Anda di halaman 1dari 73

TUGAS MATA KULIAH ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL)

Pengembangan Pembangkitan PLTGU Priok 2.075 MW Meningkat Menjadi 2.723 MW


Di Komplek PT. Indonesia Power UPJP Priok

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Mursid, M.Si.

DISUSUN OLEH :

ANINDYA SOFWA WARDANI 25000120140336 5 KL

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2022
RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN WAJIB AMDAL

A. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


1. Rencana Kegiatan
Nama Usaha dan/atau Kegiatan: Pengembangan Pembangkitan PLTGU Priok
2.075 MW Meningkat Menjadi 2.723 MW Di Komplek PT. Indonesia Power UPJP
Priok.
Nama dan jabatan penanggung jawab usaha dan/atau Kegiatan :
Nama Perusahaan : PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan
Penanggung Jawab : Robert Aprianto Purba
Jabatan : General Manager
Identitas Penyusun AMDAL:
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 pasal 10 ayat 1, dalam
penyusunan dokumen Addendum ANDAL, RKL-RPL Pengembangan Pembangkit
PLTGU Priok 2.075 MW Meningkat Menjadi 2.723 MW, PT PLN (Persero) UIP
V dalam penyusun dokumen tersebut meminta bantuan kepada perusahaan yang
telah memiliki LPJP (Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan AMDAL), yaitu :
Nama Konsultan : PT. Gelar Buana Semesta
Registrasi Kompetensi : 031/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH
Alamat : JL Mentor No. 62 Sukaharja ± Kota Bandung 40175
Penanggung Jawab : Ir. Ardi E. Saleh
Telepon : (022) 6014292
Email : bandung@kwarsahexagon.co.id
Susunan pelaksana penyusun Addendum ANDAL, RKL-RPL Pengembangan
Pembangkit PLTGU Priok 2.075 MW Meningkat Menjadi 2.723 MW sebagai
berikut:
a. Tim Penyusun AMDAL
No Nama Jabatan Keterangan Masa Berlaku
Tanggal Akhir
Terbit
1 Didin Sukma Ketua KTPA INTAKINDO, 22 Januari 22
R.Z, ST Tim Reg No 2016 Januari
K.008.01.10.000140 2019
2 Nurlaela, S.Si Ahli KTPA INTAKINDO, 8 Oktober 8 Oktober
Biologi Reg No 2013 2016
K.068.10.13.10.000446
3 Drs. Mochsin Ahli ATPA INTAKINDO, 24 24
Bimahendra Sosekbud Reg No Oktober Oktober
A.003.10.09.10.000068 2015 2018

b. Tenaga Ahli
No Nama Jabatan Keterangan
1 Drs. Dadan Sumiarsa, Ahli Kimia-Fisik Sertifikat AMDAL,
M.Si PPSDAL UNPAD 2016
2 Bram Fatahillah Sasmita, Ahli Hidro Oceanografi Sertifikat AMDAL,
MT PPSDAL UNPAD 2016
3 Prim Hardito, ST., MT Ahli Sipil
4 Hira Nurdin Zainal Ahli Kelistrikan
Hasan, ST
5 Dr. Sony Adam Ahli Kesehatan
Masyarakat
6 Tri Sigit, ST., MT Ahli Mekanikal
7 Ir. M Gunawan B Ahli Transportasi
8 Maryodi, ST Ahli Geodesi

2. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang akan ditelaah


Pengembangan Pembangkitan PLTGU Priok 2.075 MW Meningkat Menjadi 2.723
MW Di Komplek PT. Indonesia Power UPJP Priok.
PLTGU Tanjung Priok dikelola oleh Unit Pembangkitan dan Jasa
Pembangkitan (UPJP) Priok, yang merupakan salah satu Unit Pembangkitan yang
dimiliki oleh PT Indonesia Power. PT Indonesia Power merupakan anak perusahaan
dari PT PLN (Persero) yang bergerak didalam bidang pembangkitan tenaga listrik
dan usaha lain yang terkait. PT. Indonesia Power berdiri tanggal 3 Oktober 1995
dengan nama PT Pembangkitan Jawa Bali I (PT PJB I) dan pada tanggal 1
September 2000 berubah menjadi PT Indonesia Power. Saat ini unit eksisting
PLTGU Tanjung Priok mempunyai total kapasitas 2075 MW yang terdiri dari :
a. PLTGU Blok 1 Kapasitas 590 MW
b. PLTGU Blok 2 Kapasitas 590 MW
c. PLTGU Blok 3 Kapasitas 743 MW
d. PLTG Westinghouse Kapasitas 2 x 26 MW
e. PLTU Unit 3 & 4 Kapasitas 2 x 50 MW
Kebutuhan bahan bakar gas untuk PLTGU blok 1, blok 2 dan blok 3 pada tahun
2015 sebesar 57.117.571 MMBTU, sedangkan penggunaan HSD (High Speed
Diesel) pada tahun yang sama sebesar 7.129.346 liter. Kebutuhan bahan bakar MFO
(Marine Fuel Oil) sudah tidak digunakan seiring dengan stop stand by PLTU Unit
3 & 4 sejak tanggal 25 Januari 2012.
Kebutuhan air pendingin untuk PLTGU blok 1 dan blok 2 sebesar 2.510.400
m3 /hari, PLTGU blok 3 sebesar 1.564.800 m3 /hari, sedangkan PLTU Unit 3 & 4
dalam kondisi stop stand by.
PLTU Unit 3 & 4 dan PLTG Westinghouse masih layak operasi, namun karena
memiliki kapasitas yang relatif kecil sedangkan kebutuhan listrik di DKI dan
sekitarnya sangat besar, maka perlu adanya peningkatan kapasitas yang besar.
Adapun PLTU Unit 3 & 4 dan PLTG Westinghouse akan di relokasi ke Provinsi
NTB yang sangat membutuhkan penambahan daya listrik.
Pada lokasi eksisting PLTU Unit 3 & 4 dan PLTG Westinghouse akan dibangun
PLTGU Jawa ± 2 (1x800 MW) ± 5,2 Hektar dari luas total lahan sebesar 23,8 Ha.
Dengan adanya penambahan tersebut maka kapasitas yang semula 2.075 MW
menjadi 2.723 MW.
Dengan adanya rencana pembangunan PLTGU Jawa - 2 (1x800 MW) tersebut,
maka akan berubah kapasitas yang semula PLTU Unit 3, unit 4 dan westinghouse
masing-masing Kapasitas 2 x 50 MW dan 2 x 26 MW berubah menjadi Blok baru
dengan kapasitas 800 MW.

Pembangunan PLTGU Jawa-2 (1x800 MW) yang berada di atas lahan ± 23,8
Hektar akan mengadendum AMDAL sebelumnya yang telah mendapatkan
rekomendasi dari BPLHD Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 15 Oktober 2002
dengan nomor 15/-1.777.6 dan rekomendasi updating RKL/RPL pembangunan
PLTGU 1180 MW, PLTU 2x50 MW dan rencana pembangunan PLTGU 720 MW
Tanjung Priok (PT. Indonesia Power) nomor 46/-1.774.151.

3. Lokasi, Luas lahan dan luas bangunan


Rencana pembangunan PLTGU Jawa - 2 (800 MW) akan menggunakan lahan
eksisting PLTU unit 3 & 4 dan PLTG Westinghouse, yang akan dibongkar. Dengan
adanya penambahan sebesar 800 MW, maka secara keseluruhan total kapasitas
yang dimiliki oleh PLTGU Tanjung Priok menjadi 2775 MW. Pembangunan
PLTGU Jawa-2 (1x800 MW) ini berada di atas lahan ± 23,8 Hektar.
Lokasi rencana pembangunan PLTGU Jawa ± 2 (1 x 800 MW) Combined Cycle
Power Plant (CCPP) berada sekitar 10 km Timur laut dari Pusat Kota Jakarta, 25
km dari Bandara Soekarno Hatta dan berada antara Laut Jawa dan Sungai Japat.
Lahan yang digunakan adalah lahan bekas PLTU unit 3&4, dan PLTG
Westinghouse di Komplek Pembangkit Listrik Unit Pembangkitan dan Jasa
Pembangkitan (UPJP) Priok Jakarta Utara. Oleh karena itu akan dilakukan
pembongkaran bangunan dan peralatan pembangkit dari ex pembangkit thermal
tersebut. Beberapa bangunan lain yang juga akan dibongkar antara lain gudang dan
bengkel.
Luas lahan yang akan digunakan untuk pembangunan PLTGU Jawa ± 2 (1x800
MW) ± 5,2 Ha. Secara administrasi lokasi rencana pembangunan PLTGU Jawa ± 2
(1x800 MW) terletak di Kelurahan Tanjung Priok Kecamatan Tanjung Priok
Kotamadya Jakarta Utara dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa
b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Sungai Japat
c. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Ancol
d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Pelabuhan Nusantara II Tanjung Priok
4. Hasil pelibatan masyarakat
Hasil pelibatan masyarakat (konsultasi publik) rencana kegiatan telah dilakukan
oleh Pemrakarsa pada tanggal 16 Juni 2015 bertempat di PT Indonesia Power UPJP
Priok dengan hasil sebagai berikut :
a. Menjaga kondisi infrastruktur jalan, terutama jalan akses masuk kendaraan
proyek.
b. Dalam pelaksanaan kegiatan agar selalu berkoordinasi dan berkomunikasi
dengan wilayah kecamatan setempat.
c. Mengatur jam operasional kendaraan proyek.
d. Rekrutmen tenaga kerja agar disesuaikan dengan kebutuhan dan memanfaatkan
tenaga kerja dari wilayah terdekat.
e. Menjaga kondisi lingkungan serta konsisten dengan hal-hal yang tertuang
dalam kajian ANDAL, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
f. Menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sekitar agar tetap nyaman, aman
dan asri.

B. Penapisan Tahap I mengacu pada Permen LH nomor 38 tahun 2019


Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 38 Tahun 2019, pengembangan
Pembangkitan PLTGU Priok 2.075 MW Meningkat Menjadi 2.723 MW Di Komplek
PT. Indonesia Power UPJP Priok ini termasuk ke dalam bidang Energi dan Sumber
Daya Mineral bagian Ketenagalistrikan dengan jenis kegiatan Pembangunan PLTGU.
Pembangunan ini termasuk ke dalam AMDAL kategori B.
AMDAL Kategori B merupakan AMDAL yang secara lingkup rencana Usaha
dan/atau Kegiatan cukup kompleks, sensitifitas lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
cukup sensitif serta membutuhkan data rona lingkungan hidup yang cukup kompleks.
Suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib AMDAL ditetapkan menjadi
Kategori B bila memiliki skala nilai kumulatif 6 – 9 (enam sampai dengan sembilan).
AMDAL Kategori B dengan lama penyusunan paling lama 120 (seratus dua puluh)
hari.

Tabel 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 38 Tahun 2019


No Jenis Skala/Bes Alasan Ilmiah Kategori Alasan Ilmiah
Kegiatan aran Khusus Amdal* Kategori Amdal
2 Pembangunan

a. PLTD, ≥ 100 MW Berpotensi Kategori 1. Memerlukan


PLTG, PLTU, (dalam menimbulkan B waktu pengumpulan
PLTGU, satu dampak pada: a. data rona lingkungan
PLTDG, lokasi) Aspek fisik kimia, yang cukup lama
PLTMG, terutama pada sehingga diperoleh
PLTMGU, kualitas udara data yang cukup
Marine Vessel (emisi ambient mewakili kondisi
Power Plant dan kebisingan) yang ada; 2. Dalam
dan termasuk dan kualitas air menghitung besaran
pembangkit (ceceran minyak dampak usaha
Hybrid EB pelumas, limbah dan/atau kegiatan
bahang) serta air membutuhkan kajian
tanah. b. aspek yang mendalam; 3.
sosial, ekonomi Memerlukan waktu
dan budaya pengumpulan data
terutama pada rona lingkungan
pembebasan lahan yang cukup lama
dan keresahan sehingga diperoleh
masyarakat. data yang cukup
mewakili kondisi
yang ada.
*) Khusus Pertambangan, Migas, pembangkit dan panas bumi Tidak Termasuk
Kegiatan yang perizinannya diproses melalui OSS, sehingga tidak memerlukan
penentuan kategori Amdal.
C. Rona Lingkungan Hidup Awal
1. Komponen Lingkungan Geo-Fisik-Kimia
a. Topografi
Wilayah studi berada di dekat Tanggul Kali Bintang Mas dengan kondisi
topografi berkisar antara + 0,07-0,71 mdpl dan daratan di sepanjang Pantai
Festival berkisar antara + 0,17-1,46 mdpl.
b. Iklim
Kota Jakarta terletak pada ketinggian antara ± 0 mdpl (Tanjung Priok) sampai
50 mdpl (bagian selatan Kota Jakarta). Iklim Kota Jakarta sama seperti kota lain
di Indonesia, yaitu tropis.
Tabel 2. Kondisi Iklim dari Stasiun Tanjung Priok Tahun 2012 – 2013

Dari data di atas dapat dilihat bahwa suhu rata-rata bulanan berada pada rentang
27,2-29,5°C. Suhu terendah ada pada bulan Januari 2013 dan suhu tertinggi
pada bulan Oktober 2013. Sedangkan kelembaban udara rata-rata berkisar
antara 69-83%. Kelembaban udara tertinggi pada bulan Januari 2013 dan
terendah pada September 2012. Curah hujan rata-rata berkisar antara 0-626 mm,
tertinggi di bulan Januari 2013 dan terendah Agustus 2012. Arah angin dominan
dari Stasiun Tanjung Priok berubah mengikuti arah angin muson. Pada bulan
November-Maret ergerak ke Barat Laut sedangkan April-Oktober bergerak kea
rah Timur Laut. Sedangkan dari hasil pengukuran langsung tanggal 9-10
Februari 2015 di Pantai Festival dan halaman Hotel Mercure diperoleh hasil :
1. Suhu udara : 25,9-35,7°C
2. Kelembaban relatif : 59-71%
3. Kecepatan angin : 0,2-3,3 km/jam
4. Arah angina dominan : Timur
c. Kualitas Udara
Kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan dinilai cukup baik dan masih memenuhi
baku mutu semua parameter. Hasil sampling di Pantai Festival dan halaman
Hotel Mercure adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Kondisi Kualitas Udara di sekitar Lokasi Kegiatan


d. Kebisingan
Dari hasil sampling di tiga titik lokasi dekat lokasi kegiatan dapat disimpulkan
bahwa semua masih di bawah nilai baku mutu untuk kawasan rekreasi,
perdagangan, dan jasa.
Tbale xx. Kebisingan di sekitar lokasi kegiatan

e. Geoteknik
Wilayah Ancol secara geografis ada di daerah yang mayoritas tanahnya berada
pada dataran rendah. Dari laporan hasil penyelidikan tanag oleh PT. Puri Fajar
Mandiri tahun 2012 diketahui kondisi tanah sangat lunak ditemukan di
permukaan dasar pantai sedalam 8 m dan 3,5 m. selain itu hasil tes laboratorium
menunjukkan kandungan tanah di dasar laut lokasi reklamasi berupa jenis clay
dan silt, tidak ada unsur pasir.
f. Air permukaan
Air permukaan terdekat dari lokasi reklamasi dan berpotensi untuk terdampak
yaitu Kali Bintang Mas yang berada di sisi barat lokasi reklamasi. Air di Kali
Bintang Mas sudah tercemar, beberapa parameter yang melewati baku mutu
yaitu kecerahan, DO, amonia total, fosfat total, nitrat, kromium VI, coliform
total, dan bakteri pathogen. Pencemaran bersumber dari ceceran oli bekas
kegiatan perawatan kapal di Pantai Marina yang masuk ke Kali Bintang Mas
(kromium VI) serta buangan air limbah domestik di Kali Bintang Mas
(pencemar lain).
g. Air Laut
Kualitas air Laut Jawa di sekitar lokasi reklamasi telah tercemar dengan
beberapa parameter yang melewati baku mutu seperti kecerahan, DO, fosfat
total, nitrat, kromium VI, coliform total, dan bakteri patogen. Sumber
pencemaran diketahui berasal dari ceceran oli bekas kegiatan perawatan kapal
di Pantai Marina yang terbawa air laut serta buangan air limbah domestic.
2. Komponen Lingkungan Biologi
a. Biota Darat
Kondisi vegetasi di kawasan Ancol umumnya vegetasi buatan yang terdiri atas
vegetasi pekarangan dengan fungsi utama estetika dan penghijauan. Jenis
vegetasi paling dominan yaitu tanaman hias, tanaman produksi, tanaman
penghijauan, perdu, semak, dan rumput-rumputan. Sedangkan fauna yang
dominan ditemukan di sekitar kawasan Ancol adalah jenis burung, serangga,
dan mamalia.
b. Biota Laut
 Plankton
Plankton merupakan kelompok organisme renik yang melayang dalam
badan air dan tidak mampu bergerak melawan arus. Plankton terbagi
atas phytoplankton dan zooplankton. Peranan phytoplankton di perairan
adalah sebagai produsen primer bagi ekosistem perairan dan merupakan
indikator produktivitas suatu ekosistem perairan, karena perannya yang
sangat besar sebagai penyedia pakan (nutrien) bagi konsumen
(zooplankton, ikan, dll). Tingkat kelimpahan dan jumlah taxa
fitoplankton dan zooplankton tertinggi di Laut Jawa sebelah Timur
lokasi kegiatan. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) untuk
fitoplankton di keempat titik sampling dan zooplankton di Laut Jawa
sebelah Utara adalah tinggi (H’ > 3).
Tabel 4. Kondisi Nekton di sekitar Lokasi Kegiatan
 Benthos
Benthos mencakup semua organisme yang hidup di dasar perairan.
Peranan benthos di perairan sangat besar, antara lain sebagai pengurai
bahan-bahan organik yang terdapat di dasar perairan dan sebagai
indikator biologis apabila terjadi penurunan kualitas ekosistem perairan.
Tabel 5. Kondisi Benthos di sekitar Lokasi Kegiatan

 Ikan Netkon
Ikan (Nekton) merupakan biota air yang mempunyai pergerakan lebih
bebas dibandingkan plankton dan benthos sehingga dapat berpindah dari
satu tempat ke tempat lain bila terjadi perubahan fisik kimia perairan.
Tabel 6. Jenis dan Jumlah Nekton di sekitar lokasi kegiatan
3. Komponen Lingkungan Sosial-Ekonomi dan Budaya
a. Jumlah penduduk dan kependudukan
Penduduk di Kelurahan Ancol sesuai data profil Kelurahan Ancol/Laporan
Bulanan Bulan Juli 2014 berjumlah 28.725 jiwa dengan distribusi sebanyak
15.157 orang penduduk laki-laki dan 13.568 orang penduduk perempuan.
Angka kepadatan penduduk di wilayah tersebut yaitu 50 jiwa/Ha.
b. Fasilitas ekonomi
Beberapa infrastruktur ekonomi yang terdapat di Kelurahan Ancol adalah
sebagai berikut:
Tabel 7. Infrastruktur ekonomi di Kelurahan Ancol

c. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Ancol adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Sarana Pendidikan di Kelurahan Ancol


d. Sarana peribadatan
Distribusi jumlah tempat ibadah di Kelurahan Ancol yaitu 9 buah masjid, 16
buah musholla, dan 2 buah vihara.
e. Fasilitas kesehatan
Beberapa fasilitas kesehatan yang ada di wilayah Kelurahan Ancol yaitu :
Tabel 9. Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Ancol

f. Persepsi dan Aspirasi Masyarakat


Terdapat 40 reponden terlibat dari pengunjung Pantai Festival, Dufan dan
Ecopark, karyawan/tamu Hotel Mercure, dan penduduk Kelurahan Ancol di
sekitar lokasi reklamasi yang diperkirakan terkena dampak kegiatan. 85%
responden mengetahui adanya kegiatan reklamasi Pulau K dan sisanya tidak
karena kurang memperhatikan lingkungan sekitarnya. Sebesar 65% responden
khawatir akan terjadi kepadatan arus lalu lintas di sekitar lokasi reklamasi
sedangkan 25% reponden khawatir transportasi laut di perairan sekitar lokasi
terganggu oleh aktivitas pengangkutan material lewat laut. Sedangkan 35%
reponden memiliki persepsi akan adanya harapan dan faktor positif dari adanya
reklamasi Pulau K, yaitu terbuka kesempatan kerja untuk pekerja konstruksi
(22,5%) dan tenaga keamanan (12,5%).
Ada beberapa kekhawatiran responden terhadap kondisi lingkungan sekitar
akibat kegiatan reklamasi, seperti udara berdebu di musim kemarau (12,5%),
kebisingan (7,5%), kurangnya suplai air bersih (2,5%), muncul genangan saat
hujan lebat dan pasang laut (55%), jalanan sekitar kotor (40%), air laut sekitar
lokasi proyek tercemar (25%), serta kehilangan kesempatan bekerja dan
berusaha di lokasi kegiatan (5%). Seluruh responden menyatakan bahwa di
setiap RT dan RW di Kelurahan Ancol masih ada upacara adat yang dilakukan
baik bersama maupun sendiri, seperti kematian, perkawinan, kesenian, arisan,
pengajian, gotong-royong, khitanan, dan HUT RI. Sebagian besar responden
(95%) mengatakan kondisi keamanan di Kelurahan Ancol masih baik atau
aman, sedangkan sisanya menyatakan kadang masih ada gangguan keamanan
seperti pencurian dan keributan di lingkungan sekitar akibat kesalahpahaman.
4. Komponen Kesehatan Masyarakat
a. Kondisi Kesehatan Masyarakat
Beberapa penyakit yang diderita pasien yang berobat di Puskesmas Ancol yaitu:
Tabel 10. Data Penyakit di Kelurahan Ancol Tahun 2011 – 2013

b. Kondisi Sanitasi Lingkungan


 Suplai Air Bersih
Air bersih untuk perumahan kawasan Ancol barat disuplai PAM dari
tapping di depan Restauran Hailai dan didistribusikan ke setiap unit
rumah melalui pipa diameter 50- 150 mm, sedangkan air bersih untuk
kegiatan rekreasi di Taman Impian Jaya Ancol disuplai dari hasil
pengolahan Instalasi Penyulingan Air Laut Tahap I kapasitas 5.000 m3
/hari yang dibangun PT. Pembangunan Jaya Ancol dan beroperasi sejak
pertengahan tahun 2011. Suplai air bersih untuk penduduk Kelurahan
Ancol berasal dari PAM, air tanah, dan mobil tangki/gerobak penjual
air. Selain itu terdapat prasarana air bersih yang dikelola kelompok
swadaya masyarakat yaitu satu buah mobil tangki (4000 liter) dan tiga
unit modul terminal air (3000 liter) yang dilengkapi tiga unit gerobak air
dan jerigen.
 Pengelolaan limbah cair
Air limbah domestik dari Blok I, II, III, dan V kawasan Ancol barat
diolah di IPAL komunal yang dikelola PT. Pembangunan Jaya Ancol
Tbk. Hasil pengolahan akan dibuag ke saluran kawasan dan mengalir ke
south drain menuju Kali Bintang Mas. Sedangkan untuk Blok IV Metro
Marina Residence diolah di IPAL individual dengan sistem anaerob
kemudian dialirkan ke saluran tertutup intern yang memiliki fungsi lain
untuk menampung dan mengalirkan limpasan air hujan ke south drain
menuju Kali Bintang Mas. Untuk pengolahan limbah tinja di daerah
pemukiman Kelurahan Ancol dilakukan dengan septik tank setiap
tumah, sedangkan air limbah domestic dan air hujan langsung dibuang
ke saluran kota.
 Pengelolaan limbah padat
Sampah domestik masing-masing rumah di kawasan Ancol barat
ditampung dalam bak sampah setiap rumah kemudian diangkut truk
tertutup ke Anco Zero Waste di Pantai Karnival Ancol setiap hari. Sisa
sampah yang tidak terangkut akan dibawa oleh tiga truk sampah milik
Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta ke TPA Bantar Gebang. Sampah
organic akan diolah jadi kompos, sedangkan sampah anorganik didaur
ulang. Total volume sampah domestik kawasan Ancol barat mencapai
±40 m3 /hari, sedangkan sampah daun mencapai ±16 m 3 /hari. Sampah
dari Kelurahan Ancol ditampung dalam bak sampah dan diangkut oleh
petugas kebersihan kelurahan menuju ke Dipo Sampah (sebagai TPS)
baru diangkut oleh truk Dinas Kebersihan ke TPA.
D. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
a. Batas Wilayah Studi
1. Batas proyek, yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana kegiatan akan
dilakukan, termasuk komponen kegiatan tahap pra-konstruksi, konstruksi,
operasi dan pasca operasi.
2. Batas ekologis, yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan
dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media
lingkungan masing-masing (seperti air dan udara), untuk batas ekologis dengan
media air dibatasi sampai 500 m lepas pantai, sedangkan untuk media udara
sebaran debu dibatasi pada radius 100 m dari lokasi kegiatan.
3. Batas sosial, yaitu ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung
norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur
sosial). Batas sosial dalam kajian ini meliputi Kelurahan Ancol di Kecamatan
Pademangan, Kelurahan Tanjungpriok dan Kelurahan Warakas di Kecamatan
Tanjung Priok yang secara kesuluruhan berada di Jakarta Utara.
4. Batas administratif, yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan (seperti
RW, kelurahan, kecamatan) yang wilayahnya tercakup tiga unsur batas di atas.
Untuk kegiatan ini batas admisnistrasi dibatasi oleh 3 Kelurahan yaitu :
Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan serta Kelurahan Tanjungpriok dan
Kelurahan Warakas Kecamatan Tanjung Priok di Jakarta Utara.

