Anda di halaman 1dari 30

HASIL DISKUSI

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID 1


TUTORIAL 2 “PREFORMULASI SEDIAAN SUSPENSI”

DISUSUN OLEH:
KELAS A2
Ketua: Salman Alfarizy (093)
Sekretaris: Sitti Fauziah Hadifa Farhan (089)
Suraya Muh Basir (025) Fitri Sea Febriani (073)
Nurafiah Ramadhan (027) Zalima Yusliha Putri M (077)
Sumarti (029) Siti Nurhalisa (081)
Huriyah Fadhilah Rusman (031) Arul Adiva Tj (083)
Hajrah Hukman (033) Riza Sulvani (085)
St. Nur Rahmi Idris (035) Siti Nurhasibah Ali (087)
Fitriani (037) Muh. Fadhil Rahmadana T (091)
A. Ilmi Nurul Magfirah (039) A. Nurafni Khaerunniza (095)
Nur Afri Ningsih (041) Mustainna Rahman (097)
Amalia (043) Ummi Kalsum (045)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
A. Zat Aktif

1. Studi Preformulasi

a. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja domperidone adalah sebagai antagonis dari reseptor dopamin.
Produksi PIH akan tersupresi karna adanya hambatan dari neurotransmitter
dopamin, sehingga penurunan produksi dari PIH akan menyebabkan peningkatan
hormone prolaktin (Zahra, 2020).
Domperidone adalah obat yang membantu memfasilitasi gerakan peristaltik dan
pengosongan lambung melalui mekanisme penghambatan dopamine D2-receptor
dalam saluran gastrointestinal dan berbagai sistem Saraf pusat dan perifer (Ha Phan,
2014).
Domperidone bekerja dengan menghambat aksi dopamin pada reseptornya
dalam CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone) yang berada pada bagian luar darah otak
yang meregulasi mual dan muntah (Mutschler, Dinamika Obat, 1999).
b. Indikasi
Lihat dosis. ANAK: Penggunaan pada anak terbatas pada mual dan muntah akibat
sitotoksik atau radioterapi (BPOM, 2022).

Lihat dosis. ANAK: Penggunaan pada anak terbatas pada mual dan muntah akibat
sitotoksik atau radioterapi (BPOM, 2017)
Mual dan muntah akut
Dosis Dewasa termasuk lansia: 10-20 mg setiap 4-8 jam; anak: 0,2-0,4 mg/KB/BB/hari
setiap 4-8 jam (ISO, 2019)
Domperidone di anjurkan pada terapi tukak lambung dengan jalan menghindarkan
refluks empedu dari duodenum ke lambung. Obat ini jg digunakan pada refluks-
Oesophagitis untuk mencegah pengaliran kembali dari asam lambung ke tenggorokan
(Kumalasari, 2020)
c. Kontra Indikasi
Kontraindikasi dari domperidone sebagai galactogogue adalah ibu mana dengan
riwayat aritmia jantung yang telah terdiagnosis atau yang masih terduga (takiaritmia,
perpanjangan interval QT), sedang mengonsumsi obat antiaritmia, atau memiliki
penyakit kronis atau melemahkan, fungsi hati abnormal, atau penyakit pada saluran
gastro-intestinal. Federal Drug Administration (FDA) memberi peringatan lebih baik
mengonsumsi domperidone secara oral, karna dosis yang tinggi diberikan secara
intravena terbukti memicu terjadi nya aritmia (Flanders, 2012)
d. Efek Samping
Kadar prolaktin naik (kemungkinan galaktore dan ginekomasti), penurunan
libido, ruam dan reaksi alergi lain, reaksi distonia akut. (PIONAS)
Efek samping yang umum terjadi sesudah mengonsumsi domperidone adalah
mulut kering. Efek samping ini biasanya ringan dan dapat membaik dengan
sendirinya. Beberapa efek samping lain yang dapat terjadi pada sebagian orang
akibat konsumsi domperidone adalah:
Sakit kepala
Kantuk
Cemas
Diare
Nyeri payudara
Keluar susu dari payudara, baik pada laki-laki maupun perempuan
(William, 2017)
Reaksi efek samping domperidone berdasarkan kategori perkiraan frekuensi
dari uji klinik atau studi epidemiologi:
- Umum (≥ 1/100 dan < 1/10): gangguan system saraf (pusing). Frekuensi yang
tidak diketahui: reaksi anafilaksis termasuk syok anafilaksis, gangguan
ekstrapiramidal, kematian mendadak karena jantung, aritmia ventrikuler berat,
angioedema.
- Tidak umum (≥ 1/1000 dan < 1/100): agitasi, gelisah, retensi urin, fungsi hati
abnormal
- Jarang (1/10000 dan < 1/1000): konvulsi, peningkatan prolaktin darah
(medical affaris, 2015)

