Anda di halaman 1dari 9

Arti Kehidupan Anak Asuh Panti Asuhan ....

ISSN 1412-565 X
(Syifa Jauhar Nafisah) e-ISSN 2541-4135

ARTI KEHIDUPAN ANAK ASUH PANTI ASUHAN


MEANING OF LIFE IN THE ORPHAN

Syifa Jauhar Nafisah


Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia
syifajauhar03@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada fenomena remaja asuh yang mengalami disorientasi masalah
kehidupan karena ditinggalkan orang tua sehingga mereka kehilangan sosok ideal dan menjadi
ditempatkan di panti asuhan. Hal Ini telah memicu mereka untuk memiliki arti hidup yang
rendah (tidak berarti). Tujuan penelitian untuk mengetahui, memahami, dan menafsirkan fakta
remaja yang tinggal di panti asuhan melalui tiga komponen makna kehidupan, yaitu; 1) nilai
kreatif, 2) nilai experiental, 3) nilai sikap. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif yang dilakukan pada dua orang remaja di Pusat Perlindungan Sosial Anak
(BPSAA) dengan latar belakang keluarga yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
komponen makna kehidupan adalah: (1) nilai kreatif direalisasikan dengan mengikuti kegiatan
remaja seperti kegiatan ekstrakurikuler atau lingkungan seperti bertani, (2) nilai apresiasi yang
diperoleh dari dukungan yang diperoleh dari keluarga dan wali asuh. (3) nilai sikap diwujudkan
dalam tanggung jawab atas sikap yang dilakukan dan menikmati kebersamaan dengan keluarga
asuh. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses penghayatan tetang kebermaknaan
(meaningfull) hidup pada remaja di Pusat Perlindungan Sosial Anak (BPSAA) berbeda satu
sama lain. Oleh karena itu, disarankan untuk pembina panti asuhan untuk memahami kakarakter
masing- masing anak asuhnya.
Kata kunci: Arti kehidupan, dan Remaja asuh.

ABSTRACT
This research is based on the phenomenon of foster teenagers experiencing disorientation of life
problems due to the abandonment of parents so that they lose the ideal figure and become placed
in an orphanage. This has triggered them to have a meaning of life (meaningless). The purpose
of research to know, understand, and interpret the facts of adolescents living in orphanages
through three components of the meaning of life, namely; 1) creative value, 2) experiental
value, 3) attitude value. This research used qualitative method with descriptive approach done
to two adolescents at Child Social Protection Center with different family background. The
result showed that the components of meaning of life are: (1) creative value is realized by
following the activities of adolescents such as extracurricular activities or environment such as
farming, (2) appreciation value obtained from the support obtained from family and foster care.
(3) the value of attitudes is manifested in the responsibility for attitudes made and enjoying
togetherness with foster families. The results of this research can be concluded that the process
of appreciation of meaningfulness living in adolescents at the Child Social Protection Center is
different from each other. Therefore, it is advisable for the orphanage builder to understand the
character of each foster child.
Keywords: meaning of life, and foster teenager

PENDAHULUAN hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat


Salah satu karakteristik yang khas pada penting dan berharga serta memberikan
manusia adalah perjuangannya untuk nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak
merasakan arti atau makna hidup. Makna dijadikan tujuan dalam kehidupan (the
Jurnal Penelitian Pendidikan 33
Arti Kehidupan Anak Asuh Panti Asuhan .... ISSN 1412-565 X
(Syifa Jauhar Nafisah) e-ISSN 2541-4135

purpose of life). Selain itu, Frankl (2008) memberi waktu kepadanya untuk mencoba
mendefinisikan kebermaknaan hidup sebagai gaya hidup yang berbeda dan menentukan
keadaan yang menunjukkan sejauh mana pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
seseorang telah mengalami dan menghayati sesuai bagi dirinya.
kebermaknaan hidupnya menurut sudut Saat ini semakin berkembang bentuk
pandang dirinya sendiri (Bukhori, 2006). penyimpangan perilaku yang dilakukan
Jika makna hidup tersebut berhasil terpenuhi, remaja. Kenakalan remaja tidak hanya
seseorang akan merasakan kehidupan yang berbentuk bolos sekolah, mencuri kecil-
berarti dan pada akhirnya menimbulkan kecilan, tidak patuh pada orang tua, tetapi
perasaan bahagia (happiness) (Bastaman, mengarah pada tindakan kriminal, seperti
2007). perkelahian masal antar pelajar (tawuran)
Manusia pada dasarnya selalu dalam yang menyebabkan kematian, perkosaan,
pencarian makna dan identitas pribadi (Corey, pembunuhan dan lain-lain. Di Indonesia
2010), termasuk di dalamnya seorang remaja. tercatat pada Direktorat Bimbingan
Memasuki masa remaja berarti memasuki Masyarakat POLRI, bahwa pada tahun 1994
tahap storm and stress dalam perkembangan menangkap 1.261 pelaku perkelahian antar
jiwa manusia, yaitu masa remaja yang penuh pelajar dan pada tahun 1998 data ini telah
dengan masalah, tuntutan, dan tekanan meningkat menjadi 18.946 pelaku yang
hidup. Hurlock (1997) menyatakan bahwa ditangkap (Justika, 1999).
masa remaja adalah masa kritis identitas atau Fenomena selanjutnya menunjukkan,
masalah identitas–ego remaja. Identitas diri Anak-anak yang kurang mendapatkan
yang dicari remaja tersebut setidaknya berupa perhatian dan kasih sayang dari orang tua
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan selalu merasa tidak aman, merasa kehilangan
apa perannya dalam masyarakat. tempat berlindung dan tempat berpijak. Di
Santrock (2007) menyatakan bahwa pada kemudian hari mereka akan mengembangkan
masa remaja, perkembangan kognitif remaja reaksi kompensatoris dalam bentuk dendam
sudah mencapai tahap formal operasional. dan sikap bermusuh terhadap dunia luar.
Tahap perkembangan moral mereka pun sudah Anak-anak tadi mulai menghilang dari
mulai mengembangkan moralitas internal, rumah, lebih suka bergelandangan dan
dengan tahap perkemabangan tersebut mencari kesenangan hidup yang imginer di
remaja dapat memahami dan menghayati tempat-tempat lain. Dia mulai berbohong
kepentingan keberadaan hidupnya menurut dan mencuri untuk menarik perhatian dan
sudut pandang dirinya sendiri. mengganggu orang tuanya. Atau ia mulai
Lebih lanjut Hurlock (1997) menjelaskan mengembangkan reaksi kompensatoris
bahwa perkembangan remaja meliputi negatif untuk mendapatkan keenakan dan
perubahan fisik, perubahan emosi, dan kepuasan hidup dengan melakukan perbuatan
perubahan sosial. Remaja bukan lagi seorang kriminal.
anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa Menanggapi hal tersebut, Bastaman
transisi ini menguntungkan mereka karena (2007) mengatakan individu yang tidak

34 Jurnal Penelitian Pendidikan


Arti Kehidupan Anak Asuh Panti Asuhan .... ISSN 1412-565 X
(Syifa Jauhar Nafisah) e-ISSN 2541-4135

berhasil menemukan dan memenuhi makna artinya terdapat pada setiap masyarakat di
hidupnya biasanya menimbulkan semacam dunia atau sistem sosial yang terpancang
frustasi eksistensial dimana individu merasa dalam sistem sosial yang lebih besar.
tidak mampu lagi mengatasi masalah- Keberfungsian keluarga sangat mem-
masalah personalnya secara efisien, merasa pengaruhi perkembangan psikis dan
hampa, tidak bersemangat dan merasa tidak moralitas anggota keluarganya. Diantara
memiliki tujuan hidup. Kata eksistensial fungsi keluarga adalah fungsi agama yang
dalam hal ini memiliki tiga arti, yaitu: (1) akan menuntun remaja untuk memiliki
Keberadaan manusia itu sendiri atau cara pedoman hidup yang benar. Pencarian
khusus manusia dalam menjalani hidupnya; makna hidup bagi remaja menjadi sangatlah
(2) Makna hidup; dan (3) Perjuangan penting. Hal ini menjadi sangat penting untuk
manusia untuk menemukan makna hidup, kebahagiaan hidupnya. Seyogyanya remaja
dengan kata lain, keinginan seseorang harus menghadapi pilihan-pilihan yang akan
untuk mencari makna hidup (Frankl, 2008). membentuk sisa hidupnya. Pemilihan tujuan
Selain itu menurut Rivlin, dkk (2010) dan hidup merupakan tema pokok (Sobur, 2009).
Blackburn dan Owens (2015), individu yang Dalam hal ini, disfungsi keluarga dalam
tidak mampu memaknai dan menikmati pembentukan remaja atau anak-anak yang
hidupnya (meaningless) mengakibatkan bermasalah dengan keluarganya hingga
dirinya depresi. menjadikan mereka terlantar di wadahi
Berdasarkan hasil survey di San Francisco oleh suatu lembaga yang disebut dengan
mengenai tingkat makna hidup oleh panti asuhan. Panti asuhan merupakan
Diana Young bahwa orang tua menempati suatu lembaga yang sangat popular untuk
posisi paling tinggi meskipun mengalami membentuk perkembangan anak-anak yang
perceraian, orang lanjut usia menempati tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak
posisi kedua meskipun lelah atau sakit, dan tinggal bersama dengan keluarga. Anak-
remaja menempati posisi paling rendah. anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh
Penelitian lain yang dilakukan oleh Augustine yang menggantikan peran orang tua dalam
Meier menyatakan, tingkat makna terendah mengasuh, menjaga dan mendidik mereka
ditempati oleh remaja yang berusia 17-19 agar menjadi manusia dewasa yang berguna
tahun, diikuti oleh remaja yang berusia 13- dan bertanggung jawab atas dirinya dan
15 tahun. terhadap masyarakat di kemudian hari.
Banyak hal yang mempengaruhi Berdasarkan latar belakng tersebut,
perkembangan remaja (untuk menemukan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
makna hidupnya). Salah satu lingkungan lebih objektif mengenai fakta remaja yang
yang berperan membantu remaja agar tinggal di panti asuhan dalam memaknai
menjadi lebih baik dan siap menghadapi kehidupannya melalui tiga komponen yaitu:
tugas perkembangan adalah keluarga. (1) nilai kreatif; (2) nilai experiental; dan (3)
Menurut Yusuf (2008), keluarga merupakan nilai sikap.
unit sosial terkecil yang bersifat universal,

Jurnal Penelitian Pendidikan 35


Arti Kehidupan Anak Asuh Panti Asuhan .... ISSN 1412-565 X
(Syifa Jauhar Nafisah) e-ISSN 2541-4135

METODE PENELITIAN menggunakan model Miles dan Huberman.


