Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN INDUSTRI

Konsep Mutu Untuk Industri Pangan


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Industri)

Oleh Kelompok X :

Sofia Rohani J1A020106


Ulfa Khairani Pratiwi J1A020108
Wandika J1A020110
Yuliana Istiqomah J1A020112
Baiq Haulia Ariyanti J1A020114

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Mutu Untuk
Industri Pangan” dengan tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Industri. Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyusun menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 20 Agustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan dari pengendalian mutu
2. Untuk mengetahui definisi mutu
3. Untuk mengatahui sejarah mutu
4. Mengatahui manajemen mutu total (TQM) untuk industri pangan
5. Mengatahui konsep pengendalian mutu pangan
6. Mengatahui upaya pengendalian mutu pangan
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dari pengendalian mutu?
2. Apa itu definisi mutu?
3. Bagaimana sejarah mutu?
4. Bagaimana manajemen mutu total (TQM) untuk industri pangan?
5. Bagaimana konsep pengendalian mutu pangan?
6. Bagaimana upaya pengendalian mutu pangan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan pengendalian mutu


2.2 Definisi Mutu
2.3 Sejarah Mutu
Pada awal munculnya kehidupan manusia, masalah mutu tidak menjadi
perhatian karena saat itu tiap individu (keluarga) memenuhi sendiri semua
kebutuhan hidupnya. Mulai dari membangun rumah,
membuat pakaian, berburu, dan bercocok tanam.
Kemudian manusia mulai berpikir
bahwa cara seperti itu tidak efisien karena
tiap individu mempunyai kelebihan dan
kekurangan yang berbeda dengan individu
lainnya. Mereka mulai terlibat dalam bentuk
kerja sama yang saling menguntungkan,
yaitu dengan menukarkan barang dengan
barang atau dengan jasa sesuai dengan
kelebihan masing-masing. Karena itu, dapat
dikatakan bahwa sejarah perkembangan
Sistem Manajemen Mutu dimulai ketika manusia sudah terlibat dalam transaksi
(barter). Mutu hanya merupakan kesepakatan antar manusia yang melakukan
barter.
Perkembangan Sistem Jaminan Mutu berikutnya dimulai sejak adanya usaha-
usaha manusia untuk memproduksi barang (dimulai kira-kira sejak 5.000 tahun
yang lalu). Beberapa bukti sejarah memperlihatkan bahwa:
1. Pada jaman pemerintahan Nabukadnezar di Babilonia (tahun 605 – 502
SM), telah ada spesifikasi untuk bangunan, pangan, dan lain-lain.
2. Di Cina (tahun 1644 SM) telah ada spesifikasi mutu untuk keramik.Pada
masa tersebut belum ada ukuran standar untuk mutu yang disepakati.
Karakteristik mutu pada awalnya diekspresikan secara kualitatif (dengan kata-
kata). Selain itu belum dikenal adanya merek sebagai penanda mutu dan penanda
produsen penghasil barang.
Baru pada abad pertengahan (sekitar tahun 1700 M) kebiasaan memberi cap
(merek) pada suatu produk mulai populer. Hal itu disebabkan sudah terdapat
beberapa produsen yang menghasilkan 1 jenis barang (bersaing pada jenis barang
yang sama). Dari kebiasaan ini muncul keinginan untuk memelihara reputasi
(penanda mutu dan produsen) yang
baik dengan memberikan merek. Sampai akhir abad 19, konsep Sistem Jaminan
Mutu tidak banyak berubah. Prinsip-prinsip pengendalian mutu yang dipakai
adalah:
1. Pemeriksaan mutu dilakukan oleh konsumen (bila cook ditentukan
harganya dan dibeli).
2. Adanya konsep keterampilan (pembeli percaya pada mutu produk setelah
beberapa kali melakukan pembelian) (Muhandri, dkk, 2012)
2.4 Manajemen Mutu Total (TQM) Untuk Industri Pangan
Gagasan konsep Pengendalian Mutu Terpadu pertama kali dicetuskan oleh
Armand V. Feigenbaum (Preside Direktur General System Company Inc., AS)
pada tahun 1950 an. Pengendalian Mutu Terpadu pada awalnya menitikberatkan
perhatian pada pendekatan mutu dari berbagai aspek seperti perancangan,
produksi, dan pemasaran, sehingga seluruh departemen dalam perusahaan
terlibat dalam kegiatan mutu. Tujuan kegiatan mutu dalam
TQM awal ini adalah memadukan usaha pengembangan, pemeliharaan, dan
penyempurnaan mutu oleh berbagai kelompok dalam perusahaan sehingga
pemasaran, perekayasaan, produksi dan pelayanan terlaksana pada kondisi
yang paling ekonomis dalam memberikan kepuasan penh pada konsumen.
Konsep TQM-nya Feigenbaum disempurnakan di Jepang dengan
memperluas
tanggung jawab mutu tidak hanya pada tingkat bagian dalam perusahaan. Jepang
mengembangan konsep "Tanggung jawab mutu merupakan tanggung jawab
seluruh karyawan (Gugus Kendali Mutu)". Konsep ini dikembangkan sekitar
tahun 1969 dan dikenal dengan istilah Company-Wide
Quality Control (CWQC).
Dengan konsep ini maka seluruh anggota perusahaan (pimpinan dan
karyawan) berpartisipasi, sadar, dan bertanggung jawab terhadap mutu. Sampai
sat ini dengan konsep CWQC, Jepang berhasil menjadi negara
industri terdepan di dunia dan mengalahkan semua negara industri lainnya.
Menurut Shigeum (1987), konsep CWQC berhasil dengan baik dalam usaha
penghematan biaya melalui pengurangan produk-produk gagal dan melalui
antisipasi yang lebih awal terhadap masalah-masalah mutu pada tahap
pengembangan mutu.
Perkembangan lebih lanjut dari konsep TQM setelah CWQC yang
dikembangkan di Jepang adalah standarisasi semua kegiatan dalam sistem
manajemen mutu di perusahaan (kebijakan mutu, prosedur-prosedur dalam
produksi, pemeriksaan, dan sebagainya). Konsep ini kemudian dikenal dengan
istilah ISO - 9000. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO -
9000, dapat meminta untuk diaudit ole perusahaan sertifikasi mutu independen
dan memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO
1. - 9000 (Muhandri, dkk, 2012).
2.5 Konsep pengendalian mutu pangan
Proses pengendalian mutu mengaitkan pengembangan sistem demi
memastikan produk yang diproduksi atau jasa yang dirancang sesuai dengan
persyaratan standar serta ekspektasi pelanggan baik it produsen sendiri.
Pengendalian mutu pada hakikatnya merupakan analisa serta mengidentifikasi
penyebab keragaman produk kemudian setelah itu melakukan tindakan
perbaikan pada proses produksi supaya diperoleh produk yang bermutu baik
dan seragam. Pengendalian mutu terbentuk untuk menanggulangi
penyimpangan mutu suatu produk shingga senantiasa bisa menciptakan
komoditas dengan mutu ataupun kualitas yang kompetitif baik pada pasar
lokal atau global. Tujuan umum pada pengendalian mutu yakni menjaga
standar mutu yang sudah ditetapkan bahkan bisa terus meningkatkan mutu
yang telah unggul.
Defenisi mutu dari lima pakar utama manajemen kualitas berbeda, namun,
terdapat beberapa persamaan elemen-elemen kualitas, yaitu kualitas yang
meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan; kualitas
mencakup produk (Barang dan jasa), tenaga kerja, proses dan lingkungan
kerja; kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (Nasution, 2005).
Tujuan dan maksud proses pada pengendalian mutu, yakni (Dwiloka, 2004):
1. Mengendalikan dan memonitor adanya penyimpangan mutu dari produk
2. Memberikan himbauan awal sehingga dapat mencegah mutu produk yang
menyimpang jauh.
3. Memberi tanda waktu yang sesuai pengambilan tindakan perbaikan untuk
perbaikan proses yang tidak sesuai atau menyimpang produk.
Melaksanakan suatu proses pengendalian mutu tidak wajib mengganti ataupun
menambah teknologi sebelumnya. Diusahakan tidak mengganti teknologi
yang sudah ada serta biaya produksi yang stabil namun mutu produk yang
harus terus ditingkatkan karena akan berdampak langsung dengan omset
usaha.
Mengembangkan mutu yang baik biasanya suatu industri mengambil
suatu
tindakan keputusan pengendalian kualitas. Diketahui terdapat tiga macam
tindakan pengedalian mutu yakni
(1) bagian tertentu pengendalian mutu
(2) kerjasama pada tiga bagian, yakni produksi, pengendalian mutu dan
pemasaran
(3) pengendalian mutu sistem mutu total atau distilahkan dengan sistem
kendali mutu.
2.6 Upaya pengendalian mutu pangan
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Muhandri. T., dan D, Kadarisman, 2012. Sistem Manajemen Mutu Industri
Pangan. Bogor. IPB Press.
Rihastuti., dan Soeparno, 2014. Kontrol Kualitas Pangan Hasil Ternak.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai