DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN WAJIB AMDAL
b. Tenaga Ahli
No Nama Jabatan Keterangan
1 Drs. Dadan Sumiarsa, Ahli Kimia-Fisik Sertifikat AMDAL,
M.Si PPSDAL UNPAD 2016
2 Bram Fatahillah Sasmita, Ahli Hidro Oceanografi Sertifikat AMDAL,
MT PPSDAL UNPAD 2016
3 Prim Hardito, ST., MT Ahli Sipil
4 Hira Nurdin Zainal Ahli Kelistrikan
Hasan, ST
5 Dr. Sony Adam Ahli Kesehatan
Masyarakat
6 Tri Sigit, ST., MT Ahli Mekanikal
7 Ir. M Gunawan B Ahli Transportasi
8 Maryodi, ST Ahli Geodesi
Pembangunan PLTGU Jawa-2 (1x800 MW) yang berada di atas lahan ± 23,8
Hektar akan mengadendum AMDAL sebelumnya yang telah mendapatkan
rekomendasi dari BPLHD Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 15 Oktober 2002
dengan nomor 15/-1.777.6 dan rekomendasi updating RKL/RPL pembangunan
PLTGU 1180 MW, PLTU 2x50 MW dan rencana pembangunan PLTGU 720 MW
Tanjung Priok (PT. Indonesia Power) nomor 46/-1.774.151.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa suhu rata-rata bulanan berada pada rentang
27,2-29,5°C. Suhu terendah ada pada bulan Januari 2013 dan suhu tertinggi
pada bulan Oktober 2013. Sedangkan kelembaban udara rata-rata berkisar
antara 69-83%. Kelembaban udara tertinggi pada bulan Januari 2013 dan
terendah pada September 2012. Curah hujan rata-rata berkisar antara 0-626 mm,
tertinggi di bulan Januari 2013 dan terendah Agustus 2012. Arah angin dominan
dari Stasiun Tanjung Priok berubah mengikuti arah angin muson. Pada bulan
November-Maret ergerak ke Barat Laut sedangkan April-Oktober bergerak kea
rah Timur Laut. Sedangkan dari hasil pengukuran langsung tanggal 9-10
Februari 2015 di Pantai Festival dan halaman Hotel Mercure diperoleh hasil :
1. Suhu udara : 25,9-35,7°C
2. Kelembaban relatif : 59-71%
3. Kecepatan angin : 0,2-3,3 km/jam
4. Arah angina dominan : Timur
c. Kualitas Udara
Kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan dinilai cukup baik dan masih memenuhi
baku mutu semua parameter. Hasil sampling di Pantai Festival dan halaman
Hotel Mercure adalah sebagai berikut.
e. Geoteknik
Wilayah Ancol secara geografis ada di daerah yang mayoritas tanahnya berada
pada dataran rendah. Dari laporan hasil penyelidikan tanag oleh PT. Puri Fajar
Mandiri tahun 2012 diketahui kondisi tanah sangat lunak ditemukan di
permukaan dasar pantai sedalam 8 m dan 3,5 m. selain itu hasil tes laboratorium
menunjukkan kandungan tanah di dasar laut lokasi reklamasi berupa jenis clay
dan silt, tidak ada unsur pasir.
f. Air permukaan
Air permukaan terdekat dari lokasi reklamasi dan berpotensi untuk terdampak
yaitu Kali Bintang Mas yang berada di sisi barat lokasi reklamasi. Air di Kali
Bintang Mas sudah tercemar, beberapa parameter yang melewati baku mutu
yaitu kecerahan, DO, amonia total, fosfat total, nitrat, kromium VI, coliform
total, dan bakteri pathogen. Pencemaran bersumber dari ceceran oli bekas
kegiatan perawatan kapal di Pantai Marina yang masuk ke Kali Bintang Mas
(kromium VI) serta buangan air limbah domestik di Kali Bintang Mas
(pencemar lain).
g. Air Laut
Kualitas air Laut Jawa di sekitar lokasi reklamasi telah tercemar dengan
beberapa parameter yang melewati baku mutu seperti kecerahan, DO, fosfat
total, nitrat, kromium VI, coliform total, dan bakteri patogen. Sumber
pencemaran diketahui berasal dari ceceran oli bekas kegiatan perawatan kapal
di Pantai Marina yang terbawa air laut serta buangan air limbah domestic.
2. Komponen Lingkungan Biologi
a. Biota Darat
Kondisi vegetasi di kawasan Ancol umumnya vegetasi buatan yang terdiri atas
vegetasi pekarangan dengan fungsi utama estetika dan penghijauan. Jenis
vegetasi paling dominan yaitu tanaman hias, tanaman produksi, tanaman
penghijauan, perdu, semak, dan rumput-rumputan. Sedangkan fauna yang
dominan ditemukan di sekitar kawasan Ancol adalah jenis burung, serangga,
dan mamalia.
b. Biota Laut
Plankton
Plankton merupakan kelompok organisme renik yang melayang dalam
badan air dan tidak mampu bergerak melawan arus. Plankton terbagi
atas phytoplankton dan zooplankton. Peranan phytoplankton di perairan
adalah sebagai produsen primer bagi ekosistem perairan dan merupakan
indikator produktivitas suatu ekosistem perairan, karena perannya yang
sangat besar sebagai penyedia pakan (nutrien) bagi konsumen
(zooplankton, ikan, dll). Tingkat kelimpahan dan jumlah taxa
fitoplankton dan zooplankton tertinggi di Laut Jawa sebelah Timur
lokasi kegiatan. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) untuk
fitoplankton di keempat titik sampling dan zooplankton di Laut Jawa
sebelah Utara adalah tinggi (H’ > 3).
Tabel 4. Kondisi Nekton di sekitar Lokasi Kegiatan
Benthos
Benthos mencakup semua organisme yang hidup di dasar perairan.
Peranan benthos di perairan sangat besar, antara lain sebagai pengurai
bahan-bahan organik yang terdapat di dasar perairan dan sebagai
indikator biologis apabila terjadi penurunan kualitas ekosistem perairan.
Tabel 5. Kondisi Benthos di sekitar Lokasi Kegiatan
Ikan Netkon
Ikan (Nekton) merupakan biota air yang mempunyai pergerakan lebih
bebas dibandingkan plankton dan benthos sehingga dapat berpindah dari
satu tempat ke tempat lain bila terjadi perubahan fisik kimia perairan.
Tabel 6. Jenis dan Jumlah Nekton di sekitar lokasi kegiatan
3. Komponen Lingkungan Sosial-Ekonomi dan Budaya
a. Jumlah penduduk dan kependudukan
Penduduk di Kelurahan Ancol sesuai data profil Kelurahan Ancol/Laporan
Bulanan Bulan Juli 2014 berjumlah 28.725 jiwa dengan distribusi sebanyak
15.157 orang penduduk laki-laki dan 13.568 orang penduduk perempuan.
Angka kepadatan penduduk di wilayah tersebut yaitu 50 jiwa/Ha.
b. Fasilitas ekonomi
Beberapa infrastruktur ekonomi yang terdapat di Kelurahan Ancol adalah
sebagai berikut:
Tabel 7. Infrastruktur ekonomi di Kelurahan Ancol
c. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Ancol adalah sebagai berikut :
Jadi, batas wilayah studi merupakan resultante dari batas proyek, batas sosial, batas
ekologis dan batas administrasi.
v
Sosialisasi Mobilisasi dan Pengoperasian Penghentian
Rencana Pemukiman PLTGU Operasional
Kegiatan Tenaga Kerja PLTGU Jawa -
2
Pembongkaran Pembuatan Pemeliharaan
PLTU Unit ¾ kantor proyek PLTGU
dan PLTG
Westinghouse
Mobilisasi Alat dan
Bahan Material
Penyiapan Lahan
Konstruksi
Pekerjaan Sipil,
Mekanikal dan Elektrikal
Pembangunan
Sarana dan
Prasarana PLTGU
Commissioning
Pemeliharaan PLTGU
Secara periodik dan kontinyu sesuai standar tata cara operasional
dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap mesin-mesin
pembangkit, penggantian pelumas dari peralatan dan mesin pembangkit
serta pemeliharaan cerobong. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya
untuk mengoptimalkan pembangkit serta mencegah kerusakan berat.