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Teknik yang dilakukan yaitu data reduction,
dengan pendekatan deskriptif. Sumber data data display, dan consclusion drawing/
dalam penelitian yaitu. verification (Sugiyono: 2009). Data reduction
1. Data primer, yaitu sumber data utama yang (reduksi data) berarti merangkum, memilih
diperoleh langsung dari hasil observasi hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
maupun wawancara kepada: (Sugiyono: hal yang penting, dicari tema dan polanya
2009) yang berhubungan dengan kebermaknaan
a. Remaja yang tinggal di Panti Asuhan hidup. Display data dilakukan dalam
sebanyak 3 orang. Pemilihan remaja bentuk naratif. Peneliti menjelaskan pola
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan kebermaknaan hidup pada masing-masing
penelitian. subjek sesuai dengan data yang diperoleh.
b. Pengasuh/pendidik/Pembina di Panti Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
Asuhan. bersifat sementara, dan akan berubah jika
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung
dari sumber-sumber tambahan seperti pada tahap pengumpulan data berikutnya.
buku, dokumen dan artikel yang berkaitan Kesimpulan ini akan menjawab rumusan
dengan penelitian yang dilakukan. masalah yang telah ditetapkan sejak awal.
Teknik pengumpulan data dalam
penenlitian ini menggunakan: (a) observasi, HASIL DAN PEMBAHASAN
penulis menggunakan observasi non Istilah adolescence atau remaja berasal
sistematis yaitu dengan tidak menggunakan dari kata lain adolscere, kata bendanya
instrument pengamatan. Penulis hanya adolescentia yang berarti remaja dan berarti
mengamati objek yang diteliti tanpa terlibat tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1997).
dalam kegiatan mereka; (b) wawancara Di usia remaja individu akan mengalami
dituangkan dalam bentuk transkrip, yang percepatan pertumbuhan secara biologis
kemudian dideskripsikan secara jelas sebagai (fisik) dan terjadi pula perkembangan kognitif
bagian dari hasil penelitian. Wawancara dan sosial sebagai dampak yang secara
bertujuan untuk mengungkap tujuan hidup tidak langsung dipengaruhi oleh perubahan
subjek, baik sebelum maupun setelah tinggal biologis. Dengan pertumbuhan biologisnya
di panti asuhan. Selain itu juga mengungkap remaja akan berpikir cara pandang orang lain
penerimaan atau penolakan subjek terhadap terhadap dirinya yang sedang mengalami
kondisi yang tinggal di panti asuhan, perubahan, hal ini dibutuhkan interaksi sosial
sikap selama tinggal di panti asuhan, antara dirinya dan orang lain.
pengembangan dan pengaktualisasian Di samping berbagai masalah yang
potensi diri subjek sebagai remaja yang merupakan karakteristik masa remaja, alasan
tinggal di panti asuhan, serta mengungkap lain mengapa periode ini merupakan periode
proses penemuan makna hidup oleh subjek. kritis dan sensitif dalam perkembangan
Analisis data dilakukan dengan individual adalah masa ini merupakan masa

36 Jurnal Penelitian Pendidikan


Arti Kehidupan Anak Asuh Panti Asuhan .... ISSN 1412-565 X
(Syifa Jauhar Nafisah) e-ISSN 2541-4135

transisi yang menandai awal dari tanggung d.Meningkatkan kepedulian masyarakat


jawab legal (taklif) (Purwakania, 2006). sebagai relenan sosial.
Remaja, pada usianya memiliki tugas 3. Terwujudnya jaringan kerja dan sistem
perkembangan pada kematangan emosi informasi pelayanan kesejahteraan anak
untuk menerima dan memahami dirinya, secara berkelanjutan baik horizontal
kemudian terkait dengan falsafah hidup maupun vertikal.
remaja, dimana pada posisi remaja individu Dengan demikian, peneliti menyimpulkan
mulai memunculkan pemaknaan dalam secara umum panti asuhan merupakan
hidupnya. lembaga yang menggantikan peran dan
Panti asuhan merupakan lembaga fungsi keluarga bagi anak-anak terlantar,
pelayanan yang bertanggung jawab korban kekerasan rumah tangga dan lainnya
memberikan pengasuhan dan pelayanan dalam mengasuh, mendidik dan membimbing
sebagai pengganti orang tua kepada anak, mereka agar menjadi manusia dewasa yang
sebab pelayanan yang dilakukan di panti berguna dan bertanggungjawab melalui
merupakan pelayanan sosial, fisik, mental kebermaknaan hidup dirinya. Kebermaknaan
dan spiritual. Pendidikan spiritual dalam hal hidup merupakan suatu sistem kognitif yang
ini sangat diperlukan karena berdasarkan mempengaruhi emosi dan dibangun sendiri
penelitian dari Suseno (2013) bahwa karakter oleh individu untuk mencapai kepuasan hidup
spiritual menunjukkan pengaruh dalam dan memperoleh kehidupan yang bermakna
meningkatkan optimism masa depan pada (Wong, 2011). Dalam sebuah penelitian
sejumlah anak yatim. Adapun tujuan panti Reline (1997) dijelaskan bahwa penemuan
asuhan berdasarkan Dinas Sosial (2004, 8) makna hidup dalam membangun kapasitas
yaitu: manusia dilakukan melalui keterlibatan,
1. Tewujudnya hak atau kebutuhan anak yaitu kesempatan, partisipasi, dan advokasi
kelangsungan hidup tumbuh kembang, terutama konsisten pada seluruh pihak yang
perlingdungan dan partisipasi. terlibat.
2. Terwujudnya kualitas pelayanan atas dasar Berdasarkan penelitian, pemaknaan hidup
standar profesi: di sebuah panti asuhan yang dilakukan
a.Dikelola oleh tenaga pelaksana yang terhadap dua orang remaja, digambarkan
memenuhi standar profesi. pada gambar 1 dan 2. Pada gambar 1,
b.Terlaksananya manajemen kusus kebermaknaan hidup pada subjek SM
sebagai pendekatan pelayanan yang dijelaskan sebagai berikut: (1) Nilai kreatif
memungkinkan anak memperoleh (creative values) subek SM diwujudkan
pemenuhan kebutuhan yang berasal dari dalam melakukan perbuatan berupa karya
keanekaragaman sumber. yaitu membuat kerajinan tangan. Hal tersebut
c.Meningkatkan kualitas kehidupan memberikan nilai yang cukup, sehingga
sehari-hari di lingungan panti yang SM memiliki tambahan penghasilan dari
memungkinkan anak berinteraksi dengan hasil karyanya; (2) menunjukkan perubahan
masyarakat secara serasi dan harmonis. positif setelah mereka mendapatkan

Jurnal Penelitian Pendidikan 37


Arti Kehidupan Anak Asuh Panti Asuhan .... ISSN 1412-565 X
(Syifa Jauhar Nafisah) e-ISSN 2541-4135

PENGALAMAN TRAGIS
Ditinggalkan oleh sosok ayah dari kecil, tempat
tinggal habis ketika muncul masalah GAM di aceh,
keluarga yang tidak memiliki biaya untuk bertahan
hidup

PENGHAYATAN TAK BERMAKNA


berada di panti asuhan, dengan status anak yatim,
berbohong, membolos sekolah, tempramen (suka
marah)

SELF-INSIGHT
akibat dari sikapnya, SM mendapatkan pengarahan dari ibu
asuh sehingga SM mengubah sikapnya ke arah yang lebih
baik, bersikap sabar atas pengalaman tragisnya

PENEMUAN MAKNA HIDUP DAN TUJUAN


HIDUP
EXPERIENTAL CREATIVE ATTITUDINAL
VALUES VALUES VALUES

TAHAP KEHIDUPAN BERMAKNA


PENGHAYATAN BERMAKNA
Menerima takdir hidup yang telah terjadi kepada SM,
tidak berbohong, rajin sekolah, rajin mengikuti
kegiatan yang sesuai dengan kemampuannya, berlatih
untuk menahan amarah

Gambar 1
Skema Makna Hidup SM
dukungan sosial baik dari keluarga, pengasuh Balai Perlindungan Sosial Asuhan Anak atau
di Balai Perlindungan Sosial Asuhan Anak pun sekolah. (2) HS menunjukkan perubahan
dan teman-temannya. (3) Nilai bersikap positif setelah mereka mendapatkan
(attitudinal values) ditunjukkan dengan dukungan sosial baik dari keluarga, pengasuh
menerima statusnya sebagai anak asuh yang di Balai Perlindungan Sosial Asuhan Anak
tinggal di Balai Perlindungan Sosial Asuhan dan teman-temannya (3) Nilai bersikap
Anak (BPSAA) dengan penuh tanggung (attitudinal values) ditunjukkan dengan
jawab. menerima statusnya sebagai anak asuh yang
Berdasarkan gambar 2, kebermaknaan tinggal di Balai Perlindungan Sosial Asuhan
hidup pada subjek HS dijelaskan sebagai Anak (BPSAA) dengan tanggung jawab dan
berikut: (1) Nilai kreatif (creative values) kesabaran.
subjek HS diwujudkan dalam bentuk kegiatan
dengan mengikuti kegiatan ektrakurikuler di

