Anda di halaman 1dari 26

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

PERNYATAAN ORIGINALITAS & BEBAS PLAGIARISME

NIM : P4200216401 Kode MK : 511C26002

Jumlah Kata : 2000 Kata MK : Evidence Based Practice (EBP)

Tanggal Pengumpulan : 12 Mei 2017 Tugas : Literature Review

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas yang saya
kumpulkan ini adalah hasil kerja saya sendiri. Tugas ini tidak:

 Mengandung materi atau tulisan yang telah dipublikasikan oleh orang


lain, kecuali yang telah saya sitasi sesuai dengan sistem referensi yang
telah ditetapkan;
 Mengandung materi yang telah ditulis oleh saya atau orang lain yang
telah dikumpulkan sebelumnya untuk penilaian pada mata kuliah ini
atau mata kuliah lain di universitas ini atau di institusi lainnya; atau
 Bertentangan dengan aturan akademik universitas.

Dengan pengumpulan tugas ini, saya juga memberikan izin kepada pemeriksa tugas
ini untuk:

 Memperbanyak tugas ini dan menyediakan salinannya untuk tim pemeriksa


pada MK ini;
 Mengambil langkah untuk memeriksa originalitas tugas ini.

Tanda Tangan Mahasiswa :

Hari/Tanggal : Jumat / 12 Mei 2017


PERAN MADU PADA PASIEN PASCA TONSILLECTOMY

A. PENDAHULUAN

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengobati tonsilitis adalah dengan

tonsillectomy. Tonsillectomy merupakan salah satu operasi yang paling sering

dilakukan didunia bagi penderita tonsillitis. Pada umumnya, tonsillectomy dilakukan

terutama jika telah terkait dengan obstruksi jalan napas atau kronik (Amani, Kheiri,

& Ahmadi, 2015)

Untuk angka kejadian tonsillitis, berdasarkan epidemiologi penyakit THT,

prevalensi angka kejadian tonsillitis sebesar 3,8%. Dan berdasarkan penelitian yang

dlakukan oleh (Safitri, 2013) dari 30 penderita tonsillitis yang diindikasikan untuk

menjalani tonsillectomy adalah pada rentang usia 5-14 tahun.

Tonsillectomy terus menjadi salah satu prosedur bedah yang paling umum

pada anak-anak dan orang dewasa. Setelah operasi, rasa sakit yang parah dan

kesulitan menelan adalah menjadi keluhan yang paling utama pada pasien setelah

tonsillectomy. Meskipun saat ini, telah banyak perbaikan dalam tekhnik bedah dan

anastesi namun penyebab rasa sakit yang tidak terkontrol sehingga makan dan

minum tidak dapat dilakukan sehingga akan menyebabkan dehidrasi dan

peningkatan morbiditas (Letchumanan, et all 2013).

Nyeri pasca tonsillectomy merupakan masalah klinis yang paling umum

didapatkan, hal diakibatkan dari luka epitalisasi. Penggunaan obat penghilang rasa

sakit akan diresepkan sebagai manajemen nyeri pasca tonsillectomy (Lal, et all,

2016). Namun saat ini, telah banyak terapi alternatif yang dapat dilakukan sebagai

manajemen nyeri. Salah satunya adalah dengan menggunakan madu.. Secara historis
madu telah banyak digunakan untuk mengontrol luka, mengurangi peradangan, dan

mempercepat penyembuhan (Mohebbi, et all, 2014)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mencari berbagai

literature yang terkait dengan peran madu pada pasien pasca tonsillectomy.

B. PENGEMBANGAN ARGUMEN SECARA LOGIS

Tonsilitis adalah adanya peradangan atau pembengkakan pada jaringan tonsil

dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam kripta.

Pada dasarnya tonsilitis ada yang bersifat akut dan ada yang bersifat kronik.

Tonsillitis akut merupakan peradangan akut pada tonsil sedangkan kronik sama

dengan tonsillitis akut antara lain S.hemolitik (Heltharia & Mulyani, 2012).

Banyak tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengobati penyakit

tonsilitis dan salah satunya adalah dengan tonsillectomy. Tonsillectomy merupakan

salah satu prosedur bedah yang paling sering dilakukan pada anak-anak dan orang

dewasa pada kasus hipertropi jaringan limfoid tonsil dengan peradangan pada

amandel (Letchumanan et al., 2013). Prosedur tonsillectomy merupakan bedah

sederhana, namun dapat terjadi beberapa komplikasi jika tidak dikelola dengan baik,

termasuk perdarahan, nyeri dan infeksi pasca tonsillectomy, serta dapat terjadi

penyembuhan luka yang buruk (Lazim et al , 2013).

Untuk mengurangi rasa sakit akibat dari luka epitalisasi pada proses

tosnsillectomy, maka diberikan analgesik. Namun, tidak menutup kemungkinan ada

efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat analgesik. Seiring ilmu

pengetahuan yang semakin berkembang, saat ini ada beberapa alternatif yang dapat

diberikan untuk hal tersebut salah satunya adalah dengan madu.


Madu telah banyak digunakan sebagai salah satu modalitas dalam perawatan

luka terutama untuk luka operasi infeksi, luka bakar dan ulkus dekubitus. Ada

beberapa karakteristik utama yang terkandung didalam madu untuk proses

penyembuhan luka seperti aktivitas inflamasi, antibakteri, antioksidan, kemampuan

menstimulasi proses pengangkatan jaringan, megurangi bau pada luka, serta

mempertahankan kelembaban luka ang pada akhirnya dapat mempercepat proes

penyembuhan luka (Gunawan, 2017). Pada pasien pasca tonsillectomy, akan

mengeluh tentang sakit tenggorokan saat menelan, sehingga dengan penggunaan

madu secara teratur akan memiliki efek positif pada perbaikan jaringan sehingga

akan menurunkan nyeri pasca operasi (Ozlugedik, et all, 2006).

Terkait dengan penggunaan madu pasca tonsillectomy, telah banyak dilakukan

penelitian. (Amani et al., 2015) mengemukakan bahwa madu dapat membantu

dalam menurunkan rasa sakit. Demikian pula (Mohebbi et al., 2014) menyatakan

bahwa penggunaan madu pasca tonsillectomy memiliki efek yang positif dalam

menghilangkan rasa sakit dan dapat digunakan sebagai rujukan setelah operasi untuk

mengontrol rasa sakit yang lebih baik. Selain untuk mengurangi rasa nyeri pasca

tonsillectomy, madu dapat mempercepat proses penyembuhan luka epitalisasi dan

dapat mengurangi penggunaan obat analgesik. Hal ini didukung oleh penelitian

(Boroumand et al., 2013) mengemukakan bahwa madu dapat mengurangi rasa nyeri

dan penggunaan analgesik pasca tonsillectomy. Penelitian lain yaitu (Lazim et al.,

2013) dan sebuah systematic review (Hwan, Jee, Song, & Min, 2014) menyatakan

madu dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan luka pada

pasien pasca tonsillectomy. Namun sebuah penelitian (Letchumanan et al., 2013)

mengemukakan bahwa, madu dan placebo yang digunakan dalam penelitian


memiliki efek yang positif dalam dalam mengurangi nyeri dan mempercepat proses

penyembuhan luka epitalisasi.

C. PEMBAHASAN

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat peran madu pada pasien

tonsillectomy. (Mohebbi et al., 2014) melakukan penelitian terkait efektifitas madu

dalam mengurangi rasa sakit pasca tonsillectomy. Metode penelitian yang digunakan

yaitu Randomized Clinical Trial dengan mengevaluasi 80 pasien dengan

tonsillectomy, indikasi tonsillectomy, dan tonsil hipertropi. Pasien yang alergi

terhadap madu serta adanya komplikasi penyakit lain tidak dilibatkan dalam

penelitian ini. Usia responden yaitu 5–15 tahun. Responden dibagi kedalam 2

kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi

diberikan antibiotik (cephalexin), sirup asetaminofen ditambah madu 5ml.

sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan antibioti dan sirup asetaminofen.

Dari hasil analisis data, untuk perbandingan tingkat nyeri setelah 10 hari

diperoleh nilai p<0,01. Disisi lain rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk

menghilangkan rasa sakit 5,53±0,9 hari pada kelompok intervensi dibandingkan

pada kelompok kontrol 7,65±1,29 hari. Untuk perbandingan tingkat konsumsi

antibiotik dan analgesik diperoleh nilai nilai p<0,01 dengan CI 95%. Untuk

frekuensi pasien yang terbangun dimalam hari yang disebabkan oleh rasa nyeri

diperoleh perbedaan yang signifikan yaitu nilai p<0,01. Namun hal ini hanya untuk

malam pertama pasca operasi. Untuk nilai perbandingan epitalisasi setelah hari ke3

pasca operasi diperoleh nilai tidak signifikan p>0,05. Dan untuk evaluasi asupan

oral pasca operasi jika dibandingkan antara kelompok kontrol dan intervensi

diperoleh nilai p<0,01. Dengan melihat hasil tersebut maka peneliti menyimpulkan
konsumsi madu dan acetaminophen dapat mengurangi rasa sakit pasca tonsillectomy

(Mohebbi et al., 2014).

Penelitian lain yang dilakukan oleh (Amani et al., 2015) yang membandingkan

penggunaan madu dengan Dipherhydramine untuk mengurangi nyeri pasca

tonsillectomy. Metode penelitian yang digunakan yaitu Randomized Clinical Trial

dengan double blind pada 120 pasien pasca tonsillectomy dengan rentang usia 5

sampai 12 tahun. Pasien dialokasikan kedalam 4 kelompok yang masing berjumlah

30 responden setiap kelompoknya. Kelompok A diberikan madu murni setiap

jamnya, kelompok B diberikan madu dengan kemurnian 50% (ditambahkan air),

kelompok C diberikan diphenhydramine sedangkan group D tanpa intervensi.

Hasil analisis data diperoleh terjadi penurunan nyeri yang signifikan untuk

keempat kelompok dengan nilai. Namun, perbedaan yang signifikan untuk keempat

kelompok ditunjukkan pada denyut jantung segera setelah operasi, 3 jam, 12 jam,

dan 24 jam pasca operasi. Perbedaan juga dapat dilihat pada tingkat pernapasan

segera setelah operasi, 12 jam dan 24 jam setelah operasi. Berdasarkan hasil

tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa terjadi pengurangan rasa nyeri untuk

keempat kelompok, namun kelompok yang diberikan madu murni dan madu dengan

kadar 50% lebih cepat meskipun perbedaannya tidak begitu signifikan secara

statistik. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk melhat efektifitas madu pada

nyeri pasca tonsillectomy (Amani et al., 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh (Boroumand et al., 2013) yang ingin

mengevaluasi efektifitas pemberian madu terhadap rasa nyeri pasca tonsillectomy.

Metode yang digunakan adalah randomized, double blind placebo-controlled

clinical trial, dilakukan pada 102 pasien dengan rentang usia 8–15 tahun yang
memiliki indikasi tonsillectomy, dan telah menjalani tonsillectomy dengan atau

tanpa adenoidectomy. Pasien dengan alergi madu serta menderita diabetes mellitus

atau mendapatkan operasi tambahan lainnya, tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Responden dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Kelompok intervensi diberikan asetaminophen, antibiotik (amoxicillin

40mg/kg) dan tambahan madu 5ml setiap pasien terbangun. Sedangkan untuk

kelompok kontrol diberikan asetaminophen, antibiotik (amoxicillin 40 mg/kg) dan

palacebo diberikan 5 ml (sirup gula dengan konsentrasi seperti madu).

Hasil analisis data rata-rata menunjukkan secara signifikan menunjukkan

penurunan skor nyeri pada kelompok intervensi dibandingkan pada kelompok

kontrol. Pada hari pertama skor nyeri untuk kelompok intervensi 3,8±0,69

sedangkan pada kelompok kontrol 5,4±0,56. Pada hari kedua skor nyeri untuk

kelompok intervensi 3,2±0,43 sedangkan pada kelompok kontrol 4,6±0,49. Dan

pada hari ketiga untuk kelompok intervensi skor nyeri 2,6±0,42, sedangkan pada

kelompok kontrol 3,8±0,47. Dari hasil ini diperoleh nilai p<0,05. Untuk kebutuhan

penggunaan obat analgesik dari hari pertama sampai hari kelima kelompok

intervensi menunjukkan secara signifikan lebih rendah dari pada kelompok kontrol

dengan ninail p<0,05 (Boroumand et al., 2013)

Berdasarkan hasil analisis tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa madu dapat

mengurangi rasa nyeri pasca tonsillectomy. Selain itu, penelitian ini juga

menunjukkan bahwa dengan penggunaan madu akan menurunkan kebutuhan pasien

terhadap obat analgesik. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk

menilai mekanisme mikroskopis efek madu dalam menurunkan nyeri. Dijelaskan

pula bahwa, keterbatasan dalam penelitian ini adalah seperti perselisihan orang tua
dalam melanjutkan kerjasama dengan anak mereka dalam pemberian madu atau

placebo, atau kekeliruan orang tua dalam memehami rincian VAS (Boroumand et

al., 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh (Lazim et al., 2013) yang ingin melihat

pengaruh madu tualang dalam meningkatkan proses penyembuhan pada pasien

pasca tonsillectomy. Penelitian ini menggunakan metode Prospective Randomized

Study yang dilakukan pada 60 pasien berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi yaitu pasien yang berusia 3 sampai 18 tahun, pasien dengan

diagnosis kronik maupun akut dengan atau tanpa gejala obstruktif. Pasien yang

alergi terhadap madu ataupun produk dengan bahan dasar madu, alergi terhadap

antibiotik, serta pasien dengan komplikasi diabetes mellitus atau penyakit autoimun

diamasukkan kedalam kriteria eksklusi. Responden dibagi kedalam dua kelompok

yaitu kelompok intervensi dengan pemberian madu tualang dengan Sultamicillin 25

mg/kg sebagai antibiotik. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya diberikan

Sultamicillin 25 mg/kg.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok dalam area penyembuhan dengan nilai p<0,001. Demikian pula

perbandingan waktu penyembuhan diperoleh nilai p<0,001. Untuk persentase daerah

penyembuhan juga diperoleh nilai yang signifikan yaitu p<0,001. Oleh karena itu,

proses penyembuhan jauh lebih cepat pada kelompok intervensi dibandingkan

kelompok kontrol. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa madu

tualang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pasca tonsillectomy. Madu

tualang dapat pula dijadikan sebagai terapi tambahan pada pasien pasca operasi

untuk proses penyembuhan luka (Lazim et al., 2013).


Untuk penelitian yang dilakukan oleh (Letchumanan et al., 2013) yang ingin

menilai efektifitas madu dalam mengurangi rasa sakit dan penyembuhan luka

epitalisasi pasca tonsillectomy. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian

Prospective Randomized Study pada 60 pasien yang dibagai kedalam 2 kelompok

yaitu kelompok intervensi diberikan madu 5 ml dan Acetaminophen 15 mg/kg,

sedangkan kelompok kontrol diberikan placebo (gula+caramel) dan Acetaminophen.

Hasil analisis data untuk skor nyeri tidak ditemukan perbedaan yang signifikan

dengan nilai p=0,749. Untuk luka epitalisasi juga tidak ada perbedaan yang

signifikan,sedangkan pada frekuensi konsumsi analgesiktidak ditemukan perbedaan

yang signifikan dengan nilai p pada hari pertama 0,251 dan pada hari ke3 0,216.

Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa, madu dan placebo memiliki efek

yang positif dalam menghilangkan rasa sakit dalam menghilangkan rasa sakit dan

proses penyembuhan luka epitalisasi. Penelitian selanjutnya diharapakan pada

placebo sebaiknya menggunakan sukrosa untuk menunjukkan hasil yang lebih

maksimal (Letchumanan et al., 2013).

Sebuah Meta Analisis (Hwan et al., 2014) yang bertujuan untuk menilai bukti

dari efektifitas madu dalam pengobatan dan peningkatan pengalaman pasien pasca

tonsillectomy. Dalam studi ini, 4 artikel dianalisis. Hasil dari keempat artikel yaitu

untuk efektifitas madu pada penurunan nyeri pasca tonsillectomy hasilnya

menunjukkan secara signifikan terjadi penurunan tingkat nyeri pada pasien dengan

intervensi madu (Pasca operasi hari 1 p=0,0319, hari ke3 p=0,1490, dan hari ke5

p=0,0284), sementara untuk kebutuhan akan analgesik keempat artikel menunjukkan

hasil secara signifikan menurun pada pasien dengan intervensi madu (pasca operasi

hari pertama p=0,0004, hari ke3 p=0,0008, hari ke5 p=0,0001), dan untuk hasil pada
penyembuhan luka secara signifikan lebih cepat pada pasien dengan intervensi madu

(pasca operasi hari pertama p=0,0407, hari ke3 p=0,0497, hari ke5 p=0,0446).

Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa dengan penggunaan madu

secara teratur, memiliki efek yang positif pada perbaikan jaringan dan mengurangi

nyeri pasca tonsillectomy. Namun, hasil ini didasarkan pada sedikit penelitian,

sehingga penelitian selanjutnya masih diperlukan (Hwan et al., 2014)

Penggunaan madu pada beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa

madu dapat digunakan pada pasien pasca tonsillectomy karena secara signifikan

efektif dalam mengurangi rasa nyeri, mempercepat proses penyembuhan luka dan

mengurangi kebutuhan akan obat analgesik.

D. KESIMPULAN

Tonsillectomy merupakan salah satu proses pembedahan yang dilakukan pada

pasien dengan tonsillitis. Akibat dari proses pembedahan ini, maka akan

menimbulkan luka dan rasa nyeri pada pasien. Berdasarkan beberapa literatur yang

telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa, madu memiliki peran

pada pasien pasca tonsillectomy. Madu dapat digunakan secara oral untuk

mengurangi rasa nyeri pasca tonsillectomy, sehingga dapat mengurangi penggunaan

analgesik. Madu dapat pula digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan

luka epitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amani, S., Kheiri, S., & Ahmadi, A. L. I. (2015). Honey Versus Diphenhydramine for

Post- Tonsillectomy Pain Relief in Pediatric Cases : A Randomized Clinical Trial,

3–6. https://doi.org/10.7860/JCDR/2015/9784.5635

Boroumand, P., Zamani, M. M., Saeedi, M., Rouhbakh-, O., Reza, S., Motlagh, H., &

Moghaddam, F. A. (2013). Post Tonsillectomy Pain: Can Honey Reduce the

Analgesic Requirements?, 3(1), 198–202. https://doi.org/10.5812/aapm.9246

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan

dan Menetapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media.

Gunawan, N. A. (2017). Madu : Efektivitasnya untuk Perawatan Luka, 44(2), 138–142.

Heltharia, R., & Mulyani, S. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan THT. Jakarta:

CV. Trans Info Media.

Hwan, S., Jee, H., Song, N., & Min, Y. (2014). The efficacy of honey for ameliorating

pain after tonsillectomy : a meta-analysis. https://doi.org/10.1007/s00405-014-

3433-4

Lal, A., Chohan, K., Chohan, A., & Chakravati, A. (2016). Role of Honey after

Tonsillectomy: A Systematic Review and Meta-analysis of Randomized Controlled

Trials. https://doi.org/10.1111/coa.12792

Lazim, N. M., Abdullah, B., & Salim, R. (2013). International Journal of Pediatric

Otorhinolaryngology The effect of Tualang honey in enhancing post tonsillectomy

healing process . An open labelled prospective clinical trial. International Journal

of Pediatric Otorhinolaryngology, 77(4), 457–461.

https://doi.org/10.1016/j.ijporl.2012.11.036
Letchumanan, P., Raagopalan, R., & Kamaruddin, M. Y. (2013). Posttonsillectomy pain

relief and epithelialization with honey, 851–857. https://doi.org/10.3906/sag-1207-

72

Mohebbi, S., Hasan, F., & Kelantari, F. (2014). International Journal of Pediatric

Otorhinolaryngology Efficacy of honey in reduction of post tonsillectomy pain ,

randomized clinical trial. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology,

78(11), 1886–1889. https://doi.org/10.1016/j.ijporl.2014.08.018

Ozlugedik, S., Genc, S., & Unal, A. (2006). Can postoperative pains following

tonsillectomy be relieved by honey ? A prospective , randomized , placebo

controlled preliminary study. https://doi.org/10.1016/j.ijporl.2006.07.001

Safitri, R. S. (2013). Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan

Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi Karakteristik Penderita Tonsilitis

Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi.


