PEMBUATAN RADIOFARMAKA
1. Prinsip
a. Pembuatan dan penanganan radiofarmaka berpotensial berbahaya, sehingga
produk harus dibuat sesuai prinsip dasar Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB).
b. Area radioaktif hendaklah dilengkapi dengan tekanan negatif terhadap area sekitar
dan terpisah dari area produksi/pengawasan mutu nonradioaktif. Pekerjaan
radioaktif hendaklah dilakukan dalam beta- gamma boxes/hot cells yang
dilengkapi perisai yang sesuai. Area radioaktif hendaklah dilengkapi monitor
kontaminasi atau surveimeter.
c. Jenis emisi radiasi dan waktu paruh isotop radioaktif merupakan parameter
pengukuran tingkat risiko. Perhatian khusus harus diberikan pada pencegahan
kontaminasi silang, ketertinggalan cemaran radionuklida, dan pembuangan limbah
radioaktif.
d. Pertimbangan khusus mungkin diperlukan bagi bets berukuran kecil yang sering
dibuat untuk banyak radiofarmaka.
e. Karena memiliki waktu paruh pendek, beberapa radiofarmaka diluluskan (dan
diberikan pada pasien segera setelah produksi) sebelum menyelesaikan parameter
pengujian mutu tertentu. Pengawasan Mutu adakalanya dilakukan secara
retrospektif. Dalam hal ini penilaian berkelanjutan terhadap efektivitas sistem
Pemastian Mutu menjadi sangat penting dan penerapan CPOB secara ketat dalam
memproduksi radiofarmaka adalah suatu keharusan.
2. Umum
a. Ketentuan pengendalian radiofarmaka pada umumnya bergantung pada sumber
produk dan metode pembuatan. Prosedur pembuatan dalam ruang lingkup ini
termasuk:
1) Preparasi radiofarmaka di rumah sakit yang mempunyai fasilitas kedokteran
nuklir;
2) Preparasi radiofarmaka di pusat- pusat radiofarmasi;
3) Produksi radiofarmaka di pusat dan institusi nuklir atau oleh industri farmasi;
dan
4) Preparasi dan produksi radiofarmaka di pusat PET (positron emission
tomography).
b. Radiofarmaka diklasifikasikan dalam empat kategori:
1) Produk radioaktif siap pakai;
2) Generator radionuklida;
3) Komponen nonradioaktif (“kits”) yang akan ditandai dengan radionuklida
(biasanya eluat dari generator radionuklida) untuk preparasi senyawa bertanda;
dan
4) Prekursor yang digunakan untuk penandaan radioaktif zat lain sebelum
diberikan kepada pasien (mis. sampel dari pasien).
c. Radiofarmaka, termasuk senyawa anorganik, senyawa organik, peptida, protein,
antibodi monoklonal dan fragmennya serta oligonukleotida yang ditandai
radionuklida dengan waktu paruh beberapa detik sampai beberapa hari.
3. Otoritas Pengawasan
Radiofarmaka mempunyai komponen bahan obat dan bahan radioaktif. Oleh
karena itu ada dua Otorita Pengawasan yang bertanggung jawab untuk pengawasan
radiofarmaka yaitu Badan POM dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Catatan: Pembuatan radiofarmaka harus mengikuti Pedoman CPOB secara umum
termasuk Aneks 1 Pembuatan Produk Steril untuk pembuatan radiofarmaka steril.
Beberapa ketentuan yang berlaku spesifik terhadap penanganan bahan radioaktif
harus mengikuti peraturan yang diterbitkan Bapeten, antara lain yang menetapkan
standar dasar bagi perlindungan kesehatan masyarakat umum dan karyawan terhadap
bahaya radiasi pengion.
