Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN IMUNISASI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA


DINAS KESEHATAN KOTA
UPTD PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING
Jl. H. M. Noer no. 226 Surabaya telp. ( 031 ) 51501347

PEDOMAN
PENYELENGGARAAN IMUNISASI
PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama di satu wilayah kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang
difungsikan sebagai Gate Keeper dalam pelayanan kesehatan, harus dapat
memberikan jaminan terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat
dan perorangan yang paripurna, adil, merata, berkualitas dan memuaskan
masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD
1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan
Pancasila dan UUD1945.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya
sumberdaya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu
programkesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan
informasiepidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda
(double burden ). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit
degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal
batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan
tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka
tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah
atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan
dengan hasil yang efektif.
Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974.
Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengemban-
gan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Da-
pat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, cam-
pak, polio,tetanus serta hepatitis B.Dengan upaya imunisasi pula, kita sudah da-
pat menekan penyakit polio dan sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus po-
lio liar di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio
di dunia dengan Program Eradikasi Polio (ERAPO).
Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus diperta-
hankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan
merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu
disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau
terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun
2000 kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB
merupakan kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi.
Penyelenggaraan pelayanan imunisasi merupakan pelayanan yang dapat
meningkatkan kualitas program imunisasi melalui penerapan pengelolaan vaksin
dan rantai vaksin yang memenuhi standart yang telah ditetapkan. Upaya pen-
ingkatan pelayanan imunisasi ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, se-
hingga dapat meminimalkan angka kematian, kesakitan dan mencegah ter-
jadinya kecacatan pada anak. Dengan adanya prioritas utama tersebut yang ter-
cantum dalam program Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia saat
ini maka pelayanan imunisasi perlu ditingkatkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Poli KIA/KB perlu dibuat standart
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelak-
sanaan penyelenggaraan pelayanan imunisasi yang diberikan ke pada pasien di
Puskesmas Tanah Kalikedinding.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan penyeleng-
garaan pelayanan imunisasi di Puskesmas Tanah Kalikedinding harus
berdasarkan standart penyelenggaraan pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanah
Kalikedinding.

B. TUJUAN
Sebagai bahan pedoman untuk melaksanakan kegiatan pelayanan imunisasi di
Puskesmas Tanah Kalikedinding, sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang cepat dan tepat agar dapat memberikan kepuasan pada
masyarakat.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan imunisasi Puskesmas Tanah Kalikedinding meliputi :
1. Pelayanan Imunisasi Dalam Gedung
1.1. Pelayanan imunisasi rutin untuk bayi, batita, dan WUS
Yaitu pelayanan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus
harus diberikan dan dilaksanakan pada periode waktu yang telah
ditetapkan karena telah terbukti efektif dan efisien, dengan
kegiatan terdiri dari imunisasi dasar pada bayi yang dilanjutkan
dengan imunisasi ulangan (Booster), imunisasi WUS (Wanita Usia
Subur) dan imunisasi anak sekolah dasar.
1.2. Pengelolaan Peralatan dan Perawatan Rantai Vaksin
Yaitu seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin
sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah
ditetapkan dengan kegiatan terdiri dari penyelenggaraan lemari es Top
Opening Ice Lined Refrigerator (ILR).
1.3. Pengelolaan Vaksin
Yaitu pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin
tersimpan pada suhu dan kondisi yang ditetapkan dengan kegiatan ter-
diri dari penyimpanan, pengambilan, mengeluarkan vaksin pencatatan
dan pelaporan serta perencanaan kebutuhan vaksin.
1.4. Penatalaksanaan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Yaitu penanganan atau tindakan medis yang diberikan segera terhadap
tanda-tanda atau gejala-gejala yang diduga terjadi akibat pemberian
imunisasi.

2. Pelayanan Imunisasi Luar Gedung / UKM


2.1. Pelayanan imunisasi rutin
Yaitu pelayanan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus
yang diberikan dan dilaksanakan pada periode waktu yang telah
ditetapkan, dengan kegiatan terdiri dari imunisasi dasar pada bayi
yang dilanjutkan dengan imunisasi ulangan (Booster), imunisasi
WUS (Wanita Usia Subur)
2.2. Pelaksanaan skreening TT
Yaitu kegiatan skrening status imunisasi TT pada Wanita Usia
Subur yang berkunjung ke Posyandu Balita untuk menilai status
TT pada WUS tersebut dan melengkapi imunisasi TT bila belum
terlindungi.
2.3. Pelaksanaan Sweeping Backlog Fighting
Yaitu suatu upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada
yang belum lengkap imunisasnya.
2.4 PIN Polio
PIN adalah pekan dimana setiap balita termasuk bayi baru lahir di
Indonesia diimunisasi Polio tanpa memperhitungkan status
imunisasi sebelumnya yang dilaksanakan di pos PIN. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memutuskan rantai virus polio dan juga
meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit polio

D. BATASAN OPERASIONAL
Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama.
Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif,
sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin ( antigen )
yang dapat merangsang pembentukan imunitas ( antibodi ) dari sistem imun di
dalam tubuh.
Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu
imunoglobulin yang non spesifik atau gamaglobulin dan imunoglobulin yang
spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit
tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin
yang non spesifik digunakan pada anak dengan defisiensi imunoglobulin
sehingga memberikan perlindungan dengan segera dan cepat yang seringkali
dapat terhindar dari kematian.
1. Pelayanan imunisasi rutin untuk bayi, batita, dan WUS
Yaitu pelayanan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus
harus diberikan dan dilaksanakan pada periode waktu yang telah
ditetapkan karena telah terbukti efektif dan efisien, dengan
kegiatan terdiri dari imunisasi dasar pada bayi yang dilanjutkan
dengan imunisasi ulangan (Booster), imunisasi WUS (Wanita Usia
Subur) dan imunisasi anak sekolah dasar.
a. Pemberian Imunisasi Hepatitis B PID (Prefilled Injection Device)
Yaitu pemberian vaksin yang berupa suspensi homogen yang
mengandung antigen hepatitis B dengan cara intramuskuler
(Prosedur terlampir dalam SOP).
b. Pemberian Imunisasi Polio
Yaitu pemberian vaksin polio bivalent yang terdiri dari suspense
virus poliomyelitis tipe 1 dan 3 yang sudah dilemahkan,untuk pem-
berian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis pada bayi usia 1-11
bulan dengan cara meneteskan 2 (dua) tetes vaksin polio pada
mulut bayi (Prosedur terlampir dalam SOP).

c. Pemberian Imunisasi BCG


Yaitu pemberian vaksin hidup bentuk beku kering yang
mengandung mycobacterium bovis (BCG) yang sudah dilemahkan
yang berfungsi untuk memberi kekebalan aktif terhadap tuberku-
losa pada bayi usia 0 – 2 bulan dengan cara intrakutan (Prosedur
terlampir dalam SOP).

d. Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib


Yaitu pemberian vaksin yang berupa suspensi homogen yang
mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis
(batuk rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni
yang tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub
unit berupa kapsul polisakarida Haemophilus influenzae tibe b tidak
infeksius yang dikonjugasikan kepada protein tokosoid tetanus,
untuk member kekebalan aktif terhadap difteri, tetanus, pertusis,
hepatitis B, dan Haemophilus influenza tibe b pada bayi usia 2-4
bulan dan ulangan (booster) pada bayi usia 18-36 bulan dengan
cara intramuskuler (Prosedur terlampir dalam SOP).
e. Pemberian Imunisasi Campak
Yaitu pemberian vaksin virus hidup yang dilemahkan, yang setiap
dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit
virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin
dan 30 mcg residu erythromycin, yang berfungsi untuk memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak pada bayi usia 9 – 11
bulan dan ulangan (booster) pada usia 24 bulan dan 6-7 tahun
dengan cara subcutan (Prosedur terlampir dalam SOP).
f. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Yaitu pemberian vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang
telah dimurnikan dan terabsorbsi kedalam 3 mg/ml alumunium fos-
fat yang diberikan pada wanita usia subur (WUS) atau ibu hamil
dengan tujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap tetanus
pada bayi baru lahir dengan cara intamuskuler (Prosedur terlampir
dalam SOP).
g. Pemberian Imunisasi Difteri Dan Tetanus (DT)
Yaitu pemberian vaksin yang mengandung toxoid difteri dan
tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi kedalam 3 mg/ml
aluminum fosfat yang dipergunakan untuk pemberi kekebalan si-
multan terhadap difteri dan tetanus pada anak usia dibawah 8
tahun dengan cara subcutan (Prosedur terlampir dalam SOP).
h. Pemberian Imunisasi Tetanus Dan Difteri (Td)
Yaitu pemberian vaksin yang mengandung toxoid difteri dan
tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi kedalam 3 mg/ml
aluminum fosfat yang dipergunakan untuk pemberi kekebalan si-
multan terhadap difteri dan tetanus pada anak usia diatas 8 tahun
dengan cara subcutan (Prosedur terlampir dalam SOP).
i. Konseling imunisasi
Yaitu proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu
masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebu-
tuhan dan perasaan klien mengenai imunisasi.

2. Pengelolaan Peralatan dan Perawatan Rantai Vaksin


Yaitu seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin
sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah
ditetapkan dengan kegiatan terdiri dari penyelenggaraan lemari es Top
Opening Ice Lined Refrigerator (ILR).
a. Perawatan harian Lemari Es Top Opening Ice Lined Refrigerator
(ILR)
Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan setiap hari secara terus
menerus untuk memelihara atau menjaga fungsi lemari es Top
Opening Ice Lined Refrigerator (ILR) agar tetap pada kondisi yang
diharapkan dan selalu dalam kondisi siap pakai (Prosedur terlampir
dalam SOP).
b. Perawatan mingguan Lemari Es Top Opening Ice Lined Refrig-
erator (ILR)
Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan setiap seminggu sekali secara
terus menerus untuk memelihara atau menjaga fungsi lemari es
Top Opening Ice Lined Refrigerator (ILR) agar tetap pada kondisi
yang diharapkan dan selalu dalam kondisi siap pakai (Prosedur ter-
lampir dalam SOP).
c. Perawatan Bulanan Lemari Es Top Opening Ice Lined Refriger-
ator (ILR)
Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan setiap sebulan sekali secara
terus menerus untuk memelihara atau menjaga fungsi lemari es
Top Opening Ice Lined Refrigerator (ILR) agar tetap pada kondisi
yang diharapkan dan selalu dalam kondisi siap pakai (Prosedur ter-
lampir dalam SOP).

3. Pengelolaan Vaksin
Yaitu pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin
tersimpan pada suhu dan kondisi yang ditetapkan dengan kegiatan ter-
diri dari penyimpanan, pengambilan, mengeluarkan vaksin, pencatatan
dan pelaporan serta perencanaan kebutuhan vaksin.
a. Perencanaan Kebutuhan Vaksin
Yaitu menentukan jumlah kebutuhan vaksin yang akan digunakan
selama satu bulan.
b. Penyimpanan Vaksin
Yaitu sebuah tempat penyimpanan vaksin yang mempunyai kapa-
sitas (volume) 108 liter dengan suhu bagian dalamnya mempunyai
kisaran antara +2 ºC s/d +8 ºC, yang bertujuan untuk menjaga
kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya (atau digunakan) dengan penyimpanan pada
suhu yang telah ditetapkan (Prosedur terlampir dalam SOP).
c. Pengambilan Vaksin
Yaitu suatu kegiatan pengambilan vaksin dari tingkat kota ke
puskesmas (Prosedur terlampir dalam SOP).
d. Mengeluarkan vaksin dari lemari es top opening Ice Lined Re-
frigerator (ILR)
Yaitu proses memindahkan vaksin dari lemari es yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan ditempat pelayanan imunisasi (Prose-
dur terlampir dalam SOP).
e. Pencatatan dan pelaporan bulanan imunisasi
Yaitu merupakan serangkaian kegiatan terhadap pelaksanaan imu-
nisasi, dengan menggunakan cara/metode yang seragam dan se-
cara periodic berdasarkan jenjang administrasi (Prosedur terlampir
dalam SOP).

4. Penatalaksanaan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


Yaitu penanganan atau tindakan medis yang diberikan segera terhadap
tanda-tanda atau gejala-gejala yang diduga terjadi akibat pemberian
imunisasi.

5. Pelaksanaan skreening TT
Yaitu kegiatan skrening status imunisasi TT pada Wanita Usia
Subur yang berkunjung ke Posyandu Balita untuk menilai status
TT pada WUS tersebut dan melengkapi imunisasi TT bila belum
terlindungi.
6. Pelaksanaan Backlog Fighting
Yaitu suatu upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada
usia 1 sampai 3 tahun yang belum lengkap imunisasi dasar pada
waktu bayi.
7. PIN
PIN adalah pekan dimana setiap balita termasuk bayi baru lahir di
Indonesia diimunisasi Polio tanpa memperhitungkan status
imunisasi sebelumnya yang dilaksanakan di pos PIN. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memutuskan rantai virus polio dan juga
meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit polio

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular;
2. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
4. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/VIII/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi;
11. Kepmenkes No. 1626/Menkes/SK/XII/2005 Tentang Pedoman
Pemantauan Dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Program Imunisasi adalah :
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