Jadi, batas wilayah studi merupakan resultante dari batas proyek, batas sosial, batas
ekologis dan batas administrasi.

b. Batas Waktu Kajian


Batas waktu kajian adalah batas waktu yang akan digunakan dalam melakukan
prakiraan dan evaluasi dampak dalam kajian ANDAL. Batas waktu kajian untuk
kegiatan pembangunan PLTGU Jawa-2 (1x800 MW) dibagi dalam tahapan
kegiatan sebagai berikut:
No Komponen Dampak Penting Batas Waktu
Lingkungan Hipotetik Kajian
I Tahap Prakonstruksi
1 Kimia-Fisik Penurunan kualitas udara 6 bulan
Peningkatan kebisingan 6 bulan
2 Sosial ekonomi dan Keresahan masyarakat 1 tahun
Budaya
II Tahap Konstruksi
1 Fisik - kimia Penurunan kualitas udara 1 tahun
Peningkatan kebisingan 1 tahun
Penurunan kualitas air 1 tahun
permukaan
Gangguan lalu lintas 2 tahun
Kerusakan Jalan 2 tahun
2 Sosial, Ekonomi dan Kesempatan kerja & 1 tahun
Budaya berusaha
Peningkatan pendapatan 1 tahun
Keresahan masyarakat 1 tahun
3 Kesehatan masyarakat Sanitasi lingkungan 1 tahun
III Tahap Operasional
1 Fisik ± kimia Penurunan kualitas udara 1 tahun
Peningkatan kebisingan 1 tahun
Penurunan kualitas air laut 1 tahun
Hidrooceanografi 1 tahun
(Temperatur)
2 Sosial, Ekonomi dan Gangguan biota laut 1 tahun
Budaya
3 Kesehatan masyarakat Keresahan masyarakat 1 tahun

E. Flowchart Tahap Pengembangan Pembangkitan PLTGU Priok 2.075 MW


Meningkat Menjadi 2.723 MW di Komplek PT.Indonesia Power UPJP Priok
Kegiatan pengembangan pembangkitan PLTGU Priok 2.075 MW Meningkat Menjadi
2.723 MW di Komplek PT.Indonesia Power UPJP Priok ini terbagi atas empat tahap,
yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasional, dan tahap pasca
operasional.
Tahap
Pengembangan
Pembangkitan

Tahap Pra Tahap Konstruksi Tahap Operasi Tahap Pasca


Konstruksi Operasi

v
Sosialisasi Mobilisasi dan Pengoperasian Penghentian
Rencana Pemukiman PLTGU Operasional
Kegiatan Tenaga Kerja PLTGU Jawa -
2
Pembongkaran Pembuatan Pemeliharaan
PLTU Unit ¾ kantor proyek PLTGU
dan PLTG
Westinghouse
Mobilisasi Alat dan
Bahan Material

Penyiapan Lahan
Konstruksi

Pekerjaan Sipil,
Mekanikal dan Elektrikal

Pembangunan
Sarana dan
Prasarana PLTGU

Commissioning

1. Tahap Pra Konstruksi


 Sosialisasi Rencana Kegiatan
Sosialisasi rencana kegiatan merupakan kegiatan penyampaian rencana
/ deskripsi kegiatan dan tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan oleh
Pemrakarsa bertempat di PT Indonesia Power UPJP Priok yang dihadiri
oleh Camat Tanjung Priok, Wakil Camat Pademangan, Polres
Pelabuhan Tanjung Priok, Ditpolair Baharkam Analis Kebijakan
Madya, Kapuskopal Kolinlamil, Danramil Penjaringan, Kelurahan
Warakas, Ancol, Tanjung Priok, Pademangan Barat serta perwakilan
dari masyarakat. Adapun materi sosialisasi yang disampaikan sebagai
berikut : Latar belakang, Lokasi rencana proyek, Gambaran umum
PLTGU, Pelaksanaan pekerjaan, Sumber bahan bakar, Perizinan dan
lingkungan hidup, Konstribusi pembangunan.
 Pembongkaran PLTU Unit ¾ dan PLTG Westinghouse
Sebelum dimulainya kegiatan konstruksi PLTGU Jawa-2 (800 MW)
terlebih dahulu Bangunan dan Peralatan yang telah melampaui umur
layanan (ex PLTU unit ¾ dan PLTG Westinghouse) di Komplek
Pembangkit Listrik UPJP Priok akan dibongkar, termasuk gudang dan
bengkel. Hasil bongkaran akan diangkut keluar PLTGU Priok melalui
jalur laut menuju Lombok Provinsi NTB.
2. Tahap Konstruksi
 Mobilisasi dan Pemukiman Tenaga Kerja
Pengadaan tenaga kerja pada saat konstruksi akan dilaksanakan
kontraktor pelaksana dan dianjurkan menggunakan penduduk wilayah
studi sebagai tenaga kerja terutama untuk pekerjaan yang tidak
memerlukan keahlian khusus. Diperkirakan secara kumulatif jumlah
tenaga kerja pada saat konstruksi sebanyak 2.204 orang dan bersifat
fluktuatif. Tempat tinggal tenaga kerja merupakan tanggung jawab
Kontraktor dan tidak akan berada di dalam area proyek dan PLTGU.
Merujuk pengalaman pembangunan PLTGU Priok Blok 3, tenaga kerja
akan tinggal di mes, kos, atau menyewa rumah di daerah Ancol,
Warakas, Sunter dan Tanjung Priok.
 Pembuatan kantor proyek
Pembuatan kantor proyek merupakan tempat sementara para pekerja
proyek, yang akan dibuat oleh kontraktor proyek, diwilayah terdekat
dengan lokasi proyek. Jumlah kantor proyek sebanyak 1 buah dan akan
menyesuaikan dengan jumlah pekerja pada saat pelaksanaan pekerjaan
konstruksi berlangsung.
 Mobilisasi Alat dan Bahan Material
Alat berat untuk kegiatan Pembangunan PLTGU Jawa ± 2 800 MW akan
dimobilisasi dengan menggunakan transportasi laut melalui pelabuhan
Tanjung priok. Bahan bangunan dimobilisasi dengan angkutan darat ke
lokasi kegiatan, yang akan melalui Jalan RE. Martadinata dan Jalan
Ketel. Jenis peralatan yang digunakan adalah: back hoe / dozer, dump
truck, kompresor, jack hammer, loader, pompa cor, excavator dragline,
excavator clamshell, truk pengaduk dan batching mixer.
 Penyiapan Lahan Konstruksi
Setelah lahan bersih dari pembongkaran bangunan eks PLTU Unit 3 dan
4, kemudian dilakukan penyiapan lahan dengan kegiatan seperti gali
urug, perataan tanah (levelling) pemadatan lahan yang didukung dengan
operasional alat berat, seperti back hoe, dump truck, roller dan
compactor.
 Pekerjaan Sipil, Mekanikal dan Elektrikal
Pekerjaan sipil terdiri atas soil investigation, Site preparation (cleaning
dan levelling), dan Pilling. Pekerjaan mekanikal terdiri dari pemasangan
unit pembangkit utama, yaitu Pemasangan Gas Turbine; Pemasangan
Heat Recovery Steam Generator (HRSG); Pemasangan Steam Turbine;
Pemasangan Cooling Water System dan Condenser; Pemasangan
Deaerator; Pemasangan Desalination & Demineralization; Pemasangan
Feedwater pump; dan Pemasangan Fire Fighting System. Pekerjaan
elektrikal terdiri dari pemasangan alat-alat elektrikal utama.
 Pembangunan Sarana dan Prasarana PLTGU
Bangunan utama yang akan dibangun adalah gedung pembangkit
Pembangunan power house, gedung kontrol, administration building,
EDG House, workshop, guard rooms, water reservoirs, water treatment
plant, river intake pump house, fire fighting pump house, standard
permanent sea water side fencing, boundary wall dan lain-lain
Sedangkan fasilitas penunjang yang akan dibangun adalah fasilitas
drainase, pintu pengambilan dan saluran air untuk pendingin serta
pemasangan pipa dari control gas station yang telah tersedia di dalam
kompleks.
 Commissioning
Commissioning merupakan tahap percobaan dari seluruh sarana dan
prasarana yang telah dibuat. Tahap Commissioning akan berlangsung
selama ± 20 bulan.
3. Tahap Operasi
 Pengoperasian PLTGU
Kegiatan ini dilakukan dengan mengoperasikan peralatan dan mesin
pembangkit menggunakan bahan bakar gas alam. Untuk air pendingin
akan digunakan air dari Sungai Kalijapat. Pengoperasian PLTGU
diawali dengan pembakaran bahan bakar di ruang pembakaran (burner).
Di dalam ruang pembakaran dimasukan udara bertekanan tinggi dari
kompresor, sehingga dihasilkan gas panas. Selanjutnya gas panas
tersebut digunakan untuk memutar turbin gas dan generator, sehingga
dihasilkan energi listrik. Gas buang yang masih mengandung panas,
digunakan untuk memanaskan HRSG, sehingga dapat dihasilkan uap air
(steam). Uap air ini selanjutnya digunakan untuk memutar turbin uap
dan generator, sehingga dihasilkan listrik.
Gambar 1. Diagram Proses PLTGU

