Laporan Bazz 1
Laporan Bazz 1
Gelombang X Kelompok 2
29 Agustus-16 September 2022
Oleh:
JUSANTI MUKAROMAH, S.KH
NIM.210130100111078
Gelombang XKelompok 2
29 Agustus - 16 September 2022
Oleh:
JUSANTI MUKAROMAH, S.KH
NIM. 210130100111078
Oleh:
Jusanti Mukaromah
210130100111078
Gelombang X Kelompok 2
Menyetujui,
Koordinator
Rotasi Interna Hewan Kecil Pembimbing Kelompok
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Profesi Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
2.2.5 Konjungtivitis
Peradangan pada konjungtiva (konjungtivitis) dapat disebabkan oleh
penyebab non-infeksius atau infeksius, meskipun seringkali keduanya terlibat.
Faktor penyebabnya dapat berupa debu, rambut yang mengiritasi, atau virus
yang menyebabkan kerusakan awal. Kemudian, agen seperti bakteri,jamur,
atau ragi dapat menembus dan merusak kantung konjungtiva. Mekanisme
pertahanan yang rusak dapat disebabkan oleh kurangnya air mata, sindrom
defisiensi autoimun kucing, leukemia/limfoma ganas, penggunaan antibiotik,
kortikosteroid, atau anestesi topical jangka panjang. Konjungtivitis bilateral
sering disebabkan oleh infeksi. Pada kucing, pathogen sindrom pernapasan
bagian atas seringkali menyebabkan konjungtivitis (Gellat and Plummer,
2022).
e. Sclera
Pemeriksaan yang perhatikan yaitu warna dari sklera yang biasanya
berwarna putih. Pigmen tubuh bisa merubah sklera menjadi hitam, paling
sering membuatnya menjadi berwarna kuning. peradangan lokal pada sklera
atau episklera dapat menyebabkan daerah penebalan merah muda-merah.
f. Cornea
Pemeriksaan pada cornea normal memiliki lapisan air mata yang utuh dan
memiliki permukaan bulat yang halus yang memiliki refleks yang
baik/reflektif, transparan, dan sangat sensitif.
g. Iris
Pemeriksaan pada iris menggunakan pen light dengan evaluasi
abnormalitas, warna, ketebalan, dan posisi. Pada iris berwarna kemerahan atau
abu-abu pada iris menunjukkan hiperemia dan/atau inflamasi eksudatif. Ini
adalah tanda-tanda iritis atau uveitis. Perkembangan gelap elevasi fokus
berpigmen merupakan indikasi dari awal dari neoplasma.
h. Limbus
Pemeriksaan pada limbus menggunakan inspeksi melihat bagian putih di
dekat konjungtiva. Evaluasi melihat abnormalitas seperti posisi, ketebalan dan
warna.
i. Pupil
Pemeriksaan pupil dengan inspeksi menggunakan pen light dengan
melihat bentuk pupilnya yang jelas terjadi miosis lengkap (penyempitan). pada
midriasis (pelebaran pupil), pupil biasanya berbentuk bulat.
2.4 Pemeriksaan penunjang pada Sistema Mata
2.4.1 Schirmer Tear Test
Metode ini dapat digunakan untuk mendiagnosa adanya gangguan pada
kelenjar air mata. Prinsip dari Schirmer tear test yaitu dengan menggunakan
kertas absorben untuk mengukur jumlah air mata yang diproduksi selama 1
menit. Nilai normal pada hasil STT hewan anjing dan kucing yaitu 10-20
mm/menit. Jika kurang dari nilai normal maka diindikasikan hewan
mengalami mata kering (Ilyas et.al, 2012). Apabila nilai STT lebih dari 20-25
mm/menit maka diindikasikan terjadi iritasi pada konjungtiva. Hal ini
disebabkan gangguan sistem drainase lakrimal yang tidak mampu
mengalirkan limpahan air mata sehinga akan melewati batas kelopak mata di
kantus medial (Stades, 2007).
2.4.2 Fluorescent Test
Prinsip pada pengujian ini yaitu menggunakan pewarnaan orange
(fluorescent) serta cahaya biru untuk mendeteksi adanya benda asing pada
mata. Zat warna fluorescen akan berubah menjadi hijau pada media alkali,
dimana apabila pewarnaan ini menempel pada epitel kornea yang rusak maka
akan berwarna hijau. Karena jaringan epitel yang rusak akan bersifat basa
(Ilyas and Fluoresein, 2009).
2.4.3 Intraocular Pressure (IOP)
Pengujian IOP sangat penting untuk pemeriksaan mata, karena
peningkatan IOP akan mengindikasikan adanya kerusakan ganglion sel yang
mengakibatkan rusaknya pupil dan lapang pandang sehingga terjadi kebutaan.
Pada kasus glaucoma, terjadi penurunan sensitivitas dan fungsi sel ganglion
retina, dan kematian sel ganglion, kehilangan aksonal saraf optic, visual
menjadi berkurang, dan kebutaan. Nilai normal IOP pada anjing dan kucing
yaitu berkisar 15-20 mmHg. Pada kasus glaucoma tekanan IOP cukup tinggi
yaitu 20-30 mmHg (Stades, 2007).
2.4.4 Sitologi dan Kultur Mikrobiologi
Sampel sitologi dapat dikoleksi dengan menggunakan metode swab
steril permukaan konjungtiva. Teknik ini umumnya digunakan untuk
pengumpulan sel mikroba. Usap pada media kultur atau saline steril. Hasil
abnormal pada pengujian sitologi dapat ditemui sel epitel menjadi keratin,
terdapat neutrophil degeneratif dan non-degeneratif pada infeksi akut akibat
bakteri atau virus. Kemudian, pada hasil kultur didapati flora mikroba yang
dibagi menjadi pathogen residen dan oportunistik organisme (Athanasiou
et.al, 2018).
2.4.5 Pemeriksaan Hematologi
Salah satu jenis diagnosis penunjang adalah pemeriksaan hematologi.
Pemeriksaan hematologi dilakukan dengan mengamati parameter eritrosit,
leukosit, dan kimia darah. Eritrosit memiliki peran utama sebagai pembawa
oksigen ke jaringan (Weiss and Wardrop, 2010). Leukosit terdiri dari
beberapa jenis benda darah yaitu neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan
basofil. Peningkatan produksi neutrofil mengindikasikan adanya peradangan.
Monosit memiliki fungsi utama dalam membatasi replikasi mikroorganisme
dalam sel sehingga merupakan kunci utama dalam melawan serangan
berbagai macam organisme (Harvey, 2001). Eosinofil berperan meningkatkan
imunitas tubuh dalam melawan infeksi parasit seperti cacing. Basofil
berperan penting sebagai mediator reaksi hipersensitivitas (Weiss and
Wardrop, 2010).
Pemeriksaan kimia darah bertujuan untuk mengukur dan mengevaluasi
kadar dari beberapa zat kimia dalam darah. Pemeriksaan ini juga membantu
mengetahui adanya abnormalitas kondisi yang terjadi pada kucing kasus
melalui pemeriksaan darah. Hasil pemeriksaan kimia darah pada kucing kasus
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar glukosa, alkaline phosphatase,
persentase albumin: globulin, serta terjadi peningkatan pada kadar blood urea
nitrogen (BUN) (Weiss and Wardrop, 2010).
2.4.6 Rapid Test FIPV
Rapid Test FIP bertujuan untuk mendeteksi antibodi Immunoglobulin
M (IgM) dan Immunoglobulin G (IgG) dalam darah yang terbentuk ketika
terpapar FIP. IgM muncul terlebih dahulu, menjadi tanda awal infeksi. IgG
keluar kemudian, timbul reaksi yang lebih spesifik dan lebih kuat terhadap
virus. Spesimen (darah/ serum/ plasma) dimasukkan ke dalam alat uji dan
diserap dengan sistem kapilaritas, bercampur dengan konjugat pewarna
antigen FIP dan mengalir melintasi membran yang telah dilapisi sebelumnya.
Menunjukan hasil positif jika level antibody FIP pada sampel berada pada
atau di atas batas deteksi tes, sehingga muncul warna pada pita uji (T),
sedangkan ketika tingkat antibody FIP dalam sampel nol atau di bawah batas
target, pita uji (T) tidak berwarna, ini menunjukkan hasil negatif (Sumule,
2021).
BAB III
STUDI KASUS
Gambar 3. 2 Hasil pemeriksaan USG Ginjal kucing Bazz (Dokumentasi pribadi, 2022)
c Pemeriksaan neurologi
d Tes kit
Pada hasil pemeriksaan rapid test kit antibody Feline Corona virus
didapati hasil kucing Bazz positif (+) terinfeksi virus FCoV yang ditandai
dengan adanya presipitasi garis merah pada test line (Gambar 4.5) yang
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat antibodi yang terbentuk terhadap
infeksi FIP pada tubuh kucing Bazz. Menurut Sumule (2021), Rapid Test FIP
bertujuan untuk mendeteksi antibodi Immunoglobulin M (IgM) dan
Immunoglobulin G (IgG) dalam darah yang terbentuk ketika terpapar FIP.
IgM akan muncul terlebih dahulu dan menjadi tanda dari awal infeksi. IgG
akan terproduksi kemudian, dan akan timbul reaksi yang spesifik dan lebih
kuat terhadap virus. Hasil yang positif apabila level antibodi FIP pada sampel
berada pada atau di atas batas deteksi tes, sehingga muncul warna pada pita
uji (T), sedangkan ketika tingkat antibodi FIP dalam sampel nol atau dibawah
batas target, pita uji (T) tidak berwarna, dan diinterpretasikan bahwa hasil
tersebut negatif. Namun, dari hasil pemeriksaan antigen didapatkan hasil
negatif yang menandakan bahwa virus tersebut pernah menginfeksi tetapi
sedang tidak berlangsung pada saat pemeriksaan.
4.3.3 Ultrasonografi
Ultrasonografi merupakan teknik mendiagnosis gambaran organ
(sonogram) yang dihasilkan oleh interaksi gelombang suara berfrekuensi tinggi
dengan organ. Prinsip pulse-echo. USG abdomen ditujukan untuk memeriksa
organ-organ utama dalam rongga abdimen, seperti hati, kandung empedu, ginjal,
pankreas, limpa, kandung kemih dan vesika urinaria. Pemeriksaan USG
dilakukan untuk melihat organ-organ dalam abdomen yang biasa terdampak
akibat invasi virus dengan ciri lesi granulomaltosa pada permukaan organ. Hasil
USG menunjukkan hasil pemeriksaan USG menunjukkan terlihat adanya
pembesaran ukuran ginjal dari normalnya. Kisaran ukuran ginjal normal yaitu 4
cm, sedangkan pada hasil pemeriksaan USG kucing bas didapatkan ukuran
ginjal lebih besar yaitu 6 cm. selanjutnya, batas antara korteks dan medulla
sudah tidak tampak.
4.3.4 Neurologi
4.4 Patogenesa
Feline Infectious Peritonitis (FIP) merupakan penyakit fatal yang
dimediasi sel imun yang dipicu oleh infeksi virus corona kucing (FCoV). Feline
Coronavirus (FCoV) termasuk ke dalam famili Coronaviridae dari ordo
Nidovirales. Strain FCoV dibagi menjadi dua biotipe yang berbeda, feline
enteric coronavirus (FECV) dan Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV).
