Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SHAPING

DISUSUN OLEH :

GILANG CAHYA B.P.P 1301418085


NADIAH CIKA FAKHRIYAH 1301418086
ALYA DINAR FA,ATIN 1301418049
SALSABILA KHOIRUNNISA 1301418091

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


DAFTAR ISI

Penerapan Shaping................................................................................................3
Langkah-langkah dalam Shaping :.......................................................................3
1. Mengidentifikasi Tingkah Laku yang Bermasalah dan Merumuskan
Masalahnya secara Operasional, yang dapat Diamati dan Diukur.......................4
2. Mengidentifikasi Berbagai Kemungkinan Penyebab Timbulnya Masalah...4
3. Menetapkan Target Tingkah Laku yang Diinginkan.....................................5
4. Merancang dan Melaksanakan Strategi untuk Mengatasi Masalah dan
Mencapai Target Tingkah Laku yang Diharapkan dengan Memilih dan
Menggunakan Teknik yang Tepat........................................................................5
Daftar Pustaka.......................................................................................................6

1
A. PENGERTIAN SHAPING
Shaping adalah pembentukan perilaku baru atau perilaku yang belum pernah
dilakukan individu, dan sulit atau tidak mungkin untuk memunculkan perilaku baru yang
diinginkan tersebut, dengan cara memberi pengukuh/penguat jika telah muncul perilaku-
perilaku yang menyerupai atau mendekati perilaku yang diinginkan, sehingga pada akhirnya
memunculkan perilaku yang sama sekali baru yang diinginkan.
Jadi shaping itu adalah prosedur yang digunakan untuk membentuk perilaku seorang
individu. Karena perilaku memiliki tingkat kejadian, maka tidak mungkin untuk
meningkatkan frekuensi perilaku hanya denga nmenunggu sampaiterjadi dan kemudian baru
menguatkannya. Oleh Karena itu, untuk memperkuat perilaku harus memperkuat respon
mulai dari nol sampai ke frekuensi yang lebih besar.
Shaping didefinisikan sebagai perkembangan perilaku baru oleh penguatan berturut-
turut dari perilaku yang ingin dikuatkan sebelumnya. Kadang-kadang perilaku baru terjadi
ketika seorang individu menampakkan beberapa perilaku awal, dan lingkungan (orang lain)
memperkuat variasi-variasi kecil dalam perilaku. Akhirny abahwa perilaku awal dapat
dibentuk sehingga bentuk akhir tidak lagi menyerupai perilaku awal.
Kebanyakan orang tua menggunakan prosedur pembentukan dalam mengajar anak-
anak mereka untuk berbicara, misalnya saja ketika pertama kali bayi mulai mengoceh, ia
mengikuti bahasa asli orang tua walaupun masih mereka-reka. Pada saat mulai mengoceh
inilah orangtua memperkuat perilaku misalnya dengan belaian, pelukan atau ciuman pada
sang anak.

Ada dua cara untuk membentuk sebuah respon, yaitu :


1. Eksternal shaping
Jika kita menghendaki seseorang melakukan sebuah respon tertentu, misalnya
menekan pengumpil untuk memperoleh makanan, maka lingkungan dapat diatur sedemikian
rupa sehingga respon ini kemungkinan besar dilakukan. Dalam bahasa skinner, respon-respon
dalam conditional klasik dibentuk secara tidak begitu kaku, sedang respon-respon
instrumental dibentuk secara tidak begitu kaku tetapi masih tetap berada dibawah penguasaan
kondisi luar.
2. Internal shaping
Internal shaping dapat terjadi dalam lingkungan yang sangat bebas dan sangat tidak
berstruktur. Diberi nama internal shaping karena tekanan konstan terhadap tingkah laku
datangnya dari dalam organisme, bukan dari lingkungan fisik. Skinner (1951) bahwa proses
internal shaping dapat dilukiskan dengan cukup obyektif, tetapi pelaksanaannya memerlukan
kecerdasan, akal, dan keahlian yang besar dari orang yang melakukan shaping.
Proses shaping akan sangat berjalan dengan sangat cepat dan efektif bila reinforcement
tepat bersamaan waktu dengan respon. Dalam shaping ada tahapan-tahapan dalam menuju

2
perilaku akhir, meskipun belum sampai pada perilaku akhir yang diharapkan, apabila
seseorang itu telah berubah atau membentuk perilaku baru maka diberikan reinforcement.
B. Aspek yang dapat Dibentuk dalam Shaping
Ada tiga aspek yang dapa dibentuk dalam shaping di antaranya :
a. Topografi, merupakan bentuk kecil dari sebuah respon
Misalnya : Dalam membentuk kata Mama, dimulai dari …em…ma… mama. Disini
perilaku kita pilah-pilah menjadi bentuk kecil.
b. Amount, merupakan aspek yang diperhatikan yaitu jumlah perilaku yang kita bentuk atau
langkah-langkah yang telah direncanakan dari satu tempat ketempat yang lain.
c. Intensity, merupakan kekuatan respon dari suatu aktifitas
Misalnya :Latihan mengemudikan mobil (awalnya tersendat-sendat, kemudian bertambah
lancar, seiring dengan seringnya latihan yang dilakukan maka akan membuat semakin
lancer dalam mengemudikan mobil).

Penerapan Shaping
a. Sistematis, harus mengikuti langkah-langkah (prosedur) yang jelas
b. Tidak Sistematis, tanpa adanya prosedur yang jelas
c. Self Shaping, adanya pembentukan perilaku oleh diri kita sendiri.
Contoh :Latihan membuat kue
Awalnya terlalu asin (keasinan), tapi setelah beberapa lama (sering) dalam membuat kue
yang sama maka rasanya akan sesuai dengan yang diinginkan (tambah enak).

Langkah-langkah dalam Shaping :


a. Menentukan perilaku akhir yang diinginkan bias topografi saja, amount saja, intensity
saja atau ketiga-tiganya bias dipakai sekaligus.
b. Memilih perilaku awal sebagai modal sehingga akhir dari perilaku memenuhi harapan.
c. Memilih tahap pembentukan (langkah-langkah dari shaping), hal ini dilakukan supaya
dalam memberikan reinforcement bias lebih terencana.
d. Bergerak pada tempat yang benar (moving), supaya subyek berhasil dalam
melakukannya jangan terlalu cepat dalam mengajari, usahakan disesuaikan dengan
perkembangan dari anak.

3
C. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS PENGUBAHAN TINGKAH LAKU

1. Mengidentifikasi Tingkah Laku yang Bermasalah dan Merumuskan Masalahnya secara


Operasional, yang dapat Diamati dan Diukur.
X adalah Mahasiswa program studi Pendidikan AnakUsia Dini semester IV di salah satu
Perguruan Tinggi di Samarinda. X mengalami kesulitan bangun pagi. Kebiasaannya ini
berbeda dengan teman-teman di kosnya. Teman-teman di kos pada pukul 07.00 sudah
melakukan aktivitasnya masing-masing sedangkan X masih tidur dan kebiasaannya bangun
pukul 09.00 bahkan lebih dari yang biasanya.
X sering mengeluhkan kebiasaannya inidengan salah satu teman dekatnya di kos. Kebiasaan
bangun siang mengakibatkan beberapa tugasnya menjadi tertunda dan mengalami gangguan
fisik yaitu sering pusing.
Kemudian dengan asas kesukarelaan, X mendatangi salah satu anggota kelompok kami, yang
mana X menganggapnya sebagai teman sharing di kost untuk meminta bantuan agar X dapat
mengurangi kebiasaan bangun kesiangan dan sikap suka menunda- nunda pekerjaan yang
lain.

2. Mengidentifikasi Berbagai Kemungkinan Penyebab Timbulnya Masalah


a. Pribadi X
1) Kemampuan Belajar: Kemampuan rata-rata (normal)
2) Cita-cita: guru PAUD
3) Minat :menyanyi dan menuliskan inspirasinya dalam sebuah tulisan cerita pendek
4) Sifat kepribadian yang mencolok :periang, ramah, peka terhadap situasi dan kondisi
tertentu dan sensitif.
5) Perasaan yang dirasakan saat ini : bingung, minder, motivasi untuk merubah
kebiasaan yang tidakbaik pada dirinya.

b. Keluarga X
X adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah X bekerja sebagai karyawan swasta begitu
pula dengan ibunya. Kemampuan ekonominya tergolong menengah.
Orang tua X bekerja di sebuah perusahaan swasta yang memilki jadwal masuk kerja yang
bergantian. Jika ayahnya masuk kerja pada pagi hari maka terkadang ibunya masuk malam.
Kondisi seperti ini mengakibatkan kurangnya intensitas komunikasi X dengan kedua orang
tuanya. X dengan kedua saudaranya memiliki hubungan yang akrab dan harmonis. Pola asuh
yang diterapkan oleh kedua orang tuanya yaitu bebas dan bertanggungjawab. Bebas dalam
arti X berhak memilih apa saja yang menjadi keputusan dalam menentukan aspek
kehidupannya dan mampu bertanggung jawab atas pilihannya.

4
c. Keadaan Fisik
Fisik X tergolong normal dan baik, tidak ada sedikitpun penyakit keras yang pernah ia derita
kalaupun menderita sakit hanya sekedar flu, batuk dan penyakit maag yang disebabkan ia
terlambat makan.
d. Tingkah Laku Sosial
X termasuk anak yang periang dan memiliki banyak teman, mudah bergaul dan tidak mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pembawaanya ramah dan akrab dengan orang-
orang yang sudah lama dikenalnya dan X kurang percaya diri dengan kemampuan yang
dimilikinya. Namun, hubungan dengan Orang tua dan adik-adiknya akrab dan harmonis.

3. Menetapkan Target Tingkah Laku yang Diinginkan


a. Membiasakan bangun pagi
b. Memudarkan kebiasaan suka menunda-nunda pekerjaan (membersihkan kamar, makan tidak
teratur, mengerjakan tugas kuliah)
Berdasarkan hasil pengamatan, maka kami membuat skala waktu bangun pagi yang
diinginkan pada X:
1) Berhasil : 06.00 – 07.00
2) Cukup berhasil : 07.00 – 08.00
3) Tidak berhasil : 08.00 – 09.00

4. Merancang dan Melaksanakan Strategi untuk Mengatasi Masalah dan Mencapai Target
Tingkah Laku yang Diharapkan dengan Memilih dan Menggunakan Teknik yang Tepat.
a. Menemani X tidur dalam beberapa waktu, tetapi tidak rutin.
Strategi ini dilaksanakan secara insidental, mengajak X tidur bersama dengan berbagai
alasan, seperti member arahan kepada X terkait tugas kuliah atau saling bercerita baik
pengalaman pribadi maupun kegiatan lainnya. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali dalam 12
hari pengamatan.
b. Menggunakan alarm untuk membangunkan X
Alarm digunakan sebagai alat bantu untuk membangunkan X pada waktu yang ditentukan.
c. Meminta bantuan orang lain untuk membangunkan
Strategi ini dimaksudkan untuk membantu X untuk bangun pagi, karena pada kondisi tertentu
X bias saja bangun kesiangan jika sedang kelelahan.
d. Diingatkan untuk beribadah pagi
Hal ini dilakukan sebagai Reinforcement untuk membantu X dalam membiasakan bangun
pagi dan X dapat melaksanakan kewajiban agamanya.

5
Daftar Pustaka
 Martin, Gery., Pear, Joseph, 1992, Behavior Modification, Prentice-hall International
Editions.
 Mappiare, Andi. 2006. KamusIstilahKonseling dan Terapi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo
 To Occur With Behavioral Chaining, Diposkan oleh Flyy di 10.32 Minggu, 25 April
2010

Anda mungkin juga menyukai