Anda di halaman 1dari 7

Accelerat ing t he world's research.

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL


DENGAN KESEPIAN PADA LANSIA
Imas Sholihah

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Model Peningkat an Resiliensi Anak Usia Sekolah-Jurnal SainMed Vol 7 no 2 des 2015-.pdf
nian afrian

BAB 5-6 KESEPIAN bruu


anast asia bani

HUBUNGAN SELF-EST EEM DENGAN T INGKAT KECENDERUNGAN KESEPIAN PADA LANSIA


Evan Bast ian
HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN
KESEPIAN PADA LANSIA

Agung Sanjaya*, Iwan Rusdi**


*Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
**Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof. Maas No.3 Kampus USU Medan 20155, INDONESIA
Phone/Fax: 085310783520
E-mail: agungitam@gmail.com

Abstrak

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan,
serta tidak terlepas dari suatu hubungan yang terjadi antar individu, sosial, dan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain akan dimiliki oleh individu
sampai akhir hayat. Namun, sebagian dari individu masih merasa kesepian ketika tidak memiliki
teman interaksi untuk berbagi masalah. Kesepian merupakan suatu perubahan yang secara tidak
langsung dialami oleh setiap orang. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan interaksi sosial lansia dengan kesepian pada lansia. Sampel penelitian ini adalah 41 orang
lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai dan Medan. Pengumpulan data
dilakukan pada tanggal 20 Februari 2012 s/d 20 April 2012 dengan menggunakan kuesioner untuk
interkasi sosial dan kesepian serta dianalisa dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil analisa
data menunjukkan responden mengalami interaksi sosial baik sebesar 48,8% dan sebanyak 34
responden 82,9% merasa tidak kesepian. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada
hubungan signifikan antara interaksi sosial dengan kesepian pada lansia dengan nilai r = -0,652 dan
p = 0,00 (p<0,05) dengan arah hubungan negatif. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat
hubungan antara interaksi sosial dengan kesepian lansia. Saran bagi peneliti selanjutnya perlu
dilakukan penelitian serupa terhadap lansia dikomunitas.

Kata Kunci : Interaksi Sosial; Kesepian; Lansia

dapat menurunkan resiko kematian.


Lansia sering kehilangan kesempatan
PENDAHULUAN partisipasi dan hubungan sosial. Interaksi
sosial cenderung menurun disebabkan
Seiring dengan pertambahan usia, oleh kerusakan kognitif, kematian teman,
lansia akan mengalami proses degeneratif fasilitas hidup atau home care (Estelle,
baik dari segi fisik maupun segi mental. Kirsch, & Pollack, 2006). Kebutuhan
Menurunnya derajat kesehatan dan untuk berinteraksi dengan orang lain
kemampuan fisik akan mengakibatkan akan dimiliki oleh individu sampai akhir
orang lanjut usia secara perlahan menarik hayat. Namun, sebagian dari individu
diri dari hubungan dengan masyarakat masih merasa kesepian ketika tidak
sekitar. Hal ini dapat menyebabkan memiliki lawan interaksi untuk berbagi
interaksi sosial menurun (Fitria 2011). masalah (Annida, 2010). Kesepian
Padahal, partisipasi sosial dan hubungan merupakan masalah psikologis yang
interpersonal merupakan bagian yang paling banyak terjadi pada lansia, merasa
cukup penting untuk kesehatan fisik, terasing (terisolasi), tersisihkan, terpencil
mental, dan emosional bagi lansia. dari orang lain karena merasa berbeda
Penelitian menunjukkan bahwa dengan orang lain (Probosuseno, 2007).
keterlibatan sosial mempunyai efek yang
positif pada kesejahteraan emosional Kesepian merupakan suatu
lansia dan kesehatan fisik serta diprediksi perubahan yang secara tidak langsung
dialami oleh setiap orang (Treacy et al,

26
2004). menyatakan bahwa sebanyak 62% Cara pengambilan sampel
lansia di Amerika merasakan kesepian.
Pengambilan sampel dilakukan
Selain itu Ryan and Patterson
dengan menggunakan cara purposive
menemukan bahwa kesepian menduduki
sampling yaitu teknik penetapan sampel
ranking ke-2 terbanyak sebagai masalah
dengan cara memilih sampel di antara
yang terjadi pada lansia di Amerika
populasi sesuai dengan kriteria yang
(Johson et al, 1993 dalam Treacy et al,
diperlukan oleh peneliti. Kriteria sampel
2004). Penelitian dari National Council
penelitian ini yaitu lansia di Panti
Ageing and Older People yang bekerja
Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut
sama dengan School of Nursing and
Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan
Midwifery, University Collage Dublin
Medan yang berumur 60 tahun ke atas,
menyatakan bahwa di Irlandia terdapat
kooperatif, orientasi orang, tempat dan
435.000 orang yang berusia 65 tahun
waktu, mampu melihat, membaca, dan
atau 11,2% dari seluruh populasi
mendengar dengan baik, mampu
mengalami peningkatan untuk hidup
berkomunikasi bahasa Indonesia dengan
sendiri atau dengan pasangan hidupnya.
baik, serta lansia yang mau menjadi
Sebuah badan internasional dan
responden penelitian.
penelitian di Irlandia menyebutkan
bahwa kesepian dan isolasi sosial Cara Pengumpulan Data
merupakan bagian dalam pengalaman Setelah melewati tahap
hidup lansia. Penelitian ini juga pengambilan izin dari pihak-pihak atau
mengeksplorasi prevalensi kesepian dan instansi-instansi yang terkait dengan
isolasi sosial yang terjadi antara orang penelitian ini, peneliti langsung pergi ke
Irlandia. UPT PS Lanjut Usia dan Balita wilayah
Penelitian internasional memiliki Binjai dan Medan yang merupakan lokasi
prevalensi yang berbeda-beda tentang penelitian dalam penelitian ini. Prosedur
kesepian. Walaupun jumlah lansia yang pengambilan data yaitu dengan melihat
melaporkan kesepian relatif kecil, tetapi dari karakteristik responden yang telah
memiliki kemungkinan bahwa prevalensi ditetapkan, peneliti mendatangi langsung
lansia yang mengalami kesepian tidak ke responden. Tahap awalnya adalah
akan turun setelah usia 60 tahun (Treacy peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
et al, 2004). penelitian kepada responden serta
Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti juga menjelaskan hal apa saja
untuk mengetahui hubungan interaksi yang harus dilakukan responden selama
sosial dengan kesepian pada lansia. proses pengisian kuesioner. Peneliti juga
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian menjelaskan berapa lama waktu yang
ini adalah untuk mengetahui gambaran dibutuhkan selama proses pengisian
interaksi sosial lansia, untuk mengetahui kuesioner tersebut. Peneliti telah
gambaran kesepian lansia. menetapkan waktu yang digunakan
METODE PENELITIAN dalam pengisian kuesioner ini adalah 15
menit tetapi waktu ini dapat berubah
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tergantung kesepakatan dengan
responden terkait dengan aktivitas
Desain penelitian yang ataupun kemauan dari responden. Setelah
digunakan dalam penelitian ini adalah mendapat persetujuan dari responden,
deskriptif korelasi. Lokasi penelitian peneliti memberikan kuesioner yang
adalah di UPT Pelayanan Sosial Lansia terdiri dari data demografi, kuesioner
dan Balita Wilayah Binjai dan Medan. interaksi sosial dan kuesioner kesepian.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Peneliti meminta responden untuk
20 Februari sampai 20 April 2012. menjawab setiap pertanyaan sesuai
dengan petunjuk yang telah tertera di
kuesioner tersebut. Peneliti juga memberi

27
penjelasan kepada responden tentang Statistic Bivariat. Statistik
maksud dari setiap pertanyaan yang bivariat adalah suatu metode analisa data
tertera di kuesioner tersebut apabila untuk menganalisa hubungan antara dua
responden mengalami kesulitan selama variabel. Untuk melihat hubungan antara
proses pengisian kuesioner. Setelah variabel independen dan dependen
responden selesai mengisi kuesioner, digunakan uji Pearson karena variabel
peneliti kemudian memeriksa independen berskala interval dan variabel
kelengkapan data jika ada data yang dependen berskala interval. Interpretasi
kurang dapat segera dilengkapi. hasil uji korelasi didasarkan pada nilai r
Selanjutnya data data yang terkumpul dan nilai p.
dianalisa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu yang dibutuhkan untuk
Hasil
mengumpulkan data adalah selama 2
1.1 Karakteristik Demografi
bulan. Pengumpulan data dilakukan pada
Tabel 1 : Distribusi frekuensi dan
waktu dan hari tertentu saja. Hal ini
persentase berdasarkan
disebabkan karena factor jarak dari lokasi
karakteristik responden
penelitian dan tempat tinggal peneliti
Karakteristik Demografi f %
serta keadaan dari responden dan
Jenis kelamin
aktivitas yang berlangsung di lokasi Laki-laki 11 26,8
penelitian. Oleh karena itu peneliti Perempuan 30 73,2
memilih waktu yang tepat untuk Umur Responden
menjumpai responden secara langsung 60-69 tahun 21 51,2
agar memperoleh hasil data yang 70-79 tahun 20 48,8
maksimal. 80 tahun ke atas 0 0
Setelah semua data pada kuesioner Agama
terkumpul, maka dilakukan analisa data Islam 36 87,8
melalui beberapa tahap. Pertama Kristen 5 12,2
Hindu 0 0
mengecek kelengkapan data dari
Budha 0 0
responden dan memastikan bahwa semua Suku
jawaban telah terisi kemudian data yang Batak 13 31,7
sesuai diberi kode untuk memudahkan Melayu 4 9,8
peneliti dalam melakukan tabulasi dan Jawa 16 39
analisa data. Selanjutnya peneliti Minang 4 9,8
memasukkan data ke dalam komputer Aceh 2 4,9
dan dilakukan pengolahan data dengan Sunda 2 4,9
menggunakan teknik komputerisasi. Pendidikan
Metode statistik data untuk analisa data Tidak sekolah 15 36,6
SD 19 46,3
yang digunakan pada penelitian ini
SMP 5 12.2
adalah: SMA 2 4,9
Statistic univariat. Pada penelitian Lama menghuni panti
ini, metode statistik univariat digunakan 0-5 tahun 21 51,2
untuk menganalisa variabel independen 6-10 tahun 15 36,16
yaitu interaksi sosial dan variabel Lebih dari 10 tahun 5 12,2
dependen yaitu kesepian pada lansia. Aktifitas sehari-hari
Untuk menganalisa variable interaksi Bercocok tanam 9 22
sosial, akan dianalisa dengan Tidak bekerja 29 70,7
menggunakan skala interval dan akan Beternak 3 7,3
ditampilkan dalam distribusi frekuensi.
Untuk menganalisa variable kesepian Deskripsi karakteristik demografi
pada lansia, akan dianalisa dengan responden terdiri dari jenis kelamin,
menggunakan skala interval dan akan umur, agama, suku, pendidikan, lama
ditampilkan dalam distribusi frekuensi. menghuni panti, aktifitas sehari-hari
untuk mengisi waktu luan

28
Berdasarkan hasil uji korelasi
pearson dapat diketahui bahwa variabel
1.2 Interaksi sosial lansia interaksi sosial dan kesepian pada lansia
memiliki hubungan yang signifikan
Tabel 2 : Distribusi frekuensi interaksi dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) dengan
sosial pada lansia nilai r = -0,652 dan arah hubungan
negatif. Hal ini bermakna bahwa semakin
No Interaksi Sosial f % besar interaksi sosial maka semakin besar
1 Kurang 1 2,4 perasaan tidak kesepian.
2 Cukup 20 48,8
3 Baik 20 48,8 Pembahasan
Penelitian mengenai interaksi Interaksi Sosial
social lansia di UPT Pelayanan Sosial Menurut Hamka (2009, dalam
Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai Fitria 2011), umumnya lansia mengalami
dan Medan diperoleh hasil bahwa penurunan dalam melakukan interaksi
responden memiliki interaksi sosial baik sosial. Semakin bertambah usia
sebesar 48,8% dan yang mendapat menyebabkan penurunan interaksi sosial
interaksi sosial cukup yaitu 48,8% sehingga lansia akan merasakan kesulitan
sedangkan yang mendapat interaksi dalam bersosialisasi. Namun menurut
sosial kurang yaitu 2,4%. Mean interaksi dalam teori aktivitas menjelaskan bahwa
sosial adalah 46, dan SD adalah 6,07. pentingnya secara aktif secara social
merupakan alat untuk penyesuaian diri
1.3 Kesepian pada Lansia yang sehat unuk lansia (Havighurst, 1952
dalam Potter and Perry, 2005). Menurut
Tabel 3 : Distribusi frekuensi kesepian Rahmi (2008) menyebutkan bahwa
pada lansia dengan interaksi sosial yang bagus
memungkinkan lansia untuk
No Kesepian f %
mendapatkan perasaan memiliki suatu
1 Kesepian 7 17,1
kelompok sehingga dapat berbagi cerita,
2 Tidak Kesepian 34 82,9
berbagi minat, berbagi perhatian, dan
dapat melakukan aktivitas secara
Penelitian mengenai kesepian bersama-sama yang kreatif dan inovatif.
lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Lansia dapat berkumpul bersama orang
Usia dan Balita Wilayah Binjai dan seusianya sehingga mereka dapat saling
Medan diperoleh hasil bahwa sebanyak menyemangati dan berbagi mengenai
34 responden (82,9%) merasa tidak masalahnya. Hal ini akan berdampak
kesepian dan sebanyak 7 responden terhadap Pelayanan Sosialikologisnya
(17,1%) merasa kesepian. Mean skor berupa menurunnya beban pikiran yang
kesepian pada lansia adalah 39,93 dan ada pada lansia dan rendahnya tingkat
SD adalah 9,395. kesepian.

Kesepian Pada Lansia


1.4 Hubungan Interaksi Sosial dengan Menurut Burns (2000) orang yang
Kesepian Lansia kesepian mengalami kesulitan dalam
berteman dan menemukan kelompok
Tabel 4 : Hubungan interaksi sosial yang nyaman, individu tersebut merasa
lansia dengan kesepian pada bahwa orang lain tidak peduli. Selain itu
lansia menurut Brehm et al (2008) hubungan
yang tidak adekuat akan menyebabkan
Variabel r p
seseorang tidak puas akan hubungan
Interaksi Sosial -0,652 0,000 yang dimilikinya. Ada banyak alasan
Kesepian seseorang merasa tidak puas dengan
α = 0,05 (2-tailed) hubungan yang dimilikinya diantaranya

29
tidak memiliki patner seksual, berpisah kesepian pada lansia memiliki hubungan
dengan keluarga, pasangan atau yang signifikan. Hal ini bermakna bahwa
kekasihnya. Menurut penelitian Chiharu semakin besar interaksi sosial maka
(2005) menyatakan bahwa wanita semakin besar perasaan tidak kesepian.
kehilangan pasangan hidup lebih rentan Maka perlu dilakukan penelitian serupa
merasakan kesepian daripada pria yang yang berlokasi di suatu komunitas
tidak memiliki pasangan dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan
menjalankan perannya sebagai orang tua karakteristik lingkungan yang berbeda
tunggal, kepala keluarga. Masun, dkk antara di lingkungan panti werdha dan
(2008) menyatakan bahwa kehilangan komunitas.
orang terdekat merupakan suatu keadaan
yang sangat menyedihkan yang dapat
memicu perasaan kesepian terhadap DAFTAR PUSTAKA
individu tersebut.
Annida (2010). Memahami Kesepian.
Diambil tanggal 12 September
Hubungan Interaksi Sosial Dengan
2011 dari
Kesepian Pada Lansia
Menurut Santrock (2003) interaksi http://www.scribd.com/doc
sosial berperan penting dalam kehidupan Burns, D.D.(2000). Mengapa Kesepian,
lansia. Hal ini dapat mentoleransi kondisi Program Baru yang Telah Diuji
kesepian yang ada dalam kehidupan Secara Klinis untuk Mengatasi
sosial lansia. Beyene, Becker, & Mayen Kesepian. Jakarta: Erlangga
(2002, dalam Hayati (2009) menjelaskan Brehm, S. et al (2008). Intimate
bahwa ketakutan akan kesepian adalah relationship. New York. Mc :
gejala yang paling sering muncul pada Graw Hill
lansia. Hal ini dipengaruhi oleh derajat Chiharu.(2005). Overcome loneliness
kualitas dari dukungan dan interaksi and resource factors of single
sosial yang ada di lingkungan lansia parent : Japan
tersebut. Gunarsa (2004, dalam Hayati Estelle, Kirsch, & Pollack, (2006).
(2009) menjelaskan bahwa individu yang Enhancing Social Interaction in
mengalami hubungan sosial yang terbatas Elderly Communities
dengan lingkungan sekitarnya lebih Fitria, A.(2011). Interaksi Sosial dan
berpeluang mengalami kesepian, Kualitas Hidup Lansia di Panti
sementara individu yang mengalami Werdha UPT Pelayanan Sosial
hubungan sosial yang lebih baik tidak Lanjut Usia dan Anak Balita
terlalu merasa kesepian. Hal ini Wilayah Binjai dan Medan : USU
menunjukkan pentingnya hubungan Medan
sosial pada setiap individu untuk Fujihara, T. and Kazumi, K. (1988).
mengantisipasi masalah kesepian Survey On The Loneliness and
tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh Social Network Of The Aged Who
penelitian Fujiwara dan kazumi (1988) Live at An Old Man’s Home :
yang menemukan bahwa lansia lebih Japan
memilih tinggal di panti jompo Hayati, S.(2009). Hubungan Dukungan
dibandingkan tinggal sendirian di Sosial Dengan Kesepian Pada
rumahnya. Lansia : USU Medan
Masun, Biagito dan Hen. (2008) .
kesepian pada lansia. Diambil
SIMPULAN DAN SARAN
tanggal 7 juli 2012 dari
Berdasarkan hasil penelitian http://www.shinyoron.co.jp
disimpulkan bahwa mayoritas lansia Probosuseno. (2007). Mengatasi Isolasi
merasa tidak kesepian. Hasil uji korelasi Sosial pada Lanjut Usia. Diambil
pearson pada penelitian ini dapat tanggal 6 Oktober 2011 dari
menunjukkan bahwa interaksi sosial dan http://medicalzone.org

30
Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005).
Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses dan Praktek. Edisi
Empat, Jakarta: EGC.
Santrock, J. W. (2003). Perkembangan
Masa Hidup Edisi kelima. Jakarta:
Erlangga
Treacy, et al.(2004). National Council on
Ageing and Older People
Loneliness and Social Isolation
Among Older Irish People.
Diambil tanggal 5 Oktober 2011
dari
http://www.ncaop.ie/publications/r
esearch/reports/84_Lone_Soc_Iso.
pdf

31

Anda mungkin juga menyukai