38 Jurnal Penelitian Pendidikan


Arti Kehidupan Anak Asuh Panti Asuhan .... ISSN 1412-565 X
(Syifa Jauhar Nafisah) e-ISSN 2541-4135

PENGALAMAN TRAGIS
(ditinggalkan oleh sosok ayah sejak usia 5 tahun, ibu
meninggalkan keluarganya, keluarga lain tidak mampu
membiayai pendidikannya, karena HS anak laki-laki
satu-satunya yang herus berhasil, kakaknya
meninggalkan HS)

PENGHAYATAN TAK BERMAKNA


Tinggal di Balai Perlindungan Sosial Asuhan Anak HS
menunjukkan sikap pemalas, HS pun cenderung
melakukan kenakalan remaja seperti: mencuri, memalak,
merokok

SELF INSIGHT
Dari sikap meaningless, HS beberapa kali mendapatkan hukuman dan
peringatan dari pengasuh di Balai Perlindungan Sosial Asuhan Anak.
Hal itu membuat sedikit demi sedikit HS jera terhadap kebiasaannya.
Pemahaman diri HS pun muncul dari latar belakang pendidikan HS
sebagai siswa MAN dan lulusan MTs, sehingga memiliki dasar ilmu
agama yang cukup baik.

PENEMUAN MAKNA HIDUP DAN TUJUAN


HIDUP
EXPERIENTAL CREATIVE ATTITUDINAL
VALUES VALUES VALUES

TAHAP KEHIDUPAN BERMAKNA (PENGHAYATAN


BERMAKNA & KEBAHAGIAAN)
HS menerima dengan penuh tanggung jawab bahwa dirinya tinggal
di Panti asuhan dan berusaha menghilangkan sikap malasnya
dengan ikut serta dalam kegiatan music dan mengasah kemampuan
akademiknya, serta kebiasaan HS yang lainnyaserta mengajarkan
kepada teman lainnya.

Gambar 2
Skema Makna Hidup Subjek HS

Dari kedua subjek tersebut melalui sosial anak yang salah satunya yaitu panti
pola pengasuhan dan pendidikan di panti asuhan adalah sebagai berikut:
asuhan dapat memfasilitasi anak asuhnya 1. Pengasuh harus bertanggung jawab
dalam menemukan kebermaknan hidupnya. terhadapa setiap anak asuh dan
Keberhasilan pembinaan dan pendidikan di melaksanakan tugas sebagai pengasuh
panti asuhan tersebut tentu tidak terlepas dari serta tidak merangkap tugas lainnya untuk
peran pengasuh (panti asuhan), karena dalam mengoptimalkan pengasuhan.
masa tumbuh kembang anak, peran orang tua 2. Setiap pengasuh harus memiliki
asuh sangatlah penting. Menurut peraturan kompetensi dan pengalamana dalam
menteri sosial republik indnesia Nomor pengasuhan anak serta kemauan untuk
30/HUK/2011 tentang standar nasional mengasuh yang dalam pelaksanaannya
pengasuhan untuk lembaga kesejahteraan mendapat supervisi dari pekerja sosial
Jurnal Penelitian Pendidikan 39
Arti Kehidupan Anak Asuh Panti Asuhan .... ISSN 1412-565 X
(Syifa Jauhar Nafisah) e-ISSN 2541-4135

