Anda di halaman 1dari 3

MERANGKAI UMUR KEDUA DIDUNIA

QS As Syuara’ : 84

“Dan Jadikanlah untukku buah tutur yang baik bagi orang – orang ( yang datang ) kemudian “

Uraian Ayat

Do’a di atas adalah salah satu rangkaian permohonan yang diajukan oleh Nabiyullah Ibrahim
alaihissalam. Dan kiranya permohonan Beliau telah dikabulkan oleh Allah Swt. Ibadah haji yang
dilakukan oleh jutaan manusia dari penjuru dunia, ritual pokoknya adalah menapaktilasi jejak
Nabi Ibrahim alaihissalam dan keluarganya. Nama Beliau senantiasa disebut oleh setiap generasi
yang pernah hidup sesudahnya hingga sekarang. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri
guna menghormati Do’a Nabi Ibrahim di atas juga mengajarkan kepada umat agar membaca
shalawat Ibrahimiyyah dalam setiap kali shalat. Dan yang terpenting dari wujud pengkabulan
do’a di atas adalah keberadaan Nabi Ibrahim alaihissalam yang diakui dan dicintai oleh setiap
pemeluk agama dan bahkan mereka mengklaim sebagai keturunan dan penerus sah agama Nabi
Ibrahim alaihissalam. Lisan shidq, sebutan baik dan namanya yang senantiasa dikenang tidak
lain adalah pahala Allah yang diberikan kepada Nabi Ibrahim alaihissalam di dunia sebagaimana
firman Allah:

“...dan Kami Memberikan pahala kepadanya di dunia ...“ QS Al Ankabut: 27.

Terkabulnya do’a Nabi Ibrahim alaihissalam ini bukanlah seperti tumbuhnya jamur di musim
hujan. Semuanya adalah sebagai penghargaan atas perjuangan, langkah dan usaha keras yang
telah dilakukan. Sejak muda Beliau hidup di tengah komunitas yang tak satupun menyembah
Allah. Beliau adalah satu - satunya manusia yang mengesakan Allah. Kendati demikian,
semangat tetap membara untuk mengenalkan manusia kepada Allah dengan segala resiko yang
harus dihadapi. Allah berfirman:

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang umat yang patuh kepada Allah, hanif dan dia tidak
pernah menjadi termasuk orang - orang musyrik “ QS An Nahl : 120.

Do’a Nabi Ibrahim alaihissalam di atas mengajarkan kepada umat manusia supaya berusaha dan
berjuang agar namanya selalu di kenang sapanjang zaman meski tubuhnya telah terpendam di
dalam tanah di mana hal ini bisa tercapai dengan meneliti dan mempelajari lebih jauh tentang
Nabi Ibrahim alaihissalam, manusia pertama yang mengajukan permohonan tersebut, tentang
para tokoh generasi penerus Beliau dari para Nabi alaihimussalam anak keturunan Beliau serta
para pewaris para nabi yang tidak lain adalah para ulama rahimahumullah. Dari meneliti dan
mempelajari kehidupan mereka secara otomatis akan memuculkan motivasi untuk meniru dan
menteladani gerak langkah, usaha dan perjuangan yang mereka lakukan sehingga mereka
mendapatkan (Qabul), penerimaan dari Allah dan pahala yang terus menerus mengalir di mana
hal ini bisa dibuktikan dengan sebutan harum, jasa-jasa mereka yang senantiasa disebut dan
dikenang sepanjang masa.
Jika apa yang dilakukan Nabi Ibrahim alaihissalam tidak mendapatkan Qabul tentu nama dan
usaha Beliau dan keluarga tidak akan pernah disebut-sebut lagi. Jika yang dilakukan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak mendapatkan Qabul dari Allah, tentu Allah dan
malaikatNya tidak akan bershalawat serta memerintahkan supaya kaum beriman senantiasa
bershalawat kepada Rasululllah shallallahu alaihi wasallam. Jadi perintah bershalawat
merupakan bagian dari bab ““...dan Kami Memberikan pahala kepadanya di dunia ...“ QS Al
Ankabut: 27 “. Kasus pada Nabi Ibrahim dan Rasulullah alaihimasshalatu wassalam bisa menjadi
cemin bagi kita semua untuk melihat apa yang terjadi dan dialami oleh para ulama pejuang
seperti halnya wali songo, atau para pendiri ormas Islam dan para pendiri pesantren dan lembaga
pendirikan Islam seperti halnya Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, NU, Muhammadiyyah dan
lain sebagainya. Jika apa yang dilakukan oleh para pendiri tidak mendapatkan Qabul tentu
komunitas yang mereka rintis akan berhenti di tengah jalan dan nama para perintis pun tidak
akan pernah disebut-sebut lagi.

Lisan Shidq & Sunnah Hasanah

Lisan Shidq, sebutan yang baik dari uraian di atas bisa difahami sebagai tidak lain adalah
langkah merintis sebuah usaha yang memberikan manfaat (Sunnah Hasanah) secara
berkesinambungan, terus menerus, tidak pernah berhenti hingga melewati batas masa kehidupan
di dunia. Islam, dalam hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, telah memberikan petunjuk
secara gamblang langkah–langkah yang menjadikan pemiliknya terus dikenang, namanya selalu
disebut dan memperoleh pahala yang terus mengalir.

“Sesungguhnya amal kebajikan yang selalu menyusul seorang yang beriman setelah kematiannya
adalah: 1) ilmu yang ia sebarkan, 2) anak saleh yang ia tinggalkan, 3) mushaf yang ia wariskan,
4) masjid yang ia dirikan, 5) rumah yang ia bangun untuk musafir, 6) sungai yang ia alirkan, dan
7) sedekah yang ia keluarkan dari hartanya semasa sehat dan hidupnya “. (HR Ibnu Majah Ibnu
Khuzaimah dari Abu Hurairah ra)

Mengomentari hadits ini Imam Suyuthi mengatakan: Dalam hadits Ibnu Majah ini disebutkan
ada tujuh perkara, sementara jika mengikutkan hadits lain maka akan terkumpul menjadi sepuluh
yaitu; [Jika anak Adam mati maka amal-amalnya tidak berjalan kecuali sepuluh Ilmu yang ia
sebarkan, do’a anak keturunan, menanam kurma, sedekah jariyah, Mewariskan mushaf, benteng
pertahanan, menggali sumur, mengalirkan sungai, Rumah yang dibangunnya untuk persinggahan
pengembara, atau membangun tempat berdzikir.]

Dalam syarah Muslim, Imam Nawawi menambahkan lagi satu hal hingga jumlahnya menjadi
sebelas, beliau berkata: [Dan mengajarkan Alqur’an yang mulia. Maka ambillah semuanya
(sebelas perkara) dari hadits-hadits dengan ringkas.]

Dari sebelas perkara di atas jika dirinci juga akan menjadi lebih banyak lagi. Apalagi ada hadits
dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

“Barang siapa membuat suatu sunnah hasanah (perbuatan baik) dalam Islam maka baginya
pahala dan pahala orang – orang yang melakukan setelahnya tanpa sedikitpun mengurangi pahala
mereka.... ( HR Muslim Ahmad Turmudzi Nasai Ibnu Majah )

Bahasa Sunnah Hasanah tentu saja bisa difahamai sebagai bahasa umum yang tidak terbatas pada
aktivitas tertentu. Bahasa ini tidak lebih hanya memberikan standar yang maknanya bisa
dijabarkan dengan berbagai macam merintis aktivitas yang bernilai ibadah baik berupa aktivitas
tubuh atau hanya sekedar ucapan saja seperti halnya membuat atau merangkai suatu wirid
tertentu yang kemudian wirid itu diamalkan banyak orang semisal Tahlil, Dzikir Jama’i dan
aneka ragam Ratib dan Hizib. Jadi barang siapa membuat Sunnah Hasanah, berarti ia berpeluang
mendapatkan Lisan Shidq, pahala yang terus mengalir dan tentu saja derajat yang terus
meningkat. Analogi dari hal ini adalah undang-undang dalam bisnis MLM (Multi Level
Marketing) di mana orang pertama yang berhasil membuat jaringan akan terus mendapatkan poin
dan semakin banyak jaringan itu berkembang dan bercabang maka poin yang didapatkannya
semakin besar.

Kenyataan Sunnah Hasanah di atas memberikan makna akan ketinggian derajat Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam. “Tidak ada orang yang setiap detik naik derajat kecuali Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam” demikian Prof DR Abu As Sayyid Muhammad menyatakan. Ini
karena dalam setiap detik pasti ada orang yang berbuat baik dan mendapat pahala yang berarti
ada poin untuk Beliau shallallahu alaihi wasallam selaku manusia pertama yang mengajak dan
menjadikan kebaikan tersebut mempunyai nilai. Dalam Dzikrayat wa Munasabat hal 136
disebutkan:

[Di antara keistimewaan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah bahwa Allah menulis
pahala untuk setiap nabi sesuai dengan amal-amal, aktivitas dan ucapan umatnya. Sementara
umat Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah separuh penduduk surga selain mereka disebutkan
oleh Allah sebagai umat terbaik. Mereka menjadi umat terbaik karena memiliki suatu makrifat,
hal, ucapan dan amal yang menjadikan mereka mendekat kepada Allah atas petunjuk dan ajakan
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang berarti Beliau berhak mendapat bagian pahala
sebagaimana disebutkan dalam hadits:

“Barang siapa mengajak kepada petunjuk maka baginya pahala seperti pahala – pahala para
pengikutnya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka...(HR Imam Muslim, Imam
Ahmad, Turmudzi, Abu Dawud Ibnu Majah dan Nasa’i dari riwayat Abu Hurairah radhiyallahu
anhu)

Anda mungkin juga menyukai