 Pemeliharaan PLTGU
Secara periodik dan kontinyu sesuai standar tata cara operasional
dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap mesin-mesin
pembangkit, penggantian pelumas dari peralatan dan mesin pembangkit
serta pemeliharaan cerobong. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya
untuk mengoptimalkan pembangkit serta mencegah kerusakan berat.
Dalam tahap operasional, terdapat beberapa pekerjaan non teknik yang
dapat dilakukan oleh pekerja lokal seperti menjadi cleaning service,
office boy, security dan lain sebagainya.
4. Tahap Pasca Operasi
 Penghentian Operasional PLTGU Jawa-2
Kegiatan pada tahap pasca operasional adalah penghentian operasional
pembangkit. Pada tahap ini terdapat penghentian pekerja secara
menyeluruh.
F. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di sekitar lokasi
Berdasarkan peta kegiatan sekitar menunjukan bahwa terdapat kegiatan lain di sekitar
lokasi kegiatan antara lain: Pergudangan, Industri, dan permukiman penduduk.
Pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan dengan pengelolaan
sesuai dengan arahan kajian lingkungan sebelumnya diprakirakan tidak menimbulkan
gangguan terhadap kegiatan sekitar tersebut.
G. Dampak Penting Hipotetik
Prakiraan dampak penting merupakan tahapan pembuktian dari dampak penting
hipotetik (DPH) mengacu pada besaran dampak dan sifat penting dampak berdasarkan
dari deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang ditambahkan. Pelingkupan
merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi
dampak penting hipotetik yang terkait dengan rencana kegiatan Pembangunan.
Pelingkupan dilakukan melalui tiga tahap yaitu identifikasi dampak potensial, evaluasi
dampak potensial serta klasifikasi dan prioritas. Pelingkupan adalah proses untuk
menemukan atau menetapkan dampak penting atau masalah utama dari suatu kegiatan
terhadap lingkungannya. Proses pelingkupan dilakukan sejak awal kegiatan yang
dimaksudkan untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting hipotetik yang terkait dengan rencana kegiatan. Dengan cara ini diharapkan
dapat diwujudkan pengkajian yang efisien, baik dalam hal waktu, tenaga maupun biaya.
Berdasarkan pertimbangan hasil observasi ke lapangan, kajian pustaka serta saran,
pendapat dan masukan dari masyarakat pada saat konsultasi publik, maka dampak
penting hipotetik dari kegiatan pembangunan PLTGU yaitu :
a. Tahap Prakonstruksi
- Penurunan kualitas udara
Kegiatan pembongkaran (demolishing) PLTU unit 3 & 4 berpotensi
mengemisikan debu ke udara menyebabkan penurunan kualitas udara ambien
sekitarnya. Debu tersebut berasal dari kegiatan serpihan bangunan yang
dihancurkan. Faktor emisi dari kegiatan pembongkaran adalah 0,250 kg/m2
(usbr.gov.reports), adapun luas bangunan yang dibongkar sekitar 5,2 ha (52.000
m2 ) selama 6 bulan (180 hari), Oleh karena itu, pada saat operasional kegiatan
pembongkaran PLTU 3 & 4 diperkirakan 0,250 kg/m2 x 52.000 m2 = 2166
kg/bulan atau 0,8 g/detik. Berdasarkan hasil pemantauan, konsentrasinya masih
memenuhi baku mutu, dan daerah sekitarnya bukan merupakan daerah
permukiman (> 1 km dari lokasi permukiman) sehingga tidak ada manusia yang
terkena dampak, serta dampak berlangsung sementraa pada saat konstruksi,
maka dampak pembongkaran PLTU 3 & 4 terhadap kualitas udara adalah
negatif tidak penting.
- Peningkatan kebisingan
Kegiatan pembongkaran (demolishing) PLTU 3 dan 4 dapat menyebabkan
peningkatan tingkat kebisingan di tapak proyek dan sekitarnya. Tingkat
kebisingan dari pembongkaran PLTU 3 dan 4 UBJ Priok berasal dari kendaraan
berat yang lalu lalang seperti dump, truck, buldoser. Berdasarkan hasil
perhitungan tingkat kebisingan akhirnya masih memenuhi baku mutu, daerah
sekitarnya bukan merupakan daerah permukiman (> 1 km dari lokasi
permukiman), sehingga tidak ada manusia yang terkena dampak, dan dampak
berlangsung sementra pada saat pembongkaran maka dampak pembongkaran
PLTU 3 & 4 terhadap kualitas udara adalah negatif tidak penting.
- Keresahan masyarakat
Sebagai langkah awal untuk melaksanakan kegiatan tersebut maka perlu
dilakukan kegiatan penetapan Tapak dan sigi berupa pengukuran dan
pemasangan patok pada area yang direncanakan untuk pembangunan dan
pembongkaran PLTGU Tanjung Priok ini.
Tabel 11. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penetapan dan sigi
Yang Berdampak Keresahan Sosial
No Kriteria Penentu Sifat Keterangan Sifat Dampak
Penting Dampak
1 Jumlah Tenaga Kerja Keresahan masyarakat akibat Negatif
Yang Terkena Dampak pertentangan dapat melibatkan penting (NP)
seluruh warga masyarakat di tiga
kelurahan, minimal sebanyak
jumlah kepala keluarga 40 594
orang
2 Luas wilayah persebaran Tiga Kelurahan dalam wilaya studi, Negatif Tidak
dampak dan tidak melebar wilayah di luara Penting (NTP)
batas wilayah studi
3 Intensita dan lamanya Intensitas dampak yang terjadi Negatif
dampak berlangsung berniali 13,38, menurut skala penting (NP)
keresahan masyarakat bernilai
kurang. Lamanya dampak
berlangsung selama tahap Pra
konstruksi dilaksanakan yang dapat
mencapai 1 tahun dapat berlanjut
hingga tahap konstruski dan operasi
4 Banyaknya komponen Ketertiban masyarakat Negatif
lingkungan yang terkena penting (NP)
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Tidak ada akumulasi dampak dara Negatif
gangguan ketertiban Penting (NP)
6 Berbalik dan tidak Berbalik setelah kegiatan Negatif Tidak
berbalik dampak kesepakatan atas hal yang Penting (NP)
dipertentangkan
Kesimpulan Negatif Penting (NP)

b. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan pemukiman Tenaga Kerja
- Terbukanya peluang kerja & usaha
Kegiatan perekrutan tenaga kerja tahap konstruksi rangkaian pembangunan
pembangkit listrik ini ini dapat memberikan dampak positif terciptanya
kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat di lokasi studi yang memiliki
keahlian di bidang konstruksi.
Tabel 12. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penggunaan Tenaga
Kerja Yang Berdampak Pada Terbukanya Peluang Kerja
- Peningkatan Pendapatan
Kegiatan perekrutan tenaga kerja tahap konstruksi rangkaian pembangunan
penataan kawasan pantai ini dapat memberikan dampak positif terciptanya
kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat di lokasi studi yang memiliki
keahlian di bidang konstruksi.
Tabel 13. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penggunaan Tenaga
Kerja Yang Berdampak Pada Peningkatan Pendapatan
- Keresahan Masyarakat
Tabel 14. Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Keresahan Sosial
No Kriteria Penentu Keterangan Sifat Dampak
Sifat Penting
Dampak
1 Jumlah Tenaga Kerja Jumlah penduduk lokal di Penting
Yang Terkena pemukiman berstatus sebagai
Dampak pencari kerja yaitu mencapai 5,63%
dari angkatan kerja atau mencapai
4.239 jiwa
2 Luas wilayah Kel. Ancol, Tanjung Priok dan Penting
persebaran dampak Warakas
3 Lamanya dampak Selama tahap konstruksi Penting
berlangsung berlangsung sampai dengan
sebelum tahap operasional.
4 Intensitas Dampak Dampak yang ditimbulkan yaitu
persepsi negatip masyarakat yang
menganggap bahwa kegiatan
mobilisasi tenaga kerja pada
kegiatan konstruksi tidak
memrioritaskan penduduk
setempat., meskipun ada
penyeimbang dari sejumlah
penduduk yang direkrut dan aktif
dalam kegiatan konstruksi.
4 Banyaknya Komponen yang terkena dampak Penting
komponen adalah ketertiban sosial yang
lingkungan yang berdampak pada gangguan
terkena dampak kelancaran aktivitas penduduk dan
gangguan terhadap kegiaan
konstruksi PLTGU Tanjung Priok
5 Sifat kumulatif Dampak berlangsung selama tahap Penting
dampak konstruksi
6 Berbalik dan tidak Dampak negatif berbalik apabila Penting
berbalik dampak ada komunikasi dan kesepakatan
antara penduduk dengan
manajemen PLTGU Tanjung Priok
mengenai hal±hal yang dapat
mengakomodasi kebutuhan kerja
penduduk lokal.
Kesimpulan Negatif Penting (NP)

2. Pembuatan Kantor Proyek


- Sanitasi Lingkungan
Aktivitas seluruh pekerja proyek diprakirakan menimbulkan dampak berupa
timbulan sampah. Apabila diasumsikan setiap pekerja menghasilkan limbah
padat (sampah) 2 liter/orang per hari, maka akan ada timbulan sampah sebesar
600 liter/hari atau 0,6 m3 per hari. Timbulan sampah tersebut dikumpulkan
dalam tempat sampah yang telah disediakan, sebelum dilakukan pengangkutan
ketempat penampungan sementara, sehingga dampaknya dikategorikan negatif
tidak penting.
3. Mobilisasi Alat dan Bahan Material
- Penurunan kualitas udara ambien
Berdasarkan hasil pengujian kualitas udara menunjukkan bahwa kualitas udara
di sekitar lokasi rencana pembangunan PLTGU Jawa 2 (1 x 800 MW) masih
sangat baik dan jauh dari ambang batas baku mutu yang ditetapkan. Namun,
setelah dilakukan perhitungan peningkatan konsentrasi TSP akhirnya tinggi dan
telah melebihi baku mutu (230 µg/Nm3), daerah sekitar mobilisasi terdapat
daerah permukiman (> 100 km dari kiri kanan jalan) sehingga ada manusia yang
terkena dampak, dan dampak berlangsung sementraa pada saat konstruksi,
maka dampak mobilisasi alat dan material terhadap kualitas udara adalah
negatif penting.
- Peningkatan intensitas kebisingan
Kegiatan mobilisasi alat berat dan material dapat menyebabkan peningkatan
tingkat kebisingan di sekitar jalur mobilisasi. Berdasarkan perhitungan melalui
persamaan tingkat kebisingan, tingkat kebisingan telah melebihi baku tingkat
kebisingan, kegiatannya berlangsung tidak kontinyu, melewati area aktivitas
manusia sehingga terdapat manusia yang terkena dampak, maka dampak
peningkatan intensitas kebisingan dari kegiatan mobilisasi alat dan material
termasuk negatif penting.
- Gangguan Lalulintas
Kegiatan mobilisasi alat dan bahan material akan menggunakan alat angkut
darat berupa truk/tronton, akan menimbulkan dampak pada gangguan lalu
lintas. Mobilisasi material konstruksi diprakirakan menimbulkan peningkatan
volume kendaraan terutama di Jalan Ketel menuju lokasi proyek yang memiliki
lebar jalan sekitar 6 m, sehingga dampak dikategorikan dampak negatif penting.
- Kerusakan Jalan
Jalan eksisting yang dilalui untuk mobilisasi material konstruksi terdapat
aktivitas lainnya berupa transportasi kendaraan berat seperti truk tronton,
kontainer untuk mengangkut pasir yang berada di sebelum pintu masuk lokasi
proyek dan pergudangan yang berada di sekitar lokasi proyek. Dampak adanya
mobilisasi alat berat dan material konstruksi akan menimbulkan kerusakan
jalan, maka dampak digolongkan negatif penting.
- Kecelakaan lalulintas
Jalan yang dilalui oleh angkutan alat dan bahan material merupakan jalan umum
yang digunakan juga oleh aktivitas lainnya seperti pengangkutan pasir dan
aktivitas pergudangan, namun jalan tersebut jarang dilalui oleh masyarakat
sekitar untuk aktivatas sehari-hari, sehingga tidak akan menimbulkan
kecelakaan lalu lintas, maka dampak menjadi negatif tidak penting.
- Keresahan masyarakat
Tabel 15. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan
Material Yang Berdampak Keresahan Sosial

4. Penyiapan Lahan
- Kualitas Udara
Konsentrasi pencemar udara yaitu NO2, CO dan SO2 masing-masing mengalami
peningkatan dibandingkan kondisi awalnya. Hasil akumulasi dipredikisikan
masih memenuhi baku KEPGUB DKI JAKARTA No. 551 TAHUN
2001Tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat
Kebisingan Di Propinsi DKI Jakarta, namun berlangsung sementara pada saat
konstruksi, dan jauh dari permukiman oleh karena itu dampaknya diprakirakan
sebagai dampak negative tidak penting.
- Kebisingan
Hasil perhitungan untuk tingkat kebisingan menunjukkan bahwa tingkat
kebisingan pada saat pembongkaran PLTU 3 & 4 di ketiga lokasi tersebut telah
melebihi baku mutu tingkat kebisingan peruntukan niaga dan industri Kep
MENKLH No.48 tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan yakni 65 dan 75
dBA. Oleh karena tingkat kebisingan akhirnya masih memenuhi baku mutu,
daerah sekitarnya bukan merupakan daerah permukiman (> 1 km dari lokasi
permukiman), sehingga tidak ada manusia yang terkena dampak, dan dampak
berlangsung sementra pada saat pembongkaran maka dampak pembongkaran
PLTU 3 & 4 terhadap kualitas udara adalah negatif tidak penting.
5. Pekerjaan Sipil, Elektrikal dan Mekanikal
- Kebisingan
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada saat
pemancangan tiang masih di bawah baku mutu tingkat kebisingan peruntukan
niaga dan industri Kep MENKLH No.48 tahun 1996 tentang baku tingkat
kebisingan yakni 65 dan 75 dBA. Berdasarkan prakiraan nilai besaran dampak
tersebut, lokasi sekitarnya bukan permukiman (kegiatan perindustrian), dan
kegiatannya berlangsung tidak kontinyu, maka dampak peningkatan intensitas
kebisingan dari kegiatan pemasangan pondasi PLTGU 1 x 800 MW termasuk
negatip tidak penting.
- Penurunan kualitas air permukaan
Pekerjaan sipil, elektrikal dan mekanikal diantaranya berupa pekerjaan pondasi
yang digunakan berupa pondasi pile sehingga menimbulkan dampak terhadap
penurunan kualitas air permukaan berupa peningkatan kekeruhan. Berdasarkan
hasil pengukuran monitoring PLTGU Priok untuk kualitas air laut, parameter
TSS yang terukur di outfall PLTGU Blok I dan 2 berkisar antara 33,50 mg/L
s.d 35,10 mg/L, masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (80
mg/L) maka dampak pekerjaan pondasi terhadap penurunan kualitas air laut
sehingga dampak negatif tidak penting.
6. Pembangunan Sarana dan Prasarana PLTGU
- Keresahan Masyarakat
Tabel 16. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan
Material Yang Berdampak Keresahan Sosial
7. Comissioning
- Kebisingan
Hasil perhitungan tingkat commissioning menunjukkan bahwa tingkat
kebisingan pada saat commissioning operasional PLTGU masih di bawah baku
mutu tingkat kebisingan peruntukan niaga dan industri Kep MENKLH No.48
tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan yakni 65 dan 75 dBA. Berdasarkan
besar prakiraan dampak tersebut, lokasi sekitarnya bukan permukiman
(kegiatan perindustrian), dan kegiatannya tidak berlangsung kontinyu, maka
dampak peningkatan intensitas kebisingan dari kegiatan commissioning
praoperasional PLTGU 1 x 800 MW termasuk negatip tidak penting.
- Keresahan Masyarakat
Tabel 17. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Commissioning
Yang Berdampak Keresahan Sosial
c. Tahap Operasi
1. Pengoperasian Pembangkit
- Kualitas Udara
Hasil prakiraan konsentrasi akhir untuk gas NO2, SO2 dan CO pada tahap
operasional, masing – masing gas pencemar mengalami peningkatan
dibandingkan kondisi awal, namun masih memenuhi baku KEPGUB DKI
JAKARTA No. 551 TAHUN 2001Tentang Penetapan Baku Mutu Udara
Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan Di Propinsi DKI Jakarta, namun
berlangsung kontinyu oleh karena itu dampaknya diprakirakan sebagai dampak
negatif penting.
- Kebisingan
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada saat operasional
PLTGU masih di bawah baku mutu tingkat kebisingan peruntukan niaga dan
industri Kep MENKLH No.48 tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan
yakni 65 dan 75 dBA. Berdasarkan besar prakiraan dampak tersebut, lokasi
sekitarnya bukan permukiman (kegiatan perindustrian), dan kegiatannya
berlangsung kontinyu, maka dampak peningkatan intensitas kebisingan dari
kegiatan operasional PLTGU 1 x 800 MW termasuk negatif penting.
- Hidrooceanografi (temperatur)
Dengan adanya penambahan PLTGU Jawa-2 (1x800 MW) akan memberikan
perubahan area sebaran yang terpengaruh oleh peningkatan temperatur, area
peningkatan perubahan temperatur masih di dalam wilayah area pemantauan,
namun mengingat operasional PLTGU secara terus menerus maka dampak
tegolong negatif penting.
- Biota Akuatik
Gangguan terhadap biota laut akibat peningkatan temperatur akan selalu terjadi
karena masuknya limbah bahang dari operasi pendinginan (cooling water)
secara terus menerus sehingga dampak dikategorikan dampak negatif penting.
2. Pemeliharaan
- Keresahan Masyarakat
Tabel 18. Pembobotan Dampak Tahap Operasi Kegiatan Pemeliharaan
Yang Berdampak Pada Keresahan Sosial

H. Dampak Potensial
Dampak potensial bisa diketahui melalui matriks interaksi antara komponen kegiatan
dan komponen lingkungan yang terkena dampak pada setiap tahap kegiatan yaitu pra
konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Pada tahap ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder dan seterusnya)
yang secara potensial akan timbul sebagai akibat dari adanya rencana kegiatan
pembangunan PLTGU Jawa-2 (1x800 MW). Pada tahap ini dilakukan inventarisasi
dampak potensial yang mungkin timbul tanpa memperhatikan penting tidaknya
dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah
dampak potensial tersebut merupakan dampak penting. Berikut merupakan matriks
identifikasi dampak potensial.
Tabel 19. Matrik identifikasi dampak potensial kegiatan pembangunan PLTGU
Jawa-2 (800 MW)

Berikut merupakan bagan alir proses pelingkupan kegiatan pembangunan PLTGU


Jawa-2 (1x800 MW) Tanjung Priok, mulai dari rona lingkungan hidup, deskripsi
rencana kegiatan, dampak potensial dan dampak penting hipotetik.
Bagan Alir Dampak Pembangunan PLTGU Jawa-2 (1x800 MW) Tanjung Priok
I. Formulir AMDAL mengacu pada PP Nomor 22 Tahun 2022

Berikut merupakan formulir Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) Pengembangan Pembangkitan PLTGU Priok 2075 MW menjadi
2723 MW yang merujuk pada PP No 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

FORM Kerangka Acuan (Form KA)