atau dinas sosial/kesejahteraan sosial. tidak perlu selalu dikaitkan dengan hal-hal
3. Pengadaan pengasuh harus mem- yang serba abstrak-filosofis, tujuan-tujuan
pertimbangkan isu gender serta kebutuhan idealistis, dan prestasi-prestasi akademis
anak berdasarkan usia dan tahap yang serba menakjubkan. Ketiga, memberi
perkembangan mereka. pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan
Selain itu, peningkatan kebermaknaan kita,sehingga makna hidup itu seakan-akan
hidup subjek juga dipengaruhi oleh faktor “menantang” kita untuk memenuhinya.
internal yakni faktor kognitif. Sebagaimana
menurut (Wong, 2011) bahwa kebermaknaan SIMPULAN
hidup merupakan suatu sistem kognitif yang Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan
dibangun oleh individu untuk mencapai bahwa proses penghayatan tetang
kehidupan yang bermakna. kebermaknaan (meaningfull) hidup pada
Di sisi lain dari hasil penelitian di atas, remaja di Pusat Perlindungan Sosial Anak
peneliti dapat menarik benang merah tentang (BPSAA) berbeda satu sama lain. Sehingga
sifat khusus dari makna hidup sebagaimana disarankan pada pembina panti asuhan untuk
disampaikan oleh Bastaman (2007), yaitu: memahami kakarakter masing- masing
Pertama, makna hidup sifatnya unik, pribadi anak asuhnya, sehingga tepat sasaran dalam
dan temporer, artinya apa yang dianggap memberikan pelayanan sesuai dengan
berarti oleh seseorang belum tentu berarti potensi yang dimiliki masing-masing anak.
pula bagi seorang lain. Mungkin pula apa Selain itu, bagi peneliti yang tertarik untuk
yang dianggap penting dan bermakna pada melanjutkan mengenai makna hidup remaja
saat ini bagi seseorang, belum tentu sama bisa dilanjutkan lebih mendalam dengan
bermaknanya bagi orang itu pada saat lain. menambahkan variable lain mengenai
Kedua, spesifik dan nyata, dalam artian makna “Pengaruh pembinaan panti asuhan terhadap
hidup benar-benar dapat ditemukan dalam kebermaknaan hidup remaja”.
pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta
DAFTAR RUJUKAN
Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi: Psikologi untuk menemukan untuk menemukan makna
hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Blackburn, L., & Owens, G. P. (2015). The effect of self-efficacy a meaning in life on post-
traumatic stress disorder (PTSD) & depression severity among Veterans. Journal of
clinical psychology. 71 (3). Hlm. 219-227.
Bukhori, B. (2006). Kesehatan Mental Mahasiswa Ditinjau Dari Religiusitas Dan Kebermaknaan
Hidup. Jurnal Psikologika. 22 (11). Hlm
Corey, G. (2010). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Frankl, V. E. (2008). Optimisme di Tengah Tragedi, Analisis Logoterapi, Terjemahan.
Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayanti & Sijabat, Max R. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Justika, S. B. (1999). Menuju Masyarakat yang Berketahanan Sosial: Pelajaran dari Krisis.

40 Jurnal Penelitian Pendidikan


Arti Kehidupan Anak Asuh Panti Asuhan .... ISSN 1412-565 X
(Syifa Jauhar Nafisah) e-ISSN 2541-4135

Jakarta: Departemen Sosial R.I.


Purwakania, A. (2006). Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Restine, L. N. (1997). Experience, meaning and principal development. Journal of Educational
Administration. 35 (3). Hlm: 253-267.
Rivlin, A., Hawton, K., Marzano, L., & Fazel. S. (2010). Psychiatric disorders in male prisoners
who made near-lethal suicide attempts: Case–control study. Journal of Clinical
Psychology. DOI: 10.1192/bjp.bp.110.077883
Santrock, J. W. (2007). Child Development, 11th edition. Alih Bahasa: Mila Rahmawati & anna
Kuswanti. Jakarta: Erlangga
Sobur, A. (2009). Psikologi Umum, Pustaka setia, Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suseno, M. N. (2013). Efektivitas Pembentukan Karakter Spiritual untuk Meningkatkan
Optimisme terhadap Masa Depan Anak Yatim Piatu. Jurnal Intervensi Psikologi, 5
(1): 1-24.
Wong., P. T. P. (2010). Meaning Therapy: An Integrative and Positive Existential Psychotherapy.
Contemp Psychother. 40. Hlm. 215-226.
Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Rosdakarya.

Jurnal Penelitian Pendidikan 41

Anda mungkin juga menyukai