Infeksi dengan FECV sangat umum terjadi dengan menginduksi antibody
spesifik pada kucing hingga 90%. Berdasarkan teori mutasi in vivo yang
diterima secara luas, FIP muncul dikarenakan FECV enteric yang bermutasi
pada kucing yang terinfeksi. Dua bentuk utama FIP yaitu bentuk efusif dan non-
efusif (Baydar et al., 2014).
Kucing yang terinfeksi FCoV biasanya tidak menunjukkan gejala atau hanya
menunjukkan enteritis ringan. Sebagian kucing yang terinfeksi FCoV akan
berkembang menjadi FIP dengan kondisi vasculitis pyrogranulomatosa.
Patogenesa FIp telah dijelaskan dimana terjadi peningkatan jumlah mutase yang
muncul secara stokastik pada saat replikasi, beberapa diantaranya tumbuh
hingga konsentrasi yang tinggi di dalam monosit dan makrofag. Mutan dari
FCoV yang sangat virulen ini dapat menginduksi FIP. Viral load dan respons
imun kucing akan menentukan apakah FIP akan berkembang atau tidak (Addie
et al., 2009).
Kondisi patologis dari FIP telah diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu
FIP efusif (basah) yang ditandai dengan adanya polyserositis (misalnya, efusi
thorax dan abdomen) dan vasculitis, dan FIP non-efusif (kering) yang ditandai
dengan lesi granulomatosa pada organ. Kedua bentuk ini mencerminkan dari
klasifikasi klinis. Bentuk enteric yang dialami oleh kucing muda yaitu degan
tanda klinis diare dan muntah serta dikaitkan dengan lesi pyogranulomatous usus
nodular (Addie et al., 2009).
FIP efusif merupakan hasil dari deposisi luas dari kompleks imun di
pembuluh darah, vasculitis dan kebocoran serum serta protein ke dalam rongga
tubuh. Kucing dengan respon imun yang dimediasi sel parsial bersama dengan
imunitas humoral akan berkembang menjadi bentuk FIP non-efusif yang lebih
kronis, ditandai adanya granulomatosa, perivascular di viscera abdomen, pulmo,
otak, dan mata. Keterlibatan ocular akan sering terjadi dengan melibatkan
berbagai perubahan seperti warna iris, diskoria atau anisocoria, hifema, dan
biasanya berupa uveitis serta chorioretinitis (Baydar et al., 2014).
4.5 Penanganan dan pengobatan
Pada kasus kucing Bazz , dilakukan terapi cairan menggunakan sodium
chloride 0,9% melalui rute intravena. Menurut Zhou et al (2018), normal saline
merupakan cairan kristaloid yang terdiri dari larutan elektrolit dan molekul
hidrofilik. Normal saline mengandung elektrolit (ion natrium dan klorida) yang
terdisosiasi dalam larutan. Ion natrium merupakan elektrolit utama cairan
ekstraseluler, integral dalam distribusi cairan dan elektrolit. Ion penting lainnya
adalah klorida yang berfungsi sebagai zat penyangga di dalam paru-paru dan
jaringan. Klorida dapat membantu memfasilitasi pengikatan antara oksigen dan
karbon dioksida ke hemoglobin. Ion-ion ini akan diregulasi oleh ginjal, yang
mengontrol homeostasis dengan penyerapan atau ekskresi di dalam tubulus.
Selain itu, air juga memainkan perang yang sangat penting. Air merupakan
bahan yang diperlukan tubuh dan terdiri lebih dari 2/3 dari berat badan. Natrium
berperan penting dalam mempertahankan konsentrasi homeostatis dan distribusi
air. Normal saline berfungsi untuk memperluas volume intravascular tanpa
mengganggu konsentrasi ion atau menyebabkan perpindahan cairan yang besar
antara ruang intraseluler, intravascular, dan interstitial
Terapi selanjutnya diberikan antibiotik berupa ampicillin sulbactam
dengan rute pemberian melalui subkutan. Ampicilin sulbactam merupakan
antibiotik yang aktif melawan organisme aerob gram-positif, gram negatif dan
anaerob obligat tetapi tidak mampu melaan organisme yang menghasilkan
penisilinase. Dosis pemberian pada kucing yaitu 10-20 mg/kg. Selanjutnya
kucing bazz diberikan methylcobalamin untuk terapi neurologis.
Methylcobalamin merupakan jenis vitamin yang banyak digunakan untuk terapi
penyakit-penyakit neurologi Methylcobalamin merupakan sejenis koenzim B12
endogen yang memegang peranan penting dalam proses methylation. Sebagai
koenzim methionine synthase, berperan dalam proses sintesis methionine dari
sel serta berperan dalam sintesis nucleic acid dan protein. Methylcobalamin juga
dapat meningkatkan axonal transport dan regenerasi akson serta memulihkan
perlambatan transmisi sinaps dengan meningkatkan eksitabilitas saraf dan
memperbaiki berkurangnya neurotransmiter asetilkolin (Zhang, 2013).
Kemudian diberikan sangobion yang bertujuan untuk meningkatkan kan kadar
hemoglobin dalam darah (Zaddana, 2019). Terapi selanjutnya yang diberikan
adalah asam folat. Pemberian Asam folat bertujuan untuk mengobati kekurangan
asam folat dalam tubuh. Dosis pemberian untuk kucing yang mengalami
defisiensi folat skunder karna insufisiensi pankreas eksokrin 400 mikrogram per
oral sekali sehari (Plumb, 2018).
Terapi selanjutnya diberikan Basmi Fip. Basmi Fip mengandung GS-
441524 yang merupakan analog ribosa C-nukleosida adenin C-nukleosida
tersubstitusi 1-siano, berfungsi dengan cara memiliki aktivitas antivirus yang
kuat dengan sejumlah virus RNA, termasuk coronavirus. GS-441524
membutuhkan fosforilasi intraseluler melalui kinase seluler menjadi nukleosida
monofosfat dan selanjutnya menjadi metabolit trifosfat aktif (NTP). Fungsi
analog NTP aktif sebagai competitor trifosfat nukleosida alami dalam sintesis
RNA virus. Bentuk aktif GS-441524 telah terbukti dapat menghambat
transkripsi yang dimediasi RNA polymerase. GS-441524 akan diaktifkan di
dalam sel kucing, melemahkan replikasi FIPV, memiliki sitotoksisitas rendah,
dan secara efektif merawat kucing dengan FIP yang diinduksi secara
eksperimental (Murphy et al., 2018).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan anamnesa dan gejala klinis kucing Bazz mengalami uveitis pada
bola mata bagian dexter dan mukosa pucat. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
yaitu berupa pemeriksaan darah lengkap, USG, pemeriksaan neurologi dan tes kit
FIPV. Pada hasil pemeriksaan gejala klinis, anamnesa, dan pemeriksaan penunjang
di dapati kucing Bazz suspect feline infeksius peritonitis- non effusive. Kucing yang
terinfeksi FIP tipe basah akan mengalami gangguan pada ocular akan mengalami
perubahan seperti warna iris, diskoria atau anisocoria, hifema, dan biasanya berupa
uveitis serta chorioretinitis. Terapi pengobatan yang dilakukan yaitu pemberian
terapi cairan, pemberian sangobion, albumin, asam folat, curcuma, ampicillin
sulbactam, Methylcobalamin dan pemberian antiviral GS-441524 dengan merk
dagang basmi FIP.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis terkait penanganan kasus kucing Bazz
yaitu dilakukan monitoring kondisi pasien dengan melakukan pemeriksaan seperti
hematologi, kimia darah, dan test kit FIP untuk memastikan kondisi pasien yang
sedang dalam masa pengobatan, serta untuk mengetahui perkembangan dari
pengobatan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Athanasiou, L.V., Psemmas, D.Ε. and Papaioannou, N. 2018. Conjunctival cytology
assessment in dogs and cats. Sampling, diagnostic techniques and findings,
Journal of the Hellenic Veterinary Medical Society, 69(1), p. 701.
doi:10.12681/jhvms.16382.
Baydar E., Eroksuz, Timurkan, and, Eroksuz H. 2014. Felinenfectious Peritonitis with
Distinct Ocular Involvement in a Cat in Turkey. Kafkas Univ Vet: Vol. 20
No.6.
Cavazzoni S.L.Z., and Dellinger R.P. 2006. Hemodynamic Optimization of Sepsis
Induced Tissue Hypoperfusion. Critical Care: Vol. 10 No.3.
Davis, Harold, Tracey Jensen, Anthony Johnson, Robert Meyer, Renee Rucinsky, Heidi
Shafford. 2013. Fluid Therapy Guidelines for Dogs and Cats. AAHA/AAFP
Fluid Therapy Guidelines for Dogs and Cats.
Eldredge, Carlson and Giffin 2008. Cat Owner’s Home Veterinary Handbook. 3rd edn.
New Jersey: Wiley Publishing.
Ettinger S.J., Feldman E.C., and Cote E. 2017. Textbook of Veterinary Internal
Medicine 8th Edition. Elsevier.
Gellat K.N., and Plummer C.E. 2022. Essentials of Veterinary Opthalmology 4th
Edition. Wiley Blackwell Publishing.
Harvey, A., dan Tasker S. 2013. BSAVA manual of feline practice: A foundation
manual. British Small Animal Veterinary Asscociation (BSAVA).
Horhogea C, Laiu I, Le Poder S, CarpCărare M, Rîmbu C, Carp-Cărare C. 2011.
Identification of Coronaviral Antibodies and Coronavirus-Specific Antibody
Complexes in Ascites Fluid of Cats Diagnosticated with Feline Infectious
Peritonitis. Cercetari Agronomice in Moldova (Romania) 44(2): 87-93.
Ilyas, S., Yulianti and Fluoresein 2012. Ilmu Penyakit Mata. 4th edn. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ilyas, S. and Fluoresein 2009. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
3rd edn. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kartini 2017. Catatan Dokter Hewan Pemeriksaan Fisik pada Mata, Telinga,
Kardiorespirasi dan Saluran Pencernaan. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Keat K, Subramaniam P, Ghazali S, Amin N. 2016. Review on Benefits of Owning
Companion Dogs among Older Adults. Mediterranean J. Soc. Sci. 7(4): 397-
405.
Murphy B.G., Perron, Murakami, Bauer, and Park. 2018. The Nucleoside Analog GS-
441524 Strongly Inhibits Feline Infectious Peritonitis (FIP) Virus in Tissue
Culture and Experimental Cat Infection Studies. Veterinary Microbiology:
Vol. 219.
Plumb, D. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook, 7th edition. p. 4053.
Sharif, S., Arshad, S.S., Hair-Bejo, M., Omar, A.R., Zeenathul NA., Alazawy, A., 2010.
Diagnostic Methods For Feline Coronavirus: A Review. Vet Med. Int. 1-7.
Slatter, D. 2011. Orbit. In Slatter D (Eds). Fundamentals of veterinary opthalmology.
3rd edn. Philadelphia: Elseiver Saunders Publishing.
Stades, C. 2007. Ophthalmology for the Veterinary Practitioner, Second, Revised and
Expanded Edition. 2nd edn. Schluetersche. doi:10.1201/9783899930955.
Sumule C. 2021. Feline Infectious Peritonitis (FIP) pada Kucing Ras Himalaya di
Klinik Hewan Pendidikan Universitas Hasanuddin. Makassar: UNHAS.
Thrall M. A., Weiser, Allison, and Campbell. 2012. Veterinary Hematology and
Clinical Chemistry 2nd Edition. Wiley-Blackwell Publishing.
Villiers E. 2016. BSAVA Manual of Canine and Feline Clinical Pathology 3rd Edition.
British Small Animal Veterinary Asscociation (BSAVA).
Wang L. 2022. Animal Coronavirus 2nd Edition. Humana Press.
Weiss DJ, Wardrop KJ. 2010. Veterinary Hematology 6th Edition. Iowa: Wiley-
Blackwell Publishing.
Williams. 2002. Veterinary Ocular Emergencies. Elsevier.
Zhou F.H. Liu C., Mao Z., Ma. 2018. Normal Saline for Intravenous Fluid Therapy in
Critically ill Patients. Chinese Journal of Traumatology: Vol. 21 (11-15).
Bartges, J. W. (2012). Chronic kidney disease in dogs and cats. Veterinary Clinics:
Small Animal Practice, 42(4), 669-692.
Jayanti, P. D., Gunawan, I. W. N. F., Meidy, N. L. A. K., & Sulabda, P. (2021).
Laporan Kasus: Feline Infectious Peritonitis Virus pada Kucing Lokal Jantan
yang Mengalami Asites. Buletin Veteriner Udayana Volume, 13(2), 196-205.
Hofmann-Lehmann, Regina; Hartmann, Katrin (2020). Feline leukaemia virus
infection: A practical approach to diagnosis. Journal of Feline Medicine and
Surgery, 22(9), 831–846. doi:10.1177/1098612X20941785
Sellon, R. K., & Hartmann, K. (2006). Feline immunodeficiency virus
infection. Infectious diseases of the dog and cat, 3, 131-42.
Dubey, J. P., Cerqueira-Cézar, C. K., Murata, F. H. A., Kwok, O. C. H., Yang, Y. R., &
Su, C. (2020). All about toxoplasmosis in cats: the last decade. Veterinary
Parasitology, 283, 109145.
Zaddana, C., Indriani, L., Nurdin, N. M., & Sembiring, M. O. (2019). Pengaruh edukasi
gizi dan pemberian tablet tambah darah (TTD) terhadap kenaikan kadar
hemoglobin remaja putri. FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi, 9(2), 131-
137.
Zhang, M., Han, W., Hu, S., & Xu, H. (2013). Methylcobalamin: a potential vitamin of
pain killer. Neural plasticity, 2013.
Plumb, D. C. (2018). Plumb's veterinary drug handbook: Desk. John Wiley & Sons.
LAMPIRAN
LOGBOOK KASUS HARIAN
Dokter yang
No. Stase Resume Kasus
menangani
1. Poliklinik 1 Anjing mini poodle T.38.5 C, halitosis, makan
o
Drh. Cucu
(29/8/22- minum menurun, kadar BUN/urea dalam darah Drh. Icha
1/8/22) tinggi, karang gigi. Observasi beberapa hari kedepan. Drh. Royama
Diinjeksi antibiotik, dibersihkan telinga. Drh. Reza
Kucing persia hitam tonjolan di tengkuk, pasca Drh. Grace
vaksin beberapa minggu kemarin, suspek akibat Drh. Dewi
vaksin. Dilakukan pemeriksaan biopsi FNA untuk Drh. Nyoman
histopat dan identifikasi tumor. Observasi beberapa
kedepan untuk persiapan perbaikan kondisi kesehatan
dan keputusan tindakan op.
Anjing golden epitaksis moderate BB 41kg, umur 5th.
Epistaksis unilateral dexter tidak berhenti sejak tadi
malam. Pemeriksaan kit virus dan parasit darah
negatif. Diberi injeksi vitamin dan tricosamin.
Anjing siberian husky putih umur 3/4th lemas, suspek
intoksikasi, lemas recumbency lateral, diinfus RL
dan terapi inhalasi oksigen.
Anjing collie hitam mengalami respiratory distress
T.40.6 oC, terdengar suara napas stridor, mengalami
penurunan makan minum. Dilakukan x-Ray, terapi
cairan.
Anjing maltese makan minum menurun, kerak pada
kulit, bulu kusam, suspek cushing disease. Dilakukan
pemeriksaan darah dan biokimia lengkap, kerok
kulit, suspek demodecosis. Saran mandi dengan
sabun anti kutu.
Anjing beagle lemas recumbency lateral, napas cepat,
usg ditemukan dominasi udara di intestine, suspek
karena kesulitan bernapas akibat tumor pulmo,
sehingga anjing bernapas melalui mulut.
Anjing poodle T.38,4 oC 2.3 kg 6 blm muntah diare,
anus merah, palpasi banyak gas, hidung basah, tes
parvo negatif, natif feses banyak bakteri.
Anjing german shepherd lemas recumbency lateral,
dehidrasi, tidak mau makan minum, pembesaran di
anal gland, suspek tumor perianal. USG
menunjukkan penurunan kondisi organ hepar, ginjal,
galbladder, infus RL 2 jam.
Anjing toy poodle t. 38.4 oC suspek corporeal
alineum, termakan benang atau keset, respon sakit
saat dipalpasi, usg ditemukan pantulan cahaya echo,
X-ray radioluscent pada gaster. Rawin persiapan
op/endoskopi. Inj. antimuntah
Rawat inap 1 Anjing toy poodle. Pasca operasi corporeal alineum. Drh. Bayu
2. (2/9/22- Tidak ditemukan benda asing, ditemukan ulserasi Drh. Erika
6/9/22) gaster. BB.3.75 kg. Infus RL, obat oral. Drh. Reza
Anjing mix. Suspek infeksi parasit darah. Umur 12th, Drh. Elsa
BB.12.5 kg. Infus RL, obat injeksi, obat oral. Drh. Afdal
Anjing toy poodle BB4.6kg, umur 6th, pasca operasi Drh. Gita
fraktura radius ulna. Infus RL, obat injeksi, obat oral Drh. Kevin
3. Rawat inap 2 Anjing Chochow BB.20 kg umur tua, luka sebasea, Drh. Denny
/Maternity perawatan kulit chlorhexidine dan metclopramide Drh. Dion
(7/9/22- Anjing french bulldog suspek mastitis pasca oh dan Drh. Sarah
10/9/22) caesar Drh. Gilang
Anjing pom perawatan pasca caesar Drh. Indah
Drh. Ricko
Drh. Wina
Drh. Stefani
4. Rawat inap Kucing domestik short hair FIP umur ±2th, lemas, Drh. Bintara
cat clinic pup pis ok, makan disuap, terapi cairan RL, obat Drh. Aisha
(12/9/22- injeksi, obat oral Drh. Gabby
16/9/22) Kucing persia umur ±1.5th panleukopenia, makan Drh. Irma
disuap, diare, vomit, lemas, terapi cairan RL, obat Drh. Lady
injeksi, obat oral Drh. Agung
Kucing mix persia umur ±2th pasca operasi enukleasi
dan fraktur mandibula, makan disuap, terapi cairan
infus RL, obat injeksi, obat oral
LOGBOOK KEGIATAN HARIAN
No Waktu Pasien Anamnes Terapi Ket
a dan PE
1 Senin 29 agustus
2022
2 Selasa 30 agustus
2022
3 Rabu 31 agustus
2022
4 Kamis 1
september 2022
5 Jum’at 2
September 2022
6 Sabtu 3
September 2022
7 Senin 5
September 2022
8 Selasa 6
September 2022
9 Rabu 7
September 2022
10 Kamis 8
September 2022
11 Jum’at 9
September 2022
13 Sabtu 10
September 2022
14 Senin 12
September 2022
15 Selasa 13
September 2022
16 Rabu 14
September 2022
17 Kamis 15
September 2022
18 Jum’at 16
September 2022