Anda di halaman 1dari 3

TUGAS RESUME JURNAL

Analisis terhadap Limitasi Waktu Penyidikan oleh KPK pada kasus BLBI

Pendahuluan

Korupsi menyebabkan kerugian proses demokrasi, hak ekonomi dan sosial


masyarakat luas. Dalam sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” melakukan
tindakan korupsi berarti sama saja kita telah membohongi Tuhan dan tanpa disadari, korupsi
muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh masyarakat umum, seperti
halnya memberi hadiah kepada pejabat/pegawai negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa
sebuah pelayanan. Kebiasaan itu dipandang lumrah sebagai kebiasaan dari budaya ketimuran,
yang lama lama menjadi bibit bibit korupsi yang nyata. Turunan dari peraturan tindak pidana
korupsi muncul dari awal mula aturan pidana di Indonesia yaitu Kitab Undang – Undang
Hukum Pidana dan juga Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana. Karena kejahatan
korupsi semakin marak dan korban yang ditimbulkan juga adalah masyarakat Indonesia, jadi
untuk tindak pidana korupsi dibuatkan peraturan khusus di luar KUHP dan KUHAP yang
disebut Undang Undang Tindak Pidana Korupsi( UU Nomor 19 tahun 2019).

Pembahasan

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghentikan penyidikan pemegang saham


pengendali Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) Sjamsul Nursalim dan istrinya yang
bernama Itjih Sjamsul Nursalim. Sjamsul Nursalim dan Itjih merupakan tersangka dalam
kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Kerugian negara dalam kasus ini
sejumlah 4,58 Triliun, tindakan tersebut melenceng dari sila kelima Pancasila karena
tindakan ini menunjukkan ketidak adilan terhadap negara sendiri karena pelaku telah
menggunakan sesuatu yang bukan haknya dan menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi
negara. Penghentian SP3 atau surat pemberitahuan penghentian penyidikan pertama yang
dikeluarkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, dalam hukum acara pidana, SP3 pada
sistem peradilan pidana ada screening system yakni harus melihat tidak semua perkara masuk
dalam sistem kemudian harus keluar dengan putusan pidana, dengan begitu karena ada yang
namanya screening system.

Pasal 40 ayat (1) UU 19/2019 KPK sangat berbeda dengan aturan sebelumnya pada
pasal 40 UU tahun 2002. Di aturan lama, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak
berwenang mengeluarkan Surat Perintah.. Terdapat beberapa keadaan dimana dapat di
berlakukannya SP3 dalam pasal 109 ayat (2) KUHAP antara lain, tidak terdapat cukup bukti,
peristiwa ternyata bukan tindak pidana, atau perkara tersebut ditutup demi hukum.

Melawan hukum dalam undang-undang korupsi, dalam penjelasan UU No 31 Tahun


1999 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Melawan Hukum dalam pasal ini (Pasal 2
ayat (1) UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) mencakup perbuatan melawan hukum
dalam arti formil maupun materil yaitu meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam
peraturan perundang undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena
tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma dalam kehidupan sosial dalam masyarakat,
maka perbuatan tersebut dapat dipidana. Berdasarkan peraturan perundang undangan yang
ada baik yang terdapat di dalam maupun diluar UU No. 8 Tahun 1981 KUHAP, dapat
diterangkan bahwa sistem peradilan pidana di Indonesia mempunyai perangkat struktur atau
sub-sistem yaitu: kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan, serta
Advokat/Penasehat Hukum sebagai quasi subsistem, yang secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan (totalitas), yang saling berusaha mentransformasikan masukan menjadi luaran
yang menjadi tujuan sistem peradilan pidana yaitu, menanggulangi kejahatan atau
mengendalikan terjadinya kejahatan agar berada dalam batas – batas toleransi yang dapat
diterima masyarakat. Tindak pidana korupsi termasuk ke dalam tindak pidana khusus karena
bersumber pada peraturan perundang-undangan di luar KUHP. Setiap penghentian
penyidikan yang dilakukan pihak penyidik secara resmi harus menerbitkan suatu Surat
Perintah Penghentian Penyidikan (SP3). Dalam pasal 109 ayat (2) KUHAP diatur mengenai
alasan dilakukannya penghentian penyidikan yakni, tidak diperoleh bukti yang cukup,
peristiwa yang disangkakan bukan tindak pidana, dan penghentian penyidikan demi hukum.

Penutupan

Tindak pidana korupsi termasuk ke dalam tindak pidana khusus karena bersumber
pada peraturan perundang-undangan di luar KUHP. Jika menarik kebelakang faktor
dihapuskannya SP3 pada UU KPK itu timbul karena tidak percayaanya masyarakat terhadap
yang telah terjadi sebelumnya, dikabulkannya SP3 karena dengan alasan tidak cukup bukti.
Maka dari itu, munculnya UU khusus KPK, tidak menerbitkan aturan SP3 merupakan
orientasi keberhasilan keinginan masyarakat dalam memerangi tindakan korupsi. Tindakan
korupsi sama saja telah melanggar sila kedua Pancasila yang memiliki makna dimana untuk
memperlakukan manusia sebagaimana mestinya dan tidak menggunakan kekuasaan untuk
mendapatkan hal yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai