PENDAHULUAN
Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa
Akibatnya, mereka tidak mampu beradaptasi dan berkompetisi untuk bisa bangkit dari himpitan
kebodohan, kemiskinan, dan kemelaratan dalam kehidupannya. Setiap warga masyarakat perlu
memiliki kemampuan keaksaraan fungsional, yang memungkinkan seseorang dapat beradaptasi dan
Tujuan berbangsa secara eksplisit tertulis dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dalam rangka itulah tiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan. Pandangan idealistik ini mendasari pentingnya pendidikan dalam kehidupan bangsa.
Tidak terbantahkan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin
perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang memberikan arahan
normatif bagi pembangunan pendidikan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka ditempuh tiga jalur
Komitmen nasional yang secara tegas terformulasi dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, diikuti dengan Instruksi Presiden nomor 5 tahun
2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
nasional tersebut, maka pada jalur pendidikan nonformal, melalui prakarsa keaksaraan untuk
pemberdayaan masyarakat, Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pendidikan
Pendidikan Nonformal dan Informal sejak tahun 2009 menyediakan layanan program
pendidikan keaksaraan, baik keaksaraan dasar yang merupakan program pemberantasan buta aksara
maupun keaksaraan usaha mandiri atau menu ragam keaksaraan lainnya yang merupakan program
pemeliharaan dan peningkatan kemampuan keaksaraan. Hal ini dilakukan karena terdapat
kecenderungan para aksarawan baru atau penduduk dewasa yang sudah pernah mengikuti
pendidikan keaksaraan kembali buta huruf apabila kemampuan keaksaraannya tidak digunakan
Dalam merealisasikan komitmen nasional tersebut, maka pada jalur pendidikan nonformal,
melalui Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal
sejak tahun 2009 menyediakan layanan program pendidikan keaksaraan, baik keaksaraan dasar
yang merupakan program pemberantasan buta aksara maupun keaksaraan usaha mandiri atau menu
ragam keaksaraan lainnya yang merupakan program pemeliharaan dan peningkatan kemampuan
keaksaraan. Hal ini dilakukan karena terdapat kecenderungan para aksarawan baru atau penduduk
dewasa yang sudah pernah mengikuti pendidikan keaksaraan kembali buta huruf apabila
sehingga +apat meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya. Pembelajaran keaksaraan untuk warga
belajar (WB) telah dilakukan oleh berbagai program yang bersentuhan langsung dengan kegiatan
pembelajaran keaksaraan dan peluang maupun permasalahan yang terjadi di masyarakat dewasa ini.
Salah satu kompetensi yang seyogianya dimiliki para lulusan Program S1 PGSD adalah
kompetensi sosial, yaitu bagaimana para lulusan dapat memberi kontribusi secara aktif dalam
mengembangkan masyarakat disekitarnya dengan mempraktikan segala ilmu yang telah diperoleh
saat mengikuti pendidikan pada Program S1 PGSD, sehingga kita sebagai mahasiswa Program S1
masyarakat. Program Pendidikan Masyarakat yang menjadi substansi praktik mata kuliah
Buta Aksara merupakan suatu masalah nasional yang sampai saat ini belum tuntas sepenuhnya,
maka dari itu untuk mengatasi masalah buta aksara pemerintah mengadakan Program Keaksaraan
Fungsional yang diadakan di desa-desa yang masih banyak masyarakat buta huruf, dengan adanya
program ini diharapkan masyarakat bisa membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi sehingga
Sesuai dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
diikuti oleh PP No. 19 Tahun 2005, serta UU Guru dan Dosen, bahwa guru sebagai sebuah profesi
harus memenuhi beberapa kompetensi. Salah satu elemen kompetensi yang harus melekat pada
profesi guru tercakup dalam rumpun kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik/guru sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan
demikian, agar guru sebagai pendidik memiliki kemampuan yang diamanatkan dalam UU dan PP
tersebut, maka diperlukan sebuah kegiatan bagi guru yang sedang mengikuti pendidikan S1 untuk
melatih keterampilan mereka dalam berkehidupan sosial serta memberikan kontribusi dalam
masyarakat di lingkungannya. Salah satu program pendidikan dalam masyarakat yang paling efektif
Desa Long Pahangai merupakan salah satu desa di kecamatan Long Pahangai, Kabupaten
Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur yang jauh dari keramaian kota sehingga bisa dibilang
suatu desa yang terpencil dan berada di daerah Perbatasan Indonesia Malaysia. Akses untuk masuk
ke desa ini menggunakan jalur sungai dengan speed boat dan Long Boat (perahu panjang) dengan
waktu tempuh 5 jam dengan speed boat dan dengan long boat biasanya di tempuh 7 – 12 jam
tergantung kondisi air karena terdapat riam-riam (pusaran air) yang ganas pada saat sungai banjir
serta batu-batu cadas di tengah sungai jika dalam kondisi surut akan menyulitkan motoris dalam
mengendarai speed ataupun long boat. Dengan begitu dapat dikatakan harga sembako di des ini 2
kali lipat atau bahkan 3 kali lipat dengan harga di kota. Di desa Long Pahangai mayoritas
pekerjaanya adalah umumnya bertani (berladang) dan buruh tani dari mereka kecil dan berkebun
sehingga rata-rata orang tua di Long Pahangai tidak bisa membaca dan menulis selain itu, sebagian
warga masyarakat memiliki pekerjaan sebagai pembuat anyaman tradisional, pedagang, pegawai
negeri, dan swasta. Mereka tidak bisa menikmati bangku sekolah ataupun hanya bisa mengenyam
penididikan hingga kelas 1 sampai 5 SD dikarenakan tidak adanya biaya dan anggapan mereka
bahwa bertani tidak harus bisa mempunyai kemampuan membaca dan menulis, apalagi untuk
perempuan diantara mereka hanya sedikit yang dulunya bisa bersekolah sehingga pengetahuan yang
mereka dapat sangat minim sekali. Bagi sebagian kaum perempuan dewasa dan ibu rumah tangga,
selain memiliki tingkat pendidikan yang rendah atau buta huruf, juga tidak memiliki keterampilan
kerja, sehingga hidupnya tergantung kepada kaum laki-laki atau suami. Hal ini, perlu mendapat
intervensi dalam kehidupan mereka, terutama di bidang pendidikan nonformal, agar mereka dapat
berdaya guna. Penyebab utama mereka buta aksara adalah mereka belum menyadari permasalahan
yang melingkupi dirinya jika buta aksara, belum ada program pembelajaran keaksaraan yang dapat
melayani mereka, masih ada anggapan bahwa kaum perempuan tidak perlu melek aksara yang
penting dapat menjadi ibu rumah tangga dan mendampingi suami dengan baik. Untuk mengakses
Latar belakang ekonomi masyarakatnya yaitu kemiskinan sehingga tidak dapat membiayai
pendidikan anak usia sekolah. Faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi buta aksara,
diantaranya: Kemiskinan adalah faktor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara.
Karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah.
Dalam kegiatan pembimbingan ini adalah pada umumnya ingin tahu baca tulis walaupun
sudah berumur, jadi mereka memiliki kesadaran pentingnya endidikan, warga binaan yang
mendaftar mengatakan bahwa setidaknya bisa baca tulis sehingga mampu mengajar anak dan cucu
warga binaan yang juga masih belum terlalu mengerti tentang angka dan aksara. Ada juga alasan
karena wilayah Long Pahangai khususnya banyak dibutuhkan tenaga yang bisa bekerja di kantor-
kantor pemerintah dan juga banyak perusahaan terbuka yang bergerak dibidang jalan dan bangunan
(pembukaan akses jalan darat) dan hal itu di butuhkan ijazah dan setidaknya bisa baca tulis. Dengan
mereka bisa baca tulis maka mereka bisa mengikuti program paket A yang di programkan
pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu untuk mendapatkan ijazah yang dapat digunakan untuk
memperoleh pekerjaan. Karena program paket A hanya untuk yang bisa baca dan menulis.
Apabila dilakukan bimbingan terhadap para pesertanya maka akan dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dibidang keterampilan khususnya. Selain itu kegiatan ini juga dapat
Permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia adalah tingginya tingkat warga buta aksara
yang disebabkan oleh tingkat kemiskinan sehingga sebagian waktunya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya, juga disebabkan oleh terisolasinya kediaman penduduk sehingga sulit
Masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta
huruf dan berkeinginan kuat untuk belajar calistung (baca, tulis, dan berhitung). Untuk memotivasi
pembelajaran mereka maka diperlukan suatu pendekatan yang sesuai dengan karakter dan kultur
yang ada dalam masyarakat agar buta aksara dapat diperkecil. Kesulitan yang dihadapi oleh warga
belajar buta aksara lanjutan adalah walaupun mereka sudah dapat membaca dan menulis tetapi
masih belum lancar. Sehingga walaupun mereka sudh memiliki pengetahuan, namun mereka belum
memiliki kemampuan fungsional yang diperlukan dalam kehidupan sehari–hari. Hal tersebut
karena mereka biasanya jarang menggunakan keterampilan membaca, menulis dan berhitung dalam
kehidupan sehari–harinya.
Tingkat belajar keaksaraan fungsional bidang buta aksara lanjutan, kesulitan yang dihadapi
warga belajar dalam pelajaran membaca, menulis, dan berhitung adalah adanya rasa kaku dalam
menulis, belum mampu mengartikan sebuah kalimat dengan jelas, serta adanya kesulitan dalam
berhitung. Dengan kata lain para warga belajar mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan ajar,
kurangnya tenaga pembimbing,serta kurang tepatnya metode penerapannya dalam kehidupan sehari
– hari.
Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi warga belajar (WB) mahasiswa sebagai tutor
1. Bagaimana cara meminimalkan tingginya tingkat warga buta aksara yang terjadi saat ini.
2. Bagaimana cara memotifasi minat warga belajar untuk terus belajar dan menyadari pentingnya
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program pemberantasan buta aksara ini
adalah membangkitkan dan meningkatkan kemampuan warga belajar dalam membaca, menulis, dan
berhitung, sehingga tercipta masyarakat yang cerdas, menjadi sebuah program kegiatan belajar
masyarakat, dan mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam rangka pemberantasan
buta aksara, sehingga mereka yang telah “melek huruf” tidak menjadi buta aksara kembali.
Tujuan Umum
3) Sebagai bukti dari penulis telah melaksanakan praktik program Pembelajaran Keaksaraan
Tujuan Khusus adalah untuk meningkatkan hasil warga belajar ( WB ) dalam mengembangkan
Laporan praktik pembelajaran keaksaraan dibuat melalui serangkaian proses sebagai berikut :
1. Tahap persiapan yakni memperoleh bimbingan teknis dari dosen pembimbing mata kuliah,
mempelajari format pelaporan yang diberikan, mengumpulkan data dan informasi dari PKBM (
Pusat Kegiatan Belajar Mengajar ) warga belajar dan teman – teman sejawat.
3. Tahap evaluasi produk yaitu konsultasi dan pengesahan laporan praktik oleh pejabat yang
berwenang.
Obyek pelaporan adalah : kegiatan praktik pembelajaran keaksaraan fungsional terhadap tujuh (
Ruang lingkup pelaporan meliputi : sasaran kegiatan, materi dan program kegiatan, teknik
program pembelajaran serta hasil –hasil yang dicapai dalam dalam kegiatan praktik
pembelajaran keaksaraan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3) Melakukan identifikasi kemampuan awal dan kebutuhan warga belajar dengan cara :
a) Menilai kemampuan awal calon warga belajar dengan format chek list dan daftar isian (data
terlampir)
b) Menjaring informasi tentang kebutuhan calon warga belajar dengan format wawancara
8) Membuat kegiatan baca, tulis, hitung sesuai topik yang sudah dipilih.
10) Menyimpulkan segala informasi yang diperoleh dari langkah kegiatan poin sampai dengan
mengisikan pada format rencana kegiatan.
a) Membentuk struktur dan memperkuat unsur-unsur kelompok. Hal pertama yang perlu
dilakukan oleh tutor dan penyelenggara adalah membentuk kelompok belajar. Kelompok
belajar bukanlah kumpulan orang, melainkan harus terjalin suatu interaksi diantara mereka
sehingga terbentuk sebuah kesatuan kelompok belajar. Hal yang paling sederhana yang perlu
informasi tentang kemampuan awal dalam hal membaca, menulis, berhitung, dan pengetahuan
dasar yang mereka miliki. Hasil pengukuran kemampuan awal itu sebaiknya direkam / dicatat
dengan baik dan digunakan sebagai titik awal dalam mengembangkan program belajar.
Bersama dengan itu, sempat dilakukan identifikasi kebutuhan belajar keterampilan. Kegiatan
ini dilaksanakan untuk mengetahui kebutuhan belajar ketermapilan yang dinginkan dan
memiliki oleh warga belajar, maka tutor bersama warga belajar menentukan prioritas
c) Mengidentifikasi tema-tema lokal dan sumber daya belajar setempat seiring dengan
pendekatan kemampuan awal dan kebutuhan belajar atau masalah sosial disekitar warga
belajar, penting pula tutor melakukan identifikasi terutama yang berguna untuk mendukung
penyelenggaraan pembelajaran. Termasuk juga sumber daya lokal yang perlu diidentifikasi
adalah program, badan usaha, toko, pasar dan tempat- tempat yang dijadikan sebagai sumber
belajar.
d) Memilih metode pembelajaran berdasarkan kemampuan awal, jenis kebutuhan belajar dan
sumber daya belajar yang terdata, maka tutor dapat memilih dan menyusun metode
pembelajaran yang sesuai. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh
tutor dalam memfasilitasi pembelajaran keaksaraan. Metode pembelajaran itu misalnya dengan
menggunakan Metode Abjad, Metode SAS (Structure Analytic Shytetic), Metode PBB
(Pendekatan Pengalaman Bahasa), Metode Kata Kunci (Key Words), Metode Abjad / Huruf,
lingkungan, manusia dan kondisi yang menghasilkan sumber informasi yang diperlukan dalam
proses pembelajaran keaksaraan. Misalnya buku, koran, bercocok tanam, lingkungan sekitar
a) Menyiapkan media dan alat pembelajaran yang disiapkan sebaiknya yang bersifat lokal,
murah, serta fungsional dalam mendukung ketercapaian tujuan belajar. Bahan dan media
belajar pendidikan keaksaraan dapat juga memanfaatkan bahan-bahan cetak yang ada di
masyarakat, seperti buku-buku, koran, majalah, resep makanan, resep obat, kartu tanda
penduduk (KTP), dan sebagainya. Bahkan uang kertas dan uang logam dapat dimanfaatkan
2) Penggaris
3) Papan Tulis
4) Buku
5) Kartu Gambar
6) Kartu Huruf
7) Kartu Kata
f) Menetukan alokasi waktu tergambar dalam format Rencana Pembelajaran adalah jumlah
pertemuan dan lama waktu setiap pertemuan, misalnya 2 x pertemuan (@ 120 menit).
g) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sebenarnya tidak ada prosedur baku yang harus
pembelajaran yang baik sangat tergantung pada kreatifitas dan kemampuan para tutor itu
sendiri.
h) Penilaian Proses dan Hasil Warga Belajar. Melakukan penilaian proses belajar dengan
menggunakan :
belajar dengan menggunakan test dan kuisioner akhir yang memanfaatkan untuk menilai
kompetensi warga belajar dan kelayakan dalam pemberia n : “ Surat Keterangan Melek
Aksara “ (SUKMA).
Hambatan
▪ Kurangnya bahan atau media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan warga belajar
▪ Kesulitan yang dihadapi oleh warga belajar buta aksara lanjutan adalah walaupun mereka sudah
dapat membaca dan menulis tetapi masih belum lancar. Sehingga walaupun mereka sudah
menggunakan.
▪ Perencanaan yang tidak matang, minimnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pembinaan dan rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi yang akan di ajarkan sehingga
▪ Tingkat belajar keaksaraan fungsional bidang buta aksara lanjutan, kesulitan yang dihadapi
warga belajar dalam pelajaran membaca, menulis, dan berhitung adalah adanya rasa kaku
dalam menulis, belum mampu mengartikan sebuah kalimat dengan jelas, serta adanya kesulitan
dalam berhitung. Dengan kata lain para warga belajar mengalami kesulitan dalam memperoleh
bahan ajar, kurangnya tenaga pembimbing,serta kurang tepatnya metode penerapannya dalam
terhambat. Peserta didik biasanya tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia sehingga terjadi
kendala yang dihadapi oleh pengajar yang mengajar karena tidak nyambungnya bahasa yang
daerah, sedangkan tutor tidak terlalu memahami Bahasa daerah karena merupakan pendatang
▪ Warga Binaan Sebagian kurang aktif dan masih malu-malu untuk mengikuti pembelajaran.
Warga Binaan yang kurang aktif dalam pembelajaran mungkin karena bosen dan malas dalam
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan malu untuk mengikutinya. Sehingga banyak sehingga
▪ Pengajar yang kurang Professional. Pengajar harus seprofesional mungkin, pengajar harus
mempunyai cara-cara dalam proses pembelajaran dan pengajar harus di beri pelatihan lagi oleh
dinas pendidikan.
▪ Program pemberdayaan bukan sebagai program berkelanjutan tapi hanya program sesaat.
Program memberantas buta aksara yang seharusnya menjadi program berkelanjutan malah
menjadi program yang sesaat. Hal ini bisa terjadi karena kemampuan pemerintah (dalam
penyediaan dana) yang terbatas. Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan
mininmal 20% di APBDnya, namun anggaran tersebut sering diselewengkan oleh pihak yang
tidak bertanggungjawab.
e) Merekrut tenaga professional yang dapat membantu dalam kegiatan pemberantasan buta
Sebelum penulis melaksanakan program praktik dan praktik dan penulisan laporan, penulis
fungsional bagi keaksaraan fungsional bagi para warga belajar, antara lain:
a) Ketidakmampuan orang tua karena masalah kemiskinan yang mempengaruhi anak usia
b) Kesadaran untuk mengikuti pendidikan yang masih minim, karena adanya anggapan
c) Biaya pendidikan yang tinggi khususnya pada lembaga pendidikan swasta seperti di
d) Masyarakat yan buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta
huruf.
Sesuai dengan masalah yang diidentifikasi maka penulis dapat menganalisa masalah yang ada
yakni:
1) Karena kemiskinan tidak dapat membiayai pendidikan anak usia sekolah maka anaak-anak
tersebut harus dibekali dengan ketrampilan menulis, dan berhitung mereka menjadi masyarakat
2) Untuk menjadi masyarakat yang mandiri, banyak orangtua berpersepsi bahwa untuk menjadi
orangtua yang berhasil ia harus memiliki gelar dari pendidikan tinggi tapi harus memiliki
3) Para warga belajar dibentuk dalam kelompok kecil (terdiri atas 7 orang) cukup meluangkan
4) Pendekatan yang sesuai dengan karakter dan kultur, dapat menarik minat warga belajar
Dan sesuai dengan masalah yang diidentifikasi dan dianalisis, penulis mencoba mencari jawaban
1) Apa masalah dasar yang menyebabkan angka buta aksara belum teratasi?
2) Bagaimana cara yang paling mudah agar semua orang terbebaskan dari buta aksara?
3) Dimana tempat yang memudahkan para warga belajar untuk selalu hadir tanpa membuang
banyak waktu?
4) Bahan dan alat apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanakn proses pembelajaran keaksaraan
fungsional?
5) Siapa saja yang harus berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional?
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi dan perumusan masalah yang dipaparkan, penulis akan
melakukan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional bagi para warga belajar yang buta aksara.
Demi efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran keaksaraan, penulis akan mendekati calon warga
belajar untuk meminta kesediaan mereka mengikuti pembelajaran tanpa beban ekonomi yang
memberatkan. Dengan melakukan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional kepada para warga
belajar hingga tuntas, besar harapan penulis bahwa para warga belajar dapat membaca, menulis, dan
berhitung dengan baik, sehingga kelak nanti mereka dinyatakan melek aksara dan mampu mendidik
Buta aksara adalah ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa Indonesia maupun bahasa
lainnya. Buta aksara juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk menggunakan bahasa dan
Dalam perkembangan saat ini kata buta aksara diartikan sebagai ketidakmampuan untuk membaca
dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf
bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga
Faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi buta aksara, diantaranya adalah kemiskinan adalah
factor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara. Karena untuk makan sehari-hari juga
masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah. Dengan faktor kemiskinan ini maka :
1. Orang tua yang buta aksara memiliki kecenderungan tidak menyekolahkan anaknya.
Orang tua enggan menyekolahkan anaknya karena orang tua nya sendiri tidak bisa
calistung.
2. Jauh dengan layanan pendidikan. Layanan pendidikan yang jauh juga menjadi faktor
seseorang menjadi buta aksara, contohnya saja di daerah pedalaman atau daerah
terpencil sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan. Mereka
yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi karena
sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan lebih baik menyuruh anak
a) Mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah. Pemerintah harus berupaya untuk menekan
anak usiaa sekolah yang tidak sekolah dan putus sekolah yang diakibatkan oleh masalah
b) Membuat cara-cara baru dalam proses pembelajaran. Membuat cara-cara yang baru yang
asyik agar peserta didik tidak bosan untuk belajar dan menjaga kemampuan beraksara bagi
peserta didik.
c) Adanya niat baik dan sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah harus mempunyai niat
yang baik, sungguh-sungguh dan serius untuk memberantas buta aksara untuk mencerdaskan
d) Perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam upaya percepatan pemberantasan buta aksara.
Pemberantasan buta aksara bukan saja tugas pemerintah semata tapi itu tugas kita semua
selaku generasi penerus bangsa. Jadi semua pihak harus berpartisipasi untuk memberantas
buta aksara, contohnya ibu-ibu PKK harus ikut serta, organisasi masyarakat (Ormas),
mahasiswa yag sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan anggota TNI yang mempunyai
PELAKSANAAN PROGRAM
Pahangai, Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur.
3.1.2 Waktu Kegiatan praktik Pembelajaran Keaksaraan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2022.
3.2 Materi Pelatihan / Kegiatan
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka materi pembelajaran yang disajikan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dari para WB
membaca dan menulis kata, menggunakan bahasa Indonesia dalam konteks sehari –
hari.
keaksaraan tingkat dasar, yaitu : mampu membaca dan menulis kata serta
3.3.1 Strategi
konteks lokal, desain lokal, proses partisipatif, dan fungsionalisasi hasil belajar
Kegiatan dilaksanakan 8 hari pada bulan Mei dari tanggal 03 Mei sampai dengan tanggal 10
Mei 2022
BAB IV
kegiatan sampai dengan akhir kegiatan, dengan aspek nilai beserta skornya sebagai berikut :
a) Membaca : 65 – 85
b) Menulis : 70 – 90
c) Berhitung : 60 – 80
Setelah diadakan observasi dan tanya jawab dengan warga belajar, maka diketahui
permasalahan yang dihadapi oleh warga belajar terutama pembelajaran membaca, menulis, dan
a) 5 Orang warga lancar membaca, tapi menulis dan berhitung tidak lancar
Kegiatan praktek lapangan ini bersifat menunjang program pemerintahan dalam rangka
Evaluasi produk dilaksanakan sesuai dengan jenis keterampilan yang diminati setiap warga
a) Membuat kue
b) Tukang Kayu
c) Menganyam
d) Memasak
e) Tukang kayu
Berdasarkan hasil diskusi setelah observasi dan pengajian materi,maka hasil yang dicapai
setelah penyajjian materi baca,tulis,hitung ialah hasil secara kualitatif. Hasil belajar yang dicapai
Keterampilan membaca adalah suatu keterampilan untuk memperoleh pesan dari suatu
tulisan,seperti yang dijelaskan oleh Tarigan(1990) dia menyatakan “membaca” adalah suatu proses
yang dilakukan sastra untuk memperoleh pesan –pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata –kata/bahasa tulis. Warga belajar memiliki kreatifitas untuk menciptakan
suasana belajar membaca,menulis,dan berhitung dengan memanfaatkan barang –barang yang tidak
terpakai lagi seperti :kalender,koran bekas,dan kemasan –kemasan sebuah produk.Kemudian warga
belajar lebih terampil membagi waktu untuk belajar sendiri di rumah sesuai dengan materi yang
diberikan.
4.3 Pembahasan
Hasil – hasil penilaian, baik penilaian proses maupun penilaian produk selalu diinformasikan
kepada peserta tes( WargaBelajar ) pada setiap akhir kegiatan penilaian untuk ditindak lanjuti.
a) Sebagai alat mengevaluasi diri serta menilai obyektifitas teknik dan alat penilaian yang
digunakan.
c) Memberikan layanan bimbingan khusus secara induvidu maupun kelompok yang berprestasi
dan penguatan kepada individu atau kelompok yang prestasinya belum maksimal.
Dari hasil observasi disimpulkan bahwa kinerja warga belajar selama proses pembelajaran
sangatlah baik karena didalam pembelajaran keaksaraan fungsional khususnya bidang buta aksara
lanjutan,warga belajar dituntut untuk lancar membaca,menulis,dan berhitung dengan baik.Hail ini
membuat warga belajar bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran dan berusaha
dengan baik.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar dibidang
buta aksara lanjutan dapat membuat warga senang dalam belajar.Hal ini dapat kita lihat dari kinerja
warga yang tinggi,sikap warga belajar yang postif didukung dengan kemampuan yang tergolong
baik Walaupun hasil praktek lapangan yang didapat memuaskan,namun tutor juga mengalami
kendala dalam membagi waktu pada saat praktek di lapangan.Seharusnya pada tiap pertemuan
kerjanya.Hal ini disebabkan karena pelaksanaan membutuhkan waktu yang relatif lama.Hambatan –
hambatan tersebut dikarenakan praktek lapangan ini memerlukan waktu yang lama,sedangkan
waktu yang disepakati bersama dalam melaksanakan kegiatan ini hanya dilaksakan dalam waktu
yang singkat.
SetiapWarga Belajar( WB ) mempunyai tingkat keaktifan yang berbeda – beda antara satu
warga belajar dengan warga belajar lainnya tingkat keaktifan 10 warga belajar yang dibimbing dapat
a) Sangat aktif : 20 %
b) Aktif : 30 %
c) Cukup aktif : 50 %
d) Masa bodoh : – %
Keaktifan warga belajar memang sangat berperan dalam kegiatan pelaksanaan keaksaraan
fungsional ini,dalam hal ini ada beberapa langkah – langkah yang perlu disampaikan yaitu :
1) Warga belajar datang tepat waktu,kegiatan pembelajaran dimulai dengan cerita tanya
jawab,dimana warga belajar bebas mengeluarkan pendapat yang berkenaan dengan kegiatan
ini.
4) Topik pembelajaran baca dan tulis sesuai dengan kebutuhan pekerjaan sehari –hari.
5) Tutor mengajak warga belajar untuk latihan menghitung bersama –sama dimulai dengan
menghitung sederhana.