Dalam tahap operasional, terdapat beberapa pekerjaan non teknik yang
dapat dilakukan oleh pekerja lokal seperti menjadi cleaning service,
office boy, security dan lain sebagainya.
4. Tahap Pasca Operasi
Penghentian Operasional PLTGU Jawa-2
Kegiatan pada tahap pasca operasional adalah penghentian operasional
pembangkit. Pada tahap ini terdapat penghentian pekerja secara
menyeluruh.
F. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di sekitar lokasi
Berdasarkan peta kegiatan sekitar menunjukan bahwa terdapat kegiatan lain di sekitar
lokasi kegiatan antara lain: Pergudangan, Industri, dan permukiman penduduk.
Pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan dengan pengelolaan
sesuai dengan arahan kajian lingkungan sebelumnya diprakirakan tidak menimbulkan
gangguan terhadap kegiatan sekitar tersebut.
G. Dampak Penting Hipotetik
Prakiraan dampak penting merupakan tahapan pembuktian dari dampak penting
hipotetik (DPH) mengacu pada besaran dampak dan sifat penting dampak berdasarkan
dari deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang ditambahkan. Pelingkupan
merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi
dampak penting hipotetik yang terkait dengan rencana kegiatan Pembangunan.
Pelingkupan dilakukan melalui tiga tahap yaitu identifikasi dampak potensial, evaluasi
dampak potensial serta klasifikasi dan prioritas. Pelingkupan adalah proses untuk
menemukan atau menetapkan dampak penting atau masalah utama dari suatu kegiatan
terhadap lingkungannya. Proses pelingkupan dilakukan sejak awal kegiatan yang
dimaksudkan untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting hipotetik yang terkait dengan rencana kegiatan. Dengan cara ini diharapkan
dapat diwujudkan pengkajian yang efisien, baik dalam hal waktu, tenaga maupun biaya.
Berdasarkan pertimbangan hasil observasi ke lapangan, kajian pustaka serta saran,
pendapat dan masukan dari masyarakat pada saat konsultasi publik, maka dampak
penting hipotetik dari kegiatan pembangunan PLTGU yaitu :
a. Tahap Prakonstruksi
- Penurunan kualitas udara
Kegiatan pembongkaran (demolishing) PLTU unit 3 & 4 berpotensi
mengemisikan debu ke udara menyebabkan penurunan kualitas udara ambien
sekitarnya. Debu tersebut berasal dari kegiatan serpihan bangunan yang
dihancurkan. Faktor emisi dari kegiatan pembongkaran adalah 0,250 kg/m2
(usbr.gov.reports), adapun luas bangunan yang dibongkar sekitar 5,2 ha (52.000
m2 ) selama 6 bulan (180 hari), Oleh karena itu, pada saat operasional kegiatan
pembongkaran PLTU 3 & 4 diperkirakan 0,250 kg/m2 x 52.000 m2 = 2166
kg/bulan atau 0,8 g/detik. Berdasarkan hasil pemantauan, konsentrasinya masih
memenuhi baku mutu, dan daerah sekitarnya bukan merupakan daerah
permukiman (> 1 km dari lokasi permukiman) sehingga tidak ada manusia yang
terkena dampak, serta dampak berlangsung sementraa pada saat konstruksi,
maka dampak pembongkaran PLTU 3 & 4 terhadap kualitas udara adalah
negatif tidak penting.
- Peningkatan kebisingan
Kegiatan pembongkaran (demolishing) PLTU 3 dan 4 dapat menyebabkan
peningkatan tingkat kebisingan di tapak proyek dan sekitarnya. Tingkat
kebisingan dari pembongkaran PLTU 3 dan 4 UBJ Priok berasal dari kendaraan
berat yang lalu lalang seperti dump, truck, buldoser. Berdasarkan hasil
perhitungan tingkat kebisingan akhirnya masih memenuhi baku mutu, daerah
sekitarnya bukan merupakan daerah permukiman (> 1 km dari lokasi
permukiman), sehingga tidak ada manusia yang terkena dampak, dan dampak
berlangsung sementra pada saat pembongkaran maka dampak pembongkaran
PLTU 3 & 4 terhadap kualitas udara adalah negatif tidak penting.
- Keresahan masyarakat
Sebagai langkah awal untuk melaksanakan kegiatan tersebut maka perlu
dilakukan kegiatan penetapan Tapak dan sigi berupa pengukuran dan
pemasangan patok pada area yang direncanakan untuk pembangunan dan
pembongkaran PLTGU Tanjung Priok ini.
Tabel 11. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penetapan dan sigi
Yang Berdampak Keresahan Sosial
No Kriteria Penentu Sifat Keterangan Sifat Dampak
Penting Dampak
1 Jumlah Tenaga Kerja Keresahan masyarakat akibat Negatif
Yang Terkena Dampak pertentangan dapat melibatkan penting (NP)
seluruh warga masyarakat di tiga
kelurahan, minimal sebanyak
jumlah kepala keluarga 40 594
orang
2 Luas wilayah persebaran Tiga Kelurahan dalam wilaya studi, Negatif Tidak
dampak dan tidak melebar wilayah di luara Penting (NTP)
batas wilayah studi
3 Intensita dan lamanya Intensitas dampak yang terjadi Negatif
dampak berlangsung berniali 13,38, menurut skala penting (NP)
keresahan masyarakat bernilai
kurang. Lamanya dampak
berlangsung selama tahap Pra
konstruksi dilaksanakan yang dapat
mencapai 1 tahun dapat berlanjut
hingga tahap konstruski dan operasi
4 Banyaknya komponen Ketertiban masyarakat Negatif
lingkungan yang terkena penting (NP)
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Tidak ada akumulasi dampak dara Negatif
gangguan ketertiban Penting (NP)
6 Berbalik dan tidak Berbalik setelah kegiatan Negatif Tidak
berbalik dampak kesepakatan atas hal yang Penting (NP)
dipertentangkan
Kesimpulan Negatif Penting (NP)
b. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan pemukiman Tenaga Kerja
- Terbukanya peluang kerja & usaha
Kegiatan perekrutan tenaga kerja tahap konstruksi rangkaian pembangunan
pembangkit listrik ini ini dapat memberikan dampak positif terciptanya
kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat di lokasi studi yang memiliki
keahlian di bidang konstruksi.
Tabel 12. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penggunaan Tenaga
Kerja Yang Berdampak Pada Terbukanya Peluang Kerja
- Peningkatan Pendapatan
Kegiatan perekrutan tenaga kerja tahap konstruksi rangkaian pembangunan
penataan kawasan pantai ini dapat memberikan dampak positif terciptanya
kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat di lokasi studi yang memiliki
keahlian di bidang konstruksi.
Tabel 13. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penggunaan Tenaga
Kerja Yang Berdampak Pada Peningkatan Pendapatan
- Keresahan Masyarakat
Tabel 14. Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Keresahan Sosial
No Kriteria Penentu Keterangan Sifat Dampak
Sifat Penting
Dampak
1 Jumlah Tenaga Kerja Jumlah penduduk lokal di Penting
Yang Terkena pemukiman berstatus sebagai
Dampak pencari kerja yaitu mencapai 5,63%
dari angkatan kerja atau mencapai
4.239 jiwa
2 Luas wilayah Kel. Ancol, Tanjung Priok dan Penting
persebaran dampak Warakas
3 Lamanya dampak Selama tahap konstruksi Penting
berlangsung berlangsung sampai dengan
sebelum tahap operasional.
4 Intensitas Dampak Dampak yang ditimbulkan yaitu
persepsi negatip masyarakat yang
menganggap bahwa kegiatan
mobilisasi tenaga kerja pada
kegiatan konstruksi tidak
memrioritaskan penduduk
setempat., meskipun ada
penyeimbang dari sejumlah
penduduk yang direkrut dan aktif
dalam kegiatan konstruksi.
4 Banyaknya Komponen yang terkena dampak Penting
komponen adalah ketertiban sosial yang
lingkungan yang berdampak pada gangguan
terkena dampak kelancaran aktivitas penduduk dan
gangguan terhadap kegiaan
konstruksi PLTGU Tanjung Priok
5 Sifat kumulatif Dampak berlangsung selama tahap Penting
dampak konstruksi
6 Berbalik dan tidak Dampak negatif berbalik apabila Penting
berbalik dampak ada komunikasi dan kesepakatan
antara penduduk dengan
manajemen PLTGU Tanjung Priok
mengenai hal±hal yang dapat
mengakomodasi kebutuhan kerja
penduduk lokal.
Kesimpulan Negatif Penting (NP)
4. Penyiapan Lahan
- Kualitas Udara
Konsentrasi pencemar udara yaitu NO2, CO dan SO2 masing-masing mengalami
peningkatan dibandingkan kondisi awalnya. Hasil akumulasi dipredikisikan
masih memenuhi baku KEPGUB DKI JAKARTA No. 551 TAHUN
2001Tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat
Kebisingan Di Propinsi DKI Jakarta, namun berlangsung sementara pada saat
konstruksi, dan jauh dari permukiman oleh karena itu dampaknya diprakirakan
sebagai dampak negative tidak penting.
- Kebisingan
Hasil perhitungan untuk tingkat kebisingan menunjukkan bahwa tingkat
kebisingan pada saat pembongkaran PLTU 3 & 4 di ketiga lokasi tersebut telah
melebihi baku mutu tingkat kebisingan peruntukan niaga dan industri Kep
MENKLH No.48 tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan yakni 65 dan 75
dBA. Oleh karena tingkat kebisingan akhirnya masih memenuhi baku mutu,
daerah sekitarnya bukan merupakan daerah permukiman (> 1 km dari lokasi
permukiman), sehingga tidak ada manusia yang terkena dampak, dan dampak
berlangsung sementra pada saat pembongkaran maka dampak pembongkaran
PLTU 3 & 4 terhadap kualitas udara adalah negatif tidak penting.
5. Pekerjaan Sipil, Elektrikal dan Mekanikal
- Kebisingan
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada saat
pemancangan tiang masih di bawah baku mutu tingkat kebisingan peruntukan
niaga dan industri Kep MENKLH No.48 tahun 1996 tentang baku tingkat
kebisingan yakni 65 dan 75 dBA. Berdasarkan prakiraan nilai besaran dampak
tersebut, lokasi sekitarnya bukan permukiman (kegiatan perindustrian), dan
kegiatannya berlangsung tidak kontinyu, maka dampak peningkatan intensitas
kebisingan dari kegiatan pemasangan pondasi PLTGU 1 x 800 MW termasuk
negatip tidak penting.
- Penurunan kualitas air permukaan
Pekerjaan sipil, elektrikal dan mekanikal diantaranya berupa pekerjaan pondasi
yang digunakan berupa pondasi pile sehingga menimbulkan dampak terhadap
penurunan kualitas air permukaan berupa peningkatan kekeruhan. Berdasarkan
hasil pengukuran monitoring PLTGU Priok untuk kualitas air laut, parameter
TSS yang terukur di outfall PLTGU Blok I dan 2 berkisar antara 33,50 mg/L
s.d 35,10 mg/L, masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (80
mg/L) maka dampak pekerjaan pondasi terhadap penurunan kualitas air laut
sehingga dampak negatif tidak penting.
6. Pembangunan Sarana dan Prasarana PLTGU
- Keresahan Masyarakat
Tabel 16. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan
Material Yang Berdampak Keresahan Sosial
7. Comissioning
- Kebisingan
Hasil perhitungan tingkat commissioning menunjukkan bahwa tingkat
kebisingan pada saat commissioning operasional PLTGU masih di bawah baku
mutu tingkat kebisingan peruntukan niaga dan industri Kep MENKLH No.48
tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan yakni 65 dan 75 dBA. Berdasarkan
besar prakiraan dampak tersebut, lokasi sekitarnya bukan permukiman
(kegiatan perindustrian), dan kegiatannya tidak berlangsung kontinyu, maka
dampak peningkatan intensitas kebisingan dari kegiatan commissioning
praoperasional PLTGU 1 x 800 MW termasuk negatip tidak penting.
- Keresahan Masyarakat
Tabel 17. Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Commissioning
Yang Berdampak Keresahan Sosial
c. Tahap Operasi
1. Pengoperasian Pembangkit
- Kualitas Udara
Hasil prakiraan konsentrasi akhir untuk gas NO2, SO2 dan CO pada tahap
operasional, masing – masing gas pencemar mengalami peningkatan
dibandingkan kondisi awal, namun masih memenuhi baku KEPGUB DKI
JAKARTA No. 551 TAHUN 2001Tentang Penetapan Baku Mutu Udara
Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan Di Propinsi DKI Jakarta, namun
berlangsung kontinyu oleh karena itu dampaknya diprakirakan sebagai dampak
negatif penting.
- Kebisingan
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada saat operasional
PLTGU masih di bawah baku mutu tingkat kebisingan peruntukan niaga dan
industri Kep MENKLH No.48 tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan
yakni 65 dan 75 dBA. Berdasarkan besar prakiraan dampak tersebut, lokasi
sekitarnya bukan permukiman (kegiatan perindustrian), dan kegiatannya
berlangsung kontinyu, maka dampak peningkatan intensitas kebisingan dari
kegiatan operasional PLTGU 1 x 800 MW termasuk negatif penting.
- Hidrooceanografi (temperatur)
Dengan adanya penambahan PLTGU Jawa-2 (1x800 MW) akan memberikan
perubahan area sebaran yang terpengaruh oleh peningkatan temperatur, area
peningkatan perubahan temperatur masih di dalam wilayah area pemantauan,
namun mengingat operasional PLTGU secara terus menerus maka dampak
tegolong negatif penting.
- Biota Akuatik
Gangguan terhadap biota laut akibat peningkatan temperatur akan selalu terjadi
karena masuknya limbah bahang dari operasi pendinginan (cooling water)
secara terus menerus sehingga dampak dikategorikan dampak negatif penting.
2. Pemeliharaan
- Keresahan Masyarakat
Tabel 18. Pembobotan Dampak Tahap Operasi Kegiatan Pemeliharaan
Yang Berdampak Pada Keresahan Sosial
H. Dampak Potensial
Dampak potensial bisa diketahui melalui matriks interaksi antara komponen kegiatan
dan komponen lingkungan yang terkena dampak pada setiap tahap kegiatan yaitu pra
konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Pada tahap ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder dan seterusnya)
yang secara potensial akan timbul sebagai akibat dari adanya rencana kegiatan
pembangunan PLTGU Jawa-2 (1x800 MW). Pada tahap ini dilakukan inventarisasi
dampak potensial yang mungkin timbul tanpa memperhatikan penting tidaknya
dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah
dampak potensial tersebut merupakan dampak penting. Berikut merupakan matriks
identifikasi dampak potensial.
Tabel 19. Matrik identifikasi dampak potensial kegiatan pembangunan PLTGU
Jawa-2 (800 MW)
Berikut merupakan formulir Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) Pengembangan Pembangkitan PLTGU Priok 2075 MW menjadi
2723 MW yang merujuk pada PP No 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
1. Raharjo M. Memahami Amdal. 2nd Ed. Semarang: Graha Ilmu. 2014; 1-286 p.
2. Menteri Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 38 Tahun 2019
tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia;
2019. 1-140 p.
3. PT. Meppo-Gen. adendum Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (ANDAL, RKL-RPL) Kegiatan
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 40 MW (Pada Blok I
Dari 110 MW Menjadi 150 MW Oleh PT. Meppo-Gen di Desa Panang Jaya Kecamatan
Gunung Megang dan Desa Ulak Bandung Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Muara Enim
Provinsi Sumatera Selatan. 2017.
4. PT. PLN (Persero). Dokumen Adendum Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang Kapasitas
500 MW (PEAKER). 2016.
5. PT. PLN (Persero). Adendum ANDAL, RKL – RPL Pengembangan Pembangkitan
PLTGU Priok 2.075 MW Meningkat Menjadi 2.723 MW Di Komplek PT. Indonesia
Power UPJP Priok. 2016.
6. PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. Ecovention Building. Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL) Reklamasi Pulau K, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan Kota Jakarta
Utara Provinsi Dki Jakarta. 2015.
7. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia; 2021.