Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN DENGAN TEKNIK TEBAK GAMBAR


TERHADAP HOSPITALISASI PASIEN RAWAT INAP DI
RS AZRA
BOGOR 2022

Disusun Oleh:
1. Berliana Manurung (1810100013)
2. Dhika Pramestika ( 18210000045 )
3. Diah Istiyati,S.kep (18210000046)
4. Efit Mujianto, S. Kep
(18210000043) 5. Lani Rahayu (
18210000048)
6. Layung Sari (18210000040)
7. Marike Rumahpusule ( 18210000006)
8. Retna Dewi Siswanti (18210000047)

PROGRAM STUDY PROFESI


NERS UNIVERSITAS INDONESIA
MAJU

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis oleh karena seorang
anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan serta anak mengalami
keterbatasan untuk mengalami stress. Krisis ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia
perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan
di Rumah Sakit, support system serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan.

Stress yang dialami seorang anak di rawat di Rumah Sakit perlu mendapatkan perhatian
dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif dalam
menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi
permasalahan utama mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invansif
yang harus dilakukannya adalah bermain.

Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara optimal
optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari
dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makan, perawatan, cinta kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Bermain
dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari anak
yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui
psikososial yang berhubungan dengan lingkungan tanpa memperhitungkan hasil
akhirnya.

Bermain sebagai pendekatan pada anak hendaknya dilakukan dengan cara sederhana,
menyenangkan dan dengan media yang menarik. Salah satu permainan dalam
mengembangkan kognitif adalah bermain tebak gambar. Permainan ini begitu sederhana,
namun jika perawat kreatif dalam mengembangkannya maka akan menumbuhkan
kemampuan anak dalam berbagai aspek perkembangan antara lain perkembangan
kognitif.

Oleh karena itu sangan pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan
untuk mengurangi kecemasan akibat hopitalisas, maka akan dilaksanakan terapi bermain
pada anak dengan permainan tebak gambar. Tujuan dari terapi yang dilakukan di Rumah
Sakit adalah memberi kesenangan dan kepuasan anak, sebagai hubungan interpersonal
yang dinamis antara anak dengan terapis dalam prosedur terapi bermain yang
menyediakan materi permintaan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu
hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekpresikan dan mengeksplorasi
dirinya (perasaan, pikiran, pengalaman, dan prilakunya) melalui media bermain.

Ruang NS 5 lantai 2 RS merupakan bangsal perawatan anak, dimana pasien yang dirawat
merupakan pasien pada usia anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan. Sebaian besar anak yang dirawat mengalami tingkat kecemasan yang
tinggi akibat tindakan medis yang dilakukan dan lingkungan baru yang belum dikenal,
sehingga anak menolak terhadap tindakan medis. Dalam kondisi seperti ini anak
membutuhkan suatu hiburan dalam bentuk permainan dimana anak dapat menebak
gambar.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak
c. Menurunkan tingkat kecemasnya
d. Meningkatkan kreatifitas bermain
e. Meningkatkan kognitif anak

C. SASARAN TERAPI AKTIFITAS BERMAIN


Kegiatan bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi :
a. Kesadaran Compos Mentis
b. Anak usia 3-15 tahun
c. Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
d. Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT, kateter)
e. Tidak bedrest
f. Tidak infeksi

2. Kriteria eksklusi:
a. Suhu tubuh meningkat (> 38 ◦ C)
b. Terpasang alat-alat infansive (NGT, kateter)
c. Bedrest
d. Infeksi
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN
1. Usia 3-11 tahun
2. Jumlah peserta 4-6 anak dan didampingi oleh orang tua
3. Rasion pasien : perawat

Kegiatan bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut :


1. Kriteria Inklusi :
a. Anak usia 3-11 tahun
b. Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
c. Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT, kateter)
d. Tidak bedrest
e. Tidak infeksi
2. Kriteria eksklusi:
a. Suhu tubuh meningkat (> 38 ◦ C)
b. Terpasang alat-alat infansive (NGT, kateter)
c. Bedrest
d. Infeksi

B. PRINSIP BERMAIN
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orang tua

C. KARAKTERISTIK PERMAINAN
1. Melatih kognitif anak
2. Melatih keaktifan anak
3. Mengurangi dampak hospitalisasi
BAB III
METODELOGI BERMAIN

A. DESKRIPSI BERMAIN

Dalam perkembangan era tehnologi saat ini sering kali kita sulit menyaring berbagai
kecanggihan tehnologi, salah satu tehnologi yang menjadi viral setiap tahunnya adalah
game. Game yang membawa banyak manfaat bagi anak yaitu game tebak gambar.
Tebak gambar ini di rilis tgl 8 Oktober 2013, game buatan anak negeri yang
menawarkan sebuah permainan yang berbeda dari kebanyakan game yang lain. Tebak
gambar adalah game yang dapat dimainkan dengan santai namun tetap menguji
imajinasi logika dan nalar.

B. TUJUAN PERMAINAN
Permainan tebak gambar ini bertujuan untuk :

1. Membantu melatih logika dan daya imaginasi pemainnya


2. Memberi edukatif anak untuk berfikir
3. Mengembangkan kretifitas melalui pengalaman permainan yang tepat
4. Beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena sakit atau dirawat
5. Meningkatkan daya ingat

C. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN


a. Dibutuhkan konsentrasi saat permainan dimulai
b. Pasien menebak gambar yang di berikan oleh instruktur

D. JENIS PERMAINAN
Tebak gambar

E. ALAT BERMAIN
1. Kertas bergambar
2. Soft kopi PTT Gambar perslide
3. HP
F. PROSES BERMAIN
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri instruktur kepada peserta
3. Peserta saling berkenalan
4. Permainan dimulai :
 Instruktur memberikan clue terhadap gambar yang akan di tampilkan
 Kemudian instruktur memberi pertanyaan siapa yang dapat menjawab
 Peserta yang akan menjawab tebak gambar diharuskan menyebut nama
terlebih dahulu
 Setelah menyebutkan nama baru diperbolehkan menjawab pertanyaan
 Yang dapat menjawab akan diberikan hadiah

G. WAKTU
PELAKSANAAN Hari :
Kamis
Tanggal : 24 Februari2022
Jam : 16.00 s/d 16.45 WIB
Tempat : Lantai 2 Ns 5
Ruang perawatn masing masing pasien

H. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI


1. Bahaya cedera
2. Kelelahan
3. Jenuh dalam mengikuti pemainan

I. ANTISIPASI MINIMALKAN HAMBATAN


1. Perhatikan keadaan lingkungan tempat bermain
2. Perhatikan kondisi anak saat mengikuti permainan
3. Memberikan pertanyaan tebak gambar yang mudah di pahami
J. PENGORGANISASIAN (LEADER, COLEADER, FASILITATOR DAN
OBSERVER)
1. Leader: Layung Sari, Lani Rahayu
Tugas :
a. Membuka acara
b. Perkenalan
c. Membaca peraturan bermain
d. Memimpin jalannya permainan
e. Memberi semangat kepada peserta
f. Menciptakan suasana menjadi meriah
g. Mengambil keputusan
h. Memberikan reward

2. Fasilitator : Dhika Pramestika, Dyah Istiati, Berliana


Tugas :
a. Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung
b. Mendampingi anak selama permainan
c. Memberikan semangat dan motivasi

3. Observer : Retna Dewi, Efit Mujianto,


Meirike Tugas :
a. Mengamati dan mengevaluasi permainan
b. Mengamati tingkah laku anak
c. Memberikan kritik dan saran

K. SISTEM EVALUASI
1. Anak bersedia mengikuti terapi bermain
2. Anak mengikuti kegiatan sampai selesai
3. Anak dapat mengikuti dan melakukan apa yang diharapkan dari leader
4. Kebutuhan anak terpenuhi
5. Anak bersosialisasi dengan temannya
6. Anak mengikuti instruksi yang diberikan
7. Anak berperan aktif dalam permainan
8. Anak bisa melakukan permainan dengan mandiri
9. Anak dapat menyelesaikan permainan sampai selesai
10. Anak dapat berinteraksi dengan anak-anak lain yang dirawat di ruang NS 5
11. Anak merasa senang mengikuti terapi bermain
BAB IV
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara
optimal optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan
konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makan, perawatan, cinta kasih, dan lain sebagainya. Anak
memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan
perkembangan emosinya. Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam
mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan
kesenangan yang diekspresikan melalui psikososial yang berhubungan dengan
lingkungan tanpa memperhitungkan hasil akhirnya. Bermain sebagai pendekatan pada
anak hendaknya dilakukan dengan cara sederhana, menyenangkan dan dengan media
yang menarik. Salah satu permainan dalam mengembangkan kognitif adalah bermain
tebak gambar. Permainan ini begitu sederhana, namun jika perawat kreatif dalam
mengembangkannya maka akan menumbuhkan kemampuan anak dalam berbagai aspek
perkembangan antara lain perkembangan kognitif.
Diharapkan dengan adanya terapi aktifitas bermain diruangan ini anak mampu
menyalurkan imajinasi, dan anak dapat bersosialisasi dengan pasien yang lain. Kami
berharap terapi aktifitas bermain ini tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa praktek,
melainkan dijadikan SOP di Ruang NS 5 lantai 2 RS AZRA
Kendalan yang di alami saat melakukan tebak gambar via zoom yaitu dada beberapa
kendala nyaitu obervasi adalah adanya kendala pada sinyal sehingga apa yang di
sampaikan leader dan coleader terjadi delay dan lambat dalam penyampaian,begitu pula
hambatan saat operator melakukan pergantian slide gambar terjadi delay,untuk
fasilitator terdapat anak yang mulai bosen karena hambatan delay sinyal sehingga anak
yang bersemangat menjadi malas,dan untuk karakteriksi usia saran dari pasien di
sesuaikan berdasarkan tingkat usia pasien yg akan dilakuan terapi aktifitas bermain
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-
DAFTAR PUSTAKA

Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Anak Dan
Remaja. 2004.Grafindo : Jakarta
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. 1999, EGC: Jakarta
Donna L.Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Anak. 2004. EGC: Jakarta
Widyasari.2009. http:// www. Terapi Bermain. Wordpress. Com
Suswati, alifatin,2003. http://www. Pengaruh Bermain Terhadap Pemasangan Infus Pada
Anak. Wordpress.com

|
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-

PENGARUH TERAPI BERMAIN TEBAK GAMBAR UNTUK MENURUNKAN


KECEMASAN PADA PASIEN ANAK USIA TODDLER AKIBAT HOSPITALISASI

| 114
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-
DI RUMAH SAKIT

THE EFFECT OF IMAGE PLAYING THERAPY TO REDUCE HOSPITALIZATION


ANXIETY IN TODDLER AGE PATIENTS AT HOSPITAL

Dwi Prima Hanis Kusumaningtiyas1, I Ketut Andika Priastana


Universitas Triatma Mulya, Bali
1

Universitas Triatma Mulya, Bali


2

(email penulis korespondensi:hanis.kusumaningtiyas@triatmamulya.ac.id)


Info Artikel: Diterima: 19 Oktober 2020 Revisi: 30 November 2020 Disetujui: 25
Desember 2020

ABSTRAK
Latar Belakang: Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan
dan stres pada semua tingkatan usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru,
maupun keluarga yang mendampingi selama perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk
menurunkan kecemasan pada pasien anak usia toddler akibat hospitaslisasi.
Metode: Penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan desain one group pretest postest.
Pengambilan sampel ini mempertimbangkan kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi yang ada
dengan jumlah sampel 38 responden. Analisis bivariat yang digunakan yaitu menggunakan uji
statistic dengan tingkat kebermaknaan 0,05 dengan menggunakan Wilcoxon Test. Hasil: Hasil
uji statistik Wilcoxon diperoleh angka signifikan atau nilai probabilitas (0,000) jauh lebih
rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p < α ), maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti ada pengaruh terapi bermain tebak gambar untuk penurunan kecemasan hospitalisasi
pada pasien anak usia Toddler di Rumah Sakit Umum Negara. Kesimpulan: Ada pengaruh
terapi bermain tebak gambar untuk penurunan kecemasan hospitalisasi pada pasien anak usia
Toddler di Rumah Sakit Umum Negara.
Kata kunci : Terapi bermain tebak gambar, Hospitalisasi, Kecemasan, Toddler

ABSTRACT
Background: Hospitalization (hospitalization) in pediatric patients can cause anxiety and stress at all
age levels. The cause of anxiety is influenced by many factors, including factors from the staff (nurses,
doctors, and other health workers), the new environment, and the family that accompanies them
during treatment. Separation anxiety, also known as analytical depression, is a major stressor in
middle to preschool babies. The objective of this study was to decrease hospitalisai anxiety in toddler
age hospital.
Methods: The study design was a pre-experiment with one group pretest postest. This sampling takes
into account the existing inclusion criteria and exclusion criteria with a sample size of 38
respondents. The bivariate analysis used was a statistical test with a significance level of 0.05 using
the Wilcoxon Test.
Results: The results of the Wilcoxon statistical test obtained a significant number or probability value
(0.000) which is much lower than the standard significance of 0.05 or (p <α), then H0 is rejected and
H1 is accepted, which means that there is an effect of playing guess pictures therapy to reduce
hospitalization anxiety in Toddler age patients at the State General Hospital. Conclusion: There is an
effect of playing guess the picture therapy to reduce hospitalization anxiety in toddler patients at the
Rumah Sakit Umum Negara.
Keywords : Guess the picture play therapy, Hospitalisasi, Anxiety, Toddler

| 115
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-
PENDAHULUAN Pengamatan peneliti kepada beberapa anak di
Hospitalisasi adalah suatu keadaan Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Negara
dimana anak dirawat di Rumah Sakit dalam menunjukkan bahwa seorang anak yang
situasi terencana maupun darurat untuk mengalami kecemasan menunjukkan tanda
mendapatkan terapi dan perawatan sampai anak menangis ketika perawat datang untuk
kodisinya membaik hingga pemulangannya memberikan tindakan keperawatan, anak tidak
kerumah. Selama menjalani proses perawatan mau ditinggal sendiri oleh orang tuanya, anak
tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami marah atau meronta ketika perawat
kondisi yang menurut beberapa penelitian memberikan tindakan keperawatan.
ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat Kecemasan yang dialami oleh anak jika
traumatik dan penuh dengan kecemasan. 14 dibiarkan terus menerus dapat menimbulkan
Masa toddler yang berada pada umur 12 stres. Stres pada anak dapat menyebabkan
sampai 36 bulan merupakan masa eksplorasi penurunan respon imun sehingga dapat
lingkungan yang intensif, karena anak berpengaruh terhadap proses
berusaha mencari tahu bagaimana semua penyembuhannya, lama perawatannya
terjadi. Meskipun bisa menjadi saat yang bertambah, dan mempercepat terjadinya
sangat menantang bagi orang tua dan anak komplikasi penyakit yang tidak diinginkan.11
karena masing-masing belajar untuk Perawatan pada anak yang berkualitas
mengetahui satu sama lain dengan lebih baik, dengan memperhatikan tahapan pertumbuhan
pada masa ini merupakan periode sangat dan perkembangan anak akan dapat
penting untuk mencapai perkembangan dan mengurangi kecemasan dan ketakutan yang
pertumbuhan anak yang optimal. terjadi karena bila kecemasan dan ketakutan
Hospitalisasi yang terjadi pada anakini dapat tidak ditangani akan membuat anak menolak
memunculkan kecemasan dan stres pada anak tindakan perawatan dan pengobatan yang
di semua tingkatan. 6 diberikan. Penolakan perawatan maupun
Kecemasan akibat perpisahan dengan terapi oleh anak akan mempengaruhi lamanya
orang terdekat atau yang biasa disebut perawatan, memperberat kondisi anak bahkan
depresi analitik, merupakan stres utama pada menyebabkan kematian pada anak. Dampak
bayi usia pertengahan sampai usia dari anak sakit yang tidak ditangani ini akan
prasekolah. Pada rentang bayi usia menyebabkan kesulitan dan kemampuan
pertengahan sampai usia prasekolah tersebut membaca yang buruk, memiliki gangguan
kecemasan dimanifestasikan dalam tiga fase, bahasa, menurunnya kemampuan intelektual
yaitu fase protes, putus asa, dan pelepasan. dan social serta fungsi imun.12
Selama fase protes, anak-anak bereaksi Masa anak-anak merupakan dasar dari
secara agresif, menolak perhatian dari orang seluruh kehidupan seseorang. Pengalaman
lain, dan kedukaan mereka tidak dapat kurang menyenangkan yang dialami oleh
ditenangkan. Selama fase putus asa, anak- anak akan memudahkan timbulnya gangguan
anak cenderung tidak aktif, tidak tertarik, dan dalam penyesuaian diri. Anak perlu
menarik diri dari orang lain. Sedangkan fase dilakukan intervensi untuk meminimalisir
pelepasan, anak akan tampak menyesuaikan akibat dari pengalaman traumatik yang
diri terhadap lingkungan barunya, akan tetapi dialami oleh anak ketika menjalani proses
hal ini merupakan hasil dari kepasrahan dan hospitalisasi.8 Anak membutuhkan media
bukan merupakan tanda-tanda kesenangan.4 untuk dapat mengekspresikan perasaan yang
Penyebab dari kecemasan dipengaruhi timbul akibat pengalaman yang tidak
oleh berbagai faktor, baik faktor dari petugas menyenangkan , sehingga anak mampu
(perawat, dokter, dan tenaga kesehatan bekerja sama dengan petugas kesehatan
lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga selama dalam pengobatan. Media yang paling
yang mendampingi selama perawatan. 16 efektif adalah melalui kegiatan permainan.
Bermain merupakan

| 116
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-
aktifitas pada masa kanak-kanak yang dapat hubungan sebab akibat dengan cara
mengalihkan perasaan yang tidak melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok
menyenengkan dengan kegiatan yang disukai subjek di observasi sebelum dilakukan
anak. intervensi, kemudian di observasi lagi setelah
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik intervensi.
untuk meneliti tentang pengaruh terapi 11
Populasi dalam penelitian ini adalah anak
bermain tebak gambar untuk menurunkan usia toddler yang dirawat di Ruang Cempaka
kecemasan hospitalisasi pada pasien anak Rumah Sakit Umum Negara selama tiga bulan
usia toddler di Ruang Anggrek di Rumah terakhir (Mei, Juni, Juli) sebanyak 43 orang.
Sakit Umum Negara. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 38
orang.
Hasil yang diperoleh nanti diharapkan dapat Penelitian ini dilaksankaan di Ruang
dijadikan sebagai acuan dalam melakukan Cempaka Rumah Sakit Umum Negara Jalan
perawatan pada anak. Wijaya Kusuma No. 17, Desa Baler Bale
Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten
Jembrana. Penelitian ini dilakukan pada
METODE bulan Agustus 2020. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian merupakan adalah Quasy kuesioner DASS 42 untuk mengukur tingkat
Experiment dengan desain one group pretest kecemasan. Analisis data dilakukan secara
postest yaitu rancangan ini mengungkapkan univariat dan bivariat menggunakan
Wilcoxon Test.

HASIL
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden dan Tingkat Kecemasan
(n=38)
Variabel n %
Umur
1 tahun 6 15,8
2 tahun 13 34,2
3 tahun 19 50,0

Jenis Kelamin
Laki-laki 17 44,7
Perempuan 21 55,3

Pengalaman Rawat
Ya 23 60,5
Tidak 15 39,5

Kecemasan Sebelum Terapi Bermain


Tebak Gambar
Sedang 10 26,3
Berat 18 47,4
Sangat berat 10 26,3

Sesudah Terapi Bermain Tebak Gambar


Normal
Ringan 3 7,9
Sedang 31 81,6
4 10,5

| 117
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-

Berdasarkan Tabel 1 bahwa mayoritas


karakteristik responden adalah terdapat : (1)
responden berusia 3 tahun berjumlah
19
responden (50%), (2) responden berjenis
kelamin perempuan 21 orang (55.3%), (3)
Memilih “Iya” memiliki pengalaman rawat
sebanyak 23 orang (60.5%), (4) 18 responden
(47,4%) mengalami kecemasan berat sebelum
terapi bermain tebak gambar, (5) 31
responden (81,6%) mengalami kecemasan
ringan sesudah terapi bermain tebak gambar

| 118
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-
.
Tabel 2. Hasil Analisis Pengaruh Terapi Bermain Tebak Gambar untuk
Menurunkan Kecemasan Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Toddler di Rumah
Sakit Umum Negara

Uji Statistika Kecemasan Pre – Post Test


Z -5,477b
Nilai p ,0005
Wilcoxon Test

Hasil uji statistik Wilcoxon diperoleh yang berarti ada pengaruh terapi bermain
angka signifikan atau nilai probabilitas tebak gambar untuk penurunan kecemasan
(0,0005) jauh lebih rendah standart signifikan hospitalisasi pada pasien anak usia Toddler di
dari 0,05 atau (p < α ), maka H0 ditolak dan Rumah Sakit Umum Negara.
H1 diterima

PEMBAHASAN usia toddler yaitu, toddler kurang mampu


mendefinisikan konsep tentang citra tubuh
Responden anak usia toddler di Rumah terutama batasan tubuh. Hal tersebut
Sakit Umum Negara sebagian besar berumur berdapampak pada prosedur yang sangat
3 tahun berjumlah 19 orang (50,0%). Tingkat menganggu akan menimbulkan kecemasan.
kecemasan dapat dipengaruhi oleh faktor Toddler bereaksi terhadap nyeri mirip dengan
usia, karena usia sangat berkaitan dengan bayi, dan pengalaman sebelumnya yang
tingkat perkembangan kognitif anak. pernah dialami dapat mempengaruhinya
Semakin muda usia anak makan semakin dengan baik. Toddler juga dapat merasakan
tinggi kecemasan yang dialaminya akibat kesedihan jika mereka hanya merasa akan
hospitalisasi. Anak usia infant, toddler dan mengalami nyeri.2 Lingkungan baru dikenal
prasekolah lebih beresiko untuk mengalami oleh anak akan mengakibatkan perasaan tidak
stress hospitlisasi karena dilihat dari usia aman dan rasa cemas pada anak usia
anak yang masih terbatas kemampuan toddler.16 Menurut peneliti jenis kelamin
kognitif dalam memahami hospitalisasi. Sakit dapat mempengaruhi tingkat
dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis kecemasan dikarenakan anak laki-laki
yang utama tampak pada anak dan dan perempuan memiliki tingkat keaktifan
pengalaman yang tidak menyenangkan. Anak yang berbeda, anak laki-laki cenderung lebih
yang dirawat di rumah sakit mudah aktif dalam hal bermain sehingga
mengalami krisis sebab: anak mengalami mereka lebih mudah beradaptasi
perubahan, baik terhadap status kesehatan dengan lingkungan baru seperti lingkungan
maupun lingkungannya barunya. rumah sakit, maka kecemasan akibat
hospitalisasi lebih minimal. Tngkat
Perubahan aktifitas sehari-hari dan anak
kecemasan yang muncul pada anak yang
mempunyai sejumlah keterbatasan dalam
mengalami hospitalisasi dengan jenis kelamin
mekanisme koping untuk mengatasi masalah
anak. 17 Hal ini sesuai dengan penelitian yang
yang bersifat menekan. Reaksi anak dalam
menyatakan bahwa Anak perempuan lebih
mengatasi krisis yang menimbulkan
cemas daripada anak laki-laki karena anak
kecemasan tersebut dipengaruhi oleh tingkat
perempuan lebih sensitif dan mendapat
perkembangan usia, pengalaman sebelumnya
stressor lebih intensif dari pada anak laki-laki
terhadap sakit dan dirawat di pelayanan
yang lebih eksploratif. 1 Hal tersebut
kesehatan, sistem pendukung yang tersedia
dikarenakan secara fisik anak perempuan
untuk anak, serta ketrampilan koping dalam
lebih lemah dibandingkan anak laki- laki,
menangani stres yang timbul akibat
sifat tersebut membuat anak
perawat.16 Respon terhadap penyakit pada
perempuan

| 119
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-
memberikan respon lebih terhadap sesuatu kewaspadaan untuk mengantisipasinya.9
hal yang dianggap berbahaya. Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas
Peneliti berpendapat bahwa dan menyebar, berkaitan dengan perasaan
pengalaman hospitalisasi sebelumnya dapat tidak berdaya dan respons emosional terhadap
mempengaruhi tingkat kecemasan pada penilaian sesuatu. Gangguan ansietas adalah
anak. Anak memiliki tingkat kecemasan masalah psikiatri yang paling sering terjadi di
yang berbeda yaitu ringan, Amerika Serikat. 13
sedang dan berat. Tidak semua anak yang Gangguan kecemasan menunjukkan perilaku
belum pernah di rawat di Rumah sakit akan yang tidak biasanya seperti panik tanpa
mengalami kecemasan berat karena semua itu alasan, takut pada objek tanpa alasan,
tergantung dari penyesuaian meraka terhadap tindakan tanpa bisa dikontrol sering terulang,
lingkungan baru. Anak yang dulunya pernah atau kekhawatiran luar biasa yang tidak bisa
mengalami hospitalisasi belum tentu juga dijelaskan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tidak mengalami kecemasan dikarenakan bisa tingkat kecemasan pada anak yang
jadi rentang waktu hospitalisasi yang lama mengalami hospitalisasi antara lain umur,
contohnya ketika bayi. Anak yang pernah jenis kelamin, pengalaman di rawat di Rumah
mengalami hospitalisasi akan memiliki Sakit. Kecemasan yang terjadi pada anak
kecemasan yang lebih rendah dibandingkan tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, karena
dengan anak yang tidak pernah mengalami hal ini dapat berdampak buruk pada proses
hospitalisasi. Pengalaman tidak pemulihaan kesehatan anak. Cara mengatasi
menyenangkan yang didapatkan anak selama kecemasan pada anak yang dapat dilakukan
menjalani perawatan di Rumah Sakit akan ialah melalui terapi bermain sesuai dengan
membuat anak merasa trauma dan takut. tumbuh kembang anak. Terapi bermain
Sebaliknya apabila anak mendapatkan diyakini mampu menghilangkan batasan,
pengalaman yang baik dan menyenangkan hambatan dalam diri, kecemasan, frustasi
maka anak akan lebih kooperatif.12 serta mempunyai masalah emosi dengan
Tingkat kecemasan yang disebabkan tujuan mengubah tingkah laku anak yang
hospitalisasi anak sebelum diberi terapi tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
bermain tebak gambar di Rumah Sakit diharapkan dan anak sering diajak bermain
Umum Negara menunjukan bahwa sebagian akan lebih kooperatif dan mudah diajak
besar responden yang mengalami kecemasan kerjasama ketika menjalani pengobatan.5
berat berjumlah 18 anak (47,4%). Mernurut Pada anak usia toddler dapat berkurang atau
peneliti anak usia Toddler mengalami menurun setelah dilakukan terapi bermain
kecemasan ketika hospitalisasi karena anak tebak gambar selama 15 menit, karena anak
usia Toddler takut dengan tindakan berusaha mendapatkan autonomi dan tujuan
keperawatan yang diterima anak selama ini sudah terlihat dalam sebagian besar
berada di Rumah Sakit. Hal tersebut akan perilaku mereka (ketrampilan motorik,
menimbulkan trauma pada anak usia Toddler bermain, hubungan interpersonal, aktivitas
sehingga menghambat proses dalam harian dan komunikasi).
penyembuhannya. Trauma yang terjadi pada Dalam keadaan sakit, anak mungkin
anak berada di lingkungan baru sehingga tidak menceritakan keadaan mereka karena
merasa takut dan ketidaknyamanan. takut, tetapi dengan bermain anak memiliki
Pengalaman kurang menyenangkan yang kebebasan untuk beraktivitas. Saat bermain,
dialami oleh anak dapat menyebabkan anak-anak akan lebih terasah empatinya,
gangguan dalam penyesuaian diri. mereka juga bisa mengatasi penolakan dan
Kecemasan merupakan perasaan tidak dominasi, serta bisa mengelola emosi.2 Terapi
nyaman atau kekhawatiran yang samar bermain mewarnai dan origami terhadap
disertai respon otonom (sumber tidak tingkat kecemasan sebagai efek hospitalisasi
diketahui oleh individu) sehingga individu pada anak usia pra sekolah di RSUD dr. R.
akan meningkatkan
| 120
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-
Goetheng Tarunadibrata Purbalingga.15
Tingkat kecemasan anak antara sebelum
dilakukan terapi bermain dengan sesudah
terapi bermain di Puskesmas Peukan Baro
Kabupaten Pidie, dengan nilai rata rata
sebelum dilakukan terapi bermain dengan
mean 18,65 dan standar deviasi 3,359,
sedangkan pengukuran kedua didapatkan
nilai rata rata sesudah dilakukan terapi
bermain.10
Efektivitas dari terapi bermain
terhadap kecemasan pada anak yang
mengalami hospitalisasi di beberapa rumah
sakit di Vadodara, India terbukti efektif
dengan penggunaan terapi bermain terhadap
anak yang mengalami hospitalisasi.7 Terapi
bermain terhadap kecemasan anak yang
menjalani hospitalisasi mengalami
penurunan. 3

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
informasi bahwa terdapat pengaruh
pemberian terapi bermain tebak gambar
dengan penurunan kecemasan pada anak usia
toddler yang mengalami kecemasan akibat
hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Negara.
Adapun saran agar dilakukan
penelitian selanjutnya pengembangan jenis-
jenis terapi bermain yang memiliki nilai
efektif dalam menurunkan kecemasan serta
dampak negatif pada anak yang menjalani
hospitalisasi.

| 121
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-

DAFTAR PUSTAKA
1. Sartika A, Zulhaini dkk,. (2017). 10. editor T Heather Herdman, Shigemi
Hospitalisasi Mempengaruhi Tingkat Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Kecemasan Anak Todler. Jurnal Kesehatan 11. Noverita, dkk. (2017). Terapi Bermain
Manarang: Vol 3, No.2. Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak
2. Andriana D., 2011. Tumbuh Kembang dan Usia 3–5 Tahun Yang Berobat Di
Terapi Bermain Anak. Puskesmas. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jakarta:SalembaMedika. (2017) 5:2 ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-
3. Hale, M.A (2014). Pengaruh Terapi 018X.
Bermain Terhadap Kecemasan Anak yang 12. Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian
Mengalami Hospitalisasi di Ruang Mirah Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Delima Rumah Sakit William Booth Medika.
Surabaya. Jurnal Stikes William Booth, 7- 13. Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak
10 Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit :
4. Hockenberry , J.M. & Wilson, D. (2013). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit,
Essentials of pediatric nursing. St.Louis: Proses, Manfaat dan Pelaksanaannya. (E.
Mosby An Affilite of Elsevier inc. A. Yalestyarini, Ed.). Ponorogo: Forum
5. Fradianto, I. (2014). Pengaruh Terapi Ilmiah Kesehatan (FORIKES). (Diakses
Bermain Lilin terhadap Penurunan Tingkat pada 25 Juli 2019).
Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah 14. Stuart, G. W. (2013). Buku Saku
yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
DR. Soedarso Pontianak. 15. Supartini. (2014). Buku ajar konsep dasar
6. Pamungkas, W. T., Hartini, S., & Astuti, R. keperawatan anak. Jakarta. EGC
(2016). Pengaruh Terapi Bermain Origami 16. Suryanti, dkk (2011), Pengaruh terapi
Dan Bercerita Terhadap Tingkat bermain mewarnai dan origami terhadap
Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah tingkat kecemasan sebagai efek
Yang Mengalami Hospitalisasi Di RSUD hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di
Ambarawa. (Diakses pada 20 Juli 2020). RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata
7. Patel, K. (2014). A study to assess the Purbalingga. Jurnal Kesehatan Samadro
effevtiveness of play therapy on anxiety Ilmu, Edisi IV, 3(2).
among hospitalized children. IOSR Journal 17. Susilaningrum R. N. S. (2013). Asuhan
of Nursing and Health Science, 20-23 Keperawatan Bayi dan Anak: Untuk
8. Pravitasari, A. (2012). Perbedaan tingkat Perawat dan Bidan Edisi 2. Jakarta:
kecemasan pasien anak usia prasekolah Salemba Medika
sebelum dan sesudah program mewarnai. 18. Vellyana, Diny. Dkk. (2017). Faktor-
Skripsi. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
9. Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Kecemasan pada Pasien Preoperative di RS
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Mitra Husada Pringsewu.8 (1)

| 122
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-

| 123
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-

| 124
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang Vol. 15, No. 2, Desember 2020,
eISSN 2654-

|
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 15, No. 2, Desember 2020, eISSN 2654-
3427 DOI: 10.36086/jpp.v15i1.564

Anda mungkin juga menyukai