Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN TEORI SOSIAL DENGAN PARADIGMA SOSIAL

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
TEORI SOSIAL

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat tugas mata kuliah Teori Sosial.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Dosen yang telah memberikan arahan
terkait makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin kami tidak akan dapat
menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang berlaku. Kesalahan yang terdapat
di dalam jelas ada. Namun bukanlah kesalahan yang tersengaja melainkan karena
khilafan dan kelupaan. Dari kesemua kelemahan kami kiranya dapat dimaklumi.
Terimakasih kami ucapkan pula kepada orang tua dan teman-teman yang telah
memberikan banyak saran dan pengetahuannya sehingga menambah hal baru bagi
saya. Terutama sumbangannya dalam hal materi berupa referensi mengenai makalah
ini.
Demikian, harapan kami semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru
pula, aamiin

Pasuruan, 17 Maret 2016

Penyusun

2
Daftar Isi

Cover I ...................................................................................................................... 1

Cover II..................................................................................................................... 2

Kata Pengantar......................................................................................................... 3

Daftar Isi................................................................................................................... 4

BAB I. Pendahuluan................................................................................................ 5

A. Latar Belakang............................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 5

C. Tujuan ............................................................................................................ 6

D. Manfaat........................................................................................................... 6

BAB II. Pembahasan................................................................................................ 7

A. Definisi Teori Sosial...................................................................................... 7

B. Konsep Dasar Ilmu Sosial.............................................................................. 7

C. Pengertian Paradigma .................................................................................... 8

D. Paradigma Sosial ........................................................................................... 9

E. Paradigma Dalam Teori-Teori Ilmu Sosial.................................................... 9

BAB III. Penutup..................................................................................................... 19

A. Kesimpulan..................................................................................................... 19

B. Saran............................................................................................................... 20

Daftar Pustaka.......................................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosiologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas perilaku

manusia dalam bermasyarakat. Sosiologi juga bukan cabang dari ilmu filsafat,

sosiologi berdiri sendiri sebagai cabang pengetahuan yang utuh.

Dalam perkembangannya mewujudkan sosiologi sebagai ilmu yang berdiri

sendiri, terdapat berbagai pandangan mengenai pokok persoalan yang dibahas dan

menjadi objek dalam kajian sosiologi. Inilah yang disebut paradigma dalam sosiologi.

Para tokoh sosiologi mempunyai berbagai pandangan mengenai objek sosiologi

sehingga menimbulkan terbentuknya perbedaan paradigma.

Jika dihubungkan dengan masalah sosial maka akan memokuskan pada teori-

teori sosial yang sudah ada sebelumnya. Tapi pada pembahasan ini tidak membahas

teori-teori sosial secara mendalam, tetapi membahas bagaimna suatu teori sosial

berhubungan dengan paradigm sosial yang sudah ada di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian atau deskripsi dari teori sosial ?

2. Bagaimana konsep dasar dari ilmu sosial itu sendiri?

3. Bagaimana pengertian atau deskripsi dari paradigma ?

4
4. Bagaimana pengertian atau deskripsi dari paradigma sosial ?

5. Bagaimana paradigma dalam teori-teori ilmu sosial ?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian atau deskripsi dari teori sosial

2. Untuk mengetahui konsep dasar dari ilmu sosial itu sendiri

3. Untuk mengetahui pengertian atau deskripsi dari paradigma

4. Untuk mengetahui pengertian atau deskripsi dari paradigma sosial

5. Untuk mengetahui paradigma dalam teori-teori ilmu sosial

I.4 Manfaat

1. Manfaat teoritis 

Penyusun diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-

kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia

pendidikan khususnya untuk mendalami ilmu tentang teori sosial khususnya

hubungan teori sosial tersebut dengan paradigma sosial

2. Manfaat praktis

 Bagi Penulis: Menambah wawasan penulis mengenai teori sosial

 Bagi Ilmu Pengetahuan: Menambah keilmuan tentang sejarah dalam

dunia ketatanegaraan, sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan

sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan. 

3. Bagi penyusun makalah berikutnya  

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut,

serta referensi terhadap makalah yang sejenis. 

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi teori sosial

Teori merupakan bentuk tertinggi dari pengetahuan. Dan dapat disimpulkan

bahwa teori adalah rangkaian fakta – fakta dan konsep – konsep serta generalisasi –

generalisasi, dipihak lain merupakan perkiraan tentang implikasi (akibat) dari

rangakaian fakta – fakta, konsep – konsep, dan generalisasi – generalisasi tersebut,

yang satu sama lainnya sangat berhubungan.

Menurut Soekanto (1993: 464) istilah sosial pun berkenaan dengan perilaku

interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses proses sosial.

B. Konsep ilmu sosial

Manusia adalah makhluk sosial, mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa

bantuan orang lain. Manusia membutuhkan orang lain untuk bisa bertahan hidup

(survive). Kesalingketergantungan itu akan menjadikan suatu kerja sama yang

bersifat tetap dan menghasilkan bentuk masyarakat tertentu. kata-kata Aristoteles,

manusia adalah seekor hewan sosial, yakni bahwa ia tidak bisa hidup terus di luar

sebuah kelompok sosial.

Secara keilmuan, masyarakat yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu sosial,

dapat dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari berbagai segi. Istilah ilmu sosial

menurut Ralf Dahrendorf, seorang ahli sosiolog Jerman dan penulis buku Class and

Class Conflict in Industrial Society yang dikenal sebagai pencetus Teori Konflik

6
Non-Marxis, merupakan suatu konsep yang ambisius untuk mendefinisikan

seperangkat disiplin akademik yang memberikan perhatian pada aspek-aspek

kemasyarakatan manusia. Ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu sosial tumbuh dari dari filsafat

moral. untuk ilmu-ilmu sosial, Wallerstein lebih menekankan pada suatu perilaku

sosial yang menekankan jauh melebihi kearifan secara turun-temurun dan merupakan

hasil deduksi dari padatnya pengalaman hidup manusia sepanjang zaman.

C. Pengertian Paradigma

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Khun di dalam

karyanyaThe structure of Scientific Revolution. Namun didalam bukunya ini dia tidak

merumuskan secara jelas apa arti dari paradigma. Kuhn sendiri nampaknya

megartikan paradigma sebagai keseluruhan susunan kepercayaan, nilai-nilai serta

teknik-teknik yang sama-sama dipakai oleh anggota komunitas ilmuwan tertentu.

Sedangkan menurut George Ritzer paradigma adalahpandangan dasar dari

ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh

suatu cabang ilmu pengetahuan (discipline).

Kata paradigma berasal dari bahasa Inggris “paradigm” yang berarti model

pola. Kata paradigma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu

model dalam ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir.

Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuan tentang apa yang

menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu

pengetahuan. Jadi paradigma adalah suatu sudut pandang dimana dapat melihat suatu

fenomena ataupun fakta atau sesuatu yang menjadi subyek dari ilmu. Paradigma

menentukan apa yang seharusnya menjadi obyek studi dalam disiplin tertentu.

7
D. Paradigma Sosial

Paradigma sosial merupakan kerangka berpikir dalam masyarakat yang

menjelaskan bagaimana cara pandang terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan

terhadap ilmu atau teori yang ada. Paradigma ini juga menjelaskan bagaimana

meneliti dan memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan

untuk menjawab masalah. 

Paradigma ini memusatkan kajiannya pada proses interaksi individu dengan

lingkungannya baik sosial maupun non-sosial dengan menggunakan konseptual

bahwa individu sebagai aktor sosial tidak sepenuhnya memiliki kebebasan.

E. Paradigma Di Dalam Teori-Teori Ilmu Sosial

PARADIGMA FAKTA SOSIAL

Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi.

Dalam paradigma ini yang menjadi kajian obyek persoalan berupa fakta sosial. Fakta

sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar

individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikan. Dalam paradigma

fakta sosial, masyarakat dipandang sebagai kenyataan atau fakta yang berdiri sendiri,

terlepas dari persoalan apakah individu-individu menyukainya atau tidak

menyukainya. Masyarakat dalam strukturnya, yaitu bentuk pengorganisasian,

peraturan, hirarki kekuasaan, perananperanan, nilai-nilai, dan apa yang disebut

sebagai pranatapranata sosial, merupakan fakta yang terpisah dari individu, namun

mempengaruhi individu tersebut.

Sejak kecil individu-individu sudah masuk dalam perangkap daya paksa

masyarakat. Mereka dengan segera akan belajar, bahwa tidak boleh berbuat

8
sekehendaknya melainkan harus selalu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan

masyarakat di seklilingnya. Dengan demikian, dalam kehidupan ini ada kemauan

umum yang harus diikuti di atas keinginan-keinginan individual.

Fakta sosial dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai ‘barang sesuatu’ (thing)

yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh

ilmu pengetahuan. Arti penting pernyataan Durkheim ini terletak pada usahanya

untuk menerangkan bahwa fakta sosial tidak dapat dipelajari melalu intropeksi. Fakta

sosial harus diteliti didalam dunia nyata sebagaimana orang mencari barang sesuatu

yang lainnya.

Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam :

1. Dalam bentuk material : Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap,

dan diobservasi. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata

contohnya arsitektur dan norma hukum.

2. Dalam bentuk non-material : Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata (eksternal).

Fakta ini bersifat inter subjektif yang hanya muncul dari dalam kesadaran

manusia, sebagai contoh egoisme, altruisme, dan opini.

Dalam paradigma ini pokok persoalan yang menjadi pusat perhatian adalah

fakta-fakta sosial yang pada garis besarnya terdiri atas dua tipe, masing-masing

struktur sosial (social structure) dan pranata sosial (social institution). Norma-norma

dan pola nilai ini biasa disebut dengan pranata, sedangkan jaringan hubungan sosial

dimana interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisir serta melalui mana posisi-

posisi sosial dari individu dan sub kelompok dapat dibedakan, sering diartikan

sebagai struktur sosial. Dengan demikian struktur sosial dan pranata sosial inilah

9
yang menjadi pokok persoalan persoalan penyelidikan sosiologi menurut paradigma

fakta sosial. Ada empat teori yang tergabung ke dalam paradigma fakta sosial antara

lain

1. Teori fungsionalisme struktural

Teori ini menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan

perubahan- perubahan dalam masyarakat. Konsep- konsep utamanya adalah : fungsi,

disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan.

Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas

bagian- bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam

keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan menbawa perubahan

pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam

sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsinal maka

struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya.

2. Teori konflik

Teori ini tidak seimbang antara kekuasaan dan wewenang. Maka teori konflik

menilai keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah di sebabkan karena

adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa.

Teori ini adalah wewenang dan posisi. Perbedaan wewenang adalah suatu

tanda dari adanya berbagai posisi dalam masyarakat. Perberdaan posisi dan

wewenang di antara individu dalam masyarakat itulah yang harus menjadi perhatian

utama para sosiolog. Struktur yang sebenarnya dari konflik- konflik harus di

perjhatikan di dalam susunan peranan sosial yang di bantu oleh harapan- harapan

10
terhadap kemungkinan mendapatkan dominasi. Tugas utama menganalisa konflik

adalah mengidentifikasi berbagai peranan kekuasaan dalam masyarakat.

Teori yang menentang teori sebelumnya (fungsionalisme-struktural) dimana

masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh

pertentangan yang terus menerus diantar unsur-unsurnya.

3. Teori sistem

Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai hubungan

diantara variabel dependen dan independen yang diasumsikan berinteraksi satu sama

lain. Artinya perubahan dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan atau

disusul dengan perubahan variabel lain atau kombinasi variabel.

4. Teori sosiologi makro

Teori Sosiologi Makro, yaitu teori-teori yang difokuskan pada analisis proses

sosial berskala besar dan jangka panjang, meliputi teori tentang: evolusionisme,

sistem, konflik, perubahan sosial, dan stratifikasi.

Metode yang digunakan dalam paradigma ini adalah menggunakan metode kuesioner

dan interview dalam penelitian empiris.Karena sebagian fakta sosial merupakan

sesuatu yang dianggap nyata.Sehingga tidak cocok menggunakan metode observasi

yang mempelajari gejala aktual saja.

PARADIGMA DEFINISI SOSIAL

Secara definitif Weber merumuskan Sosiologi sebagai ilmu yang berusaha

untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial

serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal. Yang dimaksud

tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai

11
makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang

lain.Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasarnya. Pertama konsep tindakan

sosial, kedua konsep tentang penafsiran dan pemahaman. Konsep terakhir ini

menyangkut metode untuk menerangkan yang pertama.

Konsep pertama tentang tindakan sosial yang dimaksud Weber dapat berupa

tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tidakan

yang bersifat ‘membatin’ atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena

pengaruh positif dari situasi tertentu. Atau merupakan tindakan perulangan dengan

sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Atau berupa persetujuan

pasif dalam situasi tertentu.

Bertolak dari  konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial

sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian

sosiologi yaitu:

1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif.

2. Tindakan nyata dan yang bersifat, membatin sepenuhnya dan bersifat

subyektif.

3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang

sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang

lain.

Disini pula terletak perbedaan yang sebenarnya antara paradigma definisi sosial

dengan paradigma fakta sosial. Paradigma fakta sosial menganggap bahwa perilaku

12
manusia dikontrol oleh berbagai norma, nilai-nilai serta sekian alat pengendalian

sosial lainnya. Sedangkan paradigma perilaku sosial (social behavior) adalah bahwa

yang terakhir ini melihat tingkah laku manusia senantiasa dikendalikan oleh

kemungkinan penggunaan kekuasaan atau kemungkinan penggunaaan kekuatan (re-

enforcement). Penganut paradigma Definisi Sosial cenderung menggunakan metode

observasi dalam penelitian mereka.

Alasannya adalah untuk dapat memahami

realitas intrasubjective dan intersubjective dari tindakan sosial dan interaksi sosial.

Namun kelemahan teknik observasi adalah ketika kehadiran peneliti di tengah-tengah

kelompok yang diselidiki akan mempengaruhi tingkah laku subyek yang diselidiki

itu. Lagipula tidak semua tingkah laku dapat diamati, seperti tingkah laku seksual.

Ada tiga teori yang termasuk ke dalam paradigma definisi sosial.

1. Teori aksi

Dalam teori aksi di terangkan oleh konsepsi Parsons tentang kesukarelaan.

Salah seorang tokoh menyatakan bahwa organisasi masyarakat manusia merupakan

kerangka di mana terdapat tindakan sosial yang bukan di tentukan oleh kelakuan

individunya. Beberapa asumsi fundamental teori aksi di kemukakn oleh Hinkle

dengan merujuk karya Maciver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut:

a) Tindakan manusia muncul dari kesadaranya snediri sebagai subyek dan dari

situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.

b) Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-

tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.

13
c) Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik , prosedur, metode serta

perangkat yang di perkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

d) Kelangsungan tindakan manusia hanya di batasi oleh kondisi yang tak dapat

di ubah dengan sendirinya.

e) Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan,

sedang dan yang telah di lakukannya.

f) Ukuran- ukuran, aturan- aturan atau prinsip- prinsip moral di harapakan

timbul pada saat pengambilan keputusn.

g) Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik

penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi,

sympathetic reconstruction atau sekan- akan mengalami sendiri ficarious

experience)

Jadi kesimpulan utama yang dapat di ambil adalah bahwa tindakan sosial

merupakan suatu proses di mana akter terlibat dalam pengambilan keputusan-

keputusan subyektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang

telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan- kemungkinannya oleh

sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial. Di

dalam menghadapi situasi yang bersifat kendala baginya itu, aktor mempunyai

sesuatu di dalam dirinya berupa kemauan bebas.

2. Teori interaksionisme simbolik

Ketika teori aksi berhenti di tengah jalan baik secara teoritis maupun empris,

kalau di lihat dari segi intensitas aplikasi teorinya, maka dalam keadan kosong itu

muncul suatu prespektif baru yang kemudian menjadi kekuatan utama ilmu sosilogi.

14
Prespektif yang di maksud adalah interaksionosme simbolik. Pendekatan dari

intereksionisme simbolik ini mengikuti pendektan Weber dalam teori aksi.

Sumbangan Parsosns dalam pengikut utama Weber terhadap pengembangan teori

baru ini juga sangat besar, walaupun tanpa pengakuan dan penganut teori ini.

Teori ini menolak pandangan paradigma fakta sosial dan paradigma perilaku

sosial dengan alasan yang sama. Keduanya tidak mengakui arti penting kedudukn

individu. Bagi paradigma fakta sosial individu di pandangnya sebaagai orang yang

terlalu mudah di kendalikan oleh kekuatan yang berasal dari luar dirinya seperti

kultur, norma dan peranan-peranan sosial. Sehingga pandangan ini cenderung

mengingkari kenyataan bahwa manusia mempeunyai kepribadian sendiri sedangkan

paradigma perilaku sosial melihat tingkah laku manusia semta- mata di tentukan oleh

suatu rangsangan yng datang dri luar dirinya. Kenyataan bahwa manusia mmpu

menciptakn dunianya sendiri, di ingkari oleh kedua paradigma itu.

Kesimpulan dari teori ini sebagai berikut kehidupan bermsyaarakt terbentuk

melalui proses interaksi dan komunikasi antar individual dan antar kelompok dengan

menggunakan simbol-simbol yang di pahami maknany mellui proses belajar.

Tindakan seseorang dalam proses interaksi itu bukan semata-mata merupakan suatu

tanggapan yang bersifat langsung terhadap stimilus yang datang dari lingkungannya

atau dari luar dirinya. Tetapi tindakan itu merupakan hasil dari pada proses

interpretasi terhadap stimulus. Jadi merupakan hasil proses belajar, dalam arti

memahami simbol-simbol, dan saling menyesuaikan makna dari simbol-simbol itu.

Meskipun norma-norma, nilai-nilai sosial dan makna dari simbol-simbol itu

memberikan pembatasan terhadap tindakannya, namun dengan kemampuan berfikir

15
yang dimilikinya manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan

tujuan- tujuan yang hendak di capainya.

3. Teori Fenomenologi (phenomenological sociology)

Persoalan pokok yang hendak yang diterangkan oleh teori ini justru

menyangkut persoalan pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimana kehidupan

bermasyarakat itu dapat terbentuk.

Metode yang digunakan untuk penelitian  cenderung menggunakan metode

observasi. Alasannya adalah untuk dapat memahami

realitas intrasubjectiv danintersubjective dari tindakan sosial dan interaksi

sosial.Metode kuesioner dan eksperimen dirasa kurang relevan karena dapat

mengganggu spontantas sikap si aktor.

PARADIGMA PERILAKU SOSIAL

B.F. Skinner melihat dua paradigma yang lain, fakta sosial dan definisi sosial

sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam teka-teki, tidak dapat diterangkan

secara rasional. Yaitu pada eksistensi objek studinya.

Ide pengembangan paradigma ini dari awal dimaksudkan untuk menyerang

kedua paradigma lainnya.Sehingga tidak diherankan terdapat perbedaan pandangan

antara paradigma perilaku sosial dengan fakta sosial dan definisi sosial. Pokok

persoalan pada paradigma ini memusatkan perhatian kepada hubungan atara individu

dan lingkungannya. Lingkungan itu terdiri atas: bermacam-macam obyek sosial dan

bermacam-macam obyek non sosial

Tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor

lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat sehingga ada hubungan antara tingkah

16
laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan. Teori yang termasuk dalam

paradigm ini yaitu:

1. Teori behavioral sosciology  mencoba menerangkan tingkah laku yang terjadi

di masa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi di masa yang

akan datang. Reinforcement yang dapat diartikan sebagai ganjaran

2. Teori exchange dibangun sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial,

terutama menyerang ie Durkheim. Selama interaksi berlangsung akan timbul

suatu fenomena yang baru.

Metode yang digunakan untuk meneliti paradigma ini yaitu dengan

menggunakan metode observasi, kuesioner, dan interview. Namun paradigma ini

lebih menyukai eksperimen di laboratorium sebagai metodenya.

           

BAB III
PENUTUP

17
A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan:

1. Teori merupakan bentuk tertinggi dari pengetahuan. Dan dapat disimpulkan

bahwa teori adalah rangkaian fakta – fakta dan konsep – konsep serta

generalisasi – generalisasi, dipihak lain merupakan perkiraan tentang

implikasi (akibat) dari rangakaian fakta – fakta, konsep – konsep, dan

generalisasi – generalisasi tersebut, yang satu sama lainnya sangat

berhubungan.

2. Masyarakat yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu sosial, dapat dilihat sebagai

sesuatu yang terdiri dari berbagai segi.

3. Paradigma adalah suatu sudut pandang dimana dapat melihat suatu fenomena

ataupun fakta atau sesuatu yang menjadi subyek dari ilmu.

4. Paradigma sosial merupakan kerangka berpikir dalam masyarakat yang

menjelaskan bagaimana cara pandang terhadap fakta kehidupan sosial dan

perlakuan terhadap ilmu atau teori yang ada.

5. Paradigma di dalam teori-teori ilmu sosial ada 3 yaitu: paradigma fakta sosial,

paradigma deinisi sosial, dan paradigma perilaku sosial

III.2 Saran

Penyusun makalah ini mengharapkan dapat memberikan manfaat dan

sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya untuk mendalami mata

kuliah Teori Sosial. Serta saran bagi penyusun makalah berikutnya  dapat dijadikan

18
sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap

makalah yang sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

19
Riyanto Ahmad. 2013. Paradigma Sosiologi (online)

http://ariyanto114.blogspot.co.id/2013/05/paradigma-sosiologi.html diakses

tanggal 13 Maret 2016

Anonim. 2015. Tiga Paradigma Sosiologi dan Contohnya (online)

http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/02/tiga-paradigma-sosiologi-dan-

contohnya.html diakses tanggal 13 Maret 2016

Gunawan Soni. 2014. Paradigma Sosiologi (online)

http://sonigunawan.blog.fisip.uns.ac.id/2014/03/27/paradigma-sosiologi/

diakses tanggal 13 Maret 2016

Jihadi Hilman. 2012. Makalah paradigma sosial dalam masayarakat (online)

http://hart94isd.blogspot.co.id/2012/03/makalah-paradigma-sosial-

dalam.html diakses tanggal 13 Maret 2016

Maum Ephi. 2013. Makalah Paradigma dan Peubahan Sosial (online)

http://adadisinisaja.blogspot.co.id/2013/09/makalah-paradigma-dan-

perubahan-sosial_9655.html diakses tanggal 13 Maret 2016

20

Anda mungkin juga menyukai