A. Umum
Nama Usaha dan/atau Kegiatan : Pengembangan Pembangkitan PLTGU Priok 2.075 MW Meningkat Menjadi 2.723
MW Di Komplek PT. Indonesia Power UPJP Priok
Penanggung Jawab Usaha dan/atau : PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan V
Kegiatan
Penyusunan Amdal : PT. Gelar Buana Semesta
Deskripsi Rencana Usaha dan/atau : PLTU Unit 3 & 4 dan PLTG Westinghouse masih layak operasi, namun karena
Kegiatan
memiliki kapasitas yang relatif kecil sedangkan kebutuhan listrik di DKI dan
sekitarnya sangat besar, maka perlu adanya peningkatan kapasitas yang besar.
Rencana pembangunan PLTGU Jawa - 2 (800 MW) akan menggunakan lahan
eksisting PLTU unit 3 & 4 dan PLTG Westinghouse, yang akan dibongkar. Dengan
adanya penambahan sebesar 800 MW, maka secara keseluruhan total kapasitas yang
dimiliki oleh PLTGU Tanjung Priok menjadi 2775 MW. Pembangunan PLTGU
Jawa-2 (1x800 MW) ini berada di atas lahan ± 23,8 Hektar.
Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan : 10 km Timur laut dari Pusat Kota Jakarta, 25 km dari Bandara Soekarno Hatta dan
berada antara Laut Jawa dan Sungai Japat.
Hasil Pelibatan Masyarakat : - Menjaga kondisi infrastruktur jalan, terutama jalan akses masuk kendaraan
proyek.
- Dalam pelaksanaan kegiatan agar selalu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan
wilayah kecamatan setempat.
- Mengatur jam operasional kendaraan proyek.
- Rekrutmen tenaga kerja agar disesuaikan dengan kebutuhan dan memanfaatkan
tenaga kerja dari wilayah terdekat.
- Menjaga kondisi lingkungan serta konsisten dengan hal-hal yang tertuang dalam
kajian ANDAL, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
- Menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sekitar agar tetap nyaman, aman dan
asri.
B. Pelingkupan
No Rencana Usaha Pengelolaan Komponen Uraian Batas Batas
dan/atau Lingkungan yang Rona Dampak Evaluasi Dampak Dampak Wilayah Waktu
Kegiatan yang Sudah Lingkunga Potensial Potensial Penting Studi Kajian
Berpotensi Direncanakan n Terkena Hipoteti
Menimbulkan Dampak k (DPH)
Dampak
Lingkungan
Tahap Pra Konstruksi
1 Sosialisasi 1. Melakukan Sosial Keresahan Tanggapan masyarakat DPH Kel. 1 tahun
Rencana Kegiatan sosialisasi budaya masyarakat pada saat Konsultasi Publik Tanjung
kepada mengenai kegiatan ini, priok.
masyarakat menunjukkan adanya Kel.Warak
serta potensi gangguan as dan Kel.
stakeholder kenyamanan akibat Ancol
mengenai peningkatan volume debu
dampak dan di pemukiman penduduk
tahap-tahap
kegiatan yang terdekat terutama di Kel.
akan dilakukan Tanjunng Priok.
2. Menetapkan
Basic
Communicatio
n antara
masyarakat
dengan
pengelola
PLTGU Priok
3. Berkoordinasi
dengan
kecamatan dan
kelurahan
untuk
mensinergikan
program
pemberdayaan
masyarakat
yang ada dalam
lingkup
kewenangan
kecamatan dan
kelurahan di
wilayah studi
2 Pembongkaran Pengaturan lalu Kualitas Penurunan Kegiatan pembokaran DPH Kel. 6 Bulan
PLTU Unit ¾ dan lintas bekerjasama Udara Kualitas bangunan PLTU Unit 3 dan Tanjung
PLTG dengan Dinas Ambient Udara 4 didukung oleh alat-alat priok.
Westinghouse Perhubungan berat, dan aktiitas ini Kel.Warak
Jakarta Utara mengemisikan partikulat. as dan Kel.
Emisi partikulat pencemar Ancol
udara ambient dari
hamburan debu dapat
menurunkan kualitas udara
ambien. Penurunan
kualitas udara berdampak
pada gangguan kesehatan
masyarakat, sehingga
dampak kegiatan ini
terhadap kualitas udara dan
tingkat kebisingan
dikategorikan dampak
penting hipotetik
Pengaturan lalu Kebisingan Peningkatan Kegiatan pembokaran DPH Kel. 6 bulan
lintas bekerjasama kebisingan PLTU 3 dan 4 ini didukung Tanjung
dengan Dinas oleh peraatan berat. priok.
Perhubungan Aktivitas peralatan tersebut Kel.Warak
Jakarta Utara mengeluarkan suara as dan Kel.
dengan intensiatas suara Ancol
sekitar 75 dBA (1 meter)
dan berlangsung selama 8
jam, sehingga dapat
menimbulkan kebisingan
Tingkat kebisingan yang
tinggi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan
masyarakat sehingga
dampak kegiatan ini
terhadap tingkat
kebisingan dikategorikan
dampak penting hipotetik
Tahap Konstruksi
1 Mobilisasi dan 1. Rekruitmen Sosial Terbukanya Adanya potensi tenaga DPH Kel. 1 tahun
Pemukiman tenaga kerja ekonomi peluang kerja penduduk lokal di Tanjung
Tenaga Kerja non skill kerja dan Kel. Tanjung Priok, Kel. priok.
usaha Warakas maupun Kel. Kel.Warak
2. Melakukan Ancol, baik dari potensi as dan Kel.
musyawarah angkatan kerja sebanyak Ancol
antar tenaga 23,51% lulusan
kerja lokal SMA/SMK dan adanya
3. Hubungan kerja kelompok pengangguran
antara tenaga sebanyak 5,63% dari
kerja dengan selurih angkatan kerja.
pemberi kerja
4. Mensyaratkan
pada kontraktor
untuk
memanfaatkan
tenaga kerja
berpengalaman
local
5. Bagi pekerja
dari luar
daerah, akan
ditempatkan
dalam barak
barak pekerrja
atau rumah
±rumah sewa di
lingkungan
pemukiman
penduduk lokal
1. Melakukan Sosial Peningkatan Adanya kelompok DPH Kel. 1 tahun
rekruitmen ekonomi pendapatan pengangguran sebanyak Tanjung
tenaga kerja 5,63% yang akan priok.
konstruksi mendapatkan upah dari Kel.Warak
dengan kegiatan konstruksi as dan Kel.
memprioritaska dibaningkan kondisi masa Ancol
n warga sekitar sebelumnya yang tidak
2. Melakukan menghasilkan pendapatan
koordinasi (tidak produktif).
dengan warung
makanan/kios
PKL disekitar
lokasi proyek
untuk
menyediakan
kebutuhan
sehari-hari
pekerja proyek
1. Merespon Sosial Keresahan Tanggapan masyarakat DPH Kel. 1 tahun
keluhan- budaya masyarakat pada saat konsultasi publik Tanjung
keluhan warga kegiatan ini, terutama dari priok.
sekitar secara Kel. Tanjung Priok yang Kel.Warak
cepat terhadap merasakan bahwa as dan Kel.
masalah- rekrutmen tenaga kerja dan Ancol
masalah pemberdayaan masyarakat
lingkungan belum dilaksanakan secara
yang merata dibandingkan
diakibatkan dengan wilayah kelurahan
oleh lainnya
pembangunan
PLTGU Jawa-2
2. Menyediakan
pos pengaduan
di dalam tapak
3. Membuat
papan
peringatan dan
papan
infromasi
4. Mengaktifkan
unit Humas
untuk
menerima
pengaduan dan
keluhan
5. Melakukan
pemagaran
lokasi proyek
2 Pembuatan PERGUB DKI No Kualitas air Penurunan Penurunan kualitas air DPH 1 tahun
Kantor Proyek 582 Tahun 1995 permukaan kualitas air permukaan sebagai
dampak ikutan dari
peningkatan volume
limbah cair yang
bersumber dari aktivitas
pekerja proyek. Air limbah
domestik dari para pekerja
akan terintegrasi dengan
IPAL ekisting. Di area
lokasi proyek tidak
terdapat basecamp, dimana
para pekerja menyewa
pondokan milik penduduk
dan di setiap pondokan
telah dilengkapi dengan
MCK, maka dampak ini
tidak dikaji lebih lanjut
Belum ada Sanitasi Timbulan Aktivitas seluruh pekerja DPH Kel.Warak 1 tahun
lingkungan sampah proyek sebanyak 300 orang as dan Kel.
diprakirakan menimbulkan Ancol
dampak berupa timbulan
sampah. Apabila
diasumsikan setiap pekerja
menghasilkan limbah padat
(sampah) 2 liter/orang per
hari, maka akan ada
timbulan sampah sebesar
600 liter/hari atau 0,6
m3/hari. Timbulan sampah
tersebut dapat mencemari
lingkungan, sehingga
dampaknya dikategorikan
penting
3 Mobilisasi alat 1. Menggunakan Kualitas Penurunan Kegiatan mobilisasi DPH 1 tahun
dan bahan alat berat udara kualitas peralatan dan material
material dengan mesin udara konstruksi akan melibatkan
yang ambient berbagai peralatan
mengeluarkan berbahan bakar minyak
emisi gas buang seperti, buldozer,
yang memenuhi excavator, backhoe, loader
persyaratan dan truk. Hal ini akan
2. Melakukan mengemisikan gas buang,
penyiraman dan mengamburkan
secara berkala partikulat (debu) dari
terhadap jalur putaran roda. Emisi gas
mobilisasi buang dan partikulat akan
terutama pada menyebabkan penurunan
musim kualitas udara akibat
kemarau. meningkatnya zat
3. Pembatasan pencemar seperti SO2,
kecepatan NO2 dan CO serta
kendaraan meningkatnya debu lokal
proyek akibat serpihan tanah yang
terutama pada tertiup angin. Kegiatan
jalan masuk yang potensial yaitu
yaitu maksimal peningkatan kandungan
30 km/jam atau debu lokal khususnya pada
sesuai kondisi musim kemarau.
jalan. Peningkatan debu lokal
4. Truk angkut dapat menyebabkan
dilengkapi gangguan kesehatan
dengan masyarakat, sehingga
penurup/terpal, dikhawatirkan
sehingga tidak menimbulkan persepsi
terjadi ceceran masyarakat yang negatif
5. Membersihkan terhadap proyek, maka
ceceran dengan dikategorikan dampak
mobil water penting hipotetik.
tank
1. Meminimalisir Kebisingan Peningkatan Kegiatan mobilisasi DPH 1 tahun
penggunaan intensitas peralatan dan material
alat-alat berat kebisingan konstruksi akan melibatkan
yang berpotensi berbagai peralatan seperti
menimbulkan shovel, bulldozer,
suara bising excavator, backhoe, loader
2. Kebisingan dan truk, sehingga akan
bagi pekerja meningkatkan intensitas
akibat suara kebisingan, terutama pada
alat berat dapat jalur pengangkutan yang
dikurangi melewati kawasan
dengan pemukiman padat
menggunakan penduduk dan jalur galian
PPE (Personal pipa. Peningkatan
Protection intensitas kebisingan dapat
Equipment) menyebabkan gangguan
seperti ear plug pendengaran jika terpapar
atau ear muff dalam waktu yang cukup
3. Pembatasan lama dan dalam kisaran
kecepatan bising diatas 70 dBA,
kendaraan sehingga dikhawatirkan
proyek akan menimbulkan
terutama pada persepsi masyarakat yang
jalan masuk negatif terhadap proyek,
yaitu maksimal maka dikategorikan
30 km/jam atau dampak penting hipotetik
sesuai kondisi
jalan.
Pengaturan lalu Gangguan Gangguan Kegiatan mobilisasi alat DPH 1 tahun
lintas bekerjasama lalulintas lalulintas dan bahan material akan
dengan Dinas menggunakan alat angkut
Perhubungan darat berupa truk, akan
Jakarta Utara menimbulkan dampak
pada gangguan lalu lintas,
terutama di jalan akses
(Jalan Ketel) dan pertigaan
Jalan R.E. Martadinata
sehingga dampak terhadap
gangguan lalu lintas
tergolong dampak penting
hipotetik
Pengaturan lalu Kerusakan Kerusakan Kegiatan mobilisasi alat DPH 2 tahun
lintas bekerjasama jalan jalan dan bahan material akan
dengan Dinas menggunakan alat angkut
Perhubungan darat berupa truk, akan
Jakarta Utara menimbulkan dampak
pada gangguan lalu lintas,
terutama di jalan akses
(Jalan Ketel) dan pertigaan
Jalan R.E. Martadinata
sehingga dampak terhadap
gangguan lalu lintas
tergolong dampak penting
hipotetik
Pengaturan lalu Kecelakaan Kecelakaan Jalan yang dilalui oleh TDPH 2 tahun
lintas bekerjasama lalulintas lalulintas angkutan alat dan bahan
dengan Dinas material merupakan jalan
Perhubungan umum yang digunakan
Jakarta Utara juga oleh kegiatan lain,
akan tetapi jalan yang
dilewati tersebut berada
jauh dari permukiman
penduduk. sehingga
dampak menjadi tidak
penting hipotetik.
Pengaturan lalu Sosial Gangguan Hilir mudik kendaraan TDPH 1 tahun
lintas bekerjasama Budaya aksesbilitas pengangkut alat dan bahan
dengan Dinas material akan
Perhubungan menimbulkan gangguan
Jakarta Utara aksebilitas terhadap
masyarakat. Namun jalan
yang dilalui oleh mobilisasi
alat dan bahan material
jauh dari permukiman
sehingga dampak tidak
penting hipotetik
1. Merespon Sosial Keresahan Tanggapan masyarakat DPH 1 tahun
keluhan- Budaya Masyarakat pada saat Konsultasi Publik
keluhan warga mengenai kegiatan ini,
sekitar secara menunjukkan adanya
cepat terhadap potensi gangguan
masalah- kenyamanan akibat
masalah peningkatan volume debu
lingkungan di pemukiman penduduk
2. Menyediakan terdekat terutama di Kel.
pos pengaduan Tanjung Priok.
di dalam tapak,
yang bertujuan
untuk merepon
keluhan warga
akibat dampak
pembangunan
3. Membuat
papan
peringatan dan
papan
infromasi
4. Melokalisasi
area konstruksi
4 Penyiapan lahan Melakukan Kualitas Penurunan Kegiatan ini meliputi gali DPH 1 t
konstruksi koordinasi dengan Udara Kualitas urug, perataan tanah a
instansi terkait Udara (levelling) pemadatan h
antara lain badan Ambien lahan, dan untuk u
Pengelolaan mempercepat waktu n
Reklamasi Pantura kegiatan ini didukung oleh
Jakarta, agar kendaraan berat. Timbulan
reklamasi pantura pasir selama gali urug akan
tidak menghambat mengemisikan partikulat
sebaran limbah (wind erosion) dari
bahang kendaraan berat.
Penurunan kualiitas udara
akibat peningkatan
konsentrasi debu udara
ambien berdampak pada
gangguan kesehatan
masyarakat, sehingga
dampak kegiatan ini
terhadap kualitas udara dan
tingkat kebisingan
dikategorikan dampak
penting hipotetik.
1. Meminimalisir Kebisingan Peningkatan Kegiatan gali urug, DPH 1 tahun
penggunaan intensitas perataan tanah (levelling)
alat-alat berat kebisingan pemadatan lahan, dan
yang berpotensi untuk mempercepat waktu
menimbulkan kegiatan ini didukung oleh
suara bising kendaraan berat. Aktivitas
2. Kebisingan kendaraan tersebut
bagi pekerja mengeluarkan suara
akibat suara dengan intensiatas suara
