Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Persalinan Sectio Caesarea

1. Pengertian

Persalinan Sectio Caerasea merupakan suatu cara melahirkan janin

dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut,

sectio caesarea juga didefenisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan

janin dari dalam rahim. Sectio caesarea menjadi pertimbangan yang lebih

diutamakan karena dapat menyelamatkan jiwa ibu maupun janin. Akan tetapi

persalinan melalui sectio caesarea bukanlah alternative yang lebih aman karena

perawatan operasi sectio caesarea diperlukan perawatan khusus terhadap

indikasi dan perawatan post operasi sectio caesarea karena perawatan yang

tidak sesuai akan berdampak pada kematian

Sectio Caesarea merupakan metode yang paling umum untuk melahirkan

bayi tetapi masih merupakan prosedur operasi besar. Ini dilakukan dengan ibu

dalam keadaan sadar, kecuali dalam keadaan darurat.

2. Indikasi

Indikasi Sectio Caesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang

membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksanakan merupakan

indikasi absolut untuk section abdominal. Diantaranya adalah kesempitan

pinggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada

indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksanakan tetapi keadaan adalah
sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat Sectio Caesarea akan lebih aman

bagi ibu, anak ataupun keduanya (Oxorn & William, 2010)

3. Jenis-jenis Sectio Caesarea

Menurut Oxon & William (2010), ada 3 jenis Sectio Caesarea yaitu :

a. Sectio Caesarea klasik

Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel kedalam

dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting

berujung tumpul. Diperlukan luka lebar karena bayi sering dilahirkan dengan

bokong dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan

jahitan tiga lapis. Pada masa modern ini hamper sudah tidak

dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-

satunya indikasi untuk prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis dalam

menyingkapkan segmen bawah.

1) Indikasi

a) Kesulitan dalam menyingkapkan segmen bawah

(1) Adanya pembuluh-pembuluh darah besar pada dinding anterior

(2) Vesica urinaria yang letaknya tinggi dan melekat

(3) Myoma pada segmen bawah

b) Bayi yang tercekam pada letak lintang

c) Beberapa kasus plasenta previa anterior

d) Malformasi uterus tertentu

2) Kerugian
a) Myometrium yang tebal harus dipotong, sinus-sinus yang lebar dibuka,

dan perdarahannya banyak

b) Bayi sering diekstraksi bokong dahulu sehingga kemungkinan aspirasi

cairan ketuban lebih besar

c) Apabila plasenta melekat pada dinding depan uterus, insisi akan

memotongnya dan dapat menimbulkan kehilangan darah dari sirkulasi

janin yang berbahaya

d) Letak insisi tidak tertutup dalam vacuum peritonei generalisata dan isi

uterus yang terinfeksi kemungkinan besar merembes dengan dengan

akibat peritonitis

e) Insidensi rupture uteri pada kehamilan berikutnya lebih tinggi

b. Sectio Caesarea extraperitoneal

Pembedahan extraperitoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya

histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan

mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal. Ada beberapa

metode Sectio Caesarea extraperitoneal, seperti metode waters, laztko dan

Norton.

Teknik pada prosedur ini relative sulit, sering tanpa sengaja masuk

kedalam vacuum peritonei, dan insidensi cedera vesica urinaria meningkat.

Perawatan perinatal yang lebih baik, penurunan insidensi kasus yang

terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotic telah mengurangi perlunya

teknik extraperitoneal. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap disimpan

sebagai cadangan bagi kasus-kasus tertentu (Oxom & William, 2010)


c. Histerektomi Caesarea

Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan

pengeluaran uterus. Kalau mungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap.

Akan tetapi, karena pembedahan subtotal lebih mudah dan dapat dikerjakan

lebih cepat, maka pembedahan subtotal menjadi prosedur pilihan kalau

terdapat perdarahan hebat dan pasiennua shock. Pada kasus-kasus

semacam ini, tujuan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat

mungkin (Oxom & William, 2010) .

B. Ansietas

1. Konsep Ansietas

a. Pengertian

Ansietas atau kecemasan yaitu perasaan tidak tenang yang samar-

samar karena ketidaknyamanan atau rasa yang disertai suatu respon

(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Ansietas adalah

perasaan tidak tenang yang samar-samar karena tidak nyaman atau

ketakutan yang disertai dengan tidak pastian, tidak berdayaan, isolasi dan

aman. Perasaan takut dan tidak menentu dapat mendatangkat sinyal

peringatan tentang bahaya yang akan datang dan membuat individu untuk

siap mengambil tindakan menghadapi ancaman. (Sutejo, 2019).


Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena

adanya tidak nyamanan atau rasa sakit yang disertai suatu respon. Sumber

perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh

individu. Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut

akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya yang

menyerupai dan merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap

mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman adanya tuntutan,

persaingan, serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa

dampak terhadap kesehatan fisik dan fisikologi. Salah satu dampak

fisikologis yaitu ansietas atau kecemasan. (Sutejo, 2019)

b. Tingkat Ansietas

Menurut Sutejo (2019) tingkat kecemasan ansietas yaitu :

1) Ansietas ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam hidup

sehari-hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

peningkatan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motifasi belajar

serta menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

2) Ansietas sedang

Ansietas sedang dapat membuat seseorang untuk memusatkan

perhatian pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga

seeseorang mengalami perhatian yang selektif, tetapi dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah.

3) Ansietas berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya

kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu hal lain.

4) Tingkat panik

Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror serta

tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik

meningkatkan aktifitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan

dengan orang lain , persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran

rasional.

c. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah :

1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut dan fikirannya sendiri mudah

tersinggung.

2) Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut

3) Pasien mengatakan takut bila sendiri atau pada keramaian dan banyak

orang

4) Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan

5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat

6) Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang

belakang, pendengaran yang berdenging atau berdebar debar, sesak

napas, mengalami gangguan pencernaan.


d. Cara mengukur Ansietas

Kecemasan atau ansietas dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar,

mungkin juga dari dalam diri seseorang, dan pada umumnya ancaman itu

samar-samar. Bahaya dari dalam, timbul bila ada sesuatu hal yang tidak

dapat diterimanya, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, dan dorongan.

Menurut Chrisnawati & Aldino (2019), untuk mengukur semua tanda

kecemasan baik psikis maupun somatic digunakan skala HARS. Skala

HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya

kecemasan meliputi :

1) Perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggang

2) Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis, dan

lesu

3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila ditinggal

sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada

kerumunan orang banyak

4) Gangguan tidur : sukar memualai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas, bangun dengan lesu dan mimpi buruk

5) Gangguan kecerdasan : daya ingat buruk, susah berkonsentrasi

6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih dan perasaan berubah-ubah

7) Gejala somatik : sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi

gemerutuk, suara tidak stabil


8) Gejala kardiovaskuler : berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan perasaan lesu seperti mau pingsan

9) Gejala sensorik : tinnitus, penglihatan kabur dan merasa lemas

10)Gejala pernapasan : rasa tertekan didada, perasaan tercekik dan napas

pendek/sesak

11)Gejala gastrointestinal : sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan dan nyeri sebelum dan sesudah makan

12)Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air seni

13)Gejala otonom : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing

dan bulu roma berdiri

14)Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut

kening dan muka merah

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori :

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = satu gejala yang ada

2 = sedang/separuh gejala yang ada

3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala yang ada

Penentu derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14 dengan hasil

Skor kurang daei 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat


Skor 42-52 = kecemasan berat sekali

2. Konsep Asuhan Keperawatan Ansietas

a. Pengkajian

Pada Pengkajian dilakukan dengan berfokus pada status fisiologis dan

psikologis ibu diantaranya pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, riwayat

kehamilan, persalinan dan pola kebiasaan sehari-hari, data penunjang dan

data tambahan yang diperlukan serta data psikososial ibu (Satriani, 2021)

1) Identitas

Pengkajian identitas klien meliputi : nama, umur, alamat, nomor rekam

medic, agama, pekerjaan, suku/bangsa, status pernikahan, pendidikan,

identitas penanggung jawab : nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan

dengan klien, suku/bangsa

2) Riwayat kesehatan pasien

a) keluhan utama

Ibu dengan persalinan sectio caesarea ditemukan ansietas pada

pasien pre operatif. Sedangkan keluhan utama menurut (PPNI T.P.,

2017) untuk menentukan pasien yang mengalami masalah

keperawatan ansietas meliputi : Subjektif : Merasa khawatir dengan

akibat dari kondisi yang dihadapi, Objektif : Tampak gelisah

b) Riwayat kesehatan masa lalu

Kaji apakah ibu pernah atau sedang menderita penyakit yang

dianggap berpengaruh pada kondisi kesehatan saat ini. Misalnya


penyakit-penyakit degenaratif (jantung, DM dll), infeksi saluran

kencing

c) Riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah didalam silsilah keluarga ibu mempunyai penyakit

keturunan. Misalnya diabetes melitus, dan penyakit keturunan

lainnya.

(Nugroho, dkk, 2019)

3) Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah

b) Suhu

c) Nadi

d) Pernapasan

e) Keadaan umum : Tingkat energy, self sistem, tingkat kesadaran.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon pasien

terhadap masalah kesehatan. Tujuan diagnosa keperawatan yaitu untuk

mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan. (PPNI T.P.,2017). Diagnosa keperawatan yang

ditegakkan adalah Ansietas.

Table 2.1 Diagnosa Keperawatan dengan ansietas


Ansietas
Kategori Psikologis
Subkategori Integritas Ego
Penyebab Kurang terpapar informasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1. merasa bingung 1. tampak gelisah
2. merasa khawatir dengan akibat 2. tampak tegang
dari kondisi yang dihadapi
3. sulit berkonsentrasi
Gejala tanda dan minor
Subjektif Objektif
1. mengeluh pusing 1. Frekuensi napas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis Terkat
Rencana Operasi

c. Intervensi Keperawatan

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) perencanaan untuk masalah

keperawatan ansietas yang dialami oleh pasien Pre Operatif Sectio Caesarea.

Table 2.2 Intervensi dengan Ansietas


Ansietas

Intervensi Pendukung

Bantuan Kontrol Marah Persiapan Pembedahan


Biblioterapi Teknik Distraksi
Dukungan Emosi Terapi Hipnosis
Dukungan Hipnosis Diri Teknik Imajinasi Terbimbing
Dukungan Kelompok Teknik Menenangkan
Dukungan Keyakinan Terapi Biofecdback
Dukungan Memaafkan Terapi Diversional
Dukungan Pengungkapan Kebutuhan Terapi Musik
Dukungan Proses Berduka Terapi Penyalahgunaan Zat
Intervensi Krisis Terapi Relaksasi Otot Progesif
Konseling Terapi Reminisens
Manajemen Demensia Terapi Seni
Terapi Validasi

Intervensi pendukung ansietas yaitu terapi musik. Intevensi terapi musik menurut

SIKI (2018) yaitu :

1) Observasi

a) Identifikasi perubahan perilaku atau fisiologis yang akan dicapai (mis.

Relaksasi, stimulus, konsentrasi, pengurangan rasa sakit)

b) Identifikasi minat terhadap musik

c) Identifikasi musik yang disukai

2) Terapeutik

a) Pilih musik yang disukai

b) Posisikan dalam posisi yang nyaman

c) Batasi rangsangan eksternal selama terapi dilakukan (mis. Lampu,

suara, pengunjung, panggilan telepon)

d) Sediakan peralatan terapi musik

e) Atur volume yang sesuai

f) Berikan terapi musik dalam waktu 10 menit

g) Hindari pemberian terapi musik saat cedera kepala akut

3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur terapi musik

b) Anjurkan rileks selama mendengarkan musik

d. Implementasi Keperawatan

1) Observasi

a) Mengidentifikasi perubahan perilaku atau fisiologis yang akan dicapai

(mis. Relaksasi, stimulus, konsentrasi, pengurangan rasa sakit)

b) Mengidentifikasi minat terhadap musik

c) Mengidentifikasi musik yang disukai

2) Terapeutik

a) Memilih musik yang disukai

b) Memposisikan dalam posisi yang nyaman

c) Membatasi rangsangan eksternal selama terapi dilakukan (mis. Lampu,

suara, pengunjung, panggilan telepon)

d) Menyediakan peralatan terapi musik

e) Mengatur volume yang sesuai

f) Memberikan terapi musik dalam waktu 10 menit

g) Menghindari pemberian terapi musik saat cedera kepala akut

3) Edukasi

c) Menjelaskan tujuan dan prosedur terapi musik

d) Menganjurkan rileks selama mendengarkan musik

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi tingkat ansietas menurut SLKI (2019), yaitu kondisi emosi

pengalaman subjektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk

menghadapi ancaman. Ekspetasi menurun dengan kriteria hasil :

