Disusun Oleh:
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang
menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak
terombang ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini. Ideologi
mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga
membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak terlepas dari hal itu,
dimana Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut Pancasila. Pancasila
sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan
karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara.
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam
masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia,
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam pembukaan UndangUndang Dasar 1945. Merupakan kepribadian dan pandangan
hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak
ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan
bangsa Indonesia.
Secara filsafat Pancasila merupakan sistem nilai ideologis yang berderajat.
Artinya, di dalamnya terkandung nilai luhur, nilai dasar, nilai instrumental, nilaipraksis,
dan nilai teknis . Agar ia dapat menjadi ideologi bangsa dan negara Indonesia yang
lestari tetapi juga dinamis/berkembang, nilai luhur dan nilai dasarnya harus dapat
bersifat tetap, sementara nilai instrumental, nilai praksis, dan nilai teknisnya harus
semakin dapat direformasi sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman. Dalam sejarah
perkembangannya Pancasila dikatakan sebagai filsafat negara Republik Indonesia
sudah mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik yang
dimanfaatkan untuk kepentingan setiap penguasa demi kokohnya sebuah kekuasaan.
Nilai-nilai Pancasila sudah menjadi tonggak bangsa Indonesia yang sepatutnya
dipertahankan sebagai acuan negara dalam menyongsong kemajuan zaman.
3
BAB 2
ISI
4
pandangan hidup yang bersifat praktis. Driyarkara menegaskan bahwa weltanschauung
belum tentu didahului oleh filsafat karena pada masyarakat primitif terdapat pandangan
hidup (Weltanschauung) yang tidak didahului rumusan filsafat. Filsafat berada dalam
lingkup ilmu, sedangkan weltanshauung berada di dalam lingkungan hidup manusia,
bahkan banyak pula bagian dari filsafat (seperti: sejarah filsafat, teori-teori tentang
alam) yang tidak langsung terkait dengan sikap hidup.
5
2.3 Studi Kasus 1: Aksi Teror KKB Papua Kembali Terjadi, Sebarkan Foto Bersama
Jasad Korban
Serangan dari Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) kembali terjadi
di Papua, yang kali ini menyasar masyarakat sipil. Bahkan para KKSB turut berfoto
bersama jasad korban yang kemudian disebarkan ke warga setempat.
"Setelah mereka melakukan pembunuhan terhadap warga, para pelaku ini
sempat foto bersama jasad korban, kemudian mereka edarkan untuk meneror warga di
sana," kata Pelaksana Tugas (PLT) Kapolres Persiapan Maybrat Kompol Bernadus
Okoka Bernardus dalam keteranganya, Selasa (15/l2).
6
2.4 Studi Kasus 2: Kisah Mencekam Mugiyanto Korban Penculikan 1998 Dekati
Maut
Tak pernah terbayangkan oleh Mugiyanto. Pilihan menghuni Rumah Susun
Klender, Jakarta Timur, ternyata mengantarkannya pada pengalaman paling
menakutkan dalam hidupnya. Sebuah kehidupan mendekati kematian.
Delapan belas tahun silam, 13 Maret 1998, sebelum pulang ke Rusun Klender,
Mugiyanto menghubungi kawan satu kontrakannya melalui telepon umum di Jalan
Diponegoro, Jakarta Pusat.
Malam itu Mugi baru selesai mengikuti pertemuan dengan organisasi solidaritas
untuk Timor Leste dari Australia di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Mugi saat itu
diberi tanggung jawab oleh organisasinya, Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk
Demokrasi (SMID), untuk mengurus bidang hubungan internasional.
Dalam pertemuan di Menteng itu, Mugi ikut mengampanyekan demokratisasi
di Indonesia. Dia juga menggalang dukungan atas upaya pembebasan sejumlah
kawannya seperti Budiman Sudjatmiko dan Dita Indah Sari yang jadi tahanan politik
Orde Baru pascaperistiwa Kerusuhan Dua Tujuh Juli 1996 (Kudatuli) pecah di markas
Partai Demokrasi Indonesia di Jalan Diponegoro, di mana kantor yang dikuasai
pendukung Megawati Soekarnoputri itu diserbu.
Kembali ke 13 Maret 1998, Mugi pulang ke Rusun Klender menumpang
angkutan umum. Setibanya di rusun, dia segera naik ke lantai dua, tempat tinggalnya.
Ibu-ibu mengobrol sambil duduk-duduk di tangga. Mereka menatap Mugi, kemudian
bubar satu per satu. Mugi mengetuk pintu, mengira Nezar dan Aan Rusdianto berada di
dalam. Mereka semua aktivis SMID, organisasi afiliasi Partai Rakyat Demokratik yang
dituding sebagai dalang peristiwa Kudatuli. Ketukan Mugi tak mendapat jawaban. Dia
ketuk lagi beberapa kali, pintu tak juga dibuka. Tetangga sebelahnya justru yang keluar.
Beruntung Mugi membawa kunci cadangan di saku. Ia masuk, dan melihat ruangan
berantakan. Laptop sudah tidak ada. Buku-buku dan barang cetakan lain yang biasa
berserakan di lantai, raib. Mugi melihat gagang telepon pun tak diletakkan semestinya.
Sementara di dapur, ada jeruk dalam plastik dan air di gelas yang masih hangat.
Tak ada perasaan curiga, Mugi mengira Nezar dan Aan pergi ke wartel. Mereka
biasa mengakses internet melalui sambungan telepon sebagai modem. Itu cara Mugi
dan kawan-kawan berkomunikasi jarak jauh. Internet kala itu belum seluas saat
ini.Pesan singkat yang dikirim melalui pager. Nezar tak kunjung membalas pesannya.
Tetap tak ada balasan. Mugi mulai merasa ada yang tidak beres. Mugi dan kawan-
7
kawannya memang diburu aparat. Semula Mugi mengira rusun di Klender itu termasuk
tempat yang aman untuk bersembunyi. Di tengah rasa panik, Mugi mengintip keluar
jendela. Beberapa orang bertubuh tegap tampak berjaga di bawah rusun. Dia langsung
menyimpan semua dokumen, paspor, dan buku harian dalam tas kecil. Mugi berniat
melarikan diri. Dia ke dapur, berusaha kabur dengan cara melompat. Namun pikirnya
kemudian, tak bisa lewat situ. Mugi kembali ke ruang depan, mencari jalan keluar. Lima
menit mondar-mandir dalam ruangan, Mugi kebingungan. Dia kembali menengok ke
luar jendela, ternyata sudah banyak orang bertubuh kekar. Rusun telah dikepung. Mugi
lemas. Dia merasa tak ada jalan keluar. Di balik pintu, Mugi mematikan lampu. Dia
duduk di lantai, bersandar ke tembok sambil menundukkan kepala.
Tak ada pilihan lain, Mugi membuka pintu. Sekitar 10 orang masuk ke
kontrakan. Dua orang berseragam loreng, sisanya berpakaian sipil. Mereka langsung
menangkap Mugi sementara sebagian lainnya mencari sesuatu di dalam kamar.
Seorang lelaki berkopiah meminta Mugi tenangMugi menyangka orang itu Ketua
Rukun Tetangga setempat. Namun Mugi tak mengenalnya karena baru seminggu
menempati rusun itu. Di tengah penyergapan terhadap Mugi, tiba-tiba telepon
kontrakan berdering. Di sana Mugi dan kawan-kawan memang memasang telepon
tanpa kabel, Ratelindo.
Mugi enggan menerima panggilan tersebut karena faktor keamanan. Namun
orang-orang yang mengepungnya memaksa dia mengangkat telepon. Telepon pun
diangkat, ternyata dari seorang kawan. Mugi langsung menangis saat berbicara,
berharap penelepon paham ada sesuatu yang tak beres. Komunikasi langsung terputus.
Malam itu sekitar pukul 20.00, Mugi pun diseret keluar tanpa basa-basi. Dia tak sempat
memerhatikan mobil yang mengangkutnya. Pikirannya kacau bukan main.Dalam
kendaraan, Mugi duduk di pinggir, dekat pintu mobil. Di tengah perjalanan, dia sempat
berpikir untuk membuka pintu dan melompat dari mobil. Namun niat itu ia urungkan.
Pemuda itu bernama Jaka, mengaku tinggal di Cipinang, tak jauh dari kontrakan
Mugi. Jaka marah kepada petugas karena tiba-tiba ditangkap. Dia mengaku tak tahu
apa-apa. Mugi saat itu berpikir, Jaka korban salah tangkap. Wajahnya mirip Petrus
8
Bima Anugerah, kawan Mugi yang hilang. Jaka dan Mugi kemudian dibawa ke kantor
Komando Distrik Militer Jakarta Timur.
Mugi baru tahu setelah bebas, Jaka yang dia temui di Koramil ternyata anggota
Tim Mawar Kopassus, Kapten Inf Jaka Budi Utama. Karier Jaka, setelah diadili di
pengadilan militer, berlanjut. Jaka, menurut Mugi, bahkan mendapat promosi kenaikan
pangkat.
Saat penangkapan di rusun, ujar Mugi, memang terlihat banyak satuan yang
terlibat. Di kantor Kodim, Mugi melihat dua orang perwira telah menunggu. Mereka
meminta Mugi segera diturunkan. Perintah itu tak dipenuhi. Mugi tak bisa
mengindentifikasi mereka. Selain karena gelap, kematian selalu membayanginya.
Mata Mugi ditutup kain, bajunya dilucuti. Dia diantar lagi ke tempat lain.
Perjalanan ditempuh selama satu jam. Begitu berhenti, Mugi tak mengenali tempat
asing itu. Dia langsung diinterogasi di ruangan yang sangat dingin. Tangan dan kakinya
diikat. Mata ditutup. Mugi hanya mengenakan celana dalam.
Mugi mendengar suara seperti cambuk. Ctar… ctar… ctar… Bunyi itu ternyata
berasal dari alat setrum yang dipakai untuk menyiksanya. Mugi kerap disetrum di
bagian kaki. Alumnus Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta angkatan
1992 itu menjawab pertanyaan sebisanya.
9
termasuk membunuh Mugi kapanpun. Di sela penyiksaan, Mugi mendengar ada dua
orang yang juga disiksa. Jaraknya sekitar lima meter di kanan dan kirinya. Orang itu
menjerit-jerit kesakitan. Suaranya tak asing. Mugi sadar itu jeritan Nezar dan Aan.
Sebelum Mugi ditangkap, Nezar dan Aan rupanya telah dijemput paksa lebih dulu.
Yang menyakitkan lagi, kata Mugi, ialah ketika mendengar kawannya disiksa.
Meski tak melihat langsung, jeritan dan suara penyiksaan terhadap kawannya
amat mengiris hati Mugi. Selama dua hari dua malam, Mugi-Nezar-Aan berada di
ruangan yang sama, disekap, diinterogasi, dan disiksa. Setelah itu, mereka dibawa ke
kantor Kodam Jaya, Cawang. Dari sana, mereka diantar ke Polda Metro Jaya, 15 Maret
1998. Mereka bertiga dijerat Undang-Undang Anti Subversi. Penutup mata Mugi,
Nezar, dan Aan mulai dibuka. Mereka disuruh pakai baju kemudian masuk ke sel
isolasi. Satu sel diisi satu orang. Padahal ukuran sel itu cukup besar. Ketiganya dilarang
berkomunikasi. Mugi di sel nomor 11, Nezar mengisi sel nomor 9, sedangkan Aan di
sel nomor 6. Pukul 09.00 pagi di akhir Maret 1998, Mugi menerima kunjungan.
Seorang petugas menghampirinya. “Mugi, ada yang besuk kamu, temui saja.”
Mugi penasaran, siapa orang yang berani membesuknya. Selama dua minggu
ditahan, tak pernah ada yang mengunjunginya, termasuk kawan sendiri. Mugi keluar
sel, membuka pintu, dan berjalan menuju lorong. Di koridor panjang, Mugi melihat pria
tua di kejauhan. Ternyata pria itu bapaknya yang datang dari Jepara, Jawa Tengah. Dia
datang bersama sang kakak. Mugi langsung menangis. Pertemuan itu begitu emosional
bagi Mugi. Mugi tak henti menangis karena merasa bersalah. Mereka duduk di ruang
petemuan. Namun hanya sang bapak yang berbicara. Mugi tetap tak sanggup berbicara.
Dia terus menangis. Selama sebulan pertama dalam tahanan, Mugi tak melakukan
apapun di sel isolasi. Beberapa kali dia dibon atau dipinjam oleh kesatuan lain. Namun
pemeriksaan tak disertai penyiksaan seperti sebelumnya.
10
ditahan adalah Guan Li, kawan Mugi. Suplai koran lantas mengalir dari kawannya. Dari
situ Mugi memperoleh berita tentang situasi di luar.
Saat itu Nezar mulai membesarkan hati kawan-kawannya. Mugi yang masih
trauma, perlahan bangkit. Setiap pagi mereka saling berteriak. Sahut-menyahut itu
ternyata mampu membangkitkan semangat Mugi. Sebelumnya Mugi selalu dibayangi
ketakutan dan beban hukuman yang bakal ia terima. Memasuki Mei, keadaan di luar
kian mencekam. Kerusuhan, penjarahan, dan pemerkosaan marak terjadi menyusul
penembakan terhadap empat mahasiswa Trisakti. Semua informasi itu didengar Mugi
dari televisi. Terikan para demonstran terdengar dari balik penjara. Sejak ratusan orang
dijebloskan ke dalam sel, Mugi tak lagi diisolasi. Dia dicampur dengan tahanan politik
dan kriminal.
Begitu keluar penjara, Mugi menginap di rumah aktivis HAM Munir. Mugi
masih trauma. Semua orang seperti mengawasinya. Mugi lantas pulang kampung untuk
melepas trauma. Dua bulan kemudian, Mugi kembali ke KontraS dan diminta
melakukan kampanye internasional ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dua tahun berikutnya, Mugi terjun ke dunia pers. Dia menjadi koresponden
stasiun televisi Belanda, NOS, dan kerap meliput persoalan politik. Beberapa tokoh
11
politik dia wawancarai. Selain meliput bidang politik, Mugi memberitakan masalah hak
asasi. Dia menemui orang-orang yang pernah berjuang dengannya seperi Munir, Sipon
istri Wiji Thukul, dan Dionysius Utomo Rahardjo –ayah Petrus Bima yang masih
hilang. Di sisi lain, KontraS memiliki segudang pekerjaan. Kasus-kasus orang hilang
terbengkalai karena mereka kerepotan. Mugi merasa iba dengan perjuangan keluarga
korban pelanggaran HAM. Sebagai orang yang terbebas dari kasus penculikan aktivis,
Mugi merasa terpanggil membantu pendampingan keluarga korban. Dia bicara dengan
Kontras, berniat menghidupkan Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI).
IKOHI yang dideklarasikan pada 1998 tak berjalan maksimal. Mugi melakukan
konsolidasi ulang. Pada kongres pertama, Oktober 2002, Mugi terpilih menjadi ketua.
Jabatan baru tersebut bukan pilihan mudah bagi Mugi. Dia rela melepas gaji
yang cukup dari pekerjaannya di stasiun televisi Belanda demi berjuang dengan
keluarga korban orang hilang. Beruntung sang istri memahami itikad Mugi. Awalnya
mereka mengalami kesulitan ekonomi. Sang istri berjualan buku ke acara-acara
seminar. Mugi juga mendirikan toko buku bernama Populi Agency, menjual buku-buku
bacaan alternatif. Selain menjabat Ketua IKOHI, Mugi kemudian juga dipercaya
menjadi Ketua AFAD, sebuah federasi organisasi keluarga orang hilang di kawasan
Asia. Di federasi itu, Mugi melakukan advokasi di tingkat internasional. Selama terlibat
advokasi, Mugi menilai kasus penghilangan paksa sebagai kasus yang paling maju
penyelidikannya. Sesuai UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, kasus
ini sudah disidik oleh Kejaksaan Agung untuk dibawa ke Pengadilan HAM Ad Hoc.
DPR juga telah memberikan rekomendasi kepada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada 2009. Tapi pembentukan Pengadilan HAM yang tinggal selangkah
itu tak mendapat persetujuan dari Presiden. Sementara kasus yang lain seperti Tragedi
1965, berhenti di Kejaksaan Agung.
Saat ini Mugi secara khusus mengadvokasi kasus penghilangan paksa dalam
kebijakan pemerintah. PBB telah mengesahkan konvensi internasional
antipenghilangan paksa, tapi Indonesia belum meratifikasinya. Dalam konvensi itu
diatur upaya pencegahan penculikan. Dua tahun lalu, Mugi sempat melepas jabatannya
12
dan beristirahat untuk mengurusi anak keduanya yang baru lahir. Setahun kemudian,
Mugi ditawari bekerja di International NGO Forum on Indonesian
Development (INFID). Di tempat itu, dia mengurusi bidang HAM dan demokrasi
hingga saat ini. Aktivitas Mugi bersama keluarga orang hilang menarik perhatian
anaknya, Binar Mentari Malahayati. Gadis itu bangga punya ayah pernah dipenjara.
13
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1.2 Analisis Sila Pertama pada Kasus Kisah Mencekam Penculikan 1998
Selanjutnya pada kasus Mugiyanto korban peculikan oleh Tim Kopasus pada
saat itu. Dimana beliau di culik tanpa ada salah apapun dan di bawah untuk di introgasi
dengan cara yang bisa d bilang cukup sadis , kedua tangan dan kaki di ikat lalu hanya
mamakai celana dalam saja terus itu di baringkan di kasur dan di siksa memakai alat
kejut listrik. Itu semua sangat lah bukan pengambaran pada sila pertam karena menculik
dan menganiaya tanpa sebab apapun itu , dan Tuhan sangat tidak menyukai perbuatan
seperti itu dan bisa d bilang berdosa yang sdh melakukan perbuatan yang seperti itu ,
tidak sama sekali KeTuhan Yang Maha Esa yang ada pada sila pertama.
14
kehidupan bernegara di Indonesia telah ditetapkan sesuai denga Hak Asasi Manusia.
Seluruh masyarakat memiliki hak untuk bertahan hidup, seluruh masyarakat memiliki
hak untuk berbicara dan menyampaikan pendapat, seluruh masyarakat memegang
agama atau kepercayaan, seluruh masyarakat memiliki hak untuk menjalani hidup
dalam keadaan aman dan sejahtera. Semua hak-hak tersebut telah didapatkan atau
diperoleh setiap masyarakat mulai dari lahir hingga meninggal, oleh karena itu dalam
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan tidak boleh terdapat adanya diskriminasi atau
membeda-bedakan antar kelompok ataupun golongan tertentu sehingga kemanusiaan
bisa didapatkan secara adil dan beradab.
Pada kasus pertama yakni aksi teror dari kelompok kriminal separatis
bersenjata di Papua, sudah jelas bahwa kasus tersebut merupakan penyimpangan
terhadap sila kedua Pancasila. Kelompok tersebut telah melakukan penganiayaan yang
berujung pada pembunuhan terhadap dua orang warga sipil. Perilaku ini sama saja
merampas hak masyarakat di sana untuk bertahan hidup melalui aksi pembunuhan dan
merampas hak masyarakat di sana untuk menjalani kehidupan secara aman, damai dan
tentram melalui aksi teror kelompok tersebut. Aksi teror yang dilakukan oleh kelompok
separatis bersenjata itu berupa penghancuran properti warga dan menyebarkan foto
bersama jasad korban. Di mana, hal itu dapat menghantui warga untuk tidak keluar
rumah dan menjalani kehidupan secara normal dan seperti biasa.
3.2.2 Analisis Sila Kedua pada Kasus Kisah Mencekam Penculikan 1998
Pada kasus kedua yakni penculikan terhadap anggota organisasi SMID
(Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi) bernama Mugiyanto yang
mengkampanyekan demokratisasi Indonesia, juga menunjukkan adanya penyimpangan
terhadap sila kedua Pancasila. Mugiyanto diculik atau ‘dihilangkan’ paksa oleh aparat.
Penculikan merupakan salah satu tindakan yang melanggar asas kemanusiaan dan
tindakan yang tidak beradab. Selain diculik, Mugiyanto dan teman-temannya juga
diinterogasi dengan disiksa dengan menyetrumnya menggunakan taser atau sejenisnya
untuk menjawab pertanyaan dari aparat atau dapat dikatakan oknum penculik tak
bermoral. Seluruh perilaku tersebut merupakan tindakan yang jauh dari
perikemanusiaan dan melanggar Hak Asasi Manusia.
15
3.3 Berdasarkan Sila Ketiga
3.3.1 Analisis Sila Ketiga pada Kasus Aksi Teror KKB Papua
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita
bersama) seluruh bangsa Indonesia. pancasila dikatakan sebagai filsafat karena
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu
kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat. Notonagoro
berpendapat bahwa filsafat pancasila ini memberikan pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila.
Sila ketiga Persatuan Indonesia jika dilihat melalui kaca mata Pancasila sebagai
filsafat negara Indonesia berarti bahwa seluruh masyarakat Indonesia harus saling
menjunjung tinggi rasa nasionalisme dan nilai persatuan terhadap bangsa dan negara
juga dalam kehidupan bermasyarakat harus tentram di masyarakat. Nilai persatuan di
kehidupan bernegara dan bermasyarakat di Indonesia harus diterapkan. Seluruh
masyarakat harus memiliki nilai persatuan terhadap agama, ras, dan suku. Oleh karena
itu dalam menjunjung tinggi nilai persatuan tidak boleh terdapat adanya atau membeda-
bedakan antar agama, suku, dan ras ataupun golongan tertentu sehingga nilai persatuan
selalu terjalin. Nilai persatuan diperlukan agar masyarakat utuh dan tidak terpecah-
belah. Bersatu adalah salah satu cara agar negara kita menjadi bangsa yang kuat.
Pada kasus pertama yakni aksi teror dari kelompok kriminal separatis bersenjata
di Papua, sudah jelas bahwa kasus tersebut merupakan penyimpangan terhadap sila
ketiga Pancasila. Kelompok tersebut telah melakukan penganiayaan yang berujung
pada pembunuhan terhadap dua orang warga sipil yang akhirnya menimbulkan
perpecahan. Perilaku ini sama saja membuat aksi yang tidak benar di dalam kehidupan
bernegara dan menyebabkan adanya korban yang harusnya hidup rukun dan bersatu.
Aksi teror yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata itu membuat kekacauan
didalam negeri sendiri dan menimbulkan peperangan dalam negeri sendiri. Aksi teror
ini juga dapat memecah belah persatuan yang telah di bangun sejak dulu oleh
masyarakat indonesia.
3.2.3 Analisis Sila Kedua pada Kasus Kisah Mencekam Penculikan 1998
Pada kasus kedua yakni penculikan terhadap anggota organisasi SMID
(Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi) bernama Mugiyanto yang
mengkampanyekan demokratisasi Indonesia, juga menunjukkan adanya penyimpangan
terhadap sila ketiga Pancasila. Mugiyanto diculik atau ‘dihilangkan’ paksa oleh aparat.
16
Tindakan ini meresahkan masyarakat yang dimana masyarakat harusnya bersatu
dengan kepala dingin namun harus berakhir dengan penculikan dan juga kekerasan di
lakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kaitannya dengan sila ketiga,
pelanggaran hak asasi manusia merupakan tindakan yang dapat memecah belah bangsa.
3.2.4 Analisis Sila Keempat pada Kasus Kisah Mencekam Penculikan 1998
Pada kasus Kedua terjadi pelanggaran dimana pemerintah dengan sepihak
melakukan “penculikan” atau “penghilangan” mahasiswa yang melakukan Demo untuk
menuntut keadilan yang merupakan tindakana yang sah saja dan tidak seharusnya
pemerintah secara semena-mena mengambil cara seperti itu ketika seharusnya
17
pemerintah dapat melakukan cara-cara lain seperti mediasi ataupun musyawarah untuk
menemukan jalan keluar yang pas.
3.5.2 Analisis Sila Kelima pada Kasus Kisah Mencekam Penculikan 1998
Untuk kasus yang kedua adalah kasus penculikan seorang mahasiswa bernama
Mugiyanto yang disiksa dengan sangat sadis, dimana kasus tersebut benar-benar sudah
menghilangkan nilai dari sila ke 5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia,
karena keadilan untuk Mugiyanto yang diculik dan disiksa dengan sangat tidai
manusiawi menggambarkan bahwa tidak ada keadilan untuk Mugiyanto, padahal
keadilan sosial yang ada di indonesia seharusnya berlaku bagi seluruh warga Indonesia
tanpa terkecuali.
18
BAB 4
PENUTUP
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau
dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan
negara Indonesia. Dan filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki
logika, metode dan sistem. Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu
kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila
memiliki hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-
silanya tersebut. Pancasila merupakan ideologi yang sesuai dengan Indonesia karena
mampu mewadahi heterogenitas Indonesia yang tinggi dengan beragamnya agama,
adat, buadaya dan lain-lain. Pancasila memiliki arti penting bagi Indonesia sebagai
identitas nasional yang kemudian menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia yang berbeda
dari bangsa yang lainnya namun bukan berarti menganggap rendah bangsa lain, tetapi
harus tetap menjunjung persaudaraan dunia. Dalam perkembangannya, Pancasila juga
mengalami berbagai dinamika interpretasi dari masa ke masa. Bila benar Pancasila itu
masih ada pada setiap sanubari kita, Insyaallah persatuan dan kesatuan negeri ini tetap
ada. Dan bila memang benar Pancasila itu masih melekat kuat dijiwa raga kita ini,
Insyallah kita selalu mau untuk bertoleransi dalam kehidupan yang damai dan indah.
Apabila pancasila tidak ada dalam diri Bangsa Indonesia maka negara ini akan keluar
dari jalur kebenaran.
19
Daftar Pustaka
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160523111051-20-132726/kisah-mencekam-
mugiyanto-korban-penculikan-1998-dekati-maut
https://www.merdeka.com/peristiwa/aksi-teror-kkb-papua-kembali-terjadi-sebarkan-foto-
bersama-jasad-korban.html
20