7) Tutor meminta warga belajar untuk merangkai beberapa kalimat menjadi sebuah paragrap
sederhana.
yang dikembangkan dalam program keaksaraan fungsional terdiri atas penilaian awa,penilaian
BAB V
5.1 Simpulan
Setelah melaksanakan praktik pembelajaran keaksaraan sampai dengan proses pembuatan
1) Warga belajar yang memiliki karakter yang beragam akan berpotensi membangun diri dari
lingkungannya bila diarahkan, dibimbing dan dibina secara bertanggung jawab, demikian
sebaliknya jika tidak dibina secara baik dan benar maka potensi belajar perlu disiasati secara
arif dan bijaksana melalui yang dimiliki tidak berarti bagi diri dan lingkungan sekitarnya.
2) Para warga program – program pembelajaran / bimbingan yang diseleksi dan disesuikan
dengan minat dan bakatnya, sehingga program pembelajaran keaksaraan benar-benar berhasil
5.2 Saran
membantu anak – anak, untuk aktualisasi diri, pekerjaan dan social kemasyarakatan serta
Kepada pemerintah dan semua pihak, untuk bekerjasama membangun warga belajar dengan
mencari solusi-solusi yang tepat demi memberdayakan warga belajar sehingga mereka bisa menjadi
warga yang cerdas bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
5.3 TindakLanjut
1) Mengaktifkan secara terus menerus kelompok belajar yang sudah dibina dengan
menyediakan program layanan yang lebih produktif sesuai bakat, minat, serta kondisi
swadaya masyarakat demi berkelanjutan dan pemberdayaan dari program pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN
• Mengenal huruf Alphabet A-Z, Vokal, Konsonan dan menulis serta membaca kalimat
pendek
Menguasai /
NO Keterampilan Calistung Tidak Keterangan
Menguasai
A MENULIS WB mampu
mengenal
Menuliskan ( sesuai dengan standar huruf konsonan dan
1 Menguasai
kompetensi keaksaraan tingkat dasar ) huruf fokal
Mencontoh tulisan dari kertas lain /
2 Menguasai
menyalin tulisan.
3 Tidak dapat menulis Tidak Menguasai
4 Menulis kalimat sendiri Tidak Menguasai
Dapat menulis huruf menjadi, tetapi
5 perlu bantuan untuk mengeja huruf Tidak Menguasai
demi huruf.
6 Menulis paragraph sendiri Tidak Menguasai
B MEMBACA Tidak Menguasai
Belum mengenal huruf sama sekali
1 Menguasai
atau sebagian saja
Membaca (sesuaikan dengan standar WB mampu mengenal
2 Tidak Menguasai huruf
kompetensi keaksaraan dasar )
Sudah membaca kata, tetapi terpata-
3 Tidak Menguasai
pata
1 WB mampu
Menuliskan ( sesuai dengan standar
kompetensi keaksaraan tingkat dasar ) Menguasai memaknai setiap
kata di baca
Mencontoh tulisan dari kertas lain / dengan di baca
Yang
2 Menguasai
menyalin tulisan. dengan yang
3 Tidak dapat menulis Menguasai di baca dengan
Benar
4 Menulis kalimat sendiri Menguasai
Dapat menulis huruf menjadi, tetaapi
5 Menguasai
perlu bantuan untuk mengeja huruf
demi huruf.
6 Menulis paragraph sendiri Tidak
Menguasai
B MEMBACA Menguasai
Belum mengenal huruf sama sekali
1 Menguasai
atau sebagian saja
Membaca (sesuaikan dengan standar
2 Menguasai
kompetensi keaksaraan dasar )
WB mampu
Sudah membaca kata, tetapi terpata- menulis kalimat
3 Menguasai sendiri tanpa
pata
Kenal huruf, tetapi belum dapat
4 mebaca rangkaian huruf menjadi satu Menguasai bantuan orang lain
kata
Membaca paragraf pendek dengan
5 Tidak
lancar
Menguasai
6 Sudah membaca dengan benar Menguasai
Memahami makna setiap kata yang
7 Menguasai
dibaca dengan benar.
C BERHITUNG Menguasai
A MENULIS
WB mampu
Menuliskan ( sesuai dengan standar
mengenal
1 kompetensi keaksaraan tingkat dasar ) Menguasai
A MENULIS