Anda di halaman 1dari 19

PROSES BELAJAR, BERPIKIR, DAN PEMECAHAN MASALAH

OLEH :

REINILDIS MALA

19201044

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SANTU PAULUS RUTENG

2021
BAB 11

PEMBAHASAN

A. PROSES BELAJAR

1. Pengertian belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan )
hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Belajar adalah proses penambahan
pengetahuan.
Menurut Gagne bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkahlaku
yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan
perubahan kemampuanya, yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai
jenis pekerjaan.
Menurut Thursan Hakim, belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain.
Menurut Crow and crow (1958 h.225)belajar adalah diperolehnya kebiasaa-
kebiasaan pengetahuan dan sikap baru”, sedang menurut Hilgart (1962
hal.252)”belajar adalah suau proses dimana suatu prilaku muncul  atau berubah
karena adanya respon terhadap sesuatu situasi”.Di Vesta  and Thopson (1970 h.112)
belajar ada lah perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil dari
pengalaman.
H.C. Witherington dalam Educational Psychology menjelaskan pengertian
belajar sebagai suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, dan kebiasaan. Gage beringer
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah
prilakunya sesuai akibat dari pengalaman.
Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam perspektifnya yang
lebih detail. Menurut Spears learning is to observe, to read, to imitate, to try
samething them selves, to listen, to follow direction ( belajar adalah mengamati
membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti
aturan ).
Menurut rumusan G.A Kimble belajar adalah perubahan yang relative
menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan
penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan
atau kerusakan pada susunan saraf atau dengan kata lain bahwa mengetahui dan
memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seorang yang belajar.
Menurut Walker belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas
yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan
kematangan rohaniah, kelelahan motivasi , perubahan dalam stimulus atau factor-
faktor samar lainya yang tidak berhubungan langsung dengan kegatan belajar.
Seangkan menuru Wingkel (1996: 53), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dngan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan prilaku sebagai
hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah
dengan mengalami sesuatu yaitu mengunakan panca indra. Dengan kata lain, bahwa
belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba
sesuatu dan mendengar.
2. Kondisi belajar
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengarui proses dan
hasil belajar siswa. Definisi lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang
terjadi pada aktivitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses
pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
harus dialami siswa dalam melaksankan kegiatan belajar.

Gagne membagikan kondisi belajar atas dua kategori, yaitu:

a. Kondisi Internal ( internal condition ) adalah kemampuan yang telah ada pada diri
individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Kondisi internal ini dihasilkan
oleh seperangkat proses trasformasi.
b.  Kondisi eksternal ( ekternal condition ) adalah situasi perangsang diluar diri si
belajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk tiap kasus.
Jenis kemampuan belajar yang berbeda akan membutuhkan kemampuan belajar
sebelumnya.
Secara umum kondisi belajar secara internal dan eksternal  akan mempengarui belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi jasmani
maupun rohani siswa. Adapun faktor internal dibedakan menjadi faktor fisiologis dan
psikologis.
 Faktor fisiologis
Faktor fisiologis suau kondisi yang berhubungan dengan keadaan kondisi
seseorang. Misalnya tetang fungsi organ-organ, dan susunan tubuh yang dapat
mempengarui semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
 Tonus (kondisi) badan
 Kondisi jasmani biasanya melatar belakangi kegiatan belajar. Keadaan
jasmani yang optimal berbeda sekali dengan keadaan jasmani yang
lemah.
  Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Keadaan fungsi-fungsi
jasmani tertentu yang dapat mempengarui kegiatan belajar disini
adalah fungsi-fungsi panca indra, panca indra yang memegang peranan
penting dalam belajar adalah mata dan telingga. Apabila mekanisme
mata  dan telingga kurang berfungsi, maka tanggapan yang
disampaikan dari guru, tidak mungkin dapat diterima oleh anak didik.
 Faktor psikologi
Faktor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadan
kejiwaan siswa. Faktor psikologis dapat ditinjau dari aspek bakat, minat
intelegensi dan motivasi.
 Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai
keberhasilan. Bakat anak mulai tampak sejak ia dapat berbicara atau
sudah masuk sekolah dasar.
 Minat. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar untuk sesuatu.
 Intelegensi, Inteligensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan akan menyesuaikan diri dengan lingkunganya dengan cara
yang tepat. Kemampuan dasar yang tinggi pada anak, memungkinkan
anak dapat mengunakan pikiranya untuk belajar dan memecahkan
persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat, dan berhasil.
 Motivasi.
Motivasi adalah keadan internal manusia yang mendoronya untuk
berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong seseorang untuk
interes pada kegiatan yang akan di kerjakan, menentukan arah
perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong
untuk mencapai prestsi.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar siswa. Faktor eksternal dibagi
menjadi dua macam yaitu :
 Fakor sosial
 Lingkungan keluarga
  Lingkungan guru
 Lingkungan masyarakat.
 Faktor non sosial
 Sarana dan prasarana sekolah
 Waktu belajar
  Kondisi rumah
 Alam
3. Ciri – ciri belajar
Dari beberapa pengertian diatas, belajar sesungguhnya memiliki cirri-ciri
(karakteristik) tertentu:
1) Belajar berbeda dengan kematangan
Pertumbuhan merupakan faktor utama dari pengubah tingkah laku. Bila
serangkaian tingkah laku matang secara wajar tanpa adanya pengaruh dari
latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan
bukan karena belajar. bila prosedur latihan tidak secara cepat mengubah
tingkah laku maka prosedur itu tidak dapat dijadikan penyebab yang penting
dan perubahan tidak dapat digolongkan sebagai belajar.
2) Belajar dibedakan dari fisik dan mental
Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi karena perubahan pada fisik dan
mental karena melakukan sesuatu perbuatan berulang kali yang
mengakibatkan badan menjadi lelah.
3) Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap Hasil belajar dalam bentuk tingkah
laku berlangsung dalam bentuk latihan (practice) dan pengalaman. Tingkah
laku yang dihasilkaan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki.
4. Unsur-unsur belajar
Cronbach (1945 h.49-50, mengemukakan adanya tujuh unsur  utama dalam proses
belajar,yaitu:
a) Tujuan.Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan.  Perbuatan belajar
diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi kebutuhan.
Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang
jelas dan berarti bagi individu.  Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan
belajar  dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik
kesiapan fisik, dan psikis, persiapan yang berupa kematangan untuk
melakukan sesuatu, maupun penguasa pengetahuan dan kecakapan-kecakapan
yang mendasarinya.
b) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Dalam situasi
belajar ini terlihat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari,
orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa
yang belajar. Kelancaran dan hasil belajar banyak dipengarui oleh situasi ini,
walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu  sesuatu aspek dari situasi
belajar ini lebih dominan sednang pada individu atau waktu lain yang lebih
berpengaruh.
c) Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadaan interpretasi,
  

yaitu melihat hubungan antara komponen-komponen situasi belajar,


melihat ,makna dari hubungan tersebut dan menghubungkanya dengan
kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan intrerpretasi tersebut mungkin
individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.
d)   Respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin
atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan
respon. Respon ini mungkin memberikan sesuatu usaha coba-coba (trial and
error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia
menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.
e) Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi
entah itu keberhasilan atau kegagalan, demikian juga dengan respon atau
usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa
senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan
usaha-usaha belajar berikutnya
f) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang
diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan
menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap  kegagalan
dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat,
dan memperkecil usaha-usaha selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya,
kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan
menutupi kegagalan tersebut.
5. Jenis-jenis belajar
Manusia mempunyai beragam potensi, karakter dan kebutuhan dalam belajar. Karena
itu banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan manusia.
a) Belajar menurut A.De Block
Sistematika bentuk belajar yang disusun oleh De blok adalah sabagai berikut :
 Bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis.
 Belajar dinamik
 Belajar afektif
 Belajar kognitif : mengingat, berfikir
 Belajar senso-motorik: mengamati, bergerak, berketrampilan.
 Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari:
 Belajar teoritis
 Belajar teknis
 Belajar sosisal atau belajar bermasyarakat
 Belajar estetis
 Bentuk-bentuk belajar yang tidak disadari
 Belajar incidental
 Belajar dengan mencoba-coba.
 Belajartersmbunyi.
b) Belajar menurut Benyamin S Bloom
Benyamin S Blom adalah ahli pendidikan yang terkenal seagai pencetus konsep
Taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokan tujuan belajar
berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga domain belajar,
yaitu sebagai berikut.
 Cognitive Domain ( kawasan kognitif )
Prilaku yang merupakan proses berpikir atau prilaku yang temasuk hasil kerja
otak. Kemampuan kognitif antara lain :
 Pengetahuan, tentang suatu materi yang dipel
  Pemahaman, memahami materi yang dipelajari.
 Penerapan penggunaan materi.
 Analisa, proses analisis teoritis dengan mengunakan kemampuan akal.
 Sintesa, kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan
konsep baru.
 Evaluasi, kemampuan melakukan evaluatif atas pengunaan mati
pengetahuan.
c) Affective domain (kawasn afektif)
Prilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderunganya untuk
membuat pilihan atau keputusan untuk bereaksi didalam lingkungan tertentu.
Beberapa contoh kawasan afektif :
 Menganggukkan kepala sebagai tanda setuju,
  Meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan,
 Pergi kemasjid sebagai prilaku orang beriman kepada Tuhan YME.
d) Psychomotor Domain (kawasan psikomotor)
Prilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini
berbentukgerakan tubuh, antara ain seperti berlari, melompat, melempar,berputar,
memukul, menendang dan lain-lain. Dave (1970), mengemukakan lima jenjang tujuan
belajar pada ranah psikomotor :
 Meniru, kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespon.
  Menerapkan, kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan
pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
  Menerapkan, kemampuan memberikan respon. Merangkai, koordinasi
rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat.
  Naturalisasi, gerakan yang dilakukan secara rutin dengan mengunakan
energy fisik dan psikis yang minimal
e) Belajar menurut Gagne
 Belajar Isyarat (signal learning). Tidak semua reaksi spontan manusia terhadap
stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respons. Dalam konteks inilah signal
learning tejadi.
 Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat
terhadap stimulus yang diberikan . Reaksi yang tepat diberikan penguatan
(renforcement) sehingga terentuk prilaku tertentu.
  Belajar merantaikan (chaining). Tipe belajar chaining merupakan cara belajar
yang membuat gerakan-gerakan motorik, sehingga akhirnya membentuk
rangkaian gerak dalam urutan tertentu (shaping). Belajar  asosiasi (verbal
association) merupakan belajar menggabungkan suatu kata  dengan suatu
obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah
kata dalam urutan yang tepat.
 Belajar membedaan (discrimination) memberikan reaksi yang berbeda-beda
pada stimulus yang mempunyai kesamaan.
 Belajar konsep (konsep learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus atau 
menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu
konsep.
 Belajar dalil (rule learning) tipe belajar ini merupakan tipe belajar untuk
menghasilkan  aturan atau kaidah yang tediri dari penggabungan beberapa
konsep.
 Belajar memecahkan problem (problem solving), mengabungkan beberapa
kaidahmenjadiprinsippemecahan.
f) Belajar menurut Van Parreren
 Belajar membentu otomatisme
Jenis belajar ini meliputi belajar ketrampilan motorik, tetapi juga dapat
meliputi belajar kognitif. Winkel (1991), menyatakan cirri khas dari hasil
belajar ini terletak pada otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang
terkordinir atau sama lain, seperti dalam mengoprasikan computer.
 Belajar incidental
Orang belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk
mempelajari hal tersebut, dan tidak direncanakan sebelumnya.
 Belajar menghafal.
Bentuk belajar ini peran memori jangka panjang. Orang menanamkan kembali
secar harfiah sesuai dengan materi yang asli. Misalnya dalam menghafal
barisan bilangan, orang memanfaatkan kaidah yang terkandung didalamnya.
 Belajar pengetahuan
Melalui bentuk belajar ini orang dapat mengetahui berbagai macam data
mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang. Ciri khas dari hasil
belajar yang diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan
yang dimiliki dalam kata-kata sendiri.
 Belajar konsep
Dalam belajar ini orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam obyek-obyek yang
meliputi benda kejadian, dan orang yang ditinjau pada aspek-aspek tetentu
saja.
 Belajar memecahkan problem melalui pengamata
Dalam belajar ini orang diharapkan pada suatu problem yang harus
dipecahkan dengan mengamati baik-baik, dengan mengadakan pengamatan
yang teliti dan reorganisasi terhadap unsur-unsur didalam problem.
 Belajar berpikir
Pada jenis belajar ini, orang dihadapkan pada suatu problem yang harus
dipecahkan, namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam
pengamatan.
 Belajar untuk belajar
Proses belajar seseorang yang sangat menyadari tuntunan dalam belajar,
sekaligus caranya dia bekerja, sehingga orang tersebut melakukan serangkaian
kegiatan sistemais yang meliputi, orientasi bacaan, dan membuat langkah-
langkah untuk memecahkan masalah.
 Belajar dinamik
Bentuk belajar ini dibentuk kemauan, sikap, motif dan modalitas perasaan
yang semaunya, mengambil bagaian dalam pembentukan watak, sikap, motif
dan perasaan meruakan sumber energi yang mendorong seseorang dalam
melakukan kegiatan/aktifitas, yang didalamnya termasuk belajar.
g) Faktor – faktor yang mempengarui belajar.
Usaha dan keberhasilan belajar dipengarui oleh banyak faktor. Faktor-fakor tersebut
data bersumber pada dirinya atau diluar dirinya atau lingkunganya.
 Faktor – faktor dalam diri individu
Banyak faktor yang ada dalam diri individu atau si pelajar yang mempengarui
usaha dan keberhasilan belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek
jasmaniah maupun rohaniah dari individu. Aspek jasmaniah mencakut kondisi
dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang
berbeda, ada yang tahan belajar lima atau enam jam terus meneus, tetapi ada
juga ang tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan
dan kesehatn indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan
pengecapan. Indra yang paling penting  dalam belajar adalah penglihatan dan
pendengaran. Seseorang yang penglihatan atau pendengaranya kurang baik
akan berpengauh kurang baik terhadap usaha dan hasil belajarnya. Kesehatan
merupakan syarat mutlak terhadap keberhasilan belajar. Aspek psikis atau
rohaniah tidak kalah pentingnya dalam belajar dengan aspek jasmaniah. Aspek
psikis mencangkup kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan
intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif dari individu.
Untuk kelancaran belajar tidak hanya dituntut kesehatan jasmaniah tetapi juga
kesehatan rohaniah. Kondisi intelektual juga berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar. Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan,
bakat baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan.
 Faktor – factor lingkungan
Keberhasian belajar juga dpengarui oleh faktor-faktor diluar diri siswa, baik
faktor fisik maupun sosial – psikologis yang berada pada lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.Keluarga, merupakan lingkungan pertama dan utama
dalam pendidikan, memberikan landasan  dasar bagi proses belajar pada
lingkugan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikogis
yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar
anak.Suasana lingkungan rumah disekitar pasar atau terminal atau tempat-
tempat hiburan berbeda dengan di daerah khusus pemukiman. Lingkungan
sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para
siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti
lingkungan kampus, sarana dan prasarana yang ada, sumber belajar, media dan
lain-lain. Sekolah yang kaya dengan aktivitas belajar, memiliki sarana dan
prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, diliputi dengan suasana
akademis yang wajar, akan sangat mendorong semangat belajar para siswanya.
B. PROSES BERPIKIR

Berfikir adalah sebuah aktivitas kerja otak mengenai sesuatu hal. Berfikir juga
merupakan aktivitas mental sebab berfikir tidak hanya menggunakan aktivitas otak namun
juga menyangkut semua bagian tubuh dan juga perasaan atau emosi dalam psikologi. Definisi
paling umum dalam berfikir merupakan berkembangnya ide dan juga konsep dalam diri
seseorang yang berlangsung lewat keterkaitan hubungan diantara beberapa bagian informasi
yang tersimpan dalam diri seseorang berbentuk pengertian.

1. Konsep Berfikir Dalam Psikologi

Dalam proses berfikir, tentunya setiap individu memakai beberapa simbol atau
penggambaran. Konsep adalah konstruksi simbolik yang memberi gambaran ciri atau
beberapa ciri secara umum mengenai sebuah objek atau kejadian. Sebagai contoh adalah
pengertian dari handphone dimana dalam pikiran akan memberi gambaran berupa alat
komunikasi yang bisa dibawa kemana saja. Dengan proses tersebut, nantinya setiap individu
bisa mengklasifikasikan manakah yang dinamakan handphone dan mana yang bukan. Dalam
berfikir sendiri juga terdapat beberapa macam konsep, yakni:

 Konsep sederhan
 Konsep komplek
 Konsep konjungtif
 Konsep disjungtif
 Konsep relasional.

Sedangkan untuk cara memperoleh konsep sendiri bisa dilakukan secara sengaja atau
tidak sengaja. Sengaja memiliki arti bisa dikatakan sebuah konsep ilmiah yakni konsep yang
didapat. Sedangkan tidak sengaja saat mendapatkan sebuah konsep mengacu pada
pengalaman yang memberikan konsep namun sebenarnya tidak dibutuhkan akan tetapi tetap
bisa memberikan gambaran nyata tergantung dari memori dalam psikologi seseorang. Konsep
tersebut mempunyai prosedur tertentu karena perolehannya benar benar diteliti dan memakai
dasar dasar ilmiah. Sebagai contohnya adalah dalam menganalisa cahaya yang membutuhkan
beberapa tahapan seperti:

 Tingkat analisis: Tingkatan yang mengacu pada perhatian untuk setiap sumber cahaya
mengenai sifat dan kemudian dicatat menjadi sebuah penelitian.
 Tingkat komperasi: Tingkatan ini dilakukan untuk menemukan sifat umum dan juga
sifat khusus dari cahaya yang sudah diteliti.
 Tingkat abstraksi: Dalam tingkatan ini, individu akan mencari perbedaan sifat dari
setiap sumber cahaya tersebut.
 Menyimpulkan: Merupakan tingkatan hasil dari penelitian sebelumnya yang
memberikan informasi atau gambaran jika cahaya merupakan kumpulan zat yang bisa
memberi penerangan dan mempunyai massa.
 Penyelesaian masalah: Masalah terjadi saat terdapat perbedaan atau konflik saat akan
mencapai tujuan yang memiliki kaidah atau aturan.

2. Macam Macam Proses Berfikir:

Jika dilihat secara garis besar, proses berfikir terdiri dari 2 macam yakni berfikir
autistik dan juga berfikir realistik. Dengan berfikir autistik, maka individu bisa lari dari
kenyataan dan melihat kehidupan hanya sebagai gambaran contoh fantasi dalam
psikologi saja. Sementara berfikir realistik atau disebut juga dengan reasoning atau nalar
adalah berfikir untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang nyata. Namun Floyd L. Ruch
[1967] menyebutkan jika ada 3 macam berpikir realistik yakni: 

