Outline Jurnal Reading
Outline Jurnal Reading
A. LATAR BELAKANG
Di Jepang, ada 3.864.778 lansia yang tinggal sendirian, dan merupakan
15,1% dari seluruh lansia (Ministry of Internal Affairs and Communication,
2005). The National Institute of Population and Social Security Reasearch
(2008) memperkirakan peningkatan jumlah ini dalam 10 tahun ke depan.
Banyak gerontologists menandai periode usia tua dengan kehilangan peran,
lansia yang tinggal sendiri memiliki beberapa peran keluarga yang terbentuk
melalui interaksi dengan anggota keluarga. Studi sebelumnya telah
menemukan bahwa peran sosial, termasuk peran keluarga, meningkatkan
kesejahteraan individu secara subjektif. Penulis dalam jurnal
memperkirakan bahwa lansia yang tinggal sendirian akan memiliki
kesejahteraan subjektif rendah daripada lansia yang tinggal dengan
keluarganya.
Dalam gerontologi sosial, peneliti dan filsuf telah meneliti hubungan kausal
antara kegiatan sosial dan kesejahteraan subjektif dari segi teori aktivitas
penuaan yang diselenggarakan pada ketergantungan pada teori interaksi
simbolik. Semakin positif lansia membentuk peran identitas mereka sendiri,
semakin baik kesejahteraan subjektif mereka.
Lansia yang tinggal sendiri memiliki peran keluarga yang kecil yang perlu
memiliki beberapa interaksi dengan anggota keluarga mereka, karena studi
sebelumnya menunjukkan bahwa mereka mungkin perlu mendapatkan peran
sosial dan peran identitas yang positif melalui kontak dengan anggota non-
keluarga di luar rumah mereka. Peran non-keluarga lebih penting bagi lansia
yang tinggal sendirian daripada rekan-rekan mereka yang tinggal dengan
anggota keluarganya. Oleh karena itu, kita dapat menganggap bahwa peran
non-keluarga memiliki efek yang lebih besar pada kesejahteraan subjektif
untuk lansia yang tinggal sendirian daripada rekan-rekan mereka yang hidup
dengan keluarganya (Gambar 1).
[Peran Keluarga] Orang tua Kakek/Nenek Suami/Istri Saudara [Peran Keluarga] Orang tua Kakek/Nenek
Jurnal ini mengutip apa yang telah dilakukan Bass dan Caro (2001)
dalam Okamoto (2008a) yang mengusulkan bahwa kegiatan produktif
melibatkan pekerjaan yang dibayar (honorer), pekerjaan yang tidak
dibayar di luar keluarga (misalnya, kegiatan relawan, kegiatan NPO),
dan pekerjaan yang tidak dibayar dalam keluarga (misalnya, pekerjaan
rumah tangga) di Jepang. Penelitian ini memasukkan honorer dan
sukarelawan sebagai peran non-keluarga, karena kedua kegiatan sosial
di luar rumah setara dengan peran non-keluarga.
B. TUJUAN/PERTANYAAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dua hipotesis berikut.
Hipotesis 1 : Kepuasan hidup lansia tidak langsung dipengaruhi oleh
status tempat tinggal mereka.
Hipotesis 2 : Kegiatan sosial di luar rumah memiliki efek lebih besar
pada kepuasan hidup lansia yang tinggal sendiri daripada
mereka yang tiggal dengan anggota keluarganya.
C. IDENTIFIKASI VARIABEL
Dalam penelitian ini, para peserta menanggapi empat bagian dari item yang
terkait dengan status penduduk, kegiatan sosial, kesejahteraan subjektif, dan
variabel kontrol.
1. Status penduduk/tempat tinggal
Peserta ditanya: "Anda tinggal dengan siapa?" Kategorinya adalah:
pasangan, anak-anak yang belum menikah, anak yang sudah menikah,
cucu, istri dari putra dan putri, anggota keluarga yang lain, dan hidup
sendiri. Tanggapan untuk item ini dibagi menjadi dua kategori peserta,
yakni tinggal bersama keluarga dan tinggal sendiri.
2. Aktivitas sosial di luar rumah (peran non-keluarga)
a. Honorer, sukarelawan, dan aktifitas pembelajaran / hobi diukur
sebagai aktifitas sosial.
b. Sukarelawan terbagi dalam lima item: rukun warga dan/atau rukun
tetangga, klub lansia, organisasi relawan, klub tradisi lokal, dan
organisasi nirlaba (NPO).
c. Hobi / kegiatan pembelajaran terbagi dalam empat item: program
rekreasi, perguruan tinggi senior, pusat kebudayaan, dan presentasi
kuliah bagi warga.
d. Responden diminta untuk melaporkan setiap item pada skala 3-
point:
0 = tidak berpartisipasi,
1 = berpartisipasi kadang-kadang,
2 = selalu berpartisipasi.
e. Skor berkisar dari 0 – 4 untuk honorer, 0 – 10 untuk sukarelawan,
dan 0 – 8 untuk hobi / aktivitas belajar.
3. Kepuasan hidup (kesejahteraan individu)
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa Life Satisfaction Index
K (LSIK) menunjukkan konsistensi internal dan validitas yang tinggi
sebagai skala untuk menilai kesejahteraan subjektif di antara orang-
orang lanjut usia (Koyano et al., 1989). LSIK mencakup sembilan item,
seperti: “Ketika saya melihat kembali kehidupan saya, saya cukup puas”
atau “Ketika saya memikirkan kembali hidup saya, saya tidak
mendapatkan sebagian besar dari hal-hal penting yang saya inginkan”.
Penilaian kepuasan hidup berkisar dari 0 sampai 9.
4. Variabel kontrol
Item survei termasuk usia, jenis kelamin, kesehatan subjektif, kondisi
ekonomi subjektif, dan pendidikan sebagai variabel kontrol, dinilai
dalam cara yang sama seperti studi yang telah dilakukan oleh Nakahara
dan Fujita (2007). Penelitian juga menggunakan skala Likert. Kesehatan
subjektif dinilai dari 1 (sangat buruk) sampai 3 (sangat baik), dan
kondisi ekonomi subjektif dinilai dari 1 (sangat miskin) sampai 5
(sangat kaya). Para peserta menunjukkan status pendidikan: 1 (<9
tahun), 2 (9-12 tahun), atau 3 (> 12 tahun).
D. INSTRUMEN
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini
adalah Life Satisfaction Index K (LSIK).
F. PENGOLAHAN DATA
Analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS 19.0 dan Amos 19.0.
Hipotesis 1 diverifikasi menggunakan T-test. Untuk menentukan validitas
hipotesis 2, analisis multi-kelompok model persamaan struktural dilakukan.
Model analisis dalam penelitian ini merupakan model regresi pada kepuasan
hidup oleh setiap kegiatan sosial dengan variabel kontrol untuk lansia
dipisahkan oleh status penduduk mereka (hidup dengan keluarga atau
tinggal sendirian). Model yang paling dasar adalah salah satu yang kendala
yang nilainya sama dikenakan pada semua jalur dari variabel independen.
Pengujian invarian dibandingkan model yang sangat dibatasi (model 1)
dengan model yang sistematis parameter santai antar kelompok. Pendekatan
ini memungkinkan kita untuk menguji apakah setiap kegiatan sosial untuk
lansia yang tinggal sendiri memiliki efek lebih besar pada kepuasan hidup
pada lansia yang inggal dengan keluarga.
G. HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini, terdistribusi 720 laki-laki (54%) dan 613 perempuan
(46%) lansia yang hidup dengan keluarga, dan 23 laki-laki (12%) dan 169
perempuan (88%) lansia yang tinggal sendirian. Analisis chi-square
berdasarkan jenis kelamin menemukan perbedaan yang signifikan antara
lansia dengan keluarga dan lansia yang tinggal sendirian: C2 (1) = 118,69, p
<.01. Hasil uji t menunjukkan bahwa lansia yang tinggal sendiri memiliki
kondisi ekonomi yang lebih buruk daripada lansia yang tinggal dengan
keluarga. Tidak ada perbedaan status penduduk untuk setiap kegiatan sosial
atau kepuasan hidup. Secara khusus, tidak ada perbedaan dalam kepuasan
hidup antara status penduduk; ini menegaskan keabsahan hipotesis 1 yang
diambil dari penelitian sebelumnya.
I. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Penlitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi keperawatan, utamany di
Indonesia. Walaupun masih banyak lansia yang tinggal bersama
keluarganya, aktifitas fisik di luar rumah juga tetap akan bermanfaat bagi
kepuasan hidup lansia. Sebagai perawat, terapi aktivitas kelompok di luar
rumah akan sangat berguna apabila sering dilaksanakan kepada sekolompok
lansia, baik yang tinggal sendiri, maupun tinggal bersama keluarganya.