DISUSUN OLEH:
KELAS A2
Ketua: Salman Alfarizy (093)
Sekretaris: Sitti Fauziah Hadifa Farhan (089)
Suraya Muh Basir (025) Fitri Sea Febriani (073)
Nurafiah Ramadhan (027) Zalima Yusliha Putri M (077)
Sumarti (029) Siti Nurhalisa (081)
Huriyah Fadhilah Rusman (031) Arul Adiva Tj (083)
Hajrah Hukman (033) Riza Sulvani (085)
St. Nur Rahmi Idris (035) Siti Nurhasibah Ali (087)
Fitriani (037) Muh. Fadhil Rahmadana T (091)
A. Ilmi Nurul Magfirah (039) A. Nurafni Khaerunniza (095)
Nur Afri Ningsih (041) Mustainna Rahman (097)
Amalia (043) Ummi Kalsum (045)
JURUSAN FARMASI
1. Studi Preformulasi
a. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja domperidone adalah sebagai antagonis dari reseptor dopamin.
Produksi PIH akan tersupresi karna adanya hambatan dari neurotransmitter
dopamin, sehingga penurunan produksi dari PIH akan menyebabkan peningkatan
hormone prolaktin (Zahra, 2020).
Domperidone adalah obat yang membantu memfasilitasi gerakan peristaltik dan
pengosongan lambung melalui mekanisme penghambatan dopamine D2-receptor
dalam saluran gastrointestinal dan berbagai sistem Saraf pusat dan perifer (Ha Phan,
2014).
Domperidone bekerja dengan menghambat aksi dopamin pada reseptornya
dalam CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone) yang berada pada bagian luar darah otak
yang meregulasi mual dan muntah (Mutschler, Dinamika Obat, 1999).
b. Indikasi
Lihat dosis. ANAK: Penggunaan pada anak terbatas pada mual dan muntah akibat
sitotoksik atau radioterapi (BPOM, 2022).
Lihat dosis. ANAK: Penggunaan pada anak terbatas pada mual dan muntah akibat
sitotoksik atau radioterapi (BPOM, 2017)
Mual dan muntah akut
Dosis Dewasa termasuk lansia: 10-20 mg setiap 4-8 jam; anak: 0,2-0,4 mg/KB/BB/hari
setiap 4-8 jam (ISO, 2019)
Domperidone di anjurkan pada terapi tukak lambung dengan jalan menghindarkan
refluks empedu dari duodenum ke lambung. Obat ini jg digunakan pada refluks-
Oesophagitis untuk mencegah pengaliran kembali dari asam lambung ke tenggorokan
(Kumalasari, 2020)
c. Kontra Indikasi
Kontraindikasi dari domperidone sebagai galactogogue adalah ibu mana dengan
riwayat aritmia jantung yang telah terdiagnosis atau yang masih terduga (takiaritmia,
perpanjangan interval QT), sedang mengonsumsi obat antiaritmia, atau memiliki
penyakit kronis atau melemahkan, fungsi hati abnormal, atau penyakit pada saluran
gastro-intestinal. Federal Drug Administration (FDA) memberi peringatan lebih baik
mengonsumsi domperidone secara oral, karna dosis yang tinggi diberikan secara
intravena terbukti memicu terjadi nya aritmia (Flanders, 2012)
d. Efek Samping
Kadar prolaktin naik (kemungkinan galaktore dan ginekomasti), penurunan
libido, ruam dan reaksi alergi lain, reaksi distonia akut. (PIONAS)
Efek samping yang umum terjadi sesudah mengonsumsi domperidone adalah
mulut kering. Efek samping ini biasanya ringan dan dapat membaik dengan
sendirinya. Beberapa efek samping lain yang dapat terjadi pada sebagian orang
akibat konsumsi domperidone adalah:
Sakit kepala
Kantuk
Cemas
Diare
Nyeri payudara
Keluar susu dari payudara, baik pada laki-laki maupun perempuan
(William, 2017)
Reaksi efek samping domperidone berdasarkan kategori perkiraan frekuensi
dari uji klinik atau studi epidemiologi:
- Umum (≥ 1/100 dan < 1/10): gangguan system saraf (pusing). Frekuensi yang
tidak diketahui: reaksi anafilaksis termasuk syok anafilaksis, gangguan
ekstrapiramidal, kematian mendadak karena jantung, aritmia ventrikuler berat,
angioedema.
- Tidak umum (≥ 1/1000 dan < 1/100): agitasi, gelisah, retensi urin, fungsi hati
abnormal
- Jarang (1/10000 dan < 1/1000): konvulsi, peningkatan prolaktin darah
(medical affaris, 2015)
e. Dosis/konsentrasi
Oral: mual dan muntah akut (termasuk mual dan muntah karena levodopa dan
bromokriptin) 10-20 mg, tiap 4-8 jam, periode pengobatan maksimal 12 minggu.
ANAK: hanya pada mual dan muntah akibat sitotoksik atau radioterapi: 200-400
mcg/kg bb tiap 48 jam. Dispepsia fungsional: 10-20 mg, 3 kali sehari, sebelum makan,
dan 10-20 mg malam hari. Periode pengobatan maksimal 12 minggu. ANAK tidak
dianjurkan (PIONAS, 2015)
Untuk pengobatan mual dan muntah domperidon yang dapat diberikan dalam dosis
oral 10 sampai 20 mg tiga atau empat kali sehari sampai dengan dosis harian maksimum
80 mg atau dapat diberikan secara rektal dengan dosis 60 mg dua kali sehari (Sweetman,
2009)
Untuk pengobatan mual dan muntah domperidon yang dapat diberikan dalam dosis
oral 10 sampai 20 mg tiga atau empat kali sehari sampai dengan dosis harian maksimum
80 mg atau dapat diberikan secara rektal dengan dosis 60 mg dua kali sehari.
Anak-anak dapat diberikan domperidone dalam dosis oral yang setara dengan 250
hingga 500 mikrogram/kg tiga atau empat kali sehari; dosis harian total 2,4 mg/kg atau
80 mg, mana yang lebih kecil, tidak boleh dilampaui (Sweetman, 2009).
Secara umum, dosis efektif untuk efek prokinetik adalah 30-60 mg/hari, dosis
maksimal yang diperbolehkan sebesar 80 mg/hari. Dosis tersebut efektif pula
digunakan pada ibu hamil sebagai perangsang laktasi. Sebagian besar studi
menyebutkan bahwa penggunaan domperidone sebagai peningkat laktasi menggunakan
dosis 30 mg/hari. Sejauh ini belum ada studi yang membahas keamanan dan efektivitas
titrasi dosis maksimal domperidone sebagai galactogogue. Namun, para ahli mengawali
pemberian domperidone dalam dosis 30-90 mg/hari dengan dosis maksimal yaitu 80-
160 mg/hari (Flanders, 2012)
f. Aturan Pakai
Dosis dewasa (> 35 kg): 1 dd 10 mg dan maks. 3 x sehari (30 mg/hari); Anak dan
remaja (<35 kg): 0,25 mg/kg, maks 3 x sehari (0,75mg/kg sehari) (Rahardja, 2015)
2) Studi Farmakokinetik
a. Metabolisme
Dimetabolisme secara cepat dan ekstensif di hati oleh isoenzim CYP3A4 melalui
N -dealkilasi dan oleh isoenzim CYP3A4, CYP1A2, dan CYP2E1 melalui hidroksilasi.
Mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif (MIMS, 2021)
Domperidone mengalami metabolise saat melewati hati dan saluran cerna, dengan
mekanisme eliminasi lintas pertama (first pass metabolism). Obat ini diabsorpsi secara
oral dan memiliki bioavailabilitas tinggi. Dieksresikan melalui ginjal dan domperidone
memiliki Waktu paruh (T1/2) sekitar 7-12 jam. Kekurangan domperidone adalah tidak
dapat menembus sawar darah otak. Namun, area hipofisis anterior merupakan salah satu
area pada otak yang tidak dilindungi oleh sawar darah otak. Karna hal tersebut,
domperidone tetap dapat bekerja secara optimal pada hipofisis anterior (Thompson
Coon, 2010)
Jalur metabolisme utama adalah N-dealkilasi oleh isoenzim sitokrom P450
CYP3A4, dan hidroksilasi aromatik oleh CYP3A4, CYP1A2, dan CYP2E1. Sekitar
30% dari dosis oral diekskresikan dalam urin dalam waktu 24 jam, hampir seluruhnya
sebagai metabolit (Sweetman, 2009).
b. Absorpsi
Cepat diserap. Ketersediaan hayati: Sekitar 15%. Waktu untuk konsentrasi plasma
puncak: Kira-kira 30-60 menit (MIMS, 2021)
Bioavailabilitas sistemik domperidone hanya sekitar 15% pada subjek puasa yang
diberikan dosis oral; ini meningkat ketika domperidone diberikan setelah makan.
Bioavailabilitas yang rendah diduga karena metabolisme lintas pertama di hati dan usus.
Bioavailabilitas domperidone rektal mirip dengan setelah dosis oral, meskipun
konsentrasi plasma puncak hanya sekitar sepertiga dari dosis oral dan dicapai setelah
sekitar satu jam, dibandingkan dengan 30 menit setelah dosis oral (Sweetman, 2009).
c. Eliminasi
Melalui urin (31%; kira-kira 1% sebagai obat yang tidak berubah); kotoran (66%;
10% sebagai obat yang tidak berubah). Waktu paruh eliminasi: 7-9 jam (MIMS, 2021).
Sisa dosis diekskresikan dalam feses selama beberapa hari, sekitar 10% sebagai
obat yang tidak berubah. Itu tidak mudah melewati sawar darah-otak (Sweetman, 2009).
d. Distribusi
Masuk ke dalam ASI (dalam jumlah kecil). Ikatan protein plasma: 91-93% (MIMS,
2021). Domperidone lebih dari 90% terikat pada protein plasma, dan memiliki waktu
paruh eliminasi terminal sekitar 7,5 jam, mengalami metabolisme hati yang cepat dan
ekstensif (Sweetman, 2009).
Tidak stabil dalam cahaya tidak stabil dalam keadaan basa dan juga
terhadap kelembapan
pKa : 7,9
Titik Lebur : 242,5°C
B. Bahan Tambahan
Rumus struktur :
Rumus struktur :
RM/BM : C3H8O2 / 76,09 g/mol
Sinonim : Garam natrium asam benzoat; benzoat soda; E211; natrii
benzoa; natrium benzoikum; tenang; sodii benzoa; asam
natrium benzoat.
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih ,tidak berbau ,stabil
diudara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air,agar sukar larut dalam etanol dan
lebih mudah larut dalam etanol 90%.
Stabilitas : Larutan berair dapat disterilkan dengan filtrasi autoklaf.
bahan curah harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
di tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Tidak sesuai dengan senyawa kuaterner, gelatin, garam
feri, garam kalsium, dan garam logam berat, termasuk
perak, timbal, dan merkuri. aktivitas pengawet dapat
dikurangi dengan interaksi dengan kaolin atau surfaktan
nonionik
Konsentrasi : 0.02% - 0.5%
Rumus struktur :
Rumus struktur :
C. Alasan Pemilihan
1. Bentuk Sediaan
a. Sediaannya suspensi dibuat karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia
bila ada dalam lantan tapi stabil bila disuspensi. Dalam hal seperti ini suspense
oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk
banyak pasien karena bentuk cair lebih disukai ketimbang bentuk padal (tablet
atau kapsul dari obat yang sama) karena mudahnya. menelan cairan dan
keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih mudah
untuk memberikan dosis yang relative sangat besar, aman, mudah diberikan
untuk anak-anak juga mudah diatur penyusaian dosisnya untuk anak-anak
(Allen, 2011).
b. Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase yafu fase
kontinyu atau eksternal biasanya berupacairan atau semi padat dan fase
terdispersi atau internal. Terdiri dan bahan poshlikular yang tidak larut tetapi
terdispersi dalam fase kontinyu bahan ditujukan untuk absorpsi fisiologi fungsi
penyaluran internal dan eksternal (Lachman, 2012).
c. Bentuk sediaan suspensi diformulasikan karena beberapa zat aktif obat
mempunyai kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam
bentuk cair agar mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan
untuk menelan, mudah diberikan pada anak-anak, serta untuk menutupi rasa
pahit atau aroma yang tidak enak dari zat aktif obat (G, 2012)
2. Zat Aktif
a. Domperidon (Zat aktif)
Efek samping yang sering terjadi antara lain nyeri kepala, rasa haus, mulut
kering, diare, kram perut, dan kemerahan kulit. Pada pasien dengan kondisi
tertentu seperti riwayat aritmia jantung (Takiaritmia dan pemajangan interval
QT) dan pengguna onbat antiaritmia, efek samping yang perlu diwaspadai yaitu
pemajangan interval QT pada elektrokadiografi, sehingga dapat memicu
Torsades de Pointes atau aritmia lain. Mengingat efek ini mengancam nyawa,
Food and Drug Administration (FDA) menarik domperidone dari pasar obat
tahun 2014. Sebenarnya efek samping membahayakan tersebut muncul pada
penggunaan domperidone dosis tinggi inravena pada penderita kanker. Health
Canada's Vigilance Program telah mengonfirmasi bahwa sepanjang tahun 1965
hingga tahun 2011 tidak ditemukan lapiran kematian berkaitan dengan kasus
jantung pada wanita yang mengkomsumsi domperidone. Saat ini Health
Canada menyarankan dosis harian domperidone tidak melebihi 30 mg/hari.
Efek samping lain yang jarang yaitu efek ekstrapiramidal (dystonia, akathisia,
sindrom Parkinson) dan neuropsikiatri, karena domperidone tidak dapat
menembus sawar darah otak (Dyah, 2017). Dosis 3-4 dd, 10-20 mg O.C= anak
anak 3-4 dd 0,3 mg/kg. rektal anak anak sampai 2 tahun 2-4 dd 10 mg
(Kumalasari, 2020).
3. Bahan Tambahan
a. Aquadest (Pelarut)
- Air adalah sumber untuk banyak kehidupan dan air aman digunakan untuk
formulasi dan farmasi (Rowe, 2009: 769).
- Air sangat luas digunakan sebagai bahan baku, bahan dan pelarut dalam proses
formulasi dan pembuatan produk farmasi, zat aktif dan intermediet dan reagen
analisis (Rowe, 2009: 766).
- Kesulitan yang banyak ditemui yang merupakan factor yang amat penting dalam
formulasi suspense adalah pembasah fase padat oleh medium suspense secara
difusi, suspense pada pokoknya adalah suatu system yang tidak dapat bercampur
tetapi untuk keberadaannya suspense memerlukan beberapa derajat
kompabilitas dan pembasah bahan bahan tersuspensi dengan baik sangat penting
dalam pencampuran akhir (Lachman, 2012: 986).
b. Natrium Benzoat (Pengawet)
- Pengawet antijamur digunakan dalam preparat cairan, dan preparat setengah
padat untuk mencegah pertumbuhan jamur, seperti asam benzoate, natrium
benzoate (Allen, 2011: 145)
- Natrium benzoate digunakan terutama sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik, makanan, dan farmasi. Ini digunakan dalam konsentrasi 0,02-0,5%
dalam obat-obatan oral, 0,5% dalam produk parenteral dan 0,1-0,5% pada
kosmetik. Kegunaan natrium benzoate sebagai pengawet dibatasi oleh pH yang
sempit (Rowe, 2009 : 627).
- Aktivitas antimikroba benzoate memiliki sifat bakteriostatik dan
antijamur yang dikaitkan dengan adonan benzoate yang tidak terdisosiasi, maka
kemanjuran pengawet paling baik dilihat dalam larutan asam pH 2-5
(Rowe, 2009 : 627).
c. Na CMC (Pensuspensi atau Agen pendeflokulasi)
- Zat pensuspensi yang menambah viskositas biasanya diperlukan sebagai suatu
penambah, zat zat ini menahan pengendapan dan penggumpalan partikel
partikel dengan berfungsi sebagai pembatas energi yang mengurangi tarik
menarik antar partikel dan agregasi akhir. Beberapa zat pensuspensi yang pearch
digunakan secara luas dalam formulasi adalah natrium karbixilcelulosa (Na
CMC) (Lachman, 2012: 1006).
- Pada sediaan suspensi bahan pensuspensi harus digunakan untuk
mempertahankan proses pengendapan sehingga keseragaman dosis dapat diukur
untuk mencegah terjadinya endapan dari suatu massa zat yang sukar terdispersi
kembali dan untuk mencegah penggumpalan dari bahan bahan resin atau lemah.
Bahan pensuspensi ini bekerja dengan cara meningkatkan viskositas cairan,
hingga kecepatan sedimentasi dan fase padatan berbanding terbalik terhadap
medium suspense atau sifat hidrovilik pada partikel (Wilbur L. Scoville, 1957)
- Sodium carboximethycelulosa, CMC, CUM selulosa adalah karboksimetil eter
selulosa tersedia dalam 4 jenis viskositas = rendah. Menengah, tinggi dan sangat
tinggi, Na CMC larut dalam air panas maupun dingin untuk menambah
kekentalan pada larutan dengan sifat yang sama seperti metilselulosa. Na CMC
jernih, tidak berwarna dan tidak digunakan dalam konsentrasi 0,5-2,0 % (Wilbur
L. Scoville, 1957: 305).
d. Gliserin (Pemanis dan Pembasah)
- Pemanis atau zat pemanis digunakan untuk memaniskan suatu preparat (Allen,
2011: 147).
- Pembasah adalah suatu surfaktan yang biasa dilarutkan dalam air. Menurunkan
sudut kontak baru dan membantu memindahkan fase udara pada permukaan dan
menggantikannya suatu fase cair (Farfis II: 966). (Apt. Rony Setianto, 2021)
- Keuntungan gliserin dari zat pemanis lain karena gliserin mempunyai kegunaan
yang banyak selain pemanis seperti pembasah, pengawet dan juga sebagai
kosolven dan gliserin kira kira 0,6 kali semanis sukrosa (Rowe, 2009: 283).
D. Formulasi
1. Rancangan Formula
Nama Produk : Dolpex
Jumlah Produk : 10 Botol/60 ml
Gliserin 20%
Aquadest ad 60 ml
2. Master Formula
3. Perhitungan Bahan
5𝑚𝑔
a. Domperidon = 𝑥 60 𝑚𝑔
5𝑚𝑙
= 0,06 mg
1𝑔
b. Na CMC 1% = 𝑥 60 𝑚𝑙
100𝑚𝑙
= 0,6 g
20𝑔
c. Gliserin 20% = 100𝑚𝑙 𝑥 60 𝑚𝑙
= 12 g
0,02𝑔
d. Natrium Benzoat 0,02% = 100𝑚𝑙 𝑥 60 𝑚𝑙
= 0,01 g
e. Aquadest ad 60 𝑚𝑙 = 60 ml – (0,06g+0,6g+12g+0,01g)
= 60 ml – 12,67
= 47,33 ml
4. Perhitungan Perbatch
Jumlah yang akan dibuat 10 botol
a. Domperidon = 60 mg x 10
= 600 mg
b. Na CMC 1% = 0,6 g x 10
=6g
c. Gliserin 20% = 12 g x 10
= 120 g
= 0,12 ml
e. Aquadest ad 60 ml = 47,33 ml x 10
= 473,3 ml
5. Cara Kerja
1) Dikalibrasi botol 60 ml
8) Dicukupkan aquadest 60 ml
A. Uji Organoleptis
Uji organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan warna, bau dan rasa
(Sanna, 2012)
B. Uji pH
Pengujian berat jenis dilakukan dengan Piknometer kosong yang bersih dan
kering ditimbang.
1) Kemudian aquadest dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang beratnya
2) Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Suspensi kombinasi ekstrak
dimasukkan ke dalam piknometer, kemudian ditimbang beratnya
3) Massa jenis suspensi kombinasi ekstrak ditentukan menggunakan rumus
(Wahyuni Rina, 2017)
D. Uji viskositas
8. Wadah
9. Brosur
DAFTAR PUSTAKA