4. Personalia
a. Semua personil (termasuk petugas pembersihan dan perawatan) yang bekerja di
area pembuatan produk radioaktif hendaklah mendapat pelatihan tambahan,
khususnya mengenai perlindungan terhadap radiasi.
b. Fasilitas pembuatan radiofarmaka, apakah suatu rumah sakit, pusat radiofarmasi,
pusat atau institusi nuklir, industri farmasi, atau pusat PET, termasuk para
personil yang bekerja di dalam lembaga tersebut hendaklah berada di bawah
pengawasan seorang yang memiliki catatan pembuktian keberhasilan akademis
serta menunjukkan keahlian dan pengalaman praktis dalam bidang radiofarmasi
dan higiene radiasi. Personil pendukung akademis dan personil teknis hendaklah
memiliki pendidikan pasca-sarjana yang diperlukan atau pelatihan teknis dan
pengalaman sesuai dengan fungsinya.
c. Personil yang bekerja di area radioaktif, area bersih dan area aseptis, hendaklah
hati-hati diseleksi, untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk
menerapkan bagian CPOB yang relevan dan tidak mengidap penyakit atau berada
dalam kondisi yang dapat memengaruhi integritas produk. Tes kesehatan personil
hendaklah dilakukan pada saat perekrutan dan kemudian secara berkala.
Perubahan status kesehatan pribadi (misal dari hasil tes hematologi) dapat
mengakibatkan personil tersebut dikeluarkan sementara dari area di mana
terdapat paparan sinar radiasi.
d. Jumlah personil yang diperbolehkan berada di area bersih dan area aseptis
hendaklah dibatasi ketika proses sedang berjalan. Akses ke area ini hendaklah
dibatasi selama proses persiapan radiofarmaka, kit atau komponen penunjang
steril. Sedapat mungkin inspeksi dan prosedur pengendalian hendaklah
dilaksanakan dari luar area.
e. Saat bekerja, personil dapat melewati area radioaktif dan nonradioaktif namun
harus mengikuti peraturan keselamatan tentang pengendalian radiasi
(pengendalian fisika medis).
f. Pelulusan bets untuk industri radiofarmaka hendaklah mendapat persetujuan
hanya dari kepala Pemastian Mutu yang berpengalaman dalam bidang pembuatan
radiofarmaka. Catatan: Pelulusan bets produk dari fasilitas di luar industri
radiofarmaka misal: rumah sakit diatur terpisah – Lihat: Paragraf Radiofarmasi
Rumah Sakit Butir 156-183.
g. Untuk memastikan keselamatan kerja dalam pembuatan radiofarmaka, para
personil hendaklah mendapatkan pelatihan mengenai CPOB, penanganan yang
aman terhadap bahan radioaktif dan prosedur keselamatan radiasi. Personalia
wajib mengikuti pelatihan berkala agar dapat mengikuti perkembangan terbaru
dalam bidangnya.
h. Semua personil yang terlibat dalam proses produksi, perawatan dan pengujian
hendaklah mengikuti pedoman untuk penanganan bahan radioaktif dan dipantau
terhadap kemungkinan terkena kontaminasi dan/atau paparan radiasi.
5. Kualifikasi
a. Kepala Produksi hendaklah seorang yang memiliki kualifikasi sebagai spesialis
radiofarmasi, apoteker, dan sarjana kimia atau disiplin ilmu yang berhubungan
dengan pengetahuan teknik sterilisasi, dosimetri radiasi serta disiplin ilmu dan
keahlian lain.
b. Kepala Pengawasan Mutu hendaklah diutamakan seorang yang memiliki
kualifikasi sebagai spesialis radiofarmasi, apoteker, sarjana kimia, ahli
mikrobiologi atau sekurang- kurangnya mendapat pendidikan di perguruan tinggi
dalam bidang yang relevan.
c. Kepala Pengawasan Mutu hendaklah telah mendapat pelatihan dan memiliki
pengalaman praktis yang memadai sehingga sanggup melaksanakan tugas secara
profesional, dan memiliki pengetahuan tentang teknik sterilisasi, dosimetri radiasi
dan keahlian lain yang relevan.
