RESPECTFUL
WOMAN
Rizqy Harier Muiz, M.Psi., Psikolog
SELF ESTEEM: BE A
RESPECTFUL WOMAN Mengapa
Penting?
Rizqy Harier Muiz, M.Psi., Psikolog
Wanita seringkali
dipandang sebagai
Wanita sering didefinisikan sebagai makhluk yang makhluk yang lemah,
padahal di dalamnya
istimewa, hingga seorang Kartini pada masanya
terdapat potensi yang
memperjuangkan emansipasi wanita sebagai bentuk
luar biasa. Potensi
penghargaan terhadap wanita. Kartini percaya bahwa terbesarnya adalah
wanita dapat memiliki peran gender yang setara sebagai penyambung
dengan pria. Namun, sampai saat ini konflik dan dan penyumbang
permasalahan gender masih banyak terjadi. Pelecehan generasi.
dan kekerasan adalah kasus umum yang bermula dari Wanita disebut sebagai
kurangnya penghargaan terhadap wanita. masdrasah (sekolah)
bagi anak-anak
Menariknya, sejumlah penelitian menemukan bahwa mereka. Jika
wanita yang memiliki harga diri (self esteem) rendah sekolahnya tidak ada,
memiliki risiko lebih besar untuk menjadi korban. Oleh maka anak-anak akan
mencari ilmu secara
karena itu, selain “meminta” orang lain untuk
tidak terarah. Jika
menghargai, penghargaan terhadap diri sendiri
sekolahnya berkualitas,
menjadi poin penting bagi seorang wanita. Sayangnya maka bangsa ini akan
banyak wanita masih belum mengerti tentang dijalankan oleh
bagaimana menghargai diri sendiri. Juga tidak paham generasi-generasi
apa yang harus mereka lakukan agar mereka dihargai, emas. Tanpa wanita
bangsa ini tidak akan
dihormati dan dibanggakan oleh orang lain, terutama
mampu melahirkan
suaminya.
generasi-generasi
penerus berikutnya.
tunggulah harapan kita diwujudkan oleh orang lain. Namun jika tidak, maka
lakukan sesuatu untuk mewujudkan harapan kita sendiri. Jadi, lebih mudah mana,
mewujudkan atau diwujudkan?
Penghargaan
Adakah seorang wanita yang dipilih pria untuk menjadi pasangannya karena
kasihan? Sebagaimana membeli pisang goreng dari seorang nenek di pinggir
jalan karena iba, bukan karena lapar. Mungkin jawabannya ada, atau banyak
malahan. Kalau boleh sedikit kasar (maafkan sebelumnya), beruntungnya wanita
yang bertemu dengan pria baik semacam itu. Akan tetapi sampai kapan wanita
akan bersikap seolah ingin “dikasihani” oleh pria. Bukankah semakin baik jika
keinginan untuk dihargai bukan dengan cara memelas. Biarkan seorang pria
membeli pisang goreng bukan karena penjualnya, melainkan karena rasanya
yang benar-benar enak. Hal yang seperti ini akan membuat wanita dihargai
karena “produk”nya. Produk yang bisa ditawarkan itu dapat berupa keilmuan,
kharisma, kelembutan, telaten, atau apapun yang dapat ditawarkan, asalkan
bukan kemolekan lekuk tubuh. Betapa membanggakan saat pekerjaan kita
diapresiasi oleh orang lain bukan karena kita anak seorang pejabat penting
melainkan murni karena hasil kerja kita yang memuaskan. Dengan begitu,
wanita akan diperlakukan sebagaimana wanita jika ia berperilaku “layak”nya
wanita, bukan malah berupaya terlihat seperti pria. Semakin wanita ingin
menyamai pria, maka semakin ia jauh dari penghargaan dari orang lain.
Seringkali kita mendengar tentang sebuah istilah bahwa jika kita ingin dihargai
orang lain, maka hargailah orang lain terlebih dahulu. Kalau boleh saya
menambahkan, sebelum orang lain menghargai kita, kita sendiri-lah yang
harusnya terlebih dahulu menghargai diri kita sendiri. Lihatlah Gusti Nurul,
perempuan Indonesia yang cantik, berpendidikan dan menjadi rebutan para
tokoh bangsa. Sebut saja Presiden Soekarno, Sutan Sjahir, hingga Sultan HB IX
pernah ia tolak karena beliau memiliki prinsip yakni tidak ingin dipoligami
(bukan berarti saya menyarankan sebagai perempuan jangan mau dipoligami, tapi ini
lebih menekankan kepada prinsip). Inilah yang disebut penghargaan atas dirinya
sendiri. Menghargai diri sendiri berarti tetap menjadi wanita dan mengetahui
mana yang terbaik untuk dirinya.
Jika seorang suami mengizinkan isterinya untuk menjadi wanita karir (bekerja)
dengan tujuan membantu perekonomian keluarga, itu memang kesetaraan,
tetapi bukan emansipasi melainkan “penganiayaan”. Jika seorang suami
mengizinkan isteri untuk bekerja dengan tujuan aktualisasi dan ekspresi diri,
itulah emansipasi. Peran suami di dalam keluarga sebagai pencari nafkah itu
sudah mutlak tidak bisa ditawar. Kembali lagi bahwa gender merupakan tema
yang berkaitan dengan peran. Jika seorang pria membiarkan seorang wanita
menjadi tukang becak atau supir bis, itu bukan emansipasi. Emansipasi adalah
ketika seorang pria memberikan pekerjaan yang lain kepada seorang wanita
agar lebih layak dikerjakan daripada menjadi tukang becak atau supir bis.
Setelah berkeluarga, wanita boleh saja bekerja, wanita boleh mengatur keuangan
keluarga, wanita boleh bersikap mandiri, tetapi hindari untuk seorang wanita
mengambil keputusan sendirian. Di dalam ajaran Islam, apapun yang terjadi
pada wanita (isteri), maka yang bertanggung jawab adalah suami. Kembali lagi
bahwa muaranya ada pada proses kesadaran masing-masing, termasuk
kesadaran teologis mengenai wanita dan pria memanglah berbeda, terutama
pada tanggung jawab yang dibawanya. Wanita memiliki tanggung jawab
terhadap seorang pria saja, yakni suaminya, sedangkan pria memiliki tanggung
jawab terhadap empat orang wanita, yakni ibunya, istrinya, anak
perempuannya dan adik/kakak perempuannya. Jika engkau mengatakan bahwa
“jangan jadi wanita, berat, kau takkan kuat”, sebaiknya simpat kata-kata itu,
karena baik pria maupun wanita sama-sama memiliki porsi tanggung jawab
yang tidak bisa dianggap sepele.
Isu-isu mengenai gender masih saja bermunculan di berbagai media sosial. Tetapi
hal semacam ini jangan dipandang bahwa wanita adalah korban utama sedangkan
pria adalah pelakunya. Meskipun tidak banyak diberitakan, tetapi ada juga kasus
tentang penganiayaan yang dilakukan oleh wanita terhadap pria, termasuk kasus
KDRT, penipuan, hingga pembunuhan. Permasalahan-permasalahan yang ada
Peran Wanita dalam Mengatasi Konflik atau Permasalahan terkait Kesetaraan Gender 6
SELF ESTEEM: BE A RESPECTFUL WOMAN
terutama kasus pelecehan dan kasus lain yang berkaitan dengan gender, korban
utama adalah figur yang dianggap lemah oleh pelakunya. Figur lemah itu bisa
perempuan, bisa laki-laki, bisa anak-anak, orangtua, suami/istri, dll. Menyikapi hal
tersebut, Undang-Undang telah menetapkan bahwa perlindungan anak-anak dan
wanita itu mutlak tugas bersama. Hukum juga telah mengatur sedemikian rupa
memberikan sanksi kepada siapapun yang berbuat hal-hal merugikan bagi orang
lain.
Sekarang wanita selayaknya menjadi inspirator bagi wanita lain, bukan untuk
menjadikan dirinya kuat, kokoh tak tertandingi, melainkan menyadari bahwa
ancaman datang sewaktu-waktu tanpa terduga. Menjadi inspirasi dimulai dengan
diri sendiri, menunjukkan apa adanya seorang wanita, tidak perlu menunjukkan
sosok “pria” agar diakui. Yang terpenting adalah jadilah penulis! Apapun yang ada
di dalam pikiran kalian, tulislah! Share konten-konten positif, opini-opini, atau
segala macam kalimat inspiratif agar tidak hanya menjadi follower saja, do something!.
Kita diuntungkan dengan media digital yang sangat mudah diakses dan sederhana.
Manfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang ini.
Jadi, sudah siapkah kalian menginspirasi ribuan bahkan jutaan orang dan menjadi
idola bagi mereka?
Peran Wanita dalam Mengatasi Konflik atau Permasalahan terkait Kesetaraan Gender 7