Anda di halaman 1dari 136

IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITAS SOSIAL RUMAH TIDAK

LAYAK HUNI (RS-RTLH) DI KABUPATEN BANDUNG


(STUDY KASUS DI DESA ALAMENDAH KECAMATAN RANCABALI)
(Periode : Mei s.d. Agustus 2022)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menempuh Ujian Program Pendidikan Sarjana (S-1)
Program Studi Administrasi Negara

Disusun oleh :
ALFANDY KHARISMA
NPM. 63201118049

UNIVERSITAS NURTANIO
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
BANDUNG
2022

i
IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITAS SOSIAL RUMAH TIDAK
LAYAK HUNI (RS-RTLH) DI KABUPATEN BANDUNG
(STUDY KASUS DI DESA ALAMENDAH KECAMATAN RANCABALI)

(Periode : Mei s.d. Agustus 2022)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menempuh Ujian Program Pendidikan Sarjana (S-1)
Program Studi Administrasi Negara

Disusun Oleh :
ALFANDY KHARISMA
NPM. 63201118049

Mengetahui/Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Koko Enang, S.Sos., M.Si. Hendrik Sudria Munawar, S.Sos.,M.Si.

i
Mengetahui :
Universitas Nurtanio
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Pendidikan Sarjana (S-1)

Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Negara/Publik

Wieky Rusmanto, S.Sos.,M.Si.

ii
Mengetahui :
Universitas Nurtanio
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Pendidikan Sarjana (S-1)

Dekan,

Dr. Drs. Yayat Rukayat, M.Si.

iii
ABSTRAK

Alfandy Kharisma. NPM 63201118049. 2022. Skripsi. Implementasi Program


Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Di Kabupaten
Bandung (Study Kasus Di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali). Program
Studi Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Nurtanio Bandung. Pembimbing I : Dr. Koko Enang, S.Sos., M.Si.,
dan Pembimbing II : Hendrik Sudria Munawar, S.Sos., M.Si.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh mental masyarakat dan pihak Desa Alamendah.
Masih adanya masyarakat yang cemburu sosial terhadap masyarakat lain yang
mendapatkan bantuan dana rumah tidak layak huni ini. Sosialisasi dari petinggi
program rumah tidak layak huni ini belum optimal dan juga pemahaman terhadap
program ini kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi
Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Di Kabupaten
Bandung (Study Kasus Di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali). Teori yang
digunakan penulis yaitu teori pengembangan implementasi kebijakan oleh Yulianto
Kadjie yaitu MSN-Approach, (Mentality, System, Networking). Adapun metode
penelitian yang digunakan peneliti yaitu metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Hasil penelitian Implementasi Program Rehabilitasi Sosial
Rumah Tidak Layak Huni di Desa Alamendah belum berjalan optimal. Hal ini
terlihat dari masih banyaknya rumah tidak layak huni yang belum mendapatkan dan
bantuan rumah tidak layak huni.

iv
ABSTRACT

Alfandy Kharisma. NPM 63201118049. 2022. Thesis. Implementation of the


Social Rehabilitation Program for Uninhabitable Houses (RS-RTLH) in
Bandung Regency (Case Study in Alamendah Village, Rancabali District). Public
Administration Science Study Program. Faculty of Social and Political Sciences,
University of Nurtanio Bandung. Advisor I : Dr. Koko Enang, S.Sos., M.Sc., and
Advisor II : Hendrik Sudria Munawar, S.Sos., M.Sc.

This research was motivated by the mentality of the community and the Alamendah
Village. There are still people who are socially jealous of other people who get
funding for this uninhabitable house. The socialization of the high-ranking program
for uninhabitable houses has not been optimal and there is also a lack of
understanding of this program. The purpose of this study was to determine the
implementation of the Social Rehabilitation Program for Uninhabitable Houses
(RS-RTLH) in Bandung Regency (Case Study in Alamendah Village, Rancabali
District). The theory used by the author is the theory of policy implementation
development by Yulianto Kadjie, namely MSN-Approach, (Mentality, System,
Networking). The research method used by the researcher is a qualitative research
method with a case study approach. The results of the research that the
Implementation of the Social Rehabilitation Program for Uninhabitable Houses in
Alamendah Village has not run optimally. This can be seen from the number of
uninhabitable houses that have not received and assistance for uninhabitable
houses.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya. Atas kehendakNya, penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul : “ IMPLEMENTASI PROGRAM

REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) DI

KABUPATEN BANDUNG (STUDY KASUS DI DESA ALAMENDAH

KECAMATAN RANCABALI)”.

Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi slaah satu syarat dalam

menempuh ujian Program Pendidikan Sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nurtanio Bandung. Penulis menyadari

akan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan-

masukan berupa saran-saran yang bersifat membangun.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu Penulis

mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan Kepada Bapak Dr. Koko Enang,

S.Sos., M.Si, selaku Pembimbing I dan Bapak Hendrik Sudria Munawar, S.Sos., M.Si,

selaku Pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktu untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyusunan Skripsi ini. Pada kesempatan ini juga, penulis

sampaikan ucapan banyak terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Sukmo Gunardi, M.Si, Selaku Rektor Universitas Nurtanio Bandung

2. Ibu Dr. Dr. Dra. Hj. Tita Meirina Djuwita, M.Si, Selaku Wakil Rektor 1 Universitas

Nurtanio Bandung

3. Bapak Dr. Drs. Yayat Rukayat, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Nurtanio Bandung

vi
4. Bapak Ami Priatna, S.Sos., M.Si, Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Nurtanio Bandung

5. Bapak R.M Nurochman, S.E., M.Si, Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Nurtanio Bandung

6. Bapak Wicky Rusmanto, S.Sos., M.Si, Selaku Ketua Prodi Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nurtanio Bandung

7. Ibu Arini Permatasari, S.Sos., M.Si, Selaku Sekretaris Prodi Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nurtanio Bandung

8. Bapak/Ibu Dosen selaku pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Nurtanio Bandung

9. Untuk semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat terselesaikannya

penulisan Skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Bandung, Maret 2022

ALFANDY KHARISMA

NPM.63201118049

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Alfandy Kharisma

NPM : 63201118049

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 06 Mei 1999

Program Studi : Administrasi Publik

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i


ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah.................................................... 12
1. Fokus Penelitian ..................................................................................... 12
2. Rumusan Masalah .................................................................................. 12
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PROPOSISI .. 15
A. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ................................................. 15
B. Relevansi Implementasi Kebijakan Dengan Administrasi Publik ............. 22
C. Telaah Berbagai Pengertian dan Teori Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak
Layak Huni ........................................................................................................ 26
D. Kerangka Pemikiran dan Proposisi ............................................................ 48
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ................................................ 52
A. Obyek Penelitian ........................................................................................ 52
B. Metode Penelitian....................................................................................... 52
C. Operasional Parameter ............................................................................... 57
D. Penentuan Informan ................................................................................... 58
E. Teknik Pengumpulan Data Secara Kualitatif ............................................. 59
F. Pemeriksaan Keabsahan Data Secara Kualitatif ........................................ 60
G. Analisa Data Secara Kualitatif ................................................................... 62
H. Jadwal Penelitian........................................................................................ 65
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 62

ix
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 62
1. Gambaran Umum Tentang Desa Alamendah ......................................... 62
2. Keabsahan Data ...................................................................................... 87
3. Deskripsi Variabel Penelitian ................................................................. 89
B. Pembahasan ................................................................................................ 89
1. Interpretasi Peneliti Terhadap Dimensi-Dimensi Penelitian .................. 89
2. Temuan Penelitian .................................................................................. 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 100
A. Kesimpulan .............................................................................................. 100
B. Saran......................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 103

x
DAFTAR TABEL

I.01 Survey Jumlah Penerima Bantuan Dana Rutilahu Tahun 2019


.............................................................................................................................
7
I.02 Data Rumah Tidak Layak Huni Yang Sudah Dibangun
....................................................................................................................................
8
II.01 Persamaan Dan Perbedaan Peneliti Terdahulu Dengan Peneliti Sekarang
....................................................................................................................................
20
II.02 Kerangka Pemikiran
....................................................................................................................................
49
III.01 Operasional Parameter
....................................................................................................................................
57
III.02 Jadwal Penelitian
....................................................................................................................................
64
IV.01 Kepala Desa Alamendah
....................................................................................................................................
68
IV.02 Mata Pencaharian Penduduk Desa Alamendah
....................................................................................................................................
69
IV.03 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
....................................................................................................................................
73
IV.04 Penduduk Menurut Agama
....................................................................................................................................
73
IV.05 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
....................................................................................................................................
73

viii
2

xi
1

DAFTAR GAMBAR

III.01 Analisis Model Interaktif

....................................................................................................................................

63

IV.01 Peta Desa Alamendah

....................................................................................................................................

67

IV.02 Struktur Organisasi Desa Alamendah

....................................................................................................................................

74

xi
2

xi
3

DAFTAR LAMPIRAN

01. Surat Keputusan dari Dekan FISIP Universitas Nurtanio tentang Pengangkatan

Pembimbing

........................................................................................................................

104

02. Surat dari Dekan FISIP Universitas Nurtanio Kepada Kantor Kesbangpol

....................................................................................................................................

105

03. Surat dari Dekan FISIP Universitas Nurtanio Kepada Kepala Desa

Alamendah

........................................................................................................................

106

04. Surat dari Kantor Kesbang ke Kantor Desa Alamendah

......................................................................................................................

107

05. Skep Bimbingan Skripsi dari Dosen Pembimbing I

108

06. Skep Bimbingan Skripsi dari Dosen Pembimbing II

109

07. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian dari Kantor Desa

Alamendah

xi
4

........................................................................................................................

110

08. Pedoman Wawancara

111

09. Wawancara Dengan Bapak H. Awan Rukmawan selaku Kepala Desa

Alamendah

........................................................................................................................

112

10. Wawancara Dengan Bapak Wahyudin Ketua LPM

112

11. Wawancara Dengan Bapak Deni Sekretaris LPM

113

12. Wawancara Dengan Bapak Dadang Suryana Anggota LPM

113

13. Wawancara Dengan Ibu Neng

114

14. Wawancara Dengan Bapak Ibu Ade

114

14. Wawancara Dengan Bapak Iwan Mulyana

115

15. Wawancara Dengan Ibu Wari

115

xi
5

16. Beberapa Foto Rumah Tidak Layak Huni

116

17. Bebepara Contoh Laporan dari LPM


x
116

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan

kualitas hidup negara guna mewujudkan kehidupan yang sejahtera. Proses

peningkatan kualitas hidup berfokus pada peningkatan bakat sehingga dapat

menghasilkan ide-ide konstruktif yang dapat langsung dikenali masyarakat.

Pengembangan sangat penting dalam desain dan penciptaan bakat produktif.

Jika pembangunan pada hakikatnya merupakan perubahan yang diharapkan

dalam dimensi kehidupan sosial.

Pembangunan yang diinginkan oleh masyarakat pada dasarnya

adalah terpenuhinya segala kebutuhan hidup. Namun tidak semua orang

dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Masih ada orang yang hidup

dalam situasi yang kurang beruntung, seperti kemiskinan.

Kemiskinan disebabkan oleh efek ketimpangan sosial. munculnya masalah

kemiskinan ditandai dengan masalah sosial lainnya seperti anak

terlantar, pengemis, gelandangan, keluarga dengan rumah tidak layak huni,

tuna susila, pengangguran, kriminalitas, dan kesehatan yang buruk. Inilah

kondisi yang dialami oleh Indonesia. Sebagai negara

berkembang, Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan. Dimana

masalah kemiskinan selalu menjadi kendala untuk mencapai

kehidupan yang sejahtera. Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) pada tahun 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia

1
2

adalah 28 juta jiwa dari 237 juta jiwa penduduk Indonesia atau setara

dengan 11,81 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah penduduk

miskin di Indonesia sangat tinggi, sehingga perlu perlu disikapi dengan

serius. Semua pihak, termasuk pemerintah, dunia usaha dan masyarakat

diharapkan terlibat dalam penanganan.

Seperti kita ketahui bahwa kemiskinan berdampak pada tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, meliputi kebutuhan fisik, psikis,

sosial dan spiritual. Salah satunya adalah kurangnya perumahan yang layak.

Hal ini terjadi karena tidak dapat menemukan rumah yang layak huni karena

kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan. Sementara itu, pengetahuan

mereka tentang terwujudnya rumah layak huni masih terbatas. Hal ini

membuat sulit untuk membangun model perumahan.

Bagi masyarakat miskin, rumah hanya digunakan sebagai tempat

singgah tanpa memperhitungkan kelayakannya yang dilihat dari segi fisik,

mental dan sosial. Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan rumah

layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan tentang

fungsi rumah itu sendiri. Hal tersebut dikhawatirkan akan berimplikasi pada

keterlantaran anggota keluarga, dan lebih jauh lagi pada ketunaan sosial.

Kondisi tersebut dialami oleh masyarakat miskin di Indonesia. Dimana

kondisi rumah yang dimiliki oleh masyarakat miskin di Indonesia dapat

dikatakan tidak layak untuk dihuni. Jumlah rumah tidak layak huni yang ada

di Indonesia menurut data dari Kementerian pada tahun 2014 berjumlah 2,3

juta unit. Potret seperti ini menunjukkan betapa rentannya permasalahan


3

sosial yang akan muncul di masyarakat apabila pemenuhan kebutuhan

rumah yang layak huni ini tidak dapat diatasi. Maka dari itu, perlu adanya

perhatian dari pemerintah terkait dengan rumah tidak layak huni.

Pemerintah bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia

melalui penyelenggaraan perumahan yang layak huni. Hal ini perlu

dilakukan agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah

yang layak dan terjangkau di dalam rumah yang sehat, aman, harmonis.

Menjamin kelestarian lingkungan hidup yang sejalan dengan semangat

demokrasi dan otonomi daerah, serta mewujudkan masyarakat yang

sejahtera.

Tinggal di rumah yang layak merupakan pemenuhan hak dasar bagi

masyarakat Indonesia. Sebagaimana diatur dalam Pasal 28, H UUD 1945

sebagai akibat dari Perubahan IV, “Rumah adalah salah satu hak dasar

setiap rakyat Indonesia, maka setiap warga negara berhak untuk bertempat

tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Oleh karena

itu, seluruh rakyat Indonesia berhak memiliki rumah. Rumah adalah dasar

manusia untuk bermartabat, kualitas hidup, perbaikan hidup, dan perbaikan

diri. Ini adalah kebutuhan untuk meningkatkan standar hidup dan realisasi,

yang mencerminkan pembentukan karakter, karakter dan kepribadian

masyarakat.

Rumah memiliki fungsi yang besar bagi manusia untuk menjalani

kehidupan sehari-hari. Memiliki rumah dapat melindungi individu atau

sekelompok orang dari berbagai jenis bahaya. Begitu pula ketika fungsi
4

rumah digunakan sebagai proses mewujudkan aspek psikologis dan

edukatif. Dari segi psikologis, kehadiran sebuah rumah memberikan

kenyamanan dan memungkinkan setiap individu atau anggota keluarga dari

rumah untuk bekerja dengan bebas dan fokus pada apa yang mereka

rasakan. Fungsi pendidikan adalah sebagai media pembinaan keluarga, baik

mental, fisik maupun dalam hal ekonomi.

Sebagai pejabat pemerintah, pemerintah telah mengembangkan

program yang ditujukan untuk mengatasi masalah kemiskinan, dan

memberikan pemberdayaan yang berkelanjutan. Program Pemerintah hanya

difokuskan untuk mendorong dukungan bagi perusahaan produktif seperti

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri),

Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Juga

dalam bentuk bantuan tunai seperti Langsung. Bantuan Tunai (BLT) dan

Raskin. Namun, penyediaan perumahan yang layak bagi masyarakat miskin

tidak luput dari perhatian pemerintah. Oleh karena itu, pada tahun 2011,

Pemerintah melaksanakan Program Rehabilitasi Sosial (RS-RTLH) untuk

rumah tidak layak huni melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia.

RS-RTLH merupakan program untuk Rumah Tangga Miskin (RTM) yang

rumahnya tidak memenuhi standar perumahan. Dengan maksud agar

mereka dapat meningkatkan taraf hidupnya secara adil dan memiliki rumah

yang memenuhi standar. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial masyarakat miskin melalui hibah kepada pemangku

kepentingan. Anggaran Pemeliharaan (APBN), Hibah Negara, Anggaran


5

Pendapatan dan Belanja Negara (APBD), APBD Kota/Provinsi, dan

sumber pendanaan lainnya.

Program RS-RTLH tidak hanya berfokus pada aspek fisik rumah,

Kesehatan, tetapi juga membangun kemampuan kelompok miskin ini untuk

memahami dan menyadari pentingnya perumahan yang layak dan aspek

sosial di lingkungan keluarga. Demikian pula, melakukan secara lokal

diharapkan dapat menciptakan rasa solidaritas sosial dan semangat gotong

royong di komunitas yang sekarang sedang menurun. Selain itu, program

diharapkan dapat membantu meringankan kesulitan yang dihadapi keluarga

miskin agar dapat tinggal di rumah yang layak.