6. Pelatihan
a. Semua personil yang bekerja secara langsung dalam kegiatan preparasi dan
produksi radiofarmaka dan personil yang karena tugasnya harus memasuki area
pembuatan hendaklah mendapat pelatihan yang sesuai dengan lingkup kerjanya
dan tentang prinsip CPOB khususnya dalam pembuatan radiofarmaka.
b. Pelatihan hendaklah dilaksanakan oleh personil yang terkualifikasi. Perhatian
khusus hendaklah diberikan pada pelatihan personil yang bekerja dalam area
bersih dan area steril, area beradiasi tinggi atau area biohazard.
c. Catatan pelatihan hendaklah dibuat dan penilaian terhadap efektivitas program
pelatihan hendaklah dibuat secara periodik.
Bangunan
1. Umum
a. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain sedemikian rupa sehingga memberikan
proteksi kepada personil dan lingkungan dari radiasi dan kontaminasi.
b. Tata letak ruang fasilitas radioisotop hendaklah disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan, luas area yang diperlukan dan prosedur serta peraturan yang dipersyaratkan
untuk melindungi personil dari kontaminasi radioaktif.
c. Untuk memastikan keamanan personil dan radiofarmaka yang dibuat (dalam hal
sterilitas, toksisitas, dan kemurnian), prosedur untuk memasuki dan meninggalkan
fasilitas radiofarmaka atau fasilitas radioaktif hendaklah dibuat dan salinannya
ditempelkan di pintu fasilitas sebagai pengingat.
d. Pemrosesan bahan-bahan untuk produk nonradiofarmaka/ nonradioisotop hendaklah
dipisahkan dari produksi radiofarmaka/ radioisotop.
e. Dalam pembuatan radiofarmaka, suatu analisis risiko dapat dilakukan untuk menentukan
perbedaan tekanan udara antar ruang, arah alir udara dan kualitas udara yang tepat.
f. Untuk mengungkung radioaktifitas, tekanan udara di mana produk radioaktif terpapar
hendaklah lebih rendah dibandingkan dengan area sekitar. Namun demikian, perlu
diperhatikan juga perlindungan produk dari kontaminasi lingkungan.
g. Radionuklida yang mudah menguap seperti Iodium-131 hendaklah ditempatkan dalam
lemari asam. Generator radionuklida, seperti generator Teknesium-99m perteknetat,
hendaklah ditempatkan dalam ruangan yang higienis dan terkendali di mana risiko
pelepasan kontaminasi radioaktif di udara rendah.
h. Dispensing radiofarmaka untuk dosis pasien individual hendaklah dilakukan pada
kondisi berisiko mikrobiologi rendah, dengan penekanan pada keselamatan radiasi pada
saat pengambilan dosis, penerimaan radiofarmaka, pemantauan latar dan lain-lain.
Perisai, alat ukur radioaktivitas dan lain-lain hendaklah tersedia selama dispensing
tersebut.
i. Rekonstitusi kit umumnya dilakukan dalam prosedur langkah tunggal (single step closed
procedure). Tempat kerja yang terkungkung diperlukan bila pendidihan, pemanasan atau
reaksi kimia dilakukan dalam rekonstitusi kit.
j. Pusat laboratorium/pelayanan dispensing hendaklah memiliki ruang aseptis (isolator)
untuk melakukan elusi generator, rekonstitusi kit dan dispensing radiofarmaka; ruang
pengukuran radioaktivitas setelah dispensing untuk kegunaan internal atau eksternal
(untuk rumah sakit lain); ruang untuk menyimpan bahan radioaktif dan lain-lain.
k. Preparasi radiofarmaka yang berasal dari pasien, seperti penandaan radioaktif sel darah,
hendaklah dilakukan di dalam ruang aseptis yang terkungkung dan dilengkapi dengan
filter HEPA. Peralatan yang digunakan, area kerja dan prosedur pengoperasian yang
digunakan hendaklah memastikan keselamatan, higiene dan proteksi radiasi terhadap
produk dan personil yang terlibat.
l. Ruang kecil dan terpisah hendaklah disediakan untuk preparasi radiofarmaka yang
berasal dari pasien. Untuk menghindarkan kontaminasi silang biologis, hanya boleh
dilakukan satu proses penandaan radioaktif pada satu saat. Proses penandaan atau
dispensing lain tidak boleh dilakukan secara bersamaan dalam ruang yang sama.
m. Sistem tata udara fasilitas produksi radiofarmasi hendaklah memenuhi persyaratan untuk
mencegah kontaminasi produk dan paparan personil yang bekerja terhadap radioaktif.
Tekanan udara dan pola aliran udara yang sesuai hendaklah diatur melalui metode
isolasi/ penyelubungan yang tepat. Sistem tata udara, baik untuk area radioaktif maupun
nonradioaktif hendaklah dilengkapi alarm sehingga personil yang bekerja di laboratorium
dapat diperingatkan bila terjadi kegagalan pada sistem ini.
n. Pembuatan radiofarmaka turunan darah atau plasma manusia hendaklah menggunakan
fasilitas dan peralatan tersendiri. Otoklaf yang digunakan di area produksi radiofarmaka
dapat ditempatkan di balik perisai timbal untuk meminimalkan paparan radiasi ke
operator.
o. Produk radioaktif hendaklah disimpan, diproses, dikemas dan diawasi di sarana tersendiri
dan terkungkung. Peralatan yang digunakan hendaklah khusus untuk pembuatan
radiofarmaka.
p. Udara yang disedot dari area di mana produk radioaktif ditangani hendaklah tidak
disirkulasi; lubang udara keluar hendaklah didesain untuk menghindarkan kemungkinan
kontami- nasi lingkungan dari zat radioaktif berbentuk partikel dan gas. Hendaklah ada
sistem untuk mencegah udara memasuki area bersih melalui saluran penyedot udara,
misal ketika kipas penyedot udara sedang tidak berfungsi.
q. Area sintesis bahan awal hendaklah terpisah dari area produksi dan dilengkapi dengan
sistem ventilasi/pembuangan udara terpisah.
r. Sistem pembuangan khusus harus tersedia untuk efluen radioaktif. Sistem ini hendaklah
dirawat secara efektif dan seksama untuk mencegah kontaminasi dan paparan limbah
radioaktif terhadap personil baik di dalam maupun di luar fasilitas.
s. Bak cuci hendaklah tidak berada di area aseptis. Bak cuci yang terpasang di area bersih
lain hendaklah terbuat dari bahan yang sesuai dan disanitasi secara teratur. Tindakan
pencegahan hendaklah diambil untuk menghindarkan kontaminasi sistem pembuangan
air dari efluen radioaktif.
t. Sistem pencahayaan dan sistem tata udara hendaklah didesain untuk mendapatkan suhu
dan kelembaban nisbi yang tepat bagi personil yang bekerja dengan pakaian pelindung.
Bangunan hendaklah dalam kondisi terawat. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara
teratur dan dilakukan perbaikan jika perlu. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk
menjamin bahwa kegiatan perbaikan atau perawatan bangunan tidak menyebabkan
dampak merugikan pada mutu produk. Bangunan hendaklah memiliki ruangan yang
memadai luasnya untuk kegiatan yang dilakukan, memungkinkan alur kerja yang efisien
serta komunikasi dan supervisi yang efektif. Seluruh bangunan dan ruangan hendaklah
bersih, higienis dan bebas dari kontaminasi radioaktif.
u. Semua wadah bahan radiofarmaka tanpa memperhatikan dari tahap produksi mana
asalnya, hendaklah diberi identifikasi dengan label yang tidak mudah lepas. Kontaminasi
silang hendaklah dicegah melalui beberapa atau seluruh cara berikut:
1) pemrosesan dan pengisian di area terpisah;
2) menghindarkan pembuatan produk yang berbeda pada waktu yang sama, kecuali
diadakan pemisahan yang efektif terhadap kegiatan tersebut;
3) mengungkung pemindahan bahan dengan cara menggunakan ruang penyangga udara
(airlock), penyedotan udara, penggantian baju dan pencucian serta dekontaminasi
peralatan secara seksama;
4) melindungi terhadap risiko kontaminasi yang disebabkan oleh resirkulasi udara tercemar
yang belum disaring, atau pemasukan kembali tanpa sengaja udara yang disedot;
5) menggunakan “sistem tertutup” dalam pembuatan;
6) mencegah terbentuknya aerosol; dan
7) menggunakan wadah steril.
v. Unit pengaturan udara terpisah hendaklah digunakan untuk area radioaktif dan
nonradiaoktif. Udara dari area radioaktif hendaklah disedot ke luar melalui filter yang
sesuai dan diperiksa kinerjanya secara teratur.
w. Pipa, katup, dan filter ventilasi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memudahkan
validasi pembersihan dan dekontaminasi.
2. Peralatan
a. Otoklaf yang digunakan di area produksi untuk radiofarmaka dapat ditempatkan di
belakang perisai timbal untuk mengurangi paparan radiasi terhadap karyawan.
b. Otoklaf tersebut hendaklah diperiksa kontaminasi radioaktifnya segera setelah digunakan,
untuk meminimalkan kontaminasi silang vial pada siklus penggunaan otoklaf berikutnya
dan untuk menghindarkan distribusi vial yang terkontaminasi.
c. Glove box dan enclosure lain hendaklah juga sering dibersihkan bagian dalam dan
luarnya untuk menghindarkan bagian luar vial terkontaminasi.
d. Tang penjepit dan pinset yang digunakan dalam glove box dan enclosure lain hendaklah
juga sering dibersihkan dan diperiksa. Perisai timbal seperti pot timbal, bata timbal yang
digunakan untuk meminimalkan paparan radiasi terhadap karyawan hendaklah selalu
diperiksa keutuhan catnya dan dijaga kebersihannya.
e. Surveimeter hendaklah digunakan untuk memantau kontaminasi zat radioaktif. Sebelum
digunakan, kinerja alat ukur tersebut hendaklah dibandingkan terhadap sumber standar
berumur panjang.
f. Alat ukur laju-dosis hendaklah digunakan untuk memantau paparan radiasi yang timbul
dari sumber radiasi. Kalibrasi alat ukur tersebut hendaklah diperiksa tiap tahun dengan
membandingkan responsnya terhadap alat ukur laju-dosis lain yang telah dikalibrasi
terhadap standar nasional atau standar sekunder.
g. Alat pencacah gamma boleh manual atau otomatis. Karena alat pencacah mungkin
diperlukan untuk mengukur sejumlah radionuklida yang berbeda pada rentang aktivitas
yang lebar, maka pemilihan tipe pencacah gamma hendaklah mempertimbangkan dengan
seksama tujuan penggunaannya.
h. Kalibrator dosis radionuklida adalah instrumen utama untuk pengukuran radioaktivitas
radiofarmaka dan merupakan instrumen wajib di tiap fasilitas produksi dan rumah sakit.
Instrumen yang biasa digunakan adalah well-type ionization chamber.
i. Spektrometer sinar gamma digunakan untuk pengawasan mutu kemurnian radionuklida
dari radiofarmaka. Agar dapat menggunakan spektrometer sinar gamma dengan kinerja
tinggi, seluruh sistem perlu disetel dan dipertahankan secara tepat. Bentuk pulsa dan
amplifier gain hendaklah disetel secara berkala. Kalibrasi energi, Full Width at Half
Maximum (FWHM) dan peak counting efficiency dan pemeriksaan area puncak,
pengujian radioaktivitas, akurasi, presisi hendaklah dilakukan secara berkala.
j. Catatan hendaklah disimpan untuk semua perawatan dan perbaikan instrumen, laporan
kesalahan, relokasi instrumen dan tiap perubahan yang dilakukan terhadap perisai. Semua
catatan hendaklah disimpan selama umur pakai instrumen.
PRODUKSI STERIL
a. Untuk produksi steril, area kerja di mana produk atau wadah kemungkinan terpapar
hendaklah memenuhi persyaratan lingkungan sesuai Aneks 1 Pembuatan Produk Steril.
b. Bila menggunakan sistem tertutup dan otomatis, misal hot-cell untuk sintesa kimia,
pemurnian, penyaringan steril di tempat, lingkungan dengan kelas kebersihan C mencukupi.