alat berat dapat sekitar 75 dBA (1 meter)
dikurangi yang tinggi sehingga dapat
dengan menimbulkan kebisingan
menggunakan Tingkat kebisingan yang
PPE (Personal tinggi dapat menyebabkan
Protection gangguan kesehatan
Equipment) masyarakat sehingga
seperti ear plug dampak kegiatan ini
atau ear muff terhadap tingkat
3. Pembatasan kebisingan dikategorikan
kecepatan dampak penting hipotetik
kendaraan
proyek
terutama pada
jalan masuk
yaitu maksimal
30 km/jam atau
sesuai kondisi
jalan
5 Pekerjaan Sipil, 1. Melakukan Kualitas Penurunan Kegiatan pembangunan TDPH 1 tahun
elektrikal dan pengukuran Udara Kualitas sarana dan prasarana
mekanikal langsung di Udara didukung oleh kendaraan
cerobong asap ambien berat. Tidak banyaknya
untuk peralatan yang digunakan
mengetahui pada saat pembangunan
kualitas emisi sarana dan prasaran.
gas buang Penurunan kualitas udara
2. Pengukuran berdampak pada gangguan
(sampling) di kesehatan masyarakat,
lokasi yang namun laokasi kegiatan
telah ditentukan jauh dari permukiman
untuk penduduk sehingga
mengetahui dampak tidak termasuk
kualitas udara dapak penting hipotetk
ambien
Melakukan Kebisingan Peningkatan Penggunaan mesin pantek DPH 1 tahun
pengukuran tingkat intensitas dalam kegiatan pembuatan
kebisingan di kebisingan podasi mengeluarkan suara
sekitar lokasi dengan intensiatas suara
sekitar 85 dBA (1 meter)
yang dapat menimbulkan
kebisingan Tingkat
kebisingan yang tinggi dan
lama dapat menyebabkan
gangguan kesehatan
masyarakat sehingga
dampak kegiatan ini
terhadap tingkat
kebisingan dikategorikan
dampak penting hipotetik
PERGUB DKI No Air Penurunan Pekerjaan pondasi yang DPH 1 tahun
582 Tahun 1995 permukaan kualitas air digunakan berupa pondasi
permukaan pile sehingga
menimbulkan dampak
terhadap penurunan
kualitas air permukaan
berupa peningkatan
kekeruhan. maka dampak
pekerjaan pondasi terhadap
penurunan kualitas air laut
termasuk dampak penting
hipotetik
6 Pembangunan Melakukan Kebisingan Peningkatan Pekerjaan pondasi yang TDPH 1 tahun
sarana dan pengukuran tingkat kebisingan digunakan berupa pondasi
prasarana PLTGU kebisingan di pile sehingga
sekitar lokasi menimbulkan dampak
terhadap penurunan
kualitas air permukaan
berupa peningkatan
kekeruhan. maka dampak
pekerjaan pondasi terhadap
penurunan kualitas air laut
termasuk dampak penting
hipotetk
PERGUB DKI No Air Meningkatn Kegiatan pembangunan TDPH 1 tahun
582 Tahun 1995 permukaan ya air larian sarana dan prasarana tidak
banyak kendaraan yang
terlibat. Lokasi kegiatan
berada pada jarak sekitar 1
km terhadap permukiman
terdekat. sehingga dampak
kegiatan ini terhadap
tingkat kebisingan
dikategorikan bukan
dampak penting hipotetik.
Melayani jika ada Social Keresahan Kegiatan pembangunan DPH 1 tahun
pengaduan budaya masyarakat PLTGU 800 MW untuk
masyarakat menambah kapasitas yang
berkenaan dengan semula 2x50 MW, akan
gangguan TV dan menumbulkan keresahan
kebisingan, masyarakat, mengingat
memasang Rambu kapasitas terpasang
Pengumuman/Peri semakin besar, maka
ngatan yang mudah rencana pembangunan
dilihat dan PLTGU terhadap
menggunakan keresahan masyarakat
silencer yang dapat menjadi dampak penting
meredam bising hipotetik
yang tinggi
7 Comissioning Melakukan Kebisingan Peningkatan Kegiatan comisionng pada DPH 1 t
pengukuran tingkat kebisingan tahap pasca konstruksi a
kebisingan di untuk menguji kesiapan h
sekitar lokasi operasional generator u
listrik mengeluarkan suara n
yang keras sekitar 85 dBA
dapat meningkatkan
intensitas kebisingan.
Peningkatan intensitas
kebisingan dapat
menyebabkan gangguan
pendengaran jika terpapar
dalam waktu yang cukup
lama dan dalam kisaran
bising diatas 70 dBA,
sehingga dikhawatirkan
akan menimbulkan
persepsi masyarakat yang
negatif terhadap proyek.
Oleh karena itu maka
dampak dapat
dikategorikan dampak
penting hipotetik
1. Merespon Sosial Keresahan Tanggapan masyarakat DPH Kel. 1 tahun
keluhan- Budaya Masyarakat pada saat Konsultasi Publik Tanjung
keluhan warga mengenai kegiatan ini, priok.
sekitar secara menunjukkan adanya Kel.Warak
cepat terhadap potensi gangguan as dan Kel.
masalah- kenyamanan akibat Ancol
masalah peningkatan volume debu
lingkungan di pemukiman penduduk
2. Menyediakan terdekat terutama di Kel.
pos pengaduan Tanjunng Priok
di dalam tapak,
yang bertujuan
untuk merepon
keluhan warga
akibat dampak
pembangunan
3. Membuat
papan
peringatan dan
papan
infromasi
4. Melokalisasi
area konstruksi
Tahap Operasi
1 Pengoperasian 1. Melakukan Kualitas Penurunan Konsentrasi gas pencemar DPH 1 tahun
pengukuran udara kualitas di atmosfir diperkirakan
langsung di udara akan meningkat
cerobong asap diakibatkan emisi polutan
untuk udara (gas pencemar dan
mengetahui panas) dari cerobong (45
kualitas emisi meter) hasil proses operasi
gas buang PLTGU. Walaupun
2. Pengukuran PLTGU Tanjung Priok
(sampling) di akan menggunakan bahan
lokasi yang bakar gas yang kandungan
telah sulfurnya sangat rendah,
ditentukan namun akibat proses
untuk PLTGU yang
mengetahui mengemisikan udara panas
kualitas udara dapat memicu reaksi
ambien fotokimia di atmosfir yang
3. Menggunakan dapat menyebabkan
Dry Low NOX konsentrasi gas NOx, CO2
(DLN) pada akan meningkat. Gas
ruang tersebut jika terhirup dapat
pembakaran menyebabkan gangguan
pembangkit kesehatan masyarakat.
untuk Selain itu emisi pencemar
menekan udara yang berlangsung
emisi NOX terus menerus, maka
4. Mengganti dampak operasional
tanaman yang PLTGU terhadap kualitas
mati dengan udara adalah signifikan
tanaman baru
5. Melakukan
overhaul
secara
periodik
terhadap
peralatan
elektromekani
k dan
pengecekan
combustor
6. Melakukan
pengecekan
secara rutin
kepada
supplier gas
1. Bangunan Kebisingan Peningkatan Kegiatan operasional DPH 1 tahun
didesain intensitas generator listrik
dengan kebisingan mengeluarkan suara yang
menggunakan keras sekitar 85 dBA dapat
system meningkatkan intensitas
inclosure kebisingan. Peningkatan
building intensitas kebisingan dapat
(PLTGU menyebabkan gangguan
Indoor type) pendengaran jika terpapar
dan dilengkapi dalam waktu yang cukup
dengan sound lama dan dalam kisaran
proff wall bising diatas 70 dBA, dan
2. Reboisasi berlangsung terus menerus
3. Memelihara sehingga dikhawatirkan
pagar pembatas akan menimbulkan
dengan tembok persepsi masyarakat yang
dan memelihara negatif terhadap proyek.
tanaman Oleh karena itu maka
penghijauan dampak dapat
disekeliling dikategorikan dampak
(green belt) penting hipotetik
areal kegiatan
4. Melakukan
overhaul secara
periodik
5. Merawat dan
memelihara
lansekap
Menggunakan Air Laut Penurunan Pada tahap operasional DPH 1 tahun
teknologi kualitas air akan terjadi pembuangan
bouyantjet laut air limbah ke laut, air
limbah yang dibuang telah
diolah di IPAL sedangkan
air limbah bahang dalam
kondisi fisik masih panas,
sehingga akan berpengaruh
pada penurunan kualitas air
laut, maka penurunan
kualitas air laut pada tahap
operasional menjadi
dampak penting hipotetik.
Menggunakan Hidroocean Temperatur Pada tahap operasional DPH 1 tahun
teknologi ografi air laut akan terjadi pembuangan
bouyantjet air dari cooling water ke
laut, air yang dibuang
dalam kondisi fisik masih
panas, sehingga akan
berpengaruh pada
penurunan kualitas air laut,
maka penurunan kualitas
air laut pada tahap
operasional menjadi
dampak penting hipotetik.
1. Limbah cair Air laut Gangguan Gangguan terhadap biota DPH 1 tahun
diolah melalui biota laut laut akibat peningkatan
IPAL sebelum temperatur akan selalu
dikeluarkan terjadi karena masuknya
ke badan limbah bahang dari operasi
air/laut pendinginan (cooling
2. Limbah water) secara terus
minyak diolah menerus sehingga dampak
pada oil dikategorikan dampak
separator hipotetik
kemudian
ditampung di
dalam drum
dan diangkut
oleh
perusahaan
pengolah
yang memiliki
izin.
1. Membuat Sosial Terbukanya PT Indonesia Power telah TDPH 1 tahun
sosial ekonomi peluang memiliki sistem
mapping dan kerja dan rekruitmen terpusat dan
melakukan usaha peluang kerja bagi lulusan
CSR SLTA dan sederajat
2. Mewujudkan dilakukan melalui
gerakan rekruitmen PT. Cogindo
peduli sosial Daya Bersama yang
bagi merupakan anak
masyarakat perusahaan dari PT
Indonesia Power
1. Membuat Sosial Peningkatan Adanya rekruitmen yang TDPH 1 tahun
sosial ekonomi pendapatan dilakukan secara terpusat
mapping dan oleh PT Indonesia Power,
melakukan dimana perekrutan bagi
CSR lulusan SLTA/sederajat
2. Mewujudkan dilakukan oleh PT.
gerakan Cogindo yang merupakan
peduli sosial anak perusahaan dari PT
bagi Indonesia Power.
masyarakat
1. Melayani jika Sosial Keresahan Tanggapan masyarakat DPH Kel. 1 tahun
ada pengaduan ekonomi masyarakat pada saat konsultasi publik Tanjung
masyarakat kegiatan ini, terutama dari priok,
berkenaan Kel. Tanjung Priok yang Kel.Warak
dengan merasakan bahwa as dan Kel.
gangguan TV rekrutmen tenaga kerja dan Ancol
dan kebisingan pemberdayaan masyarakat
serta belum dilaksanakan secara
memberikan merata dibandingkan
penjelasan dengan wilayah kelurahan
bahwa lainnya
gangguan
tersebut bukan
berasal dari
operasional
pembangkit
2. Memasang
rambu
peringatan/
pengumuman
yang mudah
dilihat bagi
pengguna
2 Pemeliharaan 1. Membuat Sosial Peningkatan Adanya rekruitmen yang TDPH Hingga
sosial ekonomi pendapatan dilakukan secara terpusat tahap
mapping dan oleh PT Indonesia Power, pasca
melakukan dimana perekrutan bagi operasi
CSR lulusan SLTA/sederajat
2. Mewujudkan dilakukan oleh PT. berakhi
gerakan Cogindo yang merupakan r
peduli sosial anak perusahaan dari PT
bagi Indonesia Power
masyarakat
1. Melayani Sosial Keresahan Adanya rekruitmen yang DPH Kel. Hingga
pengaduan budaya masyarakat dilakukan secara terpusat Tanjung tahap
masyarakat oleh PT Indonesia Power, priok. pasca
2. Memasang dimana perekrutan bagi Kel.Warak operasi
rambu lulusan SLTA/sederajat as dan Kel. berakhi
peringatan/pen dilakukan oleh PT. Ancol r
gumuman Cogindo yang merupakan
anak perusahaan dari PT
Indonesia Power
Tahap Pasca Operasi
1 Penghentian Belum ada Sosial Penurunan Hilangnya pendapatan TDPH Kel.
Operasional ekonomi pendapatan kelompok penduduk yang Tanjung
PLTGU bekerja di PLTGU Priok, priok.
baik sebagai.karyawan Kel.Warak
PLTGU maupun sebagai as dan Kel.
karyawan kontraktor. Ancol
Hilangnya pendapatan dari
kontraktor lokal yang
bermitra dengan PLTGU
Priok, namun hal tersebut
tidak berlangsung lama
dikarenakan adanya
recharging melalui
pemeliharaan, over houl
sehingga operasional
pembangkit masih bisa
berlangsung. Dampak dari
penghentian operasional
PLTGU tergolong bukan
dampak penting hipotetik.
Belum ada Sosial Keresahan Adanya keresahan TDPH Kel.
budaya masyarakat masyarakat yang Tanjung
kehilangan pendapatan priok.
sebagai karyawan/pekerja, Kel.Warak
seperti yang tergambarkan as dan Kel.
dari tanggapan warga pada Ancol
saat konsultasi publik.
Menurut warga kebutuhan
kerja penduduk cukup
tinggi, terutama dari
kelompok penganggur.
Namun pada saat mencapai
life time teknis pembangkit
maka akan dilakukan
recharging melalui
pemeliharaan, over houl
sehingga operasional
pembangkit masih bisa
berlangsung. Dampak dari
penghentian operasional
PLTGU tergolong bukan
dampak penting hipotetik
C. Metode Studi
No DPH Data dan Metode Metode Metode Perkiraan Dampak Penting Metode Evaluasi
Informasi yang Pengumpula Analisis
Relevan dan n Data Data
Dibutuhkan
Data
Pra Konstruksi
1 Keresahan Ada atau Wawancara Membandin Prakiraan dampak terjadinya keresahan Bagan alir untuk
masyarakat tidaknya keluhan mendalam gkan ditentukan dengan membandingkan mengetahui dampak
masyarakat dengan sikap/penda pendapat para responden yang primer hingga
mengenai informan pat/persepsi didasarkan atas hasil analisis data dan dampak ikutannya
pembangunan kunci, seperti negatif informasi lapangan. Memperhatikan (menganalisis
dan dengan tokoh akibat dampak negatif berupa keresahan hubungan holistik
pengoperasian masyarakat. kekhawatira masyarakat yang yang relatif besar dan antar dampak)
PLTGU Priok Jumlah n jumlah penduduk yang terkena
responden masyarakat dampak, maka dampak yang terjadi
ditentukan terhadap digolongkan negatif penting.
10% dari pekerjaan
jumlah dengan
penduduk persepsi
yang lahannya positif
dibebaskan terhadap
pekerjaan.
Konstruksi
2 Kualitas Udara 1. Tingkat debu, Melakukan Analisis Melakukan perbandingan antara Bagan alir untuk
dan Kebisingan CO2, SO2 pengambilan sampel di standar baku mutu yang sudah mengetahui dampak
dan NOx sampling dan laboratoriu ditetapkan dengan hasil uji primer hingga
2. KepGub DKI dianalisis di m. Data laboratorium. Peningkatan konsentrasi dampak ikutannya
Jakarta No. laboratorium. yang telah TSP akhirnya tinggi dan telah melebihi (menganalisis