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan

Kemiskinan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan program RS-

RTLH di Kementerian Sosial Republik Indonesia. Dalam pelaksanaannya,

alokasi bantuan untuk program RSRTLH ini dibagi menjadi dua tujuan

yaitu bantuan kepada masyarakat miskin di pedesaan dan bantuan kepada

masyarakat miskin di perkotaan. Dukungan program RS-RTLH untuk

masyarakat miskin dengan rumah tidak layak huni di perkotaan disalurkan

oleh Dinas Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Untuk Desa

pendistribusiannya akan dilakukan oleh Biro Penanggulangan Kemiskinan

Desa.

Program Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Bandung ini

sudah berjalan dengan baik dari tahun 2017 sampai dengan sekarang, namun

masih banyak masyarakat yang menempati rumah tidak layak huni hal ini
6

yang maenjadi persoalan. Rumah yang layak merupakan kebutuhan

mendasar bagi manusia. Di tahun 2021 jumlah rumah tidak layak huni yang

ada di Kabupaten Bandung ini mencapai 2.225 unit. Masing-masing

keluarga penerima dana bantuan rumah tidak layak huni mendapat sebesar

Rp 17.000.000, yaitu berupa material bangunan sebesar Rp 16.500.000 dan

sisanya untuk upah tenaga kerja serta administrasi. Dana bantuan rumah

tidak layak huni ini langsung disakurkan ke keluarga yang membutuhkan

melalui Desa, kemudian dari Desa ke LPM (Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat) langsung ke Keluarga yang membutuhkan. Di Tahun 2022 ini

Pemerintah Kabupaten Bandung mengumumkan sebanyak 1.135 unit

rumah tidak layak huni.

Salah satu daerah yang melaksanakan program RS-RTLH adalah

Desa Alamendah yang berada di Kabupaten Bandung. Alasan Desa

Alamendah melaksanakan Program RS-RTLH adalah sebagai upaya untuk

menanggulangi dan menurunkan angka kemiskinan. Salah satu wilayah

yang melaksanakan program RSRTLH adalah Desa Alamendah di

Kabupaten Bandung. Alasan Desa Alamenda melaksanakan program

RSRTLH adalah untuk mencoba mengatasi dan mengurangi angka

kemiskinan. Alasan lain Pemerintah Desa Alamendah melaksanakan

Program Rumah Sakit RTLH adalah salah satu dari program yang

ditetapkan oleh Pemerintah Desa Alamendah sebagai prioritas utama

pelaksanaan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat. Untuk

mengatasi masalah kemiskinan. Survey jumlah penerima bantuan dana


7

rumah tidak layak huni di Desa Alamendah dari tahun 2019 sampai 2021

bisa dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel I. 1
Survey Jumlah Penerima Bantuan Dana Rumah Tidak Layak Huni
di Desa Alamendah Pada Tahun 2019

Tahun
No. Kampung RW
2019 2020 2021
1 Barutunggul I 01 5 - 1
2 Barutunggul II 02 6 - -
3 Mekarbaru 03 6 - -
4 Mekarbaru 04 5 5 -
5 Cibodas 05 18 - 1
6 Cipanawa 06 14 - -
7 Langkob 07 4 - -
8 Sindur 08 5 5 -
9 Ciasin 09 7 6 -
10 Ciburial 10 6 2 -
11 Sinapeul II 11 11 - -
12 Sinapeul I 12 2 - -
13 Datar Puspa 13 9 - -
14 Hanjuang Beureum 14 5 - 1
15 Babakan Jampang III 15 5 - -
16 Babakan Jampang II 16 5 - -
17 Babakan Jampang I 17 5 1 -
18 Legok Kondang 18 5 - 1
19 Pasir Luhur 19 6 - 2
20 Pancuran Luhur 20 6 - -
21 Cibaribis 21 5 - 1
22 Citalahab 22 5 2 1
23 Cilastari I 23 8 5 -
24 Warungpalu 24 5 4 2
25 Karamat 25 9 - -
26 Cikareo 26 7 - -
27 Arca 27 8 - -
28 Cikoneng 28 7 9 -
29 Ngauban 29 3 - 1
30 Cilastari 30 9 1 -
Jumlah Survey LPM 201 40 11
Sumber : Data LPM (Lembaga Pemberdaya Masyarakat) Desa Alamendah
Dan Di Modifikasi Oleh Penulis
8

Dilihat dari tabel di atas begitu banyak yang mendapatkan bantuan

dana rumah tidak layak huni di Desa Alamendah, dan di Desa Alamendah

program rumah tidak layak huni ini sudah mendapatkan penurunan secara

drastis. Namun dengan begitu dari banyaknya data tersebut masih belum

terealisasikan sepenuhnya, karena dari data di atas hanya sebatas survey dari

LPM (Lembaga Pemberdaya Masyarakat) untuk selanjutnya diminta

persetujuan dari pihak yang menerima bantuan rumah tidak layak huni ini,

karena untuk dana sebesar Rp 17.000.000 dianggap tidak akan cukup untuk

membangun satu rumah dari 0% sampai 100% maka dari itu tetao harus ada

dana swadaya dari masyarakat yang mendapatkan bantuan dana rumah tidak

layak huni. Dari tabel di atas tentu belum sepenuhnya program ini

terealisasikan sebagai mana mestinya, sebagai acuan data maka data rumah

yang dibangun dalam kategori rumah tidak layak huni di Desa Alamendah

berdasarkan kepada tabel diatas yaitu

Tabel I. 2
Data Rumah Tidak Layak Huni Yang Sudah Di Bangun
Tahun
No. Kampung RW
2019 2020 2021
1 Barutunggul I 01 1 - 1
2 Barutunggul II 02 - - -
3 Mekarbaru 03 3 - -
4 Mekarbaru 04 - 3 -
5 Cibodas 05 - - 1
6 Cipanawa 06 - - -
7 Langkob 07 1 - -
8 Sindur 08 2 1 -
9 Ciasin 09 2 2 -
10 Ciburial 10 - - -
11 Sinapeul II 11 3 - -
12 Sinapeul I 12 - - -
13 Datar Puspa 13 - - -
14 Hanjuang Beureum 14 - - -
9

15 Babakan Jampang III 15 2 - -


16 Babakan Jampang II 16 3 - -
17 Babakan Jampang I 17 - 1 -
18 Legok Kondang 18 - - 1
19 Pasir Luhur 19 1 - 1
20 Pancuran Luhur 20 2 - -
21 Cibaribis 21 1 - 1
22 Citalahab 22 1 1 1
23 Cilastari I 23 1 2 -
24 Warungpalu 24 4 3 1
25 Karamat 25 3 - -
26 Cikareo 26 2 - -
27 Arca 27 4 - -
28 Cikoneng 28 1 4 -
29 Ngauban 29 1 - -
30 Cilastari 30 2 1 -
Jumlah Yang Sudah Di Bangun 40 18 7
Sumber : Data LPM (Lembaha Pemberdaya Masyarakat) Desa Alamendah
Di Modifikasi Oleh Penulis

Berdasarkan tabel diatas jumlah rumah yang sudah dibangun sangat

jauh dari jumlah survey rumah tidak layak huni yang ada di Desa

Alamendah.

Pelaksanaan program RS-RTLH di Desa Alamendah telah dimulai

pada tahun 2019. Landasan yuridis pelaksanaan program RS-RTLH di Desa

Alamendah adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 (2) tentang tiap warga

negara Indonesia memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan

dan penghidupan yang layak, Pasal 33 yang berbunyi

“perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas

asas kekeluargaan” ,Dan Pasal 34 yang mengamanatkan

kewabijan Negara untuk melihat fakir miskin dan anak terlantar.


10

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan

Pemukiman

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan

Sosial

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan

6. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1981 Tentang Pelayanan

Kesejahteraan Social Bagi Fakir Miskin

7. Keputusan Menteri Social Nomor 84/HUK/1987/Tentang

Pelaksanaan Pemberian Bantuan Social Bagi Keluarga Fakir

Miskin

8. Keputusan Menteri Social Nomor 19/HUK/1987tentang

Pelayanan Kesejahteraan Social Bagi Fakir Miskin Yang

Diselenggarakan Oleh Masyarakat.

Kegiatan program RS-RTLH di Desa Alamendah melibatkan

berbagai pemangku kepentingan, antara lain aparat desa/kelurahan,

masyarakat dan tokoh masyarakat. Dengan dukungan dari Lembaga

Pemberdata Masyarakat (LPM) atau Karang Taruna dalam melaksanakan

program RS-RTLH di tingkat Kerlahan, ia kemudian menjadi tim pelaksana

pelaksanaan program bersama Kerlahan dan dinas kesejahteraan sosial.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program RSRTLH perlu


11

berkoordinasi untuk mencapai hasil yang maksimal. Memungkinkan

pelaksanaan program RS-RTLH berjalan lancar dan terarah.

Penelitian yang dilakukan peneliti, dilakukan di Desa Alamendah

Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung, terdapat beberapa

permasalahan dalam program implementasi rehabilitasi sosial rumah tidak

layak huni yang berasal dari faktor internal maupun eksternal yaitu :

1. Masalah yang muncul dari pihak Internal yaitu terjadi

keterlambatannya dana untuk bantuan rumah tidak layak huni

dari pusat sehingga yang seharusnya dari pengajuan oleh pihak

RT/RW kepada Desa selama 3 bulan, ini bisa menjadi 4 sampai

6 bulan.

2. Kurangnya sosialisasi dari pihak Desa tentang Program Rumah

Tidak Layak Huni di Desa Alamendah.

3. Masalah yang mucnul dari pihak eksternal yaitu, masih banyak

masyarakat yang mengeluh karena belum mendapatkan dana

bantuan rutilahu sehingga menimbulkan kecemburuan sosial

masyarakat di Desa Alamendah Rancabali ini.

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka focus penelitian

peneliti adalah mengenai “Implementasi Program Rehabilitasi Sosial

Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kabupaten Bandung (Study

Kasus di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali)”.


12

B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah

1. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian untuk mempermudah penulis

dalam melakukan tindak pemelitian, maka penulisan ini difokuskan

pada Implementasi Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-

RTLH) Di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan

rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana implementasi rehabilitasi sosial (RS-RTLH) rumah

tidak layak huni di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali

Kabupaten Bandung ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan hendak dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui

sejauh mana implementasi rehabilitasi sosial (RS-RTLH) rumah tidak

layak huni di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten

Bandung.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

1). Untuk kepentingan akademis, dalam hal ini peneliti

merupakan media untuk mengembangkan ilmu


13

pengetahuan, khususnya ilmu Administrasi Publik yang

diperoleh sebagai wahana pembahasan beberapa teori yang

telah dikemukakan. Hasil penelitian ini diharapkan bukan

sebagai akhir dari penelitian suatu masalah melainkan

langkah awal untuk penelitian yang akan datang.

2). Penelitian ini bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan,

sehingga dapat memberikan manfaat dan menambah

wawasan yang lebih luas dalam memahami ilmu

pengetahuan, serta dapat meningkatkan peneliti dalam

menganalisa suatu masalah.

b. Kegunaan Praktis

1). Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi

pemerintah Desa Alamendah Kecamatan Rancabali

Kabupaten Bandung dalam program Rehabilitas Sosisal

(RS-RTLH) Rumah Tidak Layak Huni

2). Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan

masukan atau manfaat bagi pemerintah pusat, pemerintah

daerah serta para pembuat kebijakan baik itu legislatif,

eksekutif maupun yudikatif

3). Bagi peneliti untuk memperoleh pengalaman dan

pembelajaran sehingga dapat menambah wawasan

pengetahuan terutama dalam praktek Administrasi Publik


14

saat ini dan dimasa yang akan datang.

4). Bagi FISIP Universitas Nurtanio Bandung merupakan salah

satu pelaksanaan Tri Dharma Perguruan tinggi di bidang

Penelitian, sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan

bernilai akademis untuk dijadikan sebagai bahan referensi

bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PROPOSISI

A. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Peneliti terdahulu yang relevan dan menjadi referensi penulis dalam

melakukan penelitian ini adalah penelitian yang berjudul Implementasi

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Di Kota Serang

yang ditulis oleh Adi Fajar Nugraha tahun 2014 Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Ilmu

Administrasi Negara/Publik, kemudian peneliti selanjutnya yaitu berjudul

Implementasi Kebijakan Program Pengembangan Komoditas

Pada Kawasan Strategi Kabupaten Di Kabupaten Bone yang ditulis oleh

A. Rahmawati, 2020 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, yang

ketiga yaitu skripsi yang berjudul Implementasi Rehabilitasi Sosial bagi

Penyandang Disabilitas di Kota Pekanbaru yang ditulis oleh Yulia

Vawitrie, 2018 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Riau.

Beberapa hasil penelitian penelitian sebelumnya yang sejalan

dengan survei ini adalah :

Skripsi yang berjudul “Implementasi Rehabilitasi Sosial Rumah

Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Di Kota Serang” ditulis oleh Adi Fajar

Nugraha, 2014 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa Serang Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Studi yang dikerjakan

15
16

Adi Fajar Nugraha ini bertujuan untuk mengetahui program Implementasi

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Di Kota Serang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

“Peneliti ini dilatar belakangi oleh proses pencarian dana tidak

memiliki kepastian waktu yang jelas. Masih terkendalanya pelaksanaan

program RS-RTLH yang kurang sesuai dengan petunjuk teknis

pelaksanaan. Belum semuanya pihak yang terkait dengan program RS-

RTLH seperti dari Kecamatan dan kelurahan terlibat dalam pelaksanaan.

Sosialisasi mengenai program RS-RTLH belum berjalan optimal. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program Rehabilitasi

Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori implementasi kebijakan

menurut Charles O’Jones yaitu organisasi, interpretasi, dan penerapan.

Adapun metode yang digunakanadalah metode kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Teknik analisis data penelitian menggunakan data

Miles dan Humberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa Implementasi

Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota

Serang belum berjalan optimal. Hal ini terlihat dari belum sepenuhnya

keterlibatan dari pihak yang terkait dengan program RS-RTLH menjadi

pelaksana, masih ada dari pelaksana yang pemahamannya terbatas, dan

belum sepenuhnya sosialisasi program RS-RTLH menyentuh masyarakat.

Peneliti memberikan saran mengenai penelitian ini yaitu meningkatkan

koordinasi dan kerjasama diantara pihak yang terkait dalam program RS-
17

RTLH, perlu adanya peningkatan wawasan dari para pelaksana, dan Dinas

Sosial Kota Serang harus turun langsung dalam memberikan sosialisasi di

setiap Rukun Tetangga (RT).”

Skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Program

Pengembangan Komoditas Pada Kawasan Strategi Kabupaten

Di Kabupaten Bone” ditulis oleh A. Rahmawati, 2020 Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar. Skripsi A.Rahmawati ini

menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui menganalisis dan mendeskripsikan implementasi kebijakan

program pengembangan komoditas pada kawasan strategi Kabupaten di

Kabupaten Bone. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

“Penelitian ini bertujuan mengetahui menganalisis dan

mendeskripsikan implementasi kebijakan program pengembangan

komoditas pada kawasan strategi Kabupaten di Kabupaten Bone.Metode

penelitian yang digunakan adalak deskriptif kualitatif. Jumlah informan

dalam penelitian ini sebanyak 15 orang. Pengumpulan data menggunakan

teknik observasi,wawancara, dan dokumentasi. Analisis dara melalui

reduksi dara, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasi penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan

Program Pengembangan Komoditas pada Kawasan Strategi di Kabupaten

Bone sudah bagus, hal ini dilihat dari kerjasama implementor dalam

melaksanakan tugasnya akan tetapi ada kesulitan yang dialami pemerintah


18

khususnya dalam menyediakan dara dan informasi mengenai komoditas

unggulan yang dimiliki KSK. Program Palakka, Awangpone dan Barebbo

sangat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dengan

adanya program ini masyarakat bia mengetahui bagaimana cara

mengembangkan komoditas unggulan di wilayah KSK tersebut itu sudah

terealisasikan dengan baik di wilayah KSK.”

Kemudian hasi penelitian yang terdahulu yang selanjutnya yaitu

skripsi yang berjudul “Implementasi Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang

Disabilitas di Kota Pekanbaru” ditulis oleh Yulia Vawitrie, 2018 Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia, Program

Studi Administrasi Publik. Studi yang dikerjakan Yulia Vawitrie ini

bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai

Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas di Kota

Pekanbaru, dan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi

Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas di Kota

Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa :

“Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas di

Kota Pekanbaru yang dalam hal ini pelaksanaannya diberikan kepada Dinas

Sosial Kota Pekanbaru masih belum berjalan dengan maksimal, karna

pertama dalam segi komunikasi dinas sosial masih belum bisa menyebarkan

informasi terkait adanya kegiatan rehabilitasi kepada kelompok-kelompok

sasaran yang nantinya akan menjadi peserta dalam setiap kegiatan, kedua

sumberdaya (manusia, anggaran dan peralatan) masih belum mencukupi


19

dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial karna masih minimnya

jumlah personal dan anggaran serta peralatan yang dimiliki dinas sosial.