e. Dosis/konsentrasi
Oral: mual dan muntah akut (termasuk mual dan muntah karena levodopa dan
bromokriptin) 10-20 mg, tiap 4-8 jam, periode pengobatan maksimal 12 minggu.
ANAK: hanya pada mual dan muntah akibat sitotoksik atau radioterapi: 200-400
mcg/kg bb tiap 48 jam. Dispepsia fungsional: 10-20 mg, 3 kali sehari, sebelum makan,
dan 10-20 mg malam hari. Periode pengobatan maksimal 12 minggu. ANAK tidak
dianjurkan (PIONAS, 2015)
Untuk pengobatan mual dan muntah domperidon yang dapat diberikan dalam dosis
oral 10 sampai 20 mg tiga atau empat kali sehari sampai dengan dosis harian maksimum
80 mg atau dapat diberikan secara rektal dengan dosis 60 mg dua kali sehari (Sweetman,
2009)
Untuk pengobatan mual dan muntah domperidon yang dapat diberikan dalam dosis
oral 10 sampai 20 mg tiga atau empat kali sehari sampai dengan dosis harian maksimum
80 mg atau dapat diberikan secara rektal dengan dosis 60 mg dua kali sehari.
Anak-anak dapat diberikan domperidone dalam dosis oral yang setara dengan 250
hingga 500 mikrogram/kg tiga atau empat kali sehari; dosis harian total 2,4 mg/kg atau
80 mg, mana yang lebih kecil, tidak boleh dilampaui (Sweetman, 2009).
Secara umum, dosis efektif untuk efek prokinetik adalah 30-60 mg/hari, dosis
maksimal yang diperbolehkan sebesar 80 mg/hari. Dosis tersebut efektif pula
digunakan pada ibu hamil sebagai perangsang laktasi. Sebagian besar studi
menyebutkan bahwa penggunaan domperidone sebagai peningkat laktasi menggunakan
dosis 30 mg/hari. Sejauh ini belum ada studi yang membahas keamanan dan efektivitas
titrasi dosis maksimal domperidone sebagai galactogogue. Namun, para ahli mengawali
pemberian domperidone dalam dosis 30-90 mg/hari dengan dosis maksimal yaitu 80-
160 mg/hari (Flanders, 2012)
f. Aturan Pakai
Dosis dewasa (> 35 kg): 1 dd 10 mg dan maks. 3 x sehari (30 mg/hari); Anak dan
remaja (<35 kg): 0,25 mg/kg, maks 3 x sehari (0,75mg/kg sehari) (Rahardja, 2015)
2) Studi Farmakokinetik

a. Metabolisme

Dimetabolisme secara cepat dan ekstensif di hati oleh isoenzim CYP3A4 melalui
N -dealkilasi dan oleh isoenzim CYP3A4, CYP1A2, dan CYP2E1 melalui hidroksilasi.
Mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif (MIMS, 2021)
Domperidone mengalami metabolise saat melewati hati dan saluran cerna, dengan
mekanisme eliminasi lintas pertama (first pass metabolism). Obat ini diabsorpsi secara
oral dan memiliki bioavailabilitas tinggi. Dieksresikan melalui ginjal dan domperidone
memiliki Waktu paruh (T1/2) sekitar 7-12 jam. Kekurangan domperidone adalah tidak
dapat menembus sawar darah otak. Namun, area hipofisis anterior merupakan salah satu
area pada otak yang tidak dilindungi oleh sawar darah otak. Karna hal tersebut,
domperidone tetap dapat bekerja secara optimal pada hipofisis anterior (Thompson
Coon, 2010)
Jalur metabolisme utama adalah N-dealkilasi oleh isoenzim sitokrom P450
CYP3A4, dan hidroksilasi aromatik oleh CYP3A4, CYP1A2, dan CYP2E1. Sekitar
30% dari dosis oral diekskresikan dalam urin dalam waktu 24 jam, hampir seluruhnya
sebagai metabolit (Sweetman, 2009).

b. Absorpsi
Cepat diserap. Ketersediaan hayati: Sekitar 15%. Waktu untuk konsentrasi plasma
puncak: Kira-kira 30-60 menit (MIMS, 2021)
Bioavailabilitas sistemik domperidone hanya sekitar 15% pada subjek puasa yang
diberikan dosis oral; ini meningkat ketika domperidone diberikan setelah makan.
Bioavailabilitas yang rendah diduga karena metabolisme lintas pertama di hati dan usus.
Bioavailabilitas domperidone rektal mirip dengan setelah dosis oral, meskipun
konsentrasi plasma puncak hanya sekitar sepertiga dari dosis oral dan dicapai setelah
sekitar satu jam, dibandingkan dengan 30 menit setelah dosis oral (Sweetman, 2009).
c. Eliminasi
Melalui urin (31%; kira-kira 1% sebagai obat yang tidak berubah); kotoran (66%;
10% sebagai obat yang tidak berubah). Waktu paruh eliminasi: 7-9 jam (MIMS, 2021).
Sisa dosis diekskresikan dalam feses selama beberapa hari, sekitar 10% sebagai
obat yang tidak berubah. Itu tidak mudah melewati sawar darah-otak (Sweetman, 2009).

d. Distribusi
Masuk ke dalam ASI (dalam jumlah kecil). Ikatan protein plasma: 91-93% (MIMS,
2021). Domperidone lebih dari 90% terikat pada protein plasma, dan memiliki waktu
paruh eliminasi terminal sekitar 7,5 jam, mengalami metabolisme hati yang cepat dan
ekstensif (Sweetman, 2009).

3) Studi Sifat Fisika Kimia

Domperidon (Sweetman, 2009: 1726)


Rumus Struktur :

RM/BM : C22H24CIN5O22/425,92 g/mol

Sinonim : Domperidon; Domperidona; Domperidonas; Dompéridone;


Domperidoni; Domperidonum; R-33812. 5-Chloro-1-{1-[3-(2
oxobenzimidazolin-1-yl)propyl]-4-piperidyl}benzimidazolin 2 one,
Motilium,Nauzelin,Domperidonum,domperidonum,Domperidona,
piperidine (PIONAS, 2015)
Pemerian : Serbuk warna putih atau hanper putih atau hamper putih
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
etanol
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air sedikit larut dalam etanal.
Sedikit larut dalam alkohol& metil alkohol & larut dalam
dimetil'ormamida& dan larut dalam 1 Masam laktat.
Stabilitas : Sensitif terhadap cahaya, stabil pada suhu ≤25° C.

Tidak stabil dalam cahaya tidak stabil dalam keadaan basa dan juga
terhadap kelembapan
pKa : 7,9
Titik Lebur : 242,5°C

Inkompatibilitas : Reaksi terhadap bahan yang bersifat mengoksidasi.

Kegunaan : Zat Aktif


Penyimpanan : Terlindung dari cahaya dalam wadah tertutup baik

B. Bahan Tambahan

1. Na CMC (Carboxy Methyl Cellulose Sodium) (POM, Farmakope Indonesia Edisi


V, 2020) dan (Rowe, 2009)

Rumus struktur :

RM/BM : C12H12N2O3/232,24 g/mol

Sinonim : Meritol, neosarb, sorbitab, sorbite, sorbitolum, sorbitol

Pemerian : Serbuk granul, putih/hampir putih, tidak berbau,tidak


berasa, higroskopis setelah pengeringan.
Kelarutan : Terdispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal,
praktis tidak larut dalam aseton, alkohol 95%
Stabilitas : Menyerap banyak air (>50%), higroskopis

pengawet harus ditambahkan dilarutan sorbitol


Inkompatibilitas : Tidak kompatible dengan larutan asam kuat dan
garam terlarut dari besi dan beberapa logam
lainnya.
Konsentrasi : 1-2%

Kegunaan : Suspending agent

2. Natrium benzoat (Sweetman, 2009: 627 - 629)

Rumus struktur :
RM/BM : C3H8O2 / 76,09 g/mol
Sinonim : Garam natrium asam benzoat; benzoat soda; E211; natrii
benzoa; natrium benzoikum; tenang; sodii benzoa; asam
natrium benzoat.
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih ,tidak berbau ,stabil
diudara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air,agar sukar larut dalam etanol dan
lebih mudah larut dalam etanol 90%.
Stabilitas : Larutan berair dapat disterilkan dengan filtrasi autoklaf.
bahan curah harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
di tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Tidak sesuai dengan senyawa kuaterner, gelatin, garam
feri, garam kalsium, dan garam logam berat, termasuk
perak, timbal, dan merkuri. aktivitas pengawet dapat
dikurangi dengan interaksi dengan kaolin atau surfaktan
nonionik
Konsentrasi : 0.02% - 0.5%

Kegunaan : Pengawet antimikroba; pelumas tablet dan kapsul

3. Aquadest/Air Murni (POM, 2020: 96-97)

Rumus struktur :

RM/BM : H2O / 18,02 g/mol.

Sinonim : Purified Water, air suling, air murni, aquadest.


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.

Kelarutan : Dapat campur dengan pelarut polar.


Stabilitas : Air stabil secara kimia disemua keadaan titik.

Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat-obatan atau zat


tambahan yang rentan terhadap hidrolisis pada suhu
ruang dan tinggi air dapat beraksi cepat dengan logam
alkali, kalium klorida,magnesium oksida, anhidrat.
Konsentrasi : Ad 60 ml

Kegunaan : Sebagai pelarut.


4. Gliserin (POM, Farmakope Indonesia Edisi III, 1979) dan (Rowe, 2009: 301).

Rumus struktur :

RM/BM : C3H8O3 / 92,09 g/mol.

C10H14N2Na2O8 / 336,2 g/mol (for anhydrous)


Sinonim : Dinatrii edetas; disodium EDTA; disodium
ethylenediaminetetra acetate; edathamil disodium;
edetate disodium; edetic acid, disodium salt.
Pemerian : Cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%);
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan
dalam minyak lemak.
Stabilitas : Higroskopis dengan adanya udara dari luar (mudah
teroksidasi) mudah terdekomposisi dengan adanya
pemanasan, mengkristal dalam suhu rendah, kristal tidak
akan mencair sampai dengan suhu 200 C, akan timbul
ledakan jika dicampur dengan bahan teroksidasi
Panas/suhu : Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 derajat
Inkompatibilitas : KmnO4 , CrO3. Dalam larutan cair prosesreaksi terjadi
lambat dengan beberapa produk teroksidasi dan berubah
warna dengan adanya cahaya atau setelah kontak dengan
zink oksida ( bismut nitrat).Gliserin membentu asam borat
kompleks, asam gliseroborat, yang merupakan asam kuat
dibanding asam borat.
Konsentrasi : ≤ 30%
Kegunaan : Wetting agent

C. Alasan Pemilihan

1. Bentuk Sediaan

a. Sediaannya suspensi dibuat karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia
bila ada dalam lantan tapi stabil bila disuspensi. Dalam hal seperti ini suspense
oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk
banyak pasien karena bentuk cair lebih disukai ketimbang bentuk padal (tablet
atau kapsul dari obat yang sama) karena mudahnya. menelan cairan dan
keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih mudah
untuk memberikan dosis yang relative sangat besar, aman, mudah diberikan
untuk anak-anak juga mudah diatur penyusaian dosisnya untuk anak-anak
(Allen, 2011).

b. Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase yafu fase
kontinyu atau eksternal biasanya berupacairan atau semi padat dan fase
terdispersi atau internal. Terdiri dan bahan poshlikular yang tidak larut tetapi
terdispersi dalam fase kontinyu bahan ditujukan untuk absorpsi fisiologi fungsi
penyaluran internal dan eksternal (Lachman, 2012).
c. Bentuk sediaan suspensi diformulasikan karena beberapa zat aktif obat
mempunyai kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam
bentuk cair agar mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan
untuk menelan, mudah diberikan pada anak-anak, serta untuk menutupi rasa
pahit atau aroma yang tidak enak dari zat aktif obat (G, 2012)

2. Zat Aktif
a. Domperidon (Zat aktif)
Efek samping yang sering terjadi antara lain nyeri kepala, rasa haus, mulut
kering, diare, kram perut, dan kemerahan kulit. Pada pasien dengan kondisi
tertentu seperti riwayat aritmia jantung (Takiaritmia dan pemajangan interval
QT) dan pengguna onbat antiaritmia, efek samping yang perlu diwaspadai yaitu
pemajangan interval QT pada elektrokadiografi, sehingga dapat memicu
Torsades de Pointes atau aritmia lain. Mengingat efek ini mengancam nyawa,
Food and Drug Administration (FDA) menarik domperidone dari pasar obat
tahun 2014. Sebenarnya efek samping membahayakan tersebut muncul pada
penggunaan domperidone dosis tinggi inravena pada penderita kanker. Health
Canada's Vigilance Program telah mengonfirmasi bahwa sepanjang tahun 1965
hingga tahun 2011 tidak ditemukan lapiran kematian berkaitan dengan kasus
jantung pada wanita yang mengkomsumsi domperidone. Saat ini Health
Canada menyarankan dosis harian domperidone tidak melebihi 30 mg/hari.
Efek samping lain yang jarang yaitu efek ekstrapiramidal (dystonia, akathisia,
sindrom Parkinson) dan neuropsikiatri, karena domperidone tidak dapat
menembus sawar darah otak (Dyah, 2017). Dosis 3-4 dd, 10-20 mg O.C= anak
anak 3-4 dd 0,3 mg/kg. rektal anak anak sampai 2 tahun 2-4 dd 10 mg
(Kumalasari, 2020).
3. Bahan Tambahan

a. Aquadest (Pelarut)
- Air adalah sumber untuk banyak kehidupan dan air aman digunakan untuk
formulasi dan farmasi (Rowe, 2009: 769).
- Air sangat luas digunakan sebagai bahan baku, bahan dan pelarut dalam proses
formulasi dan pembuatan produk farmasi, zat aktif dan intermediet dan reagen
analisis (Rowe, 2009: 766).
- Kesulitan yang banyak ditemui yang merupakan factor yang amat penting dalam
formulasi suspense adalah pembasah fase padat oleh medium suspense secara
difusi, suspense pada pokoknya adalah suatu system yang tidak dapat bercampur
tetapi untuk keberadaannya suspense memerlukan beberapa derajat
kompabilitas dan pembasah bahan bahan tersuspensi dengan baik sangat penting
dalam pencampuran akhir (Lachman, 2012: 986).
b. Natrium Benzoat (Pengawet)
- Pengawet antijamur digunakan dalam preparat cairan, dan preparat setengah
padat untuk mencegah pertumbuhan jamur, seperti asam benzoate, natrium
benzoate (Allen, 2011: 145)
- Natrium benzoate digunakan terutama sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik, makanan, dan farmasi. Ini digunakan dalam konsentrasi 0,02-0,5%
dalam obat-obatan oral, 0,5% dalam produk parenteral dan 0,1-0,5% pada
kosmetik. Kegunaan natrium benzoate sebagai pengawet dibatasi oleh pH yang
sempit (Rowe, 2009 : 627).
- Aktivitas antimikroba benzoate memiliki sifat bakteriostatik dan
antijamur yang dikaitkan dengan adonan benzoate yang tidak terdisosiasi, maka
kemanjuran pengawet paling baik dilihat dalam larutan asam pH 2-5
(Rowe, 2009 : 627).
c. Na CMC (Pensuspensi atau Agen pendeflokulasi)
- Zat pensuspensi yang menambah viskositas biasanya diperlukan sebagai suatu
penambah, zat zat ini menahan pengendapan dan penggumpalan partikel
partikel dengan berfungsi sebagai pembatas energi yang mengurangi tarik
menarik antar partikel dan agregasi akhir. Beberapa zat pensuspensi yang pearch
digunakan secara luas dalam formulasi adalah natrium karbixilcelulosa (Na
CMC) (Lachman, 2012: 1006).
- Pada sediaan suspensi bahan pensuspensi harus digunakan untuk
mempertahankan proses pengendapan sehingga keseragaman dosis dapat diukur
untuk mencegah terjadinya endapan dari suatu massa zat yang sukar terdispersi
kembali dan untuk mencegah penggumpalan dari bahan bahan resin atau lemah.
Bahan pensuspensi ini bekerja dengan cara meningkatkan viskositas cairan,
hingga kecepatan sedimentasi dan fase padatan berbanding terbalik terhadap
medium suspense atau sifat hidrovilik pada partikel (Wilbur L. Scoville, 1957)
- Sodium carboximethycelulosa, CMC, CUM selulosa adalah karboksimetil eter
selulosa tersedia dalam 4 jenis viskositas = rendah. Menengah, tinggi dan sangat
tinggi, Na CMC larut dalam air panas maupun dingin untuk menambah
kekentalan pada larutan dengan sifat yang sama seperti metilselulosa. Na CMC
jernih, tidak berwarna dan tidak digunakan dalam konsentrasi 0,5-2,0 % (Wilbur
L. Scoville, 1957: 305).
d. Gliserin (Pemanis dan Pembasah)
- Pemanis atau zat pemanis digunakan untuk memaniskan suatu preparat (Allen,
2011: 147).
- Pembasah adalah suatu surfaktan yang biasa dilarutkan dalam air. Menurunkan
sudut kontak baru dan membantu memindahkan fase udara pada permukaan dan
menggantikannya suatu fase cair (Farfis II: 966). (Apt. Rony Setianto, 2021)
- Keuntungan gliserin dari zat pemanis lain karena gliserin mempunyai kegunaan
yang banyak selain pemanis seperti pembasah, pengawet dan juga sebagai
kosolven dan gliserin kira kira 0,6 kali semanis sukrosa (Rowe, 2009: 283).

D. Formulasi

1. Rancangan Formula
Nama Produk : Dolpex
Jumlah Produk : 10 Botol/60 ml

Tanggal Formulasi : 28 September 2022

Tanggal Produksi : 28 September 2023


Nomor Registrasi : DKL2210210233A2
Nomor Bets : F 2709234
Komposisi : Tiap 5 ml suspensi mengandung:
Domperidon 5 mg
Na CMC 1%

Gliserin 20%

Natrium Benzoat 0,02%

Aquadest ad 60 ml
2. Master Formula

Diproduksi Tanggal Tanggal Dibuat Disetujui


Oleh Formulasi Produksi Oleh Oleh
PT. Farm 28 September 28 September Dosen dan
Kelas A2
A2 2022 2023 Asisten
Kode Per 60 ml
Nama Bahan Fungsi Perbatch
Bahan Suspensi
01-DPN Domperidon Zat aktif 0,06 mg 600 mg
02-NC Na CMC Pensuspensi 0,6 g 6g
03-GN Gliserin Pemanis 12 g 120 g
04-NB Natrium Benzoat Pengawet 0,01 g 0,12 ml
05-AQ Aquades Pelarut 47,33 ml 473,3 ml

3. Perhitungan Bahan
5𝑚𝑔
a. Domperidon = 𝑥 60 𝑚𝑔
5𝑚𝑙
= 0,06 mg
1𝑔
b. Na CMC 1% = 𝑥 60 𝑚𝑙
100𝑚𝑙

= 0,6 g
20𝑔
c. Gliserin 20% = 100𝑚𝑙 𝑥 60 𝑚𝑙

= 12 g
0,02𝑔
d. Natrium Benzoat 0,02% = 100𝑚𝑙 𝑥 60 𝑚𝑙

= 0,01 g

e. Aquadest ad 60 𝑚𝑙 = 60 ml – (0,06g+0,6g+12g+0,01g)

= 60 ml – 12,67

= 47,33 ml
4. Perhitungan Perbatch
Jumlah yang akan dibuat 10 botol
a. Domperidon = 60 mg x 10

= 600 mg

b. Na CMC 1% = 0,6 g x 10

=6g

c. Gliserin 20% = 12 g x 10

= 120 g

d. Natrium benzoat 0,02% = 0,012 ml x 10

= 0,12 ml

e. Aquadest ad 60 ml = 47,33 ml x 10

= 473,3 ml

5. Cara Kerja

a. Cara Kerja Na CMC

1) Dimasukkan NaCMC 1% kedalam mortir kemudian dipanaskan air


2) Sebanyak 25 ml dan ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam martir berisi
NaCMC, digerus sampai larut.

b. Cara Kerja Formula

1) Dikalibrasi botol 60 ml

2) Disiapkan alat dan bahan

3) Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan

4) Dimasukkan domperidon 5 mg kedalam martir dan dibasahi dengan
gliserin


20% sedikit demi sedikit

5) Ditambahkan pensuspensi Na CMC yang telah dibuat kedalam martir yang


berisi domperidon yang telah dibasahi dengan gliserin

6) Dimasukkan natrium benzoat sebagai pengawet

7) Dimasukkan kedalam botol

8) Dicukupkan aquadest 60 ml

9) Dikemas dan diberi etiket


6. Evaluasi Sediaan

A. Uji Organoleptis

Uji organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan warna, bau dan rasa
(Sanna, 2012)

B. Uji pH

Uji pH dilakukan dengan cara mencelupkan kertas indikator yang bagian


berwarna ke dalam sediaan, lalu dilihat perubahan warnanya dengan
membandingkan pada kotak pH stik.
C. Uji Berat Jenis

Pengujian berat jenis dilakukan dengan Piknometer kosong yang bersih dan
kering ditimbang.
1) Kemudian aquadest dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang beratnya
2) Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Suspensi kombinasi ekstrak
dimasukkan ke dalam piknometer, kemudian ditimbang beratnya
3) Massa jenis suspensi kombinasi ekstrak ditentukan menggunakan rumus
(Wahyuni Rina, 2017)
D. Uji viskositas

Uji viskositas dilakukan menggunakan alat viskometer Brookfield dengan rotasi


perputaran 30 rpm.
E. Uji Sedimentasi
Suspensi kombinasi ekstrak dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 mL dan disimpan
pada suhu kamar serta terlindung dari cahaya secara langsung. Volume suspensi
kombinasi ekstrak kombinasi ekstrak yang diisikan merupakan volume awal (Vo).
Perubahan volume diukur dan dicatat setiap hari tanpa pengadukan hingga tinggi
sedimentasi konstan. Volume tersebut merupakan volume akhir (Vu). Volume
sedimentasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan F=Vu/ Vo (Allen,
2011).
F. Uji Redispersi
Tabung reaksi diputar 180° dan dibalikkan ke posisi semula. Formulasi yang
dievaluasi ditentukan berdasarkan jumlah putaran yang diperlukan untuk
mendispersikan kembali endapan partikel zat aktif agar kembali tersuspensi.
Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan diberi nilai
100 %. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka akan
menurunkan nilai redispersi sebesar 5% (Gebresamuel, 2018)
7. Etiket

8. Wadah
9. Brosur
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. (2011). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery


Systems (9th ed). Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins.
Apt. Rony Setianto, S. S. (2021). Farmasi Fisika (Vol. II). Pustaka Baru Press.
BPOM. (2022). Domperidone.
Dyah, I. K. (2017). BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. Semarang: Unimus Press.
Flanders, A. D.-y. (2012). A Consensus Statement on the Use of Domperidone To
Support Lactation. 1-7.
G, A. (2012). Sediaan Farmasi Liquida Semisolida (SFI-7). ITB Bandung.
Gebresamuel, N. &.-M. (2018). Evaluation of suspending agent properties of two local
Opuntia spp. muchilago on Paracetamol suspension. Journal of Pharmacy and
Sciences, 26(1), 23-29.
Ha Phan, A. D. (2014). The dual role of domperidone in gastroparesis and lactation.
International Journal of Pharmaceutical.
ISO. (2019). Informasi Spesialite Obat Indonesia. 52.
Kumalasari, N. D. (2020). Pengaruh Perbandingan Konsentrasi Crospovidone Dengan
Amilum Oryzae Sebagai Bahan Penghancur Pada Oral Fast Dissolving Tablet
Domperidone Base. Jurnal Farmasi Indonesia, 01(02).
Lachman, L. L. (2012). Teori dan Praktek Industri Farmasi (3th ed). (S. S. Aisyah,
Penerj.) Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Makanan, B. P. (2017, Agustus 15). BPOM. Dipetik September 2022, dari
www.pionas.pom.go.id/IONI
MIMS. (2021). Domperidone. Dipetik September 2022, dari
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/domperidone?mtype=generic dan
National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound
Summary for CID 5360696, Domperidone.
Mutschler, E. (1999). Dinamika Obat (V ed., Vol. III). Bandung: Penerbit ITB.
PIONAS, P. I. (2015). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Dipetik September 28,
2022, dari https://pionas.pom.go.id/monografi/domperidon
POM, D. (2020). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI.
POM, D. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Rahardja, T. H. (2015). "OBAT-OBAT PENTING Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya" (Vol. Edisi ke-7). Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Rowe, R. C. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients sixth edition. London:
Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Sanna, S. R. (2012). Formulation and evaluation of taste masked oral suspension of
Dextromethorphan hydrobromide. International Journal of Drug Development
and Research, 4(2), 159-172.
Sweetman, S. C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference (Vol. Thirty-sixth
edition). the Pharmaceutical Press.
Thompson Coon, J. (2010). Goodman and Gilman’s the Pharmacological Basis of
Therapeutics In Focus on Alternative and Complementary Therapies (Vol. 07).
Wahyuni Rina, S. S. (2017). Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen
Menggunakan Kombinasi Polimer Serbuk Gom Arab dan Natrium
Karboksimetiselulosa. Fakultas Farmasi Universitas Padang.
Wilbur L. Scoville, P. (1957). THE ART OF COMPOUNDING-SCOVILLE (Vol. Third
Edition). Blakiston Company.
William. (2017). Pemberian domperidon terhadap kejadian flatus jamaah umroh. Jurnal
UGM.
Zahra, F. A. (2020). PENGARUH PEMBERIAN OBAT DOMPERIDONE
TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AIR SUSU IBU (ASI). Jurnal
Medika Hutama, 02(1), 252.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai