Anda di halaman 1dari 99

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG


PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS
TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR


TAHUN 2022
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Penyusunan Naskah
Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar tentang Penyelenggaraan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015,
salah satu urusan pemerintahan konkuren yang bersifat wajib dan berkaitan dengan pelayanan
dasar adalah perumahan dan kawasan permukiman. Urusan perumahan dan kawasan perumahan
tersebut meliputi beberapa sub urusan yaitu:

1. Perumahan;
2. Kawasan permukiman;
3. Perumahan dan kawasan permukiman kumuh;
4. Prasarana, sarana, dan utilitas umum (psu); dan
5. Sertifikasi, kualifikasi, klasifikasi, dan registrasi bidang perumahan dan kawasan
permukiman.
Selanjutnya dalam rangka penyelenggaraan kewenangan daerah di bidang perumahan
rakyat dan kawasan permukiman serta sebagai penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan
perundang- undangan yang lebih tinggi khususnya Pasal 36, Pasal 49, dan Pasal
98 UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman beserta peraturan
pelaksanaannya dan sekaligus menjadi solusi hukum atas permasalahan di daerah (local
problem solving) terkait di bidang Perumahan dan kawasan permukiman, dipandang perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Selanjutnya untuk mewujudkan sebuah Peraturan Daerah yang baik dan ideal, maka perlu
dilakukan kajian akademis.
Kajian hukum ini dilaksanakan dalam rangka mendapatkan kajian yang mendalam secara
yuridis terhadap Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Daerah Kabupaten
Tanah Datar. Atas selesainya naskah akademik ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyiapan sampai
selesainya laporan pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
Laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami akan menerima dengan tangan terbuka
kritik dan saran guna perbaikannya. Akhirnya kami berharap semoga hasil kajian ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Batusangkar, November 2022

Tim Penyusun

ii
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 6
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH.....................................................................8
1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN ............................................................... 9
1.3.1. Tujuan ...................................................................................... 9
1.3.2. Kegunaan ................................................................................. 9
1.4 METODE .......................................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS ..........................12


2.1 KAJIAN TEORITIS ......................................................................... 12
2.1.1. Pengertian Substansi Terkait ..................................................... 12
2.1.2. Definisi dari Berbagai Sumber ................................................... 15
2.1.3. Faktor Penyebab Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh . 16
2.1.4. Karakteristik Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ........ 18
2.1.5. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ............... 18
2.2. KAJIAN ASAS/PRINSIP ................................................................ 18
2.3. KAJIAN PRAKTEK PENYELENGGARAAN, KONDISI EKSISTING
DAN PERMASALAHAN ................................................................. 24

2.4. KAJIAN IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU .......................... 30

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN


PERUNDANGAN TERKAIT.........................................................35
3.1 TINJAUAN DASAR HUKUM ................................................................. 35
3.1.1. UUD 1945.................................................................................. 35
3.1.2. UU HAM..................................................................................... 35

iii
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3.1.3. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman .............................................................................. 42
3.1.4 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 ......................................... 43
3.1.5 Peraturan Pemerintah No.88 Tahun 2014...................................44
3.1.6 Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2016...................................45
3.1.7 Permendagri No. 1 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah .......................................................................... 48
3.1.8 UU Pembentukan Daerah .......................................................... 49
3.1.9 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Lainnya ...................... 50

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS ......52


4.1 LANDASAN FILOSOFIS ...................................................................... 52
4.2 LANDASAN SOSIOLOGIS ................................................................... 54
4.3 LANDASAN YURID IS ............................................................................. 56

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN LINGKUP ........58


5.1 JANGKAUAN PERATURAN DAERAH ................................................ 58
5.1.1 Jangkauan Peraturan Daerah (Perda) ........................................ 58
5.1.2 Jangkauan Program Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh ........................... 58
5.2 LINGKUP PENGATURAN .................................................................... 59
5.3 KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH ....................................................................... 60
5.3.1 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Bangunan Gedung ................ 61
5.3.2 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Jalan Lingkungan .................. 62
5.3.3 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Penyediaan Air Minum........... 63
5.3.4 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Drainase Lingkungan............. 63
5.3.5 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Pengelolaan Air Limbah ........ 64
5.3.6 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Pengelolaan Persampahan ... 65

5.3.7 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Proteksi Kebakaran ............... 66


5.3.8 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh .............. 66
5.4 PENCEGAHAN TERHADAP TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA
PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BARU .......... 67

iv
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

5.4.1 Pengawasan dan Pengendalian ................................................ 67


5.4.2 Pemberdayaan Masyarakat ....................................................... 79
5.5 PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH ....................................................................... 72
5.5.1 Penetapan Lokasi ...................................................................... 72
5.5.2 Pola - pola Penanganan ............................................................ 85
5.5.3 Pengelolaan ............................................................................... 89
5.6 PENYED IAAN TANAH ........................................................................... 90
5.7 PENDANAAN DAN SISTEM PEMBIAYAAN ........................................ 90
5.8 TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH ........................... 91
5.8.1 Tugas Pemerintah Daerah ......................................................... 91
5.8.2 Kewajiban Pemerintah Daerah ................................................... 92
5.8.3 Pola Koordinasi .......................................................................... 93
5.9 POLA KEMITRAAN,PERAN MASYARAKAT, DAN KEARIFAN LOKAL94
5.9.1 Pola Kemitraan........................................................................... 94
5.9.2 Peran Masyarakat ...................................................................... 94
5.9.3 Kearifan Lokal ............................................................................ 98

BAB VI PENUTUP ................................................................................................. 99


KESIMPULAN ................................................................................................... 99
SARAN .............................................................................................................. 99

v
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Tanah Datar Visi pembangunan


Daerah Kabupaten Tanah Datar tahun 2016-2021 adalah Terwujudnya Kabupaten
Tanah Datar Yang Madani, Berbudaya Dan Sejahtera Dalam Nilai-Nilai Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, Dari visi tersebut selanjutnya dijalankan
dengan berbagai misi Daerah Kabupaten Tanah Datar tahun 2016-2021yaitu:
1. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama, adat dan budaya
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman, sehat, cerdas,
berkarakter dan sejahtera berdasarkan falsafah ABS-SBK
3. Mewujudkan kehidupan yang harmonis, aman dan teratur dengan tata
pemerintahan yang baik,bersih dan profesional
4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan
5. Meningkatkan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya daerah.

Sebagai Kabupaten tujuan wisata, Kabupaten Tanah Datar mengalami perkembangan


yang cukup cepat, pada satu sisi berkembang sebagai Kabupaten yang semakin
menunjukkan ciri ke Kabupaten yang kuat namun pada sisi lain dihadapkan pada
permasalahan tumbuhnya permukiman kumuh. Untuk itu perlu upaya yang terlanjutkan
dalam mencegah dan meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman kumuh yang
ada di Kabupaten Batusangkar khususnya dan Tanah Datar Umumnya.

Pelaksanaan penyelenggaraan perumahan dan pemukiman daerah sebagai mana yang


dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan
Kawasan Permukiman mengemban tujuan-tujuan untuk diupayakan perwujudannya.
Pertama, memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman. Kedua, mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta
penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan
kawasan permukiman sesuai dengan arahan tata ruang untuk mewujudkan
keseimbangan kepentingan, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
1-6
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Ketiga, meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan
perKabupatenan maupun kawasan perdesaan. Keempat, memberdayakan para
pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.
Kelima, menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Keenam,
menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Pembangunan daerah dapat dilaksanakan melalui dua pendekatan yakni pendekatan


sentralistik dan pendekatan desentralistik. Pendekatan sentralistik mengandung arti
bahwa pelaksanaan pembangunan sepenuhnya merupakan wewenang dari pemerintah
pusat. Sementara pendekatan desentralistik mengandung arti bahwa pelaksanaan
pembangunan daerah sebagian besar merupakan wewenang daerah dan dilaksanakan
sendiri sebagai konsekuensi daerah otonom.

Otonomi daerah sebagai suatu cita-cita pemerintah dan bangsa Indonesia diharapkan
dapat memberi semangat bagi pemerintah daerah untuk aktif dan membenahi diri
dengan melaksanakan progam-program pembangunan daerah.

Selain itu berdasarkan pasal 96 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 dalam upaya
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-pola
penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis.Hal inilah yang
menjadikan pemerintah Kabupaten Tanah Datar mempunyai kewajiban untuk
menangani permasalahan perumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Tanah
Datar.

Pola perkembangan permukiman berdasarkan perkembangan aktivitas per kabupaten


terbagi menjadi dua, terdiri dari permukiman per kabupaten dan permukiman kampung.
Permukiman per kabupaten merupakan kawasan yang berkembang yang dapat dilihat
dari kepadatan bangunan yang mendominasi wilayah perKabupatenan, sedangkan
permukiman kampung merupakan kawasan permukiman yang sudah mengalami proses
interaksi sosial dan budaya yang berkembang seiring berjalannya waktu.
Karakteristik perkembangan permukiman terdiri dari permukiman tradisional,
permukiman kumuh dan ilegal, permukiman rawan banjir, dan permukiman perbatasan.
Permukiman kumuh terdiri dari permukiman kumuh pada lahan yang diperuntukan
sebagai permukiman dan permukiman kumuh pada lahan yang tidak diperuntukan
sebagai permukiman (ilegal/squatter).Permukiman kumuh Kabupaten Tanah Datar
sesuai dengan SK Bupati NOMOR: 860/95/ PERKIM LH – 2019 TANGGAL: 25 MARET

1-7
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

2019 tersebar di 14 kecamatan,yaitu:Padang Ganting, Rambatan, Sungai Tarab,


Tanjung Emas,X Koto, Pariangan, Rambatan, Lima Kaum, Sungayang, Salimpaung,
Batipuh, Batipuh Selatan, Lintau Buo Utara,Tanjung Baru dengan 52 jorong.
Perkembangan Kabupaten Tanah Datar yang dinamis membawa pengaruh bagi
perkembangan kehidupan masyarakat itu sendiri. Perkembangan ini menjadi daya tarik
bagi masyarakat yang dapat mempengaruhi tingginya arus tenaga kerja baik dari dalam
kabupaten itu sendiri maupun dari luar wilayah Kabupaten Tanah Datar.

Diisamping merugikan juga mempunyai keuntungan, antara lain membantu berputarnya


roda perekonomian khususnya pada sektor perdagangan dan jasa.Namun demikian
sebagai konsekuensinya mereka membutuhkan tempat hunian lebih banyak berada di
sekitar kawasan komersial kabupaten, hal ini dimungkinkan juga karena mereka
mendekati pusat perdagangan untuk membuka usaha pengembangan tempat tinggal
maupun usahanya yang menyebakan permukiman tersebut menjadi kumuh dan
suasana yang tidak tertib yang berakibat pada berubahnya kualitas lingkungan fisik
kawasan. Perubahan kualitas lingkungan fisik kawasan akibat aktivitas permukiman ini
ditandai dengan terjadinya perusakan estetika lingkungan .

Kondisi permukiman kumuh di Kabupaten Tanah Datar pada 14 Kecamatan tersebut


diatas memiliki beberapa kesamaan, seperti kondisi bangunan semi permanen dan tidak
teratur, kepadatan bangunan tinggi, permukaan jalan rusak, saluran drainase tidak
berfungsi karena dipenuhi oleh sampah, dan rendahnya kepemilikan jamban
keluarga.Mata pencaharian penduduk pada kawasan tersebut sebagian besar bekerja
pada sektor informal seperti pedagang ,petani. Permasalahan utama pada kawasan
permukiman kumuh tersebut adalah masalah sanitasi, drainase, ketidakteraturan
bangunan dan jalan lingkungan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas perlu dilakukan penanganan dalam mengatasi


permasalahan mengenai kondisi permukiman kumuh di Kabupaten Tanah Datar agar
seluruh stakeholder yang terkiat mampu berkalobarasi dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut, oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Tanah Datar memiliki
komitmen yang kuat untuk menangani masalah perumahan dan permukiman kumuh
dengan membuat regulasi sebagai payung hukum untuk menyelenggarakan
pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Naskah akademik merupakan landasan dalam menyusun suatu rancangan peraturan


perundang-undangan, dalam hal ini Peraturan Daerah (Perda). Melalui naskah

1-8
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

akademik akan dikemukakan landasan-landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis serta


kondisi psikopolitik masyarakat yang mendukung perlunya dibuat suatu peraturan
perundang- undangan, maka Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah ini pada
dasarnya dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi konsep-konsep dan
dasar-dasar serta gagasan-gagasan pemikiran yang diperlukan bagi perumusan
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Perumahan dan Permukiman Kumuh.

Sedangkan identifikasi masalah disusunnya Naskah Akademik Peraturan Daerah


Tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Perumahan Dan Permukiman Kumuh
adalah:
1) Permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa,bernegara, dan
bermasyarakat serta bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi.;
2) Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar pemecahan
masalah tersebut, yang berarti membenarkan pelibatan negara dalam
penyelesaian masalah tersebut.
3) Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah.
4) Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan
arah pengaturan.

1. 3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penyusunan Naskah Akademik dari Peraturan Daerah Tentang


Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Perumahan Dan Permukiman Kumuh
1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat serta cara-cara mengatasi permasalahan
tersebut.
2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar hukum
penyelesaian atau solusi permasalahan dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.
3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah.
4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah.

1-9
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

1.3.2 Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik


Sementara itu, kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai acuan atau
referensi penyusunan dan Rancangan Peraturan Daerah.

1.4 METODE

Metode Penyusunan Naskah Akademik RP2KPKPK Kabupaten Tanah Datar dilakukan


melalui studi kepustakaan/literatur dengan menelaah berbagai data sekunder seperti
hasil-hasil penelitian atau kajian, literatur, serta peraturan perundang-undangan terkait,
baik di tingkat undang-undang maupun peraturan pelaksanaannya dan berbagai
dokumen hukum terkait. Guna melengkapi studi kepustakaan dan literatur dilakukan
pula diskusi (focus group discussion) dan wawancara dengan mengundang beberapa
dinas terkait serta kegiatan uji konsep di hadapan, Dinas PU, Kesehatan, hukum,
Bidang lingkungan hidup, Bappeda serta berbagai stakeholder dengan melakukan
pengumpulan data lapangan daerah. Adapun stakeholder yang memberikan masukan
dalam penyusunan NA dan RUU ini adalah: 1.Perwakilan BWS Provinsi Sumatera
Barat; 2. Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Tanah Datar; 3. Dinas
Perkim LH Tanah Datar; 4. Dinas Kesehatan; 5. PDAM Kabupaten Tanah Datar; 6.
BAPPEDA Tanah Datar; 7. Bagian Hukum Tanah Datar; 8. LPSE Tanah Datar. Data
yang diperoleh dari masukan Tim Teknis, maupun data yang berasal dari pencarian dan
pengumpulan data lapangan, selanjutnya diolah dan dirumuskan dalam format Naskah
Akademik dan draf RUU sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, khususnya
Lampiran I mengenai teknik penyusunan Naskah Akademik dan Lampiran II mengenai
perancangan peraturan perundang-undangan.
Adapun kajian normatf yang digunakan meliputi kajian terhadap peraturan perundang-
undangan dan beberapa dokumen pendukung lainnya,Untuk peraturan terdiri dari
,UU,PP,Perpres,Permen dan Perda sedangkan untuk dokumen pendukung meliputi,
RTRW,dok RP3KP, Dok RPJM, dsb. Selanjutnya dalam peyusunan naskah akademik
dilakukan dengan beberapa tahapan sebagaimana dijelaskan melalui skema berikut ini.

1 - 10
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

TAHAP KAJIAN
TAHAP PERSIAPAN • Penyusunan Data Primer dan
Sekunder
• Mobilisasi Tenaga • Penyusunan Kajian Teori lainnya
• Penyusunan Form Survey • Pengumpulan data-data lapangan
• Pemahaman Lokasi Kegiatan • Sinkronisasi dengan instansi terkait
• Pengumpulan data sekunder
(RDTR, RPJM, RTRW Undang-
Undang dan Peraturan lainnya)

TAHAP PENYUSUNAN TAHAP PEMBAHASAN

• Kompilasi data lapangan • Kompilasi data lapangan


• Melakukan Analisis Data • Melakukan Analisis Data
• Pengolahan data secara • Pengolahan data secara
numerik dan baseline numerik dan baseline
• Penyusunan dokumen fakta • Penyusunan dokumen
dan analisa serta rencana. fakta dan analisa serta
• Penyusunan dokumen NA rencana.
dan RANPERDA

SKEMA TAHAP NASKAH DAN RANPERDA

1 - 11
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN
PRAKTIKEMPIRIS

2. 1 KAJIAN TEORITIS

2.1.1 Pengertian Substansi Terkait


Pengertian beberapa terminologi yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
laik huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, sertaaset bagi pemiliknya.

2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik


perKabupatenan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang laik huni.

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan per kabupaten atau
kawasan perdesaan.

4. Lingkungan Hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas
lebih dari satu satuan permukiman.

5. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan


lindung, baik berupa kawasan per kabupaten maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

6. Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman adalah kegiatan


perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
12 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

7. Perumahan Kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas


fungsi sebagai tempat hunian.

8. Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak laik huni karena


ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

9. Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman


Kumuh adalah upaya untuk meningkatkan kualitas bangunan, serta prasarana,
sarana dan utilitas umum.

10. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi
standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang laik, sehat, aman, dan
nyaman.

11. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi.

12. Utilitas adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.

13. Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh adalah


penetapan atas lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
ditetapkan oleh Bupati, yang dipergunakan sebagai dasar dalam peningkatan
kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

14. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan perumahan dan permukiman


beserta prasarana, sarana dan utilitas umum.

15. Perbaikan adalah pola penanganan dengan titik berat kegiatan perbaikan dan
pembangunan sarana dan prasarana lingkungan termasuk sebagian aspek tata
bangunan.

16. Pemugaran adalah kegiatan perbaikan tanpa perombakan mendasar, serta


bersifat parsial terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum jika
terjadi kerusakan untuk mengembalikan fungsi sebagaimana semula.

17. Peremajaan adalah kegiatan perombakan dan penataan mendasar secara


menyeluruh meliputi rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan permukiman.

18. Pemukiman Kembali adalah kegiatan memindahkan masyarakat terdampak


dari lokasi perumahan kumuh atau permukiman kumuh yang tidak mungkin
dibangun kembali karena tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/atau

13 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

rawan bencana.

19. Izin Mendirikan Bangunan Gedung yang selanjutnya disebut IMB adalah
perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan gedung
fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung untuk
membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat
bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan
teknis yang berlaku.

20. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah


masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat
dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.

21. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya meningkatkan peran masyarakat


dengan memobilisasi potensi dan sumber daya secara proporsional untuk
mewujudkan perumahan dan kawasan permukiman laik huni.

22. Pendampingan adalah kegiatan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk


pembimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis untuk mewujudkan kesadaran
masyarakat dalam mencegah tumbuh berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.

23. Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari
anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja
daerah, dan/atau sumber dana lain yang dibelanjakan untuk penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

24. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan
permukiman.

25. Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk mencegah, membatasi, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan upaya pencegahan dan
peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

26. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

27. Badan hukum adalah badan hukum yang didirikan oleh warga negara Indonesia
yang kegiatannya di bidang penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman.

28. Kelompok swadaya masyarakat adalah kumpulan orang yang menyatukan diri

14 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu, yaitu


adanya visi, kepentingan, dan kebutuhan yang sama, sehingga kelompok
tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama.

29. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara


Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.

30. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.

31. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan


pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Beberapa ilustrasi di bawah ini dibuat untuk
menjelaskan pemahaman mengenai rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

2.1.2 Definisi dari Berbagai Sumber


Untuk memperkaya pemahaman mengenai permukiman kumuh, berikut ini
dapat dilihat beberapa definisi mengenai permukiman kumuh.

1. Definisi permukiman kumuh menurut Prof.DR.Parsudi Suparlan yaitu:

Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat
di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang
ada tidak sesuai dengan dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan,
kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih,
sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta
kelengkapan fasilitas sosial lainnya.

2. Definisi permukiman kumuh menurut menurut LUMANTI (NGO Permukiman


Kumuh di Nepal) yaitu:
▪ Kawasan Permukiman Kumuh didefinisikan oleh kemiskinan, pendapatan
rendah,kondisi rumah yang tidak layak serta kualitas fasilitas yang sub-standar.
▪ Kawasan permukiman kumuh dihuni oleh golongan masyarakat minoritas
berpenghasilan rendah, sebagian besar memiliki hak milik atas lahan dan
huniannya.
▪ Squatters umumnya merupakan kawasan kumuh, namun kawasan

15 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

permukiman kumuh belum tentu merupakan suatu permukiman kumuh ilegal


(squatters).
• Definisi permukiman kumuh menurut Eko Budiharjo (Buku Tata Ruang
PerKabupaten,1997) yaitu:
▪ Kawasan permukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya
sangat tidak layak huni, ciri-cirinya antara lain kepadatan bangunan
sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial
dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah,
tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan
keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya.
• Buku Tata Ruang Per kabupaten Global Report on Human Settlements,
2003 (Revisi April 2010) yaitu:
▪ Permukiman kumuh (slum) merupakan kawasan Kabupaten
berkepadatan penduduk tinggi dan memiliki karakteristik permukiman
dibawah standar kelayakan. Karakteristik dasar dari permukiman kumuh
yaitu berkepadatan tinggi dan kondisi perumahan dibawah standar (fisik
serta sarana dan prasarana).

Berbagai definisi tersebut digunakan sebagai sumber referensi pengayaan, sedangkan


pengertian yang digunakan adalah pengertian dari UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman.

2.1.3 Faktor Penyebab Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Secara umum, faktor penyebab timbulnya Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh dapat dijelaskan sebagai berikut.

Faktor Penyebab Timbulnya Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


FAKTOR PENYEBAB

FISIK NON-FISIK

Alami Binaan Sosial Sosial Eksternal


Ekonomi Budaya

Kelayakan & Akses dan Kondisi Pola Perilaku Kejelasan Status


Ketersediaan Layanan Ekonomi
Lahan Sarana PSU Individu
Kejelasan Status Teknis
Pola Pengelolaan Lingkungan
Daya Dukung Struktur dan Potensi Bermukim
Lahan Pola Tata Ekonomi
Lingkungan Ketegasan Pemanfaatan Lahan
Letak

Marginalisasi Proses
Pembangunan

Sumber: Undang-Undang No.1 Tahun 2011

16 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Faktor Penyebab dan Dampak Keberadaan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Sumber: Undang-Undang No.1 Tahun 2011

2.1.4 Karakteristik Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman dijelaskan bahwa Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak
laik huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat,
sedangkan Perumahan Kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan
kualitas fungsi sebagai tempat hunian.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan karakteristik perumahan
kumuh dan permukiman kumuh sebagai berikut, yaitu:
• Merupakan satuan entitas perumahan dan permukiman;
• Kondisi bangunan tidak memenuhi syarat, tidak teratur dan memiliki
kepadatan tinggi;
• Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat (batasan sarana dan
prasarana ditetapkan dalam lingkup keciptakaryaan), yaitu:
✓ Jalan Lingkungan,
✓ Drainase Lingkungan,
✓ Penyediaan Air Bersih/Minum,
✓ Pengelolaan Persampahan,

✓ Pengelolaan Air Limbah,

✓ Pengamanan Kebakaran.

17 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Karakteristik tersebut selanjutnya menjadi dasar perumusan kriteria dan indikator


dalamproses identifikasi lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

2.1.5 Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi menurut bio-
region. Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pembagian Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh

NO TIPOLOGI BATASAN

1. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada tepi
permukiman kumuh di badan air (sungai, danau, waduk dan sebagainya), namun berada
tepi air di luar Garis Sempadan Badan Air.

2. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di
permukiman kumuh di daerah dataran rendah dengan kemiringan lereng < 10%.
dataran rendah
3. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di
permukiman kumuh di daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng > 10 % dan <
perbukitan 40%
Sumber: Tim Penyusun, 2022

2.2 KAJIAN ASAS/PRINSIP


Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan Pasal 5 dijelaskan bahwa dalam membentuk Peraturan
Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi: (i) kejelasan tujuan; (ii)
kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; (iii) kesesuaian antara jenis,
hierarki, dan materi muatan; (iv) dapat dilaksanakan; (v) kedayagunaan dan
kehasilgunaan; (vi) kejelasan rumusan; dan (vii) keterbukaan.
Terkait dengan berlakunya peraturan perundang- undangan dalam arti
material dikenal adanya beberapa asas- asas. Asas-asas tersebut dimaksudkan
supaya peraturan perundang-undangan mempunyai akibat yang positif apabila
benar-benar dijadikan sebagai pegangan dalam penerapannya, walaupun hal
tersebut masih membutuhkan suatu penelitian yang mendalam untuk dapat
mengungkapkan kebenarannya. Beberapa asas yang dikenal dan biasa digunakan
dalam peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:

18 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

a. Asas pertama: undang-undang tidak berlaku surut.


b. Asas kedua: undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula. Hal tersebut mengakibatkan:
1) Peraturan yang lebih tinggi tidak dapat diubah atau dihapuskan oleh
peraturan yang lebih rendah, sedangkan proses sebaliknya
dimungkinkan terjadi.
2) Hal-hal yang wajib diatur oleh peraturan atasan tidak mungkin diatur
oleh peraturan yang lebih rendah, sedangakan sebaliknya adalah
mungkin.
3) Isi peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan isi
peraturan di atasnya. Keadaan sebaliknya adalah mungkin dan apabila
hal tersebut terjadi, maka peraturan yang lebih rendah menjadi batal
Peraturan yang lebih rendah dapat merupakanperaturan pelaksanaan.
c. Asas ketiga: undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan
undang-undang yang bersifat umum, jika pembuatannya sama. Artinya
adalah pada peristiwa khusus wajib diperlakukan undang-undang yang
menyebut peristiwa tersebut, walaupun untuk peristiwa khusus itu dapat
pula diperlakukan undang-undang yang menyebut peristiwa yang lebih luas
atau lebih umum.
d. Asas keempat: undang-undang berlaku terdahulu. Artinya adalah undang-
undang lain yang lebih dahulu berlaku dimana diatur suatu hal tertentu,
tidak berlaku lagi jika undang-undang baru yang mengatur pula hal tertentu
akan tetapi makna dan tujuannya berlainan atau berlawanan dengan
undang-undang yang lama tersebut.

e. Asas kelima: undang-undang tidak dapat diganggu gugat.


f. Asas keenam: undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin
mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat maupun
mencapai pribadi,dilakukan pembaharuan dan pelestarian.
Selain asas-asas yang telah disebutkan di atas, dalam pembentukan peraturan
perundangan juga harus memenuhi beberapa persyaratan supaya dalam
pembentukan undang- undang tidak sewenang-wenang.
Adapun persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keterbukaan, maksudnya adalah sidang-sidang pembentukan undang-


undang dan sikap dari para eksekutif dalam penyusunan peraturan
perundang- undangan harus terbuka, supaya masyarakat yang berminat

19 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

dapat memberi tanggapan pada peraturan yang sedang disusun.


b. Memberikan hak kepada masyarakat untuk dapat mengajukan usul tertulis
kepada penguasa. Pengajuan usul tersebut dapat dilakukan melalui
beberapa cara berikut ini:
1) Penguasa mengundang mereka yang berminat untuk menghadiri
suatu pembicaraan penting yang menyangkut suatu peraturan di
bidang tertentu.
2) Suatu departemen mengandung organisasi- organisasi tertentu untuk
memberikan usulan tentang suatu rancangan undang-undang.
3) Acara dengar pendapat yang diadakan di Dewan Perwakilan Rakyat.
4) Pembentukan komisi-komisi penasehat yang terdiri dari tokoh-tokoh
dan ahli-ahli terkemuka (Soerjono Soekanto, 1987).
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 6 menjelaskan beberapa asas-
asas yang harus dipenuhi dalam materi muatan peraturan perundang-
undangan,meliputi:
a) Asas pengayoman adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk
menciptakan ketentraman masyarakat.
b) Asas kemanusiaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan pelindungan dan
penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga
negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
c) Asas kebangsaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d) Asas kekeluargaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

e) Asas kenusantaraan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan


Perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
wilayah Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

20 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

f) Asas bhinneka tunggal ika adalah bahwa Materi Muatan Peraturan


Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk,
agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g) Asas keadilan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara.
h) Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan adalah
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh
memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara
lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
i) Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus dapat mewujudkan ketertiban
dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
j) Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu,
masyarakat dan kepentinganbangsa dan negara.

k) Asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-


undangan yang bersangkutan antara lain: dalam Hukum Pidana,
misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas
pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah; dalam Hukum
Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan,
kebebasan berkontrak, dan itikad baik.
Menyangkut penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman terdapat
beberapa asas yang diatur dalam UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Perumahan. Asas-asas tersebu meliputi:
a. asas kesejahteraan yaitu asas yang memberikan landasan agar kebutuhan
perumahan dan kawasan permukiman yang layak bagi masyarakat dapat
terpenuhi sehingga masyarakat mampu mengembangkan diri dan
beradab, serta dapat melaksanakan fungsi sosialnya;
b. asas keadilan dan pemerataan yaitu asas yang memberikan landasan agar
hasil pembangunan di bidang perumahan dan kawasan permukiman dapat
dinikmati secara proporsional dan merata bagi seluruh masyarakat;
c. asas koefisienan dan kemanfaatan yaitu asas yang memberikan

21 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman


dilakukan dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki berupa sumber a
daya tanah, teknologi rancang bangun, dan industri bahan bangunan yang
sehat untuk memberikan keuntungan dan manfaat sebesar-besarnya bagi
masyarakat;

d. asas keterjangkauan dan kemudahan yaitu asas yang memberikan


landasan agar hasil pembangunan di bidang perumahan dan kawasan
permukiman dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, serta
mendorong terciptanya iklim kondusif dengan memberikan kemudahan
bagi MBR agar setiap warga negara Indonesia mampu memenuhi
kebutuhan dasar akan perumahan dan permukiman;
e. asas kemandirian dan kebersamaan yaitu asas yang memberikan
landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
bertumpu pada prakarsa, swadaya, dan peran masyarakat untuk turut
serta mengupayakan pengadaan dan pemeliharaan terhadap aspek-aspek
perumahan dan kawasan permukiman sehingga mampu membangkitkan
kepercayaan, kemampuan, dan kekuatan sendiri, serta terciptanya kerja
sama antara pemangku kepentingan di bidang perumahan dan kawasan
permukiman;
f. asas kemitraan yaitu asas yang memberikan landasan agar
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran pelaku usaha dan
masyarakat, dengan prinsip saling memerlukan,memercayai,
memperkuat,dan menguntungkan yang dilakukan, baik langsung
maupun tidak langsung;

g. asas keserasian dan keseimbangan yaitu asas yang memberikan landasan


agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan
dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola ruang,
keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungan,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah, serta
memperhatikan dampak penting terhadap lingkungan;
h. asas keterpaduan yaitu asas yang memberikan landasan agar
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilaksanakan
dengan memadukan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian, baik intra maupun antarinstansi serta
sector terkait dalam kesatuan yang bulat dan utuh, saling menunjang, dan
22 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

saling mengisi;
i. asas kesehatan yaitu asas yang memberikan landasan agar pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman memenuhi standar rumah sehat,
syarat kesehatan lingkungan, dan perilaku hidup sehat;
j. asas kelestarian dan keberlanjutan yaitu asas yang memberikan landasan
agar penyediaan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan dengan
memperhatikan kondisi lingkungan hidup, dan menyesuaikan dengan
kebutuhan yang terus meningkat sejalan dengan laju kenaikan jumlah
penduduk dan luas kawasan secara serasi dan seimbang untuk generasi
sekarang dan generasi yang akan datang; dan
k. asas keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan yaitu asas yang
memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman memperhatikan masalah keselamatan dan keamanan
bangunan beserta infrastrukturnya, keselamatan dan keamananan
lingkungan dari berbagai ancaman yang membahayakan penghuninya,
ketertiban administrasi, dan keteraturan dalam pemanfaatan
perumahan dan kawasanpermukiman.

Prinsip pelaksanaan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan


permukiman kumuh adalah mewujudkan perumahan dan permukiman yang laik huni
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan
berkelanjutan, sebagaimana merupakan cita-cita penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman di Indonesia.

Sedangkan asas pelaksanaan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan


permukiman kumuh yaitu: responsif; inisiatif; aspiratif; partisipatif; terukur; dan
berkelanjutan.

2.2.1 Kajian Praktek Penyelenggaraan, Kondisi Eksisting Dan


Permasalahan

Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dampak sosial, dimana


sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah dengan
kemampuan ekonomi menengah ke bawah dianggap sebagai sumber
ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial. Daerah ini
sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat
merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan,

23 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

dan sumber penyakit sosial lainnya.


Dampak langsung dari adanya permukiman kumuh dalam hal keruangan yaitu
adanya penurunan kualitas lingkungan fisik maupun sosial permukiman yang
berakibat semakin rendahnya mutu lingkungan sebagai tempat tinggal (Yunus, 2000
dalam Gamal Rindarjono, 2010). Seperti halnya lingkungan permukiman kumuh
yang memperlihatkan kondisi kualitas lingkungan yang semakin menurun, secara
umum hal ini dapat diamati berdasarkan hal sebagai berikut (Gamal Rindarjono,
2010) :
• Fasilitas umum yang kondisinya dari tahun ke tahun semakin berkurang
atau bahkan sudah tidak memadai lagi;
• Sanitasi lingkungan yang semakin menurun, hal ini dicerminkan dengan
tingginya wabah penyakit serta tingginya frekwensi wabah penyakit yang
terjadi, umumnya adalah DB (demam berdarah), diare, dart penyakit
kulit;

• Sifat extended family (keluarga besar)pada sebagian besar pemukim


permukiman kumuh mengakibatkan dampak pada pemanfaatan ruang
yang sangat semrawut di dalam rumah, untuk menampung penambahan
jumlah anggota keluarga maka dibuat penambahan-penambahan ruang
serta bangunan yang asal jadi, akibatnya kondisi rumah secara fisik
semakin terlihat acak-acakan.
Penduduk di permukiman kumuh tersebut memiliki persamaan, terutama dari segi
latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian terbatas dan
kemampuan adaptasi lingkungan yang kurang memadai. Kondisi kualitas kehidupan
yang serba marjinal ini ternyata mengakibatkan semakin banyaknya penyimpangan
perilaku penduduk penghuninya. Hal ini dapat diketahui dari tatacara kehidupan
sehari-hari, seperti mengemis, berjudi, mencopet dan melakukan berbagai jenis
penipuan. Terjadinya perilaku menyimpang ini karena sulitnya mencari atau
menciptakan pekerjaan sendiri dengan keahlian dan kemampuan yang terbatas,
selain itu juga karena menerima kenyataan bahwa impian yang mereka harapkan
mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dan ternyata tidak dapat memperbaiki
kehidupan mereka. Pada umumnya mereka tidak cukup memiliki kamampuan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak, disebabkan kurangnya keterampilan, tanpa
modalusaha, tempat tinggal tak menentu, rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, rendahnya daya adaptasi sosial ekonomi dan pola kehidupan kota.
Kondisi yang serba terlanjur, kekurangan dan semakin memprihatinkan itu
mendorong para pendatang tersebut untuk hidup seadanya, termasuk tempat

24 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan.


Permukiman kumuh umumnya di pusat-pusat perdagangan, seperti pasar,
perkampungan pinggir kota,dan di sekitar bantaran sungai. Kepadatan penduduk di
daerah-daerah ini cenderung semakin meningkat dengan berbagai latar belakang
sosial, ekonomi, budaya dan asal daerah. Perhatian utama pada penghuni
permukiman ini adalah kerja keras mencari nafkah atau hanya sekedar memenuhi
kebutuhan sehari-hari agar tetap bertahan hidup, dan bahkan tidak sedikit warga
setempat yang menjadi pengangguran. Sehingga tanggungjawab terhadap disiplin
lingkungan, norma sosial dan hukum, kesehatan, solidaritas sosial, tolong
menolong, menjadi terabaikan dan kurang diperhatikan.

Oleh karena para pemukim pada umumnya terdiri dari golongan-golongan yang
tidak berhasil mencapai kehidupan yang layak, maka tidak sedikit menjadi
pengangguran, gelandangan, pengemis, yang sangat rentan terhadap terjadinya
perilaku menyimpang dan berbagai tindak kejahatan, baik antar penghuni itu sendiri
maupun terhadap masyarakat lingkungan sekitanya. Kondisi kehidupan yang
sedang mengalami benturan antara perkembangan teknologi dengan keterbatasan
potensi sumber daya yang tersedia, juga turut membuka celah timbulnya perilaku
menyimpang dan tindak kejahatan dari para penghuni pemukiman kumuh tersebut.
Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang ini juga diperkuat oleh pola
kehidupan kota yang lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya yang
seringkali bertentangan dengan nilai-nilai moral dan norma-norma sosial dalam
masyarakat.
Perilaku menyimpang pada umumnya sering dijumpai pada permukiman
kumuh adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-norma sosial, tradisi dan
kelaziman yang berlaku sebagaimana kehendak sebagian besar anggota
masyarakat. Wujud perilaku menyimpang di permukiman kumuh ini berupa
perbuatan tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan kotoran di
sembarang tempat. Kecuali itu, juga termasuk perbuatan menghindari pajak, tidak
memiliki KTP dan menghindar dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti
gotong-royong dan kegiatan sosial lainnya (Sri Soewasti Susanto, 1974 dalam Diah
Novitasari, 2010). Bagi kalangan remaja dan pengangguran, biasanya
penyimpangan perilakunya berupa mabuk-mabukan, minum obat terlarang,
pelacuran, adu ayam, bercumbu di depan umum, memutar blue film, begadang dan
berjoget di pinggir jalan dengan musik keras sampai pagi, mencorat-coret
tembok/bangunan fasilitas umum, dan lain-lain. Akibat lebih lanjut perilaku
menyimpang tersebut bisa mengarah kepada tindakan kejahatan (kriminal) seperti

25 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

pencurian, pemerkosaan, penipuan, penodongan, pembunuhan, pengrusakan


fasilitas umum, perkelahian, melakukan pungutan liar, mencopet dan perbuatan
kekerasan lainnya.
Keadaan seperti itu cenderung menimbulkan masalah-masalah baru yang
menyangkut (Sri Soewasti Susanto, 1974 dalam Diah Novitasari, 2010) : (a)
masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama masalah permukiman
untuk golongan ekonomi lemah dan masalah penyediaan lapangan pekerjaan di
daerah perkotaan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya perilaku
menyimpang, (b) masalah adanya kekaburan norma pada masyarakat migran di
perkotaan dan adaptasi penduduk desa di kota, (c) masalah perilaku menyimpang
sebagai akibat dari adanya kekaburan atau ketiadaan norma pada masyarakat
migran di perkotaan. Disamping itu juga pesatnya pertumbuhan penduduk kota dan
lapangan pekerjaan di wilayah perkotaan mengakibatkan semakin banyaknya
pertumbuhan pemukiman-pemukiman kumuh yang menyertainya dan menghiasi
areal perkotaan tanpa penataan yang berarti.

Profile Kabupaten Tanah Datar

Kabupaten Tanah Datar terletak di Provinsi Sumatera Barat yang mempunyai luas
wilayah 1.336 km2 atau 133.600 ha,atau sekitar 3,16 % dari luas wilayah Provinsi
Sumatera Barat (42.297,30 km2), menjadikan Kabupaten Tanah Datar sebagai
kabupaten dengan wilayah paling kecil kedua di Provinsi Sumatera Barat setelah
Kabupaten Padang Pariaman. Secara administratif, Kabupaten Tanah Datar dibagi
menjadi 14 kecamatan,75 nagari dan 395 jorong. Kecamatan paling luas adalah
Kecamatan Lintau Buo Utara dengan luas 20.431 Ha atau 15,29% dari luas wilayah
Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan
Tanjung Baru dengan luas 4.315 Ha atau 3,23% dari luas wilayah Kabupaten Tanah
Datar.

Berdasarkan posisinya Kabupaten Tanah Datar terletak diantara empat gunung, yaitu
Gunung Marapi, Singgalang, Gunung Sago dan Gunung Tandikek serta secara
administrasi wilayahnya berbatasan dengan daerah lain. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada peta orientasi dan administrasi Kabupaten Tanah Datar. Berikut adalah
batas wilayah administrasi Kabupaten Tanah Datar:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Agam dan 50 Kota
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Sawahlunto dan Kabupaten
Sijunjung.

26 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman


Kondisi Topografi Kabupaten Tanah Datar berada di sekitar kaki Gunung Merapi,
Gunung Singgalang, dan Gunung Sago, serta diperkaya pula dengan 5 sungai,
Danau Singkarak yang cukup luas sebagian diantaranya merupakan wilayah
Kabupaten Tanah Datar yakni terletak di Kecamatan Batipuh Selatan dan
Rambatan. Diantara seluruh Kecamatan yang ada, tiga Kecamatan terletak pada
ketinggian antara 750 sampai dengan 1000 Mdpl, yaitu Kecamatan X Koto,
Salimpaung, dan Tanjung Baru, sementara itu empat Kecamatan lainnya, yaitu
Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting, dan Sungai Tarab terletak
pada ketinggian 450 sampai dengan 550 Mdpl.Sedangkan 7 Kecamatan lagi terletak
pada ketinggian yang bervariasi, misalnya Kecamatan Lintau Buo yang terletak pada
ketinggian antara 200 sampai dengan 750 Mdpl Ketinggian wilayah terbagi dalam 3
bagian, yaitu; ketinggian antara 750 - 1000 dpl (Kecamatan X Koto, Salimpaung dan
Tanjung Baru) antara 450 - 550 dpl (Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang
Ganting dan Sungai Tarab) dan antara 200 - 700 dpl (Kecamatan Batipuh, Batipuh
Selatan, Pariangan, Rambatan, Lintau Buo, Lintau Buo Utara dan Sungayang).
Kabupaten Tanah Datar dialiri oleh 25 buah sungai yang saat ini pemanfaatannya
adalah selain untuk kebutuhan pengairan (pertanian) juga dimanfaatkan oleh
sebagian penduduk untuk keperluan mandi dan cuci. Temperatur udara Kabupaten
Tanah Datar rata-rata berkisar antara 22oC - 33oC.

Sedangkan Jumlah penduduk di Kabupaten Tanah Datar lebih banyak penduduk


berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 182.954 jiwa, sedangkan penduduk berjenis
kelamin perempuan sebanyak 182.086 jiwa. penduduk berjenis kelamin laki-laki
paling banyak berada di Kecamatan X Koto yaitu sebanyak 23.528 jiwa, dan
penduduk berjenis kelamin perempuan paling banyak juga berada di Kecamatan X
Koto yaitu sebanyak 22.944 jiwa, dengan total keseluruhan adalah 373.693 jiwa.

Proses Identifikasi
Terkait dengan identifikasi permukiman kumuh, tidak terdapat Kriteria dan Indikator
khusus yang digunakan. Identifikasi permukiman kumuh hanya didasarkan pada
aspek kesesuaian peruntukan lahan dengan tata ruang serta legalitas lahan, seperti
permukiman kumuh di sepanjang sempadan sungai.

Proses Penanganan
Berbagai upaya penanganan permukiman kumuh di Kabupaten Tanah Datar telah
dilakukan, antara lain:

27 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

1. Strategi penanganan:
a) Penataan Kawasan Yang Berpotensi Dijadikan Hunian/Bangunan Liar
(Bantaran Sungai).
b) Pemenuhan Atau Peningkatan s arana-prasarana Lingkungan d i Kawasan
Permukiman Kumuh.
c) Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Infrastruktur Lingkungan.
d) Penanganan 1 Kawasan Percontohan (kawasan pusat Kabupaten)

2. Program Penanganan

a) PNPM-Mandiri PerKabupaten, yang sekarang menjadi Program Peningkatan


KualitasKawasan Permukiman (P2KKP).
b) Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK).
c) Kegiatan Dana Pembangunan Kelurahan (DPK).
d) Penyediaan Sarana Sanitasi Berbasis Masyarakat.
e) Penyediaan Sarana Air Bersih.
f) Pembangunan Rusunawa.
g) Penataan Bantaran Sungai.
h) Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh.
i) Inovasi Manajemen Per kabupatenan (IMP).

Proses Pengelolaan
A. Kelembagaan
Pola kelembagaan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Tanah Datar meliputi
kelembagaan dalam lingkup pemerintahan dan dalam lingkup non pemerintahan.

1. Kelembagaan Pemerintahan, terdiri dari:

a. Tingkat Kabupaten: Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah


(TKPKD), dalam hal ini kelompok program berbasis pemberdayaan
masyarakat yang diketuai oleh Asisten Pemerintahan Sekretariat Daerah
dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Datar sebagai wakil
dengan anggota OPD yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan
dan infrastruktur pendukungnya.

b. Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) tingkat kecamatan, yaitu


Penanggung Jawab Operasional Kegiatan yang berada di tingkatan
kecamatan, personil yang ada di PJOK adalah Seksi di kecamatan yang
berkaitan dengan bidang Lingkungan Hidup (LH).

28 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

2. Kelembagaan Non Pemerintahan, terdiri dari:

a. Tingkat Kabupaten: Kordinator Kabupaten Program PNPM Mandiri


Perkabupaten yang sekarang menjadi Program Peningkatan Kualitas
Kawasan Permukiman (P2KKP), yaitu tim non pemerintah yang berasal dari
Konsultan yang dikontrak melalui Kementerian PUPR untuk menangani
Program PNPM Mandiri Perkabupaten yang sekarang P2KKP sebagai
koordinator pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkabupaten yang
sekarang P2KKP dan PLPBK, termasuk penanganan permukiman kumuh
mulai pendataan sampai dengan implementasi pelaksanaan kegiatan.

b. LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) sebagai lembaga masyarakat


ditingkat kelurahan yang dibentuk oleh masyarakat untuk pelaksanaan
program PNPM Mandiri PerKabupaten yang sekarang program P2KKP.

c. KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) sebagai kelompok masyarakat


penerima dan pelaksana kegiatan yang bersumber dari dana APBN Program
PNPM Mandiri PerKabupaten, P4IP, PLPBK, USRI dan program lainnya.

B. Pembiayaan
Berbagai sumber pembiayaan dalam rangka penanganan permukiman kumuh di
Kabupaten Tanah Datar bersumber dari anggaran pemerintah, pembiayaan swasta
dan swadaya masyarakat. Berbagai sumber pembiayaan tersebut dapat terealisasi
karena adanya komitmen bersama dari semua pihak, baik pemerintah, swasta
maupun masyarakat.
Berbagai sumber pembiayaan yang digunakan dalam program penanganan
permukiman kumuh di Kabupaten Tanah Datar yaitu:
1. Anggaran Pemerintah, terdiri dari:
a. Pembiayaan dari APBN;
b. Pembiayaan dari APBD Provinsi;
c. Pembiayaan dari APBD Kabupaten.
2. Swadaya Masyarakat.

2.3 KAJIAN IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU


Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman yang mengamanatkan disusunnya Peraturan Pemerintah
tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh maka pelaksanaannya dilakukan oleh para pelaku pembangunan sesuai

29 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

dengan tugas dan wewenang masing-masing pelaku pembangunan.

Tujuan dari pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman


kumuh adalah untuk mewujudkan perumahan dan kawasan permukiman yang sehat,
aman, harmonis dan berkelanjutan guna mendukung kemandirian dan produktifitas
masyarakat. Kualitas perumahan dan kawasan permukiman yang layak huni secara
ideal perlu didukung dengan kualitas lingkungan permukiman yang lebih luas sebagai
satu kesatuan hunian yang tidak terpisahkan guna mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan, baik di per kabupaten maupun di perdesaan. Peningkatan kualitas
perumahan dan kawasan permukiman baik di perkabupaten maupun di perdesaan
diupayakan menjadi salah-satu kondisi yang dapat membantu mengatasi tarikan
urbanisasi, mendorong pertumbuhan wilayah, mendukung keterkaitan kawasan
perKabupatenan dan kawasan perdesaan secara baik, yang sekaligus dapat
mewujudkan permukiman di kawasan perdesaan yang mendukung perwujudan
pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan kawasan perdesaan secara
keseluruhan dan berkelanjutan.

Tujuan lain dari pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan
permukiman kumuh adalah untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan
masyarakat penghuni perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal ini
dilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak setiap
warga negara untuk menempati, memiliki dan/ atau menikmati tempat tinggal yang
dilaksanakan sejalan dengan kebijakan penyediaan tanah untuk pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman.
Karakteristik fisik dan sosial yang diperkirakan berpengaruh terhadap
penerapan sistem baru ini adalah: tingkat pendapatan, status kepemilikan lahan,
tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan penilaian masyarakat terhadap
lingkungan permukimannya. Pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi
permukiman kumuh akan dikemukakan berikut ini:

1) Faktor Pendapatan

Permukiman merupakan kebutuhan dasar disamping pangan dan sandang.


Permukiman termasuk indikator dari mutu kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat. Pemenuhan kebutuhan dasar tersebut erat kaitannya dengan
tingkat pendapatan. Kebutuhan pangan merupakan prioritas utama,
selanjutnya diikuti oleh kebutuhan sandang dan papan.
Pemenuhan setiap kebutuhan tersebut sangat bergantung pada tingkat
pendapatan masing-masing keluarga. Pada keluarga dengan tingkat

30 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

pendapatan rendah tidak digunakan untuk menambah pengeluaran bagi


rumah karena yang utama adalah tercukupinya kebutuhan pangan. Setelah
kebutuhan pangan terpenuhi dan juga kebutuhan sandang terpenuhi,
pengeluaran untuk rumah akan meningkat sesuai dengan peningkatan
pendapatan. Secara hipotesis, pada keluarga dengan tingkat pendapatan
semakin tinggi, pengeluaran untuk perbaikan rumah akan semakin tinggi pula.
Persentase pengeluaran untuk perumahan akan semakin meningkat, jika
tingkat pendapatan tinggi dan sebagai implikasinya kondisi atau kualitas
rumah akan semakin baik.

2) Faktor Tingkat Pengeluaran


Masyarakat menginginkan kondisi permukiman yang ditinggalinya nyaman,
aman dan sehat. Akan tetapi hal tersebut disebabkan oleh tingkat
pendapatan masyarakat itu sendiri. Apabila tingkat pendapatan masyarakat
tinggi, maka tingkat pengeluarannya akan dipertimbangkan sesuai dengan
kebutuhannya. Oleh karena itu masyarakat akan menyisihkan sebagian
pendapatannya untuk memperbaiki rumah. Sedangkan masyarakat dengan
tingkat pendapatan rendah, maka tingkat pengeluarannya hanya untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Pada keluarga dengan tingkat pendapatan
semakin tinggi, maka pengeluaran untuk perbaikan rumah akan semakin tinggi
pula. Sebaliknya apabila keluarga dengan tingkat pendapatan rendah, maka
pengeluaran untuk perbaikan rumah akan semakin rendah.

3) Faktor Tingkat Pendidikan


Kondisi permukiman, baik di kota maupun di desa masih banyak yang
memenuhi persyaratan teknis maupun kesehatan. Hal ini disebabkan oleh
tingkat pendapatan dan pendidikan dari sebagian besar masyarakat yang
relatif rendah. Akibatnya daya tangkap dan pengertian terhadap fungsi rumah
serta lingkungan masih kurang. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan
kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang arti serta fungsi
rumah sehat. Tingkat pendidikan masyarakat akan turut menentukan kondisi
rumah mereka. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
pemahaman akan arti dan fungsi rumah yang sehat akan lebih baik, sehingga
kondisi rumah akan lebih baik.

31 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

4) Faktor Mata Pencaharian


Mata pencaharian adalah sumber dari tingkat pendapatan masyarakat.
Masyarakat dengan mata pencaharian dari sektor formal serta tingkat
pendapatan tinggi kemungkinan dalam perbaikan kondisi rumah sangat tinggi.
Sedangkan masyarakat dengan mata pencaharian dari sektor informal serta
tingkat pendapatan rendah kemungkinan dalam perbaikan kondisi rumah
sangat rendah.

5) Faktor Anggota Keluarga


Jumlah anggota keluarga juga merupakan salah satu faktor yang diduga
mempengaruhi pada kondisi rumah. Pengaruh jumlah anggota keluarga
terhadap kondisi rumah ini dapat berupa pengaruh positif maupun negatif.
Jumlah anggota keluarga yang besar merupakan potensi keluarga untuk
membangun, memperbaiki, dan memelihara rumah sehingga kondisinya
tetap terjaga dengan baik. Hal ini merupakan pengaruh yang positif.
Sebaliknya, jika potensi anggota keluarga yang besar tidak dimanfaatkan
maka merupakan pengaruh yang negatif terhadap kondisi rumah. Keadaan ini
justru akan memperburuk kondisi rumah. Jumlah anggota keluarga akan
menimbulkan kesan padat apabila tidak sebandung dengan luas rumah yang
ada. Standar lantai untuk 1 orang adalah sebesar 6 m.

6) Faktor Status Kepemilikan Lahan Dan Bangunan Tanah atau lahan


F a k t o r s t a t u s k e p e m i l i k a n l a h a n m erupakan salah satu faktor
penting bagi permukiman. Mengenai hal status kepemilikannya, dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu tanah atau lahan dengan status hak milik dan
tanah atau lahan dengan status bukan hak milik. Tanah atau lahan dengan
status hak milik dapat dimanfaatkan oleh pemiliknya seoptimal mungkin
sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat.Akan timbul
keterbatasan-keterbatasan dalam pemanfaatannya oleh pemilik jika status
tanah atau lahannya bukan hak milik. Pada umumnya pemakaian tanah
atau lahan ini dilakukan dengan membayar sewa yang besarnya antara lain
ditentukan oleh luas tanah atau lahan dan lokasi tanah Faktor Anggota
Keluarga.

Jumlah anggota keluarga juga merupakan salah satu faktor yang diduga
mempengaruhi pada kondisi rumah. Pengaruh jumlah anggota keluarga
terhadap kondisi rumah ini dapat berupa pengaruh positif maupun negatif.

32 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Jumlah anggota keluarga yang besar merupakan potensi keluarga untuk


membangun, memperbaiki, dan memelihara rumah sehingga kondisinya
tetap terjaga dengan baik. Hal ini merupakan pengaruh yang positif.
Sebaliknya, jika potensi anggota keluarga yang besar tidak dimanfaatkan
maka merupakan pengaruh yang negatif terhadap kondisi rumah. Keadaan ini
justru akan memperburuk kondisi rumah. Jumlah anggota keluarga akan
menimbulkan kesan padat apabila tidak sebandung dengan luas rumah yang
ada. Standar lantai untuk 1 orang adalah sebesar 6 m.

7) Faktor Status Kepemilikan Lahan Dan Bangunan


Tanah atau lahan merupakan salah satu faktor penting bagi permukiman.
Mengenai hal status kepemilikannya,dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tanah
atau lahan dengan status hak milik dan tanah atau lahan dengan status
bukan hak milik. Tanah atau lahan dengan status hak milik dapat
dimanfaatkan oleh pemiliknya seoptimal mungkin sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan masyarakat. Akan timbul keterbatasan-
keterbatasan dalam pemanfaatannya oleh pemilik jika status tanah atau
lahannya bukan hak milik. Pada umumnya pemakaian tanah atau lahan ini
dilakukan dengan membayar sewa yang besarnya antara lain ditentukan
oleh luas tanah atau lahan dan lokasi tanah masyarakat dengan status
bangunan milik sendiri diharapkan kondisi rumah relatif lebih baik dari pada
rumah dengan status bukan milik sendiri atau sewa.

33 - 2
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATURANPERUNDANGAN
TERKAIT

3.1 TINJAUAN DASAR HUKUM

3.1.1 UUD 1945


Landasan fundamental untuk peningkatan kualitas permukiman kumuh adalah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (1) yang
mengamanatkan bahwa:

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.”

Sesuai tata perundangan yang berlakuk di Indonesia, maka Undang-undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (1) merupakan amanat tertinggi
yang yang harus dijabarkan atau diterapkan melalui perundangan yang lain.

3.1.2 Undang- Undang Hak Azazi Manusia


Landasan fundamental yang berikutnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan
kualitas permukiman kumuh adalah Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia khususnya pada Pasal 40 yang mengamanatkan bahwa:

“Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak”

Dengan kata lain, hak warga negara Indonesia atas tempat tinggal dan kehidupan yang
layak merupakan hak asasi yang harus dilindungi oleh Negara. Negara selaku pemangku
kewajiban (duty bearers) mempunyai kewajiban untuk menghormati (to respect), melindungi
(to protect) dan memenuhi (to fulfil) hak atas tempat tinggal dan kehidupan yang layak
tersebut.

3 - 34
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3.1.3 UU No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


Tujuan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman:

1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan


permukiman;
2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk
yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan, terutama bagi mbr;
3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di
kawasan per kabupaten maupun kawasan perdesaan;
4. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan
dankawasan permukiman;
5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
6. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman meliputi:

1. Pembinaan;
2. Tugas Dan Wewenang;
3. Penyelenggaraan Perumahan;
4. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman;
5. Pemeliharaan dan Perbaikan;
6. Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh;
7. Penyediaan Tanah;
8. Pendanaan dan Pembiayaan;
9. Hak dan Kewajiban; dan
10. Peran Masyarakat.

Kewenangan Pemerintah yang terkait dengan Perumahan Kumuh dan Permukiman


Kumuh,yaitu:
1. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan kriteria rumah,
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan
aman;
2. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman;
3 - 35
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan


permukiman kumuh;
4. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman;
Kewenangan Pemerintah Provinsi yang terkait dengan Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh, yaitu:
1. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi;
2. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
Bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi;
3. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat provinsi;
Kewenangan Pemerintah Kabupaten yang terkait dengan Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh, yaitu:
1. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman padatingkat kabupaten/Kabupaten;
2. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
Bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten
bersama DPRD;
3. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten; dan
4. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuhbertujuan guna:
1. Meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni ;
2. Mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru; serta
3. Menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan
permukiman.
4. Dilaksanakan berdasarkan pada prinsip kepastian bermukim yang menjamin
hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki
tempat tinggal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Wajib dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap
orang.
Sedangkan lingkup penyelenggaraan pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dijelaskan pada
3 - 36
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

beberapa skema di bawah ini.

Lingkup Penyelenggaraan

LINGKUP PENYELENGGA RAAN


PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS
TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

A. B.
Pencegahan Terhadap Peningkatan Kualitas C. D.
Perumahan Kumuh Dan Terhadap Perumahan Kumuh Pengadaan Tanah Pendanaan
Permukiman Kumuh Dan Permukiman Kumuh

Sumber: UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman , 2013

3 - 37
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Lingkup Pencegahan Perumahan dan Permukiman Kumuh

A. PENCEGAHAN TERHADAP
PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

1. Pengawasan 3. Pemberdayaan Ma 2. Pengendalian


Dilakukan secara Berkala oleh Pemerintah & Pemda melalui perizinan, standar teknis, dan kelaikan fungsi Dikembangkan melalui k
antara pemerintah dan
a. Pemberian b. Pengenaan c. Sanksi organisasi masyarakat, p tinggi, dan sektor sw
a. Pemantauan b. Evaluasi c. Pelaporan Insentif Disinsentif Administratif
Secara Langsung (Kunjungan Lapangan) Yaitu kegiatan penilaian Yaitu kegiatan
Secara Tidak Langsung (Data & Informasi Lokasi) secara terukur dan penyampaian hasil
Laporan Masyarakat (Pengaduan atau Media Massa) objektif terhadap upaya evaluasi dan i. Pemberian i. Pengenaan i. pembatasan a. Pendampi
pencegahan tumbuh dan rekomendasinya Keringanan Paj ak kegiatan Kegiatan pelayanan
berkembangnya Paj ak pembangunan masyarakat berupa p
Hasil akhir dari evaluasi ii. Pengenaan kapasitas masyarak
i. Pada Tahap ii. Pada Tahap iii. Pada Tahap perumahan kumuh dan wajib disampaikan ii. Fasilitasi Retribusi
permukiman kumuh ii. penghentian pembentukan serta m
Perencanaan Pembangunan Pemanfaatan kepada publik melalui Pembiayaan sementara kapasitas organisasi
Dilakukan Secara pertemuan terbuka dan Kepada atau tetap guna memampukan k
Kesesuaian berkala oleh Pemerintah memberikan kesempatan iii. Pembatasan masyarakat sebagai
Perizinan Lembaga Penyediaan kegiatan Bentuk Pendampinga
Kesesuaian
Lokasi Standar dan Pemda dengan masyarakat Keuangan pembangunan • Pembimbingan
Dengan Fungsi melibatkan masyarakat menyampaikan iii. Kemudahan Sarana, • Penyuluhan
Teknis iii. pembekuan
Rencana Tata Hunian tanggapan dan kritik Prasarana, Dan IMB • Bantuan teknis
Dilakukan dengan Prosedur Utilitas Umum
Ruang Kelayakan Perizinan
Prasarana, Membentuk Tim Laporan akhir evaluasi
Wilayah Evaluator yang memiliki iv . Pemberian iv . pencabutan b. Pelayanan In
Sarana Dan serta rekomendasinya
Kompensasi, iv . Pengenaan IMB Pemerintah dan pe
Ketersediaan Utilitas pengalaman serta disebarluaskan kepada Penalti
pengetahuan yang masyarakat melalui Subsidi Silang, menginformasikan da
Prasarana, Umum v. akses bagi masyara
Sarana, Dan memadai media elektronik, media Dan Imbalan
pembongkaran memperolah pelayana
Utilitas Umum Tata cara evaluasi massa, dan sarana v . Keringanan bangunan melalui media mass
penanganan Diatur komunikasi lainnya Retribusi menggunakan bahasa
dalam Permen Sesuai Dengan v i. dipahami
Peraturan penghentian
Daerah sementara Pemerintah wajib m
pelayanan peran dan partisipasi m
umum dalam pemberdayaa
menerapkan prinsip ke
keadilan gender, denga
pendidikan gender di
kumuh dan perumah c. Kesetaraan

Tata cara pemberian insentif, pengenaan disinsentif, dan pengenaan


sanksi administratif diatur dalam Permen

Sumber: RPP Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman , 2022


Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Lingkup Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh

B. PENINGKATAN KUALITAS
TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
Bertujuan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian
yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat

1. Penetapan Lokasi 2. Peningkatan Kualitas 3. Pengelolaan


Kriteria Penetapan Lokasi:
• dapat berada atau tidak berada pada Ketentuan Umum:
peruntukan perumahan dan permukiman • Pengelolaan perumahan kumuh
dalam rencana tata ruang a. Pemugaran b. Peremaj aan c. Pemukiman Kembali dan permukiman kumuh dilakukan
• tidak dipenuhinya persyaratan Ketentuan Umum: Ketentuan Umum: Ketentuan Umum: untuk mempertahankan dan
menjaga kualitas perumahan dan
administrasi dan persyaratan teknis • Dilakukan terhadap perumahan • Dilakukan terhadap perumahan • Dilakukan dengan memindahkan
bangunan gedung sesuai dengan fungsi kumuh dan permukiman kumuh kumuh dan permukiman kumuh masyarakat terdampak dari lokasi permukiman secara
bangunan gedung yang berdiri di atas lahan yang yang berdiri di atas lahan yang yang tidak mungkin dibangun berkelanjutan.
• rendahnya kualitas fisik prasarana dan dalam RTRW diperuntukkan bagi dalam RTRW diperuntukkan bagi kembali karena tidak sesuai • Pengelolaan dilakukan dengan
sarana lingkungan (berupa jalan perumahan. perumahan. dengan RTR dan/atau rawan membentuk:
lingkungan, saluran drainase, pematusan • Dilakukan untuk perbaikan • Dilakukan melalui perombakan bencana. o kelompok swadaya
masyarakat; dan/atau
dan lain-lain) menjadi perumahan dan dan penataan mendasar secara • Dilakukan bagi perumahan kumuh
• kepadatan penduduk tinggi permukiman yang layak huni. menyeluruh. o kemitraan dengan
dan permukiman kumuh yang
Persyaratan Penetapan Lokasi: swasta/masyarakat.
• Merupakan kegiatan perbaikan • Meliputi perombakan dan terletak di: • Pengelolaan dapat difasilitasi oleh
• kesesuaian dengan RTRW tanpa perombakan mendasar, penataan rumah dan prasarana, o sempadan sungai, danau,
kabupaten/kota serta bersifat parsial. sarana, dan utilitas umum. pantai;
• kesesuaian dengan RTBL • Meliputi perbaikan rumah, • Dilakukan dengan terlebih dahulu o bantaran rel kereta api;
• kualitas bangunan prasarana, sarana, dan utilitas menyediakan tempat tinggal o dibawah SUTET; dan
• kondisi dan kualitas prasarana, sarana, umum. sementara bagi masyarakat o tidak sesuai peruntukannya
dan utilitas umum yang memenuhi • Dilaksanakan berdasarkan tingka terdampak. dengan RTR.
persyaratan perbaikan yang dibutuhkan yang • Dilakukan berdasarkan norma • Dilakukan dengan memindahkan
Penetapan lokasi perumahan kumuh dan ditetapkan oleh pemerintah dan standar teknis yang berlaku. masyarakat terdampak ke lokasi
permukiman kumuh wajib didahului proses daerah dengan melibatkan • Dilaksanakan oleh dinas teknis
pendataan yang dilakukan oleh pemerintah masyarakat. yang berwenang dengan
daerah dengan melibatkan peran masyaraka • Dapat dilakukan oleh melibatkan pihak swasta,
Legalisasi Penetapan Lokasi: Pemerintah, pemerintah daerah,
• Surat Keputusan Bupati/Walikota dan/atau masyarakat secara
• Surat Keputusan Gubernur (DKI Jakarta) swadaya.
Ketentuan Lebih Lanjut mengenai Penetapan • Kegiatan yang dilakukan
Lokasi Diatur dalam Permen pemerintah daerah
diselenggarakan oleh dinas teknis
yang berwenang.

Ketentuan Lebih Lanjut Mengenai Kriteria dan Tata Cara


Pemugaran, Peremajaan dan Pemukiman Kembali Diatur Dalam Permen

Sumber: RPP Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, 2022

Lingkup Pengadaan Tanah

C. PENGADAAN TANAH
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas
ketersediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, termasuk
penetapan ketersediaan tanah di dalam RTRW kabupaten/kota

1. Pemberian Hak Atas 2. Konsolidasi Tanah Oleh Pemilik 3. Peralihan Atau 4. Pemanfaatan Dan 5. Pendaya-
Tanah Terhadap Tanah Tanah Pelepasan Hak Pemindahtanganan gunaan
Yang Langsung Dikuasai • Konsolidasi tanah dapat dilakukan di Atas Tanah Oleh Tanah Barang Milik Tanah
Negara atas tanah milik Pemilik Tanah Negara Atau Milik Negara
Pemberian hak atas tanah yang • Konsolidasi tanah dilaksanakan Daerah Sesuai Bekas Tanah
langsung dikuasai negara Dengan Ketentuan Terlantar
berdasarkan kesepakatan
didasarkan pada keputusan
antarpemegang hak atas tanah Peraturan
gubernur atau bupati/walikota
• Konsolidasi tanah dapat Perundang-
tentang penetapan lokasi atau
izin lokasi dilaksanakan dalam hal Undangan
peremajaaan dan pemukiman
kembali
• Penetapan lokasi konsolidasi tanah
dilakukan oleh bupati/walikota atau
gubernur untuk DKI Jakarta

Sumber: RPP Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman , 2022

3 - 39
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Lingkup Pendanaan

D. PENDANAAN
Pendanaan difasilitasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah, yang dimaksudkan untuk
menjamin kemudahan pembiayaan pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh
dan permukiman kumuh.

3. Sumber Dana Lainnya Sesuai Dengan Ketentuan


Peraturan Perundang-Undangan
1. Sumber APBN 2. Sumber APBD Dana yang dihasilkan dari perjanjian atau kesepakatan
bersama yang dapat berupa hibah atau bantuan, pinjaman,
baik dari sumber dana dalam negeri maupun luar negeri.

Sumber: RPP Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, 2022

Ketentuan pidana yang terkait perumahan kumuh dan permukiman kumuh yaitu:

1. Sanksi Pidana Bagi Pembangunan Di Luar Peruntukan


Setiap orang yang dengan sengaja membangun perumahan dan/atau
permukiman di luar kawasan yang khusus diperuntukkan bagi perumahan
dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak
Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
2. Sanksi Pidana Bagi Pembangunan yang Berpotensi Bahaya
Setiap orang yang dengan sengaja membangun perumahan, dan/atau
permukiman di tempat yang berpotensi dapat menimbulkan bahaya bagi
barang ataupun orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

3. Sanksi Pidana Bagi Pejabat yang Mengeluarkan Izin Tidak Sesuai

Setiap pejabat yang dengan sengaja mengeluarkan izin pembangunan


rumah, perumahan, dan/atau permukiman yang tidak sesuai dengan fungsi
dan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
4. Sanksi Pidana Bagi Orang yang Menghalangi Kegiatan Pemukiman
Kembali
Setiap orang yang dengan sengaja menolak atau menghalang-halangi
kegiatan pemukiman kembali rumah, perumahan, atau permukiman yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah setelah terjadi
kesepakatan dengan masyarakat setempat sebagaimana dimaksud dalam

4 - 40
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Pasal 142, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

3.1.4 Undang-Undang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan
Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Peraturan
Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan.
Jenis dan Hirarki Peraturan Perundang-undangan, terdiri dari:
• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
• Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
• Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
• Peraturan Pemerintah;
• Peraturan Presiden;
• Peraturan Daerah Provinsi; dan
• Peraturan Daerah Kabupaten.
Peraturan Menteri merupakan salah satu bentuk peraturan perundang-undangan
namun tidak dijelaskan dalam hirarki di atas karena merupakan turunan dari PP,
seperti halnya Pergub, Perbup maupun Perwal yang merupakan turunan dari Perda.

Kerangka peraturan perundang–undangan meliputi:

1. JUDUL
2. PEMBUKAAN
a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
b. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
c. Konsiderans
d. Dasar Hukum
e. Diktum
3. BATANG TUBUH
a. Ketentuan Umum
b. Materi Pokok yang Diatur
c. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)

4 - 41
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

d. Ketentuan Penutup
4. PENUTUP
5. PENJELASAN (jika diperlukan)
6. LAMPIRAN (jika diperlukan)

3.1.4 UNDANG-UNDANG NO 23 Tahun 2014


Pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang- Undang Nomor 23
Tahun 2014, menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan yang menjadi urusan Pemerintah. Dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
tersebut, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan yang menjadi
urusan pemerintah pusat. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangannya daerah, pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Menurut
Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa urusan pemerintah yang menjadi
adalah perumahan rakyat dan kawasan permukiman.
Pemerintah harus mengupayakan perlindungan hak penghuni rumah
untuk kenyamanan dan kesehatan, terutama untuk registrasi material hasil
industri. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan labelisasi material
bangunan. Jadi, labelisasi tidak hanya berlaku untuk makanan, karena
pengaruh material bangunan juga sangat besar terhadap kesehatan
penghuni. Apa lagi rumah didiami bukan untuk waktu yang singkat, tetapi
untuk puluhan tahun, bahkan seumur hidup.
Untuk Rumah siap huni-misalnya yang dibangun oleh pengembang
harus jelas spesifikasi bangunan, yang tidak sekedar spesifikasi teknis, tetapi
juga spesifikasi efek bahan terhadap kesehatan. Hal tersebut harus
disertakan dalam dokumen rumah, dan disepakati dalam acara serah terima
resmi antara pengembang dan pemilik rumah. Kesenjangan cara pandang
dan persepsi antara perencana dan masyarakat harus diminimalkan, dengan

4 - 42
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

dialog yang aktif dan terbuka. Perencana harus mengembalikan


kedudukannya sebagai mediator dan penterjemah aspirasi pemilik rumah,
sebagai pihak yang mengupayakan yang terbaik bagi penghuni rumah.
Harus diupayakan pengembangan teknologi konstruksi, material dan
alat-alat rumah tangga yang akrab lingkungan sebagai tanggung jawab akan
kelestarian alam dan kualitas kehidupan manusia yang berkelanjutan,
misalnya:

a. Labelisasi/sertifikasi bahan bangunan untuk menjamin bahan tersebut


tidak menimbulkan efek yang tidak menguntungkan bagi kesehatan
penghuni rumah;
b. Penelitian dan pengembangan industri material bangunan organik-
misalnya dari limbah pertanian- sebagai bahan bangunan alternatif yang
murah, sehat dan nyaman;
c. Perencanaan hutan produksi yang berkesinambungan untuk bahan
bangunan yang berkelanjutan, sehingga hutan konservasi yang ada tidak
rusak untuk kebutuhan matertial rumah/perumahan;
d. Penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna untuk kebutuhan
akan energi, mengingat cadangan bahan bakar minyak dan gas terbatas
(IBID, hal: 12).

3.1.5 Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan


Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Peraturan Pemerintah No 88 Tahun 2014 ini dibentuk untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman dan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011
tentang Rumah Susun. Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No 88
Tahun 2014 yang memiliki relevansi dengan tulisan ini antara lain:
Pasal 2
(1) Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
menjadi tanggung jawab:
a. Menteri pada tingkat nasional;
b. Gubernur pada tingkat provinsi; dan
c. Bupati pada tingkat kabupaten.
(2) Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
dilaksanakan secara berjenjang dari:
a. Menteri kepada gubernur, bupati, dan pemangku

4 - 43
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

kepentingan;
b. Gubernur kepada bupati dan pemangku kepentingan; dan
c. Bupati kepada pemangku kepentingan.

Pasal 3
Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dilakukan
terhadap aspek:
a. Perencanaan;
b. Pengaturan;
c. Pengendalian; dan
d. Pengawasan.

Pasal 8
Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan dengan cara:
a. Koordinasi;
b. Sosialisasi peraturan perundang-undangan;
c. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi;
d. Pendidikan dan pelatihan;
e. Penelitian dan pengembangan;
f. Pendampingan dan pemberdayaan; dan/atau
g. Pengembangan sistem layanan informasi dan komunikasi.

3.1.6 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan


Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2016 ini dibentuk untuk untuk


melaksanakan ketentuan Pasal 27, Pasal 31, Pasal 50 ayat (3), Pasal 53 ayat
(3), Pasal 55 ayat (6), Pasal 58 ayat, Pasal 84 ayat (7), Pasal 85 ayat (5),
Pasal 90, Pasal 93, Pasal 95 ayat (6), Pasal 104, Pasal 113, dan Pasal 150
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No 16 Tahun
2016 yang memiliki relevansi dengan tulisan ini antara lain:

Pasal 2
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman bertujuan untuk:
a. Mewujudkan ketertiban dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan

4 - 44
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Permukiman;
b. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya dalam
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan
c. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan terutama bagi
MBR dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 3
Lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi:
d. Penyelenggaraan Perumahan;
e. Penyelenggaraan kawasan Permukiman;
f. Keterpaduan Prasarana, Sarana, Utilitas Umum Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
g. Pemeliharaan dan perbaikan;
h. Pencegahan dan peningkatan kualitas Perumahan Kumuh Permukiman
Kumuh;
i. Konsolidasi Tanah; dan

j. Sanksi administrasi.

Pasal 4
1) Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan satu
kesatuan sistem yang dilaksanakan secara terkoordinasi,terpadu dan
berkelanjutan.
2) Penyelenggaraan Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan prinsip penyelenggaraan kawasan Permukiman
sebagai dasar penyelenggaraan Perumahan.
3) Prinsip penyelenggaraan kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan perwujudan kegiatan pembangunan peruntukan
Perumahan di kawasan Permukiman sebagaimana yang dituangkan di
dalam rencana tata ruang yang mengutamakan keterpaduan Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Umum kawasan sebagai pengendalian dan
pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

4 - 45
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Pasal 5
(1) Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dilaksanakan
berdasarkan kebijakan dan strategi nasional di bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.

(2) Kebijakan Perumahan dan kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. Kemudahan masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak dan
terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur,
terencana, terpadu, danberkelanjutan; dan
b. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman.
(3) Strategi kemudahan masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak dan
terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,
terpadu, dan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi:
a. penyediaan kebutuhan pemenuhan Perumahan dan Kawasan
Permukiman melalui perencanaan dan pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang; dan
b. keterjangkauan pembiayaan dan pendayagunaan teknologi.
(4) Strategi peningkatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Pelaksanaan keterpaduan kebijakan Pembangunan Perumahan
dan Kawasan Permukiman antar pemangku lintas sektor, lintas
wilayah, danmasyarakat;
b. peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan dan strategi nasional
bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 6
(1) Penyelenggaraan Perumahan meliputi:
a. perencanaan Perumahan;
b. pembangunan Perumahan;
4 - 46
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

c. pemanfaatan Perumahan; dan


d. pengendalian Perumahan.
(2) Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup Rumah
atau Perumahan beserta Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.
(4) Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibedakan menurut
jenis dan bentuknya.
(5) Jenis Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibedakan
berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian meliputi Rumah
komersial, Rumah umum, Rumah swadaya, Rumah khusus, dan
Rumah negara.
(6) Bentuk Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibedakan
berdasarkan hubungan atau keterikatan antarbangunan meliputi
Rumah tunggal, Rumah deret, dan Rumah susun.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan Rumah susun sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.

Pasal 7
(1) Dalam hal penyelenggaraan Perumahan bagi MBR, Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitasi terhadap
perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan Perumahan.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
lembaga atau badan yang ditugasi oleh Pemerintah dan atau
Pemerintah Daerah.
(3) Penugasan lembaga atau badan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

3.1.7 Permendagri No. 1 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Produk


Hukum Daerah
Produk Hukum Daerah adalah produk hukum berbentuk peraturan meliputi perda
atau nama lainnya, Perkada, PB KDH, Peraturan DPRD dan berbentuk keputusan
meliputi Keputusan Kepala Daerah, Keputusan DPRD, Keputusan Pimpinan DPRD,
dan Keputusan Badan Kehormatan DPRD. Hail ini sesuai dengan Peraturan

4 - 47
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah yang bersifat pengaturan dan penetapan. Adapun produk hukum daerah
tersebut adalah Perda yang dalam hal ini adalah Perda Kabupaten Tanah Datar.

Penyusunan produk hukum daerah pada tahapan perencanaan, melalui prolegda


yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan DPRD, dimana koordinasi
dilakukan oleh DPRD melalui Balegda. Prolegda dilingkungan Pemerintahan
Daerah ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas
pembentukan Rancangan Perda dan dikoordinasikan oleh Biro Hukum atau bagian
hukum Kabupaten. Dalam keadaan tertentu, DPRD atau kepala daerah dapat
mengajukan Rancangan Perda di luar Prolegda, hal ini dimaksudkan untuk
mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam, dan juga
terjadi akibat kerjasama dengan pihak lain, ataupun keadaan tertentu lainnya yang
memastikan adanya urgensi atas suatu Rancangan Perda yang dapat disetujui
bersama oleh Balegda dan biro hukum provinsi atau bagian hukum Kabupaten.

Penyusunan produk hukum yang bersifat pengaturan yang berupa rancangan


peraturan daerah berdasarkan prolegda disusun oleh SKPD atas perintah
Kepala Daerah dengan disertai penjelasan atau keterangan dan/atau naskah
akademik. Rancangan Perda yang disertai naskah akademik harus telah melalui
pengkajian dan penyelarasan.

3.1.8 UU Pembentukan Daerah

Peraturan perundang-undangan lainnya yang menjadi dasar kewenangan


pembentukan Peraturan Daerah adalah undang-undang pembentukan daerah. UU
pembentukan daerah Kabupaten Tanah Datar yang menjadi acuan sebagaimana
telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Pengubahan
Undang-Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 (Republik Indonesia Dahulu)
tentang Pembentukan Kabupaten-Kabupaten Besar dan Kabupaten-Kabupaten
Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551). Dengan terbentuknya
Kabupaten Tanah Datar, maka sebagai daerah otonom, sudah melekat pula
berbagai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Tanah Datar,
termasuk dalam hal pembentukan peraturan daerah.

4 - 48
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3.1.9 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Lainnya


Beberapa peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan peningkatan
kualitasterhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dijelaskan
sebagai berikut.
A. Undang-Undang yang terkait yaitu:
1. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
2. UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
3. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
4. UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
5. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
6. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
7. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
8. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
9. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
10. UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan - Perundang-
Undangan.
11. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;
12. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
B. Peraturan Pemerintah yang terkait yaitu:

1. PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya


dan Beracun;
2. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
3. PP No. 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang
Wilayah;
4. PP No. 36 Tahun 2004 tentang Peraturan Pelaksananaan
UU No.28 Tahun 2002 Bangunan Gedung;
5. PP No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum;
6. PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
7. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten;
8. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN;
9. PP No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
10. PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

4 - 49
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

11. PP No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang;
12. PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai.

C. Peraturan Menteri yang terkait yaitu:


1. Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, daerah
Manfaat Sungai dan daerah Penguasaan Sungai;
2. Permeneg Agraria Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;
3. Permen PU No. 29 Tahun 2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung;
4. Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan RTBL;
5. Permen PU No. 25 Tahun 2007 tentang SLF;
6. Permen PU No. 24 Tahun 2008 tentang Pemeliharaan Bangunan Gedung;
7. Permen PU No. 25 Tahun 2008 tentang RISPK;
8. Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Proteksi Kebakaran Bangunan
Gedung & Lingkungan;
9. Permenpera No. 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Perumahan Rakyat;
10. Permen PU No. 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW
Provinsi;
11. Permen PU No. 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW
Kabupaten;
12. Permen PU No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW
Kabupaten;
13. Permen PU No.14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang.

4 - 50
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS
DAN YURIDIS

4.1 LANDASAN FILOSOFIS

Peraturan perundang-undangan harus mendapatkan pembenaran yang


dapat diterima apabila dikaji secara filosofis, yaitu cita-cita kebenaran, keadilan,
dan kesusilaan. Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah
bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Falsafah hidup suatu
bangsa berisi mengenai nilai moral dan etika dari bangsa tersebut. Falsafah hidup
merupakan suatu landasan untuk membentuk hukum. Sehingga, dalam
pembentukan peraturan perundang- udangan termasuk peraturan daerah harus
mencerminkan nilai dan moral yang tumbuh di masyarakat bersangkutan. Semua
nilai yang berkembang di Indonesia merupakan cermin dari Pancasila, karena
Pancasila merupakan cermin dari pandangan hidup, cita-cita bangsa, dan jalan
kehidupan bangsa. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang
merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat
strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu
upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan
produktif. Untuk itu negara melalui Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu
bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam
perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah
Indonesia.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu lebih berperan dalam
menyediakan dan memberikan kemudahan dan bantuan perumahan dan kawasan
permukiman bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
4 - 51
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

permukiman yang berbasis kawasan serta keswadayaan masyarakat sehingga


merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan
ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup
sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Berdasarkan ketentuan Pasal Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa: setiap warga Negara
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan memperoleh
pelayanan kesehatan, mendapat perlakuan khusus.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tanah
Datar Tahun 2016-2021, Kabupaten Tanah Datar memiliki arahan pengembangan
pembangunan dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Dalam proses
pembangunanya disusun berdasarkan pada arahan visi dan misi pembangunan
daerah. Visi pembangunan Daerah Kabupaten Tanah Datar tahun 2016-2021 adalah
TERWUJUDNYA KABUPATEN TANAH DATAR YANG MADANI, BERBUDAYA
DAN SEJAHTERA DALAM NILAI-NILAI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK
BASANDI KITABULLAH.

Dari visi tersebut selanjutnya dijalankan dengan berbagai misi Daerah


Kabupaten Tanah Datar tahun 2016-2021yaitu:
• Meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama, adat dan budaya
• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman, sehat, cerdas,
berkarakter dan sejahtera berdasarkan falsafah ABS-SBK
• Mewujudkan kehidupan yang harmonis, aman dan teratur dengan tata
pemerintahan yang baik,bersih dan profesional
• Meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan

Meningkatkan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan dengan mengoptimalkan


pemanfaatan sumber daya daerah Rancangan Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman ini harus sejalan dengan
misi tersebut khususnya “Tanah Datar, kehidupan yang harmonis, aman dan
teratur””.
Dengan demikian melalui Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman ini, maka pencapaian tujuan dan sasaran
lebih terarah. Strategi dan arah kebijakan yang telah dirumuskan 5 (lima) tahun
mendatang adalah mewujudkan:

4 - 52
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

(1) pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman,


(2) pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum perkotaan yang berkeadilan dan
berwawasan kependudukan,lingkungan, dan budaya.
Sasaran misi tersebut diarahkan pada peningkatan ketersediaan perumahan yang
layak huni dan berkurangnya pemukiman kumuh dengan orientasi strategi
diarahkan pada peningkatan kuantitas dan kualitas permukiman beserta sarana
prasarana infrastruktur bagi penguatan daya dukung lingkungan sesuai
perkembangan kebutuhan penduduk secara merata dan partisipatif dan
perencanaan dan Pengendalian tata kota menuju kota kreatif ekonomi, sosial,
budaya melalui optimalisasi partisipasi masyakarat.
Oleh karena itu, dalam membentuk regulasi daerah tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman ini, di samping harus mencerminkan nilai-
nilai Pancasila dan menjunjung tinggi norma beserta tujuan pembangunan nasional
serta berdasarkan pada visi-misi Pemerintah .

Agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta mampu menghuni rumah yang
layak dan terjangkau di lokasi perumahan dan kawasan permukiman yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan, negara bertanggungjawab untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dengan menyelenggarakan perumahan dan kawasan
permukiman yang terjangkau oleh kemampuan masyarakat terutama masyarakat
yang berpenghasilan rendah baik yang mempunyai pekerjaan tetap maupun yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap.

4.2. LANDASAN SOSIOLOGIS


Kebutuhan materi pengaturan terhadap pencegahan dan peningkatan kualitas
perumahan kumuh dan permukiman kumuh tidak terlepas dari tujuan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang termuat pada Pasal di dalam UUD Tahun 1945 yang
terkait dengan keberadaan dan kepentingan perumahan dan kawasan permukiman
adalah Pasal 18 ayat (1) yang menyatakan bahwa: “Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah- daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan Kabupaten, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan Kabupaten itu
mempunyai Pemerintahan Daerah, yang diatur dengan undang-undang”, dan ayat (2)
yang menyatakan bahwa: “Pemerintahan Daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
Kabupaten mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan. Atas dasar ketentuan tersebut, negara diberikan
kewajiban untuk memberikan sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat yang dikelola oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah

4 - 53
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

daerah kabupaten bagi kehidupan dan penghidupan rakyat Indonesia. Jelas Pasal 18
ayat (1) dan ayat (2) UUD Tahun 1945 bahwa Negara diberikan kewenangan
sebagai organisasi atau lembaga untuk mengatur dan mengawasi Kabupaten untuk
sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Pasal 28H UUD Tahun 1945 juga menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Untuk mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, perumahan dan kawasan permukiman perlu
ditingkatkan penggunaan dan pemanfaatannya melalui pengaturan berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan memperhatikan
kesejahteraan, keadilan dan pemerataan, kenasionalan, keefisienan dan
kemanfaatan, keterjangkauan dan kemudahan, kemandirian dan kebersamaan,
kemitraan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kesehatan kelestarian dan
berkelanjutan, serta keselamatan, keamanan, ketertiban dan keteraturan. Karena itu
perumahan dan kawasan permukiman perlu dikelola secara terencana, terpadu,
professional, dan bertanggungjawab, serta selaras, serasi dan seimbang dengan
penggunaan dan pemanfaatan ruang. Untuk mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat, maka perumahan kumuh dan permukiman kumuh perlu
dicegah dan ditangani melalui pengaturan berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dengan memperhatikan kesejahteraan, keadilan dan
pemerataan, kenasionalan, keefisienan dan kemanfaatan, keterjangkauan dan
kemudahan, kemandirian dan kebersamaan, kemitraan, keserasian dan
keseimbangan, keterpaduan, kesehatan kelestarian dan berkelanjutan, serta
keselamatan, keamanan, ketertiban dan keteraturan. Karena itu perumahan dan
kawasan permukiman perlu dikelola secara terencana, terpadu, professional, dan
bertanggungjawab, serta selaras, serasi dan seimbang dengan penggunaan dan
pemanfaatan ruang.

Guna mencapai hal tersebut di atas, maka pemerintah perlu lebih berperan dalam
melakukan pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman
kumuh untuk menciptakan suatu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik,
kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian
lingkungan hidup, dan keterbukaan dalam tatanan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

4 - 54
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

4.3 LANDASAN YURIDIS


Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau
mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada,

Sejalan dengan penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pencegahan


dan Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
yang telah mencapai tahap akhir legalisasi, maka dilaksanakan juga penyusunan
Rancangan Peraturan Menteri tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kualitas
terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, yang merupakan peraturan
operasionalisasi dari RPP tersebut.
Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan
substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-
Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang
sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis
peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya
lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang
sama sekali belum ada.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H
ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Tempat tinggal mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak
serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia
Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya
kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang
akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan
manusia.
Landasan yuridis adalah landasan hukum yang memberikan perintah untuk
membentuk suatu peraturan perundang-undangan, landasan tersebut meliputi:
a. Terkait dasar kewenangan pembuatan Peraturan Perundang- undangan
Tingkat Daerah;
b. Undang-undang yang menjadi dasar pembentukan peraturan daerah yang
bersangkutan; dan
a . peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi peraturan
perundang-undangan yang harus dibuat. Peraturan perundang-undangan
harus mempunyai dasar hukum yang terdapat dalam ketentuan yang
levelnya lebih tinggi.

4 - 55
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Beberapa amanah dari Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pencegahan dan


Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh terkait
pengaturan dan Peraturan Menteri sebagaimana tersebut pada tabel di bawah ini.

Bab dan Pasal Amanat Penyusunan Peraturan Menteri Aspek

Pasal 10 ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Pencegahan Perumahan Kumuh
evaluasi penanganan perumahan kumuh dan dan Permukiman Kumuh
permukiman kumuh.

Pasal 15 Pedoman mengenai tata cara pemberian Pencegahan Perumahan Kumuh


insentif, pengenaan disinsentif, dan pengenaan dan Permukiman Kumuh
sanksi administratif.

Pasal 33 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata Peningkatan Kualitas Perumahan
cara pemugaran, peremajaan dan pemukiman Kumuh dan Permukiman Kumuh
kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
sampai dengan Pasal 32.

4 - 56
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN
DAN RUANGLINGKUP

5.1 JANGKAUAN PERATURAN DAERAH (PERDA)


Jangkauan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ini dalam Konstelasi Peraturan
Perundang-Undangan yang Terkait dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini.

Ja ngka uan Peraturan Daerah (Perda) dalam Konstelasi Peraturan Perundang-Undangan yang Terkait

Sumber: Tim Penyusun, 2022

5 - 57
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

5.1.1 Jangkauan Program Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh Dan


Permukiman Kumuh
Kedudukan Program Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh dalam Konstelasi Program Pembangunan di Daerah dapat dijelaskan dalam
gambar berikut ini.

Kedudukan Program Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dalam
Konstelasi Pembangunan di Daerah
Sumber: Tim Penyusun, 2022

Rencana Rencana Tata


Pembangunan Ruang Wilayah
Jangka Panjang (RTRW)
Daerah(RPJPD) Kabupaten/Kota
Rencana Detail
Rencana uang
Kebijakan & Tata (RDTR)
Pembangunan Jangka Perkotaa
Strategi Perkotaan RKawasan
Menengah Daerah n Rencana Pembangunan
(RPJMD) Daerah (KSPD dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP)
Strategi Pembangunan Rencana Induk Sektor
Permukiman dan Rencana(RIS)
Induk Sektor Rencana
Infrastruktur Perkotaan IndukPenyediaan Air Minum
(SPPIP) Sistem
Rencana Pencegahan & Sanitasi
Peningkatan Kualitas (RISPAM) Kota
Rencana
PerumahanKumuh dan (RISSK)
Program
Permukiman Kumuh
Investasi
Rencana Induk Sistem Rencana
SK Bupati/Walikota Jangka
IndukPengelolaan Sektor
Penetapan Daftar Lokasi Menengah
Lainnya
Perumahan Kumuh dan (RPIJM)
Persampahan (RISPP)
Permukiman Kumuh

Rencana Pembangunan
Kawasan Permukiman
Prioritas(RPKPP)
Pelaksan
aan Fisik
Keciptak
aryaan

5.2 LINGKUP PENGATURAN


Berdasarkan tinjauan terhadap landasan yuridis, yaitu Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang telah dilakukan
pada sub-bab terdahulu, maka lingkup pengaturan dalam Peraturan Daerah (Perda)
tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Lingkup pengaturan adalah aspek peningkatan kualitas, yang meliputi:
o kriteria dan tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
o pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh
danpermukiman kumuh baru;
o peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh;

5 - 58
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

o penyediaan tanah;
o pendanaan dan sistem pembiayaan;
o tugas dan kewajiban pemerintah daerah; serta
o pola kemitraan, peran masyarakat, dan kearifan lokal.
• Obyek pengaturan adalah lingkup perumahan dan permukiman, yaitu:
o Skala entitas perumahan dan permukiman;
o Lokasi kumuh baik legal maupun ilegal.

• Fokus pengaturan adalah aspek bangunan dan infrastruktur


keciptakaryaan, yangmeliputi:
o bangunan gedung;
o jalan lingkungan;
o penyediaan air minum;
o drainase lingkungan;
o pengelolaan air limbah;
o pengelolaan persampahan; dan
o proteksi kebakaran.

5.3 KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN


PERMUKIMAN KUMUH
Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang
digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan
permukiman kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi
kriteria kekumuhan ditinjau dari:
o bangunan gedung;
o jalan lingkungan;
o penyediaan air minum;
o drainase lingkungan;
o pengelolaan air limbah;
o pengelolaan persampahan; dan
o Proteksi kebakaran.

5 - 59
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

5.3.1 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Bangunan Gedung


Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup:
▪ Ketidakteraturan Bangunan
▪ Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada
perumahan dan permukiman:

▪ tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR), yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan
tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau

▪ tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi
pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi
lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah
jalan.

Mengingat Pasal 18 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005


menyebutkan bahwa “bagi daerah yang belum memiliki RTRW
kabupaten/Kabupaten, RDTRKP, dan/atau RTBL untuk lokasi yang
bersangkutan, pemerintah daerah dapat memberikan persetujuan mendirikan
bangunan gedung pada daerah tersebut untuk jangka waktu sementara”. Oleh
karena itu, dalam hal kabupaten/Kabupaten belum memiliki RDTR dan/atau
RTBL, maka penilaian ketidakteraturan bangunan dilakukan dengan merujuk
pada persetujuan sementara mendirikan bangunan.

Dalam hal bangunan gedung tidak memiliki IMB dan persetujuan sementara
mendirikan bangunan, maka penilaian ketidakteraturan bangunan dilakukan
oleh pemerintah daerah dengan mendapatkan pertimbangan dari Tim Ahli
Bangunan Gedung (TABG).
▪ Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai Dengan
Ketentuan Rencana Tata Ruang
Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan
rencana tata merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan
permukiman dengan:
▪ Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR,
dan/atau RTBL;
▪ Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR,
dan/atau RTBL; dan/atau
▪ Kepadatan bangunan yang tinggi pada lokasi, yaitu antara 250 unit per

5 - 60
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

hektar hingga lebih dari 300 unit per hektar untuk Kabupaten metropolitan
dan Kabupaten besar atau antara 200 unit per hektar hingga lebih dari
250 unit per hektar untuk Kabupaten sedang dan Kabupaten kecil.
Dalam hal kabupaten/Kabupaten belum memiliki RDTR dan/atau RTBL, maka
penilaian kepadatan bangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan dilakukan
dengan merujukpada persetujuan sementara mendirikan bangunan.
Dalam hal bangunan gedung pada lokasi tidak memiliki IMB dan persetujuan
sementara mendirikan bangunan, maka penilaian kepadatan bangunan yang
tidak dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mendapatkan pertimbangan dari
Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG).

▪ Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung


Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan gedung merupakan
kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang
bertentangan denganpersyaratan:

▪ pengendalian dampak lingkungan;


▪ pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah
tanah, airdan/atau prasarana/sarana umum;
▪ keselamatan bangunan gedung;
▪ kesehatan bangunan gedung;
▪ kenyamanan bangunan gedung; dan
▪ kemudahan bangunan gedung.

Semua persyaratan yang dimaksud pada huruf a sampai f di atas secara prinsip
semestinya sudah termaktub dalam IMB atau persetujuan sementara mendirikan
bangunan, oleh karena itu penilaian ketidaksesuaian persyaratan teknis
bangunan gedung dapat merujuk pada kedua dokumen perizinan tersebut.
Dalam hal bangunan gedung pada lokasi tidak memiliki IMB dan persetujuan
sementara mendirikan bangunan, maka penilaian ketidaksesuaian persyaratan
teknis bangunan gedung dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
mendapatkan pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG).

5.3.2 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Jalan Lingkungan


Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup:
▪ Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh
Lingkungan Perumahan Atau Permukiman.
Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau

5 - 61
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

permukiman merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan atau


permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan.
▪ Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk.
Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau
seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.

5.3.3 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Penyediaan Air Minum


Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup:

▪ Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum.


Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana masyarakat
tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa.
▪ Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu Sesuai Standar
Yang Berlaku.
Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi
dimana kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau
permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.

5.3.4 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Drainase Lingkungan


Kriteria kekumuhan ditinjau dari drainase lingkungan mencakup:

▪ Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengalirkan Limpasan Air Hujan


SehinggaiMenimbulkan Genangan.
Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan
tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan
tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali
setahun;
▪ Ketidaktersediaan Drainase.
Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier, dan/atau
saluran lokal tidak tersedia.
▪ Tidak Terhubung Dengan Sistem Drainase PerKabupaten.
Tidak terhubung dengan sistem drainase perKabupaten merupakan kondisi
dimana saluran lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya
sehinggamenyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.
▪ Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat Dan Cair Di

5 - 62
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Dalamnya.
Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya
merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan
baik berupa:
▪ pemeliharaan rutin; dan/atau
▪ pemeliharaan berkala.

▪ Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk.


Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana
kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa
material pelapis atau penutup atau telah terjadi kerusakan.

5.3.5 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Pengelolaan Air Limbah


Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup:

▪ Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Dengan


Standar Teknis Yang berlaku.
Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku
merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan
atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari
kakus/kloset yang terhubung dengan tangki septik baik secara
individual/domestik, komunal maupun terpusat.
▪ Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Tidak
Memenuhi PersyaratanTeknis.
Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan
teknis merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada
perumahan atau permukiman dimana:
▪ kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik; atau
▪ tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.
▪ Tangki septik yang tidak standar, ditandai dengan tidak kedap, tidak
mempunyai lubang hawa, tidak mempunyai lubang kuras, ukuran tangkiseptik
tidak sesuai dengan jumlah pengguna
▪ Tidak Terpeliharanya Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Tidak
terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah sehingga terjadi
kemacetan/kerusakan yang di dalamnya merupakan kondisi dimana
pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah tidak dilaksanakan
baik berupa:

5 - 63
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

▪ pemeliharaan rutin; dan/atau


▪ pemeliharaan berkala.

5.3.6 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Pengelolaan Persampahan


Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup:
▪ Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai Dengan Persyaratan
Teknis. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan
teknis merupakan kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada
lingkungan perumahan atau permukiman tidak memadai sebagai berikut:

▪ tempat sampah tertutup dengan pemilahan sampah pada skala domestik


atau rumah tangga;
▪ tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse,
recycle)pada skala lingkungan;
▪ gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan
▪ tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.

▪ Sistem Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis.


Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan
kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:
▪ pewadahan dan pemilahan domestik;
▪ pengumpulan lingkungan;
▪ pengangkutan lingkungan;
▪ pengolahan lingkungan.

▪ Tidak Terpeliharanya Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Persampahan.


Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga
terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih,
tanah maupun jaringan drainase merupakan kondisi dimana pemeliharaan
sarana dan prasarana pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan baik
berupa:
▪ pemeliharaan rutin; dan/atau
▪ pemeliharaan berkala.

5 - 64
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

5.3.7 Kriteria Kekumuhan Ditinjau Dari Proteksi Kebakaran


Kriteria kekumuhan ditinjau dari Proteksi kebakaran mencakup ketidaktersediaan:

▪ Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran


Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan
teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya prasarana proteksi
kebakaran yang meliputi:
▪ pasokan air dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam)
maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air
dan hidran);
▪ jalan lingkungan yang bebas dari segala hambatan apapun yang dapat
mempersulit masuk keluarnya kendaraan pemadam kebakaran, termasuk
sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi;
▪ sarana komunikasi yang terdiri dari telepon umum dan alat-alat lain yang
dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran kepada Instansi
Pemadam Kebakaran;
▪ data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang terletak didalam
ruang kendali utama dalam bangunan gedung yang terpisah dan mudah
diakses; dan
▪ bangunan pos kebakaran dengan luas tanah minimal 900 m2 dan luas
bangunan minimal 400 m2.
▪ Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran
Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan
teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran
yang meliputi:
▪ Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
▪ mobil pompa;
▪ mobil tangga sesuai kebutuhan; dan
▪ peralatan pendukung lainnya

5.3.8 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh


Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara
geografis. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh terdiri dari
perumahan kumuh dan permukiman kumuh:

5 - 65
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

▪ di tepi air;
▪ di dataran;
▪ di perbukitan.

Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh


dapat dijelaskan sebagai berikut.

Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh

NO TIPOLOGI BATASAN
1. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh di tepi air berada tepi badan air (sungai, pantai, danau,
w aduk dan sebagainya), namun berada di luar
Garis Sempadan Badan Air.
2. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh di dataran berada di daerah dataran rendah dengan
rendah kemiringan lereng < 10%.
3. perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh di perbukitan berada di daerah dataran tinggi dengan
kemiringan lereng > 10 % dan < 40%
Sumber: Tim Penyusun, 2022

5.4 PENCEGAHAN TERHADAP TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA


PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BARU
Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukimankumuh baru dilaksanakan melalui:
1. pengawasan dan pengendalian;
2. pemberdayaan masyarakat

5.4.1 Pengawasan dan Pengendalian


Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap:
o perizinan;
o standar teknis; dan
o kelaikan fungsi.
Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan pada:
o tahap perencanaan;
o tahap pembangunan; dan
o tahap pemanfaatan.

5 - 66
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Pengawasan dan pengendalian kesesuaian dilakukan pada tahap perencanaan


perumahandan permukiman.terhadap perizinan meliputi:
o izin prinsip;
o izin lokasi;
o izin penggunaan pemanfaatan tanah;
o izin mendirikan bangunan; dan
o izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap perizinan dilakukan untuk


menjamin:
o kesesuaian lokasi perumahan dan permukiman yang direncanakan dengan
rencana tata ruang; dan
o keterpaduan rencana pengembangan prasarana, sarana, dan utilitas
umum sesuai dengan ketentuan dan standar teknis yang berlaku.
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap standar teknis dilakukan
pada tahappembangunan perumahan dan permukiman terhadap:
o bangunan gedung;
o jalan lingkungan;
o penyediaan air minum;
o drainase lingkungan;
o pengelolaan air limbah;
o pengelolaan persampahan; dan
o proteksi kebakaran.
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap standar teknis dilakukan
untukmenjamin:
o terpenuhinya sistem pelayanan yang dibangun sesuai ketentuan standar
teknis yangberlaku;
o terpenuhinya kuantitas kapasitas dan dimensi yang dibangun sesuai
ketentuan standar teknis yang berlaku;
o terpenuhinya kualitas bahan atau material yang digunakan serta kualitas
pelayananyang diberikan sesuai ketentuan standar teknis yang berlaku.
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap kelayakan fungsi pada
tahappemanfaatan perumahan dan permukiman terhadap:
o bangunan gedung;
o jalan lingkungan;
o penyediaan air minum;
o drainase lingkungan;

5 - 67
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

o pengelolaan air limbah;


o pengelolaan persampahan; dan
o proteksi kebakaran.
Pengawasan dan pengendalian kesesuaian terhadap kelayakan fungsi dilakukan
untuk menjamin:
o kondisi sistem pelayanan, kuantitas kapasitas dan dimensi serta kualitas
bahan atau material yang digunakan masih sesuai dengan kebutuhan
fungsionalnya masing- masing;
o kondisi keberfungsian bangunan beserta prasarana, sarana dan utilitas
umum dalamperumahan dan permukiman ;
o kondisi kerusakan bangunan beserta prasarana, sarana dan utilitas umum
tidak mengurangi keberfungsiannya masing-masing.
Pengawasan dan pengendalian terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan
kumuh dan permukiman kumuh baru, dilakukan dengan cara:
o Pemantauan
Pemantauan secara langsung dilakukan melalui pengamatan lapangan
pada lokasi yang diindikasi berpotensi menjadi kumuh, sementara
pemantauan secara tidak langsung dilakukan berdasarkan: data dan
informasi mengenai lokasi kumuh yang ditangani dan pengaduan
masyarakat maupun media massa.
o Evaluasi
Evaluasi dalam rangka pencegahan tumbuh dan berkembangnya
perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru merupakan kegiatan
penilaian secara terukur dan obyektif terhadap hasil pemantauan.
Pemerintah daerah dapat dibantu oleh ahli yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan memadai dalam hal pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
o Pelaporan
Pelaporan dalam rangka pencegahan tumbuh dan berkembangnya
perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru merupakan kegiatan
penyampaian hasil pemantauan dan evaluasi. Pemerintah daerah dapat
dibantu oleh ahli yang memiliki pengalaman dan pengetahuan memadai
dalam hal pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh. Pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi
dijadikan dasar bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan upaya
pencegahan tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru sesuai kebutuhan.

5 - 68
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

5.4.2 Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang
perumahan dan kawasan permukiman melalui:
o Pendampingan
Pendampingan merupakan kegiatan pelayanan kepada masyarakat dalam
bentuk:
− penyuluhan;
− pembimbingan; dan
− bantuan teknis
o Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi merupakan kegiatan pelayanan kepada masyarakat
dalam bentuk pemberitaan hal-hal terkait upaya pencegahan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh.
A. Pendampingan
Pendampingan dilaksanakan dengan ketentuan tata cara sebagai berikut:
o pendampingan dilaksanakan oleh pemerintah daerah melalui satuan kerja
perangkat daerah yang bertanggung jawab dalam urusan perumahan dan
permukiman;
o pendampingan dilaksanakan secara berkala untuk mencegah tumbuh dan
berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru;
o pendampingan dilaksanakan dengan melibatkan ahli, akademisi dan/atau
tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman memadai
dalam hal pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh;
o pendampingan dilaksanakan dengan menentukan lokasi perumahan dan
permukiman yang membutuhkan pendampingan;
o pendampingan dilaksanakan dengan terlebih dahulu mempelajari pelaporan
hasil pemantauan dan evaluasi yang telah dibuat baik secara berkala
maupun sesuai kebutuhan atau insidental;
o pendampingan dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan dan alokasi
anggaran yang telah ditentukan sebelumnya
Penyuluhan merupakan kegiatan untuk memberikan informasi dalam meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait pencegahan terhadap tumbuh
dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Penyuluhan yang
dilakukan dapat berupa sosialiasi dan diseminasi, dengan menggunakan alat bantu
dan/atau alat peraga.

5 - 69
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Pembimbingan merupakan kegiatan untuk memberikan petunjuk atau penjelasan


mengenai cara untuk mengerjakan kegiatan atau larangan aktivitas tertentu terkait
pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh. Pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
o pembimbingan kepada kelompok masyarakat;
o pembimbingan kepada masyarakat perorangan; dan
o pembimbingan kepada dunia usaha.
Bantuan teknis merupakan kegiatan untuk memberikan bantuan yang bersifat teknis
berupa:
o fisik, meliputi:
− Fasilitasi pemeliharaan, dan/atau perbaikan bangunan;
− Fasilitasi pemeliharaan, dan/atau perbaikan jalan lingkungan;
− Fasilitasi pemeliharaan, dan/atau perbaikan drainase lingkungan;
− Fasilitasi pemeliharaan, dan/atau perbaikan sarana dan prasarana air
minum;
− Fasilitasi pemeliharaan, dan/atau perbaikan sarana dan prasarana air
limbah;
− Fasilitasi pemeliharaan, dan/atau perbaikan sarana dan prasarana
persampahan; dan/atau
− Fasilitasi pemeliharaan, dan/atau perbaikan sarana dan prasarana
proteksi kebakaran
o non-fisik, meliputi:
− fasilitasi penyusunan perencanaan;
− fasilitasi penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
− fasilitasi penguatan kapasitas kelembagaan;
− fasilitasi pengembangan alternatif pembiayaan; dan/atau
− fasilitasi persiapan pelaksanaan kerjasama pemerintah dengan swasta.

B. Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi yang diberikan meliputi informasi terkait:
o rencana tata ruang;
o penataan bangunan dan lingkungan;
o perizinan; dan
o standar perumahan dan permukiman.

5 - 70
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Pelayanan informasi dilakukan pemerintah daerah untuk membuka akses informasi


bagi masyarakat. Pemerintah daerah menyampaikan informasi melalui media
elektronik dan/atau cetak atau secara langsung kepada masyarakat dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

5.5 PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH


DAN PERMUKIMAN KUMUH
Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh didahului
denganpenetapan lokasi dan perencanaan penanganan, yang kemudian ditindaklanjuti
degan pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan
permukiman secara berkelanjutan.

Sesuai kewenangannya, maka peningkatan kualitas sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) dilakukan pada perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan luasan
kurang di bawah 10 Ha yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Sementara
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan
luasan di atas di atas 10 Ha menjadi kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi.

5.5.1 .Penetapan Lokasi


Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului proses
pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran
masyarakat. Proses pendataan meliputi proses:

a. identifikasi lokasi; dan


b. penilaian lokasi.

5 - 71
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Skema Penetapan Lokasi

A. Identifikasi Lokasi

Identifikasi Satuan Perumahan dan Permukiman

Identifikasi satuan perumahan dan permukiman merupakan tahap identifikasi untuk


menentukan batasan atau lingkup entitas perumahan dan permukiman dari setiap
lokasi dalam suatu wilayah kabupaten/Kabupaten. Penentuan satuan perumahan
dan permukiman untuk perumahan dan permukiman formal dilakukan dengan
pendekatan fungsional melalui identifikasi deliniasi. Penentuan satuan perumahan
dan permukiman untuk perumahan dan permukiman swadaya dilakukan dengan
pendekatan administratif, dimana:

• Penentuan satuan perumahan swadaya dilakukan dengan pendekatan


administratif pada tingkat rukun warga.
• Penentuan satuan permukiman swadaya dilakukan dengan pendekatan
administratif pada tingkat jorong.

Identifikasi Kondisi Kekumuhan

Identifikasi kondisi kekumuhan merupakan upaya untuk menentukan tingkat


kekumuhan pada suatu perumahan dan permukiman dengan menemukenali
permasalahan kondisi bangunan gedung beserta sarana dan prasarana

5 - 72
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

pendukungnya. Identifikasi kondisi kekumuhan dilakukan berdasarkan kriteria


perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Identifikasi Legalitas Lahan

Identifikasi legalitas lahan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan status


legalitas lahan pada setiap lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
sebagai dasar yang menentukan bentuk penanganan.

Identifikasi legalitas lahan meliputi aspek:

1. Kejelasan Status Penguasaan Lahan


Kejelasan status penguasaan lahan merupakan kejelasan terhadap status
penguasaan lahan berupa:

a. kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak atas tanah


atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah;
atau
b. kepemilikan pihak lain (termasuk milik adat/ulayat), dengan bukti izin
pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik
tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas
tanah atau pemilik tanah dengan pengguna tanah.

2. Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang


Kesesuaian dengan rencana tata ruang merupakan kesesuaian terhadap
peruntukan lahan dalam rencana tata ruang, dengan bukti Surat Keterangan
Rencana Kabupaten/Kabupaten (SKRK).

Identifikasi Pertimbangan Lain

Identifikasi pertimbangan lain merupakan tahap identifikasi terhadap beberapa hal


lain yang bersifat non fisik untuk menentukan skala prioritas penanganan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Identifikasi pertimbangan lain meliputi
aspek:

1. Nilai Strategis Lokasi


Nilai strategis lokasi merupakan pertimbangan letak lokasi perumahan
atau permukiman pada:

a. fungsi strategis Kabupaten; atau


b. bukan fungsi strategis Kabupaten.

5 - 73
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

2. Kependudukan
Kependudukan merupakan pertimbangan kepadatan penduduk pada
lokasi perumahan atau permukiman dengan klasifikasi:

a. rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah 150 jiwa/ha;


b. sedang yaitu kepadatan penduduk antara 151 – 200 jiwa/ha;

c. tinggi yaitu kepadatan penduduk antara 201 – 400 jiwa/ha;


d. sangat padat yaitu kepadatan penduduk di atas 400 jiwa/ha;

3. Kondisi Sosial, Ekonomi, Dan Budaya


Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya merupakan pertimbangan potensi yang
dimilikilokasi perumahan atau permukiman berupa:

a. potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam


mendukung pembangunan;
b. potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang
bersifat strategis bagi masyarakat setempat;
c. potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya
tertentu yang dimiliki masyarakat setempat

B. Prosedur Pendataan

Prosedur pendataan identifikasi lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh


dilakukan oleh pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
perumahan dan permukiman. Prosedur pendataan juga dilakukan dengan
melibatkan peran masyarakat pada lokasi yang terindikasi sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh.

Prosedur pendataan dilakukan dengan melibatkan instansi kecamatan, Nagari,


hingga jorong, dan masyarakat pada lokasi yang terindikasi sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh. Partisipasi masyarakat dalam pendataan dilakukan
dengan melakukan pengisian format isian pendataan yang disebarkan dan
dikumpulkan oleh ketua jorong. Setelah dilakukan pengisian, format isian
pendataan dikumpulkan dan dilakukan rekapitulasi pada tingkat jorong, dilanjutkan
dengan rekapitulasi pada tingkat kelurahan, rekapitulasi pada tingkat kecamatan,
hingga rekapitulasi pada tingkat Kabupaten. Dengan pola prosedur seperti ini
diharapkan hasil pendataan akan memiliki validitas dan akurasi yang tepat.
Secara skematis, prosedur pendataan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada gambar berikut

5 - 74
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3. Rekapitulasi
1. Indikasi Perumahan 2. Pendataan Lokasi Hasil
Kumuh dan Permukiman Peru mahan Kumuh dan Permukiman Pendataan
Kumuh Berdasarkan Kumuh yang Terindikasi
Desk Study

Kabupaten Rekapitulasi Tingkat


Penjelasan Format
Kabupaten
Pendataan
Kecamatan
Rekapitulasi Tingk at
Penjelasan Format
Kecamatan
Pendataan
Nagari
Penjelasan Format Rekapitulasi Tingkat
Pendataan Nagari

Jorong
Penjelasan &
Penyebaran Form Rekapitulasi Tingkat
Jorong
Is ian Masyarakat Masyarakat
Pada Lokasi

Prosedur Pendataan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Sumber: Tim Penyusun, 2022

C. Penilaian Lokasi
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi yang telah
dilakukan terhadap aspek:

1. Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas
klasifikasi:
a. kumuh kategori ringan;
b. kumuh kategori sedang; dan
c. kumuh kategori berat.

2. Legalitas Lahan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi:
a. status lahan legal; dan
b. status lahan tidak legal.

3. Pertimbangan Lain
Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas:
a. pertimbangan lain kategori rendah;
b. pertimbangan lain kategori sedang; dan
c. pertimbangan lain kategori tinggi.

5 - 75
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Formulasi penilaian lokasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
A. IDENTIFIKASI KONDISI KEKUMUHAN
• Tidak memenuhi ketentuan tata • 76% - 100% bangunan
bangunan dalam RDTR, meliputi pada lokasi tidak memiliki 5
pengaturan bentuk, besaran, keteraturan
perletakan, dan tampilan bangunan • 51% - 75% bangunan pada
pada suatuzona; dan/atau lokasi tidak memiliki 3
Dokumen
• Tidak memenuhi ketentuan tata keteraturan
RDTR &
bangunan dan tata kualitas
a. Ketidakteraturan RTBL,
lingkungan dalam RTBL, meliputi
Bangunan Format
pengaturan blok lingkungan, kapling,
Isian,
bangunan, ketinggian dan elevasi • 25% - 50% bangunan pada
Observasi
lantai, konsep identitas lingkungan, lokasi tidak memiliki 1
konsep orientasi lingkungan, keteraturan
dan w ajah jalan.
• KDB melebihi ketentuan RDTR, • 76% - 100% bangunan
dan/atau RTBL; memiliki lepadatan tidak 5
• KLB melebihi ketentuan dalam sesuai ketentuan Dokumen
RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau • 51% - 75% bangunan RDTR &
b. Tingkat • Kepadatan bangunan yangtinggi memiliki lepadatan tidak 3 RTBL,
1. Kepadatan pada lokasi, yaitu: sesuai ketentuan Dokumen
KONDISI Bangunan o untuk Kabupaten metropolitan IMB, Format
BANGUNAN danKabupaten besar > 250 • 25% - 50% bangunan Isian, Peta
GEDUNG unit/Ha memiliki lepadatan tidak 1 Lokasi
o untuk Kabupaten sedang dan sesuai ketentuan
Kabupatenkecil >200 unit/Ha
Kondisi bangunan pada lokasi • 76% - 100% bangunan
tidak memenuhi persyaratan: pada lokasi tidak
5
• pengendalian dampak memenuhi persyaratan
lingkungan teknis
• pembangunan bangunan • 51% - 75% bangunan pada Waw ancara,
c. Ketidaksesuaian gedung di atas dan/atau di baw lokasi tidak memenuhi 3 Format
dengan ah tanah, air dan/atau persyaratan teknis Isian,
Persyaratan Teknis prasarana/sarana umum Dokumen
Bangunan • keselamatan bangunan IMB,
gedung • 25% - 50% bangunan pada Observasi
• kesehatan bangunan gedung lokasi tidak memenuhi 1
• kenyamanan bangunan persyaratan teknis
gedung
• kemudahan bangunan gedung
• 76% - 100% area tidak
terlayani oleh jaringan jalan 5
lingkungan Waw ancara,
Sebagian lokasi perumahan atau • 51% - 75% area tidak
a. Cakupan Format
permukiman tidak terlayani dengan terlayani oleh jaringan jalan 3
Pelayanan Jalan Isian, Peta
jalan lingkungan yang sesuai dengan lingkungan
Lingkungan Lokasi,
2. ketentuan teknis
• 25% - 50% area tidak terlayani Observasi
KONDISI JALAN oleh jaringan jalanlingkungan 1
LINGKUNGAN
• 76% - 100% area memiliki Waw ancara,
Sebagian atau seluruh jalan
b. Kualitas kualitas permukaan jalan 5 Format
lingkungan terjadi kerusakan
Permukaan Jalan yang buruk Isian, Peta
permukaan jalan pada lokasi
Lingkungan • 51% - 75% area memiliki Lokasi,
perumahan atau permukiman 3
kualitas permukaan jalan Observasi

5 - 76
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
yang buruk
• 25% - 50% area memiliki
kualitas permukaan jalan 1
yang buruk
• 76% - 100% populasi tidak
dapat mengakses air 5
Masyarakat pada lokasi minum yang aman
a. Waw ancara,
perumahan dan permukiman tidak • 51% - 75% populasi tidak
Ketidaktersediaan Format Isian,
dapat mengakses air minum yang dapat mengakses air 3
Akses Aman Air Observasi
memiliki kualitas tidak berw arna, minum yang aman
Minum
tidak berbau, dan tidak berasa • 25% - 50% populasi tidak
3. dapat mengakses air minum 1
KONDISI yang aman
PENYEDIAAN • 76% - 100% populasi tidak
AIR MINUM terpenuhi kebutuhan air 5
Kebutuhan air minum masyarakat minum minimalnya
b. Tidak Waw ancara,
pada lokasi perumahan atau • 51% - 75% populasi tidak
Terpenuhinya Format Isian,
permukiman tidak mencapai terpenuhi kebutuhan air 3
Kebutuhan Air Observasi
minimal sebanyak 60 minum minimalnya
Minum
liter/orang/hari • 25% - 50% populasi tidak
terpenuhi kebutuhan air 1
minum minimalnya
• 76% - 100% area terjadi
genangan >30cm, > 2 jam 5
Jaringan drainase lingkungan tidak
dan > 2 x setahun Waw ancara,
mampu mengalirkan limpasan air
a. Ketidakmampuan • 51% - 75% area terjadi Format Isian,
sehingga menimbulkan genangan
Mengalirkan genangan >30cm, > 2 jam dan 3 Peta Lokasi,
dengan tinggi lebih dari 30 cm
Limpasan Air > 2 x setahun Observasi
selama lebih dari 2 jam dan terjadi
lebih dari 2 kali setahun • 25% - 50% area terjadi
genangan >30cm, > 2 jam dan 1
> 2 x setahun
• 76% - 100% area tidak
tersedia drainase 5
b. Tidak tersedianya saluran lingkungan Waw ancara,
Ketidaktersediaan drainase lingkungan pada • 51% - 75% area tidak Format Isian,
Drainase lingkungan perumahan atau tersedia drainaselingkungan 3 Peta RIS,
permukiman, yaitu saluran tersier Observasi
dan/atau saluran lokal • 25% - 50% area tidak
tersedia drainase 1
4.
lingkungan
KONDISI
• 76% - 100% drainase
DRAINASE
lingkungan tidak terhubung 5
LINGKUNGAN
Saluran drainase lingkungan tidak dengan hirarki di atasnya
Waw ancara,
c. terhubung dengan saluran pada • 51% - 75% drainase
Format Isian,
Ketidakterhubungan hirarki di atasnya sehingga lingkungan tidak terhubung 3
Peta RIS,
dengan Sistem menyebabkan air tidak dapat dengan hirarki di atasnya
Observasi
Drainase mengalir dan menimbulkan • 25% - 50% drainase
PerKabupatenan genangan lingkungan tidak terhubung
1
dengan hirarki di atasnya
• 76% - 100% area memiliki
Tidak dilaksanakannya drainase yang tidak 5
pemeliharaan saluran drainase terpelihara Waw ancara,
d. Tidak lingkungan pada lokasi • 51% - 75% area memiliki Format Isian,
Terpeliharanya perumahan atau permukiman, drainase yang tidak 3 Peta RIS,
Drainase baik: terpelihara Observasi
• pemeliharaan rutin; dan/atau • 25% - 50% area memiliki
• pemeliharaan berkala drainase yang tidak 1
terpelihara

5 - 77
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
• 76% - 100% area memiliki
kualitas kontrsuksi drainase 5
Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk Waw ancara,
buruk, karena berupa galian tanah • 51% - 75% area memiliki Format
e. Kualitas
tanpa material pelapis atau kualitas kontrsuksi drainase 3 Isian, Peta
Konstruksi Drainase
penutup maupun karena telah lingkungan buruk RIS,
terjadi kerusakan • 25% - 50% area memiliki Observasi
kualitas kontrsuksi drainase 1
lingkungan buruk
• 76% - 100% area memiliki
Pengelolaan air limbah pada 5
sistem air limbah yang
lokasi perumahan atau
a. Sistem tidak sesuai standar teknis Waw ancara,
permukiman tidak memiliki sistem
Pengelolaan Air • 51% - 75% area memiliki Format
yang memadai, yaitu kakus/kloset
Limbah Tidak sistem air limbah yang 3 Isian, Peta
yang tidak terhubung dengan
Sesuai Standar tidak sesuai standar teknis RIS,
tangki septik baik secara
Teknis • 25% - 50% area memiliki Observasi
individual/domestik, komunal
sistem air limbah yang 1
maupun terpusat.
tidak sesuai standar teknis
Kondisi prasarana dan sarana • 76% - 100% area memiliki
pengelolaan air limbah pada lokasi sarpras air limbah tidak 5
perumahan atau permukiman sesuai persyaratan teknis
dimana: • 51% - 75% area memiliki
• kloset leher angsa tidak sarpras air limbah tidak 3
terhubung dengan tangki sesuai persyaratan teknis
b. Prasarana dan septik;
Sarana • tidak tersedianya sistem
Pengelolaan Air pengolahan limbah setempat
5.
Limbah Tidak atau terpusat
KONDISI
Sesuai dengan • tangki septik yang tidak
PENGELOLAAN • 25% - 50% area memiliki
Persyaratan Teknis standar, ditandai dengan
AIR LIMBAH sarpras air limbah tidak 1
tidak kedap, tidak
sesuai persyaratan teknis Waw ancara,
mempunyai lubang haw a,
Format
tidak mempunyai lubang
Isian, Peta
kuras, ukuran tangkiseptik
RIS,
tidak sesuai dengan jumlah
pengguna Observasi

• 76% - 100% area memiliki


sarpras pengelolaan air
5
limbah yang tidak
Tidak dilakukannya pemeliharaan
c. Tidak terpelihara
sarana dan prasarana
terpeliharanya • 51% - 75% area memiliki
pengelolaan air limbah pada
Sarana dan sarpras pengelolaan air
lokasi perumahan atau 3
Prasarana limbah yang tidak
permukiman, baik:
Pengelolaan Air terpelihara
• pemeliharaan rutin; dan/atau
Limbah • 25% - 50% area memiliki
• pemeliharaan berkala
sarpras pengelolaan air
1
limbah yang tidak
terpelihara
Prasarana dan sarana • 76% - 100% area memiliki
persampahan pada lokasi sarpras pengelolaan
perumahan atau permukiman persampahan yang tidak 5
a. Prasarana dan Waw ancara,
6. tidak sesuai dengan persyaratan memenuhi persyaratan
Sarana Format
KONDISI teknis, yaitu: teknis
Persampahan Tidak Isian, Peta
PENGELOLAAN • tempat sampah tertutup • 51% - 75% area memiliki
Sesuai dengan RIS,
PERSAMPAHAN dengan pemilahan sampah sarpras pengelolaan
Persyaratan Teknis Observasi
pada skala domestik atau persampahan yang tidak 3
rumah tangga; memenuhi persyaratan
• tempat pengumpulan teknis

5 - 78
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
sampah (TPS) atau TPS 3R
(reduce, reuse, recycle)pada skala
lingkungan; • 25% - 50% area memiliki
• gerobak sampah dan/atautruk sarpras pengelolaan
sampah pada skala lingkungan; persampahan yang tidak 1
dan memenuhi persyaratan
• tempat pengolahan sampahterpadu teknis
(TPST) pada skalalingkungan.
Pengelolaan persampahan pada • 76% - 100% area memiliki
lingkungan perumahan atau sistem persampahan tidak 5
b. Sistem permukiman tidak memenuhi sesuai standar Waw ancara,
Pengelolaan persyaratan sebagai berikut: • 51% - 75% area memiliki Format
Persampahan yang • pew adahan dan pemilahan sistem persampahan tidak 3 Isian, Peta
Tidak Sesuai domestik; sesuai standar RIS,
Standar Teknis • pengumpulan lingkungan; • 25% - 50% area memiliki Observasi
• pengangkutan lingkungan; sistem persampahan tidak 1
• pengolahan lingkungan sesuai standar
• 76% - 100% area memiliki
Tidak dilakukannya pemeliharaan sarana sarpras persampahan yang 5
c.
dan prasarana pengelolaan tidak terpelihara Waw ancara,
Tidakterpeliharanya
persampahan pada lokasi perumahan • 51% - 75% area memiliki Format
Sarana dan
atau permukiman, baik: sarpras persampahan yang 3 Isian, Peta
Prasarana
• pemeliharaan rutin; dan/atau tidak terpelihara RIS,
Pengelolaan
• pemeliharaan berkala • 25% - 50% area memiliki Observasi
Persampahan
sarpras persampahan yang 1
tidak terpelihara
Tidak tersedianya prasarana • 76% - 100% area tidak
proteksi kebakaran pada lokasi,yaitu: memiliki prasarana proteksi 5
• pasokan air; kebakaran Waw ancara,
a.
• jalan lingkungan; • 51% - 75% area tidak Format
Ketidaktersediaan
• sarana komunikasi; memiliki prasarana proteksi 3 Isian, Peta
Prasarana Proteksi
• data sistem proteksi kebakaran kebakaran RIS,
Kebakaran
lingkungan; dan • 25% - 50% area tidak memiliki Observasi
7. • bangunan pos kebakaran prasarana proteksikebakaran 1
KONDISI
PROTEKSI • 76% - 100% area tidak
Tidak tersedianya sarana proteksi
KEBAKARAN memiliki sarana proteksi 5
kebakaran pada lokasi, yaitu:
kebakaran Waw ancara,
b. • Alat Pemadam Api Ringan
• 51% - 75% area tidak Format
Ketidaktersediaan (APAR);
memiliki sarana proteksi 3 Isian, Peta
Sarana Proteksi • mobil pompa;
kebakaran RIS,
Kebakaran • mobil tangga sesuai
• 25% - 50% area tidak Observasi
kebutuhan; dan
memiliki sarana proteksi 1
• peralatan pendukung lainnya
kebakaran
B. IDENTIFIKASI PERTIMBANGAN LAIN
Pertimbangan letak lokasi • Lokasi terletak pada fungsi
5 Waw ancara,
perumahan atau permukimanpada: strategis
Format
• fungsi strategis kabupaten/Kabupaten
a. Nilai Strategis • Lokasi tidak terletak pada Isian,
kabupaten/Kabupaten; atau
Lokasi fungsi strategis RTRW,
• bukan fungsi strategis
kabupaten/Kabupaten 1 RDTR,
7. kabupaten/Kabupaten
Observasi
PERTIMBANGAN Pertimbangan kepadatan Untuk Metropolitan & Kabupaten
LAIN Waw ancara,
penduduk pada lokasi perumahanatau Besar
Format
permukiman dengan • Kepadatan Penduduk pada
b. Kependudukan . 5 Isian,
klasifikasi: Lokasi sebesar >400
Statistik,
• rendah yaitu kepadatan Jiw a/Ha
Observasi
penduduk di baw ah 150 Untuk Kabupaten Sedang &
Kabupaten

5 - 79
Naskah Akademis Tentang Pencegahan danPeningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMI K
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER


DATA
jiw a/ha; Kecil
• sedang yaitu kepadatan • Kepadatan Penduduk pada
penduduk antara 151 – 200 Lokasi sebesar >200
jiw a/ha; Jiw a/Ha
• tinggi yaitu kepadatan • Kepadatan Penduduk pada
penduduk antara 201 – 400 Lokasi sebesar 151 - 200 3
jiw a/ha; Jiw a/Ha
• sangat padat yaitu • Kepadatan Penduduk pada
kepadatan penduduk di atas Lokasi sebesar <150 1
400 jiw a/ha; Jiw a/Ha
Pertimbangan potensi yang dimiliki • Lokasi memiliki potensi
lokasi perumahan atau sosial, ekonomi dan
permukiman berupa: budaya untuk 5
• potensi sosial yaitu tingkat dikembangkan atau
partisipasi masyarakat dipelihara
dalam mendukung
pembangunan; Waw ancara,
c. Kondisi Sosial,
• potensi ekonomi yaitu Format
Ekonomi, dan
adanya kegiatan ekonomi • Lokasi tidak memiliki Isian,
Budaya
tertentu yang bersifat potensi sosial, ekonomi Observasi
strategis bagi masyarakat dan budaya tinggi untuk 1
setempat; dikembangkan atau
• potensi budaya yaitu adanya dipelihara
kegiatan atau w arisan
budaya tertentu yang dimiliki
masyarakat setempat
Kejelasan terhadap status • Keseluruhan lokasi
penguasaan lahan berupa: memiliki kejelasan status
• kepemilikan sendiri, dengan penguasaan lahan, baik (+)
bukti dokumen sertifikat hak milik sendiri atau milik
atas tanah atau bentuk pihak lain
dokumen keterangan status • Sebagian atau keseluruhan
Waw ancara,
tanah lainnya yang sah; atau lokasi tidak memiliki
Format
• kepemilikan pihak lain kejelasan status
1. Kejelasan Status Isian,
(termasuk milik adat/ulayat), penguasaan lahan, baik
Penguasaan Lahan Dokumen
dengan bukti izin milik sendiri atau milik Pertanahan,
pemanfaatan tanah dari pihak lain
(-) Observasi
pemegang hak atas tanah
8.
atau pemilik tanah dalam
LEGALITAS
bentuk perjanjian tertulis
LAHAN
antara pemegang hak atas
tanah atau pemilik tanah
dengan
• Keseluruhan lokasi berada
pada zona peruntukan
Kesesuaian terhadap peruntukan (+) Waw ancara,
perumahan/permukiman
lahan dalam rencana tata ruang Format
sesuai RTR
(RTR), dengan bukti Izin Isian,
2. Kesesuaian RTR • Sebagian atau keseluruhan
Mendirikan Bangunan atau Surat RTRW,
lokasi berada bukan pada
Keterangan Rencana RDTR,
zona peruntukan (-)
Kabupaten/Kabupaten (SKRK). Observasi
perumahan/permukiman
sesuai RTR
Sumber: SE DJCK /30/ 2020

5 - 80
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut
di atas, selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dikelompokkan dalam berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel
berikut.

Formula Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan

NILAI KETERANGAN BERBAGAI KEMUNGKINAN KLASIFIKASI


A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6
Kondisi Kekumuhan
71 – 95 Kumuh Berat X X X X X X
45 – 70 Kumuh Sedang X X X X X X
19 – 44 Kumuh Ringan X X X X X X

Pertimbangan Lain
15 – 20 Pertimbangan Lain Tinggi X X X X X X
8 – 14 Pertimbangan Lain Sedang X X X X X X
1–7 Pertimbangan Lain Rendah X X X X X X

Legalitas Lahan
(+) Status Lahan Legal X X X X X X X X X
(-) Status Lahan Tidak Legal X X X X X X X X X

SKALA PRIORITAS PENANGANAN = 1 1 4 4 7 7 2 2 5 5 8 8 3 3 6 6 9 9

Sumber: SE DJCK /30/ 2020

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa:

• Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi merupakan:


o kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;
o kumuh sedang bila memiliki nilai 71-95;
o kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;
• Berdasarkan pertimbangan lain, suatu lokasi memiliki:
o pertimbangan lain tinggi bila memiliki nilai 15-20;
o pertimbangan lain sedang bila memiliki nilai 8-14;
o pertimbangan lain rendah bila memiliki nilai 1-7;
• Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi memiliki:
o status lahan legal bila memiliki nilai positif (+);
o status lahan tidak legal bila memiliki nilai negatf (-).

Berdasarkan penilaian tersebut, maka dapat terdapat 18


kemungkinanklasifikasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh, yaitu:

1. A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan


statuslahan legal;
2. A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi,
dan statuslahan tidak legal;
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3. A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang,


dan statuslahan legal;
4. A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang,
dan status lahan tidak legal;
5. A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah,
dan status lahan legal;
6. A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah,
dan status lahan tidak legal;
7. B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi,
dan status lahan legal;
8. B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi,
dan status lahan tidak legal;
9. B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang,
dan status lahan legal;
10. B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang,
dan status lahan tidak legal;
11. B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah,
dan status lahan legal;
12. B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah,
dan status lahan tidak legal;
13. C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi,
dan status lahan legal;
14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi,
dan status lahan tidak legal;
15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang,
dan status lahan legal;
16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang,
dan status lahan tidak legal;
17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah,
dan status lahan legal;
18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan
status lahan tidak legal.
Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala
Prioritas penanganan, sebagai berikut:

• Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2;


• Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 dan B2;
5 - 82
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

• Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2;


• Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4;
• Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4;
• Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4;
• Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6;
• Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6;
• Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6

D. Legalisasi Daftar Lokasi

Penetapan lokasi dilakukan oleh pemerintah daerah dalam bentuk keputusan


Bupati berdasarkan hasil penilaian lokasi. Penetapan lokasi berdasarkan kondisi
kekumuhan, aspek legalitas lahan, dan tipologi digunakan sebagai pertimbangan
dalam menentukan pola penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Penetapan lokasi berdasarkan hasil pertimbangan lain digunakan sebagai dasar
penentuan prioritas penanganan.

Keputusan Bupati mengenai penetapan lokasi dilengkapi dengan:


1. Tabel Daftar Lokasi
Tabel daftar lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
memperlihatkan nama lokasi, luas, lingkup administratif, titik koordinat,
kondisi kekumuhan, status lahan dan prioritas penanganan untuk setiap
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang teridentifikasi.

3. Peta Sebaran
Peta sebaran lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dibuat
dalam suatu wilayah Kabupaten berdasarkan tabulasi daftar lokasi.

E. Perencanaan Penanganan

Perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan


untuk mengkaji dan merencanakan pola penanganan sesuai dengan hasil
penetapan lokasi. Proses perencanaan penanganan dilakukan oleh pemerintah
daerah dengan melibatkan masyarakat. Tahap perencanaan penanganan meliputi:
o persiapan;
o survei serta penyusunan data dan fakta;
o analisis;
o penyusunan konsep; dan

5 - 83
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

o penyusunan rencana (rencana penanganan jangka pendek, jangka


menengah,dan/atau jangka panjang beserta pembiayaannya).

Dokumen perencanaan penanganan ditetapkan dalam bentuk peraturan bupati


sebagai dasar penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

5.5.2 Pola - pola Penanganan


Dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menetapkan kebijakan, strategi,
serta pola-pola penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan
ekonomis. Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh dilakukan dengan pola-pola penanganan meliputi:

a. pemugaran;
b. peremajaan; dan
c. pemukiman kembali.

Pola-pola penanganan tersebut dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah


sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat.

Pola-pola penanganan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan


permukiman kumuh direncanakan dengan mempertimbangkan:

1. Klasifikasi Kekumuhan Dan Status Legalitas Lahan


Pertimbangan pola penanganan berdasarkan klasifikasi kekumuhan dan
statuslegalitas lahan diatur dengan ketentuan:

a. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan


status lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah
peremajaan;
b. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan
status lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah
pemukiman kembali;
c. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan
status lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah
peremajaan;
d. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan
status lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah
pemukiman kembali;
e. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan
status lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah

5 - 84
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

pemugaran;
f. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan
status lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah
pemukiman kembali.

2. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh


Pertimbangan pola penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
berdasarkan tipologi diatur dengan ketentuan:
a. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di tepi air, maka penanganan yang dilakukan
harus memperhatikan karakteristik daya dukung tanah tepi air,
pasang surut air serta kelestarian air dan tanah;
b. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di dataran, maka penanganan yang dilakukan
harus memperhatikan karakteristik daya dukung tanah, jenis tanah
serta kelestarian tanah;
c. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di perbukitan, maka penanganan yang dilakukan
harus memperhatikan karakteristik kelerengan, daya dukung tanah,
jenis tanah serta kelestarian tanah;
d. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di kawasan rawan bencana, maka penanganan
yang dilakukan harus memperhatikan karakteristik kebencanaan,
daya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah.

A. Pemugaran

Pemugaran dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali perumahan


dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni.
Pemugaran merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana, sarana, dan/atau
utilitas umum. Pemugaran dilakukan untuk mengembalikan fungsi sebagaimana
semula. Pemugaran dilakukan melalui tahap:

1. Pra Konstruksi
Pemugaran pada tahap pra konstruksi meliputi:
a. identifikasi permasalahan dan kajian kebutuhan pemugaran;
b. sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat terdampak;
c. pendataan masyarakat terdampak;
d. penyusunan rencana pemugaran; dan

5 - 85
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

e. musyawarah dan diskusi penyepakatan.

2. Konstruksi
Pemugaran pada tahap konstruksi meliputi:

a. proses ganti rugi bagi masyarakat terdampak berdasarkan hasil


kesepakatan;
b. proses pelaksanaan fisik pemugaran; dan
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik pemugaran.

3. Pasca Konstruksi
Pemugaran pada tahap pasca konstruksi meliputi:

a. pemanfaatan; dan
b. pemeliharaan dan perbaikan.

B. Peremajaan

Peremajaan dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, dan


permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni
dan masyarakat sekitar. Peremajaan dilakukan melalui pembongkaran dan
penataan secara menyeluruh terhadap rumah, prasarana, sarana, dan/atau utilitas
umum. Peremajaan harus dilakukan dengan terlebih dahulu menyediakan tempat
tinggal sementara bagi masyarakat terdampak. Peremajaan dilakukan melalui
tahap:

1. Pra Konstruksi
Peremajaan pada tahap pra konstruksi meliputi:

a. Identifikasi permasalahan dan kajian kebutuhan peremajaan;


b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak dan / atau
kasus bencana alam;
c. sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;
e. penyusunan rencana peremajaan; dan
f. musyawarah dan diskusi penyepakatan.

2. Konstruksi
Peremajaan pada tahap konstruksi meliputi:
a. proses ganti rugi bagi masyarakat terdampak berdasarkan hasil
kesepakatan;
b. penghunian sementara masyarakat terdampak pada lokasi lain;
c. proses pelaksanaan fisik peremajaan pada lokasi permukiman
5 - 86
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

eksisting;
d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik peremajaan; dan
e. proses penghunian kembali masyarakat terdampak.

3. Pasca Konstruksi
Peremajaan pada tahap pasca konstruksi meliputi:

a. pemanfaatan; dan
b. pemeliharaan dan perbaikan.

C. Pemukiman Kembali

Pemukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, dan


permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan
penghuni dan masyarakat. Pemukiman kembali dilakukan melalui tahap:

1. Pra Konstruksi
Pemukiman kembali pada tahap pra konstruksi meliputi:

a. kajian pemanfaatan ruang dan/atau kajian legalitas lahan;


b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak dan / atau
kasus bencana alam;
c. sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;
e. penyusunan rencana pemukiman baru, rencana pembongkaran
pemukiman eksisting dan rencana pelaksanaan pemukiman kembali;
dan
f. musyawarah dan diskusi penyepakatan.

2. Konstruksi
Pemukiman kembali pada tahap konstruksi meliputi:

a. proses ganti rugi bagi masyarakat terdampak berdasarkan hasil


kesepakatan;

b. penghunian sementara masyarakat terdampak pada lokasi lain


apabila dibutuhkan;
c. proses legalitas lahan pada lokasi pemukiman baru;
d. proses pelaksanaan fisik (pembangunan) perumahan dan
permukiman baru;
e. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik pemukiman kembali;
f. proses penghunian kembali masyarakat terdampak; dan

5 - 87
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

g. proses pembongkaran pada lokasi pemukiman eksisting.

3. Pasca Konstruksi

Pemukiman kembali pada tahap pasca konstruksi meliputi:


a. pemanfaatan; dan
b. pemeliharaan dan perbaikan.

5.5.3 Pengelolaan
Pengelolaan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang telah
ditangani bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan
permukiman secara berkelanjutan. Pengelolaan dilakukan oleh masyarakat secara
swadaya.Pengelolaan oleh masyarakat secara swadaya dapat dilakukan oleh
kelompok swadaya masyarakat.

Pengelolaan dilakukan melalui pemeliharaan dan perbaikan. Pengelolaan dapat


difasilitasi oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat
dalam pengelolaan perumahan dan permukiman layak huni. Fasilitasi oleh
pemerintah daerah tersebut dilakukan antara lain dalam bentuk:
o penyediaan dan sosialisasi norma, standar, pedoman, dan kriteria;
o pemberian bimbingan, pelatihan/penyuluhan, supervisi, dan konsultasi;
o pemberian kemudahan dan/atau bantuan;
o koordinasi antar pemangku kepentingan secara periodik atau sesuai
kebutuhan;
o pelaksanaan kajian perumahan dan permukiman; dan/atau
o pengembangan sistem informasi dan komunikasi.

Pemeliharaan dan perbaikan dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan dan


permukiman yang dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk
kepentingan peningkatan kualitas hidup orang perorangan. Pemeliharaan dan
perbaikan dilakukan pada rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum di
perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman.
Pemeliharaan dan perbaikan dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau setiap orang.

A. Pemeliharaan

Pemeliharaan rumah, prasarana, sarana dan utilitas umum dilakukan melalui


perawatan dan pemeriksaan secara berkala. Pemeliharaan rumah wajib dilakukan

5 - 88
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

oleh setiap orang. Pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas umum wajib
dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap orang.

B. Perbaikan

Perbaikan rumah, prasarana, sarana dan utilitas umum dilakukan melalui


rehabilitasi atau pemugaran. Perbaikan terhadap rumah wajib dilakukan oleh setiap
orang. Perbaikan terhadap prasarana, sarana dan utilitas umum wajib dilakukan
oleh pemerintah daerah dan/atau setiap orang.

5.6 PENYEDIAAN TANAH


Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas
penyediaan tanah dalam rangka peningkatan kualitas perumahan kumuh dan
kawasan permukiman kumuh, termasuk penetapannya di dalam rencana tata ruang
wilayah.
Penyediaan tanah untuk peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman
kumuh merupakan salah satu pengadaan tanah untuk pembangunan bagi
kepentingan umum. Penyediaan tanah dapat dilakukan melalui:
o pemberian hak atas tanah terhadap tanah yang langsung dikuasai negara;
o konsolidasi tanah oleh pemilik tanah;
o peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah;
o pemanfaatan dan pemindahtanganan tanah barang milik negara atau
milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan/atau
o pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar.

5.7 PENDANAAN DAN SISTEM PEMBIAYAAN


Pendanaan dimaksudkan untuk menjamin kemudahan pembiayaan pencegahan
dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Pendanaan
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dan juga dapat difasilitasi oleh
pemerintah pusat dan/atau pemerintah provinsi.
Sumber dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:
o anggaran pendapatan dan belanja negara;
o anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau
o sumber dana lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

5 - 89
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Sistem pembiayaan yang dibutuhkan dalam rangka pencegahan dan peningkatan


kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh dirumuskan dalam rencana
penanganan yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

5.8 TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH

5.8.1 Tugas Pemerintah Daerah


Dalam melaksanakan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, pemerintah daerah memiliki tugas:
o merumuskan kebijakan dan strategi Kabupaten serta rencana
pembangunan Kabupaten terkait pencegahan dan peningkatan kualitas
perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
o melakukan survei dan pendataan skala Kabupaten mengenai lokasi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
o melakukan pemberdayaan kepada masyarakat;
o melakukan pembangunan kawasan permukiman serta sarana dan
prasarana dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan
kumuh dan permukiman kumuh;
o melakukan pembangunan rumah dan perumahan yang layak huni bagi
masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan
rendah;
o memberikan bantuan sosial dan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin
dan masyarakat berpenghasilan rendah;
o melakukan pembinaan terkait peran masyarakat dan kearifan lokal di bidang
perumahan dan permukiman; serta
o melakukan penyediaan pertanahan dalam upaya pencegahan dan
peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Pelaksanaan fungsi tugas Pemerintah Daerah dilakukan oleh satuan kerja


perangkat daerah sesuai kewenangannya. Di dalam melaksanakan tugasnya
tersebut, Pemerintah daerah melakukan koordinasi dan sinkronisasi program antar
organisasi perangkat daerah melalui pembentukan tim koordinasi tingkat daerah.

5 - 90
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

5.8.2 Kewajiban Pemerintah Daerah


A. Dalam Pencegahan

Kewajiban pemerintah daerah dalam pencegahan terhadap tumbuh dan


berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada tahap:
o pengawasan dan pengendalian
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap pengawasan dan pengendalian
meliputi:
− melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap
kesesuaian perizinan pada tahap perencanaan perumahan dan
permukiman;
− melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kesesuaian
standar teknis pada tahap pembangunan perumahan dan
permukiman; dan
− melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kesesuaian
kelaikan fungsi pada tahap pemanfaatan perumahan dan
permukiman.
o pemberdayaan masyarakat.
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap pemberdayaan masyarakat
meliputi:
− memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran dan partisipasi dalam rangka pencegahan terhadap
tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, melalui penyuluhan, pembimbingan dan bantuan teknis; dan

− memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat mengenai


rencana tata ruang, perizinan dan standar teknis perumahan dan
permukiman serta pemberitaan hal-hal terkait upaya pencegahan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

B. Dalam Peningkatan Kualitas

Kewajiban pemerintah daerah dalam peningkatan kualitas terhadap perumahan


kumuh danpermukiman kumuh dilakukan pada tahap:
o penetapan lokasi
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap penetapan lokasi meliputi:
− melakukan identifikasi lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh melalui survei lapangan dengan melibatkan peran
masyarakat;
5 - 91
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

− melakukan penilaian lokasi perumahan kumuh dan permukiman


kumuh sesuai kriteria yang telah ditentukan;
− melakukan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh melalui keputusan kepala daerah; dan
− melakukan peninjauan ulang terhadap ketetapan lokasi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh setiap tahun.
o penanganan
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap penanganan meliputi:
− melakukan perencanaan penanganan terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh;
− melakukan sosialisasi dan konsultasi publik hasil perencanaan
penanganan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
dan
− melaksanakan penanganan terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh melalui pola-pola pemugaran, peremajaan,
dan/atau pemukiman kembali
o pengelolaan.
Kewajiban pemerintah daerah pada tahap pengelolaan meliputi:
− melakukan pemberdayaan kepada masyarakat untuk membangun
partisipasi dalam pengelolaan;
− memberikan fasilitasi dalam upaya pembentukan kelompok
swadaya masyarakat; dan
− memberikan fasilitasi dan bantuan kepada masyarakat dalam
upaya pemeliharaan dan perbaikan.

5.8.3 Pola Koordinasi


Pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, melakukan
koordinasi dengan pemerintah pusat, dan pemerintah provinsi. Koordinasi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah meliputi:
o melakukan sinkronisasi kebijakan dan strategi Kabupaten dalam
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan kebijakan dan strategi provinsi dan nasional;
o melakukan penyampaian hasil penetapan lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh kepada pemerintah provinsi dan pemerintah pusat;
o melakukan sinkronisasi rencana penanganan terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh di Kabupaten dengan rencana pembangunan
provinsi dan nasional; dan

5 - 92
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

o memberikan permohonan fasilitasi dan bantuan teknis dalam bentuk


pembinaan, perencanaan dan pembangunan terkait pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

5.9 POLA KEMITRAAN, PERAN MASYARAKAT, DAN KEARIFAN


LOKAL

5.9.1 Pola Kemitraan


Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat dikembangkan dalam
upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
yaitu:

a. kemitraan antara Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan badan


usaha miliknegara, daerah, atau swasta; serta
b. kemitraan antara Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan
masyarakat.

5.9.2 Peran Masyarakat


Lingkup peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh danpermukiman kumuh dilakukan pada tahap:
a. penetapan lokasi dan perencanaan penanganan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh;
b. peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
dan
c. pengelolaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

A. Peran Masyarakat pada Tahap Penetapan Lokasi

Peran masyarakat pada tahap penetapan lokasi perumahan kumuh dan


permukiman kumuh, dapat dilakukan dalam bentuk:

a. partisipasi pada proses pendataan lokasi perumahan kumuh dan


permukiman kumuh, dengan mengikuti survei lapangan dan/ atau
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
b. pemberian pendapat terhadap hasil penetapan lokasi perumahan kumuh
dan permukiman kumuh dengan dasar pertimbangan berupa dokumen atau
data dan informasi terkait yang telah diberikan saat proses pendataan.

5 - 93
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Dalam perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh,


masyarakat dapat:

a. berpartisipasi aktif dalam pembahasan yang dilaksanakan pada tahapan


perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
dilakukan oleh pemerintah daerah;
b. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang
dalam penyusunan rencana penanganan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh;
c. memberikan komitmen dalam mendukung pelaksanaan rencana
penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada lokasi terkait
sesuai dengan kewenangannya; dan/atau
d. menyampaikan pendapat dan pertimbangan terhadap hasil penetapan
rencana penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan
dasar pertimbangan yang kuat berupa dokumen atau data dan informasi
terkait yang telah diajukan dalam proses penyusunan rencana.

B. Peran Masyarakat pada Tahap Peningkatan Kualitas

Peran masyarakat pada tahap peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh


dan permukiman kumuh, dapat dilakukan dalam:

1. Proses Pemugaran Atau Peremajaan


Dalam proses pemugaran atau peremajaan, masyarakat dapat:

a. berpartisipasi aktif dalam sosialisasi dan rembuk warga pada


masyarakatyang terdampak;
b. berpartisipasi aktif dalam musyawarah dan diskusi penyepakatan
rencana pemugaran dan peremajaan;
c. berpartisipasi dalam pelaksanaan pemugaran dan peremajaan,
baik berupa dana, tenaga maupun material;

d. membantu pemerintah daerah dalam upaya penyediaan lahan yang


berkaitan dengan proses pemugaran dan peremajaan terhadap
rumah, prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum;
e. membantu menjaga ketertiban dalam pelaksanaan pemugaran dan
peremajaan;
f. mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi
proses pelaksanaan pemugaran dan peremajaan; dan/atau
g. melaporkan perbuatan dalam huruf f, kepada instansi berwenang
agar proses pemugaran dan peremajaan dapat berjalan lancar.

5 - 94
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

2. Proses Pemukiman Kembali

Dalam proses pemukiman kembali, masyarakat dapat:


a. berpartisipasi aktif dalam sosialisasi dan rembuk warga pada
masyarakat yang terdampak;
b. berpartisipasi aktif dalam musyawarah dan diskusi penyepakatan
rencana permukiman kembali;
c. membantu pemerintah daerah dalam penyediaan lahan yang
dibutuhkan untuk proses pemukiman kembali;
d. membantu menjaga ketertiban dalam pelaksanaan pemukiman
kembali;
e. berpartisipasi dalam pelaksanaan pemukiman kembali, baik
berupa dana,tenaga maupun material;
f. mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi
proses pelaksanaan pemukiman kembali; dan/atau
g. melaporkan perbuatan dalam huruf d, kepada instansi berwenang
agar proses pemukiman kembali dapat berjalan lancar.

C. Peran Masyarakat pada Tahap Pengelolaan

Dalam tahap pengelolaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh, masyarakat


dapat:
a. berpartisipasi aktif pada berbagai program pemerintah daerah dalam
pemeliharaan dan perbaikan di setiap lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang telah tertangani;
b. berpartisipasi aktif secara swadaya dan/atau dalam kelompok swadaya
masyarakat pada upaya pemeliharaan dan perbaikan baik berupa dana,
tenaga maupun material;
c. menjaga ketertiban dalam pemeliharaan dan perbaikan rumah serta
prasarana,sarana, dan utilitas umum di perumahan dan permukiman;
d. mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi
proses pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan; dan/atau
e. melaporkan perbuatan dalam huruf d, kepada instansi berwenang agar
proses pemeliharaan dan perbaikan dapat berjalan lancar.

D. Kelompok Swadaya Masyarakat

Pelibatan kelompok swadaya masyarakat merupakan upaya untuk mengoptimalkan


peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

5 - 95
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

permukiman kumuh. Kelompok swadaya masyarakat dibentuk oleh masyarakat


secara swadaya atau atas prakarsa pemerintah. Pembentukan tidak perlu dilakukan
dalam hal sudah terdapat kelompok swadaya masyarakat yang sejenis.
Pembentukan kelompok swadaya masyarakat disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Peningkatan kualitas perumahan kumuh dn permukiman kumuh berbasis


masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah dan / atau Pemerintah Daerah dapat
mengikuti siklus sebagai berikut.

Siklus Pengembangan Kawasan Permukiman Berbasis Masyarakat

5 - 96
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

5.9.3 Kearifan Lokal


Kearifan lokal merupakan petuah atau ketentuan atau norma yang mengandung
kebijaksanaan dalam berbagai perikehidupan masyarakat setempat sebagai
warisan turun temurun dari leluhur. Peningkatan kualitas perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di daerah perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kearifan
lokal yang berlaku pada masyarakat setempat dengan tidak bertentangan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai
pertimbangan kearifan lokal dalam peningkatan kualitas perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di daerah dapat diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah.

5 - 97
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pencegahan


timbulnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh serta peningkatan kualitasnya
harus segera diwujudkan di Kabupaten Tanah Datar. Hal ini untuk mengantisipasi
timbulnya perumahan dan permukiman kumuh baru serta meningkatkan kualitas
kesehatan lingkungan tersebut.

Untuk memberi jaminan kepastian hukum serta efektifitas operasional di lapangan,


peraturan daerah tentang pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh dapat segera disusun dan direalisasikan. Penyusunan
peraturan daerah ini harus mampu memberi jaminan kepastian hukum bagi
Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, masyarakat, serta pemangku kebijakan lainnya.

6.2 SARAN

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan maka dapat diajukan saran-saran sebagai


berikut:

1. Dalam pelaksanaannya nanti, pemerintah sudah terlebih dahulu membuat


petunjuk pelaksanaan (juklak) dalam menentukan lokasi perumahan dan
permukiman kumuh berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
sehingga penanganannya dapat sesuai sasaran sesuai wilayah- wilayah yang
menjadi target pelaksanaan.

2. Pemerintah Kabupaten Tanah Datar bekerja sama dengan warga yang


bermukim di lokasi perumahan dan permukiman kumuh dalam mengupayakan
penanganan seperti apa (pemugaran, peremajaan, atau permukiman kembali)
yang tepat untuk lingkungan- lingkungan kumuh secara spesifik. Kerja sama ini
dapat dilakukan dengan cara sosialisasi dan melibatkan warga dalam
pangambilan keputusan.
3. Penyusunan naskah akademik pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh ini diharapkan dapat menjadi
Naskah Akademis Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
NASKAH AKADEMIK
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
bahan pertimbangan pembahasan ranperda untuk ditetapkan sebagai
Propemperda tahun 2023 dan menjadi Prolegda sebelum pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah agar
menjadi kepastian hukum dan efektifitas operasional mengenai pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Anda mungkin juga menyukai