Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

DI RUANG IGD RSUD RAA SOEWONDO PATI

Diajukan sebagai salah satu syarat tugas praktik klinik

Di Oleh :

Aliffia Devi Nurlistyanti


NIM : 222020010030

JURUSAN D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas.Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napasmenjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2015)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalamipenyempitan karena
hiperakti!itas terhadap rangsangan tertentu, yangmenyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asmadapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapiumumnya asma lebih sering terjadi pada anak"anak
usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb,
2015)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yangmelibatkan banyak sel
dan elemennya. &nflamasi kronik menyebabkanpeningkatan hiperresponsi!itas
saluran napas yang menimbulkan gejalaepisodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat, batukterutama malam hari dan atau dini hari. 'pisodik
tersebut berhubungandengan obstruksi saluran napas yang luas, ber!ariasi dan
seringkalibersifat re!ersibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2015)

B. ETIOLOGI

Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.Suatu hal yang
yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomenahiperakti!itas bronkus.
bronkus penderita asma sangat peka terhadaprangsangan imunologi maupun non
imunologi.
Sejumlah faktor pemicu asma bronkial yang diketahui, antara lain:
- Polusi udara,
- Seperti asap industri maupun asap dari kendaraan.
- Cuaca atau perubahan suhu yang terjadi secara ekstrem.
- Paparan zat, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, pasir, dan bakteri

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain : mengi / wheezing, sesak nafas,
dada terasa tertekan atau sesak, batuk produktif, pilek, nyeri dada, takikardi,
retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia,
sianosis, berkeringat, ekspirasi memanjang dan gelisah.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ASMA
- Bulu binatang
- Asap rokok
- Asap rumah tangga
- Debu pada bantal dan kasur
- Bau-bauan yang menusuk
- Obat semprot pembunuh serangga
- Tepung sari dan bunga/tumbuhan
- Perubahan cuaca
- Kecapaian, kelelahan
- Psikologis/stres
- Sakit flu
- Makanan/minuman tertentu : ikan laut, udang, kedelai, telur, susu, minuman
bersoda.
- Obat-obatan tertentu : aspirin, antibiotik, steroid

E. PATOFISIOLOGI

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis dengan karakteristik meningkatnya


responsivitas bronkial serta obstruksi jalan napas secara episodik. Karakteristik
patologis mayor pada asthma antara lain:

- Peluruhan epitelial
- Peningkatan massa otot polos pada jalan nafas yang diakibatkan oleh
hipertrofi, hiperplasia, atau migrasi
- Hiperlasia kelenjar mukosa
- Fibrosis sub epitelia
- Inflitasi sel implamasi pada dinding bronkial

Abnormalitas imunologis utama pada asthma adalah respon imun tipe 2 yaitu
sekresi sitokin tipe 2. Kelebihan sekresi sitokin tipe 2 pada saluran napas bagian
bawah akan merangsang hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE.

Bagaimana mekanisme atopi maupun infeksi virus pada saluran napas


menginisiasi respon imun tipe 2 belum sepenuhnya dipahami. Stimulus ekternal
seperti oksidan (asap rokok, polutan), aeroalergen, dan infeksi terutama virus
dapat mengaktifkan sel epitel. Aktivasi sel epitel memicu pelepasan sitokin,
kemokin, mediator lipid, nitrit oksida, dan oksigen reaktif. Sitokin utama yang
dilepaskan adalah IL-25, IL-33, dan thymic stromal lymphopoietin (TSLP) yang
menginisiasi respon imun tipe 2.
F. PATHOFLOW
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terdapat beragam tes atau pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dokter
untuk mendiagnosis asma pada pasien. Salah satu tesnya bernama faal paru
dengan alat spirometer.

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, pengukuran faal paru digunakan


untuk menilai:
- Obstruksi jalan nafas
- reversibility kelainan faal paru.
- variability faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperresponsif jalan
napas.

Selain faal paru, ada pula beberapa tes lainnya untuk membantu dokter
menegakkan diagnosisnya. Berikut ini pemeriksaan penunjang untuk penyakit
asma lainnya:

- Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter.
- Uji reversibilitas (dengan bronkodilator).
- Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hiperaktivitas bronkus.
- Uji alergi untuk menilai ada/tidaknya alergi.

H. PENGKAJIAN

DS :
- Pasien mengatakan jika berkativitas dada terasa sangat sesak
- keluarga pasien mengatakan pasien kelelahan saat berkativitas
- pasien mengatakan tidak kuat untuk beraktivitas terlalu lama
- pasien mengatakan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu
- keluarga pasien mengatakan pasien sering sesak nafas pada malam hari
- pasien mengatakan sulit untuk bernafas
- pemeriksaan TTV
TD : 150/80 mmHg N : 80x/menit RR : 23 x/ menit S : 36◦C Spo2 : 80%

DO :
- pasien tampak lemah
- psien tampak kelelahan saat melakukan aktivitas
- pasien tampak berbaring di tempat tidur
- pasien tampak mengeluh karna sesak nafas
- nafas pasien tampak tidak teratur

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya bernafas
( kelemahan bernafas )
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak keseimbangan kebutuhan
oksigen antara suplai dan kebutuhan oksigen

J. INTERVENSI

No.DX Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1 Pola nafas tidak Setelah di lakukan 1 Monitor pola 1 Untuk
efektif b.d tindan keperawatan nafas memantau
hambatan upaya 1 x 2 jam di 2 Monitor pernafasan
bernafas harapkan pola nafas bunyi nafas pasien
( kelemahan tidak efektif teratasi 3 Posisikan 2 Untuk
pernafasan ) dengan kriteria hasil: semi fowler mengetahui
1. Pasien atau fowler ada bunyi
mampu 4 Berikan tambahan
bernafas oksigen 3 Untuk
dengan 5 Kolaborasi mengurangi
normal pemberian sesak nafas
RR : bronkodilato 4 Untuk
20x/menit r jika perlu membantu
2. Ttv normal pernafasan
TD : pasien
120/80mmHg
N : 80x/menit
RR :
20x/menit
S ; 36
Spo2 : 95
2 Intoleransi 1. Untuk
aktivitas b.d 1. Monitor mengetahui
Setelah di lakukan kelemahan
ketidak tindakan keadaan pasien
keseimbangan fisik dan setiap
keperawatan 1 x 2 emosional
oksigen antara jam di harapkan melakukan
suplai dan 2. Identifikasi aktivitas
intoleransi aktivitas gangguan
kebutuhan dapat teratasi dengan 2. Agar
oksigen fungsi tubuh mengetahui
kriteria hasil : yang
1. Mampu penyakit yang
melibatkan di derita
beraktivitas kelelahan
tanpa adanya passien
3. Berikan 3. Untuk
hambatan aktivitas mengurangi
ditraksi yang sesak nafas
menenagkan saat
4. Anjurkan beraktivitas
melakukan 4. Untuk
aktivitas mengurangi
secara resiko
bertahap terjadinya
5. Ajarkan sesak nafas
strategi 5. Agar pasein
koping untuk mengerti cara
mengurangi mengatasi
kelelahan ketika sesak
nafas ti,mbul
saat
beraktivitas

K. REFERENSI

Susanto, T. (2015). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada


Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV. Trans Info Media

Ardiansyah, M. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

Billota, K. A. J. (2015). Nurses Quick Check: Diseases (2nd ed.). (terjemahan


Barrarah Bariid). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai