daerah rawan bencana.
7. Prinsip pelaksanaan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh adalah mewujudkan perumahan
dan permukiman yang laik huni dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi, teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan, sebagaimana
merupakan cita-cita penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman di Indonesia.
8. Sedangkan azas pelaksanaan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh yaitu: responsif;
inisiatif; aspiratif; partisipatif; terukur; dan berkelanjutan.
9. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
Dan Permukiman Kumuh ini merupakan peraturan turunan dari
Undang-undang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
10. Program peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang pada tataran implementasi akan dilakukan
oleh Pemerintah Daerah akan menjadi dasar pelaksanaan fisik
bidang perumahan dan permukiman serta infrastruktur
keciptakaryaan, dari berbagai pemangku kepentingan terkait di
tingkat pusat, provinsi maupun kota.
11. Pemerintah Daerah melakukan identifikasi dan penetapan lokasi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh melalui proses
pendataan dengan menggunakan kriteria dan indikator kekumuhan
beserta formula penilaian yang telah dirumuskan dalam pengaturan
ini. Setelah itu, dilakukan penetapan daftar lokasi perumahan

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
kumuh dan permukiman kumuh dalam bentuk keputusan kepala
daerah dengan lampiran tabel dan peta lokasi.
12. Dalam rangka pengentasan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, pemerintah daerah perlu melakukan studi dan perencanaan
program penanganan untuk jangka menengah maupun jangka
panjang, sebagai dasar penetapan peraturan daerah tentang rencana
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
Dan Permukiman Kumuh.
13. Upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dilakukan melalui pemugaran, peremajaan dan
pemukiman kembali, sesuai kondisi kekumuhan setiap lokasi yang
telah diidentifikasi. Upaya peningkatan kualitas difokuskan pada
bangunan dan lingkungan, jaringan jalan lingkungan, sistem
drainase lingkungan, sistem penyediaan air minum, pengelolaan air
limbah, pengelolaan persampahan, serta disesuaikan dengan tipologi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
14. Upaya pengelolaan terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh bertujuan untuk menjaga kualitas perumahan dan
permukiman yang telah tertangani agar tidak kembali menjadi
kumuh melalui pembinaan; pembentukan kelompok swadaya
masyarakat; kegiatan pengendalian, pemeliharaan dan perbaikan;
serta pemberian penghargaan dan kompensasi. Upaya pengelolaan
dititikberatkan pada peran masyarakat secara swadaya untuk
menjamin keberlanjutan.
15. Pembiayaan dalam rangka peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh dapat berasal dari berbagai sumber,
baik pemerintah (pusat, provinsi dan/atau kota), swasta serta
swadaya masyarakat.
16. Dibutuhkan sinergitas kelembagaan pemerintahan dalam rangka
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, baik pada tingkat pusat maupun tingkat daerah.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
17. Kunci keberhasilan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh adalah peran masyarakat pada
setiap tahapannya.
18. Upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh diselenggarakan dengan memperhatikan
kearifan lokal setiap daerah yang memiliki karakteristik spesifik.

B. SARAN
Beberapa hal yang merupakan rekomendasi dan saran yang terkait
dengan kajian dalam konsepsi Naskah Akademik Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh ini,
antara lain:
1. Berdasarkan uraian dan kesimpulan di atas, bahwa berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang perumahan dan kawasan
permukiman, judul Rancangan Peraturan Daerah terkait dengan
Penyusunan Naskah Akademik Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh,
bahwa dalam pengaturan tentang perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, tidak hanya mengatur mengenai Pencegahan
Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh saja, akan tetapi mengatur juga mengenai
penanganan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
sehingga dapat direkomendasikan untuk judul Peraturan Daerah
adalah Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh.
2. Dapat dirokemendasikan kepada Pemerintah Daerah dan/atau unsur
legislatif baik secara bersama maupun sendiri-sendiri berkewajiban
untuk segera menyusun Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Indramayu tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh sebagai wujud
Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
pemberian perlindungan dan kesejahteraan bagi masyarakat dan
sebagai amanat Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Permukiman dan dan Naskah Akademik ini
merupakan masukan untuk penyusunan Rencana Peraturan Daerah
tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh.
3. Dalam rangka pemantapan substansi pengaturan, perlu dilakukan
uji publik di daerah untuk mendapatkan masukan dari berbagai
pemangku kepentingan terkait dan uji kasus di daerah untuk
menguji implementasi substansi pengaturan yang telah disusun.
4. Dalam rangka mendapatkan legitimasi substansi pengaturan, perlu
dilakukan rapat antar Perangkat Daerah dan narasumber terkait
untuk mendapatkan masukan dan koreksi dalam rangka
penyempurnaan dan penetapan Peraturan Daerah tentang
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh ini.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin Ilmar, 2012, Hak Menguasai Negara dalam Privatisasi BUMN,


Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Budi Winarno, 2009, Pertarungan Negara vs Pasar, Medpres, Yogyakarta.
Hotman P. Sibuea, 2010, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan dan
Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Ian Bremmer, 2011, Akhir Pasar Bebas: Siapa Pemenang dalam Perang
antara Negara dan Swasta? Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ibrahim, 1997, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Johannes Gunawan, 2011, Bahan Kuliah Metode Penelitian dan Penulisan
Hukum, Program Pascasarjana Doktor Ilmu Hukum, Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung.
Johnny Ibrahim, 2007, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Banyumedia, Malang.
K. Bertens, Etika, 2011, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
M. Yahya Harahap, 2011, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika,
Jakarta.
Philipus M. Hadjon, dkk, 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia
(Introduction to the Indonesian Administrative Law), Penerbit Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Riant Nugroho dan Ricky Siahaan, 2006, BUMN Indonesia: Isu, Kebijakan
dan Strategi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Ridwan HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, Penerbit PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, 2007, Good Corporate Governance:
Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam
Perspektif Hukum, Total Media, Jakarta.
Rusli Effendy, dkk, Teori Hukum, Cetakan I, Penerbit Hasanudin
University Press, Ujung Pandang.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Soerjono Soekanto, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Sjachran Basah, 1986, Tiga Tulisan Tentang Hukum, Penerbit Armico,
Bandung.
Spelt, N.M. dan Berge, J.B.J.M. ten, 1993, Pengantar Hukum Perizinan,
disunting oleh Philipus M. Hadjon, Penerbit Yuridika, Surabaya.
Stroink, F.A.M. dan Steenbeek J.G., Inleiding in het Staats-en
Administratief Recht, Samson H.D. Tjeenk Willink, Alphen aan den
Rijn.
Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad
Ke-20, Penerbit Alumni, Bandung.
Tuti Rastuti, 2015, Seluk Beluk Perusahaan dan Hukum Perusahaan, PT.
Refika Aditama, Bandung.
Yahya Harahap, 2011, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta.

Laporan Konsep Akhir Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu tentang Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh

Anda mungkin juga menyukai