Ketiga disposisi yang merupakan proses penurunan kewenangan

dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan dalam kegiatan

rehabilitasi sosial ini sudah lebih baik dan dapat difahami oleh pelaksana

sehingga tidak menjadi kendala. Dan keempat struktur birokrasi dalam

pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial telah disusun dengan baik untuk

mengurangi adanya kesalahan dalam penyampaian informasi maupun

dalam menurunkan suatu keputusan dan rancangan SOP yang jelas untuk

memaksimalkan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial ini. Dari hasil

wawancara dan penemuan di lapangan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pelakanaan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas di

Kota Pekanbaru ini yaitu sumberdaya (Sumberdaya manusia, anggaran dan

peralatan) dan Kurangnya partisipasi keluarga peserta rehabilitasi sosial

penyandang disabilitas Kota Pekanbaru yang masih minim partisipasinya

dalam pelaksanaan rehabilitasi tersebut sehingga secara pelaksanaan

kegiatan rehabilitasi ini tidak berjalan dengan maksimal. Rencana awal

dirumuskannya kegiatan rehabilitasi ini tujuannya untuk meningkatkan

kesejateraan sosial di Kota Pekanbaru, agar tidak ada ketimpangan sosial

yang terdi ataupun diskriminasi bagi para penyandang disabilitas yang juga

memiliki peran serta kedudukan yang sama di masyarak

TABEL II.01
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENELITI TERDAHULU
20

DENGAN PENELITI SEKARANG

Sumber : Hasil penelitian terdahulu, Modifikasi Penulis 2022

Beberapa penelitan terdahulu peneliti menemukan beberapa

N
O PENELITI JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN
.
1 ADI FAJAR IMPLEMENTASI - METODE - LOKASI
NUGRAHA REHABILITASI PENELITIAN PENELITIAN
SOSIAL RUMAH KUALITATIF
TIDAK LAYAK - IMLEMENTAS
HUNI (RS-RTLH) DI I PROGRAM
KOTA SERANG

A.RAHMAWATI IMPLEMENTASI - METODE - LOKASI


2. KEBIJAKAN PENELITIAN PENELITIAN
PROGRAM KUALITATIF - PROGRAM
PENGEMBANGAN - IMPLEMENTA YANG
KOMODITAS PADA SI PROGRAM DITELITI
KAWASAN
STRATEGI
KABUPATEN DI
KABUPATEN BONE

IMPLEMENTASI
3. YULIA REHABILITASI - METIDE - LOKASI
VAWITRIE SOSIAL BAGI PENELITIAN PENELITIAN
PENYANDANG KUALITATIF - PROGRAM
DISABILITAS DI - IMPLEMENTA YANG
KOTA PEKANBARU SI PROGRA, DITELITI

perbedaan, yang pertama skripsi yang berujudul Implementasi Program

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Di Kota Serang,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana program RS-RTLH

Di Kota Serang ini dijalankan. Namun, program ini masih belum berjalan

dengan baik karena belum semua pihak yang terkait dalam program RS-

RTLH ini seperti dari Kecamatan dan Kelurahan terlibat dalam pelaksanaan

program ini. Skripsi yang di tulis oleh Adi Fajar Nugraha, Fakultas Ilmu
21

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, 2014,

ini menggunakan teori implementasi kebijakan Charles O’Jones yaitu

organisasi,interpretasi, dan penerapan. Sedangkan penelitian saya

menggunakan teori implementasi dari Yulianto Kadjie yaitu

mentality,system,dan networking sehingga peneliti memiliki perbedaan dari

segi pengambilan teori. Kemudian hasil penelitian yang terdahulu

menemukan SDM yang terkait dalam program RS-RTLH yang

pemahamannya terbatas dan belum sepenuhnya sosialisasi program RS-

RTLH menyentuh masyarakat. Perbedaan dari peneliti terdahulu dengan

penelitian saya yaitu dari penemuan masalah, masalah yang saya dapatkan

di lapangan yaitu pencairan dana yang terlambat, yang seharusnya bisa cair

2 sampai 3 bulan sedangkan di Desa Alamendah ini bisa mencapai 4 sampai

6 bulan, kemudian munculnya kecemburuan sosial di masyarakat karena

masih banyak yang belum mendapatkan bantuan dana Rumah Tidak Layak

Huni ini, Sehinggan Dinas Sosial perlu melakukan sosialisasi di setiap

Rukun Tetangga (RT) di Desa Alamendah.

Kedua penelitian terdahulu yaitu tentang Implementasi Kebijakan

Program Pengembangan Komoditas Pada Kawasan Strategi Kabupaten Di

Kabupaten Bone, yang ditulis oleh A. Rahmawati Universitas

Muhammadiyah Makassar,2020. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif pendekatan deskriptif, sedangkan penelitian saya menggunakan

metode kualitatif pendekatan study kasus. Peneliti terdahulu menemukan

masalah kesulitan yang dialami pemerintah dalam menyediakan data dan


22

informasi mengenai komoditas unggulan yang dimiliki KSK. Sedangkan

penelitian saya kesulitanna di pihak masyarakat kurangnya pemahaman

mengenai bantuan dana rumah tidak layak huni (RTLH).

Ketiga, penelitan terdahulu yang berjudul Implementasi Rehabilitasi

Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Di Kota Pekanbaru yang di tulis oleh

Yulia Vawitrie, Universitas Riau. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif yang menggambatkan subjek atau objek. Penelitian ini

masih belum berjalan maksimal karena dalam segi komunikasi dinas sosial

masih belum bisa menyebarkan informasi terkait adanya kegiatan

rehabilitasi kepada kelompok-kelompok sasaran. Perbedaan dengan

penelitian saya yaitu judul, program penelitian, pendektan teori, dan lokasi

penelitian.

B. Relevansi Implementasi Kebijakan Dengan Administrasi Publik

Relevansi berasal dari kata relevan, yang mempunyai arti bersangkut

paut, yang ada hubungan, selaras dengan. Jadi Relevansi mempunyai arti

hubungan atau kaitan dari suati hal ke hal lain.

Relevansi adalah prinsip kesesuaian, Relevansi internal bahwa

setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponen

yang bersangkutan, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi,

materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta didik, strategi
23

atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian

tujuan yang diharapkan.1

Administrasi adalah suatu proses yang dilakukan dua orang atau

lebih untuk mencapai tujuan bersama. Kemudian Administrasi publik

adalah subjek ilmu sosial, yang mempelajari tiga elemen utama kehidupan

pemerintahan: legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Hal-hal yang

mempengaruhi masyarakat antara lain ketertiban dan kesusilaan umum,

penyelenggaraan pemerintahan, penyelenggaraan pembangunan, tujuan

pemerintahan dan etika penyelenggaraan pemerintahan. Sederhananya,

administrasi adalah studi administrasi. Kajian ini meliputi birokrasi,

penyusunan kebijakan publik, implementasi dan evaluasi, administrasi

pembangunan, pemerintah daerah, dan good government. Berikut ini

beberapa pengertian Administrasi Publik menurut para ahli :

1. Dimock & Dimock dalam pasolong (1993:19) menyatakan bahwa :

“Administrasi publik merupakan suatu bagian dari administrasi

umum yang mempunyai lapangan yang lebih luas, yaitu suatu ilmu

pengetahuan yang mempelajari bagaimana lembaga-lembaga,

mulai dari suatu keluarga hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa,

disusun digerakkan dan kemudian dikendalikan”. 2

1
Muh. Fitrah, “Peta Konsep Prinsip Relevansi dalam Arah Pengembangan Kurikulum
Matematika: Kajian Perspektif Pengembangan Kurikulum”, Tentang Pengertian Relevansi. Vol.
4 No.1 (2014) 42-50.
2
Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik. (Bandung: Alfabeta, 2019) hlm. 23
24

2. The Liang Gie dalam pasolong (1993:3) mengemukakan bahwa :

“Administrasi adalah rangkaian kegiatan terhadap pekerjaan yang

dilakukan oleh sekelompok orang di dalam kerjasama mencapai

tujuan tertentu”. 3

3. S.P. Siagian dalam Pasolong (2004:2) mendefinisikan bahwa :

“Administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antar dua

orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu,

mencapai tujuan yang telah di tentukan sebelumnya”.4

Beberapa pengertian di atas, dapat di rumuskan bahwa :

Administrasi adalah kegiatan terencana yang dilakukan oleh

sekelompok orang dengan pola kerjasama untuk mencapai tujuan yang

efektif, efisien, dan rasional guna untuk mencapai tujuan bersama.

Pengertian Administrasi menurut Newman dalam Mariati Rahman

(1963:7) adalah sebagai bimbingan, kepemimpinan, dan pengawasan usaha

kelompok individu guna mencapai tujuan bersama. 5

Publik pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris dan berarti the

general public, the general public, the people, and the people. Secara

khusus kegiatan penyelenggaraan pemerintahan menitikberatkan pada

aspek pengelolaan sebagai pelaksanaan ketertiban dan kesusilaan

3
Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik. (Bandung: Alfabeta, 2019) hlm. 3
4
Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik. (Bandung: Alfabeta, 2019) hlm.3
5
Mariati Rahman, Ilmu Administrasi. (Makasar:Sah Media,2017) hlm.7
25

masyarakat, dan penyelenggaraan pemerintahan sekurang-kurangnya

ditinjau dari aspek-aspek strategis berikut ini.

1. Dimensi kebijakan
2. Dimensi struktur birokrasi
3. Dimensi manajemen
4. Dimensi etika
5. Dimensi lingkungan
6. Dimensi akuntabilitas kinerja.

Sumber (Keban, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik,


2008:10)

Implementasi kebijakan adalah suatu tindakan atau

pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang

dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah

perencanaan sudah dianggap sempurna.

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat

penting dalam pelaksanaan suatu program suatu kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah. Tahapan implementasi kebijakan dapat

diartikan pula sebagai tindakan nyata dan konkrit yang dilakukan

oleh pemerintah hasil dari rumusan yang telah dibuat dalam tahapan

formulasi. Dalam prakteknya, implementasi kebijakan dapat

mempengaruhi para objek yang menjadi sasaran dalam pelaksanaan.

Sehingga harapan dari pengaruh tersebut adalah dapat memberikan

dampak positif bagi masyarakat teruatama masalah kesejahteraan.

Jadi Relevansi anatara Implementasi Kebijakan dengan

Administrasi Publik adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.


26

C. Telaah Berbagai Pengertian dan Teori Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak

Layak Huni

1. Pengertian Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan

pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan

fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Pengertian

rehabilitasi sosial (Depsos:2002) dalam Sri Widati adalah suatu

rangkaian kegiatan professional dalam upaya mengembalikan dan

meningkatkan kemampuan warga masyarakat baik perorangan,

keluarga 19 maupun kelompok penyandang masalah kesejahteraan

sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, dan dapat

menempuh kehidupan sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaannya.6

Sedangkan menurut The National Council on Rehabilitation

(1942:19) dalam Sri Widati rehabilitasi sosial adalah perbaikan atau

pemulihan menuju penyempurnaan ketidakberfungsian fisik, mental,

sosial dan ekonomi sesuai kapasitas potensi mereka.7

6
Sri Widati, Rehabilitasi. (2010) hlm. 18
7
Sri Widati, Rehabilitasi. (2010) hlm. 19
27

Pengertian rehabilitasi sosial menurut Zaenudin (1994:5) dari

pendapat LE.Hinsie & Canbell, bahwa rehabilitasi sosial adalah

Tindakan fisik, penyesuaian psikologis dan penyesuaian diri secara

maksimal untuk mempersiapkan klien secara fisik, mental, sosial dan

vokasional bagi kehidupan sesuai dengan kemampuan. Dimana pada

prosesnya diarahkan untuk :

1) Mencapai perbaikan penyesuaian klien sebesar-besarnya

2) Kesempatan vokasional sehingga dapat bekerja dengan kapasitas

maksimal

3) Penyesuaian diri dalam lingkungan perorangan dan sosial secara

memuaskan sehingga dapat berfungsi sebagai anggota

masyarakat.8

2. Pengertian Rumah Tidak Layak Huni

Menurut Permensos Nomor 20 Tahun 2017 tentang Rehabilitasi

Sosial Rutilahu adalah bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin menyatakan fakir miskin

berhak memperoleh kecukupan perumahan yang layak dan lingkungan

hidup yang sehat. Untuk melaksanakan pemenuhan hak fakir miskin

guna memperoleh kecukupan perumahan yang layak dan lingkungan

hidup yang sehat, perlu memberikan bantuan sosial kepada fakir miskin

8
Sri Widati, Rehabilitasi. (2010) hlm. 19
28

melalui kegiatan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni dan/ atau

sarana prasarana lingkungan.9

Proses rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni (RUTILAHU)

dan prasarana lingkungan dilakukan melalui Permensos Nomor 20

Tahun 2017 tentang Higiene Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan

Prasarana Lingkungan (Permensos Rutilaf dan Sarling). Peraturan

Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2017 tentang Higiene Sosial Rumah

Tidak Layak Huni dan Prasarana Lingkungan telah ditandatangani oleh

Menteri Sosial Kofifa Indal Parawansa pada tanggal 20 Oktober 2017

dan diundangkan oleh Direktur Biro Hukum Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia .Saya lakukan. Tahun 2017 nomor 1489 dalam

Berita Negara Republik Indonesia di Jakarta pada tanggal 20 Oktober

2017.

Permensos Rutilahu, Rehabilitasi Sosial Rutilahu bertujuan untuk

mengembalikan keberfungsian sosial dan meningkatkan kualitas

tempat tinggal Fakir Miskin melalui perbaikan kondisi rumah dan/atau

sarana prasarana lingkungan baik secara menyeluruh maupun sebagian

dengan menggunakan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, dan

nilai kesetiakawanan sosial masyarakat.

Permensos Tahun 2017 tentang Rehabilitasi Sosial Perumahan

Tidak Layak Huni dan Prasarana Lingkungan antara lain bantuan sosial

9
Kemsos, “Definisi Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak huni dan Sarana Dan Prasarana
Lingkungan menurut UU No. 13 Th 2017”
29

rehabilitasi sosial Lutilaf yang diajukan oleh pemilik rumah,

masyarakat, atau lembaga kesejahteraan sosial. Pembayaran

Rehabilitasi Sosial Lutiraf dan Kesejahteraan Sarling dilakukan setelah

kelompok penerima kesejahteraan, dengan persetujuan walikota,

menyiapkan anggaran untuk penggunaan bantuan sosial yang

ditandatangani oleh presiden, bendahara dan sekretaris meningkat.

Kabupaten kota kesejahteraan sosial. Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial

Rutilahu dan Bantuan Sosial Sarling dibayarkan berdasarkan

kesepakatan kerjasama antara penanggung jawab pembuatan komitmen

dengan ketua kelompok yang ditunjuk.10

Calon penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial Rutilahu

harus memenuhi syarat :

1). Fakir Miskin yang terdata dalam data terpadu program

penanganan Fakir Miskin

2). Belum pernah mendapat Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial

Rutilahu

3). Memiliki kartu identitas diri atau kartu keluarga

4). Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan

dengan sertifikat/girik atau surat keterangan kepemilikan dari

camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah.

10
Kemsos, “Definisi Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak huni dan Sarana Dan Prasarana
Lingkungan menurut UU No. 13 Th 2017”
30

Calon Penerima Bantuan Harus Mengikuti Mekanisme

Pengusulan dan Penyaluran Bantuan Sosial

1) Calon penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial Rutilahu dan

Sarling membentuk kelompok berdasarkan kelurahan/desa/nama

lain dalam 1 (satu) kecamatan.

2) Pembentukan kelompok yang difasilitasi oleh dinas sosial daerah

kabupaten/kota.

3) Beranggotakan paling sedikit 5 (lima) kepala keluarga dan paling

banyak 15 (lima belas) kepala keluarga.

4) Dalam kelompok diupayakan terdapat anggota yang memiliki

pengalaman atau mengerti pekerjaan bangunan rumah.

5) Kelompok membentuk kepengurusan yang terdiri atas:

1) Ketua

2) Sekretaris

3) Bendahara

Kelompok penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial Rutilahu

mempunyai tugas:

1) Melakukan penilaian rumah yang akan direhabilitasi/dibangun

2) Mengajukan usulan kebutuhan dana perbaikan/ pembangunan

3) Mengerjakan perbaikan/pembangunan rumah secara gotong

royong

4) Menandatangani bukti penerimaan Bantuan Sosial


31

5) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan

kegiatan Rehabilitasi Sosial Rutilahu kepada dinas sosial daerah

Kabupaten/kota dan diteruskan kepada Kementerian Sosial

melalui Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin dengan

tembusan kepada dinas sosial daerah provinsi.

6) Permohonan Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial Rutilahu dapat

diajukan oleh :

1. Pemilik rumah

2. Masyarakat atau lembaga kesejahteraan sosial

3. Dinas sosial daerah kabupaten/kota.

Permohonan Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial Rutilahu yang

diajukan oleh pemilik rumah, masyarakat, atau lembaga kesejahteraan

sosial sebagaimana dilakukan dengan mekanisme :

1) Mengajukan permohonan Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial

Rutilahu kepada lurah/kepala desa/nama lain

2) Lurah/kepala desa/nama lain melakukan musyawarah

3) Lurah/kepala desa/nama lain mengajukan permohonan dalam

bentuk proposal kepada dinas sosial daerah kabupaten/kota

4) Dinas sosial daerah kabupaten/kota melakukan verifikasi dan

validasi calon penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial

Rutilahu berdasarkan data terpadu program penanganan Fakir

Miskin
32

5) Hasil verifikasi dan validasi disampaikan oleh dinas sosial daerah

kabupaten/kota kepada Menteri Sosial melalui Direktur Jenderal

Penanganan Fakir Miskin dengan tembusan disampaikan kepada

kepala dinas sosial daerah provinsi

6) Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin melakukan

verifikasi dan validasi calon penerima Bantuan Sosial

Rehabilitasi Sosial Rutilahu atas usulan proposal dinas sosial

daerah kabupaten/ kota

7) Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin menetapkan lokasi

dan penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial Rutilahu

8) Hasil penetapan lokasi dan penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi

Sosial Rutilahu disampaikan kepada dinas sosial daerah

kabupaten/kota dengan tembusan disampaikan kepada dinas

sosial daerah provinsi

9) Kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota menyampaikan hasil

penetapan lokasi kepada penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi

Sosial Rutilahu

10) Dinas sosial daerah kabupaten/kota menandatangani surat

pernyataan tanggung jawab mutlak dengan materai cukup atas

kebenaran persyaratan dan kriteria penerima Bantuan Sosial

Rehabilitasi Sosial Rutilahu.

Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin tidak dapat

melakukan verifikasi dan validasi terhadap Rehabilitasi Sosial Rutilahu


33

yang diajukan oleh pemilik rumah, masyrakat, atau lembaga

kesejahteraan sosial, dinas sosial daerah kabupaten/kota harus membuat

surat pernyataan tanggung jawab mutlak atas kebenaran persyaratan

dan kriteria penerima calon penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi

Sosial Rutilahu.

Permohonan Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial Rutilahu yang

diajukan oleh dinas sosial daerah kabupaten/kota sebagaimana

dilakukan dengan mekanisme:

1) Dinas sosial daerah kabupaten/kota melakukan verifikasi dan

validasi calon penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial

Rutilahu berdasarkan data terpadu program penanganan Fakir

Miskin

2) Hasil verifikasi dan validasi disampaikan oleh dinas sosial daerah

kabupaten/kota kepada Menteri Sosial melalui Direktur Jenderal

Penanganan Fakir Miskin dengan tembusan disampaikan kepada

kepala dinas sosial daerah provinsi

3) Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin melakukan

verifikasi dan validasi atas usulan proposal dinas sosial daerah

kabupaten/kota

4) Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin menetapkan lokasi

dan penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi Sosial Rutilahu

5) Hasil penetapan lokasi dan penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi

Sosial Rutilahu disampaikan kepada dinas sosial daerah


34

kabupaten/kota dengan tembusan disampaikan kepada dinas

sosial daerah provinsi

6) Kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota menyampaikan hasil

penetapan lokasi kepada penerima Bantuan Sosial Rehabilitasi

Sosial Rutilahu

7) Dinas sosial daerah kabupaten/kota dalam menerima Bantuan

Sosial Rehabilitasi Sosial Rutilahu harus menandatangani surat

pernyataan tanggung jawab mutlak dengan materai cukup atas

kebenaran persyaratan dan kriteria penerimabantuan Sosial

Rehabilitasi Sosial Rutilahu.

Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin tidak dapat

melakukan verifikasi dan validasi terhadap Rehabilitasi Sosial Rutilahu

yang diajukan oleh dinas sosial daerah kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud pada huruf c, dinas sosial daerah kabupaten/kota harus

membuat surat pernyataan tanggung jawab mutlak dengan bermaterai

cukup atas kebenaran persyaratan dan kriteria penerima bantuan.

Tujuan Rehabilati Sosial dalam bidang rumah tidak layak huni

adalah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dengan tersedianya

pelayanan perumahan yang layak huni bagi penduduk miskin agar

hidup lebih sejahtera.

3. Beberapa Pengertian dan Teori Implementasi Kebijakan

Negara sebagai suatu organisasi publik selain

mempunyai tujuan (goals) yang harus direalisasikan, ia juga


35

mempunyai berbagai permasalahan yang harus diatasi,

dikurangi atau dicegah. Permasalahan tersebut bisa berasal dari

masyarakat itu sendiri, bisa juga berasal sebagai dampak

negatif dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Seperti yang dikatakan oleh Dunnn (1994:58) dalam tachjan

(2006:35) yaitu Masalah yang harus diatasi oleh

pemerintah adalah masalah publik, yaitu, nilai, kebutuhan

atau peluang yang tak terwujudkan yang meskipun bisa diidentifika

si tetapi hanya mungkin dicapai lewat tindakan publik.

Implementasi kebijakan dapat di dentifikasikan sebagai

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, baik

secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai

tujuan yang telah dirumuskan dalam kebijakan. Secara sederhana

kegiatan implementasi kebijakan merupakan suatu kegiatan

penjabaran suatu rumusan kebijakan yang bersifat makro (abstrak)

menjadi tindakan yang bersifat mikro (konkrit) atau dengan kata lain

melaksanakan keputusan (rumusan) kebijakan yang menyangkut

aspek manajerial dan teknis proses implementasi baru dimulai

apabila tujuan-tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan

telah tersusun, serta dana telah siap dan telah disalurkan untuk

mencapai sasaran-sasaran tersebut.11

11
Ina Primiana, Liberalisasi Perdagangan Agro. (Bandung, Obsatar Sinaga, 2010), hlm.13
36

Implementasi merupakan suatu kegiatan yang begitu kompleks

melibatkan banyak aktor dengan berbagai kepentingan mereka

masing-masing. Kerumitan bisa bertambah ketika kebijakan yang

diimplementasikan tidak dirumuskan secara jelas sebagai akibat

kompromi-kompromi politik yang mewarnai proses perumusan

kebijakan tersebut.

Untuk dapat mendalami proses implementasi maka perlu

dipahami konsep implementasi terlebih dahulu. Penggunaan istilah

implementasi mulai muncul ke permukaan beberapa dekade lalu.

Yang pertama menggunakan istilah tersebut adalah Harold Laswell

dalam Erwan Agus Purwanto (1956:17) menurutnya, agar ilmu

dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang apa sesungguhnya

kebijakan publik, maka kebijakan publik tersebut harus diurai

menjadi beberapa bagian sebagai tahapan-tahapan, yaitu : agenda-

setting, formulasi, legitimasi, implementasi, evaluasi, reformulasi,

dan terminasi. Dari siklus kebijakan tersebuh terlihat secara jelas

bahwa implementasi hanyalah bagian atau salah satu tahap dari

proses besar bagaimana suatu kebijakan publik dirumuskan.12

Definsi implementasi mengalami perubahan seiring dengan

perkembangan studi implementasi itu sendiri. Pressman dan

Waldavsky sebaai pelopor studi implementasi memberikan definisi

sesuai dengan dekadenya. Pemahaman dua sarjana tersebut tentang

12
Erwan Agus Purwanto, Implementasi Kebijakan Publik. (Yogyakarta, Gava Media, 2015) hlm.17
37

implementasi masih banyak terpengaruh oleh paradigm dikhotomi

politik administrasi. Menurut mereka, implementasi dimaknasi

dengan beberapa kata kunci sebagai berikut : untuk menjalankan

kebijakan (to carry out), untuk memenuhi janji-janji sebagaimana

dinyatakan dalam dokumen kebijakan (to fulfill), untuk

menghasilkan output sebagaimana dinyatakan dalam tujuan

kebijakan (to produce), untuk menyelesaikan misi yang harus

diwujudkan dalam tujuan kebijakan (to complete). Dari berbagai

kata kunci yang mulai digunakan untuk mendefinisikan

implementasi tersebut, Van Meter dan Horn (1974:20)

mendefinisikan implementasi secara lebih spesifik, yaitu

implementasi kebijakan mencakup tindakan-tindakan oleh individu

(atau kelompok) public atau swasta yang diarahkan pada pencapaian

tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya.13

Dalam perkembangan berikutnya, pemaknaan terhadap

implementasi terus mengalami perkembangan. Bagi para peneliti

generasi III, contohnya, implementasi dipahami secara lebih

kompleks sebagai sebuah transaksi berbagai sumber daya yang

melibatkan banyak stakeholder. Warwick (1982:190) dalam Brynard

(2005:13) mengemukakan bahwa Implementasi berarti transaksi.

Untuk melaksanakan program, pelaksana harus terus-menerus

13
Erwan Agus Purwanto, Implementasi Kebijakan Publik. (Yogyakarta, Gava Media, 2015) hlm.20
38

berurusan dengan tugas, lingkungan, klien, dan yang lainnya.

Formalitas organisasi dan mekanisme administrasi penting sebagai

latar belakang, tetapi kunci keberhasilannya adalah terus menerus

mengatasi konteks, kepribadian, aliansi, dan peristiwa. Dan penting

utuk adaptasi tersebut adalah kemauan untuk mengakui dan

memperbaiki kesalahan, untuk mengubah arah, dan untuk belajar

dari apa yang dikerjakan. Tidak ada yang lebih penting untuk

implementasi daripada koreksi diri.

Menurut Grindle dalam Ina Primiana (1980:13) menyatakan

implementasi kebijakan dianggap tergantung pada hasil program,

sulit untuk memisahkan nasib kebijakan dari program konstituen

mereka Keberhasilannya program seperti yang dirancang. Pada

gilirannya, implementasi kebijakan secara keseluruhan dapat

dievaluasi dengan mengukur keluaran program terhadap kebijakan

sasaran.14 Grindle dalam Ina Primiana (1980:13) menambahkan

bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan

sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana

telah siap dan disalurkan untuk mencapai sasaran.

Menurut Lane dikutip dari buku Ina Primiana (1993:16)

implementasi dapat dinyatakan dalam formula-formula sebagai

berikut: (DF1) Implementation = F = (Intention, Output, Outcome).

Dimana implementasi mengacu kepada menghasilkan output dan

14
Ina Primiana, Liberalisasi Perdagangan Agro. (Bandung, Obsatar Sinaga, 2010), hlm.14
39

outcome yang kongruen dengan maksud awalnya. Dengan demikian

implementasi memiliki pengertian ganda, yaitu: (1) “eksekusi” di

satu sisi dan, (2) “fulfil” atau penyelesaian (accomplishment) disisi

lain. Konsep implementasi mencakup dua hal pokok yaitu program

kebijakan (policy) yang kemudian akan menghasilkan outcome.

Tujuan-tujuan dari kebijakan dirumuskan oleh berbagai actor dalam

proses politik, sehingga definisi actor ini meliputi dua kelompok

yaitu formator dan implementator. 15

Menurut Van Meter dan van Horn (1978:145) disebut sebagai

A Model of The Policy Implementation Prosess yang mengemukakan

adanya enam variabel yang membentuk ikatan (linkage) antara

kebijakan dan pencapaian (performance). Model ini menunjukan

hubungan antara variabel–variabel bebas (independent variable) dan

variable terikat (dependent variable) mengenai kepentingan-

kepentingan, serta hubungan di antara variabel bebas. 16

Menurut Hood dikutip dari Tachjan (1984:14), dalam buku H.

Tachjan, untuk dapat mengimplementasikan kebijakan negara secara

sempurna (perfect implementation) maka diperlukan beberapa

persyaratan tertentu. Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut :

1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana

tidak akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius.

15
Ina Primiana, Liberalisasi Perdagangan Agro. (Bandung, Obsatar Sinaga, 2010), hlm.16
16
Ina Primiana, Liberalisasi Perdagangan Agro. (Bandung, Obsatar Sinaga, 2010), hlm.22
40

2. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-

sumber yang cukup memadai.

3. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benarbenar

tersedia.

4. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu

hubungan kausalitas yang andal.

5. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata

rantai penghubungnya.

6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.

7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang

tepat.

9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat

menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.17

Menurut Elmore (dalam Tachjan, 1993:15), ia mengemukakan

bahwa, pada hakekatnya semua kebijakan publik diimplementasikan

oleh organisasi-organisasi publik yang besar, oleh karena itu

pengetahuan tentang organisasi-organisasi telah menjadi suatu unsur

penting dari analisis kebijakan. Kita tidak dapat berkata dengan banyak

kepastian bagaimana suatu kebijakan itu adanya, atau mengapa tidak

17
H. Tachjan, Implementasi Kebijakan Publik. (Bandung, AIPI, 2006) hlm.41
41

diimplementasikan, tanpa mengetahui sebagian besar tentang

bagaimana organisasi-organisasi itu berfungsi.

Organisasi-organisasi tersebut menyelesaikan masalah dengan

memperincikan tugas-tugas yang dapat dikelola dan mengalokasikan

tanggung jawab terhadap tugas-tugas tersebut kepada unit-unit khusus.

Dengan demikian, hanya dengan memahami bagaimana organisasi-

organisasi itu bekerja maka kita dapat memahami bagaimana

kebijakan-kebijakan tersebut dibentuk dalam proses implementasi18.

Bahwa dapat disimpulkan implementasi ialah suatu kegiatan yang

terencana, bukan hanya suatu aktivitas dan dilakukan secara sungguh-

sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai

tujuan kegiatan. Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri sendiri

tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum.

Implementasi kurikulum merupakan proses pelaksanaan ide, program

atau aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan

melakukan perubahan terhadap suatu pembelajaran dan memperoleh

hasil yang diharapkan.

Sedangkan menurut Yulianto Kadji (2015) dalam bukunya

menerangkan bahwa untuk melaksanakan suatu implementasi

kebijakan publik diperlukan pengembangan teori atau formula model

melalui pendekatan yang disebut model MSN-Approach, yaitu :

1. Mentality

18
H. Tachjan, Implementasi Kebijakan Publik. (Bandung, AIPI, 2006) hlm.43
42

2. System

3. Networking19

1. Mentality approach (Pendekatan mentalitas),

Dalam aspek implementasi dari sebuah kebijakan, maka yang

perlu diperhatikan adalah sejauhmana produk kebijakan itu dapat

menyentuh dan merubah perilaku dari pihak aparatur (pembuat dan

implementor kebijakan), pihak praktisi bisnis, dan juga masyarakat

sebagai subjek dan objek dari kebijakan itu sendiri. Paling tidak

dimensi ini mewujud pada indikator fokus:

Pertama, Sikap Pemerintah (aparat pembuat/pengambil dan

implementorkebijakan), serta sikap kalangan entrepreneur/ Private

Sector dan Civil Society, paling tidak mewujud pada: i) Sikap

spiritual, semua elemen baik pemerintah, swasta maupun

masyarakat sipil harus semakin mengokohkan keimanan dan

ketakwaan kepada Allah Swt, sebab apapun yang kita kerjakan akan

dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Sikap spritual itu dapat

dideskripsikan dalam bentuk: a) menghargai, b) menghormati, dan

c) menghayati ajaran agama yang dianut, dan ii) Sikap sosial, bahwa

semua elemen baik pemerintah, swasta maupun masyarakat sipil

19
Yulianto Kadji, Formulasi Dan Implementasi Kebijakan Publik, Kepemimpinan Dan Perilaku
Birokrasi Dalam Fakta Realitas. (Gorontalo, UNG Press, 2015) hlm.86
43

harus semakin berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan

bertanggung jawab. Sikap sosial dapat dideskripsikan dalam bentuk:

a) jujur, b) disiplin, c) toleransi, d) gotong royong, e) santun, dan f)

percaya diri Sikap spiritual sebagai perwujudan dari penguatan

interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap

sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya

mewujudkan harmoni kehidupan.

Kedua, Perilaku Pemerintah (aparat pembuat/pengambil dan

implementor kebijakan), serta sikap kalangan entrepreneur/ Private

Sector dan Civil Society, yang dapat dideskripsikan dalam bentuk:

a) Memahami dan mengenali perilaku sesuai kode etik dimanapun

beraktivitas, b) Melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan

keyakinannya, c) Bertindak berdasarkan nilai meskipun sulit untuk

melakukan itu, dan d) Bertindak berdasarkan nilai walaupun ada

resiko atau biaya yang cukup besar

Ketiga, Tanggung jawab Pemerintah (aparat pembuat/

pengambil dan implementor kebijakan), serta sikap kalangan

entrepreneur/ Private Sector dan Civil Society, yang dapat

dideskripsikan dalam bentuk: a) kemampuan melaksanakan tugas

sesuai prosedur, b) kemampuan mengelola waktu, c) kesediaan

menyelesaikan tugas dan d) kemampuan menanggung resiko.

2. System-approach (Pendekatan system)


44

Dewasa ini pendekatan sistem dipandang merupakan salah

satu pendekatan logis dan analitis terhadap berbagai bidang,

termasuk bidang implementasi kebijakan publik. Suatu sistem pada

dasarnya merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah

komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk

mencapai suatu tujuan. Berkenaan dengan itulah, maka dapat

ditegaskan bahwa setiap kebijakan yang akan diimplementasikan,

pasti tidak luput dari pengaruh langsung dan tidak langsung dari

sebuah sistem yang melingkupi dari kebijakan itu sendiri. Paling

tidak Pendekatan sistem ini dapat mewujud pada indikator fokus

sebagaiberikut:

Pertama, Sistem Regulasi yang dideskripsikan dalam bentuk

sub sistem: a) kepentingan publik, b) partisipatif, c) produktif.

Dalam hal ini pemerintah sebagai regulator dan juga sebagai

implementor (aparatnya), meyakini bahwa regulasi yang dibentuk

benar-benar untuk kepentingan publik, menggugahmasyarakat sipil

dan entrepreneur lebih partisipatif, serta regulasi juga untuk

meningkatkan produktivitas layanan publik secara transparan dan

dapat dipertanggung jawabkan.

Kedua, Sistem Nilai Budaya yang dideskripsikan dalam

bentuk sub sistem: a) Kearifan lokal, b) Kekerabatan, dan c) Ke-

gotong royong-an. Pemerintah (aparat pembuat/pengambil dan

implementor kebijakan), serta kalangan entrepreneur/Private Sector


45

dan Civil Society secara bersama mengokohkan dan menghormati

sub sistem kearifan lokal berupa : adat budaya, bahasa, etnis dan sub

etnis, menjaga kohesivitas kekerabatan serta ke-gotong-royong-an

sebagai modal utama penggerak keberhasilan dan keberlanjutan

pembangunan.

Ketiga, Sistem Struktur dan Fungsi Organisasi yang

dideskripsikan dalam bentuk sub sistem: a) interaksi, b)

interdependensi, c) integritas. Pemerintah (aparat

pembuat/pengambil dan implementor kebijakan), serta kalangan

entrepreneur/Private Sector dan Civil Society secara bersama

menyadari akan pentingnya struktur dan fungsi organisasi dalam

mengimplementasikan seluruh kebijakan program kemasyarakatan,

pemerintahan dan pembangunan yang didukung oleh adanya saling

keterhubungan antara pemerintah, masyarakat sipil dan entrepreneur

(interaksi), serta saling adanya ketergantuan (interdependensi),

berikut adanya keterpaduan antara pemerintah, masyarakat sipil dan

entrepreneur dalam kerangka mencapai tujuan bernegara dan

bermasyarakat.

3. Networking-approach (Pendekatan jejaring kerjasama)

Di era pembangunan saat ini, sangat tidak beralasan jika

dalammelaksanakan atau mengimplementasikan sebuah kebijakan

untuk kepentingan publik, masih mengandalkan atau

mengedepankan semangat sektoral, semangat kelompok, semangat


46

individualistik. Yang tepat adalah bahwa apapun yang dibangun

untuk kepentingan publik, seyogyanya mengedepankan semangat

sinergitas dan jejaring kerjasama antar stakeholder kebijakan publik.

Dalam perspektif implementasi kebijakan publik, maka sinergitas

dan jaringan kerjasama dalam prinsip simbiosis mutualisme, take

and give antara pihak government, private sector, and civil society

mutlak diwujudnyatakan dalam kerangka membangun untuk

kepentingan publik. Jejaring kerjasama hanya akan terwujud, jika

ketiga pihak saling menghargai dan mendukung eksistensi

masingmasing. Pemerintah berperan sebagai fasilitator, dinamisator,

dan motivator pembangunan dalam nuansa desentralistik, pihak

swasta sebagai motor penggerak perekonomian publik sekaligus

mendukung percepatan implementasi kebijakan publik yang

berpihak kepada kepentingan publik, dan rakyat (civil society) di era

otonomi daerah sadar sedalam-dalamnya bahwa people power

merupakan energi dinamis baik sebagai objek maupun sebagai

subjek dari kebijakan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan. Paling tidak pendekatan jejaring kerjasama ini ini

dapat mewujud padaindikator fokus sebagai berikut:

Pertama, Kemitraan Strategis, yang dideskripsikan dalam

bentuk sub sistem: a) kerjasama, b) kesetaraan, c) keterbukaan dan

d) saling menguntungka (memberikan manfaat). Pemerintah,

Private Sector, dan Civil Society dalam menjalankan tugas dan


47

kewajiban dalam perspektif implementasi kebijakan sudah

seharusnya mengandalkan dan menghandakan kerjasama dalam

spirit kesetaraan dan saling terbuka, serta saling memberikan

manfaat antar sesama, dalam kerangka mewujudkan kepentingan

bersama dalam membangun bangsa lebih utuh dan komprehensif.

Kedua, Sinergitas adalah Membangun dan memastikan

hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang

harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan

karya yang bermanfaat dan berkualitas yang dideskripsikan dalam

bentuk sub sistem: a) Aspek kelembagaan, b) Kebijakan dan

penganggaran program, c) Sumber daya manusia, d) Data dan

informasi, dan e) strategi monev terhadap kebijakan dan program.

Tujuan Sinergitas adalah mempengaruhi perilaku orang secara

individu maupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog

dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan opininya

penting terhadap suatu kesuksesan. Pemerintah, Private Sector, dan

Civil Society dalam menjalankan tugas dan kewajiban dalam

perspektif implementasi kebijakan sudah seharusnya

memperhatikan aspek kelembagaan, kebijakan dan penganggaran,

sumber daya manusia, dukungan data dan informasi, serta strategi

Monev yang secara efektif dilaksanakan.

Ketiga, Simbiosis Mutualisme, hubungan antara dua pihak

yang berbeda dan saling menguntungkan dalam aktivitas


48

kemasyarakatan dan pembangunan, yang dideskripsikan dalam

bentuk sub sistem: a) Saling membutuhkan, b) Saling

menguntungkan, dan c) Saling mendukung. Pemerintah, Private

Sector, dan Civil Society dalam menjalankan tugas dan kewajiban

dalam perspektif implementasi kebijakan sudah seharusnya

mengedepankan kehendak bersama untuk saling membutuhkan,

saling menguntungkan dan saling mendukung dalam perspektif

keberhasilan implementasi kebijakan public

D. Kerangka Pemikiran dan Proposisi

1. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran merupakan alur pemikiran peneliti, dan

penelitian yang dibuat kerangka pemikiran sebagai kelanjutan dari

kajian pustaka untuk menjelaskan pelaksanaan program rehabilitasi

sosial rumah tidak layak huni di Desa Alamenda,Kecamatan

Rancabali Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Hal ini

dimaksudkan agar maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh

peneliti dapat dengan mudah dipahami dengan menggunakan

kerangka berpikir.

Teori yang akan digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan

teori pendektan mentalitas, pendekatan system, pendekatan jejaring

kerjasama, atau dikenal dengan teori MSN-approach

(mentality,system,networking) yang dibuat oleh Prof.Dr.Yulianto

Kadji,M.Si (2015).
49
50

TABEL II.02
KERANGKA PEMIKIRAN

Implementasi Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Di Desa Alamendah

Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung

Masalah Penelitian :

Bagaimana implementasi rehabilitasi sosial (RS-RTLH) rumah tidak layak huni di

Desa Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung ?

Teori / Pendapat Para Ahli yang digunakan dalam penelitian :

1. Teori MSN-Approach (Mentality,System,Networking) yang dibuat oleh Yulianto


Kadji (2015) dalam bukunya yang berjudul “MODEL MSN-APPROACH
DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK”

Pemecahan Masalah Penelitian :

1. Melakukan observasi ke lapangan


2. Melakukan wawancara dengan penanggung jawab program Rutilahu

Manfaat Penelitian (Setelah terpecahkan masalah penelitian) :

1. Dapat mengetahui sejauh mana program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
(RS-RTLH) di Desa Alamendah sudah dijalankan.

Sumber : Kerangka Pemikiran Penulis


51

2. Proposisi

Dengan fokus penelitian dan kerangka pemikiran yang ditetapkan

maka proposisi penelitian ini yaitu Implementasi Rehabilitasi Sosial Rumah

Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali

Kabupaten Bandung.
BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal yang penting dalam penelitian, dan

objek penelitian ini merupakan tujuan penelitian untuk memperoleh

jawaban atau solusi dari suatu masalah yang muncul.

Adapun objek penelitian dalam penelitian ini berlokasi di Desa

Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung yang beralamat

di Jalan Ciwidey-Rancabali, Kp. Barutunggul, Alamendah, Rancabali

Kabupaten Bandung.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan oleh seorang

peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi yang diolah dan

dianalisis secara ilmiah.

Menurut Subagyo yang dikutip dalam Syamsul Bahry dan Fakhry

Zamzam (2015:3). Metode Penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk

mendapatkan kembali pemecahan terhadap segala permasalahan yang

diajukan. Sedangkan menurut Priyono (2016:1) Metode Penelitian

adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara

seksama untuk mencapai suatu tujuan.1

1
Rizky Bagas Pratama, Skripsi: “REALISASI PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG
DIPENGARUHI OLEH PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK ATAS PENAGIHAN PAJAK DAN JUMLAH
PENGUSAHA KENA PAJAK”, (Bandung, UNIKOM,2019), hlm.28

52
53

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah suatu metode untuk

memperoleh data secara ilmiah dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Berdasarkan ini, empat kata kunci harus dipertimbangkan:

metode ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

dengan pendekatan studi kasus. Artinya, penyidikan yang mengarah

pada kasus yang terjadi pada program RS-RTLH di Desa Alamenda,

baik kondisi maupun prosesnya maupun hubungan atau

keterkaitannya dengan yang terpenting terdapat di sana. Penelitian

subjek

Menurut Sugiyono (2015:15) Metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian untuk berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data

dilakukan secara purposive dan snowbaal,teknik pengumpulan

dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi.2

2
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif. (Makasar, Syakir Media Press, 2021) hlm. 80
54

Menurut creswell (1998:18/20) pendekatan kualitatif dalam

mendesain studi bersi vitur- vitur yang unik. Pertama, peneliti

merencanakan suatu pendekatan umum untuk suatu studi, suatu

rencana yang detail tidak akan cukup memberi isu-isu penting yang

berkembang dalam suatu studi lapangan, Kedua, sebagian isu

merupakan problematik bagi peneliti kualitatif – seperti seberapa

banyak literatur dimasukkan dalam studi tersebut, seberapa banyak

teori harus mengarah studi, dan apakah seseorang memerlukan

verifikasi atau laporan tentang ketepatan perhitungannya. Ketiga,

format aktual untuk suatu studi kualitatif bervariasi apabila

dibandingkan dengan format penelitian tradisional. Sebuah disertasi

kualitatif, misalnya dapat berisi delapan bab yang dalam penelitian

tradisional hanya lima bab.3

Menurut (Densin & Lincoln, 2009:3) Penelitian kualitatif

secara inheren merupakan fokus perhatian dengan beragam

metodemetode. Harus disadari bahwa penggunaan metode yang

beragam atau tringulasi mencerminkan upaya untuk memperoleh

pemahaman yang mendalam mengenai suatu fenomena yang sedang

dikaji.4

Sedangkan menurut (Moleong, 2010:6) penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak

3
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif. (Makasar, Syakir Media Press, 2021) hlm. 101
4
Adi Kusumastuti, Ahmad Mustamil Khoiron, Metode Penelitian Kualitatif. (Semarang. Lembaga
Pendidikan Sukarno Pressindo,2019) hlm. 4
55

menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi

lainnya.

Menurut Moleong Fungsi dan pemanfaatan penelitian

kualitatif antara lain adalah sebagai berikut:

1). Pada penelitian awal dimana subjek penelitian tidak

didefinisikan secara baik dan kurang dipahami.

2). Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian

motivasional.

3). Untuk penelitian konsultatif.

4). Memahami isu-isu rumit suatu proses.

5). Memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan

yang dihadapi seseorang.

6). Untuk memahami isu-isu yang sensitif.

7). Untuk keperluan evaluasi.

8). Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat

diteliti melalui penelitian kuantitatif.

9). Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan

dengan latar belakang subjek penelitian.

10). Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena

yang sampai sekarang belum banyak diketahui.

11). Digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang hal-

hal yang sudah banyak diketahui.


56

12). Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu

secara mendalam.

13). Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk

menelaah sesuatu latar belakang misalnya tentang

motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi.

14). Digunakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk

menggunakan hal-hal yang belum banyak diketahui ilmu

pengetahuan.

15). Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu

dari segi prosesnya.5

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek Penelitian adalah batasan penelitian dimana peneliti

bisa menentukannya dengan hal atau orang untuk meletakannya

variable penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek

penelitian adalah pemerintah Desa Alamendah.

Dalam penelitian kualitatif, Subjek Penelitian adalah “orang

dalam” pada latar penelitian yang menjadi sumber informasi. Subjek

penelitian juga dimaknai sebagai orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. 6

Objek penelitian merupakan sebuah sasaran penelitian

dengan tujuan dan kegunaan untuk mendapatkan sesuatu yang

5
Adi Kusumastuti, Ahmad Mustamil Khoiron, Metode Penelitian Kualitatif. (Semarang. Lembaga
Pendidikan Sukarno Pressindo,2019) hlm. 7
6
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, (Banjarmasin, Antasari Press, 2011) hlm. 62
57

berguna atau bermanfaat dalam suatu penelitian. Objek penelitian

ini adalah rumah tidak layak huni di Desa Alamendah.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah tindakan dan

kata-kata kemudian selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber

data, yaitu:

a) Data primer, adalah data yang diperoleh melalui hasil

penelitian secara langsung terhadap objek yang diteliti yaitu

rumah tidak layak huni yang berada di wilayah Desa

Alamendah, Rancabali,Kabupaten Bandung.

b) Data sekunder, adalah data yang diperoleh dan benbagai

sumber dokumen-dokumen atau laporan tertulis lainnya yang

ada pada kantor Desa Alamendah, Rancabali, Kabupaten

Bandung.

C. Operasional Parameter

Pada penelitian kali ini yang akan dibahas adalah tentang

Implementasi Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-

RTLH) Di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten

Bandung. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan teori

dimensi implementasi kebijakan dari Yulianto Kadjie bahwa

implementasi kebijakan publik diperlukan pengembangan teori

atau formula model melalui pendekatan yang disebut model


58

MSN-Approach yairu mentality, system, networking. Indikator

akan dibahas dalam tabel berikut ini.

Tabel III.01
OPERASIONAL PARAMETER
Parameter Sub Parameter Faktor
Sikap jujur dari
petinggi pelaksana
program RS-
Mentality
RTLH, dan mental
masyarakat Desa
Alamendah
IMPLEMENTASI Sistem program
KEBIJAKAN RS-RTLH yang d
System
dijalankan di Desa
Alamendah
Jalinan kerjasama
anatara program
Networking
RS-RTLH dengan
pihak ketiga
Sumber : Yulianto Kadjie (2015:86), dikembangkan penulis 2022.

D. Penentuan Informan

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi pertimbangan

utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Salah

satu sifat penelitian kualitatif adalah tidak terlalu mementingakan

jumlah sumber data dan informan, tetapi lebih mementingkan risi ,

relevansi, sumber/informan yang benar-benar dapat memberikan

informasi baik mengenai orang, peristiwa atau hal. Oleh karena itu

teknik sampling yang di gunakan dalam menentukan adalah

purposive sampling.
59

Menurut Arikunto (2010:183) menjelaskan bahwa pemilihan

sampel secara purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada

syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:

a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat

atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok

populasi.

b) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan

subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat

pada populasi.

c) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di

dalam studi pendahuluan.7

E. Teknik Pengumpulan Data Secara Kualitatif

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian. Hal ini karena tujuan utama dari penelitian

itu sendiri adalah untuk memperoleh data. Dengan demikian, tanpa

pengetahuan teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan

memperoleh data yang memenuhi standar yang di tetapkan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian adalah observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif studi kasus

dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi

dengan subjek wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana

7
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta, Rineka Cipta 2010) hlm.183
60

studi kasus tersebut berlangsung dan disamping itu melengkapi data

diperlukan dokumentasi.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data Secara Kualitatif

Data yang telah dianalisis perlu diperiksa keabsahannya. Teknik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber,

yaitu dengan menanyakan kebenaran dan keabsahan data langsung pada

sumber yang terpercaya. Teknik triangulasi sumber berarti

membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dari subjek

penelitian yang satu dengan yang lain, dengan demikian data yang

diperoleh dapat diakui kebenarannya. Pada penelitian ini pemeriksaan

keabsahan data akan mengacu pada kriteria-kriteria sebagai berikut:

kredibilitas, keteralihan, kebergantungan dan kepastian. Setiap kriteria

ini menghendakit teknik keabsahan pemeriksaan data yang berbeda satu

dengan yang lainnya.

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk memeriksa

keabsahan data, antara lain:

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantukan

konsep kualitatif. Fungsi derajat kepercayaan yaitu pertama,

penemuannya dapat dicapai. Kedua, mempertunjukan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh


61

peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti. Kriteria derajat

kepercayaan diperiksa dengan beberapa teknik pemeriksaan, yaitu:

a) Triangulasi

Triangulasi berupa untuk mengecek kebenaran data dan

membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lian,

pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang

berlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun tringulasi

yang dilakukan dengan tiga macam teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber data, tringulasi teknik, dan

tringulasi waktu.

Berdasarkan hasil tringulasi tersebut, maka akan sampai

pada salah satu kemungkinan yaitu apakah data yang diperoleh

ternyata konsisten, tidak konsisten, atau berlawanan.

Selanjutnya mengungkapkan gambaran yang lebih mengenai

gejala yang diteliti.

b) Kecukupan Referensial

Yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-

catatan, atau rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai

referensi dan patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis

dan penafsiran data.

2. Keteralihan (Transferability)
62

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada pengamatan

antara konteks pengirim dan penerima. Untuk memlakukan pengalihan

tersebut, seorang peneliti perlu mencari dan mengumpulkan data

kejadian dalam kenteks yang sama.

G. Analisa Data Secara Kualitatif

Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif

yang di lakukan untuk mengindentifikasi pemahaman implementasi

rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni di Desa Alamendah

Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung. Penelitian desktriptif

adalah penelitian yang didasarkan data desktiptif dari status, keadaan,

sikap, hubungan atau sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi

objek penelitian. Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh

dalampenelitian ini, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data

yang terkumpul dengan menganalisis data, mendeskripsikan data, serta

mengambil kesimpulan. Untuk menganalisis data ini menggunakan

teknik analisis data kualitatif, karena data-data yang diperoleh

merupakan kumpulan keterangan-keterangan. Proses analisis data

dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, setelah selesai pengumpulan data

dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan

analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila jawaban yang


63

diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga datanya

sudah tidah jenuh. Terdapat 3 (tiga) langkah dalam analisis data

kualitatif, yaitu:

1. Reduksi Data (Reducation Data)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemisahan,

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

Laporan atau data yang diperoleh dilapangan akan dituangkan

dalam bentuk uraian yang lengkap dan terperinci. Data yang

diperoleh dari lapangan jumlahnya akan cukup banyak, sehingga

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal hal pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, serta dicari tema dan polanya.

2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data dilakukan dengan tujuan untuk

mempermudah peneliti dalam melihat gambaran secara

keseluruhan ataua bagian tertentu dari penelitian. Penyajian data

dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil wawancara yang

dituangkan dalan bentuk uraian dengan teks naratif, dan

didukung oleh dokumen-dokumen, serta foto-foto maupun

gambar sejenis untuk diadakan suatu kesimpulan.


64

3. Penarikan Kesimpulan (concluting Drawing)

Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara

terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu

selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk

menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-

hal yang sering timbul. Dalam penelitian ini, penarikan

kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dari

rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini adalah gambar dari

analisis data dan model interaktif menurut Miles dan huberman

dalam Sugiyono (2007:189):8

GAMBAR III.01
ANALISIS MODEL INTERAKTIF

Pengumpulan data Penyajian data (data


display)

Redukasi data (reduction Penarikan kesimpulan


data) (verification)

Sumber: Sugiyono (2007)

8
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung, Alfabeta. 2007)hlm.189
65

H. Jadwal Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan penulis lakukan untuk melakukan

pengamatan dan pengumpulan data dalam pembuatan Skripsi ini adalah

di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

2. Jadwal Penelitian

Dalam Penelitian yang dilakukan, Penulis membuat tabel jadwal

penelitan yang dapat dilihat pada tabel III.02 berikut:

TABEL III.02
JADWAL PENELITIAN

Waktu
No Kegiatan
Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
a. Studi
Kepustak
aan
b. Pra
Penelitian
c. Penulisan
Usulan
Penelitian
d. Seminar
Usulan
Penelitian
e. Pengurusa
n Surat
Izin

f. Penelitian
Penelitian Lapangan
66

a. Observasi
2 b. Wawanca
ra
c. Dokumen
tasi
3 Analisis
Data dan
Penulisan
Skripsi
4
Sidang
Sumber : Rencana Penulis, Januari 2022
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tentang Desa Alamendah

Desa Alamendah adalah salah satu Desa Agronomi yang berada

disebelah selatan Ibukota Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat dengan

kondisi alam pegunungan yang sejuk, luas wilayah Desa Alamendah sekitar

505,6 ha dihuni oleh 7.054 Kepala Keluarga atau 22.430 jiwa yang

berbatasan langsung dengan:

Sebelah Utara : Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey

Sebelah Timur : Desa Sugihmukti Kecamatan Pasirjambu

Sebelah Selatan : Desa Patengan Kecamatan Rancabali

Sebelah Barat : Desa Lebakmuncang Kecamatan Ciwidey

Desa Alamendah secara kewilayahan sebagai berikut :

• Letak geografis antara 7 , 11’ , 0” – 7 , 15’ , 0” BT dan 107 , 15’ , 0” –

s/d 107 , 2’ , 2”

• Topografi Desa Alamendah secara keseluruhan berada pada ketinggian

antara 1200 s/d 1550 dpl dengan topografi bervareasi dari dataran, landai,

dan berbukit.

• Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmit Ferquson termasuk

kedalam tata iklim dengan curah hujan rata-rata 2150 mm/th curah hujan

terbesar antara bulan September s/d Januari dan terkecil antara bulan

62
68

Maret s/d Juli.

• Hidrologi keadaan sumber air yang masuk kedalam Desa Alamendah masih

cukup baik.

GAMBAR IV.01.
PETA DESA ALAMENDAH
P E TA W IL AYA H
D ESA A L A M EN D A H
K E C A M ATA N R A N C A B A LI K A B U PATE N B A N D U N G

DESA PANUNDAAN

RW.21
CIBARIBIS
RW.20
PANCURANLUHUR

RW.27
ARCA RW.28
CIKONENG

RW.24 RW.26
WARUNGPALU
CIKAREO

RW.30 RW.07
RW.25 LANGKOB
CILASTARI II KARAMAT
DESA RW.19
PASIRLUHUR
LEBAKMUNCANG RW.08
RW.22 SINDUR
CITALAHAB

RW.23
RW.18 CILASTARI I DESA
LEGOK KONDANG SUGIH MUKTI

RW.09
RW.17 CIASIN
BABAKAN JAMPANG I
RW.1 5 BABAKAN
RW.29
J AM PANG III
NGAUBAN
RW.13
DATAR PUSPA
RW.10
CIBURIAL RW.06
RW.12 CIPANAWA
SINAPEUL I
RW.11
SINAPEUL II

RW.02 RW.04
RW.01 BARUTUNGGUL II MEKARBARU RW.05
BARUTUNGGUL I RW.03 CIBODAS
MEKARBARU

KAWASAN PERHUTANI

DESA PATENGAN

JALAN PROPINSI

JALAN KABUPATEN
JALAN DESA
BATASKECAMATAN
BATASRW.
U
KANTOR DESA

UPTD YANKESRANCABALI

PASAR WISATA

LAPANG SEPAKBOLA

WANAWISATAKAWAH PUTIH

PONDOKPESANTREN AL-ITTIFAQ

PATUHARESORT

HOTEL &RESTAURANT KAMPOENG STRAWBERRY C Sekdes-AE/Peta Wilayah-2010

Sumber : Profil Desa Alamendah

Desa Alamendah sendiri memiliki arti yang dalam bahasa Indonesia

berarti Alam yang indah, dimana dulu suasana alam di Desa Alamendah
69

begitu indah, dan pada tahun 1978 terbentuklah Desa Alamendah hasil

pemekaran wilayah dari Desa Ciwidey dengan Kepala Desa hasil pemilihan

pertama kali pada waktu itu adalah Bapak Ohan Burhanuddin untuk Periode

Tahun 1978-1988 dan sampai saat ini telah terjadi sebanyak 7 kali dan yang

terakhir di jabat oleh Bapak H. Awan Rukmawan.

Dalam tatanan Pemerintahan, sejarah berdirinya Desa Alamendah

memiliki nilai historis yang cukup panjang, Dulu pada tahun 1977 Desa

Alamendah masih berada di wilayah Desa Ciwidey dengan kecamatannya

Ciwidey. Desa Alamendah sendiri memiliki ari yang dalam dalam bahasa

Indonesia berarti Alam yang indah, dimana dulu suasana alam di Desa

Alamendah begitu indah, pada tahun 1978 terbentuklah Desa Alamendah

hasil pemekaran wilayah dari Desa Ciwidey dengan kepala Desa hasil

pemilihan pertama kali pada waktu itu adalah Bapak Ohan Burhanuddin

untuk Periode Tahun 1978-1988.

Semenjak terbentuknya Desa Alamendah maka kepemimpinan

Kepala Desa Alamendah sampai dengan saat ini telah terjadi sebanyak 5 kali

pergantian dengan rincian sebagai berikut :

TABEL IV.01.
KEPALA DESA ALAMENDAH

No Nama Periode

1 Zein Sunarya 1988 s/d 1998

2 H.Achmad Syamsudin 1998 s/d 2002

3 H.Aep Rochmat 2002 s/d 2007


70

4 Endang Darmana 2007 s/d 2018

5 H.Awan Rukmawan 2012 s/d 2018

6 H.Awan Rukmawan 2019 s/d 2025

Sumber : Profil Desa Alamendah

Mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai Petani

sebesar dan Buruh Tani, Produk hasil pertanian saat ini yang menjadi

unggulan adalah Budidaya tanaman Strawberry dan Sayur Mayur serta

potensi Pariwisata, Selain bermata pencaharian sebagaimana diatas terdapat

juga masyarakat yang bergerak dalam bidang Home Industri (UKM) olahan

hasil budidaya Strawberry dan kerajinan perdagangan, Jasa Perbengkelan,

Peternakan Sapi Perah, Jasa Angkutan, Buruh Pabrik, PNS (Pegawai Negeri

Sipil), TNI/POLRI dan Wiraswasta lainnya.

Berikut data penduduk menurut mata pencaharian berdasarkan data dari

profil Desa Alamendah :

TABEL IV. 02.


MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA ALAMENDAH

No Mata Pencaharian Jumlah


Orang
1 Petani Pemilik Tanah 2.050
2 Petani Penggarap Tanah 2.466
3 Buruh Tani 5.942
4 Pengusaha Sedang/Besar 35
5 Pengrajin/Industri Kecil 55
6 Buruh Industri 264
7 Buruh Bangungan 127
71

8 Pedagang 1.276
9 Pengangkutan 77
10 Pegawai Negeri Sipil 520
11 TNI/POLRI 520
12 Pensiunan PNS/TNI/POLRI/BUMN 11
13 Peterbak 254
Sumber : Profil Desa Alamendah

Dari data diatas terbukti bahwa mayoritas mata pencaharian

penduduk Desa Alamendah adalah sebagai petani dan buruh tani.

Maka dengan melihat kondisi demikian, Desa Alamendah memiliki

potensi yang cukup baik Sumberdaya Alam (SDA) maupun Sumberdaya

Manusia (SDM) untuk dijadikan sebagai modal dasar dalam rangka

penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan, dan Pemberdayaan

Masyarakat, selain itupada era kepemimpinan Kepala Desa saat ini yaitu

Bapak H. Awan Rukmawan, terdapat perubahan yang sangat signifikan baik

tatanan pemerintahan serta unsur maupun elemen pendukung terhadap

penyelenggaraan pemerintah seiring dengan perubahan wilayah dan

peraturan perundang-undangan serta realisasi dari Visi dan Misi Kepala

Desa, yaitu terbentukknya beberapa lembaga kemasyarakatan diantaranya :

1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

2. Lembaga Pemberdaya Masyarakat (LPM)

3. Rukun Warga (RW) sebanyak 30 RW

4. Rukun Tetangga (RT) sebanyak 112 RT

5. Lembaga Pemberdaya Pemuda (LPP)

6. BUMDes
72

7. PUSKESOS

8. Desa Wisata

9. Karang Taruna

10. PKK

11. Ikatan Remaja Masjid (IRMAS)

12. Dewan Keluarga Masjid (DKM)

Visi Desa Alamendah berdasarkan kondisi saat ini dan tantangan

yang dihadapi dalam 6 (enam) tahun mendatang serta dengan

mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki, maka Visi pembangunan

Desa Alamendah tahun 2020 s/d 2025 adalah “Terwujudnya Desa

Alamendah Yang Lebih Maju, Melalui Peningkatan Ekonomi Dan Sumber

Daya Manusia Dengan Kepedulian Sosial Masyarakat Melalui Pemantapan

Pembangunan Di Berbagai Bidang, Berlandaskan Religious, Kurtutal Dan

Kearifan Local”

Desa Alamendah merupakan Desa dengan keanekaragaman potensi

di segala bidang dan saat ini berstatus sebagai desa maju dengan target

menuju percontohan desa mandiri di Kabupaten Bandung, Hal ini di

tunjukan dan di implementasikan melalui Misi yaitu :

.1. Meningkatkan professional pelayanan kepada masyarakat

2. Peningkatan dan percepatan ekonomi masyarakat

3. Gaji Kepala Desa selama 6 (enam) tahun kedepan akan diberikan untuk

modal usaha masyarakat desa

4. Memiliki objek wisata desa untuk peningkatan pendapatan desa untuk


73

kesejahteraan masyarakat

5. Membuka peluang usaha bagi kaum milenial

6. Memfasiliitasi lapangan pekerjaan bagi kaum milenial

7. Memantapkan pembangunan di segala bidang

8. Melaksanakan amanah dari masyarakat dengan jujur, adil dan bijaksana

serta tanggung jawab.

a. Keadaan Penduduk

Kondisi demografis adalah suatu kondisi dinamika kependudukan,

meliputi ukuran, struktur, dan distribuysi penduduk, serta bagaimana

jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian,

migrasi serta penuaan. Kondisi demografis juga dapat diartikan sebagai

suatu wilayah yang mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu

wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah persebaran dan komposisi

penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah

karena disebabkan oleh proses demografi yakni kelahiran (fertilitas),

kematian (mortilitas) dan juuga migrasi atau perpindahan penduduk.

Jumlah kepala keluarga di Desa Alamendah tahun 2022 ini sebanyak

7.054 KK, berikut data kependudukan berdasarkan jenis kelamin di

Desa Alamendah.

TABEL IV. 03.


JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin Jumlah


74

Laki-laki 11.254 Orang


Perempuan 11.176 Orang
Total 22.430 Orang
Sumber : Profil Desa Alamendah

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa di Desa Alamendah ini

lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Matoritas agama di Desa Alamendah ini Islam, yaitu :

TABEL IV. 04.


PENDUDUK MENURUT AGAMA

Agama Jumlah
Islam 22.418
Kristen 12
Hindu -
Budha -
Konghucu -
Sumber : Profil Desa Alamendah
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas agama di

Desa Alamendah ini adalah Islam.

Kemudian penduduk menurut tingkap pendidikan diantaranya :

TABEL IV. 05.


PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

Pendidikan Jumlah

Belum Sekolah 2.339 Orang

Tidak Tamat Sekolah 125 Orang

Tamat Sekolah Dasar 5.394 Orang

Tamat Sekolah Menengah Pertama 2.973 Orang


75

Tamat Sekolah Menengah Atas 2.163 Orang

Tamat Akademis 101 Orang

Tamat Perguruan Tinggi 52 Orang

Buta Huruf 30 Orang

Sumber : Profil Desa Alamendah

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan berbagai komponen kerja dalam

sebuah organisasi yang ada di masyarakat. Adanya struktur organisasi

bertujuan untuk menjadi pemisah kegiatan pekerjaan antara satu orang

dengan orang lainnya. Berikut ini struktur organisasi Desa Alamendah.

GAMBAR IV.02.
STRUKTUR ORGANISASI DESA ALAMENDAH

Sumber : Profil Desa Alamendah

c. Tupoksi Perangkat Desa Alamendah

Tugas pokok dan fungsi merupakan kesatuan yang konsisten antara


76

tugas pokok dan fungsi. Hukum dan peraturan sering menyatakan

bahwa organisasi menjalankan fungsi untuk mencapai tujuan utamanya.

Secara organisasi/struktural Desa Alamendah terdiri dari :

1. Kepala Desa

Kepala desa adalah kepala pemerintahan desa yang membawahi

penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala desa bertanggung

jawab atas penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan

pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa, dan penguatan

masyarakat desa. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala

desa mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa

b. Mengangkat dan memberhentikan Perangkat Desa

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa

d. Menetapkan peraturan Desa

e. Menetakan APB Desa

f. Membina kehidupan masyarakat Desa

g. Membina ketenteraman dan ketertiban Desa

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa

i. Mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala

produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa

j. Mengembangkan sumber pendapatan desa

k. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagai kekayaan

negara guna menigkatkan kesejahteraan masyarakat desa


77

l. Mengembangkan kehidupan sosial masyarakat desa\

m. Mengembangkan dan membina kebudayaan masyarakat desa

n. Memanfaatkan teknologi tepat guna

o. Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

p. Mengadakan Kerjasama dengan pihak lain sesuai peraturan

sesuai peraturan perundang-undangan

q. Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Desa mempunyai hak

a. Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintahan

Desa

b. Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa

c. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan

penerimaan lainnya yang sah serta mendapat jaminan Kesehatan

d. Mendapatkan cuti

e. Mendapatkan perlindungan hukum atas kebijaksanaan yang

dilaksanakan

f. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya

kepada Perangkat Desa

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Desa mempunyai

kewajiban :
78

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melakanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa

d. Mentaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan

e. Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender

f. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,

transparan, professional, efektif dan efisien,bersih,serta bebas

dari kolusi,korupsi dan nepotisme

g. Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku

kepentingan Desa

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan Desa yang baik

i. Mengelola keuangan dan asset Desa

j. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

Desa

k. Menyelesaikan perselisihan masyarakat Desa

l. Mengembangkan kehidupan sosial masyarakat Desa

m. Memberdayakan masyarakat dan Lembaga kemasyarkatan di

Desa

n. Mengembangkan dan membina kebudayaan kemasyarakatan

Desa
79

o. Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa

p. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup

q. Memberikan informasi kepada masyarakat Desa

Dalam melaksanakan tugas, fungsi, kewenangan, hak dan kewajiban

Kepala Desa wajib :

a. Menyampaikan laporan pemnyelenggaraan pemerintahan desa

setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati

b. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa

pada akhirmasa jabatan Bupati

c. Memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan

desa secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran

d. Memberikan dan/atau menyebarluaskan informasi

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarkat setiap

akhir tahun anggaran.

2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Sabagaimana termuat dalam Pasal 31 Permendagri 110/2016 Badan

Permusyawaran Desa mempunyai fungsi :

a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa

bersama Kepala Desa

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa

c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa

3. Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD)


80

Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 18 Tahun 2018 (Permenda-

gri No.18/2018) wacana forum Kemasyarakatan Desa dan lembaga

norma Desa, serta Peraturan menteri dalam Negeri nomor 5 Tahun

2007 (Permendagri No. 5/2007) ihwal panduan Penataan lembaga

Kemasyarakatan bahwa yang dimaksud dengan forum Kemasyarak

atan Desa atau LKD adalah forum yang dibentuk sang warga sesuai

dengan kebutuhan serta ialah mitra Pemerintah Desa pada member

dayakan rakyat.

LKD adalah wadah partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam p

erencanaan, pelaksanaan serta pengawasan pembangunan, dan men

ingkatkan pelayanan masyarakat desa. LKD dibentuk atas prakarsa

warga yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa melalui musyawarah

consensus kemudian ditetapkan dalam Peraturan Desa dengan

berpedoman pada Peraturan Kabupaten. Fungsi dari LKD antara

lain :

a. Membantu pemerintahan Desa dan merupakan mitra dalam

memberdayakan masyarakat Desa

b. Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif

c. Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara,

dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif

d. Menggerakan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong,


81

dan swadaya

e. Menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam

rangka oemberdayaan masyarakat.

4. Sekretaris Desa

Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pimpinan Sekretaris

Desa. Sekretaris Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam

bidang administrasi pemerintahan. Untu melaksanakan tugas

sebagaimana yang dimaksud, Sekretaris Desa mempunyai fungsi :

a. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti naskah,administrasi

surat menyurat,arsip,dan ekspedisi.

b. Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi

perangkat desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor,

penyiapan rapat, pengadministrasian asset, inventarisasi,

perjalanan dinas, dan pelayanan umum

c. Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi

keuangan, administrasi sumber-sumber pendapatan dan

pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan administrasi

penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan Lembaga

peremintahan desa lainnya.

d. Melaksanakan urusan perencanaan seperti Menyusun rencana

anggaran pendapatan dan belanja desa, rangka pembanungan,

melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan

laporan.
82

e. Melaksanakan buku administrasi desa sesuai dengan bidang

tugas Sekretaris Desa atau sesuai dengan keputusan Kepala

Desa.

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa dan

Pemerintahan yang lebih tinggi.

5. Kepala Urusan Umum

Kepala urusan umum berkedudukan sebagai unsur staf secretariat.

Kepala urusan umum bertugas membantu Sekretaris Desa dalam

urusan pelayanan administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang

diberikan oleh atasan. Untuk melaksanakan tugas kepala urusan

umum mempunyai fungsi :

a. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah dinas

b. Melaksanakan administrasi surat menyurat

c. Melaksanakan arsiparis dan ekspedisi pemerintahan Desa

d. Melaksanakan penataan administrasi Perangkat Desa

e. Penyediaan prasarana perangkat Desa dan Kantor

f. Penyiapan rapat-tapat

g. Pengadministrasian asset desa

h. Pengadministrasian inventarisasi desa

i. Pengadministrasian perjalanan dinas

j. Melaksanakan pelayanan umum

6. Kepala Urusan Keuangan


83

Kepala urusan keuangan berkedudukan sebagai unsur staf skretariat.

Kepala urusan perencanaan bertugas membantu Sekretaris Desa

dalam urusan pelayanan administrasi pendukung pelaksanaan tugas-

tugas pemerintahan. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang

diberikan oleh atasan. Untuk melaksanakan tugas kepala urusan

keuangan mempunyai fungsi :

a. Mengkoordinasikan urusan perencaan Desa

b. Menyusun RAPBDes

c. Menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan Desa

d. Melakukan monitoring dan evaluasi program Pemerintahan

Desa

e. Menyusun rencana pembangunan jangka menengan desa

(RPJMDesa) dan rencana kerja pemerintah desa (RKPDes)

f. Menyusun laporan kegiatan Desa

g. Melaksanakan tugas-tugas kadinasan lain yang diberikan oleh

atasan

7. Kepala Urusan Perencanaan

Kepala urusan perencanaan berkedudukan sebagai unsur staf

secretariat. Kepala urusan perencanaan bertugas membantu

Sekretaris Desa dalam urusan pelayanan administrasi pendukung

pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Melaksanakan tugas-tugas


84

kedinasan lain yang diberikan oleh atasan. Untuk melaksanakan

tugas kepala urusan perencanaan mempunyai fungsi :

a. Mengkoordinasikan urusan perencaan Desa

b. Menyusun RAPBDes

c. Menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan Desa

d. Melakukan monitoring dan evaluasi program Pemerntahan Desa

e. Menyusun rencana pembangunan jangka menengah desa

(RPJMDes) dan rencana kerja pemerintahan desa (RKPDesa)

f. Menyusun laporan kegiatan Desa

g. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh

atasan

8. Kepala Seksi Pelayanan

Kepala seksi pelayanan berkedudukan sebagai unsur pelaksana

teknis di bidang kesejahteraan. Kepala seksi pelayanan bertugas

membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional di

bidang pelayanan. Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi

Pelayanan mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan

hak dan kewajiban masyarakat Desa

b. Meningkatkan upaya partisipasi masyarakat Desa

c. Melaksanakan pelestarian nilai sosial budaya masyarakat Desa

d. Melaksanakan pelestarian nilai sosial budaya, keagamaan dan

ketenagakerjaan masyarakat Desa


85

e. Melaksanakan pekerjaan teknis pelayanan nikah, talak, cerai,

dan rujuk

f. Melaksanakan pekerjaan teknis urusan kelahiran dan kematian

g. Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana perdesaan

h. Melaksanakan pembangunan bidang pendiikan

i. Melaksanakan pembangunan bidang kesehatan

9. Kepala Seksi Pemerintahan

Kepala seksi pemerintahan berkedudukan sebagai unsur pelaksana

teknis di bidang kesejahteraan. Kepala seksi pemerintahan bertugas

membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional di

bidang pemerintahan. Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi

Pemerintahan mempunyai fungsi :

a. Melaksanakan manajemen tata praja Pemerintahan Desa

b. Menyusun reancangan regulasi Desa

c. Melaksanakan pembinaan masalah pertahanan

d. Melaksanakan pembinaan ketenteraman dan ketertiban

masyarakat Desa

e. Melaksanakan upaya perlindungan masyarakat Desa

f. Melaksanakan pembinaan masalah kependudukan

g. Melaksanakan penataan dan pengelolaan wilayah Desa

h. Melaksanakan pendataan dan pengelolaan Profil Desa

i. Melakukan tugas-tugas kedinasan yang diberikan oleh atasan

10. Kepala Seksi Kesejahteraan


86

Kepala seksi Kesejahteraan berkedudukan sebagai unsur pelaksana

teknis di bidang kesejahteraan. Kepala seksi kesejahteraan bertugas

membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional di

bidang Kesejahteraan. Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi

Kesejahteraan mempunyai fungsi :

a. Melaksanakan tugas sosialisasi serta motibasi masyarakat di

bidang sosial budaya

b. Melaksanakan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di

bidang ekonomi

c. Melaksanakan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di

bidang politik

d. Melaksanakan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di

bidang lingkungan hidup

e. Melaksanakan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di

bidang pemberdayaan keluarga

f. Melaksanakan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di

bidang pemuda, olah raga, dan karang taruna

g. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh

atasan

11. Kepala Dusun

Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur satuan tugas

kewilayahan yang bertugas membantu Kepala Desa dalam

pelaksanaan tugasnya di wilayahnya. Untuk melaksanakan tugas


87

Kepala Dusun memiliki fungsi :

a. Pembinaan ketenteraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya

perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan

penataan dan pengelolaan wilayah

b. Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya

c. Melaksanakan pembinaan kemasyrakatan dalam meningkatkan

kemapuan dan kesadaran msyarakat dalam menjaga

lingkungannya

d. Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam

menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Desa


88

2. Keabsahan Data

Validitas data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar penelitian ilmiah dan untuk menguji data yang

diperoleh. Keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi pengujian,

reliabilitas, keterhubungan, reliabilitas, dan konfirmabilitas (Sugiyono

2007:270). Dalam penelitian ini mengenai Implementasi Program

Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Di Kabupaten

Bandung (Study Kasus Di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali)

menggunakan jenis dan analisis data melalui pendekatan metode kualitatif.

Dalam pendekatan kualitatif maka data yang diperoleh berbentuk kata-kata

dan kalimat berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian,

observasi lapangan, studi dokumentasi, dan studi literatur yang relevan

dengan fokus penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi tidak

berperan serta (non partisipan), dimana peneliti tidak terlibat dalam

pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni di Desa

Alamendah. Selain observasi, peneliti melakukan wawancara untuk

mengumpulkan data. Wawancara oleh peneliti menggunakan teknik

wawancara tidak terstruktur. Artinya peneliti tidak melakukan wawancara

sesuai dengan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan

lengkap. Peneliti hanya melakukan wawancara dengan menanyakan secara

garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Hal ini dimaksud agar
89

proses wawancara berlangsung secara alami dan mendalam sehingga

mendapatkan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti.

Kemudian pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan

menggunakan studi kasus. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat focus

terhadap permasalahan program yang akan diteliti. Hasil pengumpulan data-

data tersebut kemudian di analisis menggunakan teknik analisis data

kualitatif sehingga data-data tersebut dapat menghasilkan suatu pemahaman

baru.

Adapun dalan penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan

oleh peneliti seperti yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya,

menggunakan model yang dikembangkan Yulianto Kadjie (2015:86), yakni

pendekatan menalitas (mentality approach), pendelatan system (systems

approach), pendekatan jejaring kerja sama (networking approach).

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pendekatan mentalitas, yaitu

meneliti mental dari perangkat Desa Alamendah terhadap program rumah

tidak layak huni ini dan meneliti mental masyarakat yang sudah

mendapatkan dana bantuan rumah tidak layak huni dan yang belum

mendapatkan, kemudian pendekatan system yaitu meneliti system dari

program rumah tidak layak huni di Desa Alamendah ini dijalankan, dan

pendekatan jejaring Kerjasama yaitu meneliti apakah dalam program rumah

tidak layak huni ini menjalin kerjasama dengan pihak luar.


90

3. Deskripsi Variable Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2007).

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independent variable) atau

variabel X adalah variabel yang dipandang sebagai penyebab munculnya

variabel terikat yang diduga adalah akibat. Sedangkan variabel terikat

(dependent variable) atau variabel Y adalah variabel (akibat) yang

dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dan variabel-variabel

bebas. Umumnya merupakan kondisi yang ingin kita ungkapkan dan

jelaskan (Kerlinger, 1992:58).

1. Variabel Bebas (Independent) : Implementasi Program (X)

2. Variabel Terikat (Dependent) : Rumah Tidak Layak Huni (Y)

B. Pembahasan

1. Interpretasi Peneliti Terhadap Dimensi-Dimensi Penelitian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Interpretasi adalah

pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu

tafsiran. Sedangkan dimensi-dimensi yang di maksud merupakan indicator

dari teori yang diambil oleh peneliti guna sebagai acuan terhadap masalah

yang akan diteliti. Dimensi atau indikator yang dilakukan oleh peneliti

menggunakan teori Implementasi yang dikembangkan oleh Yulinato


91

Kadjie (2015:86) yaitu MSN-Approach (Mentality Approach, System

Approach, Networking Approach) yang sudah di jelaskan dibab

sebelumnya.

Masalah yang diteliti disini yaitu tentang Implementasi Program

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RUTILAHU) DI

Kabupaten Bandung (Studi Kasus Di Desa Alamendah Kecamatan

Rancabali). Program rumah tidak layak huni ini adalah program

pemberdayaan masyarakat miskin atau dengan pendapatan menengah ke

bawah. Sehingga pada akirnya harkat dan martabat masyarakat miskin dapat

terangkat.

Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada aspek fisik rumah yang

menyehatkan bagi penerima bantuan dana rumah tidak layak huni ini, tapi

jauh lebih penting bagaimana membangun kapasitas kelompok masyarakat

miskin ini memahami dan menyadari bahwa pentingnya tempat tinggal yang

layak huni dari aspek sosial dalam lingkungan keluarga maupun dari aspek

kekuatan rumah. Tujuan utama program ini adalah dapat mengatasi masalah

kemiskinan yang dirasakan oleh sebagian masyarakat.

Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Rehabilitasi

Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RUTILAHU) DI Kabupaten Bandung

(Studi Kasus Di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali), maka peneliti

melakukan 3 (tiga) penilaian dari implementasi kebijakan yang

dikembangkan oleh Yulianto Kadjie (2015:86) yaitu Mentality, System,

Networking:
92

a. Mentality (Pendekatan Mental)

Pada dasarnya setiap program yang dijalankan baik oleh

pemerintah, swasta, maupun masyarakat, tentu ada namanya

keputusan akhir untuk menjalankan program tersebut. Di mana

keputusan akhir ini diputuskan oleh petinggi-petinggi dalam suatu

organisasi.

Begitu pula dengan program rumah tidak layak huni yang

dalam pelaksanaannya harus ada yang memutuskan program ini

akan dijalankan untuk siapa dan dimana. Dengan metode

pendekatan mental ini (Mentality Approach) peneliti mewawancarai

berbagai pihak petinggi dari program rumah tidak layak huni ini

untuk mengetahui apakah program ini ditujukan sesuai dengan

sasaran atau tidak. Ketua LPM (Lembaga Pemberdaya Masyarakat)

sekaligus penanggung jawab program Rumah Tidak Layak Huni

Wahyudin mengaktan :

“Untuk sejauh ini program rumah tidak layak huni di Desa


Alamendah ini cukup baik, tidak ada faktor kedekatan
masyarakat dengan petugas rumah tidak layak huni, Jadi
semuanya murni dari hasil survey petugas ataupun pengajuan
oleh RT/RW setempat”. (Wawancara/Selasa, 06
September/Pukul 18.30 WIB/wawancara tersebut dilakukan di
Rumah Bapak Wahyudin).

Berdasarkan hasil wawancara dari ketua LPM (Lembaga

Pemberdaya Masyarakat) di atas, diketahui bahwa pelaksanaan

program rumah tidak layak huni di Desa Alamendah ini berjalan

dengan baik tanpa adanya unsur kedekatan antara masyarakat


93

dengan pejabat rutilahu. Begitupun dengan Kepala Desa Alamendah

yaitu Bapak Awan Rukmawan mengakatan bahwa :

“Bantuan rumah tidak layak huni di Desa Alamendah ini


sudah berjalan sesuai prosedur, jadi program ini dijalankan
berdasarkan pengajuan RT/RW atau masyarakat setempat,
dan langsung disurvey oleh pihak LPMD”.
(Wawancara/Jumat, 26 Agustus Pukul 13.45 WIB/wawancara
tersebut dilakukan di Kantor Desa Alamendah).
Namun ada juga masyarakat yang menyebutkan bahwa

bantuan dana rumah tidak layak huni ini belum tersampaikan kepada

seluruh masyarakat yang membutuhkan, seperti kata Ibu Neng dari

RW 01 yang menyebutkan bahwa :

“Rumah saya sudah di survey dari dulu namun sampai saat


ini masih belum mendapatkan dana ini”. (Wawancara
Jumat/26 Agustus Pukul 15.15 WIB/wawancara tersebut
dilakukan di Kediaman Ibu Neng).
Dari wawancara di atas peneliti menemukan masalah dengan

pemilik rumah tidak layak huni ini belum juga mendapatkan dana

bantuan rumah tidak layak huni ini. Kemudian dari Bapak Iwan

Mulyana RW 27 Arca, menyebutkan bahwa :

“Saya kadang suka bertanya-tanya kapan saya akan


mendapatkan bantuan dana ini, cemburu pasti ada, namun
saya juga tidak tahu pasti kenapa saya belum mendapatkan
bantuan dana bangun rumah”. (Wawancara Sabtu/27
Agustus Pukul 16.30 WIB/wawancara tersebut dilakukan di
kediaman Bapak Iwan Mulyana).
Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak

Iwan Mulyana menyimpulkan bahwa masih ada masyarakat yang

belum mengerti. Mental masyarkatpun mudah tergoyah jika belum

mendapatkan dana bantuan ini tanpa menanyakan yang jelas seperti


94

apa program rumah tidak layak huni yang dijalankan di Desa

Alamendah ini. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ade :

“Padahal waktu survey dari pihak Desa rumah saya yang


pertama dilihat, tetapi sampai saat ini masih belum
menerima bantuan dana ini”. (Wawancara Sabtu/27 Agustus
Pukul 16.40 WIB/wawancara tersebut dilakukan di
kediaman Ibu Ade).
Sedangkan menurut Bapak Dadang Suryana selaku anggota

LPM menyebutkan bahwa :

“Jika sudah survey maka akan diajukan ke pihak


perencanaan, kemudian kami dari pihak LPM yang
bertugas di lapangan akan menanyakan kesiapan dari
pihak penerima bantuan dana ini, karena dengan logika
saja dana Rp 17.500.000,- tidak akan cukup untuk
membenahi rumah tidak layak menjadi layak huni,
sehingga masyarakat yang menerima bantuan dana rumah
tidak layak huni ini ditanya kesiapannya karena harus ada
dana swadaya dari masing-masing”. (Wawancara
Jumat/02 September Pukul 18.30 WIB/wawancara
dilakukan di Rumah Bapak Dadang Suryana).
Sebagaimana seperti yang dikatakan oleh Bapak Awan

Rukmawan yaitu :

“Dana bantuan rumah tidak layak huni ini 17.500.000,


sehingga dilibatkan dana swadaya masyarakatnya,
pembangunan ada yang habis 50 juta sampai 70 Juta untuk
pembangunan ”. (Wawancara/Jumat, 26 Agustus Pukul
13.45 WIB/wawancara tersebut dilakukan di Kantor Desa
Alamendah).
Wawancara diatas menyimpulkan bahwa dana rumah tidak

layak huni ini tidak cukup untuk membangun rumah dari 0% sampai

100%, maka dari itu perlu kesiapan dari pihak penerima rumah tidak

layak huni untuk menyiapkan dana swadaya (dana tambahan

masing-masing).
95

b. System (Pendekatan Sistem)

Pendekatan sistem disini dimaksudkan untuk mengetahui

susunan alur kerja dari program rumah tidak layak huni ini

dijalankan di Desa Alamendah. Suatu sistem pada dasarnya

merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah komponen

yang salin berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai suatu

tujuan.

Peneliti kemudian mencari tahu sistem dari program rumah

tidak layak huni di Desa Alamendah ini dijalankan. Salah satunya

adalah menanyakan hal tersebut kepada Bapak Awan Rukmawan.

Beliau memberikan keterangan mengenai sistem yang dijalankan

untuk program ini, seperti keterangannya berikut ini :

“Alurnya ya dari survey LPM atau pengajuan RT/RW


setempat kemudian masuk ke Desa, dari Desa melakukan
pengajuan ke Kabupaten dari Kabupaten diproses
pengajuannya terus setelah itu dana akan cair paling lambat
6 bulan ke rekening LPM Desa Alamendah sebesar
17.500.000 kemudian dari LPM langsung berkoordinasi
dengan penerima manfaat dengan melampirkan laporan-
laporan pengeluaran keuangan itu”. (Wawancara/Jumat, 26
Agustus Pukul 13.45 WIB/wawancara tersebut dilakukan di
Kantor Desa Alamendah).
Kemudian peneliti juga menanyakan kepada sekretaris LPM

yaitu Bapak Deni, beliau memberikan keterangan mengenai sistem

program ini yaitu :

“untuk alur dananya masuk ke rekening LPM Desa kemudian


langsung diberikan kepada masyarakat yang siap menerima
bantuan dana rumah tidak layak huni ”. (Wawancara/Jumat,
96

26 Agustus Pukul 16.00 WIB/wawancara tersebut dilakukan di


Rumah Bapak Deni).
Selain itu Bapak Dadang Suryana juga selaku anggota dari

LPM menyebutkan sistem program ini yaitu :

“Dari RT/RW ke Desa kemudian ke Kabupaten dari


Kabupaten uangnya masuk ke rekening LPM setelah itu
langsung ke masyarakat, kadang kami juga dari pihak LPM
suka membantu membelikan barang yang diperlukan untuk
proses pembangunan ruma sesuai persetujuan dari pihak
penerima manfaat, karena ada sebagian penerima manfaat
yang ingin menggunakan dana ini hanya untuk membeli
barang yang sangat diperlukan untuk proses pembangunan
rumah, contohnya kami suka menanyakan barang apa saja
yang masih bisa dipakai kemudian barang yang tidak bisa di
pakainya kita akan belikan listnya ke pihak took bangunan ”.
(Wawancara Jumat/02 September Pukul 18.30
WIB/wawancara dilakukan di Rumah Bapak Dadang
Suryana).
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

sistem program rumah tidak layak huni di Desa Alamendah ini

adalah dari survey kemudian masuk ke pihak Desa dari pihak Desa

langsung diajukan ke Kabupaten dari Kabupaten menunggu

pencairan dana yang akan langsung di transfer ke rekening LPM

Desa Alamendah setelah itu pihak LPM Desa melakukan proses

pengolahan bantuan dan ini dengan penerima manfaat.

c. Networking (Pendekatan Jejaring Kerjasama)

Pendekatan jejaring kerjasama ini ditujukan untuk

mengetahui apakah program ini ada campur tangan atau kerja sama

dari pihak lain. Dimana hal ini bertujuan untuk melancarkan

program ini dijalankan.


97

Dalam pendekatan jejaring kerjasama peneliti menemukan

adanya jalinan kerjasama sebagaimana yang disebutkan oleh Bapak

Dadang Suryana, yaitu :

“Paling dengan matrial, matrialnya juga diseleksi untuk


mendapatkan harga paling murah agar uang 17.500.000
ini dapat digunakan seefektif mungkin, kadang ada juga
dari partai-partai yang memberikan dana”. (Wawancara
Jumat/02 September Pukul 18.30 WIB/wawancara
dilakukan di Rumah Bapak Dadang Suryana).

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa untuk

menjalankan program rumah tidak layak huni ini diperlukan adanya

jaringan kerjasama dengan toko bangunan untuk memenuhi

kebutuhan berupa barang-barang yang akan digunakan untuk

pembangunan rumah. Selain itu Bapak Kades Awan Rukmawan

juga menyebutkan bahwa :

“Kerjasama untuk saat ini dengan matrial kemudian ada dari


kalangan masyarakat yang berpenghasilan tinggi untuk
memberikan sebagian rezekinya baik barupa uang ataupunn
barang, kemudian saya juga kadang suka membantu, ada juga
dari pihak partai yang membantu memberikan berupa dana
untuk program ini dan juga pribadi kepala desa ”.
(Wawancara/Jumat, 26 Agustus Pukul 13.45 WIB/wawancara
tersebut dilakukan di Kantor Desa Alamendah).

Dalam wawancara yang dilakukan dengan Bapak Awan

Rukmawan dapat disimpulkan bahwa kerjasama dengan program ini

yaitu dengan bantuan dari masyarakat yang berpenghasilan tinggi

untuk membantu kelancaran pembangunan rumah. Selain itu ada


98

juga dari bantuan partai-partai untuk membantu program rumah

tidak layak huni.

2. Temuan Penelitian

Implementasi Program Rumah Tidak Layak Huni di Desa

Alamendah ini berjalan cukup baik, namun peneliti menemukan

beberapa masalah yaitu dari pihak masyarakat yang belum paham

betul dengan program rumah tidak layak huni ini sehingga

menimbulkan kecemburuan sosial dari beberapa masyarakat yang

rumahnya tidak layak huni, kemudian masalah selanjutnya dari

pihak Desa masih belum optimal dalam memberikan sosialisasi

kepada masyarakat terkait program rumah tidak layak huni ini

dikarenakan keterbatasannya anggota LPM (Lembaga Pembedaya

Masyarakat) di Desa Alamendah ini. Seperti yang dikatakan oleh

Bapak Dadang Suryana, yaitu :

“LPM Desa Alamendah itu ada Bapak Wahyudin sebagai


Ketua, Bapak Deni Sebagai Sekretaris, kemudian saya dan
4 anggota lainnya, jadi anggota LPM di Desa Alamendah
ini hanya 7 orang, dan 7 orang ini harus mengurus rutilahu
sebanyak 30 RW”. (Wawancara Jumat/02 September Pukul
18.30 WIB/wawancara dilakukan di Rumah Bapak Dadang
Suryana).
Dari wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa dengan
anggota LPM 7 orang untuk mengurus program rumah tidak
layak huni yang jumlah total RW ada 30 cukup suliy untuk
mencapai optimal dalam sisi sosialisasi.
Peneliti juga menemukan adanya keterlambatan pencairan

dana untuk program ini sehingga pembangunan untuk rumah tidak


99

layak huni di Desa Alamendah ini terbilang masih belum optimal,

sedangkan pencairan dana dari partai-partai terbilang cukup cepat,

seperti yang dikatakana oleh Bapak Wari yang menerima bantuan

rumah ridak layak huni dari partai politik, yaitu :

“Saya mendapatkan bantuan dari partai politik pencairan


dananya juga cukup cepat, kemudian jumlahnya juga
luamayan besar, saya juga dapat 20.000.000”.
(Wawancara/Rabu, 07 September Pukul 17.00
WIB/wawancara tersebut dilakukan di Kampung Arca RW 027
di Rumah Ibu Wari).
Bapak Dadang Suryana dari LPM Desa Alamendah juga
menyebutkan :
“Ada juga masyarakat yang menerima bantuan dana rumah
tidak layak huni ini dari partai politik jumlahnya bisa lebih
besar dari pihak pemerintah ataupun bisa sama, pencarian
dana dari partai politik bisa cepat karena dana langsung
masuk ke rekening LPM dari pihak partai politik”.
(Wawancara Jumat/02 September Pukul 18.30
WIB/wawancara dilakukan di Rumah Bapak Dadang
Suryana).
Dari wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

dana bantuan dari partai politik memang cepat karena dana langsung

di transfer ke rekening LPM Desa dan kemudian dari LPM ke

penerima manfaat.

Kemudian jika ada rumah tidak layak huni yang terkena

musibahi, dan lain sebagainya Bapak Kades Desa Alamendah yaitu

Bapak Awan Rukmawan langsung melakukan survey terhadap

rumah tersebut dan mendapatkan bantuan berupa dana swadaya atau

dana pribadi dari Bapak Awan Rukmawan, seperti dalam

wawancaranya beliau menyebutkan bahwa :


100

“Ada juga program rumah tidak layak huni diluar program


pemerintah yaitu antara bantuan langsung dari pribadi kepala
desa dengan donator yang ada dilingkungan masyarakat
sekitar sehingga Allhamdulillah dengan program tersebut
juga dapat memudahkan tentang solusi kepada rumah yang
memang sangat tidak layak sehingga dapat dengan cepat
dapat diantisipasi sehingga ketika terjadi musibah seperti
kebakaran di Alamendah ini dengan sifat cepat tanggap
bahwa mulai misalkan malam kebakran paginya sudah kita
pasang pondasi dan kurang lebih dengan waktu 2 minggu
rumah yang terkena musibah tersebut dapat terselesaikan ”.
(Wawancara/Jumat, 26 Agustus Pukul 13.45 WIB/wawancara
tersebut dilakukan di Kantor Desa Alamendah).

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

mental dari Kepala Desa Alamendah ini cukup baik dengan

sifat cepat tanggapnya untuk menjadi solusi bagi masyarakat

yang rumahnya tidak layak.


101

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka

penyimpulan akhir tentang Implementasi Program Rehabilitasi Sosial Rumah

Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kabupaten Bandung (Study Kasus di Desa

Alamendah Kecamatan Rancabali) masih belum berjalan baik. Berdasarkan hasil

penelitian, maka peneliti menyimpulkan bahwa :

Dalam aspek mental, belum sepenuhnya masyarakat mengetahui tentang

program rumah tidak layak huni ini, seperti ada beberapa masyarakat yang

cemburu sosial dengan masyarkat lain yang sudah mendapatkan dana bantuan

rumah tidak layak huni ini, kemudian dari pihak Desa Alamendah pun belum

sepenuhnya melakukan sosialisasi dengan baik terkait program rumah tidak layak

huni ini, dan mental kepala Desa Alamendah dalam program ini cukup baik dengan

sifat cepat tanggapnya beliau bersedia membantu masyarakat yang terkena

musibah seperti kebakaran dengan cara mengeluarkan dana pribadinya untuk

proses pembangunan rumah tidak layak huni.

Dalam aspek sistem, dalam aspek system berjalan cukup baik dengan

langkah pertama melakukan survey kemudian diajukan ke pihak Desa kemudian

dari Desa diajukan ke pihak Kabupaten dari pihak Kabupaten menunggu pencairan

dana yang akan dialirkan melalui rekening Lembaha Pemberdaya Masyarakat Desa

(LPMD) kemudian dari LPMD langsung ke pihak penerima manfaat dengan total

dana Rp 17.500.000, namun dengan dana tersebut tentu membangun rumah tidak

akan 100% beres sehingga perlu adanya dana tambahan dari pihak masyarakat

yang disebut dana swadaya.


102

Dari aspek jejaring kerjasama, sudah cukup baik bekerja sama dengan

pihak toko bangunan sehingga dana yang begitu terbatas dapat mendapatkan harga

barang yang cukup murah sehingga dana Rp 17.500.000 dapat digunakan secara

efektif dan tepat sasaran, kemudian ada juga dana bantuan dari pihak partai politik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian di atas,

maka peneliti memberikan saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dan

pertiimbangan bagi pihak Desa Alamendah dalam pelaksanaan program

rumah tidak layak huni. Adapaun saran dari peneliti yaitu :

1. Para petinggi program rumah tidak layak huni di Desa Alamendah perlu

melakukan sosialisasi terhadap masyarakat agar masyarakat lebih

memahami program ini sehingga tidak menimbulkan kecemburuan

sosial

2. Dari pihak masyarakat perlu aktif dalam mengetahui program rumah

tidak layak huni di Desa Alamendah.


103

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku
KADJI, Yulianto

2015 Formulasi Dan Implementasi Kebijakan Publik

Kepemimpinan dan Perilaku Birokrasi Dalam Fakta

Realitas. Gorontalo. UNG Pess.

WIDIATI, Sri

2010. Rehabilitasi.

PASOLONG, Harbani

2019. Teori Administrasi Publik. Bandung, Alfabeta.

ABDUSSAMAD, Zuchri

2021. Metode Penelitian Kualitatif. Makasar, Syakir Media Press.

TACHJAN, H.

2006. Implementasi Kebijakan Publik, Bandung, AIPI Bandung.

RAHMADI.

2011. Pengantar Metodologi Penelitian, Banjarmasin, Antasari

Press.

PRIMIANA, Ina

2011. Liberalisasi Perdagangan Agro, Bandung, Obsatar Sinaga.

PURWANTO, AGUS.E

2015. Implementasi Kebijakan Publik, Yogyakarta, Gava Media

RAHMAN, Mariati

2017. Ilmu Administrasi, Makasar, Sah Media.


104

Sumber bacaan lain:

a. Peraturan Perundang-undangan

Kutipan Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 1993,

Tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial.

Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 207, Tentang Rehabilitasi Sosial

Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

b. Skripsi/Tesis/Disertasi

NUGRAHA, Adi Fajar, Implementasi Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak

Layak Huni (RS-RTLH) Di Kota Serang, 2014, Program

Pendidikan Sarjana (S1) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Serang.

RAHMAWATI, A. Implementasi Kebijakan Program Pengembangan

Komoditas Pada Kawasan Strategi Kabupaten Di Kabupaten Bone.

2010, Program Pendidikan Sarjana (S1) Uiversitas Muhammadiyah

Makassar.

VAWITRIE, Yulia. Implementasi Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang

Disabilitas Di Kota Pekanbaru, 2018, Program Pendidikan Sarjana

(S1) Universitas Riau Pekanbaru.


105

LAMPIRAN

01. Surat Keputusan dari Dekan FISIP Universitas Nurtanio tentang

Pengangkatan Pembimbing
106

02. Surat dari Dekan FISIP Universitas Nurtanio Kepada Kesbangpol


107

03. Surat Dari Dekan FISIP Universitas Nurtanio Kepada Kepala Desa

Alamendah
108

04. Surat dari Kantor Kesbangpol ke Kantor Desa Alamendah


109

05. Skep Bimbingan Skripsi dari Dosen Pembimbing I


110

06. Skep Bimbingan Skripsi dari Dosen Pembimbing II


111

07. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian dari Kantor Desa

Alamendah
112

08. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

A. Mentality (Pendekatan Mental)

1. Apakah program rumah tidak layak huni ini sudah dijalankan ?

2. Bagaimana sikap para Kepala Desa maupun pengurus terhadap program

ini ?

3. Bagaimana mental masyarakat yang belum mendapatkan dana bantuan

rumah tidak layak huni ini ?

B. System (Pendekatan Sistem)

1. Bagaimana system program rumah tidak layak huni ini dijalankan ?

2. Apakah ada kendala untuk menjalankan program rumah tidak layak huni

ini ?

3. Apakah program ini sudah disosialisasikan dengan baik ?

C. Networking (Pendekatan Jejaring Kerjasama)

1. Apakah ada jalinan kerjasama untuk melancarkan program rumah tidak

layak huni ini ?

2. Siapa saja yang ikut serta untuk melancarkan program rumah tidak layak

huni ini ?

3. Jika ada Kerjasama, apa saja yang biasanya dari pihak ketiga yang

diberikan ?
113

09. Wawancara Dengan Bapak H.Awan Rukmawan Kepala Desa Alamendah

10. Wawancara Dengan Bapak Wahyudin Ketua LPM (Lembaha Pemberdaya

Masyarakat)
114

11. Wawancara Dengan Bapak Deni Sekretaris LPM (Lembaha Pemberdaya

Masyarakat)

12. Wawancara Dengan Bapak Dadang Suryana Anggota LPM (Lembaha

Pemberdaya Masyarakat)
115

13. Wawancara Dengan Ibu Neng

14. Wawancara Dengan Ibu Ade


116

15. Wawancara Dengan Bapak Iwan Mulyana

16. Wawancara Dengan Ibu Wari


117

17. Foto-Foto Rumah Tidak Layak Huni

18. Beberapa Contoh Laporan dari LPM (Lemabaga Pemberdaya Masyarakat)


118

Anda mungkin juga menyukai