Anda di halaman 1dari 48

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351080297

DESAIN PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR DI ERA NEW NORMAL: BLENDED


LEARNING BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Chapter · August 2020

CITATIONS READS

0 8

1 author:

Tika Aprilia
Universitas Negeri Yogyakarta
6 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Use of Flipbook Science Media for Science Learning in Primary Schools View project

All content following this page was uploaded by Tika Aprilia on 24 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


INOVASI DAN TRANSFORMASI
PENDIDIKAN BERMAKNA DI ERA
NEW NORMAL

Penerbit:

Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
Tahun 2020

i
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2 :
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72 :
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1
(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii
Penanggung Jawab
Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar, M.Pd.

Editor:
Dr. Herwin, M.Pd
Erma Kusumawardani, M.Pd
Yuli Nurmalasari, M.Pd
Ernisa Purwandari, M.Pd

Desain Sampul:
Ahmad Yusuf Rabbani, S. Ars

Diterbitkan Oleh:
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta

Yogyakarta
Cetakan I, Agustus 2020
vii + 325 hlm; 15,5 x 23 cm

ISBN: 978-623-94407-0-1

Alamat:
Jalan Colombo No. 1, Karangmalang, Yogyakarta
55281
Telp. (0274) 540611
Fax. (0274) 540611
Email. humas_fip@uny.ac.id

iii
PENGANTAR

Hadirnya pandemi corona yang dikenal dengan Covid-19


membawa dampak seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam
bidang pendidikan. Pendidikan mengalami transformasi yang
fundamental dalam berbagai komponen pendidikan. Raw input
pendidikan yang akan di olah melalui proses pendidikan mengalami
pergeseran proses dan orientasi. Pendidik yang seakan sudan
nyaman dan mapan dalam memainkan perannya sebagai aktor
pendidikan harus di paksa mengikuti tuntutan kebutuhan dan
kondisi implementasi pendidikan. Kurikulum yang baru saja
diimplementasikan dipaksa harus menyesuaikan tuntutan
perubahan tujuan, materi, metode dan model penilainnya. Strategi
pembelajaran yang telah didesain dengan sintaks yang sangat
prosedural sistematis harus mengalami perubahan adaptif yang
mengarah pada pergeseran paradigma pembelajaran. Sistem
penilaian lebih banyak mengarah pada penilai otentik berbasis pada
pengalaman peserta didik. Pengelolaan pendidikan lebih banyak
dilakukan melalui model daring, dengan mengikuti digitalisasi dalam
pendidikan. Peran lembaga pendidikan bergeser dari dominasi
pendidikan model persekolahan kearah pendidikan partisipatif yang
melibatkan keluarga atau orang tua dalam implementasi
pendidikan. Kondisi demikian menodorong terjadinya perubahan
pola pikir pendidik, peserta didik dan pengelola lembaga pendidikan
yang berdampak pada pengelolaan pembelajaran.
Perubahan pola pikir peserta didik dan pendidik mendorong
terjadinya pergeseran paradigma pembelajaran. Paradigma
pembelajaran diarahkan pada pemberian layanan pada peserta
didik yang bersifat individual dan komunal. Pembelajaran bersifat
adaptif futuristik. Pembelajaran menekankan pada pentingnya
belajar sebagai suatu proses personal, di mana setiap peserta didik
membangun pengetahuan dan pengalaman personalnya secara
utuh. Pengetahuan dan pengalaman personal dibangun oleh setiap
peserta didik melalui interaksi dengan lingkungannya. Peserta didik
sendirilah mengkonstruksi makna tentang hal yang dipelajarinya.
iv
Pembelajaran harus mampu mengorientasikan peserta didik untuk
dapat memainkan peranannya dalam kehidupan yang akan datang
dengan kemampuan, pengetahuan, sikap dan berbagai
keterampilan yang telah dimiliki lebih bermakna. Pernyataan ini
sejalan dengan pandangan konstruktivis yang memandang belajar
sebagai upaya membangun atau membentuk pengetahuan sendiri.
Pengetahuan yang dibangun sendiri memiliki keunggulan mudah
diingat, mudah difahami dan ditransformasikan, sehingga
seseorang akan lebih mampu memberikan jawaban yang tepat jika
diberikan pertanyaan yang terkait dengan permasalahan yang
dihadapi.
Proses perubahan kemampuan yang terjadi dalam diri peserta
didik merupakan proses belajar. Berkembangnya kemampuan,
sikap dan keterampilan siswa digunakan sebagai salah satu
indikator keberhasilan dalam proses belajar, sehingga belajar
dimaknai sebagai proses pengembangan kemampuan peserta didik
secara optimal. Perubahan dan kemampuan untuk berubah
merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.
Kemampuan yang berubah ini peserta didik bebas untuk
bereksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan
penting dalam kehidupannya. Konsep tersebut dikumpas dalam
buku yang diberi judul inovasi dan transformasi pendidikan
bermakna di era new normal, yang di dalam menganalisis mengenai
kebijakan pendidikan, transformasi pendidikan, impelementasi
kebiasaan baru dalam belajar, transformasi model pembelajaran,
aplikasi teknologi informasi dalam pendidikan, maupun pergeseran
paradigma pendidikan normal. Semoga buku ini dapat memberikan
sumbangan pencerahan dalam menyikapi perubahan pola
kebiasaan baru dalam pembelajaran.

Yogyakarta, 3 Agustus 2020


Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Dr. Sujarwo, M.Pd

v
DAFTAR ISI

PENGANTAR ___ iv
DAFTAR ISI ___ vi

PENDIDIKAN BERMAKNA DI ERA NEW NORMAL: PERSPEKTIF


KEBIJAKAN
Arif Rohman ___ 1

INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MEWUJUDKAN PENDIDIKAN


BERMAKNA DI ERA KENORMALAN BARU
Anik Ghufron ___ 32

INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK PESERTA DIDIK


BERKEBUTUHAN KHUSUS DI MASA PANDEMI
Pujaningsih & Angga Damayanto ___ 41

TRANSFORMASI PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI DI MASA PANDEMI SERTA DAMPAKNYA BAGI
PERKEMBANGAN ANAK
Muthmainah ___ 57

PARADIGMA DAN INOVASI PENDIDIKAN NONFORMAL PADA ERA


NEW NORMAL
Arif Wijayanto, Adin Ariyanti D & Akhmad Rofiq ___ 82

OPTIMALISASI ORIENTASI TUJUAN BELAJAR PENGUASAAN PADA


SISWA: STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MOTIVASI DI ERA
NEW NORMAL
Kartika Nur Fathiyah ___ 106

KOMPETENSI PRIBADI SOSIAL PESERTA DIDIK BERBASIS


PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING DI ERA NEW NORMAL
Diana Septi Purnama ___ 117

vi
LINGKUNGAN BELAJAR CERDAS DEMI KEBERMAKNAAN
PEMBELAJARAN DI SAAT PAGEBLUK
Novi Trilisiana ___ 145

DESAIN PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR DI ERA NEW NORMAL:


BLENDED LEARNING BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia ___ 159

APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN


KONSELING DI ERA NEW NORMAL
Agus Triyanto ___ 197

TRANSFORMASI MODEL PEMBELAJARAN MASYARAKAT DI POLA


KEBIASAAN BARU
Sujarwo ___ 232

PEMBELAJARAN BERMAKNA DI ERA NEW NORMAL:


PERAN GURU, PARTISIPASI SISWA, DAN DUKUNGAN TEKNOLOGI
Sekar Purbarini Kawuryan ___ 258

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN KRISIS


MENGHADAPI PANDEMI COVID-19
Rahmania Utari & Wiwik Wijayanti ___ 275

PENDIDIKAN BERCIRI KEPROFESIAN YANG BERMAKNA DI


LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN UNTUK
MENYONGSONG ERA NEW NORMAL
Priadi Surya ___ 295

vii
DESAIN PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR DI ERA
NEW NORMAL: BLENDED LEARNING BERBASIS
KEARIFAN LOKAL

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia


Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar
e-mail: amaliardiansyah@uny.ac.id, tika.aprilia@uny.ac.id

Pendahuluan
Pandemi COVID-19 yang mewabah di berbagai belahan dunia
berdampak pada berbagai sektor, tak terkecuali sektor pendidikan.
Pada tanggal 24 April 2020, UNESCO mencatat sekitar 1,5 milyar
anak usia sekolah terdampak COVID-19. Untuk memfasilitasi siswa
memperoleh pendidikan yang layak semasa pandemi, pemerintah
Indonesia mengeluarkan kebijakan pembelajaran jarak jauh yang
dilaksanakan dari tingkat pra-sekolah, SD, SMP, SMA hingga
perguruan tinggi.
Menyongsong era new normal, skenario pembelajaran jarak
jauh disiapkan pemerintah secara lebih matang. Per Juni 2020,
Kemendikbud mengeluarkan pedoman pelaksanaan Belajar Dari
Rumah (BDR) yang terdiri dari dua pendekatan, yaitu pembelajaran
daring dan luring. Pedoman tersebut digunakan sebagai acuan oleh
Kemendikbud dan Pemerintah Daerah dalam mengelola dan
mengoordinasikan pelaksanan kebijakan Belajar dari Rumah, serta
oleh Satuan Pendidikan, Guru, Peserta Didik dan Orang tua dalam
melaksanakan BDR. Pedoman ini berlaku selama masa darurat
COVID-19 berlangsung. Pedoman ini bertujuan untuk melindungi
hak anak dalam memperoleh layanan Pendidikan; mencegah
penyebaran dan penularan COVID-19 di satuan Pendidikan dan
Memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik,
peserta didik dan orang tua/wali (Kemendikbud, 2020).
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran
Coronavirus Disease (Covid-19), proses belajar dari rumah
dilaksanakan dengan prinsip sebagai berikut: (a) Keselamatan dan
Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 159
kesehatan lahir batin peserta didik, pendidik, kepala satuan
pendidikan dan seluruh warga satuan pendidikan menjadi
pertimbangan utama dalam pelaksanaan BDR; (b) Kegiatan BDR
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum; (c) Belajar dari rumah
dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup mengenai
pandemic Covid-19; (d) Materi pembelajaran bersifat inklusif sesuai
dengan usia dan jenjang pendidikan, konteks budaya, karakter dan
jenis kekhususan peserta didik; (e) Aktivitas dan tugas
pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai
minat dan kondisi masing-masng, termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses/fasilitas belajar dirumah; (f) Hasil belajar
peserta didik selama BDR diberi umpan balik yang bersifat kualitatif
dan berguna dari guru tanpa diharuskan memberi skor/nilai
kuantitatif; (g) Mengedepankan pola interaksi dan komunikasi yang
positif antara guru dengan orang tua/wali.
Berpijak pada pedoman kebijakan BDR yang memaparkan
bahwa pembelajaran dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
yaitu pembelajaran daring dan luring, penulis mencoba untuk
memaparkan desain pembelajaran berdasarkan pemaduan dari dua
pendekatan tersebut. Pembelajaran yang memadukan pendekatan
daring dan luring disebut dengan blended learning. Semler (2005)
menjelaskan blended learning merupakan pembelajaran yang
memadukan aspek terbaik dari pembelajaran online, aktivitas
pembelajaran langsung (face to face) terstruktur dan praktik dunia
nyata. Smaldino, dkk. (2007) memaparkan blended learning dapat
disebut juga dengan hybrid learning, yaitu mencampurkan dan
mencocokkan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi
kebutuhan belajar siswa. Dipadukan dengan kearifan lokal,
pembelajaran dengan strategi blended learning diharapkan dapat
memberi pengalaman yang bermakna bagi siswa.
Melalui tulisan ini, tim penulis mencoba menyajikan desain
pembelajaran blended learning di era new normal berbasis kearifan
lokal, khususnya pada tingkat sekolah dasar. Pada bagian A

160 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


disajikan tentang strategi pembelajaran blended learning yang
memuat penjelasan tentang apa dan bagaimana blended learning.
Bagian B memaparkan berbagai media pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran berbasis blended learning. Bagian C
memuat evaluasi pembelajaran berbasis blended learning dan
bagian D menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam
menerapkan pembelajaran blended learning berbasis kearifan lokal
untuk siswa sekolah dasar. Dengan demikian, diharapkan pembaca
dapat lebih memahami secara praktis bagaimana
mengimplementasikan sebuah pembelajaran blended learning
berbasis kearifan lokal dalam rangka menuju era new normal.

A. Strategi Pembelajaran Blended Learning


Sebuah pembelajaran yang baik perlu diawali dengan
perencanaan yang matang. Saat merencanakan sebuah
pembelajaran, guru perlu memikirkan strategi yang tepat agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Sanjaya
(2016) mengartikan strategi sebagai rencana kegiatan termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya yang
disusun untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran. Kemp
dalam Daryanto (2014) mendefinisikan strategi sebagai suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Anitah
(2014) menekankan bahwa segala kegiatan pembelajaran yang
dilakukan yang tidak berorientasi pada pencapaian tujuan
pembelajaran tidak dapat dikategorikan sebagai strategi
pembelajaran.
Pemilihan strategi pembelajaran tidak lepas dari kurikulum
yang digunakan dan karakteristik siswa. Berdasarkan karakteristik
peserta didik pada masa pandemi, kurikulum saat ini perlu
disesuaikan dengan lebih fleksibel. Pencapaian tujuan pembelajaran
tidak menuntut ketuntasan kurikulum, namun lebih ditekankan pada
pembelajaran bermakna, kegiatan kecakapan hidup dan aktivitas
fisik (Kemendikbud, 2020). Dalam pelaksanaan belajar dari rumah,
guru wajib memikirkan secara matang terkait kompetensi yang akan

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 161


dicapai oleh siswa, dilarang memaksakan penuntasan kurikulum
dan berfokus pada pendidikan kecakapan hidup. Kecakapan hidup
dapat dimaksimalkan dengan pembelajaran berbasis kearifan lokal
yang dapat disisipkan dalam konsep belajar dari rumah.
Strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan cara
berkomunikasi guru dengan peserta didik, yakni strategi tatap muka
dan strategi pembelajaran jarak jauh (Sani, 2019). Strategi
pembelajaran yang diimplementasikan di masa pandemi covid-19
adalah strategi pembelajaran jarak jauh. Menuju era new normal,
kegiatan belajar di rumah telah bergeser dari pembelajaran daring
saja menjadi daring dan luring, Per Juli 2020, Kemendikbud telah
mengeluarkan panduan kebijakan Belajar dari Rumah (BDR) melalui
pendekatan daring dan luring. Kebijakan ini disusun untuk
memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk memperoleh
layanan pendidikan selama pandemi covid-19.
Guru dapat memfasilitasi pelaksanaan pembelajaran jarak
jauh secara daring, luring maupun kombinasi keduanya sesuai
kondisi dan ketersediaan sarana pembelajaran. Kombinasi inilah
yang disebut dengan blended learning. Menurut Hwang, dkk.
(2019). makna blended learning mengacu pada gabungan antara
pembelajaran online dan tatap muka, di mana teknologi
diintegrasikan dalam pendidikan. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Mason & Rennie (2010) menyatakan blended learning
merupakan kombinasi dari teknologi, lokasi atau pendekatan
pedagogi lainnya. Ceylan & Kesici (2017) mendefinisikan blended
learning sebagai program pembelajaran yang meningkatkan
efektivitas pembelajaran melalui perluasan akses, mengoptimalkan
biaya pengembangan dan waktu, serta mengoptimalkan hasil
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
blended learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang
memadukan antara online learning dan offline learning dengan
mengombinasikan berbagai teknologi dan pendekatan pedagogi.
Gambaran dari blended learning dapat dilihat pada Gambar 1.

162 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


Gambar 1
Deskripsi Skematik Blended Learning
(Sumber: Rennie, 2010. Dimodifikasi oleh penulis)

Online learning atau pembelajaran daring merupakan istilah


dari pembelajaran jarak jauh dalam jaringan. Pembelajaran daring
menggunakan gawai atau gadget maupun laptop melalui beberapa
portal dan aplikasi pembelajaran daring. Offline learning atau
pembelajaran luring adalah pembelajaran jarak jauh di luar
jaringan. Pembelajaran luring dapat menggunakan televisi, radio,
modul belajar, sumber belajar dari benda lingkungan sekitar dan
sebagainya (Kemdikbud, 2020). Dalam blended learning, guru
memadukan keduanya dengan menggunakan teknologi sinkron dan
tak sinkon secara bersama-sama. Oleh karena itu dibutuhkan
perencanaan yang matang agar blended learning dapat berjalan
secara maksimal.
Saat pembelajaran daring, guru dapat menggunakan metode
sinkron dan asinkron. Metode sinkron merupakan gambaran dari
kelas nyata, namun bersifat maya (virtual) dan semua peserta didik
terhubung melalui internet. Metode sinkron sering juga disebut
sebagai virtual classroom (Hartanto, 2016). Dengan kata lain,
metode sinkron dalam pembelajaran daring adalah metode tatap
muka real time secara online dengan menggunakan berbagai
platform tatap muka virtual seperti zoom, google meet, skype, dan
sebagainya. Asinkron menggunakan platform online seperti LMS,

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 163


google classroom dan sebagainya yang dapat diakses kapan saja,
tidak harus real time.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru-guru di sekolah
dasar, pada pembelajaran daring saat ini mereka banyak
memanfaatkan platform pembelajaran seperti whatsapp group dan
google classroom, serta luring dengan cara guru berkunjung ke
rumah, melalui media televisi, modul belajar yang telah disusun
guru dan diantarkan ke rumah siswa atau diambil wali murid di
sekolah, maupun sumber belajar yang tersedia di rumah. Hal ini
disesuaikan dengan kondisi siswa, ketersediaan sarana dan
prasarana, kondisi lingkungan dan peran orang tua siswa.
Pembelajaran berbasis blended learning sangat berperan terhadap
pembelajaran pada masa ini. Untuk lebih memahami terkait
pembelajaran daring, luring, dan blended learning, berikut
terangkum dalam tabel 1 mengenai perbedaan dari ketiga
pembelajaran tersebut.

