Anda di halaman 1dari 12

Ayat Kauniyyah: Mengenai Eksploitasi dan Konservasi Alam

Disusun untuk memenuhi tugas:

Nushus Qur’an dan Hadist dalam Aqidah


Dosen Pengampu:
Al-Ustadz Ahmad Reza Hutama Al-Faruqi, S.Fil .I, M. Ag.

Disusun Oleh:
Megi Nur Afifah
402019223060

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM 7

FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
1443/2022
Ayat Kauniyyah: Mengenai Eksploitasi dan Konservasi Alam
Abstrak
Tulisan ini membahas relevansi ayat al-Qur’an tentang ayat kauniyyah dengan
problematika alam hari ini yang semakin marak akibat keteledoran dan
keserakahan manusia. Disebutkan dalam al-Qur’an bahwa alam merupakan
fasilitas yang disuguhkan Allah SWT kepada manusia untuk dimanfaatkan.
Namun bukan hanya dimanfaatkan saja, melainkan manusia pun berkewajiban
untuk merawat dan menjaganya. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode
analisis pada relevansi antara problem alam yang disebutkan dengan ayat-ayat al-
Qur’an bertemakan aqidah mengenai alam. Penulis menemukan bahwa sejatinya
ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentang alam termuat di dalamnya aturan-
aturan yang telah ditetapkan tentang bagaimana cara untuk memperlakukan alam,
walaupun ada beberapa lembaga yang dibuat manusia membuat peraturan dengan
konsep yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa memang sejatinya ayat-ayat al-
Qur’an tentang ayat kaunniyah khususnya memang relevan dengan kondisi alam
pada zaman baru diturunkannya al-Qur’an, terlebih lagi di zaman ini, dimana
kerusakan alam telah merajalela.
Keywords: Alam, Ayat Kauniyah, Eksploitasi, dan Konservasi
Pendahuluan
Di era kemajuan seperti sekarang ini, penelitian-penelitian tentang alam
yang telah dilakukan sejak zaman dahulu semakin membuahkan hasil yang sangat
membantu kehidupan manusia. Hal tersebut ditandai dengan munculnya berbagai
ilmu dan teknologi yang dapat mengolah sumber daya alam, sehingga
pemanfaatan sumber daya alam semakin maksimal. Sebut saja teknik pertanian,
perkebunan, peternakan, pertambangan, dan lain-lain. Semua teknik tersebut tidak
semata-mata langsung ada, tetapi berasal dari pengetahuan manusia akan
pemanfaatan sumber daya alam baik yang dapat diperbarui, maupun yang tidak
dapat diperbarui dengan segala pengembangan-pengembangannya. Sehingga,
dengan pemanfaatan alam tersebut manusia dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya.
Namun terkadang, beberapa individu cenderung serakah dalam
memanfaatan sumber daya alam. Konteks keserakahan dalam pemanfaatan alam
muncul sejalan dengan paradigma Barat yaitu antroposentris, 1 Saat keserakahan
nampak, maka alam hanya dipandang sebagai objek keuntungan semata, tanpa
memperdulikan dampak buruk yang akan ditimbulkan apabila ekploitasi alam
dilangsungkan tanpa memperhatikan konservasi yang merupakan bentuk solusi
dan pemeliharaan alam. Oleh sebab itu, konservasi sangat dibutuhkan sebagai
penyeimbang dari eksploitasi.
1
Antroposentrisme merupakan sebuah paradigma yang menyatakan bahwa pusat dari
segala sesuatau adalah manusia. “ Anthropocentrism, philosophical viewpoint arguing that human
beings are the central or most significant entities in the world “ dikutip dari Encyclopedia
Britannica 2021.
Konservasi merupakan sebuah usaha penting yang dilakukan oleh
pengeksploitasi. Namun dalam prakteknya, tidak sedikit para pengekspoitasi SDA
tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Hal tersebut yang kemudian
menjadi akibat rusaknya keseimbangan alam. Ketika alam telah mengalami
kerusakan dan kehilangan keseimbangannya, maka yang akan terjadi adalah
muncunya bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain
sebagainya.2 Hal-hal tersebut terjadi karena kekurangpahaman manusia akan arti
alam yang sesungguhnya. Maka dari itu, penulis akan membahas alam dengan
perspektif dalil naqli yaitu Al-Qur’an.
Pembuktian (dalil) dalam Islam, berasal dari dua macam sumber. Sumber
yang pertama adalah dalil naqli yang terdiri dari Al-Qur’an dan sunnah. Adapun
Al-Qur’an tidak semata-mata diambil secara langsung dalamaplikasinya, namun
ada beberapa metode yang sudah diijtihadkan oleh ulama yang terdiri dari sahabat
Rasulullah, thabi’, dan thabi’ thabiin3. Metode tersebut berupa tafsir, dan ta’wil.
Sedangkan dalil yang diaplikasikan setelah dalil naqli adalah dalil aqli. Dalil aqli
berupa penalaran-penalaran yang digunakan oleh ulama mutakallimun dalam
dialegtika mereka dengan orang-orang yang belum mengimani rukun iman. Jadi,
dalam penerapannya, dalil naqli adalah dalil yang digunakan pertama kali, karena
kebenarannya yang mutlak. Setelah itu, barulah penggunaan dalil aqli sebagai
pendukung dalil naqli.4
Penerapan dalil aqli sering dikaitkan dengan hal-hal yang berkenaan
dengan penciptaan alam. Sejurus dengan hal tersebut, Al-Qur’an juga
menyebutkan ayat-ayat kauniyyah. Hal inilah yang unik dalam penggunaan ayat
kauniyyah, karena ayat tersebut (yang merupakan dalil naqli) menuntun manusia
untuk menyingkap dalil-dalil aqli dengan bertafakur tentang alam semesta5 yang
telah diciptakan oleh Sang Khaliq. Sehingga, ayat-ayat kauniyyah mengajak
manusia untuk berpikir tentang kebesaran Allah melalui sudut pandang Al-Qur’an
tentang alam.

Alam dalam Al-Qur’an

2
Reflita. Eksploitasi Alam dan Perusakan Lingkungan ( Istinbath Hukum Atas Auat-Ayat
Lingkungan). Dalam Jurnal Substantia Volume 17 Nomor 2, Oktober 2015, hal 148
3
Sahabat Rasulullah adalah ummat Muslim yang hidup di zaman Rasulullah dan berada
di bawah naungan Islam, thabi’ merupakan ulama pengikut sahabat-sahabat Nabi, namun tidak
hidup pada zaman Nabi, thabi’in yaitu ulama para pengikut thabi’. (Syaikh Abdul Aziz Marzuq
Ath-Tharifi. Akidah Salaf VS Ilmu Kalam Akar Konflik Penyimpangan Akidah di Dunia
Islam(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2022). hal 362.
4
KH. Imam Zarkasyi. Ushuluddin ( ‘Aqa’id) ‘Ala Madzhab Ahli-s-Sunnah Wal-l-
Jama’ah.(2014.Gontor: Trimurti Press)
5
Tafakur merupakan kata serapan yang berasal dari kata dalam bahasa Arab ‫ فكر‬berarti
perihal merenung, memikirkan atau menimbang-nimbang dengan sungguh sungguh (KBBI Offile).
Adapun tafakur tentang alam berarti merenungkan makna penciptaan alam agar tersingkap dalil-
dalil tentang Kebesaran Allah. (Abdullah bin Nuh. Tafakur Sesaat Lebih Baik dari Ibadah Seribu
Tahun Al-Ghazali. (Jakarta: Penerbit Mizan. 2014). hal 1)
Dalam kehidupannya, manusia sangat bergantung pada alam. Secara
etimologi, alam merupakan kata serapan dari bahasa Arab ‫ العامل‬. Adapun secara
terminologi, makna alam yang termuat dalam KBBI adalah segala yang ada di
langit dan di bumi (seperti bumi, bintang, kekuatan); lingkungan kehidupan;
segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya)
dan dianggap sebagai satu keutuhan; segala daya (gaya, kekuatan, dan
sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala
sesuatu yang ada di dunia ini; yang bukan buatan manusia. 6 Sehingga alam yang
dimaksud di sini adalah alam syahadah.
Adapun pembahasan tentang dalam ranah aqidah sudah banyak dibahas
oleh para filusuf Muslim, Mutakallimun serta Mutashawif. Namun di sini penulis
akan membahas tentang ayat-ayat di dalam al-Qur’an tentang alam. Ada beberapa
ayat yang menerangkan tentang alam di antaranya adalah ayat yang menerangkan
tentang keberadaan alam. Adapun ayat yang menerangkan tentang keberadaan
alam :

‫تسبح له السماوات السبع و األرض و من فيهن و إن من شيء إال يسبح حبمده ولكن‬
‫ال تفقهون تسبيحهمإنه كان حليما غفورا‬

)44 : ‫( اإلسراء‬
Artinya: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti
tasbih mereka. Sungguh Dia Maha Penyantun Maha
Pengampun.7
Dalam tafsirnya, Sayid Qutub menjelaskan bahwa langit dan bumi yang
merupakan alam yang diciptakan oleh Allah SWT merupakan makhluk yang juga
turut bertasbih mengaungkan Asma Allah secara terus-menerus,
berkesinambungan dan universal. Disebutkan pula bahwa bertasbihnya alam
mulai dari partikel sekecil atom, hingga seluruh jagad raya membuat hati manusia
seolah ikut merasakan tasbih mereka setiap kali dilakukan interaksi dengan alam.
Dan ketika hati sudah disucikan dari sifat-sifat yang tidak disukai Allah, maka
jiwa akan dapat menyingkap rahasia-rahasia tentang penciptaan alam semesta.8
Ayat lain yang menjelaskan tentang alam ada dalam surat Ar-Rad : 3

6
kbbi.id
7
Al-Qur’an Al Karim Surat Al-Isra’ ayat 44
8
Sayyid Qutub. Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an VII Juz XV : al-Isra’ dan Permulaan Al-Kahfi.
hal 262
‫ه و ال ذي رف ع الس ماوات بغ ري عم د تروهنا مث اس توي علي الع رش و س خر الس مش و‬
9
‫القمر كل جيرى ألجل مسمي يدبر األمر يفصل األيات لعلكم بلقاء ربكم توقنون‬
Artinya: Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana)
yang kamu lihat, kemudia Dia bersemayam di atas arsy. Dia
menundukkan matahari dan bulan: masing-masing beredar
menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan
(makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.

Ayat ini menjelsakan tentang penciptaan alam semesta yang semata-mata


diperuntukan bagi kemaslahatan manusia. Dalam ayat tersebut terdapat kalimat
sakhara yang berarti membebani sesuatu tanpa imbalan. Yang dimaksud dari kata
tesebut adalah penundukkan. Maka hal tersebut berarti penundukan Alam sebagai
bentuk kasih sayang Allah terhada manusia. 10
Dari ayat tersebut muncul sebuah konsep mengenai alam, atau yang
dikenal dengan konsep taskhir. Konsep ini selalu merujuk kepada ayat kauniyyah
di mana alam ditundukkan oleh Allah dengan mengikuti aturan-aturan Allah.
Dalam konsep ini juga dijelaskan bahwa manusia hanyalah hamba Allah dan tidak
mampu disandingkan dengan keagungan Allah. Dengan keagungan Allah tersebut
manusia dituntut untuk bertafakkur agar dapat menerima hikmah-hikmah yang
tersembunyi di balik penciptaan alam. 11 Oleh karena itu, terdapat kesinambungan
antara ayat kauniyyah dan konsep taskhir, yang dapat menuntun manusia agar
dapat menyingkap hikmah yang tesimpan dalam penciptaan alam.
Pembagian Alam
Terdapat perbedaan yang signifikan antara alam definisi Barat dan alam
definisi Islam. Hal tersebut juga berlaku pada klasifikasi alam antara keduanya.
Menurut Barat, alam adalah suatu hal yang fisik dan dapat diindera.12 Sedangkan
dalam Islam, alam bukanlah sekedar hal fisik, namun termasuk ke dalamnya, alam
nonfisik yang tidak dapat diindera manusia. Alam fisik didefinisikan dengan Alam
Syahadah, sedangkan alam nonfisik didefinisikan dengan Alam Ghayb. 13 Alam
Syahah berupa segala hal yang ada di semesta, seperti manusia, tumbuh-

