UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas yang saya
kumpulkan ini adalah hasil kerja saya sendiri. Tugas ini tidak:
Dengan pengumpulan tugas ini, saya juga memberikan izin kepada pemeriksa tugas
ini untuk:
A. PENDAHULUAN
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengobati tonsilitis adalah dengan
terutama jika telah terkait dengan obstruksi jalan napas atau kronik (Amani, Kheiri,
prevalensi angka kejadian tonsillitis sebesar 3,8%. Dan berdasarkan penelitian yang
dlakukan oleh (Safitri, 2013) dari 30 penderita tonsillitis yang diindikasikan untuk
Tonsillectomy terus menjadi salah satu prosedur bedah yang paling umum
pada anak-anak dan orang dewasa. Setelah operasi, rasa sakit yang parah dan
kesulitan menelan adalah menjadi keluhan yang paling utama pada pasien setelah
tonsillectomy. Meskipun saat ini, telah banyak perbaikan dalam tekhnik bedah dan
anastesi namun penyebab rasa sakit yang tidak terkontrol sehingga makan dan
didapatkan, hal diakibatkan dari luka epitalisasi. Penggunaan obat penghilang rasa
sakit akan diresepkan sebagai manajemen nyeri pasca tonsillectomy (Lal, et all,
2016). Namun saat ini, telah banyak terapi alternatif yang dapat dilakukan sebagai
manajemen nyeri. Salah satunya adalah dengan menggunakan madu.. Secara historis
madu telah banyak digunakan untuk mengontrol luka, mengurangi peradangan, dan
literature yang terkait dengan peran madu pada pasien pasca tonsillectomy.
dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam kripta.
Pada dasarnya tonsilitis ada yang bersifat akut dan ada yang bersifat kronik.
Tonsillitis akut merupakan peradangan akut pada tonsil sedangkan kronik sama
dengan tonsillitis akut antara lain S.hemolitik (Heltharia & Mulyani, 2012).
salah satu prosedur bedah yang paling sering dilakukan pada anak-anak dan orang
dewasa pada kasus hipertropi jaringan limfoid tonsil dengan peradangan pada
sederhana, namun dapat terjadi beberapa komplikasi jika tidak dikelola dengan baik,
termasuk perdarahan, nyeri dan infeksi pasca tonsillectomy, serta dapat terjadi
Untuk mengurangi rasa sakit akibat dari luka epitalisasi pada proses
efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat analgesik. Seiring ilmu
pengetahuan yang semakin berkembang, saat ini ada beberapa alternatif yang dapat
luka terutama untuk luka operasi infeksi, luka bakar dan ulkus dekubitus. Ada
madu secara teratur akan memiliki efek positif pada perbaikan jaringan sehingga
dalam menurunkan rasa sakit. Demikian pula (Mohebbi et al., 2014) menyatakan
bahwa penggunaan madu pasca tonsillectomy memiliki efek yang positif dalam
menghilangkan rasa sakit dan dapat digunakan sebagai rujukan setelah operasi untuk
mengontrol rasa sakit yang lebih baik. Selain untuk mengurangi rasa nyeri pasca
dapat mengurangi penggunaan obat analgesik. Hal ini didukung oleh penelitian
(Boroumand et al., 2013) mengemukakan bahwa madu dapat mengurangi rasa nyeri
dan penggunaan analgesik pasca tonsillectomy. Penelitian lain yaitu (Lazim et al.,
2013) dan sebuah systematic review (Hwan, Jee, Song, & Min, 2014) menyatakan
madu dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan luka pada
C. PEMBAHASAN
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat peran madu pada pasien
dalam mengurangi rasa sakit pasca tonsillectomy. Metode penelitian yang digunakan
terhadap madu serta adanya komplikasi penyakit lain tidak dilibatkan dalam
penelitian ini. Usia responden yaitu 5–15 tahun. Responden dibagi kedalam 2
Dari hasil analisis data, untuk perbandingan tingkat nyeri setelah 10 hari
diperoleh nilai p<0,01. Disisi lain rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
antibiotik dan analgesik diperoleh nilai nilai p<0,01 dengan CI 95%. Untuk
frekuensi pasien yang terbangun dimalam hari yang disebabkan oleh rasa nyeri