Tabel 1
Perbedaan antara pembelajaran daring, pembelajaran luring, dan
pembelajaran blended learning

Pembelajaran Pembelajaran Blended


Daring Luring Learning
Pembelajaran jarak jauh Pembelajaran jarak Perpaduan antara
dalam jaringan jauh luar jaringan PJJ dalam jaringan
dan luar jaringan,
perpaduan dalam
jaringan dan tatap
muka, perpaduan
manusia dan
teknologi
Dapat dilakukan secara Dapat dilakukan Perpaduan antara
sinkron dan asinkron secara tatap muka daring dan luring
Sinkron diibaratkan tatap dengan strategi guru
muka secara virtual kunjung (home visit)
dengan berbagai aplikasi Dapat dilakukan di
video conference seperti luar tatap muka oleh
zoom, google meet, guru dan siswa,
skype, webex, dan misalkan melalui
sebagainya. tayangan program

164 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


Pembelajaran Pembelajaran Blended
Daring Luring Learning
Asinkron dengan televisi dan radio,
platform pembelajaran belajar mandiri
yang dapat diakses dengan modul dan
kapan saja, seperti bahan ajar yang
google classroom, LMS, sebelumnya sudah
via whatsapp group dan dipersiapkan guru,
sebagainya belajar dnegan
sumber belajar yang
tersedia di rumah
siswa, dan
sebagainya.
menggunakan gawai, Menggunakan televisi, guru menyiapkan
laptop melalui beberapa radio, modul belajar skenario
portal dan aplikasi mandiri dan lembar pembelajaran yang
pembelajaran daring kerja, bahan ajar memadukan
cetak, alat peraga, daring dan luring.
dan media belajar dari Misalnya dalam
benda di ligkungan satu subtema (satu
sekitar minggu), empat
hari dengan
pembelajaran
daring, dua hari
dengan
pembelajaran
luring

Blended learning merupakan solusi dari permasalahan-


permasalahan terkait pembelajaran jarak jauh berbasis daring.
Berdasarkan penelitian Usta and Mahiroğlu (2015), pembelajaran
blended learning yang diterapkan pada siswa sekolah dasar lebh
efektif daripada pembelajaran berbasis online saja. Penelitian
Ceylan & kesici (2017) pembelajaran blended learning lebih efektif
daripada pembelajaran luring saja karena guru menyajikan kegiatan
pembelajaran berbasis proyek yang membuat minat siswa menjadi
lebih tinggi erhadap pembelajaran dan membuat siswa aktif.
Melalui blended learning, diharapkan pembelajaran di sekolah
dasar di era new normal membuat siswa lebih tertarik dalam
mengikuti pembelajaran, waktu lebih efisien, siswa lebih bergairah
dan hemat tenaga dengan tetap mengikuti protokol kesehatan di

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 165


sektor pendidikan. Selain itu,guru dapat menyesuaikan dengan
ketersedian sarana dan prasarana yang sesuai dengan kondisi siswa
di masa pandemi covid-19. Kegiatan diskusi tetap berlangsung
dengan baik, guru tidak hanya memberi tugas tetapi juga berdiskusi
dengan siswa, pembelajaran menjadi luwes dan tidak kaku. Hal ini
perlu diimbangi dengan keterampilan guru dalam mendesain
pembelajaran.

B. Media Pembelajaran dalam Blended Learning


Media secara harfiah berasal dari kata medium yang berarti
perantara atau pengantar. Media merupakan bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya,
sedangkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke pengirim
sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
(Sukiman, 2012). Salah satu fungsi media pembelajaran menurut
Arsyad (2019) yaitu media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Hal ini menunjukkan media
pembelajaran dapat mendukung proses pembelajaran yang
dilakukan melalui strategi blended learning. Oleh karena itu
dibutuhkan kriteria media pembelajaran yang seperti apakah yang
tepat bagi guru dalam menyampaikan knowledge kepada peserta
didik dengan blended learning.
Strategi pembelajaran blended learning merupakan gabungan
dari pembelajaran daring (dalam jaringan) dan pembelajaran luring
(luar jaringan) (Kemendikbud, 2020). Menurut Graham (2013);
Garrison & Vaughan (2011); Ho, dkk. (2016); Hrastinski (2019),
blended learning adalah kombinasi antara online dengan
pembelajaran tatap muka langsung dengan menggabungkan
beberapa metode penyampaian untuk terciptanya tujuan
pembelajaran yag efektif dan efisien serta meningkatkan motivasi
dan partisipasi peserta didik. Berdasarkan pengertian tersebut,
maka perlu dibedakan media pembelajaran mana yang dapat

166 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


digunakan untuk pembelajaran daring dan mana yang dapat
digunakan untuk pembelajaran luring. Sebelum membahas
mengenai hal itu, perlu diketahui ada beberapa pertimbangan atau
kriteria dalam memilih media untuk digunakan dalam suatu
pengajaran (Sudjana & Rivai, 2013), di antaranya yaitu:
1. Ketepatan dengan tujuan pembelajaran, artinya media
pembelajaran yang dipilih atas dasar tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan
pengajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi
sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami
siswa.
3. Kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang
diperlukan mudah diperoleh, atau setidaknya mudah dibuat oleh
guru pada waktu mengajar.
4. Keterampilan guru dalam menggunakannya, artinya apapun
jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat
menggunakannya dalam proses pembelajaran.
5. Tersedia waktu untuk memanfaatkannya, artinya media yang
dipilih dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran
berlangsung.
6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, artinya media yang
digunakan harus sesuai dengan taraf berpikir dan karakteristik
siswa sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat
dipahami oleh siswa.
Dengan kriteria di atas maka guru dapat lebih mudah dalam
memilih media mana yang dianggap tepat dalam membantu proses
pembelajaran baik secara daring maupun luring. Selain kriteria
dalam pemilihan media, guru juga perlu mempertimbangkan
karakteristik siswanya. Dimana menurut teori perkembangan
kognitif Piaget, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional
konkret (Thobroni, 2011), maka guru atau calon guru sekolah dasar
perlu mempertimbangkan hal itu dalam memilih media
pembelajaran. Oleh sebab itu, Edgar Dale (1956) mengadakan
klasifikasi pengalaman peserta didik dapat digambarkan sebagai

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 167


suatu kerucut yang dimulai dengan pengalaman langsung sampai
dengan pengalaman yang paling abstrak, yaitu belajar melalui
lambang kata-kata (Anitah, 2009).
Klasifikasi tersebut disebut kerucut pengalaman (Cone of
Experience) yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2
Kerucut Pengalaman Edgar Dale dalam Anitah (2009)
Dasar pengerucutan tersebut bukanlah tingkat kesulitan,
melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indra yang turut serta
selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman
langsung akan memberikan kesan yang paling utuh dan paling
bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam
pengalaman itu, karena melibatkan indra penglihatan,
pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Dengan demikian
perolehan pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila pesan
hanya disampaikan melalui verbal, sedangkan pengalaman yang
paling konkret lebih efektif digunakan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran dalam blended learning dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu media pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran daring dan media pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran luring atau tatap muka. Kemendikbud (2020)
menjelaskan bahwa media pembelajaran secara daring atau online
dapat menggunakan gawai (gadget) maupun laptop melalui
beberapa portal dan aplikasi pembelajaran daring di antaranya
sebagaimana tersaji pada Tabel 2 berikut.

168 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


Tabel 2
Media Pembelajaran Daring
No Sumber dan Tautan
media
1 Rumah Belajar https://belajar.kemdikbud.go.id
oleh Pusdatin
Kemendikbud
2 TV edukasi https://tve.kemdikbud.go.id/live/
Kemendikbud
3 Pembelajaran http://rumahbelajar.id
Digital oleh
Pusdatin dan
SEAMOLEC,
Kemendikbud
4 Tatap muka pusdatin.webex.com
daring program
sapa duta rumah
belajar Pusdatin
Kemendikbud
5 LMS SIAJAR oleh http://lms.seamolec.org
SEAMOLEC,
Kemendikbud
6 Aplikasi daring http://setara.kemdikbud.go.id/
untuk paket
A,B,C.
7 Guru berbagi http://guruberbagi.kemdikbud.go
8 Membaca digital http://aksi.puspendik.kemdikbud.go.id/
membacadigital/
9 Video http://video.kemdikbud.go.id/
pembelajaran
10 Suara edukasi https://suaraedukasi.kemdikbud
Kemendikbud
11 Radio edukasi https://radioedukasi.kemdikbud
Kemendikbud
12 Sahabat https://sahabatkeluarga.kemdik
keluarga --
Sumber
Informasi dan
bahan ajar
pengasuhan dan
pendidikan
keluarga

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 169


No Sumber dan Tautan
media
13 Ruang guru http://anggunpaud.kemdikbud
PAUD
Kemendikbud
14 Buku sekolah https://bse.kemdikbud.go.id/
elektronik
15 Mobile edukasi - https://medukasi.kemdikbud.go.id/meduka
Bahan ajar
multimedia
16 Modul https://emodul.kemdikbud.go.id/
Pendidikan
Kesetaraan
17 Sumber bahan https://sumberbelajar.seamolec
ajar siswa SD,
SMP, SMA, dan
SMK
18 Kursus daring http://mooc.seamolec.org/
untuk Guru dari
SEAMOLEC
19 Kelas daring http://elearning.seamolec.org/
untuk siswa dan
Mahasiswa
20 Repositori http://repositori.kemdikbud.go.id
Institusi
Kemendikbud
21 Jurnal daring https://perpustakaan.kemdikbud.go.id/jur-
Kemendikbud nal-kemendikbud
22 Buku digital http://pustakadigital.kemdikbud.go.id
open-access
23 EPERPUSDIKBUD http://bit.ly/eperpusdikbud
(Google Play)

Selain yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan, terdapat juga sumber dan media pembelajaran yang
dikelola oleh mitra penyedia teknologi pembelajaran yang dapat
dilihat daftarnya pada laman:
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/category/aplikasipe
mbelajaran/. Dengan demikian berdasarkan penjelasan di atas,
maka dapat diklasifikasikan jenis media pembelajaran yang dapat

170 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


digunakan guru sekolah dasar dalam pembelajaran daring atau
online yaitu:
1. Aplikasi video conference atau teleconference
Tatap muka virtual dapat dilakukan melalui video
conference, teleconference, dan atau diskusi dalam group di
media sosial atau aplikasi pesan. Dalam tatap muka virtual
memastikan adanya interaksi secara langsung antara guru
dengan peserta didik (Kemendikbud, 2020). Video conference
merupakan seperangkat teknologi telekomunikasi interaktif yang
memungkinkankan dua pihak atau lebih di lokasi berbeda dapat
berinteraksi melalui pengiriman dua arah audio dan video secara
bersamaan (Wikipedia, 2020). Keuntungan utama dengan
menggunakan media video conference atau teleconference
menurut Panagiotakopoulos, dkk. (2015) yaitu dapat dilakukan
dimanapun dan kapanpun, kemudahan dalam mengakses dan
berbagi konten pembelajaran, adanya interaksi langsung dua
arah antara peserta didik dengan guru, menghemat waktu dan
biaya. Namun di sisi lain, terdapat pula beberapa kelemahannya
yaitu beberapa peserta didik berlum terbiasa dengan teknologi,
membutuhkan sarana prasarana yang memadai dalam
menggunakan media video conference, dan akses internet yang
stabil. Oleh karena itu, dalam menggunakan media ini guru perlu
menganalisis terlebih dahulu kondisi dan fasilitas yang dimiliki
peserta didik.
Aplikasi video conference yang dapat digunakan guru dalam
pembelajaran online atau daring diantaranya yaitu zoom cloud
meeting, google meet, cisco webex, microsoft teams, skype,
bigbluebutton.org., dan sebagainya. Media video conference ini
sangat tepat digunakan ketika guru ingin melakukan diskusi
secara kelompok atau individu untuk mengecek kemampuan dan
pemahaman siswa serta dapat juga digunakan dalam melakukan
presentasi atau pelaporan secara synchronous (proses
pembelajaran daring atau online yang dilakukan antara guru
dengan siswa di waktu yang bersamaan) terhadap hasil karya
atau percobaan siswa.

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 171


2. Aplikasi LMS (Learning Management System)
Aplikasi LMS adalah program untuk menyiapkan, mengatur,
melihat, dan melaporkan interaksi antara pembelajar dan isi
bahan belajar dan antara pembelajar denga instruktur
(Tampubolon, dkk., 2012). Learning Management System (LMS)
merupakan sistem pengelolaan pembelajaran terintegrasi secara
daring melalui aplikasi. Aktivitas pembelajaran dalam LMS antara
lain pendaftaran dan pengelolaan akun, penguasaan materi,
penyelesaian tugas, pemantauan capaian hasil belajar, terlibat
dalam forum diskusi, konsultasi dan ujian atau penilaian
(Kemendikbud, 2020). Selain itu, terdapat beberapa hal yang
bisa dilakukan guru dan siswa dalam memanfaatkan platform
LMS untuk pembelajaran daring, yaitu 1) guru dapat mengelola
jadwal pembelajaran sehingga siswa mengetahui apa yang akan
dipelajari dan kapan waktu pelaksanaannya, 2) guru dapat
menyediakan atau mengupload sumber belajar atau referensi
yang lebih luas dari berbagai website atau laman tertentu dan
dapat diakses langsung oleh siswa, 3) adanya interaksi antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, 4) siswa dapat
mengerjakan kuis secara online melalui link yang diinput dalam
LMS tersebut dan langsung mengetahui skor kuis yang
didapatnya (Yana & Adam, 2019). Beberapa contoh aplikasi LMS
antara lain kelas maya rumah belajar, google classroom,
edmodo, moodle, siajar LMS seamolec, absorb, canvas,
schoology, blackboard, d2l, quizlet, dan lain sebagainya.
3. Aplikasi media sosial
Media sosial merupakan sebuah media daring yang
memungkinkan penggunanya dapat berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual
dengan mudah. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan bentuk
media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di
seluruh dunia (Wikipedia, 2020). Beberapa contoh aplikasi media
sosial yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran daring
yaitu whatsapp, facebook, telegram, youtube, line, wechat,
weblog, wiki, dan lain sebagainya.

172 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


Pemanfaatan media sosial dalam masa BDR (belajar dari
rumah) bagi siswa SD, digunakan oleh guru dalam memberikan
informasi terkait dengan materi pembelajaran yang harus
diberikan, pelaporan tugas siswa oleh orang tua siswa,
melakukan diskusi dengan siswa yang didampingi oleh orang tua
siswa. Teknis pemanfaatannya di lapangan, tentu saja guru
harus membentuk grup di media sosial yang beranggotakan guru
dan semua orang tua siswa. Catatan penting adalah grup media
sosial yang dibuat guru ini beranggotakan orang tua siswa,
bukan siswa. Hal ini dikarenakan akses pemanfaatan media
sosial bagi siswa SD masih menimbulkan banyak kontroversi.
Saat ini, belum ada batasan usia yang pasti kapan sebaiknya
anak boleh memiliki smartphone sendiri dan memanfaatkan
sosial media, sehingga perlu pendamapingan orang tua. Disinilah
peran penting orang tua untuk memperhatikan dan mengikuti
tumbuh kembang anak dalam proses pembelajaran sehari-hari,
tidak sepenuhnya menyerahkan urusan pendidikan kepada guru
di sekolah.
4. Aplikasi assesment tools
Aplikasi assesments tools merupakan aplikasi penilaian
secara online yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran
daring dengan tujuan untuk menilai kemampuan siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Terdapat
beberapa contoh aplikasi assesments tools yang dapat
dimanfaatkan guru dalam pembelajaran daring, yaitu google
form, kahoot!, quizizz, hot potatoes, quizup, dan sebagainya.
Pemanfaatan aplikasi evaluasi atau penilaian secara online
bagi guru dan siswa menurut Mastuti (2016) yaitu 1)
mengingkatkan efisiensi dan efektifitas administrasi tes (paper
less), 2) meningkatkan validitas dan reliabilitas skor tes karena
dibatasi dengan waktu sehingga kemungkinan siswa untuk
melakukan kecurangan dapat diminimaliri serta skor tes bisa
langsung dilihat oleh siswa (real time), 3) dapat meningkatkan
motivasi dan konsentrasi siswa karena dikerjakan secara individu
di tempat yang berbeda dan beberapa aplikasi assesments tools

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 173


dapat didesain dengan beberapa animasi yang dapat
membangkitkan minat siswa dalam mengerjakan soal-soal dalam
aplikasi assesments tools tersebut, 4) guru dapat
mempersiapkan materi dengan lebih berkualitas sebagai bahan
tes, dan 5) memberikan kesempatan untuk mengukur berbagai
hal yang kompleks terkait dengan pengetahuan dan kemampuan
bernalar yang mungkin dilihat secara offline.
5. Website sebagai sumber belajar
Website merupakan sekumpulan kontens online dapat
berupa teks, gambar, suara, video, dan konten lainnya, serta
dapat bersifat interaktif ataupun statis (Wikipedia, 2019). Konten
atau fitur dalam website atau portal pendidikan ini dapat
dimanfaatkan guru dalam menunjang pembelajaran daring dan
tentunya sebagai sumber belajar siswa secara mandiri. Beberapa
website atau portal pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai
sumber belajar bagi siswa yaitu belajar.kemdikbud.go.id,
mejakita.com, kelaspintar.id, ruang guru, zenius, quipper, dan
sebagainya. Slah satu portal atau situs belajar yang disediakan
oleh Kemendikbud dan dapat dimanfaatkan guru maupun siswa
sekolah dasar yaitu portal rumah belajar. Dikutip dalam laman
belajar.kemdikbud.go.id, portal rumah belajar merupakan portal
pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta fasilitas
komunikasi yang mendukung interaksi antar komunitas. Rumah
Belajar hadir sebagai bentuk inovasi pembelajaran di era industri
4.0 yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK)
sederajat. Dengan menggunakan Rumah Belajar, kita dapat
belajar di mana saja, kapan saja dengan siapa saja. Seluruh
konten yang ada di Rumah Belajar dapat diakses dan
dimanfaatkan secara gratis.
Jenis media pembelajaran yang kedua dalam blended
learning yaitu media pembelajaran yang dapat digunakan guru
dalam pembelajaran luring, Kemendikbud (2020)

174 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


merekomendasikan beberapa media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran luring atau tatap muka, diantaranya sebagai berikut:
1. Buku digital (e-book) dan bahan ajar cetak
Media buku digital dalam proses pembelajaran memiliki
manfaat yang sangat besar. Dimana dengan adanya buku digital
ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media buku digital sebagai perantara. Kerumitan
bahan yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat
disederhanakan dengan bantuan media buku digital. Media buku
digital dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan
melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakkan
bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media buku digital.
Dengan demikian, peserta didik lebih mudah mencerna bahan
materi daripada tanpa bantuan media buku digital (Aprilia,
Sunardi, & Djono, 2017). Format buku digital beragam di
antaranya yaitu format pdf, powerpoint, macromedia flash,
flipbook, dan sebagainya. Sedangkan bahan ajar cetak
merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks)
yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok yang
utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan
digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran dan penelaahan implementasi pembelajaran
(Prastowo, 2015). Contoh bahan ajar cetak yang dapat
digunakan guru dalam pembelajaran luring atau offline yaitu
buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan
ajar audio, bahan ajar video, bahan ajar interaktif, dan
sebagainya.
2. Modul belajar mandiri dan lembar kerja
Modul merupakan salah satu bahan ajar yang disusun secara
sistemais dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta
didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usi mereka, agar
mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau
bimbingan yang minimal dari pendidik (Prastowo, 2015). Oleh
sebab itu, dalam menyusun modul pembelajaran guru perlu
mencatumkan pula petunjuk belajar, dan lembar kerja siswa,

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 175


serta penggunaan bahasa yang baik, menarik, dan dilengkapi
dengan ilustrasi.
Kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul yaitu
1) modul dapat memberikan umpan balik sehingga pebelajar
mengetahui kekurangan mereka dan segera melakukan
perbaikan, (b) dalam modul ditetapkan tujuan pembelajaran
yang jelas sehingga kinerja siswa belajar terarah dalam
mencapai tujuan pembelajaran, (c) modul yang didesain
menarik, mudah untuk dipelajari, dan dapat menjawab
kebutuhan tentu akan menimbulkan motivasi siswa untuk
belajar, (d) modul bersifat fleksibel karena materi modul dapat
dipelajari oleh siswa dengan cara dan kecepatan yang berbeda,
(e) kerjasama dapat terjalin karena dengan modul persaingan
dapat diminimalisir dan antara pebelajar dan pembelajar, dan (f)
remidi dapat dilakukan karena modul memberikan kesempatan
yang cukup bagi siswa untuk dapat menemukan sendiri
kelemahannya berdasarkan evaluasi yang diberikan (Lasmiyati &
Idris, 2014). Selain memiliki kelebihan, menurut Morrison, Ross,
& Kemp (2004), modul juga memiliki beberapa kekurangan yaitu
(1) interaksi antarsiswa berkurang sehingga perlu jadwal tatap
muka atau kegiatan kelompok, (2) pendekatan tunggal
menyebabkan monoton dan membosankan karena itu perlu
permasalahan yang menantang, terbuka dan bervariasi, (3)
kemandirian yang bebas menyebabkan siswa tidak disiplin dan
menunda mengerjakan tugas karena itu perlu membangun
budaya belajar dan batasan waktu, (4) perencanaan harus
matang, memerlukan kerjasama tim, memerlukan dukungan
fasilitas, media, sumber dan lainnya, serta (5) persiapan materi
memerlukan biaya yang lebih mahal bila dibandingkan dengan
metode ceramah.
3. TV
Televisi merupakan salah satu media elektronik yang berisi
suara dan gambar. Kemendikbud dalam mendukung proses
pembelajaran jarak jauh secara luring telah menyediakan TV
edukasi yang dapat diakses melalui laman tve.kemdikbud.go.id.

176 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


Selain itu, kemdikbud juga telah bekerjasama dengan channel
TVRI yang berisi berbagai program pembelajaran secara
terjadwal untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Namun, guru juga bisa memanaatkan channel TV yang lain
sebagai salah satu sumber belajar atau media untuk siswa.
Kemendikbud (2020) menjelaskan dalam penyampaikan materi
melalui media TV dapat disampaikan oleh penyiar atau guru dan
tenaga pendidikan yang telah ditentukan. Dalam prosesnya perlu
memperhatikan:
a. Penyampaian materi pelajaran mudah dipahami dan inklusif
dengan menggunakan berbagai media interaktif seperti
videografis, infografis, demonstrasi, menggunakan alat
peraga, mempromosikan permainan dan kuis interaktif (via
telepon/SMS).
b. Siarkan dan buat program tersebut dalam siaran ulang agar
bisa diikuti apabila ada yang tertinggal.
c. Pelajaran harus se-interaktif mungkin, dimungkinkan bagi
peserta didik untuk tampil di program.
d. Mempertimbangkan kebutuhan untuk peserta didik,
khususnya penyandang disabilitas (disediakan pengantar
bahasa isyarat).
4. Radio
Radio merupakan salah satu media penyampai gagasan, ide,
dan pesan melalui gelombang elektromagnetik, yang berupa
sinyal-sinyal audio. Radio sebagai media pembelajaran memiliki
fungsi sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta didik
karena memperkaya pengalaman, ide-ide yang kreatif dan
informatif. Kemendikbud telah menyediakan laman radio
edukatif yang dapat dimanfaatkan guru maupun siswa dalam
pembelajaran luring melalui
https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/ atau radio suara edukasi
AM 1440 Khz Kemendikbud melalui surel suara edukasi
@kemdikbud.go.id dan laman
https://suaraedukasi.kemdikbud.go.id/.

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 177


Kemendikbud (2020) menjelaskan materi yang diberikan
melalui media radio dapat disampaikan oleh penyiar atau oleh
guru yang telah ditentukan.dalam penyiaran. Dalam penyiaran
harus memperhatikan hal berikut ini:
a. Membagikan secara luas jadwal program dengan berbagai
cara agar diketahui masyarakat dan orang tua/wali.
b. Melakukan siaran langsung secara interaktif, misalnya
menggunakan kuis atau mempromosikan permainan.
c. Mendukung peserta didik untuk berinteraksi melalui telepon
(jika memungkinkan).
d. Materi pembelajaran dipilih sesuai kebutuhan seperti
pendidikan karakter dan kecakapan hidup, keagamaan, pola
hidup sehat, pencegahan penyebaran penyakit COVID-19,
dan lainnya.
e. Dalam hal pengembangan materi pembelajaran melalui
radio, dinas pendidikan dapat berkoordinasi dengan
pengelola.
Penyediaan TV dan radio bertujuan untuk memudahkan
proses pembelajaran jarak jauh bagi daerah yang kesulitasn
akses internet dan membantu sekolah-sekolah yang
menggunakan pembelajaran luring atau offline.
5. Alat peraga dan media belajar dari benda dan lingkungan sekitar
Alat peraga merupakan suatu alat yang digunakan untuk
membantu dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk
memberikan wujud riil terhadap bahan yang dibicarakan dalam
materi pembelajaran (Anitah, 2009). Alat peraga dan media
belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran luring dapat
diperoleh siswa dengan memanfaatkan benda-benda atau bahan
yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal siswa. Penggunaan
lingkungan sekitar tempat tinggal siswa sebagai media sebagai
salah satu solusi yang dapat diterapkan oleh para pendidik
dalam pembelajaran jarak jauh. Penggunaan lingkungan
sebagai sebagai sumber belajar yang bersifat kontekstual
dapat memperkaya wawasan siswa karena mereka belajar
dan mengalami secara langsung. Oleh karena itu, pendidik perlu

178 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


mempertimbangkan jenis penugasan atau meteri yang dibahas
harus disesuikan dengan ciri khas atau kearifan lokal daerah
masing-masing peserta didik. Contohnya ketika guru ingin
memberikan penugasan berupa praktik percobaan penyaringan
air, siswa dapat memperoleh bahan-bahan yang ada di
lingkungan rumahnya, dan masih banyak contoh yang lainnya.
Prinsip penting yang perlu diperhatikan guru (pendidik)
sebelum memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran daring maupun luring yaitu 1) analisislah terlebih
dahulu kebutuhan belajar siswa, 2) analisislah sarana atau fasilitas
yang dimiliki siswa, 3) perhatikan sejauhmana kemampuan guru
dan siswa dalam menggunakan media tersebut, 4) perhatkan akses
internet tempat tinggal siswa, dan 5) perlu adanya komunikasi yang
baik antara guru dengan orang tua siswa. Apalagi untuk siswa
sekolah dasar tentu sangat dibutuhkan pendampingan orang tua
dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dengan strategi
blended learning ini, sehingga diharapkan tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara optimal..

C. Penilaian dalam Blended Learning


Komponen yang tidak kalah penting dan menjadi salah satu
poin utama dalam mengevaluasi keberhasilan suatu proses
pembejaran adalah penilaian. Penilaian yang digunakan dalam
pembelajaran di sekolah dasar pada kurikulum 2013 yaitu penilaian
autentik. Penilaian autentik (authentic assessment) adalah bentuk
penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang
sesungguhnya (Kemendikbud, 2014). Dalam melakukan penilaian,
guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam penilaian hasil
belajar (Permendikbud, 2016), diantaranya yaitu:
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur;
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 179


3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender;
4. terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh
pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai
instrumen penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
Seperti halnya pembelajaran pada umumnya, penilaian dalam
blended learning juga menggunakan penilaian autentik yang dibagi
menjadi 3 ranah kompetensi, yaitu:kompetensi kognitif, kompetensi
afektif, dan kompetensi psikomotor. Adapun menurut
Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 dalam Standar Penilaian
Pendidikan menjelaskan bahwa dalam pelaksanaanya guru dapat
menggunakan bentuk instrumen penilaian yang rinciannya adalah
sebagai berikut:
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Penilaian kompetensi sikap merupakan kegiatan yang
dilakukan guru untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai
perilaku siswa. Bentuk instrumen yang dapat digunakan guru

180 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


dalam penilaian dengan strategi pembelajaran blended learning
pada kompetensi sikap yaitu:
a. Observasi (lembar pengamatan).
b. Penilaian diri (lembar penilaian diri).
c. Penilaian antar peserta didik (lembar penilaian antar peserta
didik).
d. Jurnal (catatan guru berupa kelebihan dan kelemahan siswa
terkait sikap dan perilaku).
Guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui
observasi atau pengamatan perilaku dengan lembar observasi,
penilaian diri, penilaian teman sejawat dan jurnal (Kunandar,
2015). Namun dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh
untuk menilai kompetensi sikap yang dimiliki siswa guru dapat
bekerjasama dengan orang tua siswa. Oleh karena itu, guru perlu
mempersiapkan instrumennya terlebih dahulu sebelum
mengirimkan instrumen tersebut ke orang tua siswa melalui
aplikasi atau media pembelajaran daring maupun luring. Dengan
catatan diharapkan orang tua pun dapat bekerjasama secara
obyektif dalam melakukan penilaian ini. Selain itu, guru juga bisa
menilai sendiri sikap siswa dengan melihat waktu pengumpulan
dan hasil tugas atau hasil karya siswa yang dikirimkan baik
berupa foto atau video.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Penilaian kompetensi pengetahuan merupakan kegiatan
yang dilakukan guru untuk mengukur pengetahuan siswa.
Bentuk instrumen yang dapat digunakan guru dalam penilaian
dengan strategi pembelajaran blended learning pada kompetensi
pengetahuan yaitu:
a. Tes tulis berupa pilihan ganda, uraian, jawaban singkat,
benar, salah, menjodohkan yang dilengkapi pedoman
penskoran.
b. Tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c. Penugasan berupa PR atau proyek secara individu atau
kelompok.

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 181


Guru menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tertulis
dengan menggunakan butir soal, tes lisan dengan bertanya
langsung terhadap peserta didik menggunakan daftar
pertanyaan dan penugasan dengan lembar kerja tertentu yang
harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Dalam penerapannnya pada pembelajaran blended learning,
guru dapat memanfaatkan aplikasi assesments tools jika
dilakukan secara daring, contohnya dengan menggunakan
aplikasi google form, kahoot!, quizizz, hot potatoes, quizup, dan
sebagainya. Terdapat beberapa pilihan bentuk butir soal yang
dapat dibuat guru dengan memanfaatkan aplikasi assesments
tools tersebut, seperti pilihan ganda, menjodohkan, isian singkat,
uraian, dan masih banyak yang lainnya. Setelah guru membuat
instrumen penilaiannya dengan salah satu aplikasi assesments
tools tersebut, maka guru tinggal membagikan link dan kode soal
pada siswa. Kelebihannnya siswa akan mengetahui secara
langsung skor yang diperoleh (real time) sehingga akan
memudahkan guru untuk mengevaluasi mana siswa yang perlu
remidi atau pengayaan. Sedangkan untuk pembelajaran luring,
proses penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilakukan
seperti hanya ketika pembelajaran secara tatap muka, hanya
saja prosedurnya berbeda. Dimana instrumen penilaian kognitif
(butir soal) yang telah dibuat diserahkan ke orang tua siswa
dengan cara berkunjung ke sekolah secara terjadwal. Setelah
selesai dikerjakan oleh siswa, orang tua mengirimkan kembali ke
guru kelas masing-masing sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Penilaian kompetensi keterampilan merupakan kegiaan yang
dilakukan guru untuk mengukur kemampuan siswa menerapkan
pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu (penilaian
kinerja). Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala
penilaian yang dilengkapi dengan rubrik.

182 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


Bentuk instrumen yang dapat digunakan guru dalam
penilaian dengan strategi pembelajaran blended learning pada
kompetensi pengetahuan (Kunandar, 2015), yaitu:
a. Penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta
didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
menggunakan tes praktik (unjuk kerja) dengan
menggunakan instrumen lembar pengamatan (observasi)
b. Penilaian proyek dengan menggunakan instrumen lembar
penilaian dokumen laporan proyek
c. Penilaian portofolio dengan menggunakan instrumen lembar
penilaian dokumen laporan portofolio dan penilaian produk
dengan menggunakan instrumen lembar penilaian produk.
Penerapan penilaian kompetensi psikomotor dalam
pembelajaran blended learning dapat dilakukan dengan
membuat instrumennya terlebih dahulu. Kemudian siswa
diminta untuk mengirimkan hasil karya atau produk atau
proyeknya dalam bentuk foto atau video yang akan digunakan
sebagai acuan guru dalam menilai aspek keterampilan siswa.
Namun untuk menghindari kecurangan yang dilakukan siswa,
guru perlu mengkomunikasikan ke orang tua siswa untuk
mendokumentasikan proses siswa dalam mengerjakan proyek
atau produk tersebut sehingga pada aspek keterampilan ini
yang dinilai tidak hanya hasilnya tetapi prosesnya juga dinilai.
Selain itu, ada alternatif lain dalam menilai kompetensi
psikomotor siswa yaitu dengan menggunakan aplikasi video
conference atau fitur video call dalam media sosial yang
digunakan dalam pembelajaran daring. Dengan catatan cara ini
dapat dilakukan apabila akses internet yang dimiliki siswa stabil
atau mendukung. Sedangkan untuk pembelajaran luring,
prosedur penilaian pada aspek psikomotor sama dengan aspek
pengetahuan yaitu orang tua siswa mengirimkan hasil karya
atau produk siswa ke sekolah sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 183


D. Desain Pembelajaran Blended Learning Berbasis
Kearifan Lokal dalam Menunjang Pembelajaran di Era
New Normal
Pada masa pandemi, guru dituntut untuk memodifikasi desain
pembelajaran sedemikian rupa. Guru tidak boleh memaksakan
ketuntasan kurikulum dan rencana pelaksanaan pembelajaran
diharapkan menerapkan pembelajaran bermakna, kegiatan
kecakapan hidup dan aktivitas fisik (Kemendikbud, 2020).
Pembelajaran bermakna salah satunya dapat diwujudkan dengan
pembelajaran berbasis kearifan lokal. Pada usia sekolah dasar,
siswa akan lebih memaknai suatu pembelajaran saat ia dihadapkan
pada materi yang mengarah pada kehidupan sehari-hari yang sering
mereka jumpai.
Menurut Utari (2016) nilai-nilai kearifan lokal membantu siswa
dalam memahami setiap konsep dalam materi sehingga bekal
pengetahuan yang diperoleh siswa tidak hanya sampai pada
sebatas pengetahuan saja, tetapi juga dapat diimplementasikan
dalam wujud praktik di luar sekolah. Melalui pembelajaran berbasis
kearifan lokal, nilai-nilai luhur kebudayaan dapat diperkenalkan
kepada siswa serta dapat dikembangkan sehingga menjadikan
siswa sebagai makhluk yang bangga dan dapat mengembangkan
budaya bangsa (Daryanto, 2014).
Pelaksanaan pembelajaran sekolah dasar di masa pandemi di
berbagai wilayah di Indonesia sebelum memasuki era new normal
cenderung dilaksanakan secara online. Namun menurut Akbar
(2020), praktik pembelajaran secara online cenderung mencabut
kehidupan murid dari akar budaya lokalnya. Proses internalisasi
nilai-nilai kearifan lokal kurang terjadi dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, guru dapat merancang pembelajaran
bended learning berbasis kearifan lokal, sehingga proses
internalisasi nilai pada siswa tidak terabaikan meskipun dalam
keterbatasan masa pandemi yang tidak memungkinkan guru dan
siswa melaksanakan pembelajaran tatap muka seutuhnya.
Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal? Utari (2016)
memaknainya sebagai kecendikiaan terhadap kekayaan setempat/

184 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


suatu daerah berupa pengetahuan, kepercayaan, norma, adat
istiadat, kebudayaan, wawasan dan sebagainya yang merupakan
warisan dan dipertahankan sebagai sebuah identitas dan pedoman
dalam mengajarkan kita untuk bertindak secara tepat dalam
kehidupan. Nadlir (2014) menjelaskan model pendidikan berbasis
kearifan lokal merupakan model pendidikan yang memiliki relevansi
tinggi bagi pengembangan kecakapan hidup (life skills) dengan
bertumpu pada pemberdayaan keterampilan dan potensi lokal di
masing-masing daerah. Kuntoro (2012) berpendapat bahwa
kearifan lokal digunakan untuk menunjukkan bahwa ada beberapa
komponen dalam lokal kebijaksanaan seperti keluhuran, nilai tinggi,
kebenaran, kebaikan, dan keindahan sehingga kearifan lokal dapat
menjadi dasar pendidikan karakter di sekolah.
Secara rinci, materi pembelajaran dalam kearifan lokal
dijabarkan sebagai berikut (Nadlir, 2014, Tobroni, 2012):
1. Memiliki makna dan relevansi tinggi terhadap pemberdayaan
hidup siswa secara nyata berdasarkan realitas yang mereka
hadapi.
2. Kurikulum sesuai dengan kondisi lingkungan hidup, minat dan
kondisi psikis peserta didik.
3. Memperhatikan kendala-kendala sosiologis dan kultural yang
dihadapi siswa.
4. Memberi pengertian bahwa manusia tidak sekedar hidup tetapi
juga bereksistensi.
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam merancang
pembelajaran berbasis kearifan lokal dipaparkan sebagai berikut
(Akbar, 2020):
1. Mengidentifikasi sumber/media pembelajaran dan produk
bernilai kearifan lokal di sekitar rumah murid.
2. Mengidentifikasi dan seleksi capaian kompetensi dari
kurukulum yang relevan dengan sumber dan media di sekitar
rumah.
3. Menyusun program pembelajaran beragam bersama orang tua
melalui parenting secara blended. Menentukan berapa persen
pembelajaran daring dan luring.

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 185


4. Melaksanakan program dan asesmen autentik secara
kolaboratif dengan orang tua siswa.
Dalam menyusun pembelajaran di era new normal, guru perlu
memperhatikan bahwa pembelajaran harus adaptif, sehingga guru
melakukan modifikasi target dan cara pembelajaran menyesuaikan
dengan kondisi darurat yang belum pasti kapan berakhirnya.
Dengan demikian guru perlu mengidentifikasi sarana prasarana
yang memungkinkan untuk memfasilitasi siswa belajar, kearifan
lokal yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal siswa, dan
menentukan persentase pembelajaran daring dan luring.
Berikut disajikan contoh langkah-langkah pelaksanaan
blended learning berbasis kearifan lokal pembelajaran tematik oleh
guru selama satu subtema (satu minggu).

Tabel 3.
Langkah-langkah pelaksanaan blended learning berbasis kearifan lokal
pembelajaran tematik (satu subtema)
No. Langkah Kegiatan Keterangan
A. Pra Pembelajaran
1. Menentukan jadwal dan - Saat menentukan program
program pembelajaran pembelajaran yang beragam,
selama satu minggu dengan guru dapat berkolaborasi
membuat daftar hari apa dengan orang tua/wali
saja akan dilaksanakan melalui parenting.
pembelajaran secara - Guru perlu mendiskusikan
daring maupun luring. dengan orang tua/wali
Pada tahap ini guru terkait:
menentukan berapa persen a. Ketersediaan sarana
pembelajaran daring dan prasarana pembelajaran
luring. seperti
smartphone,/gadget,
komputer, laptop,
maupun akses internet;
b. Aplikasi media
pembelajaran blended
learning yang akan
digunakan;
c. Cara penggunaan
aplikasi;
d. Materi dan jadwal
pembelajaran.
186 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...
No. Langkah Kegiatan Keterangan
2. Menyiapkan RPP selama Saat menyusun RPP, guru:
satu minggu. Setiap RPP - Mengidentifikasi
diberi keterangan: sumber/media pembelajaran
pembelajaran dilakukan dan produk bernilai kearifan
secara daring atau luring. lokal di sekitar lingkungan
tempat tinggal siswa.
- Mengidentifikasi dan
menyeleksi capaian
kompetensi dari kurukulum
yang relevan dengan sumber
dan media di sekitar rumah.
- Menyusun penilaian autentik
yang sesuai dengan capaian
kompetensi yang telah
disusun.
3. Membagikan jadwal kepada Pada pembelajaran daring:
orang tua/wali yang memuat - Menyiapkan nomor telepon
materi orang tua/ wali peserta didik
pembelajaran/penugasan atau peserta didik dan
dan sumber/media/bahan membuat grup WhatsApp
ajar yang digunakan selama (atau aplikasi komunikasi
satu minggu dengan lainnya) sebagai media
dilengkapi keterangan interaksi dan komunikasi
pembelajaran secara - Menyiapkan platform yang
daring atau luring pada akan digunakan dalam
masing-masing pembelajaran daring
pembelajaran (dalam satu a. Sinkron
hari). Jadwal dan rencana Pembelajaran tatap
program pembelajaran muka virtual secara real
dibagikan seminggu sekali time atau synchronous
dengan cara diambil dapat menggunakan
langsung oleh aplikasi video
orangtua/wali, diantarkan teleconference seperti:
guru ke rumah zoom cloud meeting,
orangtua/wali atau google meet, cisco
disebarkan melalui media webex,dan sebagainya.
sosial seperti whatsapp b. Asinkron
group. Pembelajaran dengan
memanfaatkan platform
LMS, media sosial,
website dan sebagainya
yang dapat diakses siswa
setiap saat tanpa dibatasi
waktu.
Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 187
No. Langkah Kegiatan Keterangan
Pada pembelajaran luring:
- Menentukan strategi
pembelajaran luring: guru
kunjung (home visit), melalui
tayangan program televisi atau
radio, modul belajar mandiri,
bahan ajar cetak dan lain-lain.
- Menyiapkan bahan ajar, jadwal
dan penugasan kemudian
mengirimkannya ke peserta
didik/orang tua/wali
- Memastikan semua peserta
didik telah mendapatkan
lembar jadwal dan penugasan.
B. Saat Pembelajaran
4. Melaksanakan pembelajaran Saat pembelajaran daring:
sesuai dengan jadwal dan - Berkomunikasi dengan orang
penugasan yang telah tua/wali, memastikan siswa
diberikan. Pelaksanaan siap mengikuti pembelajaran
pembelajaran dibantu oleh dan mengakses platform
orang/tua wali. pembelajaran dengan video
conference, LMS, whatsapp
group dan sebagainya.
- Siswa diajak berdoa baik
sebelum maupun sesudah
pembelajaran.
- Kehadiran siswa diperiksa
secara rutin. Guru memastikan
seluruh siswa siap mengikuti
pembelajaran.
- Mengarahkan orang tua siswa
untuk memanfaatkan
sumber/bahan/media
pembelajaran yang tersedia di
rumah (sesuai dengan rencana
program yang telah dirancang
dan dibagikan kepada orang
tua/wali)
Saat pembelajaran luring:
- Berkomunikasi dengan orang
tua/wali, memastikan siswa
siap mengikuti pembelajaran
dengan metode guru kunjung /
menonton tayangan program
188 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...
No. Langkah Kegiatan Keterangan
televisi atau radio, atau belajar
mandiri dengan bahan ajar
yang telah disediakan
sebelumnya.
- Siswa diajak berdoa baik
sebelum maupun sesudah
pembelajaran.
- Kehadiran siswa diperiksa
secara rutin. Guru memastikan
seluruh siswa siap mengikuti
pembelajaran.
5. Melakukan aktivitas Muatan pembelajaran memuat:
pembelajaran sesuai dengan - Pendidikan kecakapan hidup
program yang telah disusun terkait pandemi COVID-19.
Memantau aktivitas peserta - Konten rekreasional dan
didik dalam LMS. ajakan melakukan olahraga/
Menyampaikan materi kegiatan fisik dalam upaya
sesuai metode yang disusun menjaga kesehatan mental
sebelumnya dan fisik siswa (Kemendikbud,
Memastikan orang tua/wali 2020)
peserta didik atau peserta - Konten kearifan lokal yang
didik mendukung proses sesuai dengan tempat tinggal
pembelajaran daring. siswa. Kearifan lokal meliputi
(Akbar, 2020): bahasa, sistem
sosial, sistem IPTEKS, sistem
ekonomi mata pencaharian,
sistem religi, kesenian dan
hasil karya. Guru menyisipkan
konten yang sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai
pada pembelajaran di hari
tersebut.
C. Setelah Pembelajaran
6. Memberikan kesempatan Saat pembelajaran daring:
pada siswa untuk bertanya, - Memberi kesempatan siswa
mengemukakan pendapat, untuk bertanya melalui
dan/ atau melakukan aplikasi/platform
refleksi pembelajaran.
- Membuka forum diskusi untuk
. mengemukakan pendapat,
bertanya, dan melakukan
refleksi.
- Meminta siswa untuk mengisi
lembar aktivitas pengalaman
Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 189
No. Langkah Kegiatan Keterangan
belajar sebagai bahan
pemantauan belajar harian.
- merefleksi proses dan hasi
belajar, merefleksi lembar
aktivitas/pengalaman belajar
siswa.
- Membuka layanan konsultasi
bagi peserta didik yang
mengalami kesulitan.
.
Saat pembelajaran luring:
- Memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya,
mengemukakan pendapat,
dan/ atau melakukan refleksi
7. Membuka kesempatan - Tugas dapat dikumpulkan
untuk mengumpulkan tugas harian melalui media
(bila ada), mempersilakan komunikasi seperti whatsapp
orang tua/wali mengirimkan group.
bukti aktivitas belajar di - Tugas yang berupa produk
rumah serta memberikan fisik dapat dikumpulkan
umpan balik kepada siswa setiap akhir minggu (saat
guru berkunjung ke rumah
atau orang tua/wali
berkunjung ke sekolah)
- Untuk menilai ketercapaian
kompetensi siswa tidak harus
dalam bentuk tugas, namun
dapat juga menjawab kuis
yang tersedia dalam platform
pembelajaran,
mengemukakan pendapat,
lembar aktivitas yang
dipantau orang tua, dan
sebagainya.
- Guru dapat meminta
orangtua/wali untuk
mengumpulkan foto/video
terkait aktivitas pada suatu
pembelajaran, mengambil
foto lembar aktivitas yang
telah diisi dan
mengirimkannya melalui

190 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


No. Langkah Kegiatan Keterangan
platform pembelajaran atau
media komunikasi.

Demikian contoh panduan menyusun desain blended learning


berbasis kearifan lokal pada pembelajaran tematik di sekolah dasar
selama satu minggu. Guru dapat mengembangkan program
pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa, ketersediaan
sarana prasarana, kearifan lokal di daerah masing-masing.
Diharapkan dengan adanya nilai-nilai lokal yang disisipkan dalam
pembelajaran di era new normal dapat melindungi dan
mengembangkan siswa menjadi generasi penerus yang baik dan
berbudi luhur di era globalisasi dan informasi saat ini.

Kesimpulan
Era kenormalan baru memaksa seluruh aspek kehidupan
untuk melek terhadap teknologi. Seperti halnya dalam dunia
pendidikan, pemerintah telah menyusun pedoman skenario
pembelajaran jarak jauh yang dapat digunakan satuan pendidikan
untuk pelaksanaan belajar dari rumah (BDR). Penerapan
pelaksanaan BDR ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu
pembelajaran daring dan luring. Akan tetapi, berdasarkan hasil
suvei dan wawancara dari sejumlah guru sekolah dasar
menunjukkan bahwa pelaksanaan BDR dengan menggunakan dua
pendekatan tersebut belum berjalan secara optimal sehingga
dibutuhkan kolaborasi dari kedua pendekatan tersebut, yang
dikenal dengan istilah blended learning.
Blended learning merupakan suatu strategi pembelajaran
yang memadukan antara online learning (daring) dan offline
learning (luring) dengan mengombinasikan berbagai teknologi dan
pendekatan pedagogi. Dalam melaksanaan strategi blended
learning, guru perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya 1)
metode dalam strategi blended learning (pembelajaran daring yang
dilakukan secara sinkron dan asinkron, sedangkan pembelajaran
luring dapat dilakukan melalui home visit dan tatap muka
terjadwal); 2) media dalam strategi blended learning (media dalam
Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 191
pembelajaran daring meliputi aplikasi video conference atau
teleconference, aplikasi LMS, aplikasi media sosial, aplikasi
assesment tools, dan website sebagai sumber belajar, sedangkan
media dalam pembelajaran luring meliputi buku digital dan bahan
ajar cetak, modul dan lembar kerja, TV, Radio, dan alat peraga
laingkungan sekitar); 3) Penilaian dalam strategi blended learning
(penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan).
Selain ketiga komponen di atas, hal terpenting dan utama
dalam pelaksanaan strategi blended learning di era new normal ini
yaitu kesesuaian desain pembelajaran yang digunakan guru dengan
kebutuhan belajar peserta didik. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk
melakukan suatu inovasi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat di tempat
tinggal siswa sebagai sumber belajar. Melalui pembelajaran
berbasis kearifan lokal ini, nilai-nilai luhur kebudayaan dapat
diperkenalkan kepada siswa serta dapat dikembangkan sehingga
menjadikan siswa sebagai makhluk yang bangga dan dapat
mengembangkan budaya bangsanya. Tentu dalam pelaksanananya
guru sekolah dasar perlu berkolaborasi dengan orang tua/wali siswa
terkait ketersediaan sarana prasarana pembelajaran seperti
smartphone,/gadget, komputer, laptop, maupun akses internet;
aplikasi media pembelajaran blended learning yang akan
digunakan; cara penggunaan aplikasi; materi dan jadwal
pelaksanaan pembelajaran. Dengan hal tersebut, maka diharapkan
pelaksanaan strategi blended learning berbasis kearifan lokal ini
dapat berjalan secara optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan.

Daftar Pustaka
Akbar, S. (2020). Pembelajaran Produktif dalam Konteks Merdeka
Belajar bagi Murid SD di Rumah. Webinar Belajar dari Rumah:
Pembelajaran PAUD dan SD di Masa Pandemi Covid-19.
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran
Universitas Negeri Malang.

192 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


Anitah, S. (2009). Tekonologi Pembelajaran. Surakarta: Inti Media
bersama Learning Resources Center, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, UNS.
Anita, S. (2014). Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Aprilia, T., Sunardi, & Djono. (2017). Penggunaan Media Sains
Flipbook dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal
Penelitian Teknologi Pendidikan (Teknodika), 15 (2), 74-82.
Arsyad, A. (2019). Media Pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo
Persada.
Ceylan, V. K., & Kesici, A. E. (2017). Effect of blended learning to
academic achievement. Journal of Human Sciences, 14(1),
308-320.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum
2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Garrison, D. R., & Vaughan, N. D. (2011). Blended learning in higher
education: Framework, principles, and guidelines. San
Francisco: Jossey-Bass.
Graham, C. R. (2013). Emerging practice and research in blended
learning. In M. G. Moore (Ed.), Handbook of distance
education (3rd ed.). New York: Routledge.
Hartanto, W. (2016). Penggunaan ELearning Sebagai Media
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, X(1), 16 - 31.
Ho, V., Nakamori, Y., Ho, T., dkk. (2016). Blended learning model
on hands-on approach for in-service secondary school
teachers: Combination of E-learning and face-to-face
discussion. Educ Inf Technol, 21, 185–208.
https://doi.org/10.1007/s10639-014-9315-y.
Hrastinski, S. (2019). What Do We Mean by Blended Learning?.
TechTrends. 63, 564–569 (2019).
https://doi.org/10.1007/s11528-019-00375-5.
Hwang, R. H., Lin, H. T., Sun, J. C. Y., & Wu, J. J. (2019). Improving
learning achievement in science education for elementary

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 193


school students via blended learning. International Journal of
Online Pedagogy and Course Design (IJOPCD), 9(2), 44-62.
Kemendikbud. (2014). Permendikbud RI No. 104 Tahun 2014
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. (2016). Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. (2020). Surat Edaran Sekertaris Jenderal
Kemendikbud No.15 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kunandar. (2015). Penilaian Autentik. Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.
Kuntoro, S. A. (2012). Konsep pendidikan berbasis kearifan lokal
sebagai dasar pembentukan karakter bangsa (The concept of
education based on local wisdom as the basis of character
formation of the nation). Prosiding Seminar Nasional Ilmu
Pendidikan (Proceedings of the National Seminar on
Education). Program Studi Ilmu Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
Lasmiyati, & Idris, H. (2014). Pengembangan Modul Pembelajaran
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat SMP.
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 9 (2), 161-174.
Available online at:
http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras.
Mastuti, E. (2016). Pemanfaatan Teknologi dalam Menyusun
Evaluasi Hasil Belajar:Kelebihan dan Kelemahan “Tes Online”
untuk Mengukur Hasil Belajar Mahasiswa. Jurnal Penelitian
Psikologi, 7 (1), 10-19.
Mason, R. & Rennie, F. (2010). E-Learning: Panduan Lengkap
Memahami Dunia Digital dan Internet. Yogyakarta: Pustaka
Baca.
Morrison, G. R., Kemp, E. J, & Ross, S. M. (2004). Designing
effective instruction. New York, NY: Merrill.

194 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


Nadlir, M. (2014). Urgensi pembelajaran berbasis kearifan lokal.
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education
Studies), 2(2), 299-330.
Panagiotakopoulos,Tsiatsos, Lionarakis, & Tzanakos (2015).
Teleconference in support of distance learning: Views of
educators. The Journal for Open and Distance Education and
Educational Technology, 11 (1), 38-50.
Prastowo, A. (2015). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Sani, R. A. (2019). Strategi Belajar Mengajar. Depok: Rajawali Pers.
Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Semler, S. (2005). Use Blended Learning to Increase Learner
Engagement and Reduce Training Cost
(http://www.learningsim.com/content/lsnews/
blended_learning1.html), diakses 20 Juli 2020
Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russel, J. D. (2007). Instructional
technology and media for learning. Saddle River.
Sudjana, N., & Rivai, A. (2013). Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta:
Pedajogja.
Tampubolon, H., dkk. (2012). Learning Management System
dengan Metode Collaborative Learning Menggunakan
Platform Jejaring Sosial Facebook. Jurnal Dunia Teknologi
Informasi, 1 (1), 1-6.
Thobroni, M. & Mustofa, A. (2011). Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Usta, E., Mahiroğlu, A. (2015). Harmanlanmış Öğrenme ve Çevrimiçi
Öğrenme Ortamlarının Akademik Başarı ve Doyuma Etkisi. Ahi
Evran Üniversitesi Kırşehir Eğitim Fakültesi Dergisi, 9 (2), 1-
15. Retrieved from
http://dergipark.gov.tr/aeukefd/issue/1418/17010
Utari, Unga. (2016). Pembelajaran Tematik Berbasis Kearifan Lokal
di Sekolah Dasar dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi

Amalia Rizki Ardiansyah & Tika Aprilia 195


Asean (MEA). Jurnal Teori Dan Praksis Pembelajaran IPS. Vol.
1 No. 1 April 2016, Issn 2503 – 1201.
Wikipedia. (2020). Media sosial. Diakses dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial pada tanggal 22
Juli 2020.
Wikipedia. (2020). Konferensi Video. Diakses dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_video pada tanggal
22 Juli 2020.
Wikipedia. (2020). Perancangan Web. Diakses dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Perancangan_web pada tanggal
22 Juli 2020.
Yana, D., & Adam. (2019). Efektivitas Penggunaan Platform LMS
sebagai Media Pembelajaran Berbasis Blended Learning
terhadap Hasil Belajar Mahasiswa. Jurnal Dimensi Unrika, 8
(1), 1-12.

196 Desain Pembelajaran Sekolah Dasar di Era New Normal ...


View publication stats

Anda mungkin juga menyukai