LAMPIRAN

1. Ringkasan Kriteria Inklusi dan Eksklusi Artikel yang dipilih

Indikator Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Responden  Pasien dengan diagnosis  Pasien dengan alergi

tonsislitis kronik maupun madu ataupun produk

akut yang berbahan madu

 Pasien dengan indikasi  Pasien dengan penyakit

ataupun telah menjalani medis lain seperti

tonsilektomi diabetes mellitus atau

penyakit autoimun

Usia responden Pasien dengan usia 5 – 18  Pasien dengan usia < 5

tahun tahun dan usia > 1 tahun

Jenis Penelitian RCTs, Systematic Kualitatif, artikel abu-abu,

Review, Meta-analisis

Tanggal publikasi Penelitian yang Penelitian yang

dipublikasikan tahun dipublikasikan dibawah

2006-2017 tahun 2006

Bahasa Artikel yang diterbitkan Artikel yang diterbitkan

dalam bahasa Inggris bukan dalam bahas

Inggris.

2. Strategi Pencarian

Dalam pencarian artikel, digunakan berbagai kata kunci dan istilah pada sumber

databased dan internet. Strategi pencarian terfokus pada 3 daabased yaitu PubMed

dan ProQuest. Tampilan pancarian secara terperinci sebagai berikut :


a. Pencarian melalui PubMed

No Pencarian Hasil

1 Tonsillectomy OR after tonsillectomy OR post 7804

tonsillectomy

2 Honey OR honeyed 8179

3 Heal OR healing OR reduction pain 145.195

4 1 AND 2 AND 3 4

5 Full Text 4

6 Publication 2012 – 2017 4

b. Pencarian melaui ProQuest

No Pencarian Hasil

1 Tonsillectomy 6.056

2 Honey 111.238

3 Healing 325.324

4 Pain reduction 170.621

5 1 AND 2 34

6 3 OR 4 478.264

7 5 AND 6 16

8 Publication 2012 - 2017 15

9 Bahasa Inggris 15
c. Alur Penyaringan Artikel

Jumlah referensi dari 2 databased


N : 19

Duplikasi pada 2 databased


N:4
Judul disaring
N : 15

Kutipan ditolak atas dasar judul


N:6
Abstrak Disaring
N:9

Ditolak atas dasar abstrak


N:1
Studi Disaring penuh
N:8
Ditolak setelah disaring penuh
N:2

Studi yang dipilih untuk diperiksa


N:6

3. Critical Appraisal

Critical Appraisal merupakan tahapan penting dalam Evidence Based Practice (EBP).

Pada tahap ini, hasil penelitian yang akan dijadikan rujukan ditelaah kelayakannya dan

dianalisis apakah menggambarkan fakta sebenarnya (Dharma, 2011). Critical Appraisal

dilakukan dengan menggunakan Critical Appraisal Skill Programme (CASP.


a. Critical Appraisal untuk RCTs

Lazim, et al Boroumand Mohebbi et Amani et al, Letchumanan


CASP
(2012) et al, (2013) al, (2014) (2015) et al, (2012)

Tujuan jelas dan terfokus Yes Yes Yes Yes Yes

Sampel dalam penelitian diacak Yes Yes Yes Yes Yes

Semua sampel dianalisis No Yes No Yes No

Sampel/ petugas kesehatan/ penelitian blind Yes Yes Yes Yes Yes

Kelompok sama dari awal sampai akhir Yes Yes Yes Yes Yes

Kelompok kontrol & intervensi diperlakukan sama Yes Yes Yes Yes Yes

Besar efek dari intervensi Yes Yes Yes Yes Yes

Estimasi yang tepat dari efek pengobatan/intervensi Yes Yes Yes Yes Yes

Hasil penelitian dapat diterapkan secara local Yes Yes Yes Yes Yes

Semua hasil klinis penting untuk dipertimbangkan Yes Yes Yes Yes Yes

Penelitian seimbang antar manfaat dengan bahaya dan biaya Yes Yes Yes Yes Yes
b. Critical Appraisal Meta-Analisis (Systematic Review)

CASP Hwang et al, (2014)

Tujuan penelitian jelas dan terfokus Yes

Penulis mengumpulkan artikel yang tepat Yes

Semua studi yang relevan masuk kedalam artikel ini Yes

Penulis mengkaji artikel tersebut sebelum dimasukkan Yes

Jika hasil penelitian digabungkan, maka dapat dilakukan Yes

Apa hasil keseluruhan dari artikel Yes

Seberapa tepat hasil penelitian Yes

Hasilnya dapat diaplikasikan dalam populasi local Yes

Semua hasil penting untuk dipertimbangkan Yes

Manfaat sebanding dengan kerugian dan biaya Yes


4. Karakteristik Studi yang dipilih

Artikel Responden / Pengumpulan


No Judul Negara Tujuan Temuan utama
(tahun) artikel (studi) data

1 Lazim et al, The effect of Tualang Malaysia Menyelediki efek 68 pasien dengan Prospective Madu tualang

(2012) honey in enhancing dari tualang madu diagnose tonsilitias randomized dapat diberikan

post tonsillectomy setelah akut dan kronik clinical trial sebagai terapi

healing process. tonsillectomy. dengan atau tanpa tambahan dalam

An open labelled gejala obstruksi. proses

prospective clinical penyembuhan

trial luka setelah

operasi tonsillitis

karena dapat

mepercepat

proses

penyembuhan.
2. Boroumand et Post Tonsillectomy Iran Mengetahui 102 pasien dengan randomized, Madu dapat

al, (2013) Pain : Can Honey pengaruh pemberian indikasi double blind mengurangi

Reduce the Analgesic madu dengan tonsillectomy atau placebo- nyeri dan

Requirements? acetaminophen pada telah menjalani controlled penggunaan

nyeri setelah tonsillectomy clinical trial. analgesik pasca

tonsillectomy atau dengan atau tanpa operasi

adenotonsillectomy adenotonsillectomy. tonsillectomy.

pada anak. Usia pasien 8 tahun

sampai 15 tahun.

3. Mohebbi et al, Efficacy of honey in Iran Mengetahui 40 pasien dengan Randomized Madu secara

(2014) reduction of post pengaruh pemberian indikasi clinical trial efektif dapat

tonsillectomy pain, madu secara oral tonsillectomy, mengurangi rasa

randomized clinical dalam mengurangi tonsil hipertropi, sakit pasca

trial rasa sakit setelah dan setuju untuk operasi

operasi terlibat dalam tonsillectomy.


tonsillectomy. penelitian. Namun

diharapkan

Usia pasien 5 tahun penelitian lebih

sampai 15 tahun lanjut dengan

sampel yang

lebih besar untuk

hasil yang lebih

baik.

4. Amani et al Honey Versus Iran membandingkan 120 pasien yang Randomized Madu dengan

(2015) Diphenhydramine for efek dari pemberian menjalani Clinical Trial efek anti

Post-Tonsillectomy madu dengan tonsillectomy inflamasi dapat

Pain Relief in diphenhydramine menurunkan rasa

Pediatric Cases: A terhadap nyeri Usia pasien 5 tahun sakit. Namun

Randomized Clinical setelah tonsillectomy sampai 12 tahun. penelitian lebih

Trial lanjut diharapkan


untuk lebih

mengetahui efek

madu pada

penurunan nyeri.

5. Hwang et al, The efficacy of honey Korea Menilai efektifitas 4 Studi yang dipilih Meta analisys Secara signifikan

(2014) for ameliorating pain madu sebagai dengan pasien yang (Randomized menunjukkan

after tonsillectomy: pengobatan untuk menjalani and controlled bahwa

a meta-analysis meningkatkan tonsillectomy. Trials) pemberian madu

pengalaman pasien setelah operasi

pasca operasi tonsillectomy

tonsillectomy. mengurangi rasa

sakit dan

mempercepat

penyembuhan

luka
6. Letchumanan Posttonsillectomy Malaysia Menunjukkan bahwa 60 pasien dengan prospective Madu dan

et al, (2012) pain relief and bila madu digunakan diagnosa tonsillitis, randomized placebo dalam

epithelialization with secara teratur pada indikasi atau post control study penelitian

honey pasien post tonsillectomy. memiliki efek

tonsillectomy, akan positif dalam

memiliki efek positif menghilangkan

pada perbaikan rasa sakit dan

jaringan, sehingga luka epitalisasi

menurunkan nyeri pada pasien post

pasca operasi. tonsillectomy.


5. Analisis Studi

NO Studi / artikel Efektifitas terhadap nyeri Penyembuhan luka epitalisasi Penggunaan analgesic

1. Lazim et al, (2012) Dengan penggunaan madu dapat

mempercepat proses penyembuhan

luka pasca operasi.

Madu tualang dapat digunakan

sebagai terapi tambahan pada

pasien operasi dalam proses

penyembuhan luka.

2. Boroumand et al, Penggunaan madu dapat Dengan penggunaan madu,

(2013) mengurangi rasa nyeri pasca dapat mengurangi kebutuhan

tonsillectomy. analgesik pasca tonsillectomy.

3. Mohebbi et al, (2014) Dengan penggunaan madu

dapat secara efektif


mengurangi rasa sakit.

4. Amani et al (2015) Dengan penggunaan madu

dapat mengurangi rasa rasik

pasca tonsillectomy. Namun

penelitian lebih lanjut masih

diperlukan.

5. Letchumanan et al, Penggunaan madu memiliki Madu memiliki efek positif dalam

(2012) efek positif dalam proses penyembuhan epitalisasi.

menghilangkan nyeri pasca

tonsillectomy.

6. Hwang et al, (2014) Penggunaan madu secara Penggunaan madu secara signifikan

signifikan mengurangi rasa mempercepat proses penyembuhan

sakit pasca tonsillectomy. luka.


6. Ringkasan dari Critical Appraised Topic (CAT) dan implementasi

Konteks Tahap / proses Hambatan / fasilitator Model perubahan Strategi intervensi

Individu Orientasi Kurang pengetahuan Pendidikan dan Program bimbingan

bimbingan klinis dan diskusi

Organisasi Orientasi Kurangnya otoritas Kurangnya otoritas Pembuatan SOP

Penelitian lebih lanjut

Sosial Penerimaan Nilai dari pasien Komunikasi Melibatkan pasien dalam

Dukungan keluarga Edukasi proses evaluasi.


MARKING CRITERIA 511C26002 EVIDENCE-
BASED PRACTICE
Assignment 3. Literature Review (35%)

Student ID (NIM) : P4200216401


Marking Criteria Comment Marks
Introduction
 Brief introduction of the topic /5
 State why the topic is important to area of practice
 Provides specific outline of what assignment will address
Development of Logical argument
• Defines the key concepts to explored
/6
• Presents information in a logical and well-structured manner
• Use of evidence to support argument

Critical discussion of the literature


• Integrates key concepts to critically discuss the topic /4
• Identifies the best practice associated with the topic and
/5
supports with evidence
• Communicates ideas clearly and uses appropriate language /3
• Demonstrates comprehensive use of the literature in /3
discussion

Conclusion
• Summarises key points
• Gives the assignment a sense of completeness and closure /4
• No new ideas are introduced in the conclusion

Attachment /2.5
 Synthesis grid table
/2.5
 Summary table of critical appraisal of reviewed journal articles

Please note up to 5 marks will be deducted from the assignment if the following criteria are not
adequately addressed.
Attention not given to spelling, grammar, and sentence -1.5
construction
Non-compliance with referencing guidelines -2
Greater than 10% outside word limit (10%) -1.5
TOTAL MARKS

General Comment:

Examiner Name & Sign

Anda mungkin juga menyukai