Hot-cell hendaklah memenuhi kelas kebersihan yang tinggi, dengan udara masuk yang
disaring, dalam keadaan tertutup. Aktivitas aseptis harus dilakukan di area kelas A.
c. Sebelum memulai produksi, perakitan peralatan steril dan penunjang (selang, saringan steril
dan vial steril yang sudah tertutup dan tersegel ke jalur pengisian yang tertutup rapat) harus
dilakukan dalam kondisi aseptis.
1. Pembuatan Kit Steril
a. Jika garam Stano (Sn2+) digunakan dalam pembuatan kit nonradioaktif, larutan ruahan
hendaklah dialiri gas nitrogen dengan kemurnian sangat tinggi yang disaring selama
preparasi. Kegagalan dalam menjaga kondisi di atas dapat mengurangi stabilitas produk
akhir.
b. Penyaringan adalah metode terpilih untuk sterilisasi larutan ruahan yang digunakan dalam
preparasi kit nonradioaktif steril.
2. Sterilisasi Sinar Gamma
a. Kit beku kering dapat disterilisasi dengan iradiasi sinar gamma, namun dampak iradiasi
terhadap komponen kit hendaklah diteliti. Uap air residu dalam produk beku kering dapat
memberikan dampak buruk terhadap stabilitas komponen kit selama iradiasi. Kandungan
uap air di dalam kit beku kering yang akan disterilisasi dengan sinar gamma hendaklah
dikendalikan secara seksama.
3. Radiofarmaka Positron Emission Tomography (PET)
a. Banyak radiofarmaka yang digunakan dalam PET dipreparasi dengan menggunakan
radionuklida berumur pendek. Karena waktu paruh tersebut sangat pendek, preparasi
radiofarmaka hendaklah dilakukan di institusi medis atau yang berdekatan. Secara umum,
prinsip yang berlaku untuk radiofarmaka juga berlaku untuk radiofarmaka PET. Karena
tidak mungkin melakukan pengujian lengkap atas preparasi ini sebelum diberikan kepada
pasien, maka proses preparasi dan pengawasan mutunya hendaklah divalidasi secara
menyeluruh.
b. Dikarenakan umur produk yang pendek, pelulusan dapat didasarkan pada pengujian
terbatas. Uji lain dapat dilakukan setelah penggunaan produk oleh pasien untuk
mengonfirmasi kesesuaian produk.
c. Pengujian hendaklah ditetapkan untuk memastikan kinerja yang memuaskan dari
peralatan otomatis. Persyaratan untuk piranti lunak komputer mungkin diperlukan.
d. Untuk radiofarmaka yang ditandai dengan radionuklida yang waktu paruhnya lebih dari
20 menit, pada tiap bets produk direkomendasikan untuk dilakukan uji pH, pemerian,
kemurnian radiokimia, aktivitas spesifik (bila berisiko toksik atau bila lokalisasinya
tergantung pada massa jaringan (mass-dependent)).
e. Sterilitas, apirogenisitas, kemurnian kimia, kemurnian radionuklida, dan kemurnian
radiokimia hendaklah ditetapkan sebagai bagian dari uji pengawasan mutu akhir selama
validasi proses preparasi dan untuk bets produksi awal. Tiap penyebab kegagalan dalam
memenuhi spesifikasi hendaklah dijelaskan. Penyelidikan hendaklah dilakukan terhadap
kejadian kegagalan kritis seperti untuk sterilitas atau kemurnian radiokimia. Bila
penyelidikan tersebut memerlukan perubahan prosedur, maka validasi ulang hendaklah
dipertimbangkan.
f. Stabilitas terhadap radiasi untuk semua komponen yang terpapar radiasi tinggi hendaklah
ditetapkan, demikian juga jadwal perawatan dan penggantiannya.
g. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada kondisi iradiasi untuk menetapkan dampak
perubahan pada tiap parameter kemurnian radionuklida, radiokimia atau kimia produk
akhir. Parameter kritis meliputi arus berkas, energi ambang, energi partikel, komposisi
isotop dari bahan target, penempatan target, waktu iradiasi, komposisi bahan pendukung
dan kemurnian kimia target.