 Berpikir Deduktif
Deduktif adalah sifat deduksi yang berasal dari kata Latin deucere. Dengan begitu,
kata deduksi yang diturunkan dari kata tersebut memiliki arti mengantar dari sebuah
hal ke hal lainnya. Sebagai sebuah istilah penalaran, deduksi adalah proses berfikir
atau penalaran yang bertolak dari preposisi yang sebelumnya sudah ada menuju ke
preposisi baru yang akhirnya membentuk sebuah kesimpulan. Reasoning yang
deduktif bersumber dari pandangan umum atau general conclusion dan sumber filsafat
berfikir atau philosophy thinking seperti yang berasal dari Plato dan juga Aristoteles.
 Berfikir Induktif
Induktif memiliki arti bersifat induksi. Sedangkan induksi merupakan proses berfikir
yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan sebuah
kesimpulan atau inferensi. Berfikir induktif atau inductive thinking merupakan
penarikan sebuah kesimpulan umum dari beberapa kejadian atau dara di sekelilingnya
yang juga membutuhkan tips meningkatkan daya ingat. Dasarnya ialah observasi dan
juga proses pemikiran yang sintesis.
 Berfikir Evaluatif
Berfikir evaluatif merupakan cara berfikir kritis, menilai antara baik dan buruknya,
tepat atau tidaknya sebuah gagasan. Dalam berfikir evaluatif ini, seorang individu bisa
menambah atau mengurangi sebuah gagasan dan menilai atas dasar kriteria tertentu.

3. Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Berfikir

Dalam proses berfikir, setiap manusia juga akan menghadapi beberapa faktor
penghambat dan juga pendukung dalam berfikir berdasarkan tingkatan kesadaran dalam
psikologi.

 Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam berfikit adalah bagaimana seseorang bisa melihat atau
memahami sebuah masalah, situasi yang sedang dialami seseorang dan juga situasi
dari luar yang dihadapi, pengalaman individu yang bersangkutan, bagaimana
inteligasi orang tersebut, data yang kurang sempurna sehingga masih banyak data
yang harus dicari dan juga data dalam keadaan membingungkan atau confuse
sehingga bertentangan dengan data lainnya.
 Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung dalam proses berfikir diantaranya adalah keadaan emosi
individu yang stabil, pendidikan yang sudah terpenuhi, memperlihatkan ciri ciri orang
cerdas menurut psikologi dan sesuai dengan perkembangan individu, keadaan
lingkungan sekitar yang mendukung proses berfikir, perkembangan intelektual
individu dan juga sikap terbuka individu pada sebuah pengetahuan yang baru.

4. Fungsi Berfikir Dalam Psikologi

Ahli logika berpendapat jika ada 3 macam fungsi dari berfikir yakni untuk
membentuk pengertian, membentuk pendapat dan juga membentuk kesimpulan.

 Pembentukan Pengertian
 Manusia mengenal dua macam pengertian yakni pengertian empiris atau pengertian
pengalaman dan juga pengertian rasionalis atau pengertian ilmiah.
 Pengertian empiris: Diperoleh dari pengalaman seperti contohnya susu dimanan dari
pengalam kita dengan susu sehari hari, kita bisa mengetahui apakah susu tersebut.
Pengertian pengalaman ini akan berubah atau bertambah sesuai dengan seberapa
banyak pengalaman yang didapat dan hasilnya akan berbeda antar setiap individu.
 Pengertian rasionalis: Seseorang yang mempunyai pengertian ilmiah seperti
contohnya tentang susu, maka akan mengetahui apa hakekat dari susu tersebut,
bagaimana susu dan juga apa saja elemen elemen yang terdapat dalam susu.
 Pembentukan Pendapat
Seseorang bisa membentuk pendapat jika mengatakan mengenai sesuatu yang
lain. Sebagai contoh, seseorang mengatakan jika Anton adalah orang pandai dan
memperlihatkan ciri ciri anak cerdas istimewa. Pendapat ini disebut dengan pendapat
positif dan ada pula yang berpendapat negatif jika Anton bukanlah orang yang pandai.
Selain itu, ada juga pendapat modalifet yang berfikir mungkin saja Anton pandai.
Masing masing pendapat ini nantinya akan dituangkan dalam bentuk kalimat yang
terdiri dari pokok kalimat dan juga sebutan. Pokok kalimat berisikan tentang satu
individu yang disebut dengan pendapat individual dan jika pokok kalimat berisi
beberapa individu, maka disebut dengan pendapat particular.
 Pembentukan Kesimpulan
Pembentukan kesimpulan merupakan proses membentuk sebuah pendapat yang
berdasarkan atas beberapa pendapat lain bergantung dari jenis jenis meotde
pembelajaran. Kesimpulan ini bisa dibedakan menjadi kesimpulan induktif,
kesimpulan deduktif dan juga kesimpulan analagi.
o Contoh kesimpulan induktif: Besi memuai jika dipanaskan, air memuai jika
dipanaskan sehingga kesimpulannya adalah semua benda akan memuai jika
dipanaskan. Pada kehidupan sehari hari, seringkali kita mengambil kesimpulan
hanya atas dasar 1 sampai 2 pendapat yang disebut dengan generaliasi dan
jelas jika generalisasi seting tidak tepat atau meleset.
o Contoh kesimpulan deduktif: Manusia adalah fana [proporsi  unviersal =
mayor], Aristoteles fana [proporsi individual = minor] sehingga
kesimpulannya adalah Artistoteles fana.
o Contoh kesimpulan analogi: Merupakan sifat proses pemecahan sebuah
masalah atau reasoning dimana masalah simasi yang dihadapi dan belum siap
dengan respon pemecahannya sehingga akhirnya membuat seseorang
mengambil beberapa langkah jika bisa menanggapinya tidak sebagai sebuah
masalah maka tidak berbuat apa apa.
5. Tingkatan Berfikir

Manusia memiliki beberapa tingkatan dalam berfikir yakni tingkat konkrit, tingkat
skematis atau bagan dan ju ga tingkat abstrak yang merupakan salah satu dari macam macam
teori belajar dalam psikologi.

o Tingkat Konkrit
Merupaka proses berfikir lewat bayang atau tanggapan khusus yang terjadi dari
pengamatan panca indera yang bersifat konkrit. Berfikir dalam tingkatan ini
mengandung kesadaran akan hubungan antara pengamatan satu dengan yang lain dan
belum ada. Sebagai contoh, tanggapan hanya khusus mengenai sebuah benda yang
sudah pernah diamati. Tingkat ini dialami anak anak sebab mereka belum dapat
menyusun pengertian untuk menguasai bayang atau tanggapan dalam fikiran sehingga
membuat anak anak belum dapat berfikir secara cepat atau dengan kata lain masih
memerlukan peraga benda yang konkrit.
o Tingkat Skematis
Tingkat skematis atau bagan adalah tingkat saat bayang atau tanggapan tidak lagi
menjadi kegiatan yang konkrit dan seseorang sudah mempunyai gambaran umum.
Untuk itu, seseorang sudah bisa membandingkan keadaan atau sifat dari banyak benda
yang diamati sebab sudah mengetahui bagaimana cara membangun sikap kritis.
o Tingkat Abstrak
Tingkat abstrak adalah saat seseorang memakai pengertian yang dibagi atas beberapa
golongan. Pada proses berfikir, seseorang tidak lagi membayangkan sebuah benda
sebab alam fikiran sudah dipenuhi dengan pengertian umum sebagai bahasa.

C. PEMECAHAN MASALAH

 Pengertian Pemecahan Masalah


Santrock (2005) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan upaya untuk
menemukan cara yang tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan dimaksud belum
tercapai (belum tersedia). Sementara itu, Davidoff (1988) mengemukakan bahwa
pemecahan masalah adalah suatu usaha yang cukup keras yang melibatkan suatu
tujuan dan hambatan-hambatannya. Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan
menghadapi persoalandan dengan demikian dia akan terpacu untuk mencapai tujuan
itu dengan berbagai cara. Sedangkan Hunsacker menurut (Lasmahadi, 2005) bahwa
pemecahan masalah merupakan suatu proses penghilangan perbedaan atau
ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan.
Salah satu bagian dari  proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan
(decision making), yang didefinisikan sebagai mengambil solusi terbaik dari sejumlah
alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi
kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Jadi secara singkat pemecahan
masalah adalah formulasi jawaban baru, keluar dari aplikasi peraturan yang dipelajari
sebelumnya untuk menciptakan solusi/jalan keluar dari sebuah masalah (problem).
 Proses Pemecahan Masalah
Wessels (Woolfolk & Nicolich, 2004:321) mengemukakan bahwa dalam
memecahkan masalah, ada empat langkah yang ditempuh, yaitu:
 Memahami masalah
 Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memahami secara tepat
masalah yang sedang dihadapi. Untuk memahami masalah, diperlukan
representasi situasi akurat tentang masalah yang sedang dihadapi. Pada tahap
ini, individu perlu melakukan diagnosis terhadap sebuah situasi, peristiwa
atau kejadian, untuk memfokuskan perhatian pada masalah sebenarnya, bukan
pada gejala-gejala yang muncul (Lasmahadi, 2005). Pada beberapa masalah,
perlu digunakan diagram atau notasi tertentu (misalnya x, y, dan z) untuk
mempermudah identifikasi dan pemahaman masalahnya (Kangguru, 2007).
 Menyeleksi solusi
Setelah menentukan akar masalah yang sedang dihadapi, maka langkah
selanjutnya adalah merencanakan strategi pemecahan yang akan dan mungkin
dapat ditempuh. Copi (Woolfolk & Nicolich, 2004: 324) mengemukakan
bahwa salah satu metode yang cukup tepat untuk diaplikasikan adalah
pemikiran analitik (membuat alasan dengan analogi). Metode ini memberi
batas pencarian solusi pada situasi yang memiliki beberapa kesamaan dengan
dengan situasi yang sedang dihadapi.
 Memutuskan rencana
Tahap ini ditandai dengan pemilihan dan pengaplikasian suatu rencana yang
telah diseleksi dan dianalisis secara matang untuk memecahkan suatu
masalah. Memutuskan rencana berarti individu telah mempertimbangkan
semua kemungkinan dari masing-masing solusi yang ada dan memilih solusi
yang dianggap terbaik dari sekian solusi yang ada.
 Mengevaluasi hasil
Tahapan selanjutnya adalah mengevaluasi hasil yang telah dicapai. Tahap ini
meliputi verifikasi fakta, baik yang menguatkan maupun yang melemahkan
pilihan-pilihan yang ada.
 Strategi Pemecahan Masalah
Sebuah persoalan tidak termasuk ke dalam masalah jika persoalan itu dapat
diselesaikan dengan prosedur algoritme tertentu. Untuk pemecahan masalah
sesungguhnya, peserta didik harus menarik sejumlah kecakapan dan pengetahuan
mereka sebelumnya, kemudian memadukan itu semua dalam suatu cara baru untuk
tiba pada suatu penyelesaian.
Untuk itu, diperlukan berbagai strategi yang dapat membantu mereka dalam
memecahkan masalah. Dari banyak deskripsi mengenai strategi-strategi pemecahan
masalah, beberapa yang terkenal adalah seperti yang dikemukakan oleh Polya dan
Pasmep (dalam Shadiq, 2004). Strategi-strategi tersebut diantaranya adalah: Mencoba
nilai-nilai atau kasus-kasus yang khusus; Menggunakan diagram; Mencobakan pada
soal yang lebih sederhana; Membuat tabel; Memecah tujuan; Memperhitungkan setiap
kemungkinan; Berfikit logis; Menemukan pola; Bergerak dari belakang.
Selain strategi di atas,  Stepelman dan Posamentier (1981) mengemukakan
beberapa strategi lagi sebagai tambahan, yaitu; menggunakan komputer, melakukan
aproksimasi, menentukan syarat cukup dan syarat  perlu, menentukan karakteristik
dari objek, membuat gambar, dan mengumpulkan data. Dalam memecahkan suatu
masalah, tentunya tidak menggunakan semua strategi di atas sekaligus, akan tetapi
dipilih sesuai dengan kondisi masalah.
DAFTAR PUSTAKA

W.S. Winkel ,.Psikologi pengajaran, Sleman.Yogyakarta, Pt Media Abadi,2007.

Jurnal Tarbiyah, vol.23,No.1, januari-juni 2016

Anda mungkin juga menyukai