Anda di halaman 1dari 3

Khutbah I, Agar Tak Gampang Merendahkan Orang Lain adalah proses tidak berkesudahan.

adalah proses tidak berkesudahan. Ketika kita berhenti karena sudah merasa
‫ َأ ْش هَ ُد َأ ْن اَل ِإلَ هَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل‬.‫ت‬ ‫هّٰلِل‬
ِ ‫ك ْال َمنَ ا ِه ْي َوفِ ْع ِل الطَّا َع ا‬ ِ ْ‫ َأ َم َرنَا بِتَ ر‬  ْ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ الَّ ِذي‬ berada di posisi yang lebih baik dari yang lain, maka di situlah kita tanpa terasa

‫ اَ ٰللّهُ َّم‬.‫َّش ا ِد‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّدنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعي بِقَوْ لِ ِه َوفِ ْعلِ ِه ِإلَى الر‬، ُ‫ك لَه‬ َ ‫َش ِر ْي‬ sedang terperosok. Sebab, merasa lebih baik dari orang lain adalah ketidakbaikan
itu sendiri. Akhirnya apa yang tampak berhasil sejatinya adalah kegagalan.  
‫ب َو َعلَى التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم‬ ِ ‫لص َوا‬ َّ ِ‫ص َحابِ ِه الهَ ا ِد ْينَ ل‬ ْ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأ‬ َ
  ‫فَاَل تُزَ ُّكوا َأ ْنفُ َس ُك ْم هُ َو َأ ْعلَ ُم بِ َم ِن اتَّقَى‬
‫ق تُقَاتِ ه َواَل تَ ُم وْ تُ َّن ِإاَّل‬ َّ ‫ اِتَّقُ وْ ا هللاَ َح‬، َ‫ فَيَااَيُّهَ ا ْال ُم ْس لِ ُموْ ن‬،‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬ ‫ب‬ ِ ‫ان ِإلَى يَوْ ِم ْال َمآ‬ ٍ ‫بِِإحْ َس‬ “Jangan kamu merasa paling suci. Karena Dia-lah yang lebih mengetahui orang
‫ ٰيٓاَيُّهَ ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ وْ ا اَل يَ ْس خَرْ قَ وْ ٌم ِّم ْن‬:‫الى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬ َ ‫َوَأنـْتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ نَ فَقَ ْد قَا َل هللاُ تَ َع‬ yang paling bertakwa,” (QS An-Najm: 32).  
‫َس ى اَ ْن يَّ ُك َّن خَ ْي رًا ِّم ْنه ۚ َُّن َواَل‬ ٓ ٰ ‫َس ى اَ ْن يَّ ُكوْ نُ وْ ا َخ ْي رًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َس ۤا ٌء ِّم ْن نِّ َس ۤا ٍء ع‬ ٓ ٰ ‫قَ وْ ٍم ع‬ Para ahli tafsir mengungkap, ayat tersebut adalah kritik terhadap mereka yang
ٰۤ ُ
َ‫ول ِٕىك‬ ُ ْ‫س ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬
‫ق بَ ْع َد ااْل ِ ْي َم ا ۚ ِن َو َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَا‬ َ ‫ب بِْئ‬ ِ ۗ ‫ت َْل ِم ُز ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوْ ا بِااْل َ ْلقَا‬ gemar memuji dan membangga-banggakan amal sendiri. Padahal, kualitas

    َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ٰ ‫هُم‬ ketakwaan hanyalah Allah yang paling tahu. Bisa jadi suatu amal ibadah atau
ُ kebaikan di satu sisi terlihat menggunung tapi di sisi lain ternyata keropos dan
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
rapuh. Mudah runtuh dalam sekejap. Atau sebaliknya, amal yang sekilas tampak
Islam mengajarkan para pemeluknya untuk berlomba dalam kebaikan (fastabiqul
remeh bisa jadi sangat berharga di mata Allah karena dijalankan dengan penuh
khairat). Ini artinya masing-masing orang didorong untuk menjadi paling unggul
ketulusan dan ridha-Nya.  
dibanding yang lain dalam berbuat baik. Anjuran ini juga berhubungan dengan
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Lalu bagaimana kita bisa selamat dari
konsep kehidupan menurut Islam bahwa yang hakiki dan abadi adalah akhirat,
jebakan merasa lebih baik atau bangga diri (ujub) yang menjadi pangkal sikap
Adapun yang semu dan sementara adalah dunia. Dunia, dengan demikian, adalah
merendahkan orang lain? Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah memberikan
tempat menanam sebanyak-banyaknya kebaikan agar bisa dipanen pada
kiat-kiatnya. Beliau merekomendasikan pendekatan manajemen pikiran yang
kehidupan di akhirat kelak.  
selalu melihat kemungkinan positif dari orang lain, entah itu orang tua atau anak,
Dalam Al-Qur’an sendiri Allah mengiming-imingi bahwa manusia yang paling
berilmu atau bodoh, mukmim atau kafir.   Saat kita melihat anak kecil atau lebih
tinggi derajat kemuliaannya adalah yang paling bertakwa (inna akramakum
muda, berpikirlah bahwa ia itu lebih baik dari diri kita. Waktu mereka untuk
‘indallahi atqakum). Informasi ini secara implisit juga bermakna anjuran
bermaksiat tentu lebih sedikit dibanding kita yang lebih tua dari mereka.    Saat
berkompetisi dalam ketakwaan. Semakin muttaqin (bertakwa) seseorang,
kita melihat orang yang lebih tua, berpikirlah bahwa ia juga lebih baik dari kita.
semakin unggul kedudukannya di sisi Allah swt.  
Sebab, ibadah mereka tentu mulai lebih dulu daripada kita yang lahir belakangan.
Hadirin yang semoga dirahmati Allah, Ada jebakan yang cukup samar ketika
Ketika bertemu dengan orang pandai atau berilmu, kita juga diajak untuk berpikir
seseorang “berhasil” memperbanyak kebaikan, seperti ibadah wajib, ibadah
bahwa itu semua adalah anugerah yang belum kita gapai, prestasi yang belum
sunnah, peran sosial, atau menjadi ahli di bidang pengetahuan tertentu. Jebakan
kita raih. Mereka tahu banyak hal tentang apa yang tidak banyak kita ketahui. Kita
tersebut adalah perasaan “sudah sangat baik” atau “lebih baik dari orang lain”.
bukan cuma tidak selevel tapi juga sulit mengungguli kebaikannya.   Ketika
Sebab, ini adalah pintu masuk bagi sikap untuk memandang rendah atau
berjumpa dengan orang bodoh, kita juga diajak untuk berpikir bahwa ia tetap
menyepelekan orang lain.  
lebih baik dari kita. Andaipun mereka ini bermaksiat tentu maksiat mereka lebih
Menjadi baik adalah satu hal, dan merasa sudah baik adalah hal yang lain. Yang
ringan daripada kita. Sebab, mereka durhaka karena kebodohan, sementara kita
pertama menekankan sisi proses, sementara yang kedua cenderung menganggap
berbuat dosa justru atas dasar ilmu. Pengadilan akhirat kelak akan menjadikan ini
sudah mencapai hasil. Padahal, implementasi dari fastabiqul khairat harusnya
dasar ketika waktu perhitungan tiba.   Bagaimana kita melihat orang kafir? Imam
al-Ghazali lagi-lagi menyuruh kita untuk menata pikiran bahwa ia juga mungkin ُ ‫أن يَتَ َغ َّم َدنِي هَّللا‬ َ ‫ واَل ِإيَّا‬:‫ك ي ا َرس و َل هَّللا ِ؟ ق ا َل‬
ْ ‫ي إاَّل‬ َ َّ‫ واَل ِإي‬:ٌ‫ قال َر ُجل‬،ُ‫ لَ ْن يُ ْن ِجي أ َحدًا ِمن ُكم َع َملُه‬   
lebih baik. Ajal orang tidak ada yang tahu. Bisa jadi Allah mewafatkan orang kafir ٰ ‫برحْ َم ٍة‬
‫ول ِك ْن َس ِّددُوا‬ َ ُ‫ِم ْنه‬
itu secara husnul khatimah dengan memeluk Islam sehingga bersihlah dosa-dosa
Artinya, “Amal tidak akan menyelamatkan kalian.” Seseorang bertanya, “Apakah
sebelumnya. Sementara diri kita? Tidak ada jaminan kita mati dengan masih
amal juga tidak menyelamatkan engkau, wahai Rasulullah?” Jawab Nabi, “Tidak
membawa anugerah terbaik, yakni iman.  
pula amal menyelamatkanku hanya saja Allah melimpahiku dengan rahmat dari-
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Kita mungkin mudah saja meraih simpati
Nya, akan tetapi luruslah (cari kebenaran dan amalkan),” (HR al-Bukhari).  
atau kesan sebagai orang saleh dan baik di mata orang-orang. Namun, itu semua
Semoga Allah selamatkan kita semua dari penyakit hati yang parah, dan jikapun
hanyalah semu karena kebaikan yang hakiki adalah kebaikan di mata Allah di
kita terkena penyakit hati sekecil apa pun maka Allah segera menyembuhkannya. 
akhirat kelak. Imam al-Ghazali berpandangan bahwa kebaikan di sisi Allah
sesungguhnya adalah sesuatu yang masih misterius. Kepastiannya menunggu
ketika kita mati, apakah dalam keadaan su’ul khatimah atau husnul khatimah.   ِ ‫ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬،‫ َأقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬ 
  ‫َّح ْي ُم‬
Kata Imam al-Ghazali: dalam Bidayatul Hidayah:
‫هّٰللا‬ Khutbah Kedua
، ٌ‫ك َغيْب‬َ ِ‫ َو ٰذل‬،‫َار ااْل ٰ ِخ َر ِة‬
ِ ‫ بَلْ يَ ْنبَ ِغي لَكَ َأ ْن تَ ْعلَ َم َأ َّن ْالخَ ي َْر َم ْن هُ َو َخ ي ٌر ِع ْن َد ِ فِي د‬  ُ‫ َوَأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِا َل َه ِإالَّ هللاُ َوهللا‬.ِ‫لى َت ْوفِ ْيقِ ِه َو ِا ْم ِت َنانِه‬ َ ‫لى ِإحْ َسا ِن ِه َوال ُّش ْك ُر َل ُه َع‬ َ ‫هلل َع‬ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬ 
ْ‫ بَ ل‬، ٌ‫ك َج ْه ٌل َمحْ ض‬ َ ‫ك َخ ْي ٌر ِم ْن َغ ْي ِر‬َ َّ‫ك فِي نَ ْف ِسكَ َأن‬ َ ‫ف َعلَى ال َخاتِ َم ِة؛ فَا ْعتِقَا ُد‬ ٌ ْ‫َوهُ َو َموْ قُو‬
‫ الل ُه َّم‬.ِ‫ض َوا ِنه‬ ْ ‫إلى ِر‬ َ ‫ْك َل ُه َوَأ ْش َه ُد أنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُ ُه ال َّداعِ ى‬ َ ‫َوحْ دَ هُ الَ َش ِري‬
 ‫ك‬ َ ‫ َوَأ َّن ْالفَضْ َل لَهُ َعلَى نَ ْف ِس‬،‫ك‬ َ ‫يَ ْنبَ ِغي َأاَّل تَ ْنظُ ُر ِإلَى َأ َح ٍد ِإاَّل َوت ََرى َأنَّهُ َخ ْي ٌر ِم ْن‬ ُ‫ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ِو َع َلى اَلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َو َسلِّ ْم َتسْ لِ ْيمًا كِثيْرً ا َأمَّا َبعْ ُد َفي ا َ اَ ُّي َه ا ال َّناس‬ َ
"Ketahuilah bahwa kebaikan adalah kebaikan menurut Allah di akhirat kelak. Itu
‫مْر َب دَ َأ فِ ْي ِه ِب َن ْف ِس ِه َو َثـ َنى‬ ٍ ‫هللا َأ َم َر ُك ْم بَِأ‬َ َّ‫هللا فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْن َته ُْوا َعمَّا َن َهى َواعْ َلم ُْوا َأن‬ َ ‫ِا َّتقُوا‬
perkara ghaib (tidak diketahui) dan karenanya menunggu peristiwa kematian.
Keyakinan bahwa dirimu lebih baik dari selainmu adalah kebodohan belaka.
‫لى ال َّن ِبى ي آ اَ ُّي َه ا الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا‬ َ ‫ُص لُّ ْو َن َع‬ َ ‫هللا َومَآلِئ َك َت ُه ي‬ َ َّ‫ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْدسِ ِه َو َقا َل َتع ا َ َلى ِإن‬
Sepatutnya kau tidak memandang orang lain kecuali dengan pandangan bahwa ia ‫آل‬ِ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َع َلى‬ َ ‫ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد‬ َ ‫ الل ُه َّم‬.‫صلُّ ْوا َع َل ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‬ َ
lebih baik ketimbang dirimu dan memiliki keutamaan di atas dirimu."   Sang ‫ض اللّ ُه َّم َع ِن ْال ُخ َل َف ا ِء‬ َ ْ‫ُس ل َِك َومَآلِئ َك ِة ْال ُم َق رَّ ِبي َْن َوار‬ ُ ‫يآِئك َور‬َ ‫َس ِّيدِنا َ م َُح َّم ٍد َو َع َلى اَ ْن ِب‬
Hujjatul Islam juga menyebut ujub sebagai penyakit kronis. Yang ditimpa pun ‫الرَّ اشِ ِدي َْن َأ ِبى َب ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى َو َعنْ َبقِ َّي ِة الص ََّحا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َْن َو َت ِابعِي ال َّت ِاب ِعي َْن‬
bukan fisik tetapi hati yang penanganannya tentu lebih sulit. Penyakit ini jika tidak
ْ‫اغفِر‬ْ ‫تِك َي ا َأرْ َح َم ال رَّ ا ِح ِمي َْن اَلل ُه َّم‬ َ ‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َرحْ َم‬ َ ْ‫ْن َوار‬ ِ ‫ان ِا َل ى َي ْو ِم ال ِّدي‬
ٍ ‫َل ُه ْم ِب ِاحْ َس‬
segera ditangani akan memancing penyakit-penyakit lain untuk datang, seperti
gemar menghina atau merendahkan orang lain, mencaci-maki, egois, tertutup ‫ت الل ُه َّم َأعِ َّز ْاِإل ْس الَ َم‬ ِ ‫مْوا‬ َ َ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاال‬ ِ ‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما‬ ِ ‫ل ِْلمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا‬
atas nasihat, antikritik, dan mungkin yang lebih ekstrem, merasa berhak ‫ص َر ال ِّدي َْن‬ َ ‫ادَك ْالم َُوحِّ ِد َّي َة َوا ْنصُرْ َمنْ َن‬ َ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َب‬ َ ْ‫َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوَأ ِذ َّل ال ِّشر‬
menganiaya orang lain. Na’udzubillahi min dzalik.   Tugas pokok manusia ْ‫ الل ُه َّم ْاد َف ع‬.‫ْن‬ِ ‫ك ِإ َلى َي ْو َم ال ِّدي‬ َ ‫ْن َواعْ ِل َكلِ َما ِت‬ ِ ‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو دَ مِّرْ َأعْ دَا َء ال ِّدي‬ ْ ‫َو‬
mengabdi total kepada Allah. Soal kualitas ibadah, manusia memang harus
ْ‫الزالَ ِز َل َو ْالم َِح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْت َن ِة َو ْالم َِح َن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َم ا َب َط َن َعن‬ َّ ‫َع َّنا ْال َبالَ َء َو ْا َلو َبا َء َو‬
mengikhtiarkannya semaksimal mungkin tetapi bukan untuk dibangga-
banggakan, apalagi sampai menganggap rendah orang lain. Terlebih dalam ‫ َر َّب َن ا آتِن ا َ فِى‬.‫لع ا َل ِمي َْن‬ َ ‫دَان ْالم ُْس لِ ِمي َْن عآم ًَّة َي ا َربَّ ْا‬ ِ ‫اِئر ْالب ُْل‬ِ ‫َب َل ِد َنا ِا ْن ُدو ِن ْيسِ يَّا خآص ًَّة َو َس‬
sebuah hadits dijelaskan sesungguhnya faktor paling menentukan kita selamat ‫ َر َّب َن ا َظ َلمْ َن ا اَ ْنفُ َس َنا َواإنْ َل ْم َت ْغفِرْ َل َن ا‬.‫ار‬ ِ ‫اب ال َّن‬ َ ‫ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ‬
adalah rahmat Allah, bukan yang lain. ‫ان َوِإيْت آ ِء ذِي‬ ِ ‫لع ْد ِل َو ْاِإلحْ َس‬ َ ْ‫هللا َيْأ ُم ُر َن ا ِبا‬
َ َّ‫هللا ! ِإن‬ ِ َ‫ عِ َباد‬.‫لخاسِ ِري َْن‬ َ ‫َو َترْ َحمْ َنا َل َن ُك ْو َننَّ م َِن ْا‬
‫لعظِ ْي َم‬ ‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُك رُوا َ‬
‫هللا ْا َ‬ ‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُ‬
‫ِ‬ ‫ْالقُرْ َ‬
‫هللا َأ ْك َبرْ ‪ ‬‬ ‫َي ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬
‫لى ن َِع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َو َل ِذ ْك ُر ِ‬

Anda mungkin juga menyukai