Anda di halaman 1dari 5

Supervisi akademik adalah suatu layanan dari atasan ( kepala sekolah ) kepada bahawan ( guru )

yang didalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang membantu guru guna mengembangkan ,
meningkatkan dan memperbaiki kemampuan proses pembelajaran dan untuk mencapai tujuan
pembelajaran agar lebih baik . lagi untuk mewujudkan kegiatan belajar yang lebih baik sehinggu
mutu peserta didik terus meningkat . profesionalnya , mengelola Supervisi pendidikan memiliki
tujuan yang penting , diantaranya : 1 ) Membangkitkan dan mendorong semangat para guru dan
pegawai administrasi sekolah lainnya untuk menjakankan tugas dengan sebaiknya . 2 ) Agar guru
bisa pegawai administrasi kekurangan - kekurangan melengkapi penyelenggaraan pendidikan ,
termasuk . media intruksional yang diperlukan bagi proses belajar dan mengajar yang baik .
kelancaran jalannya 3 ) Bersama - sama berusaha mengembangkan , mencari , dan menggunakan
metode - metode baru demi kemajuan proses belajar dan mengajar yang baik . 4 ) Membina kerja
sama yang hamonis antara guru , murid , dan pegawai sekolah . Misalnya dengan mengadakan
seminar , workshop dll . lainnya berusaha mereka dalam bermacam - macam b . Kendala yang sering
dihadapi supervisor , antara lain : 1 ) Bawahan terlalu banyak sehingga sulit untuk mengontrolnya .
Solusinya bisa untuk menambah supervisor agar tidak terlalu menyulitkan . 2 ) Kesulitan dalam
membuat RPP untuk bawahan . Solusinya dapat meminta bantuan kepada orang / bagian yang
dipercaya .

Korelasi

Pendidik dan tenaga kependidikan adalah dua “profesi” yang sangat berkaitan erat dengan dunia
pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda. Hal ini dapat dilihat dari pengertian keduanya yang
tercantum dalam Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Dalam
undang-undang tersebut dinyatakan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga
kependidikan memiliki lingkup “profesi” yang lebih luas, yang juga mencakup di

dalamnya tenaga pendidik. Pustakawan, staf administrasi, staf pusat sumber

belajar. Kepala sekolah adalah diantara kelompok “profesi” yang masuk dalam

kategori sebagai tenaga kependidikan. Sementara mereka yang disebut pendidik

adalah orang-orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan

berinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang

sistematis, terencana, dan bertujuan. Penggunaan istilah dalam kelompok

pendidik tentu disesuaikan dengan lingkup lingkungan tempat tugasnya masing-

masing. Guru dan dosen, misalnya, adalah sebutan tenaga pendidik yang bekerja

di sekolah dan perguruan tinggi.

Hubungan antara pendidik dan tenaga kependidikan dapat digambarkan


dalam bentuk spektrum tenaga kependidikan berikut: (Miarso, 1994) Dari gambar

di atas, tampak sekalipun pendidik (guru) yang akan berhadapan langsung dengan

para peserta didik, namun ia tetap memerlukan dukungan dari para tenaga

kependidikan lainnya, sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Karena pendidik akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya apabila

berada dalam konteks yang hampa, tidak ada aturan yang jelas, tidak didukung

sarana prasarana yang memadai, tidak dilengkapi dengan pelayanan dan sarana

perpustakaan serta sumber belajar lain yang mendukung. Karena itulah pendidik

dan tenaga kependidikan memiliki peran dan posisi yang sama penting dalam

konteks penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran). Karena itu pula, pada

dasarnya baik pendidik maupun tenaga kependidikan memiliki peran dan tugas

yang sama yaitu melaksanakan berbagai aktivitas yang berujung pada terciptanya

kemudahan dan keberhasilan siswa dalam belajar.terencana, dan bertujuan.

Penggunaan istilah dalam kelompok pendidik tentu disesuaikan dengan lingkup

lingkungan tempat tugasnya masing-masing. Guru dan dosen, misalnya, adalah

sebutan tenaga pendidik yang bekerja di sekolah dan perguruan tinggi. Hubungan

antara pendidik dan tenaga kependidikan dapat digambarkan dalam bentuk

spejktrum tenaga kependidikan berikut: (Miarso, 1994) Dari gambar di atas,

tampak sekalipun pendidik (guru) yang akan berhadapan langsung dengan para

peserta didik, namun ia tetap memerlukan dukungan dari para tenaga

kependidikan lainnya, sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Karena pendidik akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya

apabila berada dalam konteks yang hampa, tidak ada aturan yang jelas, tidak

didukung sarana prasarana yang memadai, tidak dilengkapi dengan pelayanan dan

sarana perpustakaan serta sumber belajar lain yang mendukung. Karena itulah

pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dan posisi yang sama penting

dalam konteks penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran). Karena itu pula, pada

dasarnya baik pendidik maupun tenaga kependidikan memiliki peran dan tugas

yang sama yaitu melaksanakan berbagai aktivitas yang berujung pada terciptanya

kemudahan dan keberhasilan siswa dalam belajar.

Hal ini telah dipertegas dalam Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, yang menyatakan bahwa (1) Tenaga kependidikan bertugas

melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan

pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, dan

(2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Mencermati tugas

yang digariskan oleh Undang-undang di atas khususnya untuk pendidik dan

tenaga kependidikan di satuan pendidikan sekolah, jelas bahwa ujung dari

pelaksaan tugas adalah terjadinya suatu proses pembelajaran yang berhasil. Segala

aktifitas yang dilakukan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan harus

mengarah pada keberhasilan pembelajaran yang dialami oleh para peserta

didiknya. Berbagai bentuk pelayanan administrasi yang dilakukan oleh para

administratur dilaksanakan dalam rangka menunjang kelancaran proses

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru; proses pengelolaan dan

pengembangan serta pelayanan-pelayanan teknis lainnya yang dilakukan oleh

para manajer sekolah juga harus mendorong terjadinya proses pembelajaran yang

berkualitas dan efektif. Lebih lagi para pendidik (guru), mereka harus mampu

merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan melibatkan berbagai

komponen yang akan terlibat dalamnya. Sungguh suatu tugas yang sangat berat.

Ruang lingkup tugas yang luas menuntut para pendidik dan tenaga kependidikan

untuk mampu melaksanakan aktifitasnya secara sistematis dan sistemik. Karena

itu tidak heran kalau ada tuntutan akan kompetensi yang jelas dan tegas yang

dipersyaratkan bagi para pendidik,semata-mata agar mereka mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki

oleh para pendidik jelas telah dirumuskan dalam pasal 24 ayat (1), (4), dan (5) PP

No. 19 tahun 2005 tentang Standard Nasional Pendidikan. Dalam PP tersebut

dinyatakan bahwa pendidik harus memiliki kompetensi pedagogik, yaitu

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai


potensi yang dimilikinya.

Guru sebagai pendidik

Menurut PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28,

pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi,

yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.(Sulfemi, 2016 :

68)

Sebagai seorang pendidik, guru harus bia membangkitkan semangat belajar

peserta didiknya agar tidak cukup hanya belajar di sekolah saja, tetapi juga

mereka akan selalu mengulanginya di rumah atau mencari dari sumber lain seperti

pada pendidikan nonformal. Sebagai fasilitator, guru sudah seyogianya ahli dan

menguasai secara utuh bidang studi yang diajarkannya, karena guru dituntut

memberikan contoh mengenai banyak cara mengatasi bagi pesertadidiknya yang

mengalami kesulitan, terutama pada peserta didiknya yang berusaha mendalami

mata pelajaran yang diajarkannya. Sebagai pembimbing, guru dituntut

memberikan perhatian kepada peserta didiknya yang mendapatkan kesulitan

dalam belajar, dengan penuh kesungguhan dan penuh tanggung jawab. Sebagai

pengelola kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini guru perlu mengerahkan semua sumber,
mendayagunakan semua potensi serta fasilitas yang berhubungan dengan

proses belajar mengajar di kelas. Sebagai agen pembaharuan, dalam hal ini guru

dituntut untuk aktif mengambil inisiatif serta kreatif untuk dapat membuat

pembaharuan pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan kecenderungan yang bakal terjadi dalam masyarakat. Untuk itu

guru seyogianya tidak lepas dari informasi yang terjadi sehari-hari, terutama

informasi yang berhubungan dengan mata pelajaran yang menjadi bidang

ajarnya.(Sulfemi, 2016 : 70)

Mengajar merupakan tugas menantang dan kompleks karena yang dihadapi

adalah manusia yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda tetapi tetap


harus dijamin mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, seorang guru memiliki

peran supermulti, yaitu sebagai pendidik, pengajar, pelindung, dll yang secara

rinci dikatakan bahwa profesi guru harus memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Menguasai bahan ajar. Kelas merupakan suatu organisasi yang semestinya

dikelola dengan baik, mengacu pada fungsi-fungsi administrasi yang ada,

maka berlaku perencanaan, pengorganisasian, pembagian tugas, penentuan

staf, pengarahan, pengkoordinasian, pengkomunikasian dan penilaian. Apa

yang dilakukan guru mengacu pada tujuan organisasi, yaitu tujuan sekolah

yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional.

b. Memahami secara mendalam peserta didik yang dilayani. Guru diharapkan

bukan sebagai penyampai materi belaka, tetapi sebagai sosok yang

mengenali sacara detil siswa didiknya baik yang normal maupun sisi

kelainannya, menguasai teori-teori perkembangan anak, struktur dan

dinamikanya.

c. Mengusai teori dan keterampilan keguruan. Siswa adalah manusia yang

memiliki potensi untuk berkembang dan terus berubah, oleh karena itu

guru diharuskan mengusai teori-teori yang berkaitan dengan bidang

keguruan seperti pemahaman yang berkaitan dengan falsafah dan ilmu

pendidikan, penguasaan prinsip dan prosedur keguruan yang berkaitan

dengan materi yang dibina.

d. Memiliki kemampuan memperagakan unjuk kerja. Guru sebagai agen

pembelajaran dituntut mampu mengelola kegiatan belajar mengajar secara

efektif dan efisien baik secara individu maupun kelompok sehingga tujuan

pendidikan dapat dicapai dengan optimal.

e. Memiliki sikap, nilai dan kecenderungan kepribadian yang menunjang

pelaksanaan tugastugas sebagai guru dan pendidik. Memiliki kemampuan

melaksanakan tugas-tugas profesional dan tugas-tugas administratif rutin

dalam rangka pengoperasian sekolah disamping kemampuan untuk

mengambil bagian dalam kehidupan kesejawatan di lingkungan sekolah.

(Sulfemi, 2016 : 70 – 71)

Anda mungkin juga menyukai