551 Tahun Metode dianalisis baku mutu (230 µg/Nm3 ), daerah hubungan holistik
2001 tentang pengambilan kemudian sekitar mobilisasi terdapat daerah antar dampak)
Penetapan sampel dan dibandingka permukiman (> 100 km dari kiri kanan
Baku Mutu analisis sesuai n dengan jalan) sehingga ada manusia yang
Udara dengan SNI baku mutu terkena dampak, dan dampak
Ambien dan yang berlaku sesuai berlangsung sementraa pada saat
Baku Mutu dengan SK konstruksi, maka dampak mobilisasi
Tingkat Gub DKI alat dan material terhadap kualitas
Kebisingan di Jakarta No. udara adalah negatif penting.
Propinsi DKI 551/2001.
Jakarta
3. PerMenLH
No. 21 Tahun
2008 tentang
baku Mutu
Emisi
Sumber
Tidak
Bergerak
bagi Usaha
dan atau
kegiatan
3 Kebisingan 1. Tingkat dan Melakukan Data yang Melakukan perbandingan antara Bagan alir untuk
sumber pengukuran telah di ukur standar baku mutu yang sudah mengetahui dampak
kebisingan kebisingan dibandingka ditetapkan dengan hasil uji. Tingkat primer hingga
2. KepGub DKI secara n dengan kebisingan telah melebihi baku tingkat dampak ikutannya
Jakarta No. langsung baku tingkat kebisingan, kegiatannya berlangsung (menganalisis
551 Tahun dengan alat kebisingan tidak kontinyu, melewati area aktivitas hubungan holistik
2001 tentang Sound level sesuai SK manusia sehingga terdapat manusia antar dampak)
Penetapan meter. Gub. DKI yang terkena dampak, maka dampak
Baku Mutu Jakarta No. peningkatan intensitas kebisingan dari
Udara 551/2001. kegiatan mobilisasi alat dan material
Ambien dan termasuk negatip penting.
Baku Mutu
Tingkat
Kebisingan di
Propinsi DKI
Jakarta
4 Gangguan lalu Rasio jumlah Metode Metode Menganalisis perbedaan tingkat Bagan alir untuk
lintas kendaraan pemanatauan traffic kemacetan sebelum proyek mengetahui dampak
dengan kapasitas untuk counting. pembangunan berlangsung dan pada primer hingga
jalan sepanjang mengetahui saat proyek pembangunan dampak ikutannya
jalan yang dilalui gangguan berlangsung. Mobilisasi material (menganalisis
kendaraan lalulintas dan konstruksi diprakirakan menimbulkan hubungan holistik
pengangkut efektivitas peningkatan volume kendaraan antar dampak)
pengelolaan terutama di Jalan Ketel menuju lokasi
dilakukan proyek yang memiliki lebar jalan
melalui sekitar 6 m, sehingga dampak
pengamatan dikategorikan dampak negatif penting.
lapangan
dengan cara
traffic
counting.
5 Kerusakan jalan Rasio jumlah Pengamatan Analisis Menganalisis perbedaan tingkat Bagan alir untuk
kendaraan lapangan, hasil kemacetan sebelum proyek mengetahui dampak
dengan kapasitas observasi dan pengamatan pembangunan berlangsung dan pada primer hingga
jalan sepanjang wawancara, lapangan, saat proyek pembangunan dampak ikutannya
jalan yang dilalui serta observasi berlangsung. Dampak adanya (menganalisis
kendaraan pengumpulan dan mobilisasi alat berat dan material hubungan holistik
pengangkut data sekunder. wawancara, konstruksi akan menimbulkan antar dampak)
Populasi serta kerusakan jalan, maka dampak
masyarakat pengumpula digolongkan negatif penting.
sebagai n data
responden sekunder.
yang diteliti
yaitu
penduduk
yang
bermukim
disekitar
lokasi jalan
raya.
6 Peluang Kerja dan SDM dengan Data Analasis - Pelaksanaan penerimaan tenaga Bagan alir untuk
usaha berbagai /informasi dari hasil kerja sesuai dengan peraturan mengetahui dampak
spesifikasi sesuai mengenai wawancara, ketenagakerjaan yang berlaku primer hingga
kebutuhan pengelolaan observasi, - Keterlibatan tenaga kerja lokal dampak ikutannya
lingkungan, pengumpula dalam pelaksanaan kegiatan (menganalisis
observasi dan n data - Memperhatikan pengukuran rasio hubungan holistik
wawancara, sekunder manfaat bagi angkatan kerja dan antar dampak)
pengumpulan dan kelompok non produktif, maka
data sekunder wawancara dampak kesempatan kerja bernilai
terkait jumlah mendalam Kurang, namun dampak positif
penduduk dengan yang berlangsung lama dan jumlah
lokal yang informan penduduk yang direkrut menjadi
bekerja. kunci. tenaga kerja juga cukup banyak,
Melakukan maka dampak yang terjadi
wawancara digolongkan positif penting.
dengan jumlah
responden
ditentukan
secara
purposive
sampling dari
Kepala
Keluarga
penduduk
kelurahan
yang dipantau
7 Pendapatan SDM dengan Melakukan Analisis Memperhatikan dampak positif yang Bagan alir untuk
berbagai wawancara hasil berlangsung lama dan jumlah mengetahui dampak
spesifikasi sesuai dengan wawancara penduduk yang direkrut menjadi tenaga primer hingga
kebutuhan penduduk kerja juga cukup banyak, maka dampak dampak ikutannya
dengan jumlah yang terjadi digolongkan positif (menganalisis
responden penting. hubungan holistik
ditentukan antar dampak)
secara
purposive
sampling dari
Kepala
Keluarga
penduduk
kelurahan
yang dipantau
dan observasi
lapangan
dengan
pendataan data
penerimaan
tenaga kerja.
8 Keresahan Ada atau Pengukuran Analisis 1. Intensitas keluhan masyarakat Bagan alir untuk
Masyarakat tidaknya keluhan jumlah hasil 2. Keresahan dan konflik sosial di mengetahui dampak
masyarakat peristiwa pengukuran lingkungan masyarakat sekitar primer hingga
mengenai protes dan dan 3. Adanya dukungan dan partisipas dampak ikutannya
pembangunan unjukrasa wawancara semua lapisan masyarakat (menganalisis
dan penduduk ke 4. Besarnya potensi jumlah hubungan holistik
pengoperasian Pemerintah penduduk yang terlibat pada antar dampak)
PLTGU Priok atau protes dan unjukrasa, maka
perwakilan dampak dikatergorikan Negatif
pemrakarsa Penting.
diperoleh dari
catatan dan
keterangan
Kantor
Pemerintah
Desa,
pengurus
lingkungan
(RT) atau
perwakilan
pemrakarsa
(data
sekunder),
melakukan
wawancara
mendalam
dengan
infroman
kunci dan
melakukan
wawancara
dengan
purposive
sampling dari
KK yang
dipantau
Operasional
1 Kualitas Udara 1. Tingkat debu, Melakukan Analisis di 1. Melakukan perbandingan antara Bagan alir untuk
dan Kebisingan CO2, SO2 pengambilan laboratotiu standar baku mutu yang sudah mengetahui dampak
dan NOx sampling m sesuai ditetapkan dengan hasil uji primer hingga
2. KepGub DKI sesuai SNI SNI yang laboratorium dampak ikutannya
Jakarta No. yang berlaku berlaku. 2. konsentrasi ketiga pencemar (menganalisis
551 Tahun Data yang udara mengalami peningkatan hubungan holistik
2001 tentang telah dibandingkan kondisi awal, antar dampak)
Penetapan dianalisis namun masih memenuhi baku
Baku Mutu kemudian KEPGUB DKI JAKARTA No.
Udara dibandingka 551 TAHUN 2001 tentang
Ambien dan n dengan Penetapan Baku Mutu Udara
Baku Mutu baku mutu Ambien dan Baku Tingkat
Tingkat sesuai Kebisingan Di Propinsi DKI
Kebisingan di dengan SK Jakarta, namun berlangsung
Propinsi DKI Gub DKI kontinyu oleh karena itu
Jakarta Jakarta No. dampaknya diprakirakan sebagai
3. PerMenLH 551/2001. dampak negatif penting
No. 21 Tahun
2008 tentang
baku Mutu
Emisi
Sumber
Tidak
Bergerak
bagi Usaha
dan atau
kegiatan
4. Tingkat dan
sumber
kebisingan
5. KepGub DKI
Jakarta No.
551 Tahun
2001 tentang
Penetapan
Baku Mutu
Udara
Ambien dan
Baku Mutu
Tingkat
Kebisingan di
Propinsi DKI
Jakarta
2 Kebisingan 1. Tingkat dan Melakukan Dianalisis 1. Melakukan perbandingan antara Bagan alir untuk
sumber pengukuran dan standar baku mutu yang sudah mengetahui dampak
kebisingan kebisingan dibandingka ditetapkan dengan hasil uji primer hingga
2. KepGub DKI secara n dengan laboratorium dampak ikutannya
Jakarta No. langsung baku tingkat 2. Berdasarkan besar prakiraan (menganalisis
551 Tahun dengan alat kebisingan dampak, lokasi sekitarnya bukan hubungan holistik
2001 tentang Sound level sesuai SK permukiman (kegiatan antar dampak)
Penetapan meter. Gub. DKI perindustrian), dan kegiatannya
Baku Mutu Jakarta No. berlangsung kontinyu, maka
Udara 551/2001. dampak peningkatan intensitas
Ambien dan kebisingan dari kegiatan
Baku Mutu
Tingkat operasional PLTGU 1 x 800 MW
Kebisingan di termasuk negatif penting.
Propinsi DKI
Jakarta
3 Hidroeceanografi Persentase laju Pengukuran Dianalisis Melakukan perbandingan persentase Bagan alir untuk
(temperatur) tingkat lapangan dan dan laju tingkat sedimentasi yang terjadi di mengetahui dampak
sedimentasi yang pengukuran dibandingka sepanjang pantai lokasi PLTGU Priok. primer hingga
terjadi di dengan alat n dengan Dengan adanya penambahan PLTGU dampak ikutannya
sepanjang pantai termometer angka baku Jawa-2 (1x800 MW) akan memberikan (menganalisis
lokasi PLTGU mutu dan perubahan area sebaran yang hubungan holistik
dan PLTGU temperatur terpengaruh oleh peningkatan antar dampak)
Priok air ambien temperatur, sehingga dampak
di dekat merupakan negatif penting.
intake
structure
4 Kualitas air 1. Indeks Sampling air Gravimetrik 1. Melakukan perbandingan Bagan alir untuk
keanekaraga , Dissolved, antara standar baku mutu yang mengetahui dampak
man plankton Oxygen sudah ditetapkan dengan hasil primer hingga
dan benthos Meter, uji laboratorium dampak ikutannya
2. KepMenLH Potensiomet 2. Nilai indeks keanekaragaman (menganalisis
No.64 tahun rik, dan kelimpahan dibandingkan hubungan holistik
2009 tentang Winkler, dengan hasil studi awal antar dampak)
Ijin Reflux,
Pembuangan Spektrofoto
Air Limbah metrik dan
ke Laut AAS
3. KepMenLH
No. 179
tahun 2004
tentang Ralat
Atas
KepMenLH
no.51 tahun
2004 tentang
Baku Mutu
Air
5 Ruang lahan dan Rasio jumlah Wawancara Analisis Menganalisis perbedaan tingkat Bagan alir untuk
tanah kendaraan dan data hasil kemacetan sebelum proyek mengetahui dampak
dengan kapasitas sekunder, wawancara, pembangunan berlangsung dan pada primer hingga
jalan sepanjang Pengukuran data saat proyek pembangunan berlangsung dampak ikutannya
jalan yang dilalui langsung di sekunder (menganalisis
kendaraan lingkungan dan hubungan holistik
pengangkut dan pengukuran antar dampak)
pemodelan langsung
sebaran panas
6 Biota Akuatik 1. Indeks Sampling analisis Nilai indeks keanekaragaman dan Bagan alir untuk
keanekaraga biota air dan laboratoriu kelimpahan dibandingkan dengan hasil mengetahui dampak
man plankton data sekunder m studi awal. Gangguan terhadap biota primer hingga
dan benthos laut akibat peningkatan temperatur dampak ikutannya
2. KepMenLH akan selalu terjadi karena masuknya (menganalisis
No.64 tahun limbah bahang dari operasi hubungan holistik
2009 tentang pendinginan (cooling water) secara antar dampak)
Ijin terus menerus sehingga dampak
Pembuangan dikategorikan dampak negatif penting.
Air Limbah
ke Laut
3. KepMenLH
No. 179
tahun 2004
tentang Ralat
Atas
KepMenLH
no.51 tahun
2004 tentang
Baku Mutu
Air
7 Keresahan Ada atau Pengukuran Analisis 1. Intensitas keluhan masyarakat Bagan alir untuk
Masyarakat tidaknya keluhan jumlah hasil 2. Keresahan dan konflik sosial di mengetahui dampak
masyarakat peristiwa pengukuran lingkungan masyarakat sekitar primer hingga
mengenai protes dan dan 3. Adanya dukungan dan dampak ikutannya
pembangunan unjukrasa wawancara partisipasi semua lapisan (menganalisis
dan penduduk ke masyarakat hubungan holistik
pengoperasian Pemerintah 4. Mengingat besarnya potensi antar dampak)
PLTGU Priok atau jumlah penduduk yang terlibat
perwakilan pada protes dan unjukrasa,
pemrakarsa maka dampak dikatergorikan
diperoleh dari Negatip Penting (-P)
catatan dan
keterangan
Kantor
Pemerintah
Desa,
pengurus
lingkungan
(RT) atau
perwakilan
pemrakarsa
(data
sekunder),
melakukan
wawancara
mendalam
dengan
infroman
kunci dan
melakukan
wawancara
dengan
purposive
sampling dari
KK yang
dipantau
DAFTAR PUSTAKA

1. Raharjo M. Memahami Amdal. 2nd Ed. Semarang: Graha Ilmu. 2014; 1-286 p.
2. Menteri Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 38 Tahun 2019
tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia;
2019. 1-140 p.
3. PT. Meppo-Gen. adendum Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (ANDAL, RKL-RPL) Kegiatan
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 40 MW (Pada Blok I
Dari 110 MW Menjadi 150 MW Oleh PT. Meppo-Gen di Desa Panang Jaya Kecamatan
Gunung Megang dan Desa Ulak Bandung Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Muara Enim
Provinsi Sumatera Selatan. 2017.
4. PT. PLN (Persero). Dokumen Adendum Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang Kapasitas
500 MW (PEAKER). 2016.
5. PT. PLN (Persero). Adendum ANDAL, RKL – RPL Pengembangan Pembangkitan
PLTGU Priok 2.075 MW Meningkat Menjadi 2.723 MW Di Komplek PT. Indonesia
Power UPJP Priok. 2016.
6. PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. Ecovention Building. Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL) Reklamasi Pulau K, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan Kota Jakarta
Utara Provinsi Dki Jakarta. 2015.
7. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia; 2021.

Anda mungkin juga menyukai