Table 2.3 Standar Luaran Keperawatan Indonesia Ansietas


Cukup Cukup
Meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Verbalasi
1 2 3 4 5
kebingungan
Verbilasi
khawatir akibat
1 2 3 4 5
kondisi yang
dihadapi
Perilaku gelisah 1 2 3 4 5
Perilaku tegang 1 2 3 4 5
Keluhan pusing 1 2 3 4 5
Anoreksia 1 2 3 4 5
Palpitalis 1 2 3 4 5
Frekuensi
1 2 3 4 5
pernapasan
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Tremor 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5

Cukup Cukup
Memburuk sedang membaik
memburuk membaik
Konsentrasi 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Perasaan
1 2 3 4 5
keberdayaan
Kontak mata 1 2 3 4 5
Pola berkemih 1 2 3 4 5
Orientasi 1 2 3 4 5

C. Terapi musik

1. Definisi

Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik

oleh seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan

mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional, dan spiritual. Musik juga


merupakan seni budaya hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang ditata

berdasarkan bunyi yang indah, berirama atau dalam bentuk lagu (Suryana,

2012)

2. Tujuan terapi musik

Adapun tujuan dari terapi musik secara khusus adalah untuk menumbuh

kembangkan potensi-potensi yang ada pada penderita, serta memfungsikan

sisa-sisa kemampuan yang ada pada penderita yang berkelainan. Dengan

demikian penderita akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan merasa

bisa berbuat atau beraktivitas seperti manusia pada umumnya. Dengan

diberikannya terapi musik diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan

keteganga-ketegangan penderita-penderita pada aspek sosial emosional, mental

intelegency dan fisik motorik.

3. Prosedur terapi musik

Terapi musik tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi, walau

mungkin membutuhkan bantuannya saat mengawali terapi musik. Untuk

mendorong peneliti menciptakan sesi terapi musik sendiri, menurut Suryana

(2012) berikut ini beberapa dasar terapi musik yang dapat anda gunakan untuk

melakukannya :

a. Untuk memulai melakukan terapi musik, khususnya untuk relaksasi, peneliti

dapat memilih sebuah tempat yang tenang, yang bebas dari gangguan.

Peneliti dapat juga menyempurnakannya dengan aroma lilin wangi

aromaterapi guna membantu menenengkan tubuh.


b. Untuk mempermudah, peneliti dapat mendengarkan berbagai jenis musik

pada awalnya. Ini berguna untuk mengetahui respon dari tubuh responden.

Lalu anjurkan responden untuk duduk dilantai, dengan posisi tegak dan kaki

bersilangan, ambil nafas dalam-dalam, tarik dan keluarkan perlahan-lahan

melalui hidung.

c. Saat musik dimainkan, dengarkan dengan seksama instrumennya, seolah-

olah pemainnya sedang ada diruangan memainkan musik khusus untuk

responden. Peneliti bisa memilih tempat duduk lurus di depan speaker, atau

bisa juga menggunakan headphone. Tapi yang terpenting biarkan suara

musik mengalir keseluruh tubuh responden, bukan hanya bergaung di

kepala.

d. Bayangkan gelombang suara itu datang dari speaker dan mengalir ke

seluruh tubuh responden. Bukan hanya dirasakan secara fisik tapi juga

fokuskan dalam jiwa. Fokuskan di tempat mana yang ingin peniliti

sembuhkan, dan suara itu mengalir ke sana. Dengarkan, sembari

responden membayangkan alunan musik itu mengalir melewati seluruh

tubuh dan melengkapi kembali sel-sel, melapisi tipis tubuh dan organ dalam

responden.

e. Saat peneliti melakukan terapi musik, responden akan membangun metode

ini melakukan yang terbaik bagi diri sendiri. Sekali telah mengetahui

bagaimana tubuh merepon pada instrument, warna nada, dan gaya musik

yang didengarkan, responden dapat mendesain sesi dalam serangkaian

yang telah dilakukan sebagai hal yang paling berguna bagi diri sendiri

Anda mungkin juga menyukai