9
QS Ar-Rad 2.
10
Imroatul Istiqomah. Konsep Taskhir dalam dalam Worldview Islam ( Pembahasan
tentang Konsep-Konsep Penting dlam Islam. (Ponorogo: Unida Gontor Press. 2018), hal 151
11
Ibid, hal 152
12
Paradigma tersebut biasa disebut dengan empirisisme. Empirisisme dalam ranah
ilmuberarti memilikh pengalaman sebagai sumber utama pengenalan seseorang pada suatu hal
yang baru baik secara lahir maupun batin. ( Mohammad Muslih. Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi
Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. (2019. Yogyakarta: LESFI). hal 55. )
13
M. Shoibul Mujtaba’. Konsep Alam dalam Worldview Islam ( Pembahasan tentang
Konsep-Konsep Penting dlam Islam. (Ponorogo: Unida Gontor Press. 2018), hal 135
tumbuhan, binatang, benda-benda, dan lain sebagainya. Sedangkan alam ghayb
berupa jin, malaikat, iblis, dan seterusnya.

‫وإذ قال ربك للمالئكة إين جاعل يف األرض خليفة قالوا أجتعل فيها من يفسد فيها و‬
14
‫يسفق الدماء و حنن نسبح حبمدك و نقدس لك قال أين أعلم ما آل تعلمون‬
Artinya : Dan (ingatkah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat
“ Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Mereka berkata “
Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-
Mu dan menyucikan nama-Mu?.” Dia berfirman “ Sungguh Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ayat ini menjelaskan tentang keberadaan dua alam, yaitu berupa alam
syahadah (manusia) dan juga alam ghayb (malaikat). Ibnu Katsir menerangkan
bahwa ayat ini menjelaskan tentang pengutusan manusia di bumi. Di ayat tersebut
diungkapkan bahwa Allah bermusyawarah dengan para malaikat tentang
penciptaan Adam.15 Maka dari ayat tersebut, dengan jelas bahwa Allah
menjelaskan terdapat alam selain alam fisik yang dapat diindera manusia, yaitu
bagian alam lain yang disebut dengan alam ghayb.
Selain itu, ada pula filusuf yang membagi alam menjadi tiga bagian. Tiga
bagian tersebut adalah alam mulk, alam malakut dan alam jabarut. Konsep ini
diperkenalkan oleh Al-Ghazali. Alam mulk dalam terminologinya merujuk kepada
alam syahadah, dan alam malakut dirujuk kepada alam ghaibiyyah. Sedangkan
alam jabarut adalah suatu kondisi atau alam di mana manusia di antara alam mulk
dan alam malakut. Alam jabarut inilah yang biasa dikenal oleh masyarakat awam
sebagai ruh. Ketika rih telah ditiupkan oleh Allah SWT ke dalam jasad manusia,
maka jasad manusia tadi bisa hidup dan kemudian masuk ke dalam alam jabarut. 16
Dari ketiga konsep inilah Al-Ghazali mendasari segala pemikirannya.
Mengenai Konservasi Alam
Telah disinggung sebelumnya bahwa eksploitasi alam harus diimbangi
dengan konservasinya. Eksploitasi berarti pendayagunaan.17 Sedangkan
eksploitasi sumber daya alam berarti pendayagunaan alam untuk kepentingan
manusia seperti kepentingan industri, dan lain sebagainya. Adapun sumber daya
alam terdiri dari sumber daya alam yang dapat diperbarui dan SDA yang tidak
dapat diperbarui. SDA yang dapat diperbarui seperti kayu, rotan, karet, dan lain
sebagainya. Sedangkan SDA yang tidak dapat diperbarui yaitu minyak bumi, dan
14
Q. S. Al-Baqarah: 30
15
Ibnu, Katsir. Tafsir al-Qur’an Al-Adzim Jus 1 Al-Baqarah ( 2000. Bandung: Penerbit
Sinar Baru Algensindo ). hal 364
16
Hamid Fahmy Zarkasyi. Kausalitas: Hukum Alam atau Tuhan (Membaca Pemikiran
Religio Saintifik al-Ghazali). ( UNIDA Gontor Press: Ponorogo, 2018). Hal
17
Kbbi offline
barang tambang lainnya. Baik SDA yang dapat diperbarui maupun yang tidap
dapat diperbarui, dalam langkah eksploitasinya harus dibarengi dengan
konservasi. Di Indonesia, eksploitasi alam diatur dalam perundang-undangan
seperti termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab II
Pasal 3 yang berbunyi
“Pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan
lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan
kesejahteraan manusia.” 18

Tertera dalam undang-undang bahwa pengolahan lingkungan harus


dilaksanakan secara serasi dan seimbang. Hal tersebut dimaksudkan agar
kelestarian alam tetap terjaga walaupun hasilnya dimanfaatkan. Termaktub
pula di dalamnya tentang hukuman-hukuman pidana yang akan diterima oleh
pelanggar undang-undang.
Adapun poin-poin peraturan eksploitasi dan konservasi yang dapat
disimpulkan adalah bahwa sumber daya alam merupakan untuk kesejahteraan
rakyat Indonesia; diperbolehkannya mengharuskan unsur efisien; ada
pengembangan alternatif dari SDA; harus menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan; serta adanya tindakan pencegahan terhadap pencemaran
lingkungan.19 Sehingga depat disimpulkan bahwa urusan-urusan eksploitasi
dan konservasi alam pun sejatinya juga diatur oleh pemerintah.
Tidak hanya diatur dengan peraturan tingkat nasional, eksploitasi dan
konservasi alam pun diatur dalam peraturan kancah internasional. Sebut saja
organisasi Perserikatan Bangsa- Bangsa yang mulai dari tanggal 25
September 2015 menetapkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals) yang berisi 17 tujuan dan 169 target.20
Dalam 17 tujuan yang tercantum dalam SDGs, terdapat 6 tujuan yang
menyangkut eksploitasi dan konservasi alam dan lingkungan. Keenam tujuan
tersebut adalah tujuan keenam yaitu akses air bersih dan sanitasi, tujuan ini
ber-moto-kan memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang
berkelanjutan dan sanitasi bagi semua; tujuan ketujuh yaitu energi bersih dan
terjangkau, dengan moto memastikan akses terhadap energi yang terjangkau ,
dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua; tujuan kesebelas
yaitu kota dan komunitas yang berkelanjutan bermoto membangun kota dan
pemukiman inklusif, aman, tahan lama dan berkelanjutan; tujuan ketigabelas
yaitu penanganan perubahan iklim dengan moto mengambil aksi segera untuk
memerangi perubahan iklim dan dampaknya; tujuan keempatbelas yaitu
18
Salinan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab II Pasal 3
19
Muhammad Syariful Anam, dkk . Konservasi Sumber Daya Alam Dalam Perspektif
Islam dalam Jurnal Al-Madaris Vol 2 No1 2021. hal 28
20
Apa itu SDGs (sdg2030indonesia.org)
menjaga ekosistem laut dengan moto mengkonservasi dan memanfaatkan
secara berkelanjutan sumber daya laut, samudera dan maritim untuk
pembangunan yang berkelanjutan; serta tujuan kelimabelas yaitu menjaga
ekosistem darat dengan moto melindungi, memulihkan dan mendukung
penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan
secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penggurunan), dan
menghambat dan membalikkan degradasi tanah dan menghambat hilangnya
keanekaragaman hayati. Keenam tujuan diatas mengatur tentang alam dan
ligkungan hidup manusia.
Di samping peraturan nasional maupun internasional yang
notabenenya merupakan peraturan yang dibuat manusia akhir-akhir ini,
sebenarnya konservasi alam telah diterangkan dalam ayat al-Qur’an sejak
diutusnya Rasulullah SAW. Keterangan-keterangan tersebut pun telah
ditafsirkan dan diistinbatkan oleh para ulama mufassir dan faaqih salaf,
sehingga dapat dengan mudah kita memahami maksud dari ayat-ayat tersebut.
Dari beberapa sumber, penulis menyimpulkan beberapa konsep tentang
eksploitasi dan konservasi alam dalam al-Qur’an maupun hadist.
1. Ihya Mawat
Ihya Mawat dalam terminology fiqih berarti menghidupkan kembali
lahan yang terlantar. Hal ini dimaksudkan agar bisa mengambil manfaatnya.
Sudah menjadi suatu kewajiban bagi Muslim untuk melestarikan alam yang
merupakan pemberian dari Allah agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,
dan bukan diam saja ketika alam tersebut terlantar.21 Hal ini telah termaktub
dalam hadist yang artinya: Dari Aisyah r.a : Nabi SAW. pernah bersabda, “
orang yang mengolah lahan yang tidak dimiliki siapa pun lebih berhak untuk
memilikinya. “Urwah berkata”, Umar r.a memberi keputusan demikian pada
masa kekhalifahannya (H.R Bukhari).22 Dari hadist ini dapat disimpulkan
bahwa memanfaatkan lahan yang terlantar merupakan suatu keharusan bagi
Muslim. Ketika lahan-lahan yang terlantar dapat dimanfaatkan, maka tujuan
akan penciptaan alam akan terpenuhi, yaitu untuk diambil manfaatnya oleh
manusia secara dzahiriyyah dan menambah rasa syukur manusia akan hal-hal
yang telah diberikan Tuhannya.
2. Fiqh Bi’ah
Fiqh Bi’ah merupakan golongan fiqih kontemporer. Fiqh Bi’ah atau
yang disebut juag fiqih lingkungan memiliki fokus berupa hal-hal yang perlu
diperhatikan ketika seseorang hendak melakukan restorasi atau konservasi
lingkungan. Hal tersebut adalah selalu mengingat bahwa alam adalah ayat
Allah, syariah pun mengatur tentang alam, tetap menjaga mata rantai

21
Fachruddin M. Mangunjaya. Keramat Alami dan Kontribusi Islam dalam Konservasi
Alam. Dalam Keramat Alami Yayasan Obor Indonesia 2009. Hal 34
22
Al Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqalani. Syarh Bulughul Maram min Adhilati
Ahkam. (Dar Kunuz Eshbelia Publishing: Riyadh. 2014). Hal 424
pelestarian, menjaga lingkungan merupakan tanggung jawab manusia sebagai
khalifah fil ardh, dan iman akan menjaga kelestarian alam dan lingkungan.23

ِ ‫ض وَا جْلِ ب‬
ْ َ ‫َال فََأ بَ نْي‬
‫َأن‬ ِ ‫َات وَاَأْل ْر‬ِ ‫الس َم او‬َّ ‫َض نَا اَأْل مَانَةَ عَلَى‬ ْ ‫ِإ نَّا عَر‬
‫َه واًل‬ َ ‫ ِإ نَّهُ َك‬Oۖ ‫َان‬
ُ ‫ان ظَلُ ومًا ج‬ َ ‫َق َن ِم ْن َه ا َومَحَل‬
ُ ‫َه ا ا ِإْل نْ س‬ ْ ‫ََأش ف‬ َ ‫حَيْ ِم ْل ن‬
ْ ‫َه ا و‬ 24

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,


bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh,
Dalam Al-Qur’an pengaturan tentang konservasi alam terdapat pada
surat Al-A’raf : 56.

‫و ال تفس دوا يف األرض بع د إص الحها وادع وه خوف ا و طمع ا إن رمحت اهلل ق ريب من‬
25
)56 : ‫احملسنني (األعراف‬
Artinya : Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengna baik. Berdoalah sepada-Nya dengan rasa takut dan
penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangant dekat kepada orang
yang berbuat kebaikan.
Dalam Tafsir al- Qur’an al-Adzim, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa perusakan
alam yang terjadi karena ulah manusia, seperti eksploitasi besar-besaran, akan
membahayakan semua hamba Allah, yaitu dengan didatangkannya bencana alam.
Maka dari itu, Allah melarang manusia untuk berbuatan kerusakan di bumi.26
Adapun kerusakan di bumi akibat ulah manusia, telah terjadi sejak adanya
manusia di bumi. Hal tersebut diakui oleh para malaikat seperti yang termuat
dalam al-Qur’an mengenai penciptaan Adam. AS.27 Di samping itu, Allah juga
telah menjelaskan bahwa segala kerusakan alam yang timbul itu sebenarnya
mengandung hikmah untuk menguji manusia ataupun menjadi peringatan kepada
manusia atas apa yang telah ia perbuat.

‫ض الَّ ِذ ْي َع ِملُ ْوا لَ َعلَّ ُه ْم‬ ِ ِ ِ ‫َر والْبح ِر مِب َا َكس بت اَي ِدى الن‬
َ ‫َّاس ليُ ذ ْي َق ُه ْم َب ْع‬ ْ ْ ََ ْ َ َ ِّ ‫اد ىِف الْب‬
ُ ‫َر الْ َف َس‬
َ ‫ظَه‬
‫َي ْرِجعُ ْو َن‬
23
M. Hasan Ubaidillah. Fiqh al-Bi’ah (Formulasi Konsep al-Maqasid al-Shari’ah dalam
Konservasi dan Restorasi Lingkungan). Dalam Jurnal Al-Qānūn, Vol. 13, No. 1, Juni 2010. Hal 51
24
Q. S Al-Ahzab 27
25
Q.S Al-A’raf : 56.
26
Ibnu Katsir. Tafsir al-Qur’an Al-Adzim Jus 8 Al-A’raf ( 2000. Bandung: Penerbit Sinar
Baru Algensindo ). hal. 362
27
Q. S Al-Baqarah
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).28
Selain itu, dalam perspektif aqidah, ada juga konsep yang membahas
mengenai alam. Menurut Abd Aziz, dalam ranah aqidah, ada dua konsep
yang membahas alam yaitu eko-teologi dan eko-sufisme. Ia menjelaskan
bahwa eko-teologi merupakan sebuah kajian mengenai alam yang
menggunakan perspektif ilmu kalam. Yaitu mengenai interrelasi antara
Tuhan, manusia, dan alam. Dan dengan mengacu pada konsep taskhir dan
istikhlaf.29 Adapun eko-sufisme mempunyai premis mengenai bertasbihnya
alam pada Allah SWT. Di sini juga membahas bahwa alam merupakan
cerminan dari Tuhan.30 Maka, sebenarnya banyak bahasan-bahasan
mengenai eksploitasi dan konservasi alam dalam Al-Qur’an, pun telah
banyak diolah oleh para ulama menjadi disiplin ilmu sehingga mudah untuk
dipelajari.
Kesimpulan
Islam meupakan agama yang mengatur segala lini kehidupan manusia. Tak
heran Islam disebut juga sebagai peradaban dan bukan sekedar agama. Dalam
penjelasannya mengenai alam, Islam selalu mengedepankan perbaikan-perbaikan
dan manfaat bagi manusia. Seperti yang dijelaskan pada ayat kauniyyah yang
mengajak manusia untuk bertafakkur tentang keagungan Allah melalui hakikat
penciptaan alam. Maka perintah atau ajakkan itupun memiliki tujuan.
Dari tujuan tersebut yaitu untuk mengabarkan kepada manusia tentang
cara pandang mengenai alam secara qurani. Ketika manusia telah berworldview
qurani, maka secara otomatis, tingkah lakunya akan memancarkan cahaya
kebaikan. Adapun apabila diaplikasikan dalam usaha eksploitasi alam, maka
manusia tersebut akan membarenginya dengan konservasi sebagai bentuk
syukurnya kepada Allah berupa pelestarian kembali alam. Oleh karena itu, secara
tidak langsung hal tersebut dapat menghindarkan bahaya yang akan timbul yang
akan mengakibatkan bencana alam.
Selain itu, berkaitan dengan program Internasional yang dikerahkan oleh
PBB dengan UNEP-nya, bahkan konsep alam yang tertera dalam al-Qur’an jauh
mendahului progam-program yang baru dibuat tersebut. Dengan konsep
ekoteologis, fiqh bi’ah, serta ekosufis yang disadur oleh para ulama Muslim dari
Al-Qur’an, menandakan bahwa sejatinnya hal-hal yang sedemikian rupa
(eksploitasi dan konservasi alam) sudah diatur dan tertera dalam Al-Qur’an.

28
Q. S. Ar-Rum ayat 41
29
Abd Aziz. KONSERVASI ALAM DALAM PERSPEKTIF ETIKA ISLAM;
TANTANGAN DAN TUNTUTAN GLOBALISASI. Dalam Jurnal Asy-Syari’ah, Volume 5,
Nomor 2, Juni 2019. Hal 10
30
Ibid. Hal 14
Daftar Pustaka
Al-Qur’an Al-Karim
Al Asqalani, Al Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar. Syarh Bulughul Maram min
Adhilati Ahkam. (Dar Kunuz Eshbelia Publishing: Riyadh. 2014)
Anam, Muhammad Syariful, dkk. Konservasi Sumber Daya Alam dalam
Perspektif Islam. Dalam Jurnal Al-Madaris Vol 2 No 1 2021
Ath-Tharifi, Syaikh Abdul Aziz Marzuq. Akidah Salaf VS Ilmu Kalam Akar
Konflik Penyimpangan Akidah di Dunia Islam(Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar. 2022)
Aziz, Abd. Konservasi Alam Dalam Perspektif Etika Islam; Tantangan Dan
Tuntutan Globalisasi. Dalam Jurnal Asy-Syari’ah, Volume 5, Nomor 2,
Juni 2019. Hal 10
Encyclopedia Britannica 2021.
Istiqomah, Imroatul. Konsep Taskhir dalam dalam Worldview Islam ( Pembahasan
tentang Konsep-Konsep Penting dalam Islam. (Ponorogo: Unida Gontor
Press. 2018)
Katsir, Ibnu. Tafsir al-Qur’an Al-Adzim Jus 1 Al-Baqarah ( 2000. Bandung:
Penerbit Sinar Baru Algensindo )
. Tafsir al-Qur’an Al-Adzim Jus 8 Al-A’raf ( 2000. Bandung: Penerbit
Sinar Baru Algensindo )
KBBI Offline
Mangunjaya, Fachruddin M. Keramat Alami dan Kontribusi Islam dalam
Konservasi Alam. Dalam Keramat Alami Yayasan Obor Indonesia 2009
Mujtaba’, M. Shoibul. Konsep Alam dalam Worldview Islam ( Pembahasan
tentang Konsep-Konsep Penting dlam Islam. (Ponorogo: Unida Gontor
Press. 2018).
Muslih, Mohammad. Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. (2019. Yogyakarta: LESFI).
Nuh, Abdullah bin. Tafakur Sesaat Lebih Baik dari Ibadah Seribu Tahun Al-
Ghazali. (Jakarta: Penerbit Mizan. 2014)
Reflita. Eksploitasi Alam dan Perusakan Lingkungan ( Istinbath Hukum Atas
Auat-Ayat Lingkungan). Dalam Jurnal Substantia Volume 17 Nomor 2,
Oktober 2015
Salinan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 Tentang
Ketentuan Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab II Pasal
3
Sayyid Qutub. Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an VII Juz XV : al-Isra’ dan Permulaan Al-
Kahfi.
Ubaidillah, M. Hasan. Fiqh al-Bi’ah (Formulasi Konsep al-Maqasid al-Shari’ah
dalam Konservasi dan Restorasi Lingkungan). Dalam Jurnal Al-Qānūn,
Vol. 13, No. 1, Juni 2010.
Zarkasyi, Hamid Fahmy. Kausalitas: Hukum Alam atau Tuhan (Membaca
Pemikiran Religio Saintifik al-Ghazali). ( UNIDA Gontor Press:
Ponorogo, 2018).
Zarkasyi, Imam. Ushuluddin (‘Aqa’id) ‘Ala Madzhab Ahli-s-Sunnah Wal-l-
Jama’ah.(2014.Gontor: Trimurti Press)
2021.
kbbi.id
sdg2030indonesia.org

Anda mungkin juga menyukai