diperoleh perbedaan yang signifikan yaitu nilai p<0,01. Namun hal ini hanya untuk
malam pertama pasca operasi. Untuk nilai perbandingan epitalisasi setelah hari ke3
pasca operasi diperoleh nilai tidak signifikan p>0,05. Dan untuk evaluasi asupan
oral pasca operasi jika dibandingkan antara kelompok kontrol dan intervensi
diperoleh nilai p<0,01. Dengan melihat hasil tersebut maka peneliti menyimpulkan
konsumsi madu dan acetaminophen dapat mengurangi rasa sakit pasca tonsillectomy
Penelitian lain yang dilakukan oleh (Amani et al., 2015) yang membandingkan
dengan double blind pada 120 pasien pasca tonsillectomy dengan rentang usia 5
Hasil analisis data diperoleh terjadi penurunan nyeri yang signifikan untuk
keempat kelompok dengan nilai. Namun, perbedaan yang signifikan untuk keempat
kelompok ditunjukkan pada denyut jantung segera setelah operasi, 3 jam, 12 jam,
dan 24 jam pasca operasi. Perbedaan juga dapat dilihat pada tingkat pernapasan
segera setelah operasi, 12 jam dan 24 jam setelah operasi. Berdasarkan hasil
tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa terjadi pengurangan rasa nyeri untuk
keempat kelompok, namun kelompok yang diberikan madu murni dan madu dengan
kadar 50% lebih cepat meskipun perbedaannya tidak begitu signifikan secara
statistik. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk melhat efektifitas madu pada
clinical trial, dilakukan pada 102 pasien dengan rentang usia 8–15 tahun yang
memiliki indikasi tonsillectomy, dan telah menjalani tonsillectomy dengan atau
tanpa adenoidectomy. Pasien dengan alergi madu serta menderita diabetes mellitus
atau mendapatkan operasi tambahan lainnya, tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
40mg/kg) dan tambahan madu 5ml setiap pasien terbangun. Sedangkan untuk
kontrol. Pada hari pertama skor nyeri untuk kelompok intervensi 3,8±0,69
sedangkan pada kelompok kontrol 5,4±0,56. Pada hari kedua skor nyeri untuk
pada hari ketiga untuk kelompok intervensi skor nyeri 2,6±0,42, sedangkan pada
kelompok kontrol 3,8±0,47. Dari hasil ini diperoleh nilai p<0,05. Untuk kebutuhan
penggunaan obat analgesik dari hari pertama sampai hari kelima kelompok
intervensi menunjukkan secara signifikan lebih rendah dari pada kelompok kontrol
mengurangi rasa nyeri pasca tonsillectomy. Selain itu, penelitian ini juga
terhadap obat analgesik. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk
pula bahwa, keterbatasan dalam penelitian ini adalah seperti perselisihan orang tua
dalam melanjutkan kerjasama dengan anak mereka dalam pemberian madu atau
placebo, atau kekeliruan orang tua dalam memehami rincian VAS (Boroumand et
al., 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh (Lazim et al., 2013) yang ingin melihat
Study yang dilakukan pada 60 pasien berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi yaitu pasien yang berusia 3 sampai 18 tahun, pasien dengan
diagnosis kronik maupun akut dengan atau tanpa gejala obstruktif. Pasien yang
alergi terhadap madu ataupun produk dengan bahan dasar madu, alergi terhadap
antibiotik, serta pasien dengan komplikasi diabetes mellitus atau penyakit autoimun
Sultamicillin 25 mg/kg.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok dalam area penyembuhan dengan nilai p<0,001. Demikian pula
penyembuhan juga diperoleh nilai yang signifikan yaitu p<0,001. Oleh karena itu,
tualang dapat pula dijadikan sebagai terapi tambahan pada pasien pasca operasi
menilai efektifitas madu dalam mengurangi rasa sakit dan penyembuhan luka
Hasil analisis data untuk skor nyeri tidak ditemukan perbedaan yang signifikan
dengan nilai p=0,749. Untuk luka epitalisasi juga tidak ada perbedaan yang
yang signifikan dengan nilai p pada hari pertama 0,251 dan pada hari ke3 0,216.
Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa, madu dan placebo memiliki efek
yang positif dalam menghilangkan rasa sakit dalam menghilangkan rasa sakit dan
Sebuah Meta Analisis (Hwan et al., 2014) yang bertujuan untuk menilai bukti
dari efektifitas madu dalam pengobatan dan peningkatan pengalaman pasien pasca
tonsillectomy. Dalam studi ini, 4 artikel dianalisis. Hasil dari keempat artikel yaitu
menunjukkan secara signifikan terjadi penurunan tingkat nyeri pada pasien dengan
intervensi madu (Pasca operasi hari 1 p=0,0319, hari ke3 p=0,1490, dan hari ke5
hasil secara signifikan menurun pada pasien dengan intervensi madu (pasca operasi
hari pertama p=0,0004, hari ke3 p=0,0008, hari ke5 p=0,0001), dan untuk hasil pada
penyembuhan luka secara signifikan lebih cepat pada pasien dengan intervensi madu
(pasca operasi hari pertama p=0,0407, hari ke3 p=0,0497, hari ke5 p=0,0446).
secara teratur, memiliki efek yang positif pada perbaikan jaringan dan mengurangi
nyeri pasca tonsillectomy. Namun, hasil ini didasarkan pada sedikit penelitian,
madu dapat digunakan pada pasien pasca tonsillectomy karena secara signifikan
efektif dalam mengurangi rasa nyeri, mempercepat proses penyembuhan luka dan
D. KESIMPULAN
pasien dengan tonsillitis. Akibat dari proses pembedahan ini, maka akan
menimbulkan luka dan rasa nyeri pada pasien. Berdasarkan beberapa literatur yang
telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa, madu memiliki peran
pada pasien pasca tonsillectomy. Madu dapat digunakan secara oral untuk
luka epitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Amani, S., Kheiri, S., & Ahmadi, A. L. I. (2015). Honey Versus Diphenhydramine for
3–6. https://doi.org/10.7860/JCDR/2015/9784.5635
Boroumand, P., Zamani, M. M., Saeedi, M., Rouhbakh-, O., Reza, S., Motlagh, H., &
Heltharia, R., & Mulyani, S. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan THT. Jakarta:
Hwan, S., Jee, H., Song, N., & Min, Y. (2014). The efficacy of honey for ameliorating
3433-4
Lal, A., Chohan, K., Chohan, A., & Chakravati, A. (2016). Role of Honey after
Trials. https://doi.org/10.1111/coa.12792
Lazim, N. M., Abdullah, B., & Salim, R. (2013). International Journal of Pediatric
https://doi.org/10.1016/j.ijporl.2012.11.036
Letchumanan, P., Raagopalan, R., & Kamaruddin, M. Y. (2013). Posttonsillectomy pain
72
Mohebbi, S., Hasan, F., & Kelantari, F. (2014). International Journal of Pediatric
Ozlugedik, S., Genc, S., & Unal, A. (2006). Can postoperative pains following
penyakit autoimun
Review, Meta-analisis
Inggris.
2. Strategi Pencarian
Dalam pencarian artikel, digunakan berbagai kata kunci dan istilah pada sumber
databased dan internet. Strategi pencarian terfokus pada 3 daabased yaitu PubMed
No Pencarian Hasil
tonsillectomy
4 1 AND 2 AND 3 4
5 Full Text 4
No Pencarian Hasil
1 Tonsillectomy 6.056
2 Honey 111.238
3 Healing 325.324
5 1 AND 2 34
6 3 OR 4 478.264
7 5 AND 6 16
9 Bahasa Inggris 15
c. Alur Penyaringan Artikel
3. Critical Appraisal
Critical Appraisal merupakan tahapan penting dalam Evidence Based Practice (EBP).
Pada tahap ini, hasil penelitian yang akan dijadikan rujukan ditelaah kelayakannya dan
Sampel/ petugas kesehatan/ penelitian blind Yes Yes Yes Yes Yes
Kelompok sama dari awal sampai akhir Yes Yes Yes Yes Yes
Kelompok kontrol & intervensi diperlakukan sama Yes Yes Yes Yes Yes
Estimasi yang tepat dari efek pengobatan/intervensi Yes Yes Yes Yes Yes
Hasil penelitian dapat diterapkan secara local Yes Yes Yes Yes Yes
Semua hasil klinis penting untuk dipertimbangkan Yes Yes Yes Yes Yes
Penelitian seimbang antar manfaat dengan bahaya dan biaya Yes Yes Yes Yes Yes
b. Critical Appraisal Meta-Analisis (Systematic Review)
1 Lazim et al, The effect of Tualang Malaysia Menyelediki efek 68 pasien dengan Prospective Madu tualang
(2012) honey in enhancing dari tualang madu diagnose tonsilitias randomized dapat diberikan
post tonsillectomy setelah akut dan kronik clinical trial sebagai terapi
operasi tonsillitis
karena dapat
mepercepat
proses
penyembuhan.
2. Boroumand et Post Tonsillectomy Iran Mengetahui 102 pasien dengan randomized, Madu dapat
al, (2013) Pain : Can Honey pengaruh pemberian indikasi double blind mengurangi
Reduce the Analgesic madu dengan tonsillectomy atau placebo- nyeri dan
sampai 15 tahun.
3. Mohebbi et al, Efficacy of honey in Iran Mengetahui 40 pasien dengan Randomized Madu secara
(2014) reduction of post pengaruh pemberian indikasi clinical trial efektif dapat
diharapkan
sampel yang
baik.
4. Amani et al Honey Versus Iran membandingkan 120 pasien yang Randomized Madu dengan
(2015) Diphenhydramine for efek dari pemberian menjalani Clinical Trial efek anti
mengetahui efek
madu pada
penurunan nyeri.
5. Hwang et al, The efficacy of honey Korea Menilai efektifitas 4 Studi yang dipilih Meta analisys Secara signifikan
(2014) for ameliorating pain madu sebagai dengan pasien yang (Randomized menunjukkan
sakit dan
mempercepat
penyembuhan
luka
6. Letchumanan Posttonsillectomy Malaysia Menunjukkan bahwa 60 pasien dengan prospective Madu dan
et al, (2012) pain relief and bila madu digunakan diagnosa tonsillitis, randomized placebo dalam
epithelialization with secara teratur pada indikasi atau post control study penelitian
NO Studi / artikel Efektifitas terhadap nyeri Penyembuhan luka epitalisasi Penggunaan analgesic
penyembuhan luka.
diperlukan.
5. Letchumanan et al, Penggunaan madu memiliki Madu memiliki efek positif dalam
tonsillectomy.
6. Hwang et al, (2014) Penggunaan madu secara Penggunaan madu secara signifikan
Conclusion
• Summarises key points
• Gives the assignment a sense of completeness and closure /4
• No new ideas are introduced in the conclusion
Attachment /2.5
Synthesis grid table
/2.5
Summary table of critical appraisal of reviewed journal articles
Please note up to 5 marks will be deducted from the assignment if the following criteria are not
adequately addressed.
Attention not given to spelling, grammar, and sentence -1.5
construction
Non-compliance with referencing guidelines -2
Greater than 10% outside word limit (10%) -1.5
TOTAL MARKS
General Comment: