Anda di halaman 1dari 6

Nama : Erlyana Ainun Nadhiroh

NIM : 126201211016
Kelas : PAI 4A
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam

Ujian Akhir Semester Manajemen Pendidikan Islam

1. Mengapa ilmu manajemen pendidikan Islam penting untuk dipelajari, jelaskan!


Jawaban:
Ilmu manajemen pendidikan Islam penting untuk dipelajari karena memiliki objek
bahasan yang cukup kompleks, objek bahasan tersebut dapat dijadikan bahan yang
kemudian diintegrasikan untuk mewujudkan manajemen pendidikan yang berciri khas
Islam. Pembahasan manajemen pendidikan Islam senantiasa melibatkan wahyu dan
budaya kaum muslim, ditambah kaidah-kaidah manajemen pendidikan secara umum. Hal
ini menjadikan ilmu manajemen pendidikan Islam penting dipelajari dalam pengelolaan
lembaga pendidikan.
Selain itu, Ilmu manajemen pendidikan Islam penting untuk dipelajari karena dalam
agama Islam telah diinformasikan tentang pentingnya sebuah manajemen dalam rangka
mensukseskan kegiatan pendidikan melalui kitab suci yaitu Al-Qur’an. Dengan
menggunakan manajemen pendidikan Islam kita bisa mengelola sumber daya pendidikan
Islam secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pengembangan, kemajuan dan
kualitas proses dan hasil pendidikan Islam itu sendiri.
Dalam Manajemen Pendidikan Islam juga terdapat prinsip atau kaidah yang ada
relevansinya dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits antara lain, sebagai berikut: prinsip
amar ma’ruuf nahi munkar (ikhlas); prinsip menegakkan kebenaran (jujur); prinsip
menegakkan keadilan (adil); prinsip menyampaikan amanah kepada yang ahli (amanah).
2. Bagaimana kiat saudara seandainya menjadi pemimpin pendidikan Islam, jelaskan!
Jawaban:
Dalam rangka melaksanakan tugas kepemimpinan, kualitas pemimpin menjadi sangat
penting, oleh karena laju perkembangan kegiatan atau program pendidikan yang ada di
setiap sekolah ditentukan oleh arahan, bimbingan serta visi dan misi yang ingin dicapai
oleh Kepala sekolah/madrasah. Adapun kiat yang harus dimiliki ketika menjadi seorang
pemimpin pendidikan Islam, antara lain sebagai berikut:
a. Kemampuan mengorganisasikan dan memantau staf dalam merumusken perbaikan
Pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap.
b. Kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri sendiri dan
Para guru serta staf sekolah.
c. Kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam mengajukan dan
melaksanakan program supervisi.
d. Kemampuan untuk mendorong dan mambimbing para guru serta staf agar dengan
penuh kerelaan dan tanggung jawab berpartisipasi secara akrifpada setiap usaha
sekolah untuk mencapai tujuan madrasah dengan sebaik-baiknya.
Agama Islam sudah memberikan pedoman kriteria pemimpin yang layak yang
dijadikan teladan dan panutan, diantaranya yaitu, adil, amanah, memiliki integritas,
bijaksana, menegakkan amar ma'ruf dan mencegah hal yang mungkar.
Kualifikasi kepribadian pemimpin dipandang sangat penting. Adapun kiat kepribadian
yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan Islam, antara lain:
a. Sabar menerima masalah-masalah yang ditanyakan peserta didik dan harus diterima
baik.
b. Mempunyai attitude yang tenang dan positif.
c. Senantiasa bersifat kasih dan tidak pilih kasih.
d. Sesantiasa bersikap sopan dan tunduk, tidak riya' (pamer).
e. Tidak takabbur, kecuali terhadap orang yang zalim, dengan maksud mencegah dari
tindakannya.
f. Bersikap tawadhu' dalam pertemuan-pertemuan.
g. Mengajari bukan memerintah.
h. Dapat membuka komunikasi.
i. Dapat meminta dan menerima feedback.
3. Bagaimana supaya minat stakeholder meningkat di Lembaga Pendidikan Islam, jelsakan!
Jawaban:
Stakeholder dalam lembaga pendidikan adalah orang-orang atau badan yang
berkepentingan langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan pendidikan di sekolah.
Stakeholder menjadi pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan memiliki berbagai macam stakeholder, yaitu
stakeholder pimer (pemerintah), stakeholder sekunder (kepala sekolah, pendidik dan
tenaga kependidikan, siswa, staf administrasi, yayasan dan komite sekolah), dan
stakeholder tersier (masyarakat mitra penyedia lapangan pekerjaan atau masyarakat
pengguna lulusan lembaga pendidikan).
Adapun upaya peningkatan minat stakeholder di Lembaga Pendidikan Islam, antara
lain sebagai berikut:
a. Membentuk kelembagaan partisipasi stakeholder eksternal dalam meningkatkan mutu
pendidikan
Komite sekolah mendukung program sekolah dengan ikut membuat RIPS dan
RAPBS, serta mengontrol jalannya program sampai mengevaluasi hasil program
tersebut, membentuk paguyuban bertujuan membantu meningkatkan mutu dalam
pembelajaran
b. Partisipasi stakeholder eksternal dalam pengembangan sarana-prasarana sekolah
Orang tua siswa mewakafkan tanah untuk bangunan gedung sekolah,
paguyuban membantu memberikan dana, komite memberikan bantuan untuk merehab
gedung kelas, dan ikut memperbaiki sarana-prasarana yang rusak juga membantu
membuatkan media pendidikan.
c. Partisipasi stakeholder eksternal dalam peningkatan mutu pendidikan
Komite dan paguyuban selalu memikirkan peningkatan mutu sekolah baik
mutu akademik maupun non akademik, Mapenda dan Dinas Pendidikan rutin
memberikan supervisi dan monitoring stakeholder eksternal terhadap mutu sekolah,
komite sekolah menggali informasi dari para wali murid dan jika ada masalah segera
disampaikan dan dibahas melalui pertemuan komite, berkomunikasi dengan guru dan
kepala sekolah tentang perkembangan sekolah dan komite, melakukan evaluasi dan
pengawasan terhadap kebijakan atau program yang dikeluarkan oleh sekolah, dan
memantau kinerja sekolah.
4. Menurut saudara sekarang ini di Lembaga Pendidikan Islam, masalah apa yang genting
untuk segera diselesaikan, mengapa dan jawaban dikuatkan dengan teori?
Jawaban:
Dalam lembaga pendidikan Islam, terdapat beberapa masalah yang genting untuk
segera diselesaikan, antara lain:
a. Sikap Skeptis Masyarakat terhadap Lembaga Pendidikan Islam
Sejalan dengan perkembangan Indonesia, madrasah terus berkembang.
Namun, perkembangannya cukup eksklusif karena ilmu pengetahuan agama (Islam)
lebih diutamakan. Hal ini menyebabkan madrasah hanya berkembang dalam
masyarakat Islam. Ekspansi pun hanya berkisar di daerah pedesaan, sedangkan di
perkotaan sangat jarang. Oleh karena itu, keberadaan madrasah lebih banyak di
pedesaan dibandingkan di perkotaan sehingga memicu lambannya perkembangan
madrasah yang jauh dari atmosfer pembaruan sistem pendidikan, baik kelembagaan
maupun sistem dari proses pembelajaran.
Madrasah pada awalnya diharapkan akan mampu mencetak ahli-ahli agama
dan para pemimpin Islam mulai diragukan kemampuannya. Walaupun mempunyai
kedudukan setaraf dengan sekolah umum, dalam perjalanannya madrasah tetap
berbeda dengan sekolah-sekolah umum. Madrasah masih dianggap lembaga
pendidikan “kelas dua” karena ada pandangan “daripada tidak sekolah lebih baik
masuk madrasah”.
Suasana religius yang memungkinkan dapat tercipta di madrasah daripada di
sekolah umum, juga merupakan salah satu poin tersendiri mengapa masyarakat
berpandangan positif terhadap madrasah. Namun, masalah ini juga masih belum
cukup berhasil secara memuaskan, sebab ciri khas agama Islam yang menjadi label
madrasah, masih belum menyentuh pada penanaman dan pengembangan nilai-nilai
religius pada setiap bidang pelajaran yang termuat dalam program pendidikannya.
b. Lemahnya Visi dan Misi Kelembagaan
Persoalan penentuan visi dan misi kelembagaan menjadi persoalan urgen yang
sering dilupakan oleh pengelola pendidikan. Visi lembaga pendidikan seharusnya
sudah dirancang dari awal untuk menjadi payung dilaksanakan proses pembelajaran.
Dengan visi dan misi itulah, suatu lembaga pendidikan dapat merencanakan dan
menentukan hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan. Sekarang ini, visi
dan misi menjadi masalah serius bagi lembaga pendidikan Islam. Jika ditinjau di
lapangan, banyak lembaga khususnya madrasah di Tanah Air tidak memiliki visi atau
arah yang jelas mengenai pengelolaan pendidikan yang baik sehingga madrasah
belum mempunyai perencanaan dan penataan baik yang mengakibatkan pada tatanan
implementasi cenderung berjalan apa adanya.
c. Kurikulum yang Overloaded
Kurikulum menjadi persoalan yang sangat urgen dalam dunia pendidikan.
Kurikulum di madrasah sarat dengan materi (overloaded) dan bahkan tidak memiliki
keterikatan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum. Kurikulum di madrasah
lebih menekankan pada ranah kognitif saja, sementara ranah afektif dan psikomotorik
menjadi terabaikan. Seharusnya, kurikulum harus segera diperbaiki karena tanpa
kurikulum yang tepat, maka lembaga Pendidikan Islam akan sulit mencapai tujuan
pendidikan.
d. Rendahnya Daya Saing Lulusan Lembaga Pendidikan
Islam dilihat dari aspek lulusan, lulusan madrasah sangat berbeda dengan
lulusan dari sekolah-sekolah umum dimana lulusan sekolah umum memiliki aspek
yang lebih terbuka untuk melanjutkan ke perguruan tinggi umum, sedangkan bagi
lulusan madrasah memperoleh keterbukaan yang luas hanya pada perguruan tinggi
Islam. Sebenarnya, madrasah memiliki keunggulan yang lebih dibanding dengan
sekolah umum karena muatan pendidikan agama di madrasah lebih banyak daripada
di sekolah umum. Ini berarti pendidikan moral yang dikandung dalam pendidikan
agama lebih banyak diberikan pada madrasah. Namun pada kenyataannya, madrasah
masih kurang mampu untuk bersaing dan bersaing dengan lulusan sekolah umum.
e. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Keterbatasan sarana dan prasarana, baik dari segi bangunan, media
pembelajaran, maupun teknologi menjadi problem dalam pendidikan Islam.
Berkenaan dengan tempat, sering dijumpai lembaga Pendidikan Islam (madrasah)
yang berada di pedesaan mempunyai gedung yang sudah tidak memungkinkan lagi
untuk mengadakan proses pembelajaran. Di samping itu, media pembelajaran yang
digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar juga kurang memadai. Jika
ditinjau dari segi kemajuan sains teknologi, lembaga Pendidikan Islam masih
tertinggal jauh dengan sekolah umum lainnya. Dalam kegiatan belajar mengajar,
lembaga Pendidikan Islam masih banyak menggunakan metode konvensional tanpa
melibatkan sains dan teknologi.
f. Tenaga Pendidik dan Kependidikan yang Kurang Professional
Pada lembaga pendidikan Islam, khususnya madrasah, banyak guru yang
mengajar bukan pada bidang keahliannya. Hal ini menjadikan aspek profesionalisme
guru terabaikan. Oleh karena itu proses pembelajaran yang berlangsung lebih
cenderung pada pola mengajar (teaching, ta’lim) saja, bukan mendidik (education,
tarbiyah atau ta’dib).
Menurut pandangan saya, semua masalah yang telah disebutkan diatas penting utnuk
segera diselesaikan, karena semua masalah tersebut dapat menghambat perkembangan
pendidikan dari berbagai aspek. Namun, jika kita telaah lebih dalam masalah yang paling
genting dan harus segera diselesaikan yaitu terkait kurikulum. Hal ini dikarenakan jika
kurikulum sudah efektif dan efisien, pembelajaran akan lebih terstruktur dan lebih baik
dari sebelumnya.
5. Diantara makalah yang sudah dipresentasikan, manakah tema yang paling saudara
senangi dan mengapa, jelaskan!
Jawaban:

Diantara makalah yang telah dipresentasikan, tema yang paling saya senangi adalah
“Kewirausahaan dalam Pendidikan Islam”. Hal ini dikarenakan dalam materi tersebut
memuat proses pelatihan bagi pelajar untuk menghadapi perkembangan dunia bisnis dan
perekonomian serta persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis. Dengan
memberikan kemampuan penciptaan usaha, individu dapat diarahkan untuk membangun
kreativitas, berani mengambil risiko dan mampu mengubah ide-idenya menjadi suatu
tindakan nyata. Sehingga peserta didik dapat menciptakan dan memelihara lingkungan
belajar dengan mempromosikan sifat dan perilaku kewirausahaan, seperti menjadi
wirausahawan yang kreatif dan mandiri, berani mengambil risiko, memikul tanggung
jawab, dan menghargai keberagaman.
Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk kepedulian dunia pendidikan
terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan diperlihatkan di
antaranya adalah nilai dan bentuk kerja untuk mencapai kesuksesan. Pendidikan
kewirausahaan adalah pendidikan yang bertujuan untuk menempa bangsa Indonesia
sesuai dengan kepribadian Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dalam arti yang lebih
luas bahwa pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan untuk membelajarkan manusia
Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.
Dengan hal ini nilai-nilai enterpreneurship ini sudah seharusnya mulai diintegrasikan
di lingkungan sekolah mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan
menengah atas serta pendidikan nonformal karena cukup beralasan agar Indonesia dapat
mencetak generasi penerus yang siap dengan tantangan-tantangan ekonomi di masa
mendatang. Di samping itu, jiwa entrepreneur juga sangat diperlukan bagi seorang
peserata didik, karena melalui jiwa ini para peserta didik akan memiliki orientasi kerja
yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif, dan mandiri. Selain itu juga dapat dijadikan
sebagai proses penerapan pengetahuan, membangun sikap, serta mengembangkan
keterampilan dan kompetensi secara profesional.

Anda mungkin juga menyukai