Disusun Oleh :
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
RINGKASAN .......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6
2.1 Daun Kelor (Moringa oleifera) .................................................................6
2.2 Daun Pandan ..............................................................................................6
2.3 Hipertensi ...................................................................................................7
2.3.1 Klasifikasi Hipertensi ......................................................................7
2.3.2 Penyebab Hipertensi ........................................................................7
2.4 Osteoporosis ..............................................................................................8
2.4.1 Klasifikasi Osteoporosis ..................................................................8
2.4.2 Penyebab Osteoporosis ....................................................................8
2.5 Hubungan antara Kalium dan Natrium terhadap Tekanan Darah .............8
2.6 Hubungan antara Kalsium terhadap Osteoporosis .....................................9
2.7 Teh .............................................................................................................9
BAB III METODE PENULISAN............................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................11
4.1 Cara Mengolah Teh Berbahan Baku Daun Kelor Penambahan Daun
Pandan .....................................................................................................11
4.2 Potensi Kalium, Kalsium dan Antioksidan dalam Daun Kelor
Penambahan Daun Pandan sebagai Antihipertensi dan
Antiosteoporosis ......................................................................................12
v
4.2.1 Kadar Air ........................................................................................ 13
4.2.2 Kadar Kalium.................................................................................. 14
4.2.3 Kadar Kalsium ................................................................................ 15
4.2.4 Aktivitas Antioksidan ..................................................................... 15
4.2.5 Pengujian Organoleptik .................................................................. 17
4.3 Potensi Daun Kelor Penambahan Daun Pandan dalam Pembuatan Teh
Antihipertensi dan Antiosteoporosis ....................................................... 18
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................x
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera L.) DAN DAUN
PANDAN (Pandanus amarilifolius L.) SEBAGAI SUMBER KALIUM,
KALSIUM DAN ANTIOKSIDAN DALAM PEMBUATAN TEH
HIJAU ANTIHIPERTENSI DAN ANTIOSTEOPOROSIS
Phoebe Anadita Rimba*, Fanny Agustia Jessica**, Albertus Heronius*
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
RINGKASAN
Masalah gizi merupakan salah satu masalah yang banyak dijumpai oleh
masyarakat, terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah yang tidak
mampu dalam memenuhi kebutuhan pangan. Kemenkes RI (2011) mencatat
sekitar 43.616 anak balita mengalami gizi buruk pada tahun 2010 di Indonesia.
Tidak terpenuhnya asupan gizi dapat menimbulkan berbagai penyakit contohnya
osteoporosis dan hipertensi. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai
dengan menurunnya kepadatan tulang yang mengakibatkan pengeroposan tulang
(Infodatin, 2015). Hipertensi adalah tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Dalam mengontrol
hipertensi dapat digunakan obat sintetik (Suidah, 2011). Efek samping obat
sintetik adalah batuk, pusing, sakit kepala hingga disfungsi renal (Depkes, 2006).
Penelitian tentang terapi non farmakologis telah dilakukan oleh Dwipayanti
(2011) menunjukkan bahwa kadar kalium dalam buah belimbing sebanyak 207
mg/127g buah dapat membantu penderita hipertensi di daerah Mojokerto.
Penelitian lain menggunakan daun sirsak yang memiliki kadar kalium mencapai
598 mg/100g mampu menurunkan tekanan darah hingga batas normal.
Kandungan kalium dalam serbuk daun kelor mencapai 1324 mg/100g, lebih tinggi
dibandingkan dengan teh daun sirsak dan buah belimbing, sehingga berpotensi
sebagai penurun tekanan darah. Sedangkan kandungan kalsium daun kelor
mencapai 2003 mg/100g lebih tinggi dibandingkan dengan susu kambing segar
(86,17±1,73 mg/100g), susu sapi segar (32,87±0,64 mg/100g) dan susu kedelai
(50 mg/100g) berpotensi sebagai antiosteoporosis (Utama, 2011 ; Budimarwati,
2003). Di dalam daun kelor juga terdapat banyak senyawa antioksidan seperti
flavonoid dengan konsentrasi sebesar 573,07 mg / 100 gram daun kering. Teh
daun kelor dapat mengurangi sekresi renin yang menyebabkan penurunan
angiotensin II sehingga vasokonstriksi pembuluh darah berkurang dan
menurunnya aldosteron sehingga reabsorpsi natrium dan air ke dalam darah
berkurang. Kalium dalam teh daun kelor menurunkan tekanan darah penderita
hipertensi sebesar 23,86 % - 37,44 %. Kalsium dalam teh daun kelor dapat
meningkatkan aktivitas ALP penderita osteoporosis hingga 104, 698 ± 7,53 U/L.
Daun kelor dapat diolah menjadi teh daun kelor dengan ditambahkan daun
pandan. Adapun proses pembuatan daun kelor melalui tahapan penyortiran,
pelayuan, penggulungan, pengeringan, penimbangan, penghalusan, penambahan
daun pandan, dan pengemasan.
Kata Kunci: Teh Hijau, Daun Kelor, Daun Pandan, Hipertensi, Osteoporosis,
Kalium, Kalsium, Antioksidan
* Siswa Kelas XII MIPA SMA Gembala Baik Pontianak
** Siswa Kelas XI MIPA SMA Gembala Baik Pontianak
ix
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
menyatakan bahwa pada usia kurang dari 35 tahun 5,7% sampel beresiko
osteoporosis dan proporsinya terus meningkat dengan bertambahnya usia.
Penderita osteoporosis selama ini dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang mengandung susu atau olahan dari susu seperti susu murni atau susu rendah
lemak, keju atau yogurt (Broto, 2009). Namun, tidak semua masyarakat dapat
meminum susu hewani maupun nabati. World Allergy Organization (WAO)
menyebutkan 22% penduduk dunia menderita alergi dan terus meningkat setiap
tahun, 2,5% diantaranya alergi terhadap susu sapi (ASS) dan 0,5% lainnya alergi
terhadap kacang (Christanto dan Tedjo, 2011).
Selain itu, kasus hipertensi sendiri sering ditemukan di berbagai negara.
Hampir 1 miliar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi.
Diperkirakan kasus hipertensi terutama di negara berkembang akan meningkat
sekitar 80%, dari 63,9 juta kasus (2000) menjadi 1,15 milyar kasus (2025) (Dewi,
2013). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2005 adalah 8,3%
(pengukuran standar WHO yaitu pada batas tekanan darah normal 140/90 mmHg)
dan pada tahun 2010 mencapai 21%. Diestimasi akan meningkat menjadi 37%
pada tahun 2015 dan 42% pada tahun 2025 (Dewi, 2013). Hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti
stroke hingga gangguan ginjal yang berakibat pada pelemahan fungsi otak, ginjal,
dan jantung dan berakibat kecacatan bahkan kematian (Bakri, 2008). Hipertensi
disebabkan berlebihnya kandungan natrium di dalam darah seseorang. Obat
hipertensi dalam terapi farmakologis dibagi menjadi golongan diuretik, obat
simpatoplegik, obat vasodilator langsung dan obat menyekat efek Angiotensin,
contohnya hydrochlorothiazide (Benowitz, 2002). Secara umum efek samping
dari obat ini adalah batuk, pusing, hingga disfungsi renal (Depkes, 2006).
Penelitian tentang terapi non farmakologis telah dilakukan oleh Dwipayanti
(2011) menunjukkan bahwa kadar kalium dalam buah belimbing sebanyak 207
mg/127g buah dapat membantu penderita hipertensi di daerah Mojokerto.
Penelitian lain menggunakan daun sirsak dengan kadar kalium mencapai 598
mg/100g mampu menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik hingga batas
BAB I PENDAHULUAN 2
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
BAB I PENDAHULUAN 3
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
BAB I PENDAHULUAN 4
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
Di Indonesia teh merupakan salah satu minuman favorit yang disukai oleh
masyarakat karena harganya relatif murah, mudah didapat serta menyegarkan. Teh
memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh dan dapat dinikmati dengan diseduh. Teh
tidak hanya berasal dari daun teh saja melainkan dapat juga dari daun kelor
(Damayanthi, 2008). Dalam karya tulis ini, akan ditawarkan solusi pengobatan
hipertensi dan osteoporosis dengan memanfaatkan kandungan kalium dan kalsium
di dalamnya dalam bentuk sediaan teh
BAB I PENDAHULUAN 5
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Hipertensi
2.3.1 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi hipertensi sistolik (peningkatan tekanan
sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik, umumnya ditemukan pada
usia lanjut), hipertensi diastolik (peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda) dan hipertensi campuran (peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik).
2.3.2 Penyebab Hipertensi
Beberapa hal yang menyebabkan hipertensi menurut JNC*VII (2003), yaitu:
hipertensi primer (penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) dan terjadi pada sekitar
90% penderita hipertensi) dan hipertensi sekunder (penyebabnya diketahui. 5-10%
2.4 Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo (tulang) dan porous (keropos).
Osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat
khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang (Viani, 2010).
2.4.1 Klasifikasi Osteoporosis
Osteoporosis terbagi menjadi Osteoporosis Primer Tipe 1 (kehilangan massa
tulang akibat penuaan) dan Osteoporosis Primer Tipe 2 (osteoporosis senilis),
Osteoporosis Sekunder (dipengaruhi oleh penyakit yang mendasari maupun obat),
dan Osteoporosis ldiopatik (tidak diketahui penyebabnya) (Kemenkes, 2015).
2.4.2 Penyebab Osteoporosis
Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu (Viani, 2010) :
a. Osteoporosis Pascamenopause
Kurangnya hormon estrogen yang membantu mengatur pengangkutan
kalsium ke dalam tulang. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang
sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
b. Osteoporosis Senilis
Akibat dari kekurangan kalsium akibat usia dan ketidakseimbangan antara
kecepatan pembentukan tulang (osteoblas) dan hancurnya tulang (osteoklas).
c. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis akibat penyakit lain (misalnya gagal ginjal kronis) dan obat.
d. Osteoporosis Juvenil Idiopatik
Osteoporosis ini merupakan osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.
Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik (Hull, 1993). Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraselular, sehingga cenderung menarik cairan
dari bagian ekstraselular dan menurunkan tekanan darah (Astawan, 2003).
2.7 Teh
Menurut SNI, produk teh kering adalah Camelia sinensis L. tunggal atau
campuran dari teh lain dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain (Sri
Winarti, 2006). Teh daun kelor kaya akan kandungan epigallocatechin gallate
(EGCG) yang berfungsi menghambat dan membunuh sel kanker, serta
menghambat pembentukan bekuan darah abnormal (Krisnadi, 2014). Kandungan
EGCG dari 3 gram teh daun kelor yang dilarutkan dengan 200 mL air dengan
suhu 90oC yaitu 114.37 mg (Putri, 2014). Adapun syarat mutu teh kering dalam
kemasan menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.4 Syarat Mutu Teh Kering Dalam Kemasan (SNI 01-1898-2002)
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan air seduhan - Khas produk teh
1.1 Warna - Khas produk teh
1.2 Bau - Khas produk teh
1.3 Rasa - Khas produk teh
2 Kadar polifenol (b/b) % Min. 5,23
3 Kadar air (b/b) % Maks. 8,00
4.1 Cemaran Timbal (Pd) Mg/kg Maks.2,00
4.2 CemaranMerkuri (Hg) Mg/kg Maks.0,03
5 Bakteri coliform APM/g <3
BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan karya tulis ini dilakukan melalui studi dan telaah literatur, baik
literatur primer maupun literatur sekunder. Literatur primer berupa jurnal,
sedangkan literatur sekunder berupa artikel. Kajian terhadap permasalahan
ditempuh melalui pendekatan secara ilmiah, terdiri dari empat tingkatan proses,
yaitu deskripsi (daun kelor, hipertensi dan osteoporosis), analisis (kandungan
utama dalam teh daun kelor adalah kalsium, kalium dan antioksidan), interpretasi
(daun kelor mengandung kadar kalsium, kalium dan antioksidan yang tinggi) dan
pengambilan kesimpulan (daun kelor berpotensi sebagai bahan dasar pembuatan
teh antiosteoporosis dan antihipertensi).
Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori
yang berhubungan dengan pokok permasalahan, yaitu jumlah penderita
osteoporosis dan hipertensi yang tinggi di Indonesia, dan keunggulan teh
antihipertensi dan antiosteoporosis berbahan dasar daun kelor. Di sisi lain,
kuantitas daun kelor di Indonesia khususnya Kalimantan Barat pun sangat
melimpah. Melalui telaah pustaka kemudian dilakukan pengkajian terhadap
permasalahan tersebut, diketahui bahwa daun kelor mengandung unsur kalsium,
kalium dan antioksidan yang tinggi, dimana unsur kalsium, kalium dan
antioksidan merupakan unsur yang dibutuhkan oleh penderita osteoporosis dan
hipertensi. Setelah itu dilakukan penjabaran dalam bentuk karya tulis ilmiah
berdasarkan pikiran yang logis, sistematis dan objektif sehingga diperoleh
simpulan tentang pemecahan masalah secara keseluruhan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Cara Mengolah Teh Berbahan Baku Daun Kelor Penambahan Daun
Pandan
Pembuatan teh daun kelor pada prinsipnya sama dengan pembuatan teh pada
umumnya dengan perbedaan bahan dasar berupa daun kelor. Pengolahan
dilakukan melalui beberapa tahapan proses yang bertujuan mengubah kondisi fisik
dan komposisi kimia daun kelor secara terkendali sehingga diperoleh hasil olahan
berupa serbuk daun kelor yang memiliki sifat-sifat yang dikehendaki seperti
warna air seduhan, aroma, rasa, kadar antioksidan, kalium dan kalsium yang
tinggi yang dapat mengatasi hipertensi dan osteoporosis. Pembuatan teh
antihipertensi dan antiosteoporosis dari daun kelor dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut (Adri dkk, 2013) :
1. Daun kelor dan daun pandan dicuci bersih dengan menggunakan air
yang mengalir
Daun kelor yang sudah dipetik dari pohonnya, harus dicuci di air
mengalir terlebih dahulu, dalam mengolah bahan pangan proses pencucian
merupakan bagian yang harus dilakukan karena tanaman yang baru dipetik
bisa saja terkontaminasi oleh debu dan kotoran, pencucian ini bertujuan
untuk membersihkan daun kelor dan daun pandan yang baru dipetik
supaya pengolahan bahan pengan lebih higienis dan menghasilkan bahan
pangan yang berkualitas.
2. Penyortiran daun kelor
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan daun kelor dari ranting dan
tangkainya yang digunakan hanya daun kelor murni tanpa bagian
tumbuhan yang lain, hal ini dilakukan untuk mendapatkan kandungan
kalium dan kalsium didalamnya secara murni.
3. Proses pelayuan dengan suhu 70oC selama 4 menit, didinginkan
selama 5 menit dan penggulungan
Pelayuan pada dasarnya untuk menurunkan kadar air. Waktu yang
dibutuhkan untuk proses pelayuan adalah 4 menit dengan suhu 70oC.
Apabila waktu pelayuan melebihi batas waktu tersebut maka pucuk akan
BAB IV PEMBAHASAN 11
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
BAB IV PEMBAHASAN 12
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
Gambar 4.1 Kadar Air pada Berbagai Sampel Teh Hijau Daun
Kelor (Natasia dan Silvia, 2016)
Keterangan:
- 101 adalah sampel 50 gram daun kelor + 50 gram daun pandan
- 201 adalah sampel 100 gram daun kelor + 50 gram daun pandan
- 301 adalah sampel 150 gram daun kelor + 50 gram daun pandan
- 401 adalah sampel 200 gram daun kelor + 50 gram daun pandan
- 501 adalah sampel 250 gram daun kelor + 50 gram daun pandan
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa teh daun kelor yang memiliki rata-rata
kadar air terbaik terdapat pada sampel 401 dengan 200 gram daun kelor dan 50
gram daun pandan, yaitu 5,97%. Sedangkan penelitian oleh Adri dkk (2013)
menggunakan daun sirsak 100 mg yang melalui tahapan proses yang sama dengan
waktu pengeringan selama 150 menit memiliki kadar air sebesar 8,13%. Kadar air
maksimal yang diperbolehkan dalam kemasan teh menurut SNI 01 – 1898 – 2002
adalah 8%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teh daun kelor memiliki kadar air
BAB IV PEMBAHASAN 13
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
yang lebih baik dibandingkan dengan teh daun sirsak yang biasa digunakan
masyarakat.
4.2.2 Kadar Kalium
Rendahnya asupan kalium merupakan satu di antara faktor penyebab
hipertensi. Dietary Guidelines Amerika Serikat merekomendasikan peningkatan
asupan bahan makanan sumber kalium sampai 4700 mg/hari. Tingkat kalium
dalam darah yang normal adalah 3.5-5.0 milliequivalents per liter (mEq/L).
Tingkat-tingkat kalium antara 5.1 mEq/L sampai 6.0 mEq/L mencerminkan
hiperkalemia yang ringan. Tingkat-tingkat kalium dari 6.1 mEq/L sampai 7.0
mEq/L adalah hiperkalemia yang sedang, dan tingkat-tingkat kalium di atas 7
mEq/L adalah hiperkalemia yang berat/parah (Dawodu, S. 2004). Menurut
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) apabila konsentrasi kalium
dalam serum darah kurang dari 3.5 mmol/L maka akan menimbulkan penyakit
hipokalemia. Hasil pengukuran kandungan kalium pada berbagai sampel teh hijau
daun kelor oleh Natasia dan Silvia (2016) dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Kadar Kalium pada Berbagai Sampel Teh Hijau Daun
Kelor (Natasia dkk, 2016)
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa sampel 501 dengan 250 gram daun kelor
dan 50 gram daun pandan memiliki kadar kalium tertinggi yaitu 2.640 mg/100g.
Namun, sampel 501 tidak berbeda signifikan (identik) dengan sampel 401
terhadap kandungan kalium dalam teh hijau daun kelor. Jenis sampel yang
memiliki kadar kalium paling optimum adalah sampel 401 dengan kadar kalium
BAB IV PEMBAHASAN 14
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
sebesar 2566,67 mg/100g. Hasil pengukuran ini juga membuktikan bahwa kadar
kalium dalam daun kelor lebih tinggi dibandingkan dengan daun sirsak yang
selama ini digunakan untuk mengobati hipertensi. Daun sirsak memiliki kadar
kalium sebesar 278 mg/100g sedangkan daun kelor memiliki kadar kalium sebesar
2566,67 mg/100g (Adri dkk, 2013 ; Natasia dkk, 2016).
4.2.3 Kadar Kalsium
Gizi buruk dan kurangnya asupan kalsium merupakan salah satu penyebab
osteoporosis. Penyakit ini dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lebih
mudah patah dibandingkan dengan tulang normal. Menurut Houtkooper dan
Vanessha (2011) masyarakat dengan umur 9-18 tahun membutuhkan asupan
kalsium sebesar 3.000 mg/hari dan masyarakat umur 19-50 tahun membutuhkan
asupan kalsium sebesar 2.500 mg/hari. Dokter menganjurkan masyarakat untuk
meminum susu sapi 2 kali sehari untuk mencukupi kebutuhan kalsium dalam
tubuh. Akan tetapi tidak semua manusia bisa mengkonsumsi susu hewani,
sehingga mereka akan mengkonsumsi susu nabati, seperti susu kedelai. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Budimarwanti (2003) daun kelor memiliki kadar
kalsium yang sangat tinggi yaitu sebesar 2.003 mg/100g. Perbandingan kadar
kalsium daun kelor dengan susu hewani maupun nabati pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Perbandingan Kadar Kalsium (Budimarwanti, 2003 ; Utama, 2011)
Susu Susu Susu Teh Daun
Parameter
Kambing Sapi Kedelai Kelor
Kadar Kalsium
86,17±1,73 32,87±0,64 50 2.003
(mg/100g)
4.2.4 Aktivitas Antioksidan
Daun kelor merupakan salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai sumber
antioksidan. Daun kelor memiliki jumlah vitamin dan mineral yang dapat
berfungsi sebagai antioksidan alami (Fitriana dkk, 2015). Metode pengukuran
aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan pengukuran nilai absorbansi dari
DPPH radikal dan ABTS radikal kation menggunakan spektrofotometer UV/VIS.
Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel melawan radikal bebas seperti
oksigen singlet, superoksida, radikal peroksil, radikal hidroksil dan peroxynitrite.
Antioksidan juga menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan
BAB IV PEMBAHASAN 15
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai
dari pembentukan radikal bebas yang menimbulkan stress oksidatif (Anggraeni,
2011). Aktivitas antioksidan yaitu kemampuan suatu bahan yang mengandung
antioksidan untuk dapat meredam senyawa radikal bebas yang ada disekitarnya
(Cahyani, 2015). Cara kerja senyawa antioksidan ini yaitu dengan mendonorkan
satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitasnya bisa
terhambat (Winarsi, 2007).
Untuk menguji aktivitas antioksidan pada teh hijau daun kelor dilakukan uji
kualitatif dan uji kuantitatif dengan indikator antioksidan senyawa fenolik dan
senyawa flavonoid. Identifikasi senyawa fenolik dilakukan dengan memasukkan 5
mL teh daun kelor ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 5 tetes larutan
FeCl3 5% yang dikocok kuat. Jika terbentuk warna biru kehitaman maka terdapat
senyawa fenolik pada teh daun kelor (Widiyanti, 2006). Standar yang digunakan
pada analisis kandungan fenolik adalah asam galat, karena asam galat bersifat
stabil, memiliki sensitivitas yang tinggi, dengan menggunakan metode Folin-
Ciocalteau (Rahayu dkk, 2015). Selanjutnya dilakukan uji kualitatif senyawa
flavonoid dengan memasukkan 5 mL teh daun kelor ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambah serbuk Mg, HCl pekat 1 mL dan Amyl alkohol 5 mL lalu
dikocok kuat. Jika terbentuk warna jingga pada campurannya maka dapat
dipastikan terdapat senyawa flavonoid. Menurut Rohyami (2008), flavonoid
termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan
mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Sedangkan uji kuantitatif dilakukan dengan
mencampurkan 3,94 mg DPPH ke dalam labu takar 100 mL, kemudian
menentukan absorbansi blanko dengan mencampur larutan DPPH 3,8 mL dengan
methanol 70% 0,2 mL kemudian dibaca absorbansinya pada alat
spektrofotometer. DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm. Keberadaan
senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi
kuning (Dephour dkk, 2009). Adapun rata-rata hasil perhitungan aktivitas
antioksidan dari penelitian yang dilakukan oleh Natasia dan Silvia (2016)
terhadap teh daun kelor dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut.
BAB IV PEMBAHASAN 16
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
Gambar 4.3 Aktivitas Antioksidan pada Berbagai Sampel Teh Hijau Daun
Kelor (Natasia dan Silvia, 2016)
Gambar 4.3 menunjukkan aktivitas antioksidan 401, dengan 200 gram daun
kelor dan 50 gram daun pandan, memiliki aktivitas antioksidan optimum sebesar
86,64%. Tingkat aktivitas antioksidan daun kelor ternyata lebih tinggi di
bandingkan dengan tumbuhan lainnya yang biasa digunakan sebagai antioksidan.
Hal ini dibuktikan dengan perbandingan aktivitas antioksidan beberapa tanaman
berikut.
Tabel 4.2 Perbandingan Aktivitas Antioksidan Beberapa Tanaman
(Nasution dkk, 2014 ; Wardatun, 2011)
Daun Daun Daun
Parameter
Nangka Sambiloto Kelor
Aktivitas
65,60% 76,63% 86,64%
Antioksidan
BAB IV PEMBAHASAN 17
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
4.3. Potensi Daun Kelor Penambahan Daun Pandan dalam Pembuatan Teh
Antihipertensi dan Antiosteoporosis.
Untuk mengetahui apakah seseorang terkena hipertensi atau tidak, maka
ditentukan batas maksimum maupun minimum tekanan darah sistolik maupun
diastoliknya. Sehingga apabila seseorang yang terukur tekanan darahnya melebihi
batas tekanan darah maksimum, hal tersebut menunjukkan orang tersebut terkena
hipertensi. Batas maksimum tekanan darah sistolik dan distolik dapat dilihat pada
Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Batas Maksimum Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik (Rezki, 2011)
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 160 atau >160 100 atau >100
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Natasia dan Silvia (2016)
didapatkan hasil bahwa dari 15 panelis yang digunakan, tekanan darah keseluruh
panelis kembali normal setelah meminum teh daun kelor. Efektivitas teh daun
dengan 200 gram daun kelor dan 50 gram daun pandan, yang digunakan dalam
pengujian adalah sebesar 23,86% - 37,44%. Hal ini menunjukkan bahwa teh hijau
BAB IV PEMBAHASAN 18
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
daun kelor variasi penambahan daun pandan efektif digunakan sebagai obat
antihipertensi. Kandungan kalium dalam teh daun kelor yang tinggi (2566,67 mg/
100g) dapat mengurangi sekresi renin yang menyebabkan penurunan angiotensin
II sehingga vasokonstriksi pembuluh darah berkurang dan menurunnya aldosteron
sehingga reabsorpsi natrium dan air ke dalam darah berkurang. Kalium juga
mempunyai efek dalam pompa Na-K yaitu kalium dipompa dari cairan
ekstraselular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar. Sehingga kalium dapat
menurunkan tekanan darah (Guyton dan Hall, 2008). Kadar Kalium yang tinggi
mampu meningkatkan ekskresi natrium dalam urin atau dikenal dengan
natriuresis, sehingga hal tersebut dapat menurunkan volume darah dan tekanan
darah (Rochmawati dkk, 2015). Kalium berpartisipasi dalam memelihara
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Kalium juga berperan dalam
transmisi impuls saraf dan tekanan otot. Selain itu enzim yang berpartisipasi pada
metabolisme energi akan berfungsi lebih efisien ketika berkaitan dengan
potassium (Maria, dkk.,2012).
Kalsium adalah mineral penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
beberapa fungsi organ tubuh seperti membentuk dan menjaga tulang dan gigi,
pembekuan darah, transmisi impuls saraf, dan pengaturan irama jantung.
Sebanyak 99% kalsium di tubuh manusia disimpan di dalam tulang dan gigi dan
sisanya 1% ditemukan di dalam darah dan jaringan lain. Kalsium diperlukan
tubuh sebagai mineral pembentuk tulang sedangkan vitamin D diperlukan untuk
membantu tulang menyerap kalsium (Eddy, 2015). Penelitian yang dilakukan
oleh Patel et al (2015), tentang efek daun kelor terhadap osteoporosis dan
antidiabetes yang diujikan pada tikus Wistar yang sudah dihilangkan ovariumnya
akan mewakili tahap osteoporosis. Setelah diberikan perlakuan berupa serbuk
daun kelor sebanyak 200 mg/kg berat badan didapat hasil bahwa serbuk daun
kelor dapat meningkatkan tingkat aktivitas ALP hingga 104, 698 ± 7,53 U/L.
BAB IV PEMBAHASAN 19
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan masalah yang telah dipaparkan yang dikaitkan
dengan tujuan penulisan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tahapan pengolahan teh antihipertensi dan antiosteoporosis dengan bahan baku
daun kelor adalah melalui tahapan pencucian, penyortiran, pelayuan,
penggulungan, pengeringan, penimbangan, penghalusan, penambahan daun
pandan, dan pengemasan.
2. Teh daun kelor dengan campuran 200 g daun kelor dan 50 g daun pandan
memiliki kandungan kalium 2.567 mg/100g, kandungan kalsium 2.003
mg/100g dan kandungan antioksidan 86,64 %.
3. Kandungan kalium dalam teh daun kelor yang tinggi (2566,67 mg/ 100g) dan
antioksidan sebesar 86,64 % dapat mengurangi sekresi renin yang
menyebabkan penurunan angiotensin II sehingga vasokonstriksi pembuluh
darah berkurang dan menurunnya aldosteron sehingga reabsorpsi natrium dan
air ke dalam darah berkurang. Kalium juga mempunyai efek dalam pompa Na-
K yaitu kalium dipompa dari cairan ekstraselular ke dalam sel, dan natrium
dipompa keluar. Kalium dalam teh daun kelor menurunkan tekanan darah
penderita hipertensi sebesar 23,86 % - 37,44 %. Kalsium dalam teh daun kelor
dapat meningkatkan aktivitas ALP penderita osteoporosis hingga 104, 698 ±
7,53 U/L.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada penulisan karya tulis ini adalah
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis yang tepat dalam
mengkonsumsi teh daun kelor agar tidak hipotensi dan hiperkalsemia. Diperlukan
juga dukungan dan partisipasi dari pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat
dengan upaya lebih lanjut berupa sosialisasi dan pemasaran teh hijau daun kelor
antihipertensi dan antiosteoporosis di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat
sehingga dapat mengatasi masalah penyakit hipertensi dan osteoporosis bagi
masyarakat.
BAB V PENUTUP 20
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
DAFTAR PUSTAKA
Adri, D., Wikanastri H., 2013, Aktifitas Antioksidan dan Sifat Organoleptik Teh
Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Berdasarkan Lama Variasi
Pengeringan. J. Pangan dan Gizi 4(7)
Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta. www.google.book.co.id,
dikunjungi pada tanggal 28 Desember 2016.
Ajisaka. 2012. Teh Dahsyat Khasiatnya. Surabaya: Penerbit Stomata.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni, D.S. 2011. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor: Bogor Publishing.
Anwar, F., Latif, S., Ashraf, M., dan Gilani, A.H., 2007. Moringa oleifera: A
Food Plant with Multiple Medicinal Uses.
Artuti, Maretta. 2011. Gambaran Konsumsi Kalsium dan Aktivitas Fisik Serta
Kepadatan Tulang Pada Karyawan Pt. Indosat tbk. Tahun 2011. Medan.
Astawan, M. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Tiga Serangkai.
Solo.
Astawan, Made, 2009, Cegah Hipertensi Dengan Pola Makan,
http://www.depkes.go.id/index.php?option:article&ask:viewarticld/ ,
dikunjungi pada tanggal 20 Desember 2016.
Astawan., 2003, Studi perbandingan kalium dan natrium.
repository.usu.ac.id/.../4/Chapter%20II.pdf, dikunjungi pada tanggal 7
Januari 2017.
Atmojo, Idam R. W., 2010, Ilmu Gizi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Bakri, 2008. Antimicrobial and phytochemical studies on 45 Indian
medicinal plants against multi-drug resistant human pathogens. Journal of
Ethnopharmacology 74 (2001) 113– 123.
Benowitz, L., 2002, Obat Antihipertensi, dalam Katzung, B. G., 2002, Basic and
Clinical Farmacology, ed ke-3, Penerjemah: Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika.
Broto, Rawan, 2009, Upaya Pencegahan dan Pengobatan Osteoporosis,
Rheumatical Clinic Happy Landa Medical Centre.
Budimarwanti, C., 2003, Komposisi dan Nutrisi Pada Susu Kedelai, Universitas
Negeri Yogyakarta,Yogyakarta.
x DAFTAR PUSTAKA
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
xi DAFTAR PUSTAKA
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
Patel, C., Rangrez M.A., Pragna P., 2015, Studies on the Osteoprotective and
Antidiabetic Activities of Moringa oleifera Plant Extract, University of
Baroda, India. IOSR J. of Pharmacy Vol. 5 19-22
Permatasari, Mayang J., 2016, Adolescent Nutrition, Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
Prihatini, S., Mahirawati, S. K., Jahari, A. B., Sudiman, H., 2010, Faktor
Determinan Risiko Osteoporosis di Tiga Provinsi di Indonesia, Media
Litbang Kesehatan, 20(2).
Prikhatina, Ratih Agustin, 2009, Hubungan Status Gizi, Gaya Hidup dan
Kebiasaan Konsumsi Kalsium dan Vitamin D Pada Warga Usia ≥ 45 Tahun
di Taman Wisma Asri Bekasi Utara Tahun 2009, FKMUI, Universitas
Indonesia, Depok.
Putratama, M. S. W., 2009. Pengolahan Teh Hitam Secara CTC di PT.
Perkebunan Nusantara VIII. Laporan Kerja Praktek. Universitas Gajah
Mada Press, Yogyakarta.
Putri, Novi L., 2014, Pengaruh Pemberian Teh Daun Kelor (Moringa oleifera)
Setelah dan Sebelum Terhadap Glukosa Darah POST-PANDRIAL Dewasa
Sehat, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi)
Rahayu dkk, 2015. Total Fenolik, Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan dari
Produk Teh Hijau dan Tanaman Teh Hitam Tanaman Bangun dengan
Perlakuan Ramuan ETT Rumput Laut.
Rahayu, S. E., Sri. H., 2008. Keanekaragaman Morfologi Dan Anatomi
Pandanus (Pandanaceae) Di Jawa Barat. Fakultas Biologi Universitas
Nasional. Jakarta. VIS VITALIS, Vol. 01 No. 2 ISSN 1978-9513.
Rezki, A., 2011, Efektivitas Bunga Rosella Untuk Menurunkan Tekanan Darah
Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang, Universitas
Sumatera Utara, Medan. SKRIPSI
Rochmawati, A., Diar H. E., Syarif H., 2015. Pengembangan Metode Analisis
Kadar Kalium dalam Daun Kelor (Moringa oleifera) dengan Metode
Konduktometri. Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba. Bandung. ISSN
2460 -64.
xv DAFTAR PUSTAKA
SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
Nilai
No. Kriteria Bobot (%) Skor (bobot x skor)
1. Format naskah :
- Tata tulis : ukuran kertas,
tipografi, kerapihan titik, tata
letak, jumlah halaman
- Penggunaan Bahasa
15
Indonesia yang baik dan
benar
- Kesesuaian dengan format
ketulisan yang tercantum
dalam pedoman
2. Gagasan :
- Kreativitas gagasan 40
- Kelayakan implementasi
3. Sumber Informasi :
- Kesesuaian sumber informasi
dengan gagasan yang
25
ditawarkan
- Akurasi dan aktualisasi
informasi
4. Kesimpulan :
- Prediksi hasil implementasi 20
gagasan
TOTAL 100
NILAI ARTIKEL 40%
Keterangan : Skor : 1, 2, 3, 5, 6, 7 (1 = Buruk ; 2 = Sangat kurang ; 3 = Kurang ;
5 = Cukup ; 6 = Baik ; 7 = Sangat baik) ; Nilai = Bobot x Skor
Nilai
No. Kriteria Bobot (%) Skor (bobot x skor)
1. Pemaparan :
- Sistematika penyajian dan isi
- Kemutakhiran alat bantu
- Penggunaan bahasa yang 10
baku
- Cara dan sikap presentasi
- Ketepatan waktu
2. Gagasan :
- Kreativitas gagasan
(futuristik, unik, manfaat dan
50
dampak sistemik)
- Kelayakan implementasi
(rasionalitas)
3. Diskusi :
- Tingkat pemahaman gagasan 40
- Kontribusi anggota tim
TOTAL 100
NILAI PRESENTASI 60%
Keterangan : Skor : 1, 2, 3, 5, 6, 7 (1 = Buruk ; 2 = Sangat kurang ; 3 = Kurang ;
5 = Cukup ; 6 = Baik ; 7 = Sangat baik) ; Nilai = Bobot x Skor