PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Pendidikan Agama pada hakekatnya sangat penting diberikan kepada murid
untuk membentuk moral dan kepribadian yang lebih baik. Namun pendidikan Agama
bukan saja dibebankan kepada pihak Sekolah dalam hal ini guru Agama tetapi juga
menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Akan tetapi
dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam dihadapkan pada dua masalah yang sangat
dilematis. Di satu sisi guru Agama harus dapat menyelesaikan target kurikulum yang
harus dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Sementara di sisi lain porsi
waktu yang disediakan untuk pelajaran Agama relatif terbatas, padahal untuk Agama
seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang, karena diperlukan latihan-latihan
yang cukup untuk memberikan siswa dalam hal baca tulis Al-Qur’an. Dari dua persoalan
tersebut kiranya dibutuhkan kreativitas guru untuk mengatur sedemikian rupa sehingga
materi pelajaran Agama dapat diberikan semaksimal mungkin dengan menggunakan ICT
agar waktu yang relatif singkat itu guru dapat dipergunakan dengan efisien.
Sekolah kita pada umumnya agak mengabaikan pelajaran Agama karena waktu
yang disediakan hanya sedikit. Ada beberapa faktor penyebabnya yaitu, (1) Pelajaran
Agama hanya pelengkap dan bisa belajar di lingkungan tempat tinggal atau pada TPA
yang ada, (2) kelas yang terlalu kecil dengan jumlah murid berkisar antara satu sampai
enam orang dengan kata lain setiap kelas jumlah murid yang beragama Islam hanya satu
atau dua orang dalam jumlah kelas yang parallel (3) jarak tempat tinggal guru dan
sekolah cukup jauh, sehingga kehadirannya di sekolah tidak tepat waktu.
Peyampaian materi selalu monoton sehingga murid merasa bosan, kesempatan
bertanya dan bereksplorasi hampir tidak ada. Sedangkan dengan kelas yang kecil
konsekuensi biasanya guru enggan memberikan pelajaran Agama, karena terkadang
murid absen atau tidak masuk. Terkadang guru Agama hanya memberikan tugas kepada
murid yang jumlahnya hanya berkisar satu atau dua orang saja.
Berdasarkan paparan tersebut di atas maka penulis mencoba melakukan
penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Tugas Guru Pendidikan
Agama Islam Melalui Penerapan Konsep Pembelajaran Berbasis Informasi
Comunikation and Teknologi ( ICT ) Pada SD Negeri Nesam Kecamata Insana
Kabupaten Timor Tengah Utara"
2
B. Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja
Setiap satuan kerja dapat dipastikan memiliki tugas pokok dan fungsi, demikian
halnya Satuan kerja Sekolah Dasar Negeri Nesam Kecamatan Insana Kabupaten Timor
Tengah Utara. Sebagai sebuah profesi, guru memiliki banyak tugas, baik yang
terkait dengan dinas maupun di luar dinas. Tugas poko guru menurut Undang-undang
RI Nomor 14 tahun 2005 pasal 6 tentang guru dan dosen di jelaskan bahwa tugas pokok
guru adalah untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional, yaitu berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU No. 14/2005:7). Dalam
Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada pasal 4
juga disebutkan bahwa : ”Kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru
sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional
(UU tentang guru dan dosen, 2005 : 6 ). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
fungsi satuan kerja guru adalah sebagai pelaksana sistem pendidikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sedangkan fungsi satuan kerja Sekolah Dasar Negeri Nesam Kecamatan Insana
Kabupaten Timor Tengah Utara adalah dapat merealisasikan Visi dan Misi yang
ingin dicapai menuju Sekolah yang unggul, dengan tersedianya guru yang kompeten
dalam bidangnya, sarana pendidikan yang lengkap dan managemen sekolah yang tepat.
3
Mengembangkan sikap mental spiritual mandiri dan terampil dalam
ibadah.
Mengembangkan potensi, minat dan bakat anak melalui pendidikan
yang bernuansa dan bernafaskan agama Islam.
Dalam upaya mewujudkan Visi dan Misi SD Negeri Nesam, komponen yang
berada di dalamnya termasuk guru, Pengurus dan wali murid secara bersama-sama
mengadakan pembenahan dan perbaikan yang bersifat fisik maupun non fisik terhadap
upaya peningkatan kualitas pendidikan dan guru pendidikan Agama Islam dengan
menerapkan konsep pembelajaran berbasis ICT.
C. Identifikasi Masalah
Upaya meningkatkan pelaksanaan tugas guru pendidikan Agama Islam melalui
penerapan konsep pembelajaran berbasis ICT yang dimiliki, selain menunjukkan tingkat
pemahaman, juga terkait erat dengan kemampuan pemecahan masalah dalam
Pendidikan Agama Islam. Suatu masalah yang dianggap rumit dan kompleks, bisa
menjadi lebih sederhana jika strategi dan pemanfaatan ICT yang digunakan sesuai
dengan permasalahan tersebut. Kemampuan menggunakan ICT yang pada akhirnya
menjadi kemampuan melakukan pemecahan masalah Pendidikan Agama Islam terkait
erat dengan kemampuan memahami serta kemampuan menggunakan keterampilan
dalam bidang ICT. Salah tujuan keterampilan ICT dalam Pendidikan Agama Islam
adalah agar supaya guru pendidikan Agama Islam mampu menerapkan konsep
pembelajaran kepada peserta didik sehingga materi yang diajarkan dapat menarik minat
serta menyenangkan dalam belajar Agama Islam.
D. Rumusan Masalah
Sekolah Dasar Negeri Nesam Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara,
masih menghadapi sejumlah problem/persoalan yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Berbagai upaya telah dilakukan akan tetapi masih belum menghasilkan pada fenomena
yang diinginkan oleh pihak sekolah sendiri maupun harapan masyarakat umum.
Dari paparan fakta yang ada dan keadaan yang diinginkan Sekolah Dasar Negeri
Nesam Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara, maka ada sejumlah persoalan
yang masih menjadi kendala bagi pihak sekolah dan perlu segera dicarikan jalan
pemecahannya. Ada pun permasalahan yang di hadapi :
4
1. Kompetensi beberapa guru belum profesional di bidang tugasnya,
2. Keterampilan menggunakan teknologi masih kurang
3. Beberapa guru belum bisa menjadi teladan yang baik bagi siswa,
4. Kesejahteraan guru honor (GTT) sangat minim,
5. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar masih ada
yang belum memadai,
6. Peran serta masyarakat dalam ikut mengelola lembaga pendidikan
kurang optimal.
E. Pokok Masalah.
Masalah utama yang dihadapi guru pendidikan Agama Islam adalah
kurangnya minat murid dalam belajar agama. Padahal belajar Agama Islam adalah
merupakan pelajaran yang wajib diberikan kepada semua murid yang beragama Islam
sesuai perintah dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW, pembelajaran
Islam di antaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam peningkatan
Iman dan Taqwa serta kemampuan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.
Pengembangan kemampuan ini sangat diperlukan agar murid lebih
memahami tata cara dalam pelaksanaan ibadah yang dipelajari dan dapat
menerapkannya dalam keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Sehingga upaya
untuk meningkatkan pelaksanaan tugas guru Agama Islam dalam penerapan konsep
pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.
F. Kerangka Berfikir
Dalam penulisan karya tulis tentang Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Tugas
Guru Pendidikan Agama Islam Melalui Penerapan Konsep Pembelajaran Berbasis ICT
Pada SD Negeri Nesam Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah sebagai berikut :
Penggunaan Teknologi : setiap guru harus mampu menggunakan perangkat
teknologi untuk membantu dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga
perkembangan teknologi juga dapat dirasakan oleh guru, agar tidak
terkesan bahwa guru gagap teknologi.
5
Pengembangan pembelajaran menggunakan ICT : untuk lebih memudahkan
guru dalam menyampaikan materi kepada murid, maka seharusnyalah
pengembangan pembelajaran menggunakan ICT agar kelihatan lebih praktis
dan mudah dalam prose pembelajaran.
Meningkatkan minat belajar murid terhadap mata pelajaran Agama Islam :
pemanfaatn teknologi dalam pembelajaran Agama Islam khususnya ICT
harus benar – benar dilakukan supaya minat murid dalam menerima materi
pelajaran Agama Islam terpacu dan menyenangkan sehingga materi yang
kita sampaikan terarah dan tepat pada sasaran.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
Bab I tentang pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah,
tugas pokok dan fungsi satuan kerja, perumusan/pokok masalah, kerangka
berfikir, dan sistematika penulisan.
Bab II tentang fakta dan masalah. Dalam bab ini dikemukakan tentang keadaan sekarang
dan keadaan yang diinginkan serta masalah yang dihadapi oleh penulis di SD
Negeri Nesam tempat penulis bertugas.
Bab III tentang analisis dan pemecahan masalah, yang menganalisis data dan fakta yang
terjadi di SD Negeri Nesam tempat penulis bertugas dan langkah-langkah
kerja nyata untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh SD Negeri
Nesam tempat penulis bertugas.
Bab IV penutup yang berisi kesimpulan dari semua hasil penelitian dalam karya tulis ini
dan saran-saran
6
BAB II
FAKTA DAN MASALAH
A. Keadaan Sekarang
7
memahami materi pembelajaran. Diantara fasilitas- fasilitas Sekolah yang
belum tersedia yaitu:
2.1 Gedung Perpustakaan
Perpustakaan sekolah keberadaanya sangat diperlukan dalam upaya
mengembangkan pengetahuan siswa, karena dari perpustakaan inilah siswa
mendapat informasi yang dihasilkan dari leteratur yang mereka baca.
Sehingga hazanah pengetahuan mereka semakin luas. Namun kenyataan yang
ada pada SD Negeri Nesam sampai saat ini belum memiliki gedung
perpustakaan yang memadai dan tempat baca sendiri untuk peserta didik.
Dalam menyikapi hal ini ruamg kosong yang tersedia di sekolah dan halaman
sekolah dipergunakan sebagai ruang perpustakaan atau halam sekolah sebagai
taman baca dalam upaya untuk memenuhi fasilitas Sekolah. Mengingat ruang
yang sempit dan ketidaksediannya ruang baca bagi murid serta ruang yang
pengap membuat antusiasme membaca siswa di perpustakaan menurun,
belum lagi soal buku-buku yang ada belum dapat dipajangkan karena
terbatasnya tempat dan rak buku sehingga buku-buku menumpuk di gudang
dan ruang kelas. Walaupun keadaan yang demikian itu pihak Sekolah tetap
terus mengupayakan dengan keterbatasan prasarana perpustakaan untuk
mencapai hasil yang semaksimal mungkin.
2.2 Fasilitas Olah Raga dan Seni
Fasilitas Olah raga dan seni di SD Negeri Nesam dapat dikatakan juga
belum memadai. Fasilitas alat olah raga yang tersedia di Sekolah diantaranya
bola sepak, alat kasti bola villy. Sedangkan untuk fasilitas seni yang tersedia
di Sekolah adalah alat gong dan tambur/genderang. Akan tetapi ruangan
untuk penyimpanan sebagian alat yang tersedia belum terpenuhi. Sehingga
banyak peralatan yang kondisinya terbengkalai.
3. Peran Serta Masyarakat yang belum maksimal
Mengingat besarnya pengaruh PSM (Peran Serta Masyarakat) dalam
mengembangkan serta meningkatkan kualitas Sekolah menjadi sekolah yang
unggul dan menjadi tempat belajar yang favorit bagi masyarakat.
8
Mengingat peran serta masyarakat sekitar Sekolah belum optimal.
Demi optimalisasi peran serta masyarakat terhadap Sekolah, pihak sekolah
memberdayakannya Komite sebagai jembatan komunikasi anatara
masyarakat dan sekolah, dengan harapan komunikasi antara guru dan orang
tua dalam upaya meningkatkan prestasi siswa terjalin, sehingga memudahkan
dalam penyelesaian kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
4. Tempat Tinggal Tenaga Pendidik dan Karyawan yang jauh.
Tenaga pengajar yang tersedia di SD Negeri Nesam bertempat tinggal
di sekitar Sekolah namun ada juga yang jauh dari Sekolah tersebut. Pihak
Sekolah mengambil kebijakan sebagai berikut :
1. Guru yang jarak tempat tinggalnya jauh dari sekolah oleh kepala sekolah
diberikan kebijakan waktu masuknya disesuaikan dengan keadaan yang
ada khusunya guru bidang studi, kecuali kelas I, II dan III di ampu oleh
guru yang bertempat tinggal di sekitar Sekolah. Dengan diterapkannya
kebijakan tersebut mutu pendidikan dapat lebih ditingkatkan karena
dipegang oleh tenaga pengajar yang kompeten.
2. Pengangkatan tata usaha dan GTY dari sekitar Sekolah dalam upaya
pemenuhan target kekurangan tenaga pengajar dan penanganan
adminitrasi kantor.
B. Keadaan Yang Diinginkan
Dari pemaparan di atas dapatlah kita ketahui beberapa kendala-kendala yang
dihadapi oleh SD Negeri Nesam Kec. Insana Kab. Timor Tengah Utara. Berikut solusi
yang diberikan pihak Sekolah dalam upaya menyikapi dan menyelesaikan masalah
tersebut. Namun upaya atau kiat-kiat dari Sekolah masih belum menghasilkan pada
fenomena Sekolah yang diinginkan oleh pihak sekolah sendiri dan harapan masyarakat
umum. Sekalipun keberadaan SD Negeri Nesam Kec. Insana adalah salah satu Sekolah
oleh masyarakat mempercayakan sebagai tempat belajar putra putrinya mereka.
9
Keadaan yang diinginkan oleh pihak Sekolah dalam mewujudkan Visi dan Misi
SD Negeri Nesam menuju Sekolah yang maju dan unggul adalah sebagai berikut :
1 Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar dan
infrastruktur Sekolah baik itu berupa gedung maupun sarana fisik lainnya,
mengingat keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah khusunya
perangkat elektronik.
2 Peningkatan profesionalisme guru perlu ditingkatkan, mengingat eksistensi
guru bukan hanya sebagai Transfer of Knowladge yakni menyampaikan ilmu
saja tanpa memperhatikan hasil, melainkan guru dituntut untuk lebih aktif dan
inovative dalam poengelolahan kelas menentukan strategi pembelajaran yang
tepat bagi siswa.
3 Peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan SD Negeri Nesam, karena
dengan terpenuhinya kesejahteraan tersebut maka keseriusan guru dan
karyawan dalam melaksanakan tugas akan terlealisasi, karena tidak terbebani
oleh masalah ekonomi keluarga.
4 Optimalisasi peran serta masyarakat dalam pengelolaan lembaga pendidikan,
mengingat keterbatasan kemampuan pemerintah dalam penyediaan anggaran
pendidikan serta memberdayakan masyarakat dalam membina komunikasi
antara guru, murid, dan orang tua.
10
BAB III
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
A. Analisis
12
Dengan kepemimpinan yang demokratis, hubungan guru
dengan atasanya akan bersifat fleksibel, dimana guru diberi
kebebasan untuk maengemukakan pendapat seluas – luasnya serta
diberi kesempatan untuk mengemukakan permasalahan yang
dihadapinya dengan cara bebas pula. Hubungan yang fleksibel akan
tercapai moral kerja yang tinggi. Moral kerja yang dimaksud
meliputi :
(Dirawat dkk, 1966 : 107).
a. Perasaan aman hidup yang layak
b. Kondisi kerja yang menyenangkan
c. Perasaan senasib seperjuangan
d. Perlakuan yang jujur
e. Perasaan penting/dibutuhkan ( Sumbangan berfikirnya diakui
dan dihargai )
f. Perasaan berprestasi
g. Di ikutsertakan dalam " Policy/keamanan sekolah
h. Perasaan mempertahankan harga dirinya
Delapan kebutuha tersebut di atas, merupakan dorongan
(motivasi) yang dapat membangkitkan "moralitas" yang tinggi dan
dapat meningkatkan profesi sebagai guru agar dapat menumbuhkan/
meningkatkan jabatan mereka, asalkan diberikan kesempatan yang
menguntungkan bagi terwujudnya dorongan tersebut.
1.1.3. Perhatian terhadap ekonomi guru
Dengan meningkatkan kesejahteraan guru yang layak dan
memadai akan menumbuhkan gairah dan semangat dalam
melaksanakan tugas mengajar, sebab tugas mengajar dan mendidik
memerlukan ketenangan batin dan hal itu akan tercipta seandainya
seorang guru berecukupan dalam kebutuhan materialnya.
1.2. Upaya meningkatkan pelaksanaan tugas guru yang dilakukan oleh guru
Upaya dapat dilakukan guru dalam meningkatkan tugasnya sebagai
sorang pendidik yaitu antara lain :
13
1.2.1. Melanjutkan studi
Salah satu yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan
kompetensinya dengan cara melanjutkan sekolah yang lebih tinggi,
apalagi sekarang guru harus memiliki ijazah yang paling rendah yaitu
sarjana agar dapat mendapatkan sertifikasi.
1.2.2. Mengikuti Pendidikan dan Latihan
Guru dapat mengikuti pendidikan dan latihan baik ditingkat
daerah dan propinsi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu
di sekolah tempat mengajarnya, sehingga dalam mengajar tidak
mengalami stagnasi tetapi ilmu itu selalu berkembang.
1.2.3. Menambah pengetahuan melalui media massa
Media massa menyediakan informasi yang dapat membangun
cara berfikirnya seorang guru, baik media elektronik misalnya TV dan
enternet maupun media massa lain. Seperti koran, majalah dan lain
sebagainya, dengan demikian penyediaan media tersebut di sekolah
maka guru dapat memperoleh informasi yang bermanfaat bagi
peningkatan tugasnya sebagai guru yang profesional.
a. Kompetensi Guru
Kompetensi guru dapat dibagi menjadi tiga bidang :
1. Kompetensi bidang kognitif (Kemampuan Intelektual)
2. Kompetensi bidang sikap (Kesiapan guru dalam mendidik dan
profesinya )
3. Kompetensi prilaku ( Kemampuan guru dalam ketrampilan
dan prilaku )
b. Upaya Peningkatan Kompetensi Guru
Kompetensi yang sudah melekat pada guru masih harus
dikembangkan agar tidak mengalami stagnasi (kemandekan). Dalam
upaya meningkatkan pelaksanaan tugas guru dapat ditempuh sebagai
berikut :
14
b.1. Menumbuhkan Kreatifitas
Kondisi kerja yang menyenangkan dapat menunjang
tumbuhnya kreatifitas dan kerja sama yang tinggi diantara para
guru. Sedangkan kreatifitas individu guru biasa muncul adanya
kemampuan, sikap dan minat yang tinggi serta kecakapan
melaksanakan tugas pendidikan.
b.2. Mengikuti Pendidikan dan Latihan
Mengikut sertakan guru dalam berbagai macam kegiatan
pendidikan dan latihan merupakan bentuk kepedulian seorang
guru dalam upaya peningkatan pelaksanaan tuga sebagai tenaga
educatif. Dengan mengikuti diklat guru dapat mengembangkan
kompetensinya dalam meningkatkan kinerjanya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru pendidikan Agama Islam.
c. Kendala-kendala Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Tugas
Upaya meningkatkan pelaksanaan tugas seorang guru
pendidikan Agama Islam bukan berarti tidak menemukan hambatan-
hambatan. Guru sering kali menjumpai beberapa kendala baik dari
dalam maupun dari luar lingkungan kerjanya.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi para guru dalam
meningkatkan pelaksanaan tugas sebagai pendidik adalah :
1 Fasilitas pendidikan yang kurang memadai. Karena dengan
terbatasnya fasilitas pendidikan akan menghambat proses
belajar mengajar di Sekolah.
2 Kesempatan dalam mengembangkan profesionalisme guru
relative kecil, mengingat formasi yang tersedia dari
pemerintah bagi guru dalam mengikuti kegiatan Pendidikan
dan Pelatihan sangat terbatas.
3 Faktor Ekonomi keluarga. Guru yang ingin meningkatkan
kompetensinya melalui jalur pendidikan Formal dari D II ke
S1 maupun dari S1 ke S2 sering kali harus gagal atau tidak
selesai karena masalah ekonomi keluarga.
15
4 Tidak tersedianya media penunjang bagi guru baik berupa
media visual maupun non visual sekolah.
5 Kesejahteraan guru tidak tetap (GTT) yang tidak memadai,
sehingga acapkali berpengaruh terhadap kinerja guru dalam
melaksanakan tugas.
B. Pemecahan Masalah
Setiap permasalahan pasti harus dicarikan solosinya, karena sekecil
apapun permasalahan bila tidak diselesaikan lama kelamaan akan menggunung,
dan bila permasalahan sudah menjadi besar maka penyelesaiannya akan menjadi
sulit.
Dari pemaparan di atas dapat kita peroleh beberapa permasalahan yang
dihadapi SD Negeri Sasi baik yang berkaitan dengan masalah fasilitas dan
infrastruktur Sekolah maupun yang berkaitan dengan masalah tenaga educatif,
walaupun demikian permasalahan harus tetap disikapi, agar implikasi dari
permasalahan tersebut tidak berdampak serius terhadap kualitas pendidikan dan
out put Sekolah.
Adapun pemecahan masalah yang sampai saat ini dapat dilakukan oleh
pihak SD Negeri Nesam adalah sebagai berikut :
Dari segi Pemenuhan Fasilitas Sekolah.
2.1.1. Memaksimalkan fasilitas yang ada di SD Negeri Nesam untuk mendapatkan
manfaat dan hasil yang maksimal.
2.1.2. Terlealisasinya proyek pembangunan infrastruktur Sekolah oleh
pemerintah secara berkal dan berkesinambunga.
2.1.3. Pemberdayaan peran serta masyarakat terhadap pengelolaan Sekolah.
2.1.4. Pemenuhan fasilitas dengan kemandirian Sekolah secaraberkala
dengan memprogramkan melalui RAPBS.
Dari segi Peningkatan Kompetensi guru.
2.2.1. Mengirim guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam
berbagai kesempatan formasi yang telah ada.
16
2.2.2. Mensosilisasikan hasil pelatihan guru di lingkungan Sekolah, sehingga
guru yang belum mendapatkan informasi tidak merasa ketinggalan
informasi.
2.2.3. Penyediaan sarana visual berupa Televisi laptop infokus, Tape
recoder dan non visual berupa buku dan majalah sebagai sumber
informasi.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
2 Kesempatan dalam mengembangkan profesionalisme guru relatif
kecil, mengingat formasi yang tersedia dari pemerintah bagi guru
dalam mengikuti kegiatan Pendidikan dan Pelatihan sangat terbatas.
3 Faktor ekonomi keluarga. Guru yang ingin meningkatkan
kompetensinya melalui jalur pendidikan Formal dari SMA ke S1
maupun DII ke S1 seringkali harus gagal atau tidak selesai hanya
karena masalah ekonomi keluarga.
4 Ketidakmampuan guru dalam menggunakan pengembangan media
pembelajaran baik berupa media visual maupun non visual serta
perangkat teknologi di sekolah
B. Saran-saran
19
5. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat yang dalam hal ini komite sekolah hendaknya selalu
mendukung segala progam yang telah direncanakan karena pada dasarnya
pendidikan bukan tanggung jawab sekolah akan tetapi Negara, keluarga dan
masyarakat pada umumnya.
C. Implikasi
Setelah mengadakan analisa pada murid – murid dan guru-guru SD Negeri
Nesam Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara ini maka di harapkan
kepada :
1. Guru dalam mendidik perlu memperhatikan paradigma – paradigma
baru termasuk penggunaan ICT sehingga dalam mengajar tidak monoton.
2. Guru perlu merancang model pembelajaran yang menarik dengan
menggunkan teknologi dan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi
dan situasi murid yang akan diberi pendidikan.
3. Guru dalam mengajar perlu menjadikan murid sebagai jiwa dengan
potensi yang lebih, sehingga guru cukup sebagai fasilitator agar murid
dapat mengembangkan kemampuannya dengan sebaik-baiknya.
4. Guru perlu mencari strategi yang efektif untuk mengajarkan materi
pendidikan Agama Islam sesuai dengan situasi dan kondisi murid dan
materi yang akan diajarkan.
5. Upaya meningkatkan pelaksanaan tugas guru pendidikan Agama Islam
melalui penerapan konsep pembelajaran berbasis ICT seharusnyalah
mencari sumber-sumber yang relevan serta mencoba menciptakan model
pembelajaran menarik yang bernuansa teknologi tetapi tidak terlepas dari
nilai-nilai agma.
20
DAFTAR PUSTAKA
Daniel Muijs dan David Reynolds 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi
( Edisi ke -2 ) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
21