1 Penanggung Jawab UKP Dokter Umum -

2 Penanggung Jawab P2 Dokter Umum

3 Koordinator Program DIII Kebidanan -


Imunisasi

4 Bidan Pelaksana DIII Kebidanan -

5 Perawat Pelaksana DIII Keperawatan/S1 -


Keperawatan

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Pelayanan Imunisasi Dalam Gedung
a. Puskesmas Induk terdiri dari :
1) 1 orang penanggung jawab Program P2 dan surveilans KIPI
2) 1 orang koordinator program imunisasi
3) 1 orang atau lebih pelaksana imunisasi (vaksinator)
b. Puskesmas Pembantu
1 orang pelaksana imunisasi
c. Poskeskel
1 orang pelaksana imunisasi
2. Pelayanan Imunisasi Luar Gedung
Yaitu pemberian pelayanan imunisasi yang dilakukan di posyandu,
sekolah, dan kunjungan rumah yang terdiri dari 1 orang atau lebih
pelaksana imunisasi (vaksinator).

C. JADWAL PELAYANAN
1. Jam buka pelayanan imunisasi: Senin- kamis : 07.30 – 12.00
Jumat : 07.30 – 11.00
Sabtu : 07.30 – 12.00
2. Jam buka pelayanan imunisasi di Posyandu :
Senin – Sabtu jam 09.00 sampai selesai sesuai jadwal yang sudah
disepakati.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS
I. Fasilitas & Sarana
I. Fasilitas Dan Sarana
a. Dalam Gedung terdiri dari :
1. Puskesmas induk terdiri dari 1 ruang imunisasi di Poli
KIA/KB
2. Puskesmas pembantu terdiri dari 1 ruang untuk imunisasi
3. Poskeskel terdiri dari 1 ruang untuk imunisasi
b. Luar Gedung terdiri dari posyandu, ruang kelas
II. Peralatan
Peralatan Imunisasi adalah sejumlah alat medis yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan imunisasi yang terdiri dari :
a. Kit Imunisasi yaitu sejumlah alat medis yang dipergunakan un-
tuk melaksanakan kegiatan imunisasi :
Alat :
1. Pinset
2. Termos Vaksin
3. Vaksin Carier
4. Cool Pack
5. Lemari Es Top opening Ice Lined Refrigerator (ILR)
6. Freeze tag
7. Termometer Muller
Bahan :
1. Kapas injeksi
2. Sabun Tangan/ antiseptic
3. Air DTT
4. Sarung tangan

b. Peralatan Surveillans
1. Komputer
2. Printer
c. Mebelair
1. Meja kerja ½ biro
2. Kursi kerja
d. Penunjang
1. Tas lapangan
2. Tempat sampah medis
3. Tempat sampah non medis
e. Pencatatan dan Pelaporan
1. Buku Stok per vaksin
2. Blangko permintaan vaksin
3. Buku Bantu pelaporan imunisasi
4. Buku grafik suhu lemari es vaksin

BAB IV
TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN


I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Pendaftaran dan Rekam Medik
- Bidan Poli KIA/KB
II. Perangkat Kerja
- Rekam Medis
III. Tata laksana Pendaftaran Pasien imunisasi
1. Pendaftaran Pasien Imunisasi dilakukan oleh Ibu/keluarga pasien
dibagian Pendaftaran dan Rekam Medik.
2. Petugas Pendaftaran dan Rekam Medik menyiapkan rekam
medis pasien.
3. Petugas Pendaftaran dan Rekam Medik mengantarkan rekam
medis pasien ke Poli KIA/KB.

B. TATA LAKSANA PELAYANAN IMUNISASI


I. Petugas Penanggung Jawab
- Bidan Poli KIA/KB
- Petugas Kamar Obat
II. Perangkat Kerja
- Rekam Medis
- Buku KIA/KMS
- Alat Tulis
III. Tata laksana pelayanan Imunisasi
1. Bidan jaga poli KIA/KB memanggil identitas pasien berdasarkan
rekam medis yang telah tersedia.
2. Bidan jaga poli KIA/KB melakukan penimbangan berat badan
pasien.
3. Bidan jaga poli KIA/KB melakukan anamnesa pada ibu/keluarga
pasien secara lengkap untuk menentukan apakah pasien dapat
dilakukan tindakan imunisasi atau tidak.
4. Jika pasien terdapat keluhan seperti panas, batuk, diare dan pilek
atau yang lainnya maka bidan poli KIA/KB berkolaborasi dengan
dokter di poli KIA/KB.
5. Dokter poli KIA/KB melakukan pemeriksaan secara lengkap
kepada pasien untuk menentukan apakah pasien boleh atau
tidak dilakukan tindakan imunisasi.
6. Bila kondisi pasien diperbolehkan untuk dilakukan pelayanan
imunisasi maka ibu/keluarga pasien dianjurkan untuk ke bagian
Kamar obat untuk mengambil resep.
7. Bidan jaga poli KIA/KB menjelaskan efek samping atau gejala-
gejala yang akan timbul setelah pemberian imunisasi.
8. Ibu/keluarga pasien melakukan pengisian inform consent.
9. Bidan melaksanakan pelayanan imunisasi sesuai dengan usia
pasien.
10. Bidan mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medis dan
buku KIA/ KMS pasien.
11. Pasien dianjurkan kunjungan ulang imunisasi sesuai jadwal.

C. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT


I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Poli KIA/KB (Dokter, Bidan, Perawat)
II. Perangkat Kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan Imunisasi
III. Tata Laksana Informed Consent
1. Petugas di Poli KIA/KB menjelaskan tujuan dari pengisian in-
formed consent pada pasien/keluarga pasien disaksikan oleh
petugas.
2. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disak-
sikan oleh petugas.
3. Setelah diisi dimasukkan dalam rekam medis pasien.

BAB V
LOGISTIK
Logistik dalam pelayanan Imunisasi meliputi :
A. Vaksin

No Nama Vaksin Satuan Jenis Vaksin

1 Vaksin BCG Strain Danish Vial Vaksin BCG


1331
2 Vaksin Pentabio Vial Vaksin DPT-HB-Hib

3 Vaksin Jerap Tetanus Vial Vaksin Tetanus Toksoid

4 Vaksin Jerap DT Vial Vaksin Difteri Tetanus

5 Vaksin Oral Polio Vaccine Vial Vaksin Polio


(OPV)
6 Meales Vaccine Dilvent Vial Vaksin Campak Kering

7 Vaksin Hepatitis B PID Vial Vaksin Hepatitis B

B. Bahan habis pakai

No Nama Barang Satuan

1 Pelarut Vaksin Campak Vial

2 Pelarut Vaksin BCG Vial

3 Drooper Biji

4 Kapas Biji

5 ADS (Auto Distruct Syringe)0,05 ml, 0,5 ml, 5,0 Dos


ml

6 Safety Box Volume 5 ltr Biji

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
:
1. Asesmen Resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien
3. Pelaporan Dan Analisis Insiden
4. Kemampuan Belajar Dari Insiden Dan Tindak Lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya
atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC)


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambill
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi :
1. Karena “keberuntungan”
2. Karena “pencegahan”
3. Karena “peringanan”

KESALAHAN MEDIS
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
C. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
2. Melaporkan pada dokter
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insi-
den Keselamatan”.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang
memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi
penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa
pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08%
pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan
WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi
dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai
sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.

II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai


resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya,
untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan
prinsip “Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Tanah Kalikedinding


dalam memberikan pelayanan imunisasi adalah ketepatan orangtua dalam
membawa bayinya untuk imunisasi ulang ( kunjungan ulang )
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan buku monitoring dan
evaluasi indikator mutu pelayanan dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan
pada tim manajemen mutu Puskesmas Tanah Kalikedinding.

BAB IX
PENUTUP

Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi ini merupakan


kumpulan dari beberapa referensi buku panduan pelayanan imunisasi di
Puskesmas, diharapkan dapat membantu penyelenggaraan imunisasi di
puskesmas agar pelayanan imunisasi dapat berjalan dengan baik sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya bayi, balita dan
apras secara optimal.
Pedoman penyelenggaraan pelayanan imunisasi merupakan acuan
puskesmas dalam membuat standart operasional prosedur (SOP) imunisasi.
Diharapkan standar ini bermanfaat dan dapat membantu petugaas pemberi
pelayanan dalam melaksanakan asuhan kebidanan/keperawatan baik di dalam
gedung maupun diluar gedung, yang pada akhirnya diharapkan agar kualitas
dan efektivitas pelayanan imunisasi di Puskesmas terus meningkat.
Penyusunan pedoman penyelenggaraan pelayanan imunisasi ini telah
diusahakan sebaik-baiknya. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan
dan kekeliruan dalam penyusunan pedoman ini, untuk itu saran perbaikan dan
penyempurnaan pedoman penyelenggaraan pelayanan imunisasi ini kami
harapkan dari berbagai pihak yang